KHLOROFIL



MEDIA PERTANIAN TANPA BATAS
58,8% Mahasiswa FP Unud Mengeluhkan Fasilitas Perkuliahan
OBITUARI, Prof. Windia, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Berpulang

DAMPAK FENOMENA EL NINO
SEBABKAN

58,8% Mahasiswa FP Unud Mengeluhkan Fasilitas Perkuliahan
OBITUARI, Prof. Windia, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Berpulang
Puji Syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat serta karunia-Nya sehingga LPM
KHLOROFIL dapat menerbitkan E-Buletin edisi Agustus 2023 ini. Kami akan konsisten dalam menyampaikan informasi secara jujur dan independen sehingga karya yang kami terbitkan dapat memberikan wawasan kepada pembaca. Bukan hanya menyampaikan informasi saja, namun menjadi media untuk menampung karya dari Sahabat Khlorofil di Univerisitas Udayana maupun masyarakat umum. Mewujudkan hal tersebut, dibutuhkannya diskusi mendalam melalui literatur dari topik yang hendak dibahas dengan bantuan pembina, jurnalis, dan alumni yang ahli dibidangnya. Adapun kendala yang dialami diharapkan menjadi proses pembelajaran dan pengalaman berharga bagi Khlorofil.
Kami menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan alumni Khlorofil yang telah mendukung dan mewujudkan karya-karya yang telah kami
terbitkan melalui proses panjang hingga saat ini.
Terima kasih juga kepada anggota redaksi dan divisi lainnya yang telah berusaha keras dengan penuh semangat mengerjakan dan menyelesaikan E-Buletin edisi Agustus ini.
E-Buletin Khlorofil edisi Agustus ini mengangkat tema “Dampak Fenomena El Nino Sebabkan Kekeringan Di Bali .” Tema ini tercetus dari suhu panas berkepanjangan akibat fenomena El Nino yang berdampak kekeringan pada sektor pertanian di Bali. Kami juga membahas mengenai
58,8% Mahasiswa FP Unud Mengeluhkan Fasilitas
Perkuliahan, sosok, kabar kampus, karya sahabat khlorofil, dan galeri khlorofil.
E-Buletin ini diharapkan sebagai media edukasi semua kalangan sehingga ilmu yang diterima dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata, selamat membaca dan semoga kedepannya
LPM KHLOROFIL dapat terus berkarya dengan memberikan berita-berita yang lebih menarik dan bermanfaat bagi kita semua. SALAM
Diterbitkan oleh:
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Khlorofil
Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Alamat Redaksi:
Kampus Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar
Pelindung:
Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM
Penasehat:
Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S, Prof. Ir. I Gusti Agung Ayu Ambarawati, M.Ec.,Ph.D, Dr.Ir. I Wayan Diara, MS
Pembina:
Dr. Ir. Gede Wijana, MS, Dr. I Gusti Ngurah Alit Susanta
Wirya, SP., M. Agr., I Made Sarjana, SP, M.Sc, Prof. Dr. I Wayan Windia, SU
Pimpinan Umum: Agnes Priscadevi Hariyanto, Wakil
Pimpinan Umum: Ni Made Widya Duta Pradnyandari, Sekretaris Umum: Connie Virginia Yunistria Nainggolan, Bendahara Umum: Nala Andrianingsih
Pimpinan Redaksi: Dhea Permata Shabrina, Sekretaris
Redaksi: Navika Ajeng Rahayu, Sub Divisi Online dan Cetak: Pande Putu Sri ijani, Raden Rendy Bagaskara Putra, Ni Made Dwi Ayu Indra Asih, Amelia Afrina Br Tarigan, Sub Divis Penelitian dan Pengembangan (Litbang): Arangmoi
Rohatama sinaga, Ni Putu Ayu Arini, Immanuel Anthonio Caesebo Tampubolon
Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia (PSDM): Ni Luh Gede Anisa Artati, Sub Divisi Kaderisasi: July Helena
Saragih, Jessika Kirani Tiro Paji, Fermina Ida Hita Purba, Sub Divisi Hubungan Masyarakat: Rafael Harselio Sianturi, Ni Luh Ayu Ratna Dwiyanthi P, Harrixon Sangputra Sianturi
Divisi Marketing dan Produksi: Anak Agung Putri Shanti Swarupini Sadhaka, Irma Mahdalena, Yeremia Andre Gultom, Jonatan Alexius Simarmata, Nadzifatul Khusna
Divisi Desain: Fransisca Aprilia Wijayanti, Marannu Tangkela’bi, Farikhatul Maftukhah, Jose Manuel Barus, Eka Putri Ratnasari, Putu Ginanti, Adinda Anggun Citra Perdana
Anggota Volunteer: Ni Luh Putu Dian Cahyani, I Gusti Ayu Made Sanis Suratningsih, Dimas Reizka Wijaya, Helfi Zepta Marta Br Manurung, Ni Ketut Tiwi Pramesti, Ida Bagus Oka Kusuma Wiratama, I Made Pasek Mahardika
LayoutandDesign: Farikhatul Maftukhah
Thanks to Nungki Kartikasari
03
LIPUTAN UTAMA Siapkah Pertanian Bali Menghadapi El Nino?
09
LAPORAN UTAMA
58,8% Mahasiswa FP Unud Mengeluhkan Fasilitas Perkuliahan
19
SOSOK
• OBITUARI, Prof. Windia, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Berpulang
• I Putu Angga Saputra, Dukung Petani Muda Berkarya Agar Tidak Wacana
25
KABAR KAMPUS
• Himarskap FP Unud Gelar Mangrove Clean Up 2023 Jaga Kelestarian Lingkungan
• PMKFP Gelar Beach Clean Up
29
KARYA SAHABAT KHLOROFIL
• Cerpen : Petani yang Merindukan Hujan
• Puisi : Menunggu Hujan, Negeri ku Menangis
• Galeri Khlorofil
El Nino merupakan cuaca ekstrim yang
mempengaruhi iklim global yang terjadi di Samudra Pasifik. Wilayah Indonesia yang berada bersebelahan dengan Samudra
Pasifik juga akan terkena dampak kemarau
panjang akibat penurunan curah hujan ketika El Nino terjadi.
Profesor I Gusti Ngurah Santosa, salah seorang dosen pengajar Agroklimatologi di Fakultas Pertanian (FP) Universitas Udayana (Unud) berpendapat, Bali harus siap untuk
menghadapi kekeringan akibat El Nino yang diprediksi akan dimulai dari Juni hingga puncaknya pada Desember 2023 sampai April 2024.
Lebih lanjut, Prof. Santosa menilai kalau dalam situasi apapun sudah semestinya pertanian di Indonesia terkhususnya Bali siap untuk
menghadapi masalah yang dialami. Prof. Santosa mengatakan, El Nino merupakan cuaca ekstrim yang mempengaruhi iklim global yang terjadi di Samudra Pasifik. Dalam konteks klimatologi, El Nino merupakan perubahan suhu permukaan laut di atas normal.
Di Samudra Pasifik peluang timbulnya curah hujan lebih besar, karena meningkatnya suhu yang menyebabkan penguapan lebih tinggi. Namun, di Indonesia justru peluang curah hujan lebih kecil karena suhunya turun. Sehingga penguapan lebih kecil dan menyebabkan terjadinya kekeringan.
Prof. Santosa menerangkan, untuk menanggulangi kekeringan dapat dilakukan langkah antisipasi dengan menanam tanaman tahan kering. Sekarang para ahli genetika dituntut melakukan crossing untuk menciptakan varietas baru baru tahan kering. Selain itu, juga diusahakan menanam tanaman berumur pendek.
Tanaman berumur pendek, masa pertumbuhan hingga panen relatif singkat. Di
Indonesia masih berpatokan enam bulan musim hujan dan enam bulan musim kemarau. Jika dalam waktu tiga bulan dapat dipanen, maka enam bulan bisa melakukan dua kali tanam.
Menurut Prof. Santosa, kekeringan dapat ditanggulangi dengan membuat panen air hujan pada saat musim hujan. Caranya dengan membuat penampungan maupun bendungan, sehingga dapat digunakan untuk keperluan menanam pada musim kemarau.
“Secara kultur teknis dengan
memperhatikan media tanam yang dibuat dapat pula dilakukan untuk menanggulangi kekeringan. Dengan permukaan luas, sentuhan anginnya merata sehingga akan cepat kering sehingga kurang cocok untuk digunakan,” tambahnya.
Pengalaman Prof. Santosa saat melakukan
penelitian di Tuban, Jawa Timur kendala
kekeringan di sana antara lain lahan yang kering dan cuaca panas. Dia menyebut strategi yang bisa dilakukan agar petani tidak terdampak
kekeringan yakni memanfaatkan sumur pompa.
Ada strategi yang harus dilakukan, seperti melakukan sumur pompa. Contohnya daerah di Kabupaten Buleleng yang sumber airnya hanya dari curah hujan saja sehingga satu tahun hanya bisa satu kali tanam. Dengan adanya sumur pompa itu dalam waktu satu tahun bisa dua atau tiga kali tanam,” jelasnya.
Prof. Santosa menjelaskan, perubahan alih fungsi lahan dan berkurangnya penghijauan di Bali menyebabkan El Nino atau La Nina. Ia mengandaikan, jika di Bali terdampak El Nino dan menjadi korban alih fungsi lahan, makai ia terkena double over. “Solusi dari segi pertanian itu bisa dari menanam tanaman yang berumur pendek, air tadah hujan, menggunakan pupuk organik, menggunakan mulsa dan teknik yang membuat bedengan, serta pakai sengkedan jika tanahnya miring,” paparnya.
Jika El Nino menyerang Bali pada musim hujan, maka hujan turun diprediksi tidak deras
seperti biasanya. Jika saat musim kemarau
El Nino menyerang, maka akan terjadinya
kekeringan yang double.
Prof. Santosa mengungkap, El Nino terjadi
dalam waktu 9 - 12 bulan. El Nino terjadi dalam
dua tahun sekali, bisa juga tujuh tahun sekali.
Namun, El Nino dan La Nina tidak bisa datang
secara bersamaan karena La Nina datang setelah
El Nino selesai. (GII, NDA, DYA, NAVYY, SHAA/ KHLOROFIL)
Kekeringan di Indonesia berdampak
pada pertanian Bali. Masyarakat di Bali
merasakan perubahan iklim yang terjadi
akibat pemanasan global, sehingga mengganggu
rotasi tanam petani. Pemanasan global
dipengaruhi pola iklim El Nino yang mungkin
akan terjadi di Indonesia. Banyak faktor yang
menyebabkan perubahan iklim ini terjadi.
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)
Khlorofil Fakultas Pertanian (FP) Universitas
Udayana (Unud) mewawancarai Catur Yudha
Hariani, Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan
Hidup (PPLH) Bali. Perempuan yang akrab
disapa Catur itu mengatakan, kekeringan terjadi di Indonesia saat ini pasti berdampak pada Bali.
Saat ini perubahan iklim memiliki beberapa
faktor, penyebab perubahan iklim terjadi. Salah satunya pengelolaan sampah yang tidak baik, menimbulkan adanya gas metan. Penyebab
lainnya, alih fungsi lahan yang tinggi dan penebangan hutan menyebabkan kurangnya
penghijauan di Bali. Sehingga berdampak adanya perubahan iklim dan kekeringan.
Catur mengungkap, dalam menangani
alih fungsi lahan, pemerintah diminta ikut
berpartisipasi agar lahan tidak menyempit dan hilang. “Kita semua harus bertanggung jawab
dalam menangani kekeringan ini,” ujarnya.
Antisipasi kekeringan akibat pemanasan global pada sektor pertanian dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan air. Catur juga meminta adanya pengembangan sumber air alternatif dan penggunaan teknologi irigasi air yang baik. Contohnya, irigasi tetes.
Kata Catur, upaya pemerintah belum maksimal. Disini PPLH mencoba hadir dengan melakukan pendampingan untuk memenuhi kebutuhan swadaya dan pemasaran hasil panen. Aktivis lingkungan yang aktif sejak 1997 ini memberi saran, perlu membangun kesadaran diri dan masyarakat untuk sosialisasi pentingnya menjaga keutuhan bumi. “Sehingga dapat mengurangi pemanasan global yang berdampak kepada kekeringan tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Eko Martono (40), seorang petani di Bali menyoroti perlunya kesiapan dalam menghadapi dampak El Nino. Ia mengungkapkan, penurunan curah hujan dan kenaikan suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan tanah kering dan menghambat pertumbuhan tanaman. Menyadari hal tersebut, Eko menggarisbawahi pentingnya tindakan antisipasi yang tepat, guna mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh peristiwa alam seperti El Nino.
Eko telah mengadopsi beberapa langkah untuk melindungi hasil panen, seperti sistem irigasi efisien dan penggunaan teknologi pertanian yang tepat guna. Agar mempersiapkan diri dengan baik, petani di Bali diharapkan dapat menjaga keberlanjutan pertanian di tengah tantangan akibat fenomena alam ini.
Pria asal Kota Batu, Malang ini telah
mengambil langkah antisipasi dalam meminimalisir dampak El Nino dengan memanfaatkan pupuk organik. Eko mengungkapkan, penggunaan pupuk organik telah membantu meningkatkan kualitas tanah dan daya tahan tanaman terhadap kondisi ekstrim. Pupuk organik yang dipakai oleh Eko diperoleh dari sampah rumah tangga, restoran, sisa-sisa
tanaman, dan kotoran hewan. Eko menggunakan bahan organik tersebut untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanahnya. Dengan begitu, Ia dapat memastikan tanaman mendapat nutrisi yang seimbang agar tumbuh dengan baik saat kekeringan.
“Dengan menggunakan pupuk organik, tanah dapat mengikat air lebih baik sehingga tanaman menjadi lebih kuat menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu akibat El Nino,” kata
Eko. Dia juga menambahkan, langkah-langkah tersebut membantu mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang dapat merusak
lingkungan dalam jangka panjang.
Eko menerangkan, ia telah berhasil menemukan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan kekeringan di lahan pertaniannya.
Untuk mengatasi kekeringan dalam usaha tani, ia dan rekan-rekannya mendirikan Rebo Ijo Wisanggeni.
Rebo Ijo Wisanggeni telah mengadopsi berbagai strategi yang efektif. Dengan pendekatan yang terintegrasi antara pertanian organik dan konsep Urban Sustainable Agriculture. Segala sumber daya yang ada dimanfaatkan untuk menciptakan teknologi sederhana namun tetap efisien dalam menjaga ketersediaan air. Dengan pendekatan ini, mereka berhasil menghindari kerugian karena kekeringan. Produktivitas lahan pertanian serta keberlanjutannya pun tetap terjaga.
Eko memberikan beberapa solusi praktis dalam mengatasi kekeringan, antara lain dengan melakukan penggalian tanah hingga 10 meter di bawah tanah. Hal ini berguna untuk mencari
cadangan air yang tersimpan, dengan teknologi tangkap embun dan penampungan air hujan.
Ia juga bercerita bahwa di 1982, Indonesia
mengalami kendala serius akibat fenomena El Nino. Dampaknya sangat meluas, terutama di sektor pertanian. Curah hujan yang sangat rendah mengakibatkan kekeringan parah di berbagai wilayah, termasuk Bali. Tanaman mati dan hasil panen menurun drastis, menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi petani dan sektor pertanian secara keseluruhan.
Sekarang, pemerintah telah menyediakan bantuan bagi petani, namun seringkali bantuan tersebut diberikan terlambat dan teknologi yang digunakan kurang tepat. Begitulah yang dirasakan oleh Eko. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah memberikan bantuan tepat waktu, terencana, dan sesuai dengan kebutuhan petani secara menyeluruh.
Eko menuturkan, penting bagi masyarakat untuk tidak terjebak dalam isu kekeringan ekstrim yang sering terjadi setiap tahun.
Fenomena El Nino saat ini menunjukkan kemiripan dengan kejadian pada 1999-2000. Masyarakat seharusnya siap dengan berbagai strategi untuk menghadapi dampaknya.
“Rebo Ijo Wisanggeni menjadi contoh nyata bagaimana kita dapat menghadapi tantangan kekeringan dengan persiapan yang matang dan teknologi yang tepat,” tambah Eko.
Meskipun El Nino menjadi sumber keprihatinan, Eko berusaha mempertahankan sikap tenang dan optimis. Ia tetap memilih untuk menanam jenis tanaman yang sama seperti pada
musim biasanya, meskipun menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu. Eko menyatakan
bahwa ia dapat mengatasi tantangan ini berkat adanya teknologi penunjang pertanian yang
membantu memenuhi kebutuhan air tanaman.
Menurut Eko, keputusannya untuk tetap
menanam tanaman yang sama memberikan
keuntungan tersendiri. Dalam situasi di mana
banyak petani beralih ke jenis tanaman lain
akibat El Nino, pasokan masyarakat akan jenis tanaman yang biasanya kurang terpenuhi. Hal ini membuka peluang bagi Eko untuk mendapat keuntungan yang lebih besar dalam penjualan hasil panennya di pasar. “Kemarau untuk petani yang benar-benar cerdas akan dapat menjadi berkah,” ujarnya.
Dalam pandangannya, kesetiaan pada jenis tanaman yang ia tanam sebelumnya memberikan stabilitas dan keuntungan jangka panjang. Meskipun risiko kekeringan meningkat selama periode El Nino, Eko percaya bahwa ia dapat mengoptimalkan hasil panen dan tetap memenuhi kebutuhan pangan masyarakat setempat. Salah satunya dengan menggunakan teknologi pertanian yang tepat dan tetap berfokus pada tanaman yang ia kenal dengan baik.
“Saat kemarau, orang takut bertani, tetapi kami malah bertani sehingga kami mendapatkan untung,” tutur Eko.
Keberhasilan Eko dan rekannya dalam mengelola Rebo Ijo Wisanggeni untuk menghadapi kekeringan menjadi inspirasi bagi petani lain. Inspirasi ini dianggap berhasil dengan melakukan pendekatan pertanian berkelanjutan, persiapan matang, dan penggunaan teknologi sederhana namun efisien. Agar petani mampu menjaga produktivitas lahan pertanian. Hal ini memberi harapan bahwa dengan upaya yang tepat, kekeringan bukanlah hal yang harus ditakuti dalam dunia pertanian.
“Dengan terus berinovasi dan mengadopsi pendekatan yang berkelanjutan, diharapkan petani di seluruh negeri dapat menghadapi tantangan kekeringan dengan lebih baik, sehingga keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan dapat terjamin di masa depan,” ujarnya mengakhiri wawancara bersama LPM Khlorofil.
(HS, RR, FEITA, MANET, NAVYY, DYA, SHAA/ KHLOROFIL)
Fasilitas Kampus
LPM Khlorofil telah melakukan survei metode random sampling selama 12 hari
dimulai pada 16-27 Juni 2023. Survei
disebarkan kepada 51 responden berasal dari mahasiswa angkatan 2020-2022 di tiga Program
Studi (Prodi) Fakultas Pertanian (FP) Universitas
Udayana (Unud). Yakni, prodi Agribisnis, Agroekoteknologi, dan Arsitektur Lanskap.
Survei ini membahas tentang fasilitas
perkuliahan di lingkungan FP Unud. Hasilnya
sebanyak 58,8% responden mengakui fasilitas
perkuliahan dalam kondisi tidak baik dan kurang lengkap. Mayoritas responden mengatakan, kursi dan meja sudah tidak layak pakai. “Kursi yang berada di gedung BI kampus Jimbaran bisa
dibilang sudah tidak layak lagi untuk digunakan, banyak kursi yang sudah rapuh sehingga
berbahaya untuk diduduki. Juga untuk penghapus
papan tulis tidak ada di kelas dan papan tulis yang sudah menghitam, terkadang tulisan tidak terlihat lagi,” ungkap salah satu responden.
Sementara itu, sebanyak 43,1% mahasiswa mengakui pembangunan infrastruktur FP tidak memadai. Sebagian menyebutkan, ada jalan setapak yang buruk bahkan sudah anjlok. “Jalan setapak di lingkungan FP kurang baik sehingga sedikit membahayakan untuk berjalan melalui jalan tersebut,” terang salah seorang responden yang tidak ingin disebutkan namanya.
Responden juga mengakui lingkungan
FP di kampus Jimbaran dan Sudirman tidak
terjamin keamanannya. Sekitar 39,2% responden mengungkapkan ketidaksetujuan itu melalui survei. “Keamanan lingkungan masih belum bisa dikatakan terjamin, karena tidak adanya penjaga atau satpam, khususnya di kampus Jimbaran. Hal tersebut dapat memunculkan peluang terjadinya pencurian helm,” sebut responden lain yang juga tak ingin disebutkan namanya.
Adanya kendala lokasi perkuliahan
mahasiswa FP disebabkan oleh peminjaman
Gedung Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA). Sebanyak 33,3% mahasiswa FP menyebutkan peminjaman
Gedung itu membuat situasi kelas tidak nyaman. “Ini mengakibatkan satu kelas sampai 60 orang dan tidak didukung fasilitas memadai, menjadi pembelajaran tidak nyaman,” terang responden. Dia menyarankan, jumlah mahasiswa per kelas maksimal 42 orang.
Pada poin alur pendanaan terhadap fasilitas dianggap tidak transparan. Sebanyak 47,1% responden mengatakan tidak setuju karena tidak mengetahui bagaimana proses alur pendanaan itu berlangsung. “Kurang tahu bagaimana alur pendanaan fasilitas FP karena tidak pernah dijabarkan atau diinformasikan dengan detail,” papar responden.
Banyak kendala yang pernah dialami responden terkait penggunaan fasilitas di FP.
“Proyektor yang sangat tidak baik, sehingga mengganggu jalannya pembelajaran. Ruangan yang cukup panas, Air Conditioner (AC) tidak semua berfungsi. Kursi dan meja yang sangat tidak mendukung, terkadang ada goyang dan kursi di kelas tidak tercukupi,” ungkap responden. “Toilet perempuan di lantai 2 (kampus Jimbaran) tidak ada penerangan, di lantai 1 gedung BI (kampus Jimbaran) toilet yang dibuka hanya toilet laki-laki jadi untuk perempuan harus menggunakan toilet di lantai 2 (kampus Jimbaran),” tambah responden lainnya.
Berbagai harapan diungkapkan responden demi kebaikan fasilitas dan infrastruktur FP.
“Fasilitasnya lebih diperhatikan, terlebih lagi bangku, AC dan dinding gedung yang sudah harus di cat ulang agar tidak seperti gedung yang tidak layak pakai,” terang responden. “Saya berharap fasilitas dan infrastruktur di FP bisa
dibenahi untuk kelancaran proses pembelajaran,” papar responden lainnya.
Kampus di Mata Tenaga Pendidik
Fasilitas FP Unud yang kurang memadai, tidak hanya diungkap oleh mahasiswa.
Beberapa tenaga pendidik pun mengakui demikian. Penyaluran anggaran khusus fasilitas
FP dianggap sudah mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
Salah seorang dosen program studi
Agribisnis, Prof. Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa, M.S. mengungkapkan pendapatnya mengenai fasilitas perkuliahan pada Kampus FP di Sudirman
maupun Jimbaran. Ia berharap fasilitas tersebut diperbaiki dan dilengkapi dengan kuantitas cukup dan kualitas yang terbaik.
Terkait sarana-prasarana ruang kelas, dosen yang akrab disapa Prof. KBS ini menerangkan, kondisi lingkungan kelas dianggap kurang. “Jika diberi skor a, b, c, d, e, mungkin antara b dan c. Jika diberi skor 0 sampai 100, mungkin antara 60-65 nilainya,” ujar pria kelahiran 1959 itu. Dosen tata niaga pertanian ini menerangkan fasilitas lain yang dianggap kurang antara lain, listrik seringkali padam, AC kerap tidak berfungsi baik. Serta kurang optimalnya kinerja kipas angin yang menyebabkan proses perkuliahan dirasakan mahasiswa kurang nyaman. Sedangkan untuk sarana-prasarana di luar kelas, Prof. KBS menyampaikan, banyak paving jalan setapak yang lepas dan batu kapur di sekitar kampus Jimbaran menonjol. “Kesimpulannya masih kurang”, tegasnya.
“Kalau yang lain itu misalnya fasilitas umum, pekarangannya di luar gedung itu di kampus Bukit Jimbaran masih buruk sekali misalnya jalan susah kalau hujan berlumpur, sepatu menjadi kotor serta toilet kurang terjaga,” ujar Prof. KBS saat diwawancarai oleh tim Khlorofil.
Selain itu, Prof. KBS menyampaikan, keamanan kampus FP di Sudirman sudah baik.
“Kalau di kampus Jimbaran keamanannya cukup. Mengapa demikian? Salah satu indikatornya
adalah kita tidak berani memasang LCD (proyektor) permanen di kelas (kampus Jimbaran) karena takut terjadi kehilangan,” ujarnya.
“Karena lokasi gedung-gedung yang terpencar, kontrol pengawasan menjadi sulit dibandingkan
dengan di kampus Sudirman,” tambahnya.
Dua tempat perkuliahan yang berbeda di Jimbaran dan Denpasar, menjadi kendala juga
bagi dosen serta mahasiswa. Adanya jadwal
mengajar pada hari yang sama di lokasi berbeda, mengakibatkan dosen melakukan negosiasi jam
perkuliahan dengan mahasiswa.
Selain dosen prodi Agribisnis, pendapat lain diungkapkan oleh Prof. Dr. I Nyoman
Rai, M.S. Dosen yang kerap disapa Prof. Rai
ini menerangkan, fasilitas FP sudah bagus
namun masih ada beberapa kelas yang keadaan
proyektor rusak. Ia juga
mengungkap, peralatan laboratorium yang
dimiliki FP sudah tua dan perlu mendapatkan perhatian.
Fasilitas laboratorium dibanding Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Brawijaya (UB) perlu
belajar banyak dari kampus tersebut. Terkait pengelolaan laboratorium lengkap, peralatan yang canggih, dan kebun percobaannya. Selain itu, dosen prodi Agroekoteknologi menjelaskan, kebutuhan laboratorium tidak hanya melayani mahasiswa
S1 tapi juga mahasiswa S2, S3, penelitian dosen serta melayani pihak luar. Sehingga tidak serta merta ketika mahasiswa kita pusatkan di Bukit kemudian laboratoriumnya ikut dipindahkan. “Tentunya ini menjadi tantangan besar bagi pimpinan fakultas untuk kedepannya,” jelas dia.
Bentuk pendanaan oleh pihak Dekanat seharusnya disesuaikan kebutuhan. Perlu juga adanya pemantauan dan evaluasi agar penggunaan dana produktif, efektif dan efisien.
“Kedepannya mahasiswa harus tetap rajin belajar dan mengasah soft skill melalui kegiatan diluar ruang kuliah. Serta mahasiswa harus berani
memberikan masukan dan kritik kepada para pimpinan prodi maupun fakultas disertai dengan alasan yang baik sehingga lembaga kita akan menjadi lebih maju,” ujar Prof. Rai.
Ir. I Made Agus Dharmadiatmika, S.P, M.T. mengungkapkan, salah satu peningkatan kualitas pendidikan dipengaruhi tingkat kenyamanan belajar di lingkungan FP. Menurutnya, kampus bukan hanya sekedar memberikan ruang belajar
dalam bangunan, namun lanskap juga menjadi pendukung atmosfer belajar mahasiswa.
“Lanskap kampus FP saat ini belum
representative yang nyaman, terlebih aktivitas mahasiswa dapat berlangsung sampai akhir pekan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di lanskap kampus FP antara lain belum
jelasnya fungsi ruang, akses, tata vegetasi dan atribut lanskap lainnya,” ujar dosen Arsitektur lanskap.
Menurut kepala laboratorium Studio Arl, berbagai upaya peningkatan fasilitas pendidikan di FP telah dilakukan. Akan tetapi tingkat kebersihan, pengoptimalan fungsi fasilitas dalam bangunan serta kecepatan upaya perbaikan dan pergantian sarana yang rusak perlu ditingkatkan. Selain itu, proses identifikasi dan inventarisasi perlu rutin dilakukan untuk menjaga tetap berfungsinya sarana prasarana. Hal ini dapat dilakukan melalui proses bottom-up sehingga
kebutuhan dapat tepat waktu dan sesuai sasaran.
Mahasiswa Diminta Sabar dan
Pengertian Menunggu Perbaikan
Kampus
Kurangnya pemeliharaan bangunan, kondisi ruang kelas maupun fasilitas penunjang perkuliahan menjadi
perhatian Dekanat. Terlepas dari itu, FP juga
memiliki fasilitas yang bisa dibanggakan yakni
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian (KPFP).
KPFP yang berada di tengah perkotaan ini bisa
dimanfaatkan oleh semua pihak dan perlu dipromosikan lebih lanjut.
Wakil Dekan (WD) II Bidang Umum dan Keuangan FP Unud, Prof. Ir. I Gusti Agung Ayu
Ambarawati, M.Ec., Ph.D. mengatakan, fasilitas
FP sudah lengkap. Pihaknya telah menyesuaikan
kemampuan fakultas, meskipun perlu banyak
penambahan fasilitas di kampus Sudirman
maupun Jimbaran.
Dosen mata kuliah manajemen agroforestri ini juga menyampaikan, Dekanat memiliki target dan melakukan perencanaan setiap tahunnya untuk pembelanjaan barang modal. Ketika
fakultas tidak bisa merealisasikan, maka ia mengajukan permohonan ke Rektorat melalui
aplikasi khusus pembelanjaan barang modal.
Namun memerlukan waktu dan proses. Dalam sistem tersebut tertera standar fasilitas yang digunakan FP sebagai acuan, namun ini kembali lagi pada dana yang dimiliki Dekanat.
Fakultas juga akan melakukan revisi untuk melakukan alokasi dana apabila terdapat hal
yang urgent, setiap tahunnya bisa melakukan dua kali revisi. Pengadaan fasilitas juga memerlukan
waktu kira-kira enam bulan. Dosen akrab dikenal
Prof. Ani juga menyebutkan, September 2022
telah mengajukan peningkatan daya listrik dan perbaikan gedung, namun baru diberikan revisi terkait peningkatan daya listrik.
Laporan mengenai kehilangan helm
yang terjadi saat perkuliahan luring membuat
mahasiswa tidak nyaman, namun fakultas
tidak memiliki dana untuk menyewa satpam.
Prof. Ani juga mengatakan, sudah ada upaya menjaga keamanan kampus saat kuliah offline. Ia mengajukan dua orang satpam tetapi belum bisa diberikan dengan alasan tidak bisa sembarang mengangkat pegawai. Kampus FP di Jimbaran hanya dapat menyewa petugas malam untuk menjaga fasilitas.
Prof. Ani menyebutkan, pengaduan dari bagian kemahasiswaan secara lisan telah
ditanggapi dengan melaporkan secara tertulis ke Rektorat. Kemudian apabila pemusatan
perkuliahan terealisasi, untuk sementara
laboratorium tetap di Sudirman dikarenakan pemindahannya memerlukan biaya cukup besar. Solusinya dengan mengatur kembali jadwal
perkuliahan dan praktikum oleh prodi yang difasilitasi pihak fakultas.
Laporan kekurangan fasilitas menjadi tanggung jawab Sarana dan Prasarana (Sarpras), serta apabila ada kerusakan dilaporkan melalui formulir agar bisa ditindaklanjuti. Prof. Ani mengakui, permasalahan FP terkait fasilitas umum sangat kurang terutama di kampus
Sudirman yang sudah sempat dilaporkan ke pihak Rektorat. Sedangkan fasilitas di kampus Jimbaran sudah sempat di renovasi dan dipantau namun masih ada beberapa hal kurang yang baru kita ketahui. “Kemarin itu saya lihat yang dilaporkan oleh sarpras kebanyakan AC, toiletnya tidak. Barangkali bisa saja gini sekarang, entah itu dari
OKFP (Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Pertanian) atau siapa mungkin bersurat terkait itu dan kami juga memantau fasilitas-fasilitas tersebut,” ujarnya.
Secara terbuka dosen yang juga mengampu mata kuliah Bioekonomi tersebut mencatat beberapa tambahan poin kekurangan fasilitas.
Selebihnya sudah disampaikan oleh Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian
(DPM FP) melalui kegiatan Jumpa Dekan serta
beberapa laporan telah diterima pihak Dekanat. Beberapa poin yang menjadi perhatian yaitu toilet, jalan setapak depan Gedung BB menuju BI, plafon, kursi, AC, pintu, genteng pada Gedung BI, ruangan kelas yang hanya dipisahkan rolling door, serta kekurangan fasilitas WiFi pada
Taman Internet (TAMNET). Menjawab masalah
pendanaan yang hanya dapat dicairkan dalam
bentuk konsumsi, banner, dan Alat Tulis Kantor (ATK), disebabkan adanya keterbatasan dana dan memang hanya itu yang bisa dimasukkan ke sistem. “Tapi kemarin sudah diperbaiki, jadi
WD III mengajak OKFP membuat perencanaan
apa yang diperlukan tapi tetap tidak semua bisa
dipenuhi karena keterbatasan dana kembali,” tambah Prof. Ani saat di wawancara Tim Khlorofil.
Pihak Dekanat maupun prodi sudah
berusaha memenuhi agar semua civitas akademika merasa nyaman. Delapan poin kekurangan terkait sarana dan prasarana sudah
diserap serta akan disampaikan pada rapat pimpinan agar dapat ditindaklanjuti. Selain itu permohonan bantuan ke pihak Rektorat juga sedang diusahakan, namun penyampaiannya harus dibarengi dengan Indikator Kinerja Utama
(IKU).
Dosen kelahiran 1960 juga menyampaikan, selain permasalahan fasilitas, mahasiswa dituntut meningkatkan prestasi sehingga dapat memudahkan penyampaian ke pihak Rektorat. Selain itu apabila ada kegiatan yang menunjang IKU, pihak FP selalu memberikan motivasi sesuai dengan kemampuan fakultas.
Menurut Prof. Ani, penerimaan dana FP berasal dari Uang Kuliah Tunggal (UKT), dana hasil penelitian maupun kerjasama dengan pihak luar, unit bisnis namun jumlahnya sangat kecil serta dana Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI). “Kalo dari SPI boleh saya katakan itu untuk di FP ada angkanya, tetapi maaf itu tidak signifikan. Misalnya ada yang membayar, karena dulu kan di inikan sepuluh juta begitu ada yang membayar enam juta dan itu tidak semua. Jadi kalau dari SPI, maaf itu boleh dikatakan tidak signifikan yang signifikan ada dari UKT, dari kegiatan kerjasama itu yang memang menopang kegiatan ini,” ujarnya saat diwawancarai tim Khlorofil.
WD II menjelaskan terkait pendanaan memang sangat transparan yang dapat dilihat pada SILUNA (Sistem Informasi Solusi
Perencanaan). Selain itu transparansi dana juga disosialisasikan saat MUSRENBANG (Musyawarah Rencana Pembangunan) yang
dilaksanakan setiap tahun, sehingga kedelapan
Koordinator Prodi (Koprodi) dari S1, S2, maupun S3 sudah mengetahuinya.
Prof. Ani tidak menyebut, persentase secara rinci perencanaan pendanaan untuk masing-masing bidang, namun yang jelas 10% dianggarkan untuk kegiatan kemahasiswaaan. Selanjutnya perincian maupun keluhan telah disosialisasikan ke OKFP melalui RAKERGAB (Rapat Kerja Gabungan). Kemudian 90% lainnya dianggarkan untuk kegiatan fasilitas pendidikan pengajaran yang disesuaikan dengan perencanaan sarana prasarana.
Menurut Prof Ani, update data biasanya diajukan ke fakultas namun seringkali dosen mendapatkan dana penelitian melalui HUPS (Hibah Unggulan Program Studi) dan LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat). “Pada laboratorium-laboratorium besar seperti laboratorium penyakit dan hama tanaman itu mereka ada kerjasama luar negeri sehingga diberikan update laboratorium. Jadi update data bisa dilakukan oleh dosen itu sendiri, kepala peneliti ataupun dari fakultas melalui kerjasama-kerjasama penelitian,” tambah WD II.
Ni Nyoman Trisna Wahyuni, S.E. menyampaikan, secara umum FP memiliki fasilitas yang kurang lengkap akibat keterbatasan dana perawatan. Mahasiswa diminta pengertian terkait lambatnya perbaikan fasilitas. Ada prosedur yang harus diikuti untuk perawatan, termasuk melalui pengajuan laporan ke Rektorat. Pihak FP masih menunggu tindak lanjut dan keputusan Rektorat terkait target perlengkapan fasilitas dan perkiraan waktu perawatan. Meskipun demikian, KPFP dianggap sebagai
fasilitas unggulan. Keamanan di FP terbilang
aman, tetapi mahasiswa diminta untuk menjaga
dan mengamankan helm mereka sendiri. Pihak
Dekanat telah mengajukan pengadaan Closed Circuit Television (CCTV) untuk meningkatkan
keamanan. Stakeholders terkait dalam
pengambilan keputusan meliputi mahasiswa, pegawai, dan pihak Rektorat.
Menurut koordinator Tata Usaha (TU), pemisahan lokasi perkuliahan mahasiswa S1
dia rasa kurang efektif. Sebab ada kepentingan
administrasi yang tetap harus dilakukan di kampus Jimbaran, seperti pengurusan Kartu
Rencana Studi (KRS). Bukan hanya mahasiswa
yang diberatkan dengan adanya pemisahan
tersebut, dosen pun turut merasakan dampaknya
sehingga harus mengajar di kedua lokasi dengan
waktu hampir berdekatan. “Dari segi pegawai
kita membutuhkan teman-teman pegawai untuk
bergabung sehingga memudahkan koordinasi,” tambahnya.
Pemisahan lokasi pembelajaran bukan tanpa alasan, gedung yang dikelola FP masih dipergunakan oleh FMIPA. Selain itu rencana Rektor Unud yang awal semester genap semua
sudah harus di bukit belum bisa direalisasikan dikarenakan terdapat beberapa kendala.
Salah satunya Lecture Building sebagai pusat perkuliahan seluruh fakultas belum siap.
Terealisasinya pemusatan perkuliahan memungkinkan laboratorium untuk dipindahkan, namun diperlukan penambahan daya listrik sebagai langkah awal sebelum seluruhnya dipindahkan. Laboratorium merupakan salah satu fasilitas penting bagi mahasiswa, sehingga perlu perawatan berkala. Wanita kelahiran Denpasar ini juga menjelaskan, inventarisasi peralatan kadaluarsa telah disampaikan kepada Koprodi dan pengelola laboratorium.
Pihak Dekanat secara terbuka menerima kritik dan saran terkait fasilitas yang kurang di lingkungan FP. Koordinator TU berharap fasilitas FP dapat ditingkatkan serta permohonan bantuan kepada pihak Rektorat dapat segera terealisasi. Selain itu, dia menghimbau kepada para mahasiswa untuk lebih bersabar karena dari pihak Dekanat juga sedang mengupayakan terkait perawatan gedung dan sarana prasarana.
(Y.A.G,EL,SWAR,AYNA,NDR,SHAA/KHLOROFIL)
Laboratorium Biologi Tanah dengan peralatan lengkap di lantai dua Gedung Agrokomplek, Kampus Sudirman, Fakultas Pertanian Universitas Udayana (FP Unud). (DOK.SWAR/ KHLOROFIL)
Fakultas Pertanian Universitas Udayana (FP Unud). (DOK.SWAR/KHLOROFIL)
Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian (KPFP) di Jalan Pulau Moyo No. 16X, Pedungan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar. (DOK.SWAR/KHLOROFIL)
Gerbang utama (tampak depan) Kebun Percobaan Fakultas Pertanian (KPFP) di Jalan Pulau Moyo No. 16X, Pedungan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar. (DOK.SWAR/KHLOROFIL)
Prof. Windia, Guru Besar Fakultas
Pertanian Universitas Udayana Berpulang
Berpulang
Fakultas Pertanian Universitas Udayana
(FP Unud) kehilangan salah seorang
Guru Besar (Gubes) terbaiknya. Prof. Ir. Dr. I Wayan Windia, SU meninggal pada usia 73 tahun. Gubes tersebut menutup mata pada Sabtu, (1/4/2023) sekitar pukul 04.00 WITA di Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. dr. I.G.N.G
Ngoerah (yang dikenal RS Sanglah), Denpasar. Khlorofil mewawancarai dua tamatan mahasiswa andalan beliau yang saat ini meneruskan ilmunya.
Sebelum meninggal dunia, Prof. Windia menjalani rawat inap di RS Puri Raharja, Denpasar. Kemudian dirujuk RSUP Prof. dr.
I.G.N.G Ngoerah. Prof. Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP, Ketua Unit Subak Universitas Udayana, menyampaikan Sabtu sekitar pukul 02.00 WITA ditemukan dalam kondisi kritis, hingga pukul 04.00 WITA dinyatakan meninggal.
Almarhum meninggalkan istri, Gusti Ayu Mandriwati. Serta dua anak, pertama Putu Gde Ariastita dan kedua Ni Made Lvian. Ritual pengabenan berlangsung pada Anggara Paing Bala, Selasa (11/4/2023), di Setra Pura Dalem Gede Desa Adat Sukawati.
Almarhum sosok wartawan dan dosen senior yang mempunyai wawasan dan pandangan luas. Ia memegang teguh nilai kebangsaan serta memperjuangkan organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak). Agar subak tetap menjadi kebudayaan Bali yang tetap kokoh dan lestari.
Prof. Suamba menyampaikan almarhum
selalu mempertahankan dan memperjuangkan subak. “Beliau betul-betul kuat dengan apa yang menjadi idealismenya untuk mempertahankan subak,” ujar Suamba.
Ketua Pusat Penelitian Subak Unud ini
sosok yang tidak mau menyusahkan orang lain bahkan anaknya. “Sebelum meninggal sempat berkomunikasi dengan almarhum, tapi beliau tetap mengaku tidak dirumah sakit, karena beliau selalu menyembunyikan kalau sakit, di rumah sakit, tidak pernah beritahu ke orang lain. Jangankan ke orang lain, anaknya sendiri tidak mengabarkan kalau beliau sakit, beliau di rumah sakit. Begitu karakter beliau,” lanjut Prof. Suamba.
Dosen program studi Agribisnis FP Unud terlibat sebagai national expert dalam proses pengusulan subak sebagai warisan budaya dunia. Usulan ini akhirnya diakui oleh The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 2012.
Dikutip dari website Unud www. unud. ac. id menyebut, Prof. Windia dalam lima tahun terakhir fokus penelitiannya pada bidang subak. Kajiannya tentang pengembangan aktivitas subak dalam bidang ekonomi. Penyandang guru besar sejak 2008 itu mendokumentasikan dalam bentuk buku manajemen sistem irigasi subak di Bali.
Anggota kelompok ahli Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Gianyar menyelesaikan pendidikan S1 di Unud, S2, dan S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil meraih gelar
doktor 2002 dan menyandang gelar guru besar 2008.
Dari hasil penelusuran khlorofil, koordinator
Kelompok Ahli Kota Pusaka Kabupaten Gianyar ini sempat menjabat sebagai Wakil Ketua
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali, Ketua Badan Penjaminan Mutu (BPMU) Unud. Jabatan
lainnya sebagai ketua Pemuda Panca Marga Bali, Wakil Sekjen Pemuda Panca Marga Pusat. Ketua
Bidang Pemuda dan Cendekiawan DPD Golkar
Bali sejak 2020, dan Pembina Umum Paiketan
Krama Bali. Prof. Windia juga aktif dalam organisasi sosial, pernah menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Golkar tahun 1977.
Prof. Windia sebagai Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Sosial dan Politik (STISPOL) Wira Bhakti, Denpasar masa bakti 2020-2024. Aktif sebagai
ketua Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Bali, Sekretaris Umum Monumen Perjuangan bangsal (MPB) dan Dewan Pakar INTI Bali.
Pernah menjadi wartawan Harian Nusa
Tenggara (Nusa Bali), kemudian menjadi
wartawan Harian KAMI, Sinar Harapan, dan Suara Pembaruan (hingga pensiun).
Dr. Ir. I Made Sudarma, M.S., menyampaikan rasa kehilangan sosok almarhum yang menjadi panutannya. “Beliau sangat saya hormati karena dedikasi terhadap masalah
pelestarian nilai-nilai sosial budaya yang menjadi keunggulan kearifan lokal Bali. Beliau berjuang mempertahankan eksistensi pertanian khususnya. subak sebagai kearifan lokal Bali,” ujar Sudarma.
Lanjutnya, dimata dosen Ilmu lingkungan prodi Agribisnis FP Unud, Prof. Windia sosok yang rendah hati, perhatian, dan sangat sederhana. Sebagai dosen senior, ia dikenal
senang berbagi ilmu dan memberikan bimbingan kepada rekan-rekannya.
Berdasarkan data yang dihimpun
Khlorofil, buku yang pernah ditulis antara
lain: ”Orang-Orang di Sekitar Pak Rai” (1985); ”Bangsal Dalam Kenangan Revolusi dan Perang
Kemerdekaan di Bali” (2008); ”Made Djapa dan Wayan Dipta Dalam Kenangan Revolusi dan Perang Kemerdekaan Indonesia di Bali” (2014); ”Transformasi Sistem Irigasi Subak Berlandaskan
Konsep Tri Hita Karana” (2006); ”Analisis Bisnis
Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana” (2007); ”Subak Warisan Budaya Dunia” (2013); ”Subak
dari Kajian Sosiologis” (2016); dan ”Agrowisata Subak” (2017) dan terbaru, bersama MPB
menerbitkan Buku Bangsal, Dalam Kenangan
Revolusi dan Perang Kemerdekaan di Bali
dengan Sub Judul: Menuju Satu Abad Monumen
Perjuangan Bangsal. (CHEANAGAE, MANDU, SHAA/KHLOROFIL)
IPutu Angga Saputra, salah seorang mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Udayana (FP Unud) sekaligus wirausahawan muda. Usaha yang dijalankannya berfokus pada kegiatan budidaya dan pemasaran produk hortikultura khususnya lemon California dan sayur mayur. Ia merintis usaha pertama kali 2021, dengan nama brand Alfagro.
Alfagro berasal dari dua kata yaitu ‘Alfa’ dan ‘Agro’. Alfa berarti generasi 2000 ke atas yang diharapkan menjadi pemimpin dimasa depan, sedangkan Agro berarti pertanian. Penamaan
Alfagro memiliki harapan agar generasi muda ikut bergerak di bidang pertanian.
Keinginan pemuda kelahiran 2002 ini, melihat peluang yang besar pada sektor tersebut.
Permintaan impor buah lemon di pasaran
Indonesia tinggi. “Kami ingin menyediakan
lemon lokal yang berkualitas seperti lemon impor dipasaran, kami membudidayakan lemon
California premium dengan teknologi dibidang pertanian terbaru yang kami peroleh di sekolah kami yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian Negeri 1 Petang,” ujarnya.
Jenis lemon California mampu bersaing dengan lemon impor. Kualitas yang premium, daging buah berwarna kuning, tebal, air banyak, kulit tipis, dan mulus. Kualitas tersebut menjadi nilai tambah pada komoditas lemon yang ditawarkan.
Angga mulai menggeluti bisnis sejak
SMK, awalnya ia berwirausaha menjadi reseller lemon dengan membantu petani. Berkat pengalaman inilah, mahasiswa program studi Agroekoteknologi ini mulai terbiasa dengan buah lemon yang ia jajakan. Ia pun mulai mencoba untuk mengikuti kompetisi serupa dengan kegiatan yang sedang dikerjakan.
Pada kompetisi yang diselenggarakan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
(Kemendikbudristek RI), Angga berhasil meraih juara satu pada lomba Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) bidang Agribisnis dan Agroteknologi 2021. Berkat kemenangannya ini lah, ia mulai menekuni lebih dalam tentang budidaya tanaman lemon dan juga sayuran seperti kol dan pakcoy.
Pemuda kelahiran Tambakan, Buleleng ini menghadapi beberapa kendala dalam mengembangkan bisnis yang ditekuninya. Mulai dari kendala mengenai permodalan hingga lingkungan perkebunan kurang mendukung sehingga mempengaruhi produktivitas. Selain itu, jarak antara tempat usaha dengan lokasi kuliah yang jauh menjadi kendala.
Namun, ia dapat mengatasi kendala dengan semangat dan tekad dalam mengembangkan bisnis. Angga menyiasati kendala permodalan dengan aktif mengikuti lomba kewirausahaan. Hasil kemenangan ia simpan untuk tambahan modal. Selain itu, alumnus SMKN 1 Petang Mengatasi permasalahan jarak dengan membagi tugas sesuai lokasi terdekat.
Kewirausahaan yang dibentuk Angga bersifat keanggotaan, bukan karyawan. Anggota yang dekat dengan lokasi kebun bertugas dalam hal produksi, sementara anggota yang tidak dengan lokasi kebun bertugas memasarkan produk melalui platform online. Sehingga usaha yang dilakukan tetap berjalan walaupun terhalang oleh jarak.
Saat ini, Alfagro telah memiliki anggota sebanyak 15 orang dengan 2 mentor yang merupakan guru di SMKN 1 Petang. Mentornya yakni, I Made Surya Adiputra, S.P., M.P. seorang wirausahawan dan founder sari lemon dan surya hidroponik. Mentor lainnya, I Wayan Darsana S.P. seorang wirausahawan perkebunan. Mentor ini dianggap sebagai guru dan orang tua. Keduanya turut mengarahkan Angga dan anggotanya menjalankan bisnis Alfagro.
Dalam pemasaran dan pendistribusian produk, Alfagro memasarkannya melalui media sosial ataupun secara langsung melalui mulut ke mulut. Alfagro juga men-supply lemon ke perusahaan sari lemon. Pemasaran Alfagro tidak hanya di pulau Bali saja, namun hingga keluar pulau Bali seperti Lampung, Jawa Tengah, dan Banten.
Untuk pemasaran produk, pria yang juga
bekerja sebagai tour guide agrotourism ini masih berfokus di pasar Indonesia khususnya Bali.
sedangkan ekspor belum berjalan karena perlu banyak proses dan masih perlu pendampingan.
“Untuk sementara ini kami belum ya untuk
ekspor, masih belum bisa karena mengingat juga
tahapan-tahapan untuk ekspor itu panjang sekali dan memerlukan banyak pendampingan juga dari dinas terkait karena produk yang harus di ekspor itu memiliki kuantitas dan kualitas tertentu,” ujar Angga.
Alfagro telah mendapat penghargaan Juara
1 lomba Proyek Sosial “Menjaga Alam Melalui Solusi Lokal” dari IDEP Foundation 2022.
Selain itu, beberapa pencapaian lainnya hingga kini Alfagro telah memiliki kebun seluas 20 are beserta alat pembuat biochar dan bangunan untuk produksi.
Rasa puas dirasakan Angga saat mendapatkan pembelian dari luar Bali. Ia membantu petani lokal dengan membeli semua produk mereka. Selama berwirausaha, support system terpenting adalah keluarga, sebagai semangat dalam melaksanakan kegiatan. Selain itu juga, anggota Alfagro dan mentor yang memberikan energi motivasi serta arahan untuk terus berinovasi mengembangkan Alfagro.
Sebagai seorang wirausahawan, Angga tidak melupakan tugas utamanya sebagai mahasiswa. Di kampus, mahasiswa angkatan 2022 itu kerap bergabung dalam kepanitiaan dan organisasi. Selain itu, Angga juga mengikuti berbagai perlombaan terutama di bidang bisnis. Mahasiswa
semester 1 itu berusaha untuk mencari relasi baru yang dapat membantu bisnisnya. “Saya bekerja pun di bidang yang sama, di bidang pertanian dan disana saya menemukan channel-channel baru untuk masuk di bidang bisnis ini,” ujar Angga.
Dengan berbagai kesibukan, ia membuat jadwal untuk membagi waktu agar bisa menjalani semua kegiatannya. “Saya tetap skala prioritas adalah kuliah ya. Jadi saat weekdays prioritas saya kuliah, membuat tugas dan lainnya. Barulah ketika weekend, prioritas saya kegiatan tambahan seperti kepanitiaan ataupun kegiatan organisasi lainnya. Jika saat weekend memang tidak ada kegiatan, barulah saya fokus di bisnis,” papar owner dari Alfagro.
Angga berpesan kepada seluruh anak muda agar tidak takut untuk memulai apa yang mereka inginkan dan tidak menyerah serta konsisten atas apa yang mereka kerjakan. “Intinya jangan takut memulai dan jangan pernah menyerah, karena ketika kita memang niat untuk memulai sesuatu pasti terkadang ada rasa malas yang harus kita lawan. Ketika kita sudah memulai pasti kita akan menemukan kendala, masalah, dan tantangan. Tetapi dari sanalah kita dituntut untuk tidak menyerah, sehingga konsisten untuk menjalani apa yang kita inginkan,” ujar pria berusia 20 tahun itu.
Sebagai penutup, Angga berharap kegiatan wirausaha bagi generasi muda atau petani muda didukung agar semakin inovatif sehingga tidak berakhir wacana. (ZIFA, ARIN, SHAA/ KHLOROFIL)
Himarskap FP Unud Gelar
Mangrove Clean Up 2023
Denpasar – (10/7). Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himarskap) Fakultas Pertanian Universitas
Udayana ( FP UNUD) melaksanakan program
kerja pengabdian masyarakat tahunan yaitu
Sampah Kita (SamKit). Kegiatan yang dikemas
dalam Mangrove Clean Up 2023 berlangsung
pada Jumat (10/7/2023) di Mangrove Last Point, Denpasar. Tema SamKit tahun ini yaitu “Satu Aksi untuk Rehabilitasi Lingkungan”.
Kegiatan Mangrove Clean Up 2023 ini merupakan aksi nyata kepedulian lingkungan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Acara ini sebagai bentuk upaya menyadarkan mahasiswa agar dapat berperan aktif menjaga kebersihan lingkungan.
Namun, sebelum melaksanakan kegiatan
SamKit, Himarskap beserta pihak komunitas
Sungai Watch terlebih dahulu melakukan kegiatan
Ngobrol Santai (Ngobsi) yang dilaksanakan pada Kamis (9/7/2023) di Roobs Bistro, Denpasar.
Acara tersebut merupakan diskusi bersama
terkait ide dan konsep yang akan dibawakan saat
kegiatan SamKit. Kolaborasi ini dilaksanakan mengingat permasalahan sampah yang ada di hutan mangrove biasanya akan terbawa dan hanyut ke sungai sehingga bermuara ke laut.
Selain itu, Himarskap FP Unud juga berkolaborasi dengan komunitas kebersihan sungai di Bali sebagai volunteer dalam acara SamKit. Felicita selaku Ketua Panitia Pelaksana SamKit mengungkapkan, kegiatan SamKit bertujuan untuk menjadi wadah bagi masyarakat juga mahasiswa agar dapat berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Dalam wawancara Ketua Pelaksana berharap agar kolaborasi kebersihan Mangrove ini dapat menyadarkan masyarakat akan kebersihan lingkungan.
“Harapan saya dengan adanya kolaborasi ini mampu menyebarluaskan kesadaran masyarakat terutama generasi muda untuk peduli terhadap lingkungan,” ujarnya.
Sekitar pukul 09.30 WITA, panitia, komunitas Sungai Watch, tamu undangan dan volunteer memulai aksi pembersihan dan
pengambilan sampah plastik di sepanjang hutan mangrove. Seluruh volunteer terlihat fokus
terhadap pekerjaan masing-masing sambil
menikmati sajian alamnya.
“Kegiatan ini sangat berkesan bagi saya
karena lumayan capek, harus masuk ke dalam lumpur. Tapi juga senang bisa membersihkan
mangrovenya sambil menjaga lingkungan
bersama-sama,” pungkas Rambu Joti sebagai
salah seorang volunteer. Pendapat dari volunteer
lainnya, Agung Cristiani menyampaikan, dengan mengikuti kegiatan ini saya belajar
bahwa lingkungan juga perlu dijaga. “Sehingga ada timbal balik antara alam dengan manusia,” terangnya.
Banyaknya sampah yang terkumpul
selanjutnya akan dipisahkan kembali berdasarkan jenisnya. Kemudian dipindahkan menggunakan truk yang disiapkan oleh Komunitas Sungai
Watch. Melalui acara ini, Felicia berharap, semoga peserta yang mengikuti kegiatan SamKit dapat menjadi agen perubahan lingkungan dan berdampak positif bagi alam. (APH, LENA, AMEL, SHAA/KHLOROFIL)
Kuta (29/06) - Persekutuan Mahasiswa
Kristen Fakultas Pertanian (PMKFP)
Universitas Udayana (Unud) melaksanakan kegiatan Beach Clean Up pada 29 Juni 2023 di Pantai Kelan, Kuta. Kegiatan tersebut dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari berbagai angkatan dan jurusan.
Marsel selaku ketua panitia pelaksana Beach Clean Up PMKFP mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mengupayakan kebersihan lingkungan sehingga meningkatkan minat wisatawan asing untuk mengunjungi daerah pantai yang bersih.
Ia berharap adanya kegiatan ini membuat masyarakat sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Sehingga keindahan Pantai Kelan dapat dinikmati oleh masyarakat juga wisatawan. Dalam wawancaranya, mahasiswa jurusan
Agroekoteknologi ini berharap, dapat membantu masyarakat sekitar membersihkan Pantai Kenal.
“Harapan terbesar saya, walaupun kalian datang ke Pantai Kelan dengan bertujuan menikmati
pemandangannya, jangan lupa untuk membawa pulang sampahnya,” ujarnya.
Beach Clean Up diharapkan menginspirasi
masyarakat sekitar agar lebih memperhatikan kebersihan lingkungan, khususnya lokasi pantai.
“Kami berinisiatif untuk memulai pembersihan sampah agar di manapun berada tetap peduli terhadap lingkungan,” katanya.
Kegiatan dimulai pukul 08.00 WITA dengan agenda kedatangan volunteer dan juga panitia di area Pantai Kelan. Untuk memeriahkan acara, Beach Clean Up juga turut dihadiri oleh alumni dan pembimbing dari PMKFP Unud. Kegiatan dibuka dengan doa bersama. Kemudian dilanjutkan dengan membersihkan area pantai. Baik panitia maupun volunteer yang hadir dibagi menjadi tiga kelompok untuk membersihkan beberapa titik area yang sudah ditentukan. Seluruh partisipan yang hadir dibekali dengan polybag dan hand glove untuk digunakan sebagai alat bantu memudahkan pengumpulkan sampah.
Proses pembersihan berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam dengan menyisir pantai. Ditemui disela-sela kegiatan, Lukman selaku volunteer menyampaikan kesannya terhadap kegiatan Beach Clean Up. “Tentunya manfaatnya ada banyak, cuma yang paling terutama itu, kita bisa menjalin kerjasama dan membantu membersihkan area lokasi ini.”
ungkapnya. (APH, TANAL, LENA, SHAA/ KHLOROFIL)
Sudah berbulan-bulan lamanya desa ini tak lagi merasakan musim hujan. Suhu semakin panas, musim kemarau dan hujan yang tidak dapat diprediksi. Desa yang lebih disayang oleh musim kemarau daripada musim hujan. Desa yang ditakuti oleh hujan, hanya terlihat menghijau dalam beberapa bulan, dan akan kembali memerah dalam waktu yang lama, sebagaimana batu bata yang telah terbakar.
Siang itu matahari telah menyinarkan sinarnya ke bumi, sedikit berbeda dengan hari kemarin. “Pak, sepertinya sinar matahari siang ini sudah mulai redup. Apakah awan sudah mulai bersapa ria dengan kebun kita? Sepertinya hari yang kita tunggu akan segera tiba.”
“Betul, nak. Sorot mata sang surya yang tajam dari beberapa bulan mulai melemah. Sepertinya rasa haus dan dahaga tanaman yang masih bertahan hidup akan terobati. Demikian pula dengan serangga yang telah meninggalkan tempat ini nampaknya akan segera kembali untuk menghibur kegelapan malam di tempat ini.”
Begitulah sebuah perbincangan kecil yang terjadi di sebuah rumah tua di ujung desa itu. percakapan seorang ayah dan anaknya yang menantikan musim kemarau ini usai. Ayah dan anak yang hidup, dan menghidupi diri dari bertani. Benar, mereka adalah petani. Petani yang tidak pernah menyerah dan tidak mengenal lelah, meskipun dihadapi berbagai tantangan.
Siang itu memang terlihat sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Awan-awan dilangit, telah mencari tempat hinggap, dan menghalangi sorot matahari. Musim hujan sepertinya memang akan segera tiba. Artinya para petani di desa itu akan segera mengayuh tenaganya siang dan malam, dengan tidak mengenal lelah. Mengucurkan keringatnya untuk sebuah harapan. Harapan agar musim yang akan datang itu, tidak terlewati begitu saja. Hidup dan bertani yang hanya bergantung
dengan musim hujan, yang dimana musim hujan
datangnya lebih singkat dibandingkan musim
kemarau, tentu sangatlah singkat bagi mereka untuk mengumpulkan sumber kehidupan. Salah sedikit, kelaparan akan menjadi akibat bagi mereka.
Siang menjelang sore, yang mulai gelap itu. Tampak Ayah dan anaknya itu tak henti-henti mengayunkan cangkulnya. Keringat yang mengucur membasahi kulit mereka yang kering itu. Berpuluhpuluh ayunan bahkan beratus-ratus ayunan, telah mengantarkan lokasi tanah-tanah di sana menjadi gembur. Dari sudut ke sudut. Dari titik ke titik, tanah itu telah hancur. Hancur dan hancur, namun akan menjadi subur. Tanah itu pun basah. Basah bukan oleh air hujan, tapi basah oleh cucuran air dari rongga-rongga kulit Ayah dan anaknya itu. Namun masih mampu mengalirkan air begitu deras, oleh tenaga yang dikeluarkan begitu keras. Dan sesekali tangan mereka itu, melempar dan mencabut rumputrumput liar, yang tidak berguna. Sesekali pula melempar kerikil-kerikil kecil pengganggu tempat itu. Itulah yang dilakukan dari dulu hingga kini.
Hari pun sudah mulai gelap, tak ada tandatanda bahwa awan kelabu muncul di angkasa. Harapan mereka untuk turunnya hujan sedikit demi sedikit menghilang. “Aku merindukan musim hujan kali ini pak. Padahal, musim kemarau sudah berganti pada musim penghujan. Sayang, kali ini hujan masih saja tidak menampakkan walau sekedar guntur.”
Hampir dua tahun ini musim penghujan sudah tidak teratur lagi mengguyur desa ini. Sungguh tragis kehidupan pada musim kali ini. Seandainya saja musim penghujan teratur menghujani seluruh desa, bapak yakin segala tanaman, tumbuhan akan tumbuh subur. Begitulah percakapan sepasang petani, ayah dan anaknya itu yang merindukan musim hujan yang tak kunjung datang. Setiap hari mereka mendesiskan kerinduannya pada hujan dengan harapan kemarau panjang ini berakhir dan hujan mengguyur desa mereka.
Mari kita tunggu datangnya hujan, sambil menunggu langit agar tak ingkar
Kau dengar dengan jeritan ilalang, yang terbakar karena kekeringan
Basahi ladang kita yang butuh minum, basahi ladang kita yang kekeringan
Kemarau ini begitu mencekam, banyak tanaman yang butuh pengairan
Usah menangis simpan di langit, dengan harapan turunnya hujan
Bagaikan ladang yang kering kerontang
Wahai kemarau panjang, jangan engkau musnahkan tanaman
Jadikan mendung menjadi hujan, agar jatuh ke bumi ini
Suhu bumi yang semakin panas
Sinar matahari yang kian menyengat
Bumi terguncang, iklim terpanas
Menerangi bumi dengan panasnya yang sangat terasa
Tanaman mulai layu dan kering
Tanah yang gersang terkulai letih
Pohon-pohon rindang kian gersang
Air melimpah kini kering
Langit biru cerah tiada awan
Pantai yang indah kian mengering
Hujan deras kini tak datang lagi
El Nino membawa kekeringan yang menyedihkan
Tumbuhan meratap
Hewan terkulai lemas kehausan
Menahan dahaga
El Nino menggenggam dunia dalam kekeringan
Di dalam hati masih ada harapan
Kita bersatu, berjuang bersama
Kita hadapi tantangan El Nino
Dengan semangat dan ketangguhan
Hari akan datang, ketika hujan turun kembali
Melawan El Nino demi masa depan
Untuk tanaman yang hijau
Dan negeri yang makmur