KHLOROFIL MEDIA PERTANIAN TANPA BATAS SUBAK DI MASA PANDEMI LIPUTAN UTAMA
SEKTOR PERTANIAN, KUATKAN PANGAN MANDIRI OPERASIONAL AGROWISATA TERKENDALA PPKM KEMBANGKAN INOVASI DISTRIBUSI HASIL PANEN SUBAK
LEMBAGA PERS MAHASISWA KHLOROFIL
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA BALI
EDISI PERDANA/AGUSTUS 2021
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya Khlorofil dapat menyelesaikan e-Buletin edisi pertama ini. Untuk terus hadir secara konsisten membutuhkan diskusi mendalam, baik ketersediaan literatur ataupun signifikasi topik yang akan dibahas. Adapun kendala yang dialami diharapkan menjadi suatu proses pembelajaran dan pengalaman berharga bagi penulis.
Kami menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan alumni Khlorofil yang telah mendukung dan memotivasi Khlorofil hingga saat ini, seluruh anggota redaksi dan divisi lainnya yang telah berusaha keras dengan penuh semangat mengerjakan tugas-tugasnya, serta pihak lainnya yang telah membantu terselesaikannya e-buletin ini.
E-Buletin Khlorofil edisi kali ini mengangkat tema “Kabar Subak pada Masa Pandemi.” Tema ini berangkat dari kondisi pandemi COVID-19 saat ini telah membawa dampak terhadap subak. Peran subak sudah menjadi konsep kehidupan masyarakat Bali dan merupakan cerminan dari filosofi Tri Hita Karana. E-Buletin ini diharapkan sebagai bentuk kontribusi bagi subak di Bali. Akhir kata, selamat membaca dan semoga kedepannya e-Buletin dapat terus berkarya dengan memberikan berita-berita yang lebih menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
Diterbitkan oleh: Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Khlorofil Fakultas Pertanian Universitas Udayana Alamat Redaksi: Kampus Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar
Pelindung: Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM
Penasehat: Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S, Prof. Ir. I Gusti Agung Ayu Ambarawati, M.Ec.,Ph.D, Dr.Ir. I Wayan Diara, MS
Pembina: Dr. Ir. Gede Wijana, MS, Dr. I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, SP., M. Agr., I Made Sarjana, SP, M.Sc, Prof. Dr. I Wayan Windia, SU
Pimpinan Umum: Nadia Y Abigail Simanjuntak, Wakil Ketua : Ni Kadek Krisna Jayanti, Sekretaris Umum: Citra Sari Oktavia Siagian, Bendahara Umum: Yemima Indri Yani Br Barus
Pimpinan Redaksi: Made Dirdaedrea Dharma Rinasa, Sekretaris Redaksi: Sophia Adelia Putri, Sub Divisi Redaktur Pelaksana Online: Ni Luh Kadek Bintang Rahayu, Fanisa Risalia, Sub Divisi Redaktur Pelaksana Cetak: I Kadek Aryawan, Riska Windrawati, Sub Divisi Desain dan Percetakan: Rizky Adhyaksa Krisna Wijaya Putera, Kukuh Mukti Ginayuh, Louis Sidharta
Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia (PSDM): Kooridnator: Febryanty Sinurat, Sub Divisi Kaderisasi: Elis Tri Putri, Beatrice Srigita Damanik, Ni Luh Utami Sub Divisi Hubungan Masyarakat (Humas): Dian Tresia Pakpahan, Intan Nur Laily Putri Manan
Divisi Penelitian dan Pengembangan (LitBang): Ni Made Widiantari, Aisyah Nur Khasanah Haq, Elisa Zefanya Tarigan, Della Puspitasari
Divisi Marketing dan Produksi: Ruth Mawar Sari, Yopy Yola Ardyna Br Siregar, Isya Maulani Nastiti, Rizka Fitriatin Nisa
Layout and Editing: Louis Sidharta
Thanks to Nungki Kartikasari
SALAM REDAKSI
SALAM KHLOROFIL!!
1 E-Buletin Khlorofil 2021
SAHABAT KHLOROFIL
DAFTAR ISI 03/LIPUTAN
•
08/LAPORAN UTAMA •
"Metamorfosis
14/KABAR
•
17/SOSOK •
•
23/OPINI •
•
•
28/RESENSI FILM • RESENSI FILM
31/PUISI •
32/GALERI
•
•
•
34/KARYA
•
•
2 E-Buletin Khlorofil 2021
UTAMA
BERTAHAN DALAM PANDEMI ALA PETANI SUBAK
SUKA DUKA SELAMA KULIAH DARING
Kampus di Masa Pandemi"
KAMPUS
PPKM DARURAT, PEDULI LINGKUNGAN HARUS DITERAPKAN
I KADEK GANDHI: AGROSOCIOPRENEUR MILLENIAL PENGUSUNG WINE STROBERI
I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA: PELUANG MEMBUKA JALAN
EKSISTENSI SUBAK : MODAL DAN AKSES PASAR DIPERLUKAN
KABAR SUBAK : PENDAPATAN PETANI
SEKOLAH TIDAK BERPENGHUNI
SEMESTA (2020)
AKU BERTANYA
KHLOROFIL
Rapid Test Antigen yang kini sudah mulai ramai untuk dijadikan peluang usaha.
Tak lupa, masih banyak orang baik yang mau berbagi untuk sesama.
Kondisi salah satu pasar di Bali yang sudah menaati prokes selama era pandemi COVID-19
PUISI: TENANG ADA TUHAN
RESENSI BUKU: MEMAHAMI ALAM PIKIRAN MASYARAKAT BALI KUNO MELALUI BUKU SEDERHANA: BERPETUALANG KE PULAGAN YUUUK....!
BERTAHAN DALAM PANDEMI ALA PETANI SUBAK
LIPUTAN UTAMA 3 E-Buletin Khlorofil 2021
LIPUTAN UTAMA
SEKTOR PERTANIAN, KUATKAN KETAHANAN PANGAN MANDIRI
Subak merupakan organisasi masyarakat petani di Bali yang mengatur manajemen, sistem pengairan atau irigasi sawah. Tidak hanya pengairan, subak juga memperhatikan asas kerjasama, gotongroyong, serta keadilan menggunakan sistem meminjam air juga persiapan tanam hingga panen. Ketua Komunitas Petani Muda Keren (PMK) Anak Agung Gede Agung Wedhatama mengatakan, permasalahan subak saat ini adalah ketersediaan air kian menurun. “Alih fungsi lahan serta hutan yang ditebang menyebabkan banyak mata air hilang. Jika air tidak ada, apa yang harus diatur?,” ujar pria kelahiran Singaraja pada 27 November 1984 itu.
Permasalahan yang sebenarnya terjadi dialami oleh petani subak abian yang memproduksi tanaman hortikultura. Dikarenakan menurunnya pariwisata Bali berdampak pada sepinya wisatawan yang berbanding lurus dengan konsumsi produk-produk hortikultura. “Petani subak yang memiliki sawah tidak ada masalah, malah cenderung lebih baik daripada sebelum pandemi terjadi. Sementara petani subak abian memiliki masalah pada sistem pemasarannya,” ucap pria Menurut Pria yang akrab disapa Agung Weda ini
Fenomena pengurangan karyawan swasta menyebabkan banyak diantara mereka kembali ke desa untuk membantu pertanian keluarga ataupun menjadi buruh tani demi mendapatkan upah. “Pada 2020 kemarin kami
banyak membantu semeton Bali yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi untuk dapat bertani di desa masing-masing,” ujar lulusan S-2 Master of Information and Technology Universitas Gajah Mada (UGM) itu.
Agung Weda sendiri mengajak masyarakat Bali, khususnya anak muda dan petani untuk tidak berpangku tangan pada pemerintah. Dari pemerintah sendiri diharapkan agar dapat membantu mengatasi permasalahan alih fungsi lahan dan penebangan hutan yang semakin marak terjadi di Bali. “Yang penting untuk anak muda itu bekerja sendiri, terus berkarya dan berdharma untuk menjaga alam kita bumi pertiwi serta membantu semeton kita yang ada di Bali,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan mandiri di Bali, sektor pertanian berangkat dari hasil panen di Subak dan pengelolaan agrowisata. Bagaimana pertanian menjadi penolong kebutuhan primer di Bali, berikut ulasannya.
OPERASIONAL AGROWISATA TERKENDALA PPKM
Agrowisata Edukasi Subak TeBa Majelangu merupakan salah satu agrowisata yang menjadikan subak sebagai daya tarik wisatanya. Agrowisata yang baru dibuka pada 28 Maret 2021 ini bertempat di Desa Kesiman Kertalangi, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali. “Karena pandemi, terpaksa pembukaan Agrowisata ini menjadi terhambat,” ujar Manajer Agrowisata Edukasi Subak TeBa Majelangu, I Made Semaraputra.
4 E-Buletin Khlorofil 2021
Menurut Semaraputra, agrowisata ini terpaksa harus ditutup saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Sejak dibuka ditengah kondisi pandemi, Agrowisata Edukasi Subak TeBa Majelangu telah menerapkan protokol kesehatan (prokes) ditempat tersebut. “Kami tetap melakukan prokes yang disarankan pemerintah, sosial distancing juga tidak kami lupakan,” ujar pria yang akrab disapa Semaraputra. Agrowisata ini sebagai sarana edukasi siswa dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga SMP dengan kurikulum sistem pengairan subak, cara menanam hingga panen tanaman padi, serta cara membajak sawah tradisional. Prokes yang diberlakukan termasuk memberi waktu dan jarak yang ditentukan.
Agrowisata juga melibatkan petani di sekitar untuk bekerja di sana. “Petani subak di sini sebagai ikon Agrowisata Teba Majelangu, kami bekerjasama dengan petani sehingga petani subak dapat membantu mendukung program-program yang ada,” terangnya. Selama pandemi, petani subak tetap dipekerjakan setiap hari untuk mengurus tanaman dan hewan ternak yang ada di Agrowisata Edukasi Subak TeBa Majelangu.
Hasil panen akan dikonsumsi sendiri oleh petani dan sebagian akan dijual ke masyarakat sekitar juga pasar terdekat. “Hasil panen seperti padi dan pepaya akan dijual untuk membantu biaya operasional Subak TeBa Majelangu,” ungkapnya. “Untuk pengolahan hasil panen sendiri akan kami rancang dikemudian hari untuk menambah
5 E-Buletin Khlorofil 2021 LIPUTAN UTAMA
FOTO: DOKUMEN AGROWISATA SUBAK TEBA MAJALANGU
Kegiatan edukasi agrowisata Edukasi Subak Teba Majalangu, Denpasar Timur pada saat sebelum PPKM
nilai jual dari tanaman yang kami produksi,” lanjutnya.
Semaraputra berharap pemerintah dapat membantu mempromosikan kawasan wisata edukasi ini. Pihaknya sadar agrowisata sangat bermanfaat bagi generasi penerus dalam mempertahankan tradisi dan budaya. Termasuk mengembangkan kawasan wisata yang berbasis pertanian sebagai salah satu destinasi wisata Kota Denpasar. “Kalau anak-anak muda di Bali tidak tahu subak, siapa lagi yang akan meneruskan tradisi ini?,” pungkasnya.
KEMBANGKAN INOVASI DISTRIBUSI HASIL PANEN SUBAK
Permasalahan umum dunia sekarang ini, pandemi COVID-19 juga berdampak pada subak. Salah seorang anggota Subak Tirtajati, Banjar Majangan, Payangan, Gianyar turut merasakan dampaknya. Untuk kebutuhan sehari-hari, petani menjual hasil panen hortikultura dan buah-buahan, sedangkan hasil panen padi hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan beras keluarganya.
I Wayan Gunawan (40) menyebutkan bahwa memang di masa pandemi seperti ini, selama proses bertani sampai panen tidak terlalu berbeda dengan sebelumnya. Pada proses pascapanen dan distribusi mengalami penurunan. “Panennya seperti biasa. Harganya saja sekarang lebih di bawah,” ungkap pria yang akrab disapa Gun itu. Petani banyak yang menjual hasil panen langsung ke pengepul dengan sistem ijon. Sistem ijon adalah penjualan hasil panen dengan nilai jual lebih rendah. Selisih harga pada pengepul sekitar 1.000 ru-
piah sampai 5.000 rupiah dari pasar. Gun juga mengatakan, harga jual di masa pandemi sering tidak balik modal. “Seperti cabai merah besar, sekarang kan harganya di bawah sekali. Bisa kurang, untuk modal saja tidak balik (modal),” ujarnya. Demi menutupi kerugian pada hasil panen, dia tidak hanya berfokus dalam satu komoditas saja. “Kalau misal cabai minus, dari tanaman lain ditutupi. Kami, petani di sini kebanyakan bukan hanya bertani satu komoditas, kami petani juga peternak. Karena permintaan pasar masih terus banyak,” lanjutnya.
Berbeda halnya dengan Subak Penangin, Banjar Pagutan Kaja, Batubulan, Gianyar. I Ketut Punia, salah seorang petani di subak Penangin menjelaskan bahwa debit air yang kian berkurang turut menjadi masalah. “Dulu memang air lancar, jadi bisa menanam terus-menerus. Tetapi ketika 1986, sudah diadakan pembagian pemakaian air karena debit air menurun,” tutur petani yang biasa disapa Tut Nyo itu.
Berdasarkan keterangan dari Tut Nyo, beberapa petani di Subak Penangin masih sulit diajak untuk berubah dalam hal distribusi hasil panen. Di Subak Penangin masih terjadi sistem ijon. Tut Nyo tidak menjual hasil panennya kepada penabas seperti yang lain. Petani berusia 52 tahun tersebut memilih untuk memasarkan sendiri hasil panen padinya dalam bentuk beras daripada malai seperti petani kebanyakan di subak itu.
“Masih banyak yang susah diajak untuk berpikir. Beberapa petani itu masih suka menanam untuk penabas. Warga kami sih memang ada dua orang
6 E-Buletin Khlorofil 2021
LIPUTAN UTAMA
yang menjadi penabas. Kalau saya lebih senang jual berasnya daripada tanaman padinya,” terangnya. Tut Nyo merasa menjual beras daripada malai memiliki banyak keuntungan secara nilai. Namun memang membutuhkan proses panjang termasuk menjemur gabah.
Sebelum pandemi, Tut Nyo bekerjasama dengan desa wisata dan komunitas pecinta lingkungan sebagai konsumen beras hasil produksinya. Menjual beras secara langsung kepada konsumen pengelola pariwisata sudah membuatnya kewalahan dengan permintaan yang ada. Sayangnya, saat ini sistem penjualan tidak lagi sama. Meskipun beras hasil panen dapat terjual dalam waktu kurang dari sebulan. Dia menyisihkan hasil produksinya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk keluarganya.
Selama pandemi, Tut Nyo berusaha bertahan dalam mendistribusikan pas-
capanen dengan cara modern. Dia mempromosikan beras dagangannya melalui media sosial yang ada, seperti Facebook dan WhatsApp. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, jangkauan pemasaran yang diraih juga lebih luas.
Bantuan dari pemerintah bukan satu-satunya tumpuan utama dalam mengatasi persoalan yang ada. Sebelumnya, telah diberikan bantuan dana dan bantuan alat pertanian, misalnya traktor. Namun dianggap salah sasaran oleh petani. Karena tidak ada yang bisa menjalankan traktor. Bantuan uang tunai pun dianggap kurang tepat jika petani hanya memiliki lahan sawah kurang dari satu are. “Karena uang yang didapat sering digunakan tidak untuk usahatani,” tutur anggota Petani Muda Keren (PMK) Payangan, Gianyar itu. (Lut, Shoy/khlorofil)
7 E-Buletin Khlorofil 2021
LIPUTAN UTAMA
FOTO: DOKUMEN AGROWISATA
SUBAK
TEBA MAJALANGU
Kegiatan edukasi dari PAUD Kumara Shanti Br. Biaung ke Agrowisata Edukasi Subak Teba Majalangu, Denpasar Timur pada saat sebelum PPKM
SUKA DUKA
8 E-Buletin Khlorofil 2021 LAPORAN UTAMA
SELAMA KULIAH DARING “Metamorfosis Kampus di Masa Pandemi”
MEMORI CORONA VIRUS
Setahun silam, tepatnya Senin (2/3/2020) Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan pada saat itu, Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus pertama positif Corona di Indonesia, di Istana Kepresidenan, Jakarta. Bermula dari dua WNI yang merupakan Maria Darmaningsih (64) dan Sita Tyasutami (31), yang diduga tertular virus Corona karena kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia. “Orang Jepang ke Indonesia bertemu siapa, ditelusuri dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun,” kata Jokowi menjelaskan. Demikian awal dari bencana yang mengguncang Indonesia yang kini telah menjadi pandemi dan masalah serius. Terukirnya kasus pertama virus corona di Indonesia ini membuat berbagai pihak terutama pemerintah menetapkan kebijakan kebijakan yang dapat memutus rantai
penyebaran virus Corona. Ketika kasus Coronavirus belum semarak sekarang menjadi pandemi, dahulu pemerintah juga masyarakat Indonesia belum menanggapi perkara ini dengan begitu serius. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya kesadaran dan mitigasi di Indonesia serta adanya tanggapan lelucon beberapa masyarakat berupa kebalnya masyarakat Indonesia akan virus corona. Terbukti hingga lonjakan kasus Coronavirus yang terjadi begitu signifikan saat ini di Indonesia, mengakibatkan banyaknya sektor yang terganggu. Pada masa kini, pemerintah sedang gencar menyemarakkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat. PPKM darurat resmi diberlakukan pada 3 – 20 Juli 2021 di Jawa dan Bali. Kebijakan ini secara resmi diberlakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Keputusan ini diambil Jokowi setelah mendapatkan masukan dari para menteri, ahli kesehatan, dan kepala daerah. Hal ini diberlakukan akibat
9 E-Buletin Khlorofil 2021
GAMBAR: FUSION MEDICAL ANIMATION_UNSPLASH
Visualisasi virus COVID-19.
lonjakan Coronavirus yang semakin cepat juga adanya imbas varian baru virus inj. “Saya memutuskan untuk memberlakukan PPKM darurat 3 – 20 Juli 2021 khusus di Jawa dan Bali,” kata Jokowi dalam keterangan pers, Kamis (1/7/2021). Saat ini bah Pandemi COVID-19 menuntut kita untuk melakukan “Work From Home” atau dikenal dengan WFH. Hal ini dengan tujuan untuk memutus mata rantai Coronavirus, sehingga dapat menekan angka kematian dan dampak ke berbagai sektor yang dirugikan. Penetapan WFH bukan berarti membatasi partisipasi dalam kegiatan tertentu. Namun, tetap membuka peluang untuk berbagai pihak mengasah keterampilan dan pengetahuannya. Kalaupun ada kegiatan mendesak yang mengharuskan keluar dari rumah, maka protokol kesehatan sudah menjadi suatu kewajiban untuk ditetapkan.
Ya, 6M. Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak fisik minimal 1 meter, Membatasi mobilitas, Menghindari keramaian atau kerumunan, dan Menghindari makan bersama.
TANTANGAN DI ATAS PANDEMI
Perubahan yang drastis tentunya dirasakan oleh setiap kalangan pelajar, akibat pola kebiasaan belajar secara tatap muka yang kini telah berubah. Metamorfosis yang jelas terjadi juga dirasakan oleh mahasiswa dalam dunia kampus. Bukan hanya tentang proses tatap muka yang berubah, namun banyak tatanan kampus yang mengalami perubahan hingga mengakibatkan mahasiswa mengalami kendala saat pertama harus berorientasi dengan keadaan yang ada. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu pada sistem penerimaan mahasiswa baru. Mulai dari sistem pendaftaran, hingga
10 E-Buletin Khlorofil 2021
FOTO: BERSUMBER DARI PBI.UII.AC.ID
Ilustrasi situasi pembelajaran sebelum terjadi pandemi COVID-19.
LAPORAN UTAMA
masa orientasi kampus bagi mahasiswa baru. Angkatan 2020, merupakan angkatan awal yang harus menerima perubahan terkait masa orientasi kampus akibat pandemi ini. Hal yang tidak mungkin jika menghilangkan budaya masa pengenalan kampus bagi mahasiswa baru di setiap kampus, hingga memaksa pihak kampus khususnya BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), yang menjadi penanggung jawab terkait hal tersebut, untuk memunculkan cara baru yang menyesuaikan dengan keadaan pandemi ini. Masa orientasi kampus, atau yang umum dikenal “ospek” dilakukan secara online, seperti yang diterapkan di Universitas Udayana. Setiap perubahan tentunya akan membawa dampak positif serta negatif bagi setiap pribadi yang mengalaminya. Begitu pula terkait perubahan yang dialami mahasiswa angkatan 20, khususnya pada masa pengenalan kampus secara online. “sebenarnya untuk kuliah atau ospek online ini ada enaknya ada enggaknya sih kak. Kalo dari segi enaknya kita kan enggak perlu lelah ke kampus, terus enggak perlu merasa takut gitu kalo ketemu dosen atau kating (kakak tingkat) kan kak, setalah itu tugas-tugas yang dikasih sama kating kalau lagi ospek itu enggak terlalu buat tertekan karna kita hanya disuruh buat resume, twibbon, dll. Terus kalo pembelajaran di kelas enaknya kalo ada tugas itu bisa diskusi gitu kak sama teman istilahnya bekerja sama lah apalagi kalo ujian kak. Terus kalau kuliah itu bisa sambil rebahan. Tapi yang enggak enaknya itu aku merasa makin jauh sama teman-temanku, bahkan buat say hi aja kadang enggak
bisa, terus bentuk kampusku aku juga enggak tau gimana, materi-materi yang dikasih sama dosen kadang susah buat dimengerti apalagi untuk praktikumnya yang mengharuskan kita praktikum di rumah. Kadang kalau mau praktikum ya harus dengan alat seadanya aja sih kak. Terus enggak enaknya juga, kalau perkuliahan itu ya berurusan sama kuota kan kak, jadi kalau seandainya jaringan di rumah lagi enggak mendukung kadang pembelajaran yang dikasih ke dosen itu bakalan terhambat juga,” curhat Bunga, sebagai salah seorang mahasiswi angkatan 20 dari Universitas Udayana. Secara umum, tentu seluruhnya merasakan perihal yang sama karena bagi mahasiswa baru tentunya akan antusias untuk merasakan lingkungan baru dalam dunia kampus. Namun akibat pandemi, bahkan hingga saat ini banyak mahasiswa yang belum merasakan dunia kampus secara nyata dan langsunh. Dengan kata lain hanya melakukan kegiatan kampus secara online.
Fase perubahan ini mengakibatkan banyak keluhan yang muncul akibat metamorfosis yang terjadi pada tatanan pembelajaran kampus. Setelah melakukan survei terhadap beberapa mahasiswa terkait metode pembelajaran daring saat ini, menyampaikan berbagai keluhan yang dihadapi dalam orientasi terhadap pandemi ini. Sulit fokus menjadi salah satu tantangan bagi mahasiswa, dikarenakan pembelajaran online yang dapat dilaksanakan dimana pun. Mungkin saja kondisi yang kita alami ketika belajar daring kurang kondusif, tidak seperti belajar tatap muka di bangku kuliah. Ada juga
LAPORAN UTAMA 11 E-Buletin Khlorofil 2021
yang berpendapat, bahwa pembelajaran daring membentuk mahasiswa menjadi anti sosial, karena tidak bersosialisasi secara langsung terhadap sesama mahasiswa dan dosen, dan lebih membiasakan diri terhadap handphone juga dunia maya, tanpa memedulikan lingkungan sekitar. “Dukanya belajar online, kita jadi ansos, nolep (tidak ada kehidupan), tidak dapat ilmunya, pintar tidak malah lebih bego, overthinking dan stress meningkat” kata Lisa sebagai seorang mahasiswi dari Universitas Udayana. Kendala terkait jaringan untuk mengakses pembelajaran daring juga sering menjadi permasalahan, terutama bagi mahasiswa yang menduduki wilayah terpencil dan sulit mendapatkan akses internet.
SUKA DIBALIK DERITA
Kemajuan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 memang sudah tidak diragukan. Segalanya serba dimudahkan. Hal ini dibuktikan dengan adanya inovasi
teknologi dalam berbagai hal. Salah satunya adalah adanya gawai ataupun alat komunikasi lainnya yang terkoneksi dengan internet. Pemanfaatan gawai mengakibatkan berbagai kegiatan bisa kita atur hanya dengan jentikan jari jemari dengan sangat efisien dan tak menguras banyak tenaga. Soal proses belajar mengajar contohnya. Tak heran jika di masa pandemi COVID-19 ini salah satu sektor terdampak yaitu pendidikan pun dapat memanfaatkan gawai ataupun alat komunikasi lain dalam proses belajar mengajar. Mulai dari kalangan pengajar, pelajar, hingga pihak lain yang berkaitan dengan bidang pendidikan dituntut untuk terbiasa dalam hal tersebut. Ospek, perkuliahan, ujian proposal, bahkan sampai kelulusan pun dilakukan secara daring hanya dengan memanfaatkan teknologi yang sudah sedemikian berkembang. Terlihat jelas dengan adanya hal ini memicu adanya kemudahan dalam melakukan apapun.
Mengingat adanya kebijakan
LAPORAN UTAMA
FOTO: BERSUMBER DARI ICHEF.BBCI.CO.UK
Ilustrasi situasi pembelajaran saat pandemi COVID-19.
12 E-Buletin Khlorofil 2021
PPKM yang ditetapkan oleh pemerintah guna memutus rantai penyebaran COVID-19, memang benar mengakibatkan pembatasan kegiatan secara langsung, tak terkecuali bagi pelajar. Namun, adanya kebijakan ini juga menjadi kemudahan bagi pelajar untuk mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk kepentingan tertentu, beasiswa, surat menyurat, usulan penelitan misalnya. Tak hanya itu, suka lain yang dapat dirasakan dan dimanfaatkan dibalik derita akibat pandemi ini adalah, pelajar bisa mengikuti pembelajaran lain di luar tempat pendidikannya. Baik itu berupa Course tertentu, webinar, pelatihan tertentu, dan masih banyak yang lainnya. Sangat banyak kesempatan belajar terbuka lebar semasa pandemi ini. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh tim penulis melalui media sosial, terlihat bahwa 5 dari 8 responden setuju bahwa belajar semasa pandemi itu mengasyikkan. Hal ini mereka ungkapkan dengan berbagai keterangan lebih lanjut. Misalnya, pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19 dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan sekaligus dapat melakukan kegiatan lainnya selama tidak mengganggu proses pembelajaran. Disisi lain, pemerintah juga menyemarakkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang akrab disebut dengan program MBKM. Program ini sudah mulai diterapkan mulai tahun 2020 yang menawarkan berbagai macam privilege bagi pelajar. Seperti kampus mengajar, pertukaran pelajar, magang dan studi independen bersama mitra yang telah bergabung dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa tak ada kata derita dibalik pandemi COVID-19 bagi pelajar untuk terus mengasah kemampuan, mengambil kesempatan, dan mengukir pengalaman di tengah kondisi pandemi COVID-19. Hal ini sama seperti belajar itu fleksibel dan ungkapan “Belajar itu tanpa batas”. Artinya kita dapat menjelajahi berbagai macam ruang dalam waktu yang bersamaan pada tempat yang berbeda beda. Hal ini juga terbukti dengan semakin mudahnya para pelajar dapat mengikuti kegiatan perlombaan ataupun kegiatan lain yang dapat mengasah keterampilannya ataupun pengetahuannya tanpa harus pergi jauh meninggalkan hal-hal tertentu.
Berbagai tantangan, kendala serta cerita suka yang dihadapi dunia kampus, khususnya mahasiswa dalam orientasi pembelajaran daring ini. Namun meski demikian, kita harus tetap bersabar serta mematuhi arahan yang dikeluarkan pemerintah demi menekan kasus penyebaran virus corona, hingga permasalahan pandemi ini segera berakhir dan keadaan dapat menjadi normal sepenuhnya. Serumit apa pun keadaan saat ini, tentu memberikan dampak baik secara positif maupun negatif, sehingga marilah untuk lebih memandang perubahan ini dari sisi positif yang ditimbulkan, agar kita dapat menjalani pandemi ini dengan hati yang ikhlas. (elisazef, khas/ khlorofil)
13 E-Buletin Khlorofil 2021 LAPORAN UTAMA
PPKM DARURAT, PEDULI LINGKUNGAN HARUS DITERAPKAN
Komunitas Trash Hero (kiri) dan Malu Dong (kanan) ikut dalam kegiatan Beach Clean Up di Pantai Saba, Gianyar, Bali pada Minggu (04/07/2021) 14 E-Buletin Khlorofil 2021 KABAR KAMPUS FOTO: mdr / khlorofil
KABAR KAMPUS
Minggu (4/7/2021) Divisi Lingkungan Hidup Generasi Baru Indonesia Universitas Udayana (GenBI Unud) melaksanakan program kerja rutin Beach Clean Up bertemakan “Clean Beach, Clear Mind”. Program ini dilaksanakan bersama dengan komunitas Trash Hero dan Malu Dong di Pantai Saba, Gianyar, Bali. Pelaksanaan kegiatan ini disesuaikan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat se Jawa-Bali yang berlaku saat itu. GenBI merupakan komunitas di bawah naungan Bank Indonesia. Komunitas ini beranggotakan mahasiswa maupun pelajar penerima beasiswa dari Bank Indonesia. GenBI Bali sendiri memiliki empat komisariat perguruan tinggi, salah satunya adalah Universitas Udayana (Unud) yang biasa dikenal dengan GenBI Unud. Pembina dari GenBI Bali mengatakan bahwa para anggota GenBI sudah diberikan panduan tentang kegiatan apa saja yang harus dilakukan di GenBI. Jika ingin menambahkan inovasi atau kegiatan lain juga dipersilakan. GenBI Unud memilki empat divisi, yaitu Divisi Pendidikan, Lingkungan Hidup, Kesehatan dan Masyarakat, serta Kewirausahaan.
Salah seorang partisipan, Ida Ayu Komang Meriani, tergabung dalam komunitas GenBI Unud sejak Februari 2021. Mahasiswi jurusan Matematika Unud angkatan 2018 ini terkesan dengan program tersebut dan menjadi lebih bersemangat lagi. “Bermanfaat banget, kita dapet banyak pelajaran
juga, terus dapet banyak intuisi-intuisi baru lah buat kedepannya untuk selalu menjaga lingkungan,” terangnya. Pembina GenBI Bali, I Putu Khrisnayudi Widia menjelaskan bahwa Beach Clean Up merupakan rangkaian kegiatan peduli lingkungan yang dilakukan oleh GenBI. “Beach Clean Up ini termasuk kegiatan bertema sosial, subtemanya peduli lingkungan bisa bersih-bersih gunung, menanam mangrove, lepas tukik, atau apapun kaya gitu-gitu peduli lingkungan juga. Tiap kampus juga lakukan hal yang sama, dengan lingkup, pola, tempat, dan kolaborasi yang berbeda,” kata pria yang akrab disapa Bli Khrisna itu. Program kerja ini akan dilakukan tiga kali selama satu periode. Kegiatan Beach Clean Up kali ini dipimpin oleh Ni Putu Mastuti Parwidya Sari Saputri. Perempuan yang akrab disapa Gek Mas itu mengatakan, dia dan rekan-rekannya memilih lokasi tersebut karena, lokasi yang jarang dikunjungi. “Kami memilih pantai ini karena, yang pertama tempatnya terpencil, jarang gitu orang yang kesini kan. Jadi dirasa cocok untuk lokasinya Beach Clean Up. Daripada di Pantai Sanur sudah sering banget, sudah biasa,” ujarnya.
Gek Mas mengungkapkan ada maksud dari dipilihnya tema acara ini. “Tema ini diharapkan dapat mengajak pengunjung untuk ikut membersihkan pantai seperti menjaga dirinya sendiri,” terang pimpinan program tersebut.
Selama acara berlangsung, Gek Mas menuturkan bahwa tidak ada masalah atau halangan serius yang terjadi. Cuaca juga mendukung saat acara akan dimulai. Namun, dikarenakan adanya
15 E-Buletin Khlorofil 2021
Pandemi bukan menjadi alasan untuk berhenti bersih-bersih pantai.
PPKM Darurat, rangkaian kegiatan disesuaikan jadwalnya. “Goals kita membersihkan pantai, terus memberikan edukasi ke masyarakat atau diri kita sendiri. Untuk jalannya acara mungkin rada miss, soalnya gara-gara PPKM itu kita harus banting setir, trash walk dulu, baru kita sharing, dan trash walk-nya juga cepat, gara-gara pantai bakal ditutup,” tuturnya.
Khrisna menerangkan kegiatan ini bukan hanya membersihkan pantai, juga diharapkan mengedukasi masalah lingkungan terutama terkait sampah kepada masyarakat luas. Media penyalurnya dapat melalui akun instagram resmi GenBI. Menurut Khrisna, penyebaran informasi melalui media sosial dinilai sangat cocok karena tidak meninggalkan sampah.
Sampah yang terkumpul, akan dikomunikasikan dengan pihak Trash Hero yang dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) bersama dengan
petugas terkait. Karena sebagian besar yang ditemukan sampah residu atau sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. “Banyak pihak yang berpartisipasi meski dengan kondisi seperti sekarang ini,” ujar Gek Mas.
Gek Mas mengapresiasi pihak pihak GenBI, Malu Dong, Trash Hero, para pemuda-pemuda di sekitar Pantai Saba, bahkan Kepala Desa juga turut berpartisipasi. Di sisi lain, Wakil Ketua GenBI Unud, Kadek Mahesa Gunadi merasa turut antusias dan berharap dapat berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lainnya. “Kolaborasi itu melipatgandakan kekuatan,” tegas Mahesa.
Pada akhir acara, adapun harapan yang disampaikan Gek Mas mengenai kegiatan lingkungan serupa. “Harapannya semoga bisa berkelanjutan dan bisa memberikan edukasi serta jangkauan yang lebih luas,” ungkapnya. (Shoy,mdr,Lou/khlorofil)
16 E-Buletin Khlorofil 2021
FOTO: MDR_LPM KHLOROFIL
Stroberi, buah dengan warna cantik dan menarik ini cukup terkenal di masyarakat umum. Selain dimakan langsung, buah stroberi kerap dijadikan berbagai macam produk olahan makanan. Tapi, pernahkah mendengar olahan buah stroberi berupa wine? Itulah yang diusung oleh
I Kadek Gandhi (23 tahun), seorang wirausahawan muda yang merupakan mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Bernama lengkap I Kadek Gandhi,
lahir di Pancasari pada tanggal 13 Juli 1998. Tahun 2003, pria yang akrab dipanggil Gandhi ini memulai pendidikan di TK Candimasa Pancasari, kemudian tahun 2004 masuk SDN 1 Pancasari. Setelah itu Gandhi melanjutkan ke SMPN 2 Sukasada pada tahun 2010, dan kemudian pada tahun 2013 masuk ke SMAN 4 Singaraja. Setelah lulus dari SMAN 4 Singaraja, Gandhi melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Udayana pada tahun 2016, dengan jurusan Agribisnis. Di kampus, Gandhi termasuk mahasiswa yang aktif baik dalam perkuliahan maupun kepanitiaan
SOSOK
I KADEK GANDHI: AGROSOCIOPRENEUR MILLENIAL PENGUSUNG WINE STROBERI
17 E-Buletin Khlorofil 2021
FOTO: DOKUMENTASI I KADEK GANDHI
dan organisasi. Gandhi pertama kali mengikuti UKM Teater Orok Noceng Unud di awal perkuliahannya sebagai anggota, kemudian mengikuti BSO Teater Kita FP Unud, Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FP Unud, Paguyuban / UKM Jegeg Bagus Udayana, Paguyuban Anindyaguna KSE Unud, dan International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) LC Unud. Sedangkan beberapa kepanitiaan yang pernah diikuti antara lain menjadi Presidium 2 di MUSANG Himagri FP UNUD pada tahun 2016, menjadi Ketua Panitia pada Rapat Kerja Gabungan FP UNUD, dan menjadi delegasi dalam National Congress XXIV of IAAS Indonesia in Universitas Brawijaya yang diselenggarakan oleh IAAS Indonesia. Selain itu, terdapat banyak prestasi dan penghargaan yang pernah diraih oleh Gandhi. Beberapa prestasi tersebut antara lain Peringkat 1 Tingkat Universitas Bagus Udayana Berbakat 2017, Peringkat 3 Tingkat Nasional Lomba Essai Nasional TOPCOP FMIPA UGM, Peringkat 1 Tingkat Nasional Online Paper Competition PENTAGON KSE Unri, dan Peringkat 1 Tingkat Nasional Agrosociopreneur Competition pada Jambore Petani Muda 3, Petrokimia Gresik. Itu hanyalah contoh dari beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Gandhi selama perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Selain sebagai mahasiswa aktif dan berprestasi, nama Gandhi mulai dikenal sebagai wirausahawan millennial dengan fokus utama usahanya adalah buah stroberi. Awal mula usaha
Gandhi ini berawal dari adanya rasa prihatin terhadap petani lokal, yang mana ketergantungan mereka terhadap peran tengkulak atau pengepul masih sangat tinggi. Menurut Gandhi, tengkulak yang tidak jarang mempermainkan harga membuat pendapatan petani menjadi kurang optimal, sebab margin harga produk dari petani sampai ke konsumen akhir yang sangat tinggi.
“Pada awalnya, untuk mengatasi masalah tersebut, saya tergerak untuk menjadi seorang broker yang menjembatani petani dengan konsumen akhir dalam hal pemasaran produk. Namun seiring berjalannya waktu dan menemukan berbagai macam peluang dan potensi sumber daya yang ada, saya mulai bentuk agrowisata dan produk olahannya seperti yang kita kenal saat ini. Jadi konsepnya sekarang bukan petani yang mencari-cari konsumen atau pasar, tetapi bagaimana petani bisa berkreasi sehingga konsumen yang datang langsung ke tempat petani,” ujar Gandhi.
Maka dari itupun terciptalah sebuah agroekoeduwisata bernama Strawberry Corps. Kebun stroberi milik keluarga Gandhi dikreasikan untuk menarik pengunjung dan konsumen, dengan menawarkan pengalaman untuk berwisata di kebun stroberi untuk menikmati pemandangan alam dan juga bisa memetik buah stroberi langsung dari kebunnya. Selain agroekoeduwisata, Strawberry Corps memiliki produk olahan yang dapat meningkatkan nilai jual produk serta untuk menambah daya simpan hasil pertanian, khususnya pada komoditas stroberi.
18 E-Buletin Khlorofil 2021 SOSOK
“
Strawberry Corps memiliki beberapa lini produk dan jasa yang ditawarkan, di antaranya yakni agrowisata itu sendiri yang bernama Hidden Strawberry Garden, produk olahan yang bernama SOGGRA (minuman fermentasi stroberi), SOVVIA (sirup stroberi dengan pemanis stevia) dan beberapa produk lainnya,” ujar Gandhi. Diantara produk-produk tersebut, yang paling menarik perhatian adalah SOGGRA, minuman fermentasi dari buah stroberi berupa wine. Wine stroberi ini cukup ramai diperbincangkan, terutama di kalangan mahasiswa Fakultas Pertanian akhir-akhir ini. “Selain komoditas stroberi, kami juga melakukan budidaya tanaman hortikultura lainnya seperti tanaman labu, sayur mayur, aneka tanaman hias dan tanaman herba yang dikelola dan dipasarkan dengan nama v,” lanjut Gandhi.
Dalam menjalankan usaha, tentu saja terdapat kendala-kendala yang menjadi rintangan. Menurut Gandhi, kendala yang paling berdampak saat ini adalah pandemi COVID-19, yang memengaruhi jumlah konsumen dan kunjungan wisatawan. Selain kendala kondisi, kendala lainnya adalah rendah dan kurangnya keterampilan serta kesadaran dari baik petani maupun pemuda sekitar mengenai pentingnya pertanian, khususnya dalam hal berkreasi menciptakan produk-produk inovatif. Walau berbagai kendala muncul, Gandhi juga mampu melihat peluang dari agrowisata miliknya.
“Dewasa ini, kami melihat adanya pergeseran minat konsumen / wisatawan untuk memilih atau mengunjungi
tempat yang “back to nature”, dikarenakan itu Strawberry Corps menjadi salah satu wadah yang prospektif. Produk turunan pun di wilayah sekitar masih sangat minim, sehingga berbagai macam olahan yang dikemas nantinya sebagai “oleh-oleh” khas di sini masih sangat terbuka lebar bagi kami untuk terus melakukan berbagai inovasi produk,” ujar Gandhi menjelaskan peluang dari Strawberry Corps ini.
Usaha dan kerja keras dari Gandhi pun tidak lepas dari dukungan yang diperoleh penuh dari keluarganya, baik dukungan moriil, finansial, sumber daya manusia, dan dukungan lainnya. Selain keluarga, dukungan pun didapatkan dari teman-teman, kerabat, serta pemerintah setempat selaku fasilitator dan regulator. Selain dari dukungan finansial orang-orang terdekat, permodalan Strawberry Corps ini sebagian besar berasal dari berbagai penghargaan yang diperoleh Gandhi seperti karya ilmiah, kompetisi business plan, dan sebagainya.
Di masa pandemi seperti ini, Gandhi berharap agar usaha Strawberry Corps ini bisa berkembang dan mampu memberdayakan lebih banyak petani lokal, khususnya para petani yang memiliki keterbatasan terhadap akses pemasaran, maupun efisiensi dalam berusaha tani. “Dengan membentuk suatu sistem kerjasama antar petani yang baik dari hulu (GAP) sampai hilir (GHP, GMP, GDP), kami ingin menjadi role model salah satu bentuk pertanian yang berkelanjutan dengan mengindahkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan sekitar,” ujar Gandhi.
Begitulah kisah dari sosok I Kadek
19 E-Buletin Khlorofil 2021 SOSOK
Gandhi atau Gandhi, mahasiswa pertanian aktif dan berprestasi yang berhasil melihat serta memanfaatkan peluang, sehingga mewujudkan sebuah agroekoeduwisata sebagai solusi dari permasalahan antara petani lokal dengan tengkulak. Gandhi berpesan untuk mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Udayana, terutama mahasiswa baru yang akan masuk tahun ini, untuk tetap semangat dan yakinlah bahwa pertanian punya prospek yang cerah ke depannya.
“Masih banyak peluang usaha di sektor pertanian yang bisa kita ciptakan, tinggal bagaimana kita bisa melihat potensi lokal masing-masing wilayah kemudian mampu mengangkatnya menjadi sebuah peluang usaha. Setiap wilayah punya potensinya masing-masing, jika kita bisa peka terhadap lingkungan dan terus berkreasi dengan SDA yang dimiliki, niscaya kita bisa berdaya dan memberdayakan orang sekitar,” pesan Gandhi. (Rya/ Khlorofil)
bidang Agrowisata yaitu Angsoka Sunflower Garden. Tetapi dibalik karya dan kontribusinya dalam dunia pertanian dan agrowisata, ternyata awalnya Gede tidak berminat dengan dunia pertanian.
Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., M.Si. (42 tahun) merupakan dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Beliau yang akrab dipanggil Pak Gede ini juga menjadi ketua Simantri 551 Kelompok Tani Angsoka Singaraja dan memiliki usaha
Beliau lahir di Singaraja pada tanggal 14 September 1978 dengan nama I Gede Setiawan Adi Putra. Saat hendak lulus SMA, awalnya berminat kuliah pada jurusan Kedokteran, akan tetapi beliau mengurungkan niatnya dikarenakan tidak tembus. Gede pun memilih Fakultas Pertanian di Universitas Udayana. Tetapi walau begitu, minat Gede untuk kuliah di Kedokteran belumlah sirna. Pada tahun kedua perkuliahan, Gede mencoba tes lagi untuk masuk ke jurusan Kedokteran. Saat itu seleksi masuknya bernama UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Akan tetapi beliau tetap tidak lolos masuk jurusan Kedokteran. Mulai dari sana, akhirnya menerima dan meneguhkan hati untuk melanjutkan perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Berkat ketekunannya, beliau berhasil menaikkan Indeks Prestasi beliau yang awalnya dibawah 3 menjadi di atas 3. Beliau berhasil lulus kurang dari 4 tahun, dan melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor sampai S-3. Setelah menyelesaikan studinya, Gede berpikir mengenai stereotype petani, apakah petani bisa kaya dan sukses? Beliau memikirkan cara agar seorang petani pun bisa menghasilkan banyak uang dan kaya. Pada saat itu, salah satu mahasiswa Gede membawakan beliau biji bunga matahari yang didapat dari Jogja. Beliau pun
20 E-Buletin Khlorofil 2021
I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA: PELUANG MEMBUKA JALAN
“Ternyata kalau kita tekun, dengan memanfaatkan peluang maka pasti ada jalan”
SOSOK
menerima dan membuat kebun bunga matahari. Saat Gede mencoba swafoto dengan bunga matahari dan mengunggahnya di media sosial Facebook, foto tersebut mendapatkan tanggapan positif dari teman-teman beliau.
“Saat mengunggah foto saya selfie dengan bunga matahari dari kebun saya di Facebook, banyak temanteman yang tertarik dan menanyakan saya dimana lokasi foto itu diambil. Saya jawab saja di kebun saya, alhasil beberapa teman saya mengunjungi kebun bunga matahari saya untuk ikut selfie dan mengunggah di Facebook,” ujar Gede.
Karena promosi yang dilakukan secara tidak langsung oleh temanteman Gede di Facebook, kebun bunga matahari milik Gede makin
terkenal namanya. Orang-orang yang datang pun semakin banyak. Melihat hal ini, Gede mendapatkan ide untuk memasang tiket masuk ke kebunnya dan menjadikan kebun bunga mataharinya sebagai peluang usaha.
“Saya pasang saja tuh tiket masuk ke kebun saya, per orang lima ribu rupiah. Saya melihat ada peluang di sana dikarenakan makin banyak dan ramai orang datang mengunjungi kebun bunga matahari saya,” ujar Gede.
Maka begitulah Angsoka Sunflower Garden bermula. Dari yang awalnya hanya iseng unggah swafoto dengan bunga matahari, menjadi peluang besar dalam usaha bidang agrowisata. Akan tetapi tidak berakhir sampai situ, bunga matahari dari kebun Gede ternyata membuka peluang-peluang lain.
21 E-Buletin Khlorofil 2021
FOTO: DOKUMENTASI I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA
Pada suatu waktu, salah satu teman Gede dari luar negeri yang tahu mengenai kebun bunga matahari milik Gede mengatakan hendak membeli minyak bunga matahari dari beliau. Gede yang mendengarnya pun awalnya bingung, karena dia tidak tahu bagaimana menghasilkan minyak dari bunga matahari. Beruntung zaman teknologi semakin canggih dan berkembang pesat, informasi menjadi mudah didapatkan dari internet. Berbekal pengetahuan dari internet, akhirnya Gede berhasil menghasilkan minyak dari bunga matahari.
“Saya coba menguji khasiat minyak tersebut dengan menuju ke kebun yang banyak nyamuk sambil menggunakan minyak bunga matahari yang saya buat. Hasilnya, saya semalaman sama sekali tidak digigit nyamuk!” ujar Gede.
Minyak bunga matahari tersebut menjadi produk dengan nama “Saranyu Sunflower Oil”. Selain sebagai pengusir nyamuk, terdapat khasiat-khasiat lain dari minyak tersebut di bidang kesehatan dan kecantikan, salah satunya adalah sebagai obat jerawat.
“Oles di jerawat, tiga hari langsung rontok! Kalau tidak rontok juga, jaminan uang kembali!” ujar Gede.
Selain produk minyak, produk-produk lain pun muncul dari bunga matahari kebun Gede, antara lain sabun, pupuk organik cair, dan dupa. Semua itu berasal dari bunga matahari yang bahkan sebelumnya tidak terpikirkan sama sekali. Tetapi dengan ketekunan dan memanfaatkan peluang yang ada, Gede berhasil menyulap bunga matahari menjadi produk-produk bernilai
ekonomis. Dalam menjalankan usahanya baik agrowisata maupun produk-produk bunga matahari, Gede mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga. Dukungan terbesar Gede beliau dapatkan dari istrinya. “Kalau masih mahasiswa, dukungan terkuat itu dari orang tua. Kalau sudah menikah, dukungan terkuat itu dari pasangan hidup, suami atau istri,” ujar Gede.
Akan tetapi pandemi COVID-19 yang melanda di awal tahun 2020 mempengaruhi semua sektor, termasuk sektor agrowisata milik Gede. Hal ini berpengaruh pada jumlah pengunjung Angsoka Sunflower Garden. Di masa pandemi seperti ini, Gede berharap agar keadaan kembali normal dan baik seperti sedia kala. Melihat pengunjung di Angsoka Sunflower Garden milik beliau, Gede pun berharap saat pandemi berakhir, jumlah pengunjung akan meningkat dan menjadi lebih ramai daripada saat pandemi masih berlangsung seperti sekarang.
Begitulah kisah dari sosok Gede ini, yang pada awalnya sama sekali tidak terpikirkan menggeluti dunia pertanian, sekarang menjadi agropreneur sukses dalam mengelola kebun bunga mataharinya dengan memanfaatkan segala peluang yang ada. Gede membuktikan bahwa kita bisa memanfaatkan peluang di sekitar kita menjadi jalan menuju kesuksesan. Tentu saja tidak lupa dengan berbekal ketekunan dan kerja keras. Gede berpesan bahwa kalau kita tekun, maka hal apapun menjadi mungkin. (Rya/khlorofil)
22 E-Buletin Khlorofil 2021 SOSOK
EKSISTENSI SUBAK : MODAL DAN AKSES PASAR DIPERLUKAN
Pandemi yang sudah berjalan selama dua tahun dan banyak memunculkan dampak pelik setiap sendi kehidupan. Tak terkecuali daerah yang dikenal dengan Pulau Dewata. Pulau Dewata yang dikenal dengan keindahan alam, pariwisata yang indah , dan juga wahana yang telah masuk kedalam salah satu budaya dunia yang telah disahkan UNESCO yaitu Subak. Subak yang merupakan sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional. Pengembangan subak dan kebertahanan subak di Bali saat ini menjadi perhatian banyak pihak akan kelestariannya di tengah Pandemi yang melanda.
Beberapa waktu lalu,saya yang berasal dari Lembaga Pers Mahasiswa melakukan wawancara singkat dengan salah satu narasumber yang berasal dari mahasiswa, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Ni kadek Ayu Putri Dita Sari , yang akrab disapa Dita yang merupakan sekretaris koperasi nelayan tani Nusantara Sejahtera. Menurut dita subak saat ini membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah sebab adanya tantangan yang dihadapi subak saat ini.
Lalu tantangan apa yang di hadapi subak saat ini?
Tantangan saat ini ialah adanya penurunan demand kepada petani, karena sektor pariwisata ditutup, hotel,restoran atau pusat- pusat supermarket retail juga banyak mengurangi
Angkatan: 2017
Jurusan: Agribisnis
Kegiatan: pengembangan budidaya Porang dan sekretaris koperasi nelayan tani Nusantara sejahtera.
demandnya. Pada akhirnya pendapatan petani terjadi penurunan.Karena itu tantangan yang dihadapi petani salah satunya adalah kendala permodalan untuk membeli sarana produksi pertanian (Saprodi) dan melalukan usaha taninya. Subsidi pupuk organik, dan benih juga berkurang karena alokasi anggaran fokus untuk penanganan pandemi, kemudian juga tantangan pemasaran, karena kembali lagi demand dari sektor pariwisata menurun sehingga harus dikuatkan dari sisi pemasarannya. Tantangan lainnya adalah soal pendampingan, karena pandemi
23 E-Buletin Khlorofil 2021
OPINI
Ni Kadek Ayu Putri Dita Sari
FOTO: DOKUMENTASI NI KADEK AYU PUTRI DITA SARI
semuanya terbatas dalam melakukan pendampingan dan tidak diperbolehkan untuk berkumpul, maka perlu ada pendekatan yang berbeda dengan petani, misalnya membuat program pendampingan daring.
Dita juga melanjutakan dengan tantangan saat ini berdampak juga pada masa depan karena telah tergambar saat ini karena pertanian terus berkembang dan agar subak bisa menjaga eksistensinya, maka yang perlu diperhatikan adalah pendampingan untuk meningkatkan kapasitas SDM nya, permodalan serta pemasaran. Saat ini Dita mengharapkan agar pemerintah dapat melakukan refocusing dengan memberikan bantuan- bantuan kepada petani baik dari sisi pemodalan, misalnya dengan KUR tani (dipermudah cara mengaksesnya, atau ada kebijakan yang bisa dibuat agar KUR yang diakses petani tidak perlu menggunakan jaminan kredit dan baiknya bisa dibayar setelah masa panen) ini bisa memudahkan petani dalam
mengakses modal. Selanjutnya, bisa dilakukan refocusing terkait pemasaran antar pulau atau juga ekspor. Namun kembali lagi kita harus pikirkan juga apa komoditi yang bisa bertahan di masa pandemi ini, bahkan merupakan kebutuhan ekspor jadi peluang market nya semakin luas.
Saat saya mewawancarai beliau seputar kegiatan yang beliau lakukan sebagai sekretaris koperasi nelayan tani Nusantara Sejahtera. Dita menceritakan bahwa dalam koperasi mereka membantu petani melalui pedampingan yang diberikan, akses pasarnya serta memfasilitasi mereka untuk mengakses KUR ataupun CSR. Selain itu beliau juga melakukan mendampingin program pekarangan pangan lestari di subak umasa angantaka dengan mendampingi KWT, dengan menggunakan media sosial Intagram @kwt_sas, yang membantu menjaga eksistensi subak dan memberdayakan wanita tani.
Dari wawancara saya bersama narasumber saat ini,saya menyadari kabar
24 E-Buletin Khlorofil 2021
FOTO: WHO'S DENILO ?_UNSPLASH
Ilustrasi subak dengan keindahan alamnya.
subak ‘tidak baik baik saja’ tentunya beberapa tantangan di atas diharapkan mampu diselesaikan dengan baik sehingga eksistensi Subak dapat terus berkembang. Subak yang telah menjadi warisan budaya yang telah mencapai ribuan tahun harus tetap lestari.
Dita juga mengatakan dua hal besar yang saat ini penting yaitu Modal dan akses pasar Dengan berpendapat saat ini adalah kepastian pasarnya, akses pasarnya. Karena demand di Bali terkait pangan cukup berkurang akibat pariwisata, ini sangat berdampak. Pemerintah harus menyiapkan akses pasar, buatkan MOU dengan perusahaan-perusahan yang membuka akses ekspor dan perdagangan antar pulau, khususnya untuk komoditi yang memiliki peluang itu. Dan jangan lupa juga pemodalan, petani di bawah sangat kesulitan itu, aplagi pekerjaan utama mereka yang bukan petani atau bisa dikatakan pekerja di luar pertanian banyak yang berhenti sementara. Ini menjadikan mereka sulit memutar penghasilannya untuk dijadikan modal usaha tani.
Sebagai anak muda Dita yang langsung terjun ke dalam lapangan membuat saya kagum. Sebagai generasi muda beliau sangat kritis mengenai masalah yang terjadi dan melakukan hal yang dapat membantu mengatasi masalah yang ada. Dengan harapan kita juga dapat membantu keberlangsungan subak tetap lestari dan kedepannya.
KABAR SUBAK : PENDAPATAN PETANI
Sakhara Zade
Angkatan: 2017 Jurusan: Agribisnis Kegiatan: pengembangan budidaya Porang dan sekretaris koperasi nelayan tani Nusantara sejahtera.
Subak adalah organisasi petani berupa pengelolaan air di areal persawahan tertentu di Bali. Pengelolaan air pertanian yang merata untuk irigasi ini sempat menjadi percontohan secara nasional. Ditengah kebanggaan akan tradisi subak yang kerap mendapatkan pujian, untuk itu haruslah mendapatkan perhatian. Persoalan pandemi saat ini membuat petani memiliki masalah utama yaitu
25 E-Buletin Khlorofil 2021 OPINI
FOTO: DOKUMENTASI SAKHARA ZADE
modal.Pandemi ini membuat sektor perekonomian yang makin melemah ditambah pemasukan yang berkurang membuat petani dihadapkan dengan pilihan yang sulit dikarenakan modal yang kurang. Jika terus seperti ini keberlangsungan subak dan eksistensi subak pasti akan menurun.
Pemerintah harus bekerja keras untuk membantu terkait pemberian modal. Hal ini akan sangat berdampak terhadap eksistensi subak dengan tak lupa memberikan perlindunganpelindungan hak-hak petani, serta regulasi terkait harga produk pertanian untuk memberika keuntungan bagi para petani
Eksistensi Subak saat ini memiliki sedikit kendala di bidang pertanian yang berbasis pariwisata berupa Agrowisata yang terkenal di Bali. Jika dengan pariwisata sedikit terhambat pemerintah haruslah juga memperhartikan aspek pasar dari penyaluran hasil pertanian. Dikarenakan ada sedikit
penghambat seperti misalnya PPKM yang mampu berdampak pada alur promosi yang secara otomatis mempersulit penyaluran hasil pertanian. Hal ini sangat berpengaruh dalam pendapatan petani yang semakin berkurang. Walaupun di tengah pandemi yang pastinya kita memerlukan makanan untuk dikonsumsi tetapi harga dipasaran harus diperhatikan agar tidak menurun drastis. Hal ini sangat akan berpengaruh dalam pendapatan para petani.
Untuk dapat membantu pemerintah dalam melestarikan subak sebagai generasi muda tak lupa juga kita untuk ikut serta dalam menjaga eksistensi subak, seperti membantu mempromosikan subak di media sosial dengan begitu kita telah ikut membantu membangun subak dengan harapan kita dapat mencari pendanaan, pemberdayaaan desa agar dapat membuat subak tetap lestari. (BSD/ khlorofil)
26 E-Buletin Khlorofil 2021
FOTO: ENDRI KILLO_UNSPLASH
Ilustrasi ruang kelas yang kosong karena pandemi COVID-19 di Universitas Politeknik Tirana, Boulevard of the Martyrs of the Nation, Tirana, Albania.
SEKOLAH TIDAK BERPENGHUNI
Pada 31 Desember 2019 muncul wabah di kota Wuhan, China. Nampaknya wabah tersebut diakibatkan oleh virus Corona atau yang dikenal dengan COVID-19 (Corona Virus Desese-2019). Virus ini sangat cepat menyebar, yang pada akhirnya Indonesia ikut terdampak wabah virus Corona pada bulan maret tahun 2020.
Dampak yang ditimbulkan dari pandemi COVID-19 ini telah mengubah beberapa aspek kehidupan manusia. Seperti kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah guna menekan angka lonjakan kasus COVID-19.
Akibat dari kebijakan pemerintah tersebut salah satunya adalah pembelajaran di sekolah ditiadakan. Seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan secara online. Hal ini membuat peran sekolah sebagai lembaga sudah tidak seperti seharusnya. Sekolah sebagai lembaga memiliki siswa-siswi yang hadir, guru dan kurikulum.
Pada kenyataannya, pada dewasa ini sekolah seperti kehilangan fungsinya sebagai lembaga. Tidak ada siswa-siswi yang hadir serta peran guru yang tidak maksimal.
Walaupun pembelajaran daring masih dikatakan sebagai proses pendidikan, namun tetap kehilangan jati diri bagaimana sekolah itu
menjadi tempat para siswa-siswi menimba ilmu.
Pembelajaran secara daring bahkan menyulitkan guru dalam proses berkomunikasi dengan murid. Padahal dalam proses pembelajaran, komunikasi antara guru dengan murid merupakan menjadi hal yang penting. Dalam hal ini orang tua harus bisa menjadi guru bagi anak-anaknya. Tidak menutup kemungkinan jika para orang tua merasa kesulitan dalam memahami materi ketika mendampingi anaknya belajar.
Pembelajaran secara daring menjadi satu satunya metode terbaik untuk transfer informasi kepada murid. Belajar online menuntut peran pendidik mengevaluasi efektivitas dan disesuaikan dengan kebutuhan belajar. Ini penting dilakukan untuk tetap memenuhi aspek pembelajaran seperti proses pengetahuan, moral, keterampilan, kecerdasan dan estetika (Dai & Lin, 2020;Zhu & Liu, 2020).
Pada akhirnya, solusi terbaik harus dilakukan. Walaupun banyak kendala dan rintangan. Peserta didik harus bisa mendapatkan kewajibannya sebagai seorang murid dengan memaksimalkan kemampuannya dalam belajar pada kondisi pandemi seperti saat ini. Dengan harapan lembaga pendidikan bisa mengembalikan fungsinya sebagai tempat menimba ilmu. (GTP/ khlorofil)
27 E-Buletin Khlorofil 2021
OPINI
RESENSI FILM
RESENSI FILM
SEMESTA (2020)
Alam merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Keberadaannya menjadi penopang untuk kehidupan. Alam menyediakan tanah sebagai tempat kita berpijak, menyediakan oksigen untuk kita bernafas, juga menyediakan sandang, papan, pangan untuk kita bertahan hidup. Begitu pentingnya manfaat alam dan lingkungan, namun terkadang kita terlupa bagaimana timbal balik kita pada alam semesta ini. Sungguh miris! penebangan liar, kebakaran hutan, membuang sampah sembarangan dan alih fungsi lahan kerap terjadi dimana-mana. Kesadaran dan tindakan kita sebagai penghuni bumi ini, sangat dibutuhkan. Sudah seharusnya kita menjaga keseimbangan alam dan lingkungan. Apabila keseimbangan alam tidak dijaga, alam akan semakin rusak, keberlangsungan hidup mendatangpun dapat terganggu. Sadar atau tidak sadar, tindakan kecil kita seperti menanam pohon atau membuang sampah pada tempatnya sangat berdampak pada lingkungan. Mungkin kita tidak
Semesta (2020)
:
langsung menyadari betapa pentingnya menjaga alam dan lingkungan tanpa melihat langsung dalam kehidupan. Nah, bagi Anda penikmat film khususnya film karya anak bangsa, boleh nih kita tonton sebuah film dokumenter yang berjudul “SEMESTA”. Pada film dokumenter ini menunjukkan bagaimana langkah kecil berperan sangat besar dalam membantu melawan perubahan iklim. Penonton akan disuguhkan keberagaman wilayah dan budaya di Indonesia dengan potret kisah tujuh sosok inspiratif lingkungan dari sabang sampai merauke. Diawali cerita dari Pulau Bali, Tjokorda Raka Kerthyasa sebagai narasumber menjelaskan tentang ritual perayaan Nyepi yang dilakukan umat beragama Hindu di Bali. Saat Hari Raya Nyepi, semua aktivitas harus dihentikan, termasuk dalam penggunaan listrik. Masyarakat yang tinggal di Bali, baik yang bukan beragama hindu harus patuh dan menghormati dengan tidak bepergian (di rumah saja) dan tidak menyalakan penerangan di malam hari. Umat Hindu menjadikan momen ini sebagai hari istirahat alam semesta.
28 E-Buletin Khlorofil 2021
Judul Film : Semesta Tanggal Rilis : 30 Januari 2020 Sutradara : Chairun Nissa Produser : Mandy Marahimin, Nicholas Saputra Penulis Naskah : Cory Michael Rogers Produksi : Tanakhir Films Durasi Film
88 Menit
GAMBAR: IIMDB.COM
Dengan dihentikannya penggunaan listrik dan aktivitas lainnya selama satu hari, ternyata dapat memberikan efek luar biasa dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dan karbon dioksida harian di Bali. Kemudian cerita berlanjut pada daerah Kalimantan Barat, dimana terlihat kegigihan masyarakat adat Suku Dayak Iban dalam menjaga kelestarian Hutan Kalimantan dari deforestasi yang kian mengganas.
Begitu pula pada daerah Nusa Tenggara Timur, seorang Pastor Katholik dari Bea Muring mengetuai dalam pengembangkan pengetahuan teknologi pada masyarakat sekitar yaitu dengan menciptakan pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro/PLTA tersebut dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan tenaga diesel yang dapat menghasilkan emisi gas berlebih
29 E-Buletin Khlorofil 2021 GAMBAR: IDNTIMES.COM
dan polusi kebisingan suara.
Cerita berlanjut ke timur Indonesia, pada daerah Kapatcol, Papua, terdapat sekelompok Ibu-ibu yang menemukan adanya permasalahan berkurangnya keragaman biota laut yang menjadi nilai ekonomis pokok dalam keberlangsungan hidup masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diadakanlah suatu aturan adat khusus yang bernama ‘sasi’. Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumberdaya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya hayati (hewani maupun nabati) alam tersebut. Dengan adanya kegiatan sasi, maka biota laut akan terjaga kelestariannya. Selanjutnya penonton diajak beralih ke wilayah Indonesia bagian Barat, di Pameu, Aceh. Beberapa Gajah Sumatera liar merusak kebun warga yang hampir siap panen. Dari sudut pandang pengelola kebun tetunya akan marah bila hal seperti itu terjadi. Namun masyarakat sekitar menyikapi hal tersebut dengan lapang dada. Melalui tokoh agama yang berperan di desa tersebut, masyarakat mempercayai bahwa apa yang ditorehkan manusia terhadap alam dan sekitar, timbal balik itulah yang akan didapatkan. Bila manusia tidak mengusik habitat asli gajah tersebut, maka gajahpun tidak akan menganggu kehidupan manusia. Kemudian dari Tanah Aceh penonton diajak berkelana menuju Pulau Jawa, tepatnya di Imogiri, Yogyakarta. Pendiri komunitas Bumi Langit, Iskandar Waworuntu, menjelaskan “Alam itu sesuatu sebetulnya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sebagai manusia”. Komunitas tersebut mem-
berdayakan masyakat sekitar untuk mengetahui pentingnya keselarasan manusia dan alam dengan melakukan pertanian organik. Pemanfaatan biomassa limbah hewan atau sisa tanaman sebagai nutrisi atau pupuk kembali pada tanaman dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan sintetis. Kita sebagai pengonsumsi makanan baik daging, sayur ataupun buah-buahan, sudah sepatutnya juga kita memperhatikan apa yang baik bagi tubuh kita. Produk tanaman yang memakai bahan sintesis dapat meninggalkan residu-residu kimia yang dapat membahayakan tubuh bila berlebih. Filmpun berakhir pada kisah inspiratif dari Jakarta, dimana adanya sebuah komunitas yang bernama Kebun Kumara, yang mengajarkan masyarakat urban untuk tetap memperhatikan kelestarian alam. Walaupun lahan pertanian terbatas diperkotaan, keberadaan satu tanamanpun sangatlah penting bagi kehidupan.
Film yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Europian Union ini mengajarkan kita bahwa kesadaran manusia sebagai penghuni bumi ini sangat dibutuhkan dalam menjaga kelestarian, keseimbangan alam dan lingkungan. Dari langkah-langkah kecil peduli alam sangat bisa berdampak positif untuk mencegah kerusakan alam. Janganlah hanya semata-mata keuntungan kita bertindak pada alam, ke-eksistensian unsur-unsur alam baik hutan, air, binatang, maupun biota laut haruslah selaras dengan kehidupan saat ini. (int./khlorofil)
RESENSI FILM 30 E-Buletin Khlorofil 2021
AKU BERTANYA
Aku ingin bertanya Kepada manusia
Apa yang kalian inginkan Apa yang kalian perebutkan Kalian tinggalkan milik kalian
Dan merebut yang lain Aku ingin bertanya Kepada manusia Kenapa kalian ada di sini Kenapa kalian merasa paling hebat
Padahal tidak ada bedanya dengan yang lain Hanya sedikit pintar Aku ingin bertanya Kepada manusia
Apa pencapaian kalian terhadap alam Selain kerusakan dan kehancuran Sampai merasa sombong dan berhak Atas semua di dunia ini Ah, kalian ingin menjawab Mohon maaf Tugasku hanya bertanya Bukan menerima jawaban (Rya/khlorofil)
31 E-Buletin Khlorofil 2021
PUISI
FOTO: MATHIAS P.R. REDING_PEXELS.COM
Rapid Test Antigen yang kini sudah mulai ramai untuk di jadikan peluang usaha.
32 E-Buletin Khlorofil 2021 GALERI KHLOROFIL
FOTO: YOPY SIREGAR_LPM KHLOROFIL
Tak
Kondisi
33 E-Buletin Khlorofil 2021
GALERI KHLOROFIL
lupa, masih banyak orang baik yang mau berbagi untuk sesama.
salah satu pasar di Bali yang sudah menaati Prokes selama era Pandemi COVID-19.
FOTO: YOPY SIREGAR/LPM KHLOROFIL
FOTO: FANISA RISALIA/LPM KHLOROFIL
Tenang, ada Tuhan
Sepukal oksigen menjadi ajang, Bagi atma yang meronta-ronta. Rasa gelebah yang kunjung datang, Bak lelembut membawa cerita.
Para penjaja di rundung kemelut, Sebab angka kapital makin susut. Terbetik berita duka yang berkelanjutan, Hingga akal sehat turut tergadaikan.
Ada yang datang tak dipanggil, Terselip di sekat antara sesak. Terpaut di udara yang menggigil, Setakat raga turut tergeletak.
Tenang, ada Tuhan. Di balik sangkala kelam, Terpatri setitik tengara bulan, Yang terkatup di kutub malam.
Tenang, ada Tuhan. Di antara raga yang tergeletak, Tersimpan suratan tangan, Mengiringi litani yang menggertak.
Tenang, ada Tuhan. Akan tiba hari nanti, Yang menyeka kenestapaan, Dan menjadikannya pemantik hati
34 E-Buletin Khlorofil 2021
KARYA SAHABAT KHLOROFIL
PUISI
Karya: Sima Putri Ningrum/Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia,Universitas Negeri Malang.
FOTO: NO NAME_PEXELS.COM
MEMAHAMI ALAM PIKIRAN MASYARAKAT BALI KUNO MELALUI BUKU SEDERHANA: BERPETUALANG KE
PULAGAN YUUK…!
Bertani merupakan strategi subsistensi sebagian besar masyarakat agraris yang memiliki latar sejarah panjang. Berbagai prasasti Bali Kuno membuktikan bahwa sawah beririgasi sudah dikelola secara profesional sekitar abad ke-11. Dalam Prasasti Pandak Bandung (993 Śaka) yang dikeluarkan oleh Raja Anak Wungsu, dikenal istilah kasuwakan atau “subak” yang berkaitan dengan sistem irigasi tradisional untuk lahan sawah.
Subak sebagai suatu organisasi tidak hanya berhubungan dengan persoalan yang semata-mata bersifat teknis, namun juga bersifat ideologis. Hal ini tercermin dalam pandangan hidup masyarakat Bali tentang kesejahteraan hidup atau disebut juga dengan Tri Hita Karana, yaitu mencakup konsepsi tentang hubungan tripartit antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), manusia dengan sesamanya (pawongan), dan manusia dengan alam (palemahan). Pandangan hidup seperti ini masih dianut oleh masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari guna tercapai kesejahteraan hidup dari dulu hingga sekarang. Tri Hita Karana sebagai pandangan hidup masyarakat Bali tercermin pula dalam “Bentang
Lansekap Budaya Provinsi Bali”, khususnya “Sistem Subak” yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia. Penetapan Sistem Subak dalam Daftar Warisan Dunia menegaskan bahwa kawasan budaya atau alam yang memiliki nilai universal yang luar biasa, layak mendapatkan pelindungan untuk kemanfaatan bagi seluruh umat manusia. Para ahli telah melakukan banyak penelitian tentang subak. Salah satu lokasi penelitian dilakukan di daerah yang berkembang dan pembangunannya cukup pesat, yakni Subak Pulagan (Gianyar). Subak Pulagan adalah salah satu sistem subak yang bersumber dari Daerah Aliran Sungai Pakerisan.
Buku pengayaan berjudul “Berpetualang ke Pulagan yuuk…!” yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) tahun 2018 ini memuat informasi mengenai itu semua. Meski sederhana buku ini sangat menarik untuk dibaca, terutama karena bahasanya yang ringan sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Karena itu, berbeda dengan terbitan buku dan jurnal ilmiah yang terbatas hanya untuk kalangan akademisi. (Hagim Ginting Tiga/Alumni Mahasiswa Prodi Arkeologi, Universitas Udayana)
RESENSI
BUKU
35 E-Buletin Khlorofil 2021 KARYA SAHABAT KHLOROFIL
BERPETUALANG
KE Pulagan Yuuuk! Pengarang : I Made Geria Penerbit : PT.Artha Kreasi Aksara Tanggal terbit : September 2018 ISBN : 978-602-52138-2-3 Tebal halaman : 32 Lebar : 14,8 cm Panjang : 21 cm
LPM KHLOROFIL
PENGURUS
2021 "Media Pertanian Tanpa Batas"
l @pbo5967z
KHLOROFIL khloro l.unud.ac.id LPM khloro l lpm.khloro l@gmail.com lpmkhloro