

SALAM REDAKSI
Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta karunia-Nya KHLOROFIL dapat menyelesaikan E-Buletin edisi kedua ini. Kami akan konsisten dengan karya yang dapat memberiktan wawasan dan menampung karya dari Sahabat Khlorofil di Universitas Udayana maupun di luar “Kampus Pewahyu Rakyat” ini. Mewujudkan hal tersebut, dibutuhkannya diskusi mendalam dengan ketersediaan literatur beserta topik yang hendak dibahas dengan bantuan pembina, jurnalis, dan alumni yang ahli dibidangnya. Adapun kendala yang dialami diharapkan menjadi proses pembelajaran dan pengalaman berharga bagi KHLOROFIL. Kami menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan alumni KHLOROFIL yang telah mendukung dan mewujudkan karya-karya yang telah kami terbitkan melalui proses panjang hingga saat ini. Terima kasih juga kepada anggota redaksi dan divisi lainnya yang telah berusaha keras dengan penuh semangat mengerjakan proyek yang tersedia, serta anggota magang LPM KHLOROFIL yang telah membantu menyelesaikan E-Buletin edisi kedua ini.
E-Buletin KHLOROFIL edisi kali ini mengangkat tema “Potensi Komoditas Porang.” Tema ini tercetus dari optimis Pemerintah Republik Indonesia terhadap porang untuk jadi pangan masa depan di tanah air ini. Kami juga membahas mengenai mangrove dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi salah satu fokus peningkatan ketahanan lingkungan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sekarang.
E-Buletin ini diharapkan sebagai media edukasi semua kalangan sehingga ilmu yang diterima dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata, selamat membaca dan semoga kedepannya LPM KHLOROFIL dapat terus berkarya dengan memberikan berita-berita yang lebih menarik dan bermanfaat bagi kita semua.
SALAM KHLOROFIL!!!Diterbitkan oleh: Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Khlorofil Fakultas Pertanian Universitas Udayana Alamat Redaksi: Kampus Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar
Pelindung: Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM
Penasehat: Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S, Prof. Ir. I Gusti Agung Ayu Ambarawati, M.Ec.,Ph.D, Dr.Ir. I Wayan Diara, MS
Pembina: Dr. Ir. Gede Wijana, MS, Dr. I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, SP., M. Agr., I Made Sarjana, SP, M.Sc, Prof. Dr. I Wayan Windia, SU
Pimpinan Umum: Nadia Y Abigail Simanjuntak, Wakil Ketua : Ni Kadek Krisna Jayanti, Sekretaris Umum: Citra Sari Oktavia Siagian, Bendahara Umum: Yemima Indri Yani Br Barus
Pimpinan Redaksi: Made Dirdaedrea Dharma Rinasa, Sekretaris Redaksi: Sophia Adelia Putri, Sub Divisi Redaktur Pelaksana Online: Ni Luh Kadek Bintang Rahayu, Fanisa Risalia, Sub Divisi Redaktur Pelaksana Cetak: I Kadek Aryawan, Riska Windrawati, Sub Divisi Desain dan Percetakan: Rizky Adhyaksa Krisna Wijaya Putera, Kukuh Mukti Ginayuh, Louis Sidharta
Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia (PSDM): Kooridnator: Febryanty Sinurat, Sub Divisi Kaderisasi: Elis Tri Putri, Beatrice Srigita Damanik, Ni Luh Utami Sub Divisi Hubungan Masyarakat (Humas): Dian Tresia Pakpahan, Intan Nur Laily Putri Manan
Divisi Penelitian dan Pengembangan (LitBang): Ni Made Widiantari, Aisyah Nur Khasanah Haq, Elisa Zefanya Tarigan, Della Puspitasari
Divisi Marketing dan Produksi: Ruth Mawar Sari, Yopy Yola Ardyna Br Siregar, Isya Maulani Nastiti, Rizka Fitriatin Nisa
Anggota Magang: Ni Made Widya Duta Pradnyandari, Dhea Permata Shabrina, Nala Andrianingsih, Fransisca Aprilia Wijayanti, Pande Putu Sri Wijani Yuna Nur Arif
Layout and Design: Louis Sidharta
Thanks to Nungki Kartikasari
TANAMAN PORANG, SANG HORTIKULTURA BARU

TANAMAN PORANG, SANG HOLTIKULTURA BARU
Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo optimis bahwa tanaman porang akan menjadi makanan masa depan. Dalam pernyataannya yang dikutip pada website resmi Setkab.go.id menyebut porang memiliki kandungan rendah kalori, karbon, dan kadar gula.
Presiden telah menginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk serius dalam mengembangkan komoditas baru ini. Lebih lanjut, ia juga meminta untuk tidak mengekspor porang dalam bentuk mentahan, tetapi sudah dalam bentuk barang jadi, seperti tepung dan beras porang.
Porang atau dalam bahasa Latin disebut Amorphophallus muelleri blume merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang mengandung karbohidrat glukomanan atau zat gula dalam bentuk kompleks.
Memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dukungan pemerintah, membuat petani kini berlomba menanam porang. Tidak terkecuali di Bali. Petani porang tergabung dalam Komunitas Perkumpulan Petani Porang Bali (P3B), yang dipimpin oleh I Wayan Sunhantika.
Seluruh kabupaten di Bali, kecuali Denpasar, memiliki komunitas porang tingkat kabupaten yang masih di bawah naungan P3B. Salah satunya Komunitas Porang dan Talas Beneng atau dikenal dengan Portal Bali Sejahtera yang berkembang di Desa Taro, Kabupaten Gianyar. Andrie Permana, salah seorang pengurus komunitas Portal Bali Sejahtera mengaku sudah melakukan budidaya porang sejak 2019.
Mulanya ia lakukan bersama dengan rekannya, I Made Budiarta sebagai pemilik lahan. Sampai akhirnya,
pada 2020 lalu porang mulai dilirik publik karena didukung pemerintah. Petani porang memilih budidaya porang menggunakan bibit bulbil/katak dan umbi, dibanding spora. “Kami di sini menggunakan bibit katak dan umbi karena lebih mudah beradaptasi dan lebih cepat waktu panennya,” ujar Andrie.
Andrie menjelaskan, penggunaan spora harus menunggu sampai berbunga agar mendapatkan sporanya. Ia memasarkan hasil panen dengan cara memasok PT Siligita, pabrik pengolahan porang di Kabupaten Buleleng. Hingga nantinya akan dipasarkan keluar negeri. PT Siligita saat ini masih menjadi satu-satunya pabrik pengolahan porang yang ada di Bali. “Rencananya, pemerintah akan membangun pabrik pengolahan porang lainnya di Kabupaten Tabanan pada 2022,” tambah Andrie.
Mantan Sekretaris P3B itu memilih mengembangkan budidaya porang karena melihat potensi masa depan yang menguntungkan.“Misalnya saja, petani punya lahan seluas satu hektar, itu kalau ditanami porang semua, sekali panen bisa dapat sampai 800 juta rupiah. Itu masih mentahnya loh ya, masih pendapatan kotor,” ungkapnya.
Andrie menegaskan, porang termasuk tanaman yang dapat olahan menjadi banyak bentuk. Diantaranya dalam bidang Industri pangan atau farmasi. “Bahkan pemerintah awalnya bingung akan dimasukkan dalam komoditas golongan mana porang ini. Sampai akhirnya diputuskan porang masuk ke tanaman hortikultura,” sambungnya.
Berdasarkan data yang dihimpun KHLOROFIL, harga porang tertinggi bisa mencapai Rp14.000 per kilogram pada 2020 dan terendah hingga men-
berupa traktor, sedangkan untuk bibit dan pupuk masih ditanggung pribadi.
SIAPKAN INOVASI BARU OLAHAN PORANG
Andrie bersama Portal Bali Sejahtera membuat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mengikuti G20 KTT 2022 mendatang. Mereka masih berupaya untuk membuat inovasi produk olahan porang lokal yang siap dipasarkan. Sejauh ini hasil panen dari kebunnya masih dipasarkan dalam bentuk umbi. Ia ingin, komunitas petaninya bisa mengolah sendiri umbi tersebut menjadi bahan jadi maupun setengah jadi, agar dapat memberi nilai jual tambah. Di tengah masyarakat yang sudah melek akan gaya hidup sehat, porang akan semakin diminati. Ia ingin menstabilkan harga jual porang agar bisa dinikmati oleh masyarakat dari seluruh lapisan. Andrie bersama Portal Bali Sejahtera ingin peran aktif pemerintah dan para akademisi dalam mendukung usahanya untuk menciptakan produk lokal porang dan semua kalangan dapat menikmati hasil budidaya porang.
Saat ini petani di Indonesia sedang menggandrungi budidaya tanaman porang. Porang sendiri beberapa tahun belakangan ini digadang-gadang menjadi salah satu komoditi utama ekspor dengan nilai harga jual tinggi. Sejak awal, komoditas utama ekspor pangan di Indonesia memang lebih berfokus pada aneka kacang dan umbi-umbian, dan kini sektor terbesarnya yaitu porang dan kacang hijau. Indonesia menargetkan China sebagai pasar ekspor porang terbesar, dengan mengekspor umbi basah porang secara langsung dengan harga cukup tinggi. Namun sejak adanya kejadian pada 2020 di mana umbi porang yang direncanakan akan diekspor ke China berjamur, maka ekspor porang ke China dihentikan dan pada 23 November 2020 akan berlangsung protokol ekspor pertanian oleh China dan Indonesia diwakilkan oleh dubes masing-masing.
Di Bali sendiri, porang menjadi salah satu fokus utama petani lokal sejak boomingnya budidaya tanaman ini di Indonesia. Dinas Pertanian Provinsi Bali mencatat ada sekitar 974 hektar lahan pertanian di Bali yang ditanami porang. Porang biasanya ditanam di


kawasan tertentu di Kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Bangli dan Karangasem sebagai daerah dengan lahan budidaya porang terluas.

Karena tingginya minat pasar internasional, pemerintah memberikan bantuan berupa bantuan pemberian benih serta pemberian program kredit kepada para petani porang yang didanai menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Bali, Wayan Sunarta, saat dikonfirmasi adanya bantuan yang diberikan pemerintah untuk petani porang di Bali. “Kita kemarin juga ngajarin per tanggal 16 dan 17 di Ibis Hotel bagaimana cara kita bisa mengolah porang itu langsung,” ujarnya saat ditemui KHLOROFIL pada Selasa (23/11/2021).
Wayan Sunarta juga menambahkan, dinas pertanian mendatangkan mentor untuk mengajarkan langsung para petani agar tidak hanya ekspor

saja, melainkan diharapkan petani juga dapat mengolah porang tersebut menjadi makanan.



Porang diketahui mengandung banyak zat-zat baik bila dikonsumsi. Dengan kandungan glukomanan dan asam oksalat yang tinggi, porang diketahui baik bagi mereka yang sedang menjalankan diet karena sifat dari porang itu sendiri yang kenyal jadi tidak mengharuskan untuk memakannya dengan porsi yang banyak. Kini dapat diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup. Porang juga kerap diolah sebagai produk kosmetik.
Dengan demikian, pemerintah Indonesia pada 2022 ada rencana untuk pengembangan pabrik di Tabanan dari Kementerian Perindustrian untung pengembangan hingga menjadi tepung senilai 22 miliar. (SHAA, DYA, KHAS, INT, SHOY/KHLOROFIL)



Indonesia
DENPASAR - Mangrove menjadi perhatian utama dalam persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) di Bali akan dilaksanakan 2022. KTT G20 merupakan perkumpulan 20 negara ekonomi terbesar di dunia yang bertujuan membahas stabilitas ekonomi dan keuangan internasional.
Rencana KTT G20 diharapkan dapat mendorong upaya bersama pemulihan ekonomi dunia dengan tema “Recover Together, Recover Stronger”. Tema ini memiliki komitmen utama pertumbuhan yang inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dikutip dari situs resmi Setneg. go.id, saat KTT COP 26 Presiden Jokowi mengungkapkan perubahan
iklim yang menjadi ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Indonesia menjadi negara yang terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Terbukti dengan adanya penurunan deforestasi dalam 20 tahun terakhir hingga turunnya jumlah kebakaran hutan sebanyak 22 persen di 2020.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPI dan Karhutla) wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Haryo Pambudi mengatakan hutan mangrove memiliki peran ganda untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Haryo menguraikan, salah satu peran mangrove yakni mencegah emisi karbon. Banyak atau sedikitnya tanaman mangrove dalam menyerap emisi karbon, tergantung umurnya. Semakin dewasa usia tanaman

PESONA HUTAN MANGROVE BALI

emisi karbon lebih banyak. “Saat masa pertumbuhan mangrove sudah klimaks, maka penyerapan emisi karbon sudah stuck,” terang Haryo saat ditemui di kantornya pada 26 November 2021.
Pernyataan ini juga didukung oleh akademisi, Dr. Dwi Budi Wiyanto, S. Kel., MP. Dia menerangkan usia tanaman mangrove mempengaruhi serapan emisi karbon. “Benar, semakin besar batang pohon mangrove maka akan semakin besar stok emisi karbon yang dapat tersimpan. Penentuan umur tanaman mangrove sendiri biasanya diukur dengan menghitung lingkar batang (lingkar tahun) pada tanaman tersebut,” ujar Dwi saat diwawancara melalui aplikasi zoom meeting.
Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana (Unud) menjelaskan, penyerapan mangrove bergantung pada berbagai hal. Selain usia tanaman, tutupan kanopi mangrove juga mempengaruhi serapan emisi karbon. Mangrove juga bisa menyimpan emisi karbon sebanyak 1.100 dalam 1 hektar luasan hutan mangrove. Pengajar mata kuliah Biologi
Produktivitas Primer menyebut, adanya perluasan hutan alam mangrove salah satu upaya pengurangan emisi karbon sekaligus menanggulangi perubahan iklim. Bali memiliki beberapa titik hutan alam mangrove. Titik hutan mangrove terluas di Bali terletak di Pemogan, Denpasar Selatan. Sejak penghentian reklamasi pada 25 Agustus 2019, total 17 hektar ekosistem mangrove rusak. Januari 2019 lalu tanaman mangrove jenis Sonneratia, Rhizophora, dan Avicennia di Teluk Benoa, Badung telah mengalami reklamasi.
Kerusakan mangrove dapat terjadi karena dua hal. Yakni, antropogenik (bencana akibat kesalahan manusia) dan bencana alam. Dwi menuturkan, mangrove bisa mengurangi jumlah emisi yang dirilis, tetapi bisa menjadi penyumbang emisi terbesar jika terjadi kebakaran. Antropogenik bisa terjadi akibat kerusakan mangrove secara langsung, seperti pemanfaatan hutan untuk infrastruktur, sehingga beberapa pohon mangrove terpaksa ditebang. Sementara, kerusakan bencana alam terjadi karena gejolak alam itu sendiri. “Walaupun terpaksa ditebang, sebaiknya tetap dilakukan penanaman

kembali di tempat lain sebagai pengganti,” tutur alumnus Universitas Brawijaya tersebut. AJAK MERAWAT DAN MENIKMATI MANGROVE BERSAMA
INyoman Mardika, Pegiat
Lingkungan Hidup di Bali mendukung banyaknya kegiatan masyarakat yang sadar akan lingkungan sekitar, khususnya untuk menanam mangrove kembali. “Jika kita lakukan bersama-sama secara berkelanjutan, pengembalian mangrove yang rusak, bisa dengan cepat kita pulihkan,” terangnya.
Mardika menjelaskan, kesadaran masyarakat ini mulai digalakkan kembali dari tingkat banjar. Dia pun tidak sendiri, dalam upayanya menghijaukan Bali, Mardika mengajak banyak pihak, baik swasta maupun pemerintah.
Harapan baik akan mangrove di Bali juga disampaikan oleh masyarakat. Pengunjung hutan alam mangrove yang dikelola oleh
Tanaman Hutan Rakyat (Tahura), Ki Ageng Bagus Kumborkorno (45) datang berkunjung untuk menikmati keindahan burung jalak hijau yang berada di sekitar Tahura. Sementara itu, Ni Luh Silawati (45) datang bersama suami untuk menikmati pemandangan sekitar. Silawati berharap akses ke hutan mangrove lebih baik dari sekarang, sarana dan prasarana pun juga tak boleh luput dari perbaikan. “Sehingga ada penghijauan dan pemanasan global dapat teratasi,” tutur Silawati Saat tim KHLOROFIL berkunjung ke Tahura, melihat banyak kawanan hewan yang habitatnya di mangrove seperti Kepiting, Ikan Gelodok, Burung Kuntul, dan Biawak. Jalur lintasan dari kayu juga tampak beberapa bagian yang berlubang dan rusak. Akses masuk mulai berlubang, jalan beraspal sebagian sudah rusak dan tidak terdapat pembatas jalan. (KHAS, RMS, LUT/KHLOROFIL)


TANTANGAN DAN PELUANG MBKM SELAMA PANDEMI
Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggagas program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) membawa paradigma baru dalam dunia pendidikan.

Satu diantara delapan program MBKM ini adalah pertukaran pelajar tingkat perguruan tinggi, dilakukan dengan sistem transfer kredit. Program ini dinilai dapat membentuk sikap mahasiswa seperti menghargai keanekaragaman budaya di Indonesia, bagaimana bekerjasama, serta meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan.
Adapun beberapa bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam program Pertukaran Pelajar ini antara lain berupa pertukaran pelajar antar program studi (prodi) pada perguruan tinggi yang sama atau perguruan tinggi lain.
Dalam mengikuti program ini terdapat satu mata kuliah yang wajib diambil yaitu modul Nusantara. Di dalamnya mahasiswa akan diajak untuk memahami lebih dalam akan keanekaragaman budaya dan tradisi
di Indonesia. Adapun mata kuliah ini disediakan seorang mentor yang juga akan mendampingi peserta selama mengikuti program ini, jadi dapat diajak untuk konsultasi terkait kendala selama mengikuti perkuliahan.
Pandemi Covid-19 diberlakukan Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) guna menekan laju penyebaran virus. Pembatasan ini tentunya berdampak pula pada pelaksanaan program pertukaran pelajar, dimana beberapa kegiatan pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara luring ke universitas penerima, harus dilakukan secara daring. Namun seberapa efektifkah sistem pembelajaran secara daring bagi peserta pertukaran pelajar ini?
Tim penulis berhasil mewawancarai dua orang mahasiswa angkatan pertama peserta program pertukaran pelajar MBKM, yaitu Ida Ayu Devitriyani dari Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali dan Regina Fauziah Nurmuslimah dari Universitas Djuanda, Bogor.
Ida Ayu Deviatriyani yang akrab disapa Devi ini menjelaskan, pembelajaran online efektif, meski ada be-
berapa mata kuliah yang terkendala. “Ada yang kurang efektif, seperti salah satu mata kuliah yang saya ambil, Teknologi Benih di Universitas Siliwangi sudah melaksanakan praktikum secara luring di laboratorium kampus, dan saya belum mendapat info untuk pemberangkatan ke sana, jadi belum bisa mengikuti praktikum langsung,” ujar alumni SMA Negeri 1 Seririt, Buleleng tersebut.
Motivasi Devi turut andil dalam program ini karena rasa ingin tahunya akan bagaimana sistem pembelajaran dan kehidupan di luar Pulau Bali. “Yang pertama itu memang saya belum pernah ke luar Bali, semangat saya diawal itu karena kuliah luring saya akhirnya bisa nih main keluar Bali, jadi ingin coba yang program pertukaran pelajar ini,” ujarnya.
Devi merasakan saat awal mengikuti program ini mendapat banyak kemudahan dalam proses pendaftaran. Mulai dari batas waktu registrasi pendaftaran hingga mengunggah berkas persyaratan. Perempuan kelahiran Tista, Singaraja ini menjelaskan, terdapat beberapa syarat pendaftaran program pertukaran pelajar. Mulai dari IPK minimal 2.75, surat rekomendasi dari universitas asal, keterangan prestasi nasional, serta surat izin orang tua, dan surat keterangan sehat.
Syarat lain menurut Regina yang kerap dipanggil Rere, harus menyediakan data pribadi seperti curriculum vitae (CV). “Kita juga dibimbing langsung oleh dosen untuk persiapan, itu saja sih tidak ada yang terlalu ribet untuk MBKM ini, karena masih angkatan pertama,” tutur mahasiswi angkatan 2019 Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi ini.
Lama proses pembelajaran yang boleh diambil mahasiswa peserta program ini adalah maksimal tiga semester, dengan batas kredit sebanyak 20 sks. Devi ini mengambil selama 1 semester di beberapa universitas sekaligus, yaitu Universitas Siliwangi Jawa Barat, UPN Jawa Timur, dan UPN Yogyakarta.
Sementara itu, Rere mengaku mengalami kendala selama masa perkuliahan daring. “Mata kuliah yang Rere ambil itu rata-rata ada praktikum, nah kendalanya ada waktu yang bentrok dengan mata kuliah lain,” ujar alumnus MA Jamiatul Khair, Kabupaten Sukabumi ini.
Bagi Rere adaptasi kuliah daring di kampus Unud tidak menyulitkannya. “Karena masih online jadi hanya sebatas komunikasi via WhatsApp saja, kebetulan teman-teman Unud juga welcome,” tutur Rere
Rere merasa selama praktikum hanya diberikan pengenalan yang kemudian akan dipresentasikan melalui aplikasi Webex. Selain itu, perbedaan jam pun memicu dirinya untuk terus beradaptasi. “Motivasinya emang dari awal itu tertarik dengan kegiatan MBKM, kalau diam di kampus tidak terlalu dapat banyak pengalaman, ini juga kesempatan paling bagus untuk mahasiswa merasakan belajar di universitas lain,” ucap Rere.
Devi pun merasakan adaptasi proses awal perkuliahan. “Yang agak ribetnya sedikit itu setelah keterima, memang karena merupakan peserta pertama program ini, jadi terasa seperti masih uji coba. Sistemnya belum terlalu terarahkan dan sering terjadi kesalahpahaman, belum tahu siapa yang pertama dihubungi, apakah perlu
ambil SKS di Udayana lagi. Tapi secara umum setelah dijalani dan terlewati proses-prosesnya memang menambah pengalaman banget,” ujar Devi.
Dari beberapa mata kuliah yang paling berkesan bagi Devi adalah Agroekologi di IPB. “Untuk saya mungkin yang favorit itu Agroekologi di IPB, karena itu paling beda cara belajarnya. Di sana itu kita tidak diberikan soal-soal untuk UTS atau UAS, tapi kita diberikan project sebagai penggantinya. Seperti saat UTS diberikan project paper analisis dengan tema bebas, jadi kita bisa benar-benar bisa berkreasi sesuai minat kita, kalau saya sendiri itu mengambil tema Subak karena saya dari Bali, jadi biar ada ciri khasnya,” ujar terang Devi.
Devi menyarankan bagi mahasiswa yang ingin mengikuti MBKM ini harus rajin menggali informasi seperti mengikuti akun instagram resmi Kemendikbud Ristek dan akun program MBKM. Agar lebih mudah dalam mendapatkan informasi timeline dan pengumuman
penting lainnya. Di Unud salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang valid dan jelas yaitu dengan menghubungi pihak USCC (Udayana Student Creative Center) selaku pemegang program MBKM ini.
Adanya program Pertukaran Pelajar dari MBKM ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa dari berbagai penjuru nusantara untuk lebih memahami perbedaan budaya, tradisi dan adat istiadat di Indonesia melalui jalur akademik.
Peserta dapat menambah relasi pertemanan, dan dapat belajar bagaimana bekerjasama dan bertoleransi satu sama lain, serta yang terpenting adalah peserta dapat lebih terbuka wawasannya sehingga dapat lebih menghargai indahnya keanekaragaman budaya di tanah air. Manfaat lainnya seperti menambah relasi antar kampus dan dapat mengenal sistem pembelajaran baru dari perguruan tinggi lain. (BIN, NAD/KHLOROFIL)



WEBINAR HUT LPM KHLOROFIL 2021: Gali Potensi dengan Konsisten Menulis

Hari Ulang Tahun (HUT) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Khlorofil yang jatuh pada tanggal 1 Mei 2021 dirayakan dengan menggelar webinar. Tema webinar yang diusung “Kiat Menulis di Masa Pandemi” melalui aplikasi Zoom Meeting pada 8 Mei 2021.
LPM Khlorofil merupakan lembaga pers mahasiswa yang menjadi wadah mahasiswa dalam kampus Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Webinar tersebut menghadirkan dua pembicara yang telah melalang buana di dunia tulis-menulis, yaitu pembicara pertama, I Gusti Putu. Artha. Pembicara kedua, Agung Sedayu sebagai Editor Majalah Tempo dan Ketua Presidium Forum Aktivis Alumni (FAA) Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI). Kegiatan ini dipandu oleh Ni Made Widiantari dari Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM Khlorofil.

I Gusti Putu Artha, pria yang akrab disapa Artha itu memaparkan, kunci utama dalam menulis yaitu motivasi diri, kompetensi atau kemampuan, ide, konsisten menulis dan menggali potensi. Artha menambahkan, penulis
pemula harus mempunyai sikap kritis terhadap persoalan yang ada. “Potensi dasar seorang writer yaitu rasa keingintahuan yang besar,” ujarnya. Mantan Komisioner KPU RI itu menjelaskan, seorang penulis pemula harus mulai menulis dan memotivasi diri untuk membuat suatu tulisan. Kemudian terus berlatih dan membentuk skill dalam menulis. Artha menyampaikan, penulis harus berkomitmen dalam menulis dan konsistensi pada kerangka tulisan yang disampaikan. “Tertib dalam struktur tulisan dapat membuat penulis terbiasa menyelesaikan tulisan tersebut,” tambah Alumni LPM Khlorofil itu. Pada penyampaian materi pembicara kedua, Agung Sedayu menjelaskan tips dasar menulis berita. Esensi jurnalistik seperti nilai berita untuk kepentingan publik dan keterbaruan informasi pun juga disampaikan oleh pria kelahiran 1979 tersebut.
Walaupun perayaan HUT LPM Khlorofil dilakukan secara online, fakta tersebut tidak mengurangi antusiasme peserta. Diskusi tanya jawab antara peserta dengan pembicara pun sangat interaktif. (INT/KHLOROFIL)
I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA: Teori Tanpa Praktik adalah Sia-Sia
Menjadi seorang dosen, petani, dan pebisnis merupakan kecakapan diri dari seorang Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., MSi. Dosen Program Studi Agribisnis di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana (Unud) ini akrab dipanggil Gede. Sebagai tenaga pendidik ilmu pertanian, Gede juga terjun langsung ke lapangan dengan memimpin komunitas SIMANTRI 551 di Kelompok Tani Angsoka. Pada 2000, anak pertama dari tiga bersaudara ini tamat mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Pertanian, Unud. Kemudian pada 2004 telah lulus Magister Penyuluhan Pembangunan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan 2012 meraih gelar Doktor di kampus yang sama.
Terbiasa berorganisasi saat menjadi mahasiswa, menjadikan pria 43 tahun itu aktif membina Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM) International Association of Students in Agricultural
and Related Sciences Local Committee (IAAS LC) Unud. Berkaca dari pengalamannya saat menjadi mahasiswa yang aktif berorganisasi, ia sadar betapa pentingnya pembina di organisasi dalam membimbing mahasiswa. Untuk itu ia ingin selalu mendampingi kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Menurut pria penyuka hitam tersebut adanya UKM IAAS LC Unud menjadi wadah penting bagi mahasiswa pertanian karena didalamnya banyak pelatihan dan kegiatan yang dilakukan. Kegiatan tersebut seperti webinar, lomba, dan langsung menerapkan ilmu pertanian di masyarakat dengan mendampingi desa binaan yang telah dikelola organisasi itu.
"Teori tanpa praktik adalah sia-sia, dikarenakan dengan praktek kita akan lebih paham dan juga ingat," ujar suami Ni Made Ary Yunharmini, SE, MM.
Tak hanya aktif sebagai Pembina

di Organisasi Pria kelahiran Singaraja, 14 September 1978 itu juga memiliki produk hasil pertanian yang dikenalkan dengan nama Saranyu Sunflower Seed Oil (minyak biji bunga matahari) dan mengelola agrowisata Sunflower Garden Angsoka di Singaraja. Pada agrowisata sunflower tersebut, terdapat spot foto yang indah dari atas menara. Tak lupa ia membangun sebuah pondok peristirahatan bagi para pengunjung yang datang untuk beristirahat.
Ia membangun pondok yang bertema zaman dahulu, bukan dari keramik dan semen melainkan dari bambu dan rotan. "Saya membuat pondok itu untuk memberikan kehangatan saat sedang berbincang sambil menikmati pemandangan bunga matahari," ujar Gede Setiawan.
Sebelum menggeluti tanaman matahari, ia pernah menanam tanaman lain seperti edamame dan labu madu. Hasil yang didapatkan dalam menanam edamame cukup melimpah dan memberikan keuntungan yang baik dikarenakan harganya yang terbilang mahal. Menanam komoditas edamame ini memberikan inspirasi juga kepada petani lainnya karena harga jualnya yang tinggi. Namun pria penyuka makanan capcay ini beralih untuk membudidayakan tanaman matahari yang dinilai masih jarang pada daerah tersebut.
Komoditas bunga matahari dapat menjadi peluang agrowisata karena keindahannya. Dari hasil perjalanan dinas ke berbagai tempat wisata, ia terinspirasi dengan konsep agrowisata kebun apel di Malang, Jawa Timur. Kemudian ia terapkan integrasi pertanian dengan pariwisata menjadi agrowisata Sunflower Garden Angsoka.
Pria yang hobi bermain tenis meja ini berpesan, sistem perkuliahan online tidak terpaku hanya dari materi secara penuh dari dosen. Namun juga mencari referensi dari berbagai sumber seperti, youtube dan perlu mengikuti webinar. Ia berharap mahasiswa dapat tetap aktif mengembangkan minat dan bakat saat memanfaatkan waktu luang.
Pria yang mulai menggeluti bidang tarik suara ini mengajak pembaca untuk tetap fokus. Bila kita dapat menjaga fokus, maka kita dapat melakukan hal luar biasa lainnya khususnya dalam berkarir. Berkarir tentu tak mudah, di dunia yang selalu menuntut kemajuan, kita tak bisa hanya menunggu tetapi dapat menciptakan. Untuk itu tetap fokus belajar, mengembangkan diri, dan fokus akan tujuan adalah penting. (BSD, INT/KHLOROFIL)

IDA AYU SRI WIDARI: Mahasiswa
Berprestasi Bukan Hanya Milik Orang Pintar
Mahasiswa berprestasi, salah satu ajang bergengsi di lingkungan kampus. Ida Ayu Sri Widari atau yang akrab disapa dengan Ias, terpilih sebagai mahasiswa berprestasi 2021 mewakili Fakultas Pertanian (FP) dalam ajang pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat Universitas Udayana (Unud).
Mahasiswi program studi Arsitektur Lanskap ini menjelaskan, terpilih menjadi mahasiswa berprestasi bukan hal mudah, dibutuhkan proses cukup panjang serta usaha keras pastinya. Mahasiswi semester tujuh itu mengawali ajang berprestasi berkat rekomendasi dosen.
Kegagalan bukan menjadi kendala bagi Ias. Setelah dua kali mengikuti ajang yang sama. Akhirnya Ias tahun ini berkesempatan mewakili FP untuk maju menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat Universitas. “Mahasiswa berprestasi bukan hanya milik orang pintar,” ujar Ias.
Selain kuliah, ias juga turut magang di dua perusahaan desain lanskap yaitu, Suksma Garden dan Rire Lanskap Design Studio. Tips dari Ias untuk menyiasati jadwal yang padat dengan cara membuat catatan pribadi. Catatan itu berisi kegiatan yang akan dilakukan esok hari. Namun kegiatan tersebut tidak harus dilakukan sesuai catatan, hanya saja perlu mengetahui target yang akan dilakukan hari ini.
Perempuan penyuka hitam itu memberikan tips menjadi mahasiswa berprestasi. Yang pertama, aktif mengikuti kegiatan akademik maupun non akademik seperti, organisasi, Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM), lomba, kepanitiaan, dan lain-lain. Ias juga sering mengikuti lomba dalam bidang desain seperti SKALA 2020 International Design Competition dan Student Design Competition di Universitas Trisakti, Jakarta.
Dalam hal kepanitiaan, Ias lebih memilih bekerja dalam divisi acara atau 3D, tergantung dari kegiatan tersebut. Perempuan yang hobi menari

hip hop berpesan, setiap mahasiswa harus mengetahui porsi dan kemampuan diri sendiri. “Jangan terlalu banyak mengambil kegiatan, karena nanti hasilnya tidak maksimal,” tutur perempuan berambut panjang itu.
Hobinya menari Hip Hop membawa Ias dalam komunitas dance di Bali. Dia juga berharap mahasiswa dapat melatih public speaking karena dalam hal apapun pasti dibutuhkan. Meningkatkan skill bahasa juga penting sekali apalagi bahasa Inggris. Saat menjalani kuliah, Ias juga selalu semangat dan melakukan yang terbaik. “Usahakan untuk selalu disiplin dan jangan menunda-nunda tugas,” tegas Perempuan Kelahiran 23 Juli 2000 itu.
Pesan utama Ias agar selalu mencoba hal-hal baru yang diminati. Saat ada kesempatan lomba, maka harus memanfaatkan dengan baik. Menang atau kalah bukanlah persoalan besar, karena setidaknya sudah memiliki berbagai pengalaman. Selalu nikmati prosesnya dan pasti suatu saat usaha keras akan terbayar dengan hasil yang indah di masa depan. “Berdiskusilah dengan mereka (mentor), dengarkan tips mereka, dan belajarlah dari kesalahan mereka. Dengan begitu kita semakin lebih mudah dalam mempersiapkan perlombaan kita,” tutur perempuan kelahiran Kota Denpasar itu Mendapatkan beasiswa dapat menggali informasi pendaftaran dan mencari kesempatan beasiswa dari berbagai sumber. Arti kesuksesan menurut Ias bukanlah hanya sebatas mengejar pencapaian, melainkan selalu menikmati proses perjuangan. Selain itu, harus melakukan yang ter-
baik dalam apapun yang dikerjakan. Dalam mewujudkan mimpi juga dibutuhkan tokoh idola yang bisa dijadikan inspirasi. Perempuan 21 tahun itu memiliki tokoh idola yang memotivasinya. Dalam hal Arsitektur Lanskap, Ias mengidolakan Frederick Loewe yang mendirikan sebuah estate mewah di California, Amerika Serikat.

Ias berkeinginan untuk melanjutkan pascasarjana di Harvard University mengambil jurusan Landscape atau menempuh kuliah kembali pada program Magister Jurusan Arsitektur Lanskap di Unud.
Do Your Best As Best As
You Can, ungkapan favorit Ias yang ia pegang teguh dalam segala situasi. Ungkapan tersebut mengandung makna, lakukanlah segala sesuatu dengan sepenuh hati dan terbaik, semaksimal, dan sesuai kemampuan. “Memasang target juga boleh asalkan kita juga bisa menikmati proses dari perjuangan kita juga tidak melupakan istirahat,” pungkasnya. (Nala, Fransisca, INT, BSD/ KHLOROFIL)



DON’T BE MEASURED BY THE ABUNDANT HARVEST, BUT LOOK AT THE BENEFITS - WIDI/KHLOROFIL -


OPINI
Potensi Pengembangan Gaharu di Propinsi Bali
Pepatah “sudah gaharu cendana pula” sudah lama didengar orang namun sampai hari ini banyak orang belum mengenal pohon gaharu. Tanaman Gaharu (Aguilaria spp, Wikstrumia spp, Gonystylus spp, Gyrinops sp, Aetoxylon sp, dan Enkleia sp) termasuk tanaman hutan non kayu yang bernilai ekonomi tinggi karena tanaman ini dapat menghasilkan gubal gaharu yang aromanya harum dan disukai orang hampir di seluruh dunia seperti Timur Tengah Jepang, Korea, Cina dan lain-lain. Adapun gubal gaharu yang dihasilkan berupa kayu mengandung damar wangi (aeromatic resin) sebagai akibat dari serangan jamur.Oleh karena aromanya yang harum sehingga telah lama diperdagangkan sebagai komoditi elit untuk keperluan industri parfum, kosmetik, hio, setanggi (dupa) dan obat-obatan. Komoditi ini mempunyai harga yang sangat tinggi dan terus menerus meningkat dari tahun ketahun. Sebagai gambaran harga gubal gaharu per kg untuk kelas super AB Rp. 7.500.000 – Rp. 10.000.000 per kg, kelas super BC Rp. 1,100,0001,500,000 per kg, kelas kacangan Rp. 1,100,000 - 1,500,000, kelas Teri Rp. 350,000, kelas kemedangan Rp. 75,000 – 400.000 (Pasaribu et al. ,2015)

Pembentukan gubal gaharu dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain genetik pohon penghasil gaharu, mikroba penginduksi, lingkungan, dan lamanya proses pembentukan gaharu Beberapa jenis penghasil gubal gaharu yang banyak dikembangkan
crasna, A. filaria, A. hirta, Gyrinops versteegii, dan lain lain. Masing-masing tanaman mempunyai genetic yang berbeda. Mikroba penginduksi gaharu dapat berupa jamur maupun bakteri, namun yang banyak dikembangkan adalah berbagai jenis jamur antara lain: Cytosphaera malacensis pada batang gaharu Aquilaria malacensis, Fusarium lateritium pada Gyrinops versteegii, dan fungi Fusarium sp. pada berbagai jenis pohon penghasil gaharu. Lingkungan tumbuh tanaman berupa iklim, jenis tanah, topografi lokasi penanaman. Lamanya proses pembentukan juga menentukan kualitas dan kuantitas gubal gaharu yang terbentuk, semakin lama proses maka semakin tinggi baik kualitas maupun kuantitanya.
Tanaman penghasil gaharu dapat
tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan dengan elevasi 5 – 1000 mdpl, malah di pegunungan Himalaya sampai ketinggian 2400 mdpl. Curah hujan berkisar dari 1000 – 2000 mm/tahun dengan suhu berkisar 25-34oC, dan kelembaban 70%. Dari aspek tanah, maka hampir semua jenis tanah cocok untuk penanaman gaharu mengingat tanaman tersebut merupakan tanaman hutan yang memiliki perakaran yang sedang sampai dalam. Propinsi Bali memiliki wilayah seluas 563.666 ha dengan lahan kering seluas 328.908 ha dan lahan basah 78.626 ha. Berdasarkan klasiifkasi Schmidt-Ferguson, Provinsi Bali termasuk tipe iklim C sampai F. Tipe iklim F (kering) tersebar di wilayah pesisir utara dan timur Pulau Bali, sebagian kecil wilayah perbukitan Bali selatan. Sedangkan tipe iklim C (agak basah) di bagian tengah Pulau Bali dan tipe D (agak kering) bagian tengah dan barat Pulau Bali. Curah hujan rata-rata sekitar 127mm/bulan dan suhu berisar 24°-38°C. Dari segi pesayaratan tumbuh tanaman gaharu maka hampir sebagian besar wilayah pulau Bali berpotensi dikembangkan tanaman gaharu, kecuali pada wilayah yang terlalu kering sehingga air sulit tersedia untuk pertumbuhan awal

tanaman.

Dalam budidaya tanaman gaharu dilakukan beberapa kegiatan yaitu : penyediaan bibit tanaman gaharu, penanaman, perawatan tanaman, inokulasi jamur, pemanenan, dan pasca panen. Bibit yang banyak dikembangkan di Bali adalah jenis tanaman ketimunan (Gyrinops versteegii) yang didatangkan dari NTB. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan dengan pembuatan lobang tanam 40x40x40 cm dengan jarak tanam 3x4 m atau 2,5x5 m. Perawatan tanaman berupa : pemupukan 1 kali setahun dengan pupuk organik 3-5 kg/tanaman dan anorganik (NPK) 5 g per pohon, pedangiran 1 kali setahun sebelum memupuk, dan pembran-

haru kedalam batang tanaman gaharu. berumur minimal 5 tahun atau sudah muali berbuah. Beberapa inokulan sudah ditemukan oleh tim peneliti gaharu Unud, Mega et al. (2020) berupa spesies jamur Trichoderma harzianum, Fusarium solani dan Rhizopus microspores yang efektif dalam pembentukan gubal gaharu pada tanaman ketimunan. Selanjutnya dilakukan panen, biasanya 3-5 tahun sejak inokulasi jamur, makin lama waktu sejak inokulasi semakin banyak terbentuk gubal dan kualitasnyapun semakin baik. Pemanenan dapat dilakukan secara berkala maupun sekali. Pasca panen berupa pemisahan gubal dengan kayu yang lain, pengolahan untuk ekspor atau dijadikan produk olahan lain seperti dupa, minyak atsiri,obat



nyamuk, lulur dan lain-lain. Mengingat pembentukan gubal gaharu memerlukan waktu yang cukup lama antara 5-10 tahun sejak diinokulasi, maka perlu dilakukan beberapa alternatif panen yang dilakukan selain gubal yaitu panen daun dan ranting tanaman gaharu. Daun gaharu dapat dimanfaatkan untuk teh, lulur gaharu. Sedangkan ranting dan cabang pohon gaharu yang telah diinokulasi dengan jamur dapat digunakan untuk dupa dan minyak atsiri sebagai bahan baku parfum, kosmetik dan obat-obatan. Beberapa produk yang sudah diproduksi di Bali adalah dupa (hio), teh dan minyak gaharu.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan atau budidaya gaharu di Provinsi Bali potensinya sangat besar karena dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan masyarakat serta melestarikan plasma nuftah dan lingkungan. (Ir. I Made Mega, M.S. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana)
- k u l t u s -
Kutemukan sebuah nama di layar gawai
Di bawah langit senja kesukaanmu Di tempat kesukaanku Kutemukan sebuah nama.

Di jalan yang kini penuh kenangan, Kita membeli sepasang kalung
Katamu: Untuk kita. Dua pekan berlalu, Kita benar – benar selesai.
Aku pikir kita akan terus, Ternyata kamu sudah ada yang lain.
Tak terhitung pekan ke berapa yang telah berlalu, Aku masih menikmati kenangan, Aku masih di sini, Tapi kamu tidak.
CERPEN
Dunia Tak Selebar Daun Kelor
Rudi mengayunkan cangkulnya di terik sinar matahari, keringat yang sudah membanjiri pelipisnya tidak membuatnya berhenti untuk mencangkul di sawah. Di umurnya yang masih terbilang muda, dia masih belum mampu mengambil pekerjaan lain selain membantu orang tuanya di sawah.
“Istirahat dulu nak, sudah waktunya makan siang “ kata sang ibu dari arah pondok, disana ibunya sudah mempersiapkan makan siang untuknya dan juga ayahnya. Rudi segera menghampiri ibunya dengan langkah gontai.
“Hari ini sangat terik sekali “ kata sang ayah sambil minum air yang diberikan oleh sang ibu. Rudi hanya diam sambil mengambil makanannya, hidupnya tidak pernah berubah sama sekali. Mereka hanya mengandalkan sepetak tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bahkan hasil sawah itu tidak mampu untuk memenuhi segala kebutuhannya kecuali kebutuhan makan saja.
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya sang ibu menepuk bahu Rudi.
“Tidak ada buk” balas Rudi tersenyum tipis.
“Syila tadi pagi menangis karena kita belum membayar biaya sekolahnya. Apa yang harus kita lakukan?” tanya sang ibu dengan wajah sendu, hal itu membuat Rudi kembali terdiam. Dia selalu memikirkan masa depan adiknya, dia tidak mau Syila memiliki nasib yang sama seperti dirinya, hanya mengandalkan ijazah lulusan SD.
“Aku akan memikirkannya dulu “balas sang ayah, Rudi tau ayahnya akan meminjam uang lagi dan lagi ke konglomerat yang ada di desa. Sebenarnya Rudi tidak setuju jika ayahnya berhutang, tapi biar bagaimanapun ayahnya melakukan itu hanya untuk keluarganya.
“Bagaimana jika aku mengambil pekerjaan sampingan?” tanya ku dengan wajah ragu.
“Pekerjaan apa yang akan kau ambil? Di desa kita tidak ada banyak pekerjaan “ kata sang ibu menatap anak sulungnya, Rudi terdiam berfikir. Jika dia pergi ke kota itu membuatnya bingung sendiri, dia tidak memiliki skill dan tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Siapa yang mau mempekerjakan dirinya disana?
“Tidak ada yang bisa kita lakukan, kita dari kalangan orang miskin. Mau seberapa keras pun kita berusaha kita tidak akan bisa kaya “ kata sang ayah dengan wajah datar mengambil cangkulnya kembali, hal itu membuat pikiran Rudi berkecamuk.
Dia bingung harus melakukan apa untuk membantu perekonomian keluarganya, sebaiknya dia harus mencari jalan keluar lain agar bisa menemukan solusi yang terbaik untuk masalahnya ini.
*
Matahari kembali muncul dari timur, Rudi menatap jalanan dengan pandangan penuh harap. Dia baru teringat dengan kawan masa kecilnya yang melanjutkan pendidikan tingginya di kota, dia pasti bisa menemukan solusi pada kawannya itu. Rudi sepanjang perjalanan tersenyum cerah dengan hati yang bahagia.
“Hai Rudi, bagaimana kabarmu?” sapa
seseorang membuat langkah Rudi berhenti, dia menatap orang yang sedang duduk di pinggir sawah dengan senyum lebarnya.
“Aku baik, sudah lama kita tidak bertemu Ahmad. Bagaimana kabarmu selama di kota?” tanya Rudi tersenyum tak kalah lebar dan memeluk kawannya itu.
“Aku juga baik, mau kemana kamu pagi-pagi buta seperti ini?” tanya Ahmad menatap Rudi yang terlihat bahagia sekali.
“Hanya jalan-jalan sebelum pergi ke sawah “ balas Rudi.
“Kalau seperti itu marilah kita ngopi di warung pak Dadang sambil mengobrol, sudah lama kita tidak bertemu “kata Ahmad merangkul bahu Rudi layaknya teman dekat yang sudah lama terpisah.
Sesampainya di warung pak Dadang, Rudi dan Ahmad duduk di depan warung ditemani secangkir kopi dan gorengan yang ada. Jujur saja Rudi masih bingung harus mengatakan masalahnya ini pada Ahmad atau tidak. Tapi sepertinya Ahmad sudah dapat menebak apa yang Rudi rasakan saat ini.
“Kau adalah masalah? Ceritalah pada ku, kita kan sudah berkawan lama “ kata Ahmad menatap Rudi yang masih juga terdiam.
“Bagaimana aku bisa membantu mu jika kamu diam seperti ini “ kata Ahmad menyeruput kopinya itu.
“Tidak ada masalah yang besar, hanya saja aku ingin mencari pekerjaan sampingan demi membantu perekonomian keluarga ku “ kata Rudi dengan tidak enak.
“Kenapa tidak kau kembangkan saja lahan bapakmu itu, setau ku kau punya 1 hektar lahan yang tidak kau kelola “ kata Ahmad.
“ Aku tidak bisa mengelolanya, kami tidak ada modal dan aku juga bingung harus melakukan apa pada lahan itu karena
tanahnya sudah tidak subur lagi “ kata Rudi menjelaskan permasalahannya.
“ Jika kau benar-benar ingin mengelola lahan itu aku akan membantumu, baik itu modal dan tenaga “ kata Ahmad dengan senyum tulusnya, Rudi menjadi tidak enak sama sekali.
“Itu terlalu merepotkan “ balas Rudi.
“Tidak, aku mahasiswa pertanian, tentu aku akan membantu petani di desa ku. Aku akan mempraktekan hasil kuliahku sekarang. Aku akan membantumu mengolah lahan itu “ kata Ahmad meyakinkan Rudi.
“ Aku terlalu banyak berhutang budi pada mu “ kata Rudi sendu.
“ Jika kau tidak enak hati seperti ini, bagaimana jika hasil panennya kita bagi dua saja “ kata Ahmad.
“ Baiklah, terima kasih. Tidak siasia aku mencari mu, aku yakin kau akan membantu masalahku “ kata Rudi dengan senyum bahagia.
“Kita kawan, jadi kau tidak usah tidak enakan kepada ku. Apa gunanya teman jika tidak bisa saling membantu ” kata Ahmad merangkul Rudi yang hanya bisa tersenyum saja.
Setidaknya Rudi tau bagaimana pun permasalahan yang dia dapatkan pasti akan ada jalan keluarnya. Dia tidak akan putus asa begitu saja jika ada masalah yang menimpanya, dia yakin hidup tidak akan sekejam itu padanya. Rudi sangat menghargai teman-temannya, dia bersyukur memiliki teman yang bisa membantunya di saat dia susah dan senang. Hidup tak selebar daun kelor, dunia ini tidak sempit masih banyak jalan untuk menghadapi masalah, maka dari itu janganlah cepat menyerah. (Pande Putu Sri Wijani/Agroekoteknologi 2021/Universitas Udayana)
