2 minute read

CINTA TAK ADA MATI DAN CERITA-CERITA LAINNYA

Judul buku : Cinta Tak Ada Mati dan Cerita-cerita Lainnya Penulis : Eka Kurniawan Ilustrasi sampul : Eko Nugroho Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tanggal Terbit : Mei 2018 (pertama kali dipublikasikan pada 2015) ISBN : 978-602-03-8635-5 T ebal halaman : 153 halaman Harga : Rp. 64.900,-

Advertisement

“Ketika dunia telah terbakar begitu hangat dan ia terbangun dari tidur yang sangat sejenak, kerinduan kepada gadis itu demikian meluap-luap. Ia berendam di air hangat sambil minum susu penuh kalsium, menyemprot tubuhnya dengan parfum pemakaman sebab itulah satu-satunya yang ia miliki.”

Janganlah terkaget apabila Eka Kurniawan lewat karya yang satu ini kembali berhasil meneror mental kita melalui cerita-cerita pendeknya yang lugas, serba absurd, namun ajaib di saat yang bersamaan. Penulis sekaligus komikus asal Indonesia yang menamatkan pendidikan tinggi di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, ini telah menulis berbagai karya antara lain “Seperti Dendam Rindu Harus dibayar Tuntas” dan “Cantik itu Luka”. Karya-karya nya kerap memperoleh penghargaan di ajang internasional karena gagasan-gagasannya yang berani-bahkan liar, termasuk pada kumpulan cerpen yang satu ini.

Cinta Tak Ada Mati menyuguhkan karakter-karakter abnormal, ganjil, tidak suci, bahkan tidak bermoral, hanya untuk menunjukkan betapa kenormalan, kewajaran, kesucian, dan moral telah terlanjur menjadi kemapanan. Begitu banyak karakter yang tidak bernasib memperoleh kemapanan tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang buangan, pinggiran, dan mereka yang tak punya sesuatu apa pun kecuali doa. Juga orang-orang yang dibungkam dan diabaikan sepanjang sejarah. Mereka tidak memilih antara hitam dan putih, pun sang penulis tidak ingin kita memusingkan hitam dan putih. Mereka hanya ada, dan begitulah adanya.

Tetapi tiga belas kisah yang terdapat di dalam kumpulan cerpen ini bukannya seadanya. Rahasia perjuangan seorang budak ternyata berasal dari bumbu-bumbu dapur masakan yang berhasil membunuh majikannya. Seorang lelaki bertahan hidup hingga tua renta akibat keras kepala dan niatnya yang ‘tidak-tidak’ untuk berhasil menikahi cinta pertamanya. Juga si Mata Gelap yang tidak pernah mati meskipun dicabik-cabik oleh jin berkepala tujuh suruhan penguasa pada masa itu. Bukan metafora puitis dan kata-kata yang indah yang akan kita jumpai, tapi metafora yang sadis, vulgar, dan mencengangkan.

Buku ini Saya rekomendasikan bagi Anda yang jemu dengan nilai hidup yang itu-itu saja. Lewat pementasan karakter oleh sang penulis, Anda dapat merasa getir, sekaligus bersyukur di saat yang bersamaan. Bahwa ada sudut-sudut kealpaan lingkungan sosial dan budaya yang barangkali belum pernah sama sekali Anda bayangkan. GC

This article is from: