2 minute read

MENGAPA SAYA MENULIS?

Oleh : Pepen J. Eff endi

“Kamu tidak dapat kehabisan kreativitas. Makin banyak kamu gunakan, makin banyak yang kamu miliki “ (Maya Angelou). Pikiran kita adalah gudangnya inspirasi, gagasan dan sumber kreativitas. Berbagai peristiwa yang terjadi setiap hari, selalu memberikan inspirasi yang tersimpan dalam pikiran. Dari inspirasi tersebut kemudian lahir gagasangagasan yang pada akhirnya melahirkan kreativitaskreativitas dalam mewujudkan gagasan tersebut. Otak manusia sebagaimana kita rasakan memiliki memori terbatas sehingga memiliki keterbatasanketerbatasan dalam mengingat sesuatu. Bayangkan kalau setiap saat otak kita menerima sekian banyak informasi melalui penglihatan dan pendengaran kita, sementara kemampuan memori otak kita sangat terbatas, pasti tidak akan mampu menampung semua informasi tersebut. Bahkan menurut para ahli, memori yang dikenal sebagai short-term memories (ingatan jangka pendek) hanya mampu menyimpan informasi beberapa detik saja dan akan hilang dalam waktu 20-30 detik. Padahal banyak informasi yang kita terima sangat bermanfaat untuk pengembangan diri dan kehidupan kita, sehingga semestinya harus selalu diingat. Apalagi sewaktu-waktu bisa dijadikan rujukan saat kita menemui peristiwa yang sama. Agar semua informasi penting dan bermanfaat itu bisa lebih lama diingat, cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pengulangan-pengulangan. Untuk itu kita dituntut memiliki power of repeating (kemampuan untuk mengulangi). Namun demikian karena daya ingat kita tetap ada batasnya, maka upaya lain adalah dengan menuangkan semua inspirasi, gagasan dan pemikiran-pemikiran kita ke dalam tulisan. Tujuannya adalah agar jika suatu saat segala inspirasi atau gagasan dan pemikiran tersebut diperlukan, dapat diperoleh dengan cepat. Itulah sebenarnya alasan mendasar dari tulisan ini.

Advertisement

Pemikiran atau inspirasi apa saja yang kita tulis ?

Kita bisa berpikir apa saja. Tidak ada satupun kekuatan yang bisa membatasi kita untuk berpikir apa saja, sekalipun pikiran itu adalah keinginan untuk melakukan seburuk-buruknya perbuatan. Tentu saja sepanjang pikiran-pikiran itu tidak diwujudkan dalam kenyataan. Baik dalam bentuk tulisan, ucapan, maupun perbuatan. Jika pikiran- pikiran itu adalah Jik iki iki i dlh pikiran buruk, maka akan berhadapan dengan etika, moral, hukum maupun sanksi sosial, atau sekurang kurangnya cemoohan yang akan merugikan diri sendiri. Dengan alasan inilah, maka apa yang ditulis semestinya bukan hal-hal buruk yang akan menuai tanggapan negatif dan kontroversial. Tapi sebaliknya berupa gagasan, pemikiran ataupun pesan-pesan moral yang memberikan pencerahan, motivasi dan informasi lainnya yang bermanfaat bukan saja bagi diri sendiri tapi juga orang lain. Tidak salah kita menulis tentang aktifi tas atau kejadian yang kita alami dalam suatu waktu. Penyertaan foto dalam tulisan itu adalah sebagai penguat pesan/ message yang kita sampaikan. Kalaupun kita khawatir penampilan foto tersebut dikesankan narsis, maka di samping diberikan informasi tentang kegiatan tersebut, diberikan juga catatan kecil hikmah atau pembelajaran dari kegiatan itu. Intinya pesan/gagasan apapun yang ada bisa dituangkan dalam bentuk apapun tergantung mood kita. Bisa dalam bentuk quote/kata bijak, hikmah, cerita pendek, lucu, tips dsbnya. Lagi-lagi sepanjang yang kita tulis tidak menimbulkan dampak buruk diantaranya yang bisa menimbulkan perpecahan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar dan menyaksikan begitu banyak peristiwa terjadi. Meskipun kita sadar bahwa di balik setiap peristiwa apapun selalu ada hikmah yang terkandung di dalamnya, namun sayangnya banyak peristiwa yang kita anggap kejadian biasa biasa saja sehingga peristiwa itu berlalu begitu

This article is from: