ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK BTPN SYARIAH TBK. SEBELUM DAN SESUDAH IPO (INITIAL P

Page 1


Fadliyansyah, Isfandayani “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.” Maslahah Vol. 15 No. 2, Desember (2024). DOI:

Vol. 15 No. 2, Desember (2024) P-ISSN: 2086-5678, E-ISSN: 2807-8403

ANALISIS

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK BTPN SYARIAH TBK. SEBELUM DAN SESUDAH IPO (INITIAL PUBLIC OFFERINGI) DI BURSA EFEK INDONESIA

Fadliyansyah1 , Isfandayani2

1 Fakultas Agama Islam, Universitas Islam 45, E-mail: fhadiliyansah@gmail.com

2 Fakultas Agama Islam, Universitas Islam 45, E-mail: isfandayani123@gmail.com

Artikel Abstract

Keywords: Initial Public Offering, Financial Ratios, RGEC, Sharia Bank

Article History

Received: Oct 15, 2024; Reviewed: Nov 21, 2024; Accepted: Des 5, 2024

DOI: https://doi.org/10.33558/ maslahah.v15i2.10221

This study aims to determine whether there are significant differences in the financial perfomance of Bank BTPN Syariah before and after going public using the RGEC method, as well as to determine these differences in performance. The data used in this study is secondary data obtained from the published quartely financial reports of Bank BTPN Syariah for the period 2014-2021. While the method used is the comparative method (difference/comparison test), namely the parametric test (paired simples t test) for normally distributed data an the non-parametric test (Wilcoxon sign rank test) for abnormally distributed data. The results in this study indicate that the variabels of non-performing financing (NPF), financing to deposit ratio (FDR), return of assets (ROA), operating cost to income (BOPO), capital adequacy ratio (CAR) have significant differences, because they have sig value. <0,05. While other variabels such as rerturn of equity (ROE) and good corporate governance (GCG) do not have a siginificant difference. The results of this comparison are seen based on descriptive statisticson the ratio of NPF, FDR, andBOPO before the IPO is better than after the IPO. Then the ROA and CAR after the IPO are better than before the IPO. Meanwhile, ROE did not experience a steady change at a good value.

1. Pendahuluan

Perbankan syariah di Indonesia menjadi suatu elemen penting dalam hukum perbankan karena mengalami perkembangan yang pesat, dimana adanya dukungan oleh terbitnya berbagai regulasi yang mengatur kelembangaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha tersebut. Terhindar dari jenis transaksi riba merupakan prinsip utama bank syariah. Dalam pelaksanaannya aktivitas bisnis dibentuk kemitraan yang saling menguntungkan dimana keuntungan usaha harus secara halal atas

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 145

dasar kesetaraan (equality), keadilan (fairness), dan keterbukaan (Transparency).1 Bank syariah di Indonesia yang pertama kali didirikan adalah Bank Muamalat yaitu pada tahun 1992. Walaupun mengalami perkembangan yang lumayan lambat dibandingkan negaranegara muslim lainnya, akan tetapi perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Jika pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah di Indonesia, maka pada tahun 1999 jumlahnya bertambah menjadi 3 unit. Pada tahun 2000, bank syariah maupunbank konvensional yangmembuka unit usaha syariahmeningkat menjadi 6 unit. Sedangkan BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) sudah mencapai 86 unit dan akan masih bertambah. Di tahun-tahun mendatang, jumlah bank syariah bertambah jumlah kantor dan cabang bank syariah yang sudah ada, maupun dengan dibukanya Islamic window atau unit usaha syariah di bank-bank konvensional.2

Gambar 1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah

Perkembangan Aset Perbankan Syariah

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Juni 2022

Dilihat dari perkembangan Aset Perbankan Syariah mengalami peningkatan setiap tahunnya dimana total aset pada tahun 2014 sebesar 278,92 triliun dan total aset tahun 2021 mencapai Rp 676,73 triliun aset tersebut mengalami peningkatan secara tahunan hingga 14 persen dari 593,94 triliun pada posisi tahun 2020. Peningkatkan yang dialami terjadi pada pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh negara-negara yang terkena virus dan berdampak positif terhadap perekonomian, pandemi dapat teratasi bergerak menuju perbaian dengan menanamkan modal disaham dan merealisasikan keuntungan dengan kebijakan yang tepat ketika ekonomi dunia sedang mengalami penurunan.3 Kendati demikian, perkembangan bank syariah menghadapi berbagai tantangan. Antara lain perubahan ekosistem keuangan yang cepat diikuti dengan perubahan ekspektasi masyarakat yang menginginkan produk dan layanan yang lebih mudah sesuai dengan

1 Khotibul Umam, “Sejarah Pembangunan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,” Veritas et Justitia 6, no. 2 (2020): 250–73, https://doi.org/10.25123/vej.3629.

2 Abdul Muhith, “Sejarah Perbankan Syariah,” Attanwir: Jurnal Kajian Keislaman Dan Pendidikan 01, no. 02 (2012): 71–84.

3 MartinusRobert Hutauruk, “DampakSituasi Sebelum Dan Sesudah Pandemi COVID-19Terhadap Volatilitas Harga Saham LQ45,” Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan 9, no. 2 (2021): 241–52, https://doi.org/10.17509/jrak.v9i2.32037.

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.” 146

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

kebutuhan.Pemenuhankebutuhandana merupakansuatuhal yangtidakdapat dipisahkan dari perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasinya.4 Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa utang maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau biasa dikenal dengan go public.5 berikutini4banksyariahyangtelahmelakukanIPOterdaftardiPT.BursaEfekIndonesia (BEI) dari jumlah seluruhbank yakni 12 Bank Umum Syariah, diantaranya:

Tabel 1 Perbankan Syariah Go Public di BEI

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Penawaran IPO

PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk

PT. Bank BTPN Syariah Tbk

PT. Bank BRI Syariah Tbk

PT. Bank Aladin Syariah Tbk

15 Januari 2014

08 Mei 2018

09 Mei 2018

01 Februari 2021

Sumber: data olah, 2022

Berdasarkan tabel berikut peneliti memilih Bank Syariah ke 12 di Indonesia yaitu BTPN Syariah sebagai objek penelitian. BTPN Syariah merupakan anak perusahaan dari BTPN. Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip inklusi dengan menyediakan produk dan jasa keuangan kepada masyarakat terpencil yang belum terjaungkau serta sebagaimana masyarakat pra sejahtera. Selain menyediakan akses layanan keuangan kepada masyarakat tersebut, BTPN juga menyediakan pelatihan keuangan sederhana untuk membantu mata pencaharian nasabahnya agar dapat terus berlanjut serta membina masyarakat yang lebih sehat melalui programnya. Dengan demikian BTPN Syariah memiliki Visi, Misi, dan Nilai yang mencerminkan arah usahanya agar mengembangkan juataan rakyat Indonesia terpenuhi. Visi tersebut menjadikan bank syariah terbaik dan sejalan dengan ini misi untuk bekerja sama menciptakan peluang pertumbuhan usaha dan mencapai kehidupan yang berarti. Dari visi dan misi yang ada maka terdapat binaan berdasarkan empat nilai utama, yaitu profesionalisme, integritas, saling menghargai dan

4 Musyaffa Amin Ash Shabah Shabah, “Systematic Literature Review (SLR): The Tradition of Dowry in Marriage in Southeast Asia,” KRTHA BHAYANGKARA 18, no. 3 (December 23, 2024): 622–48, https://doi.org/10.31599/krtha.v18i3.3057; Musyaffa Amin Ash-Shabah, Nahrowi Nahrowi, and Masyrofah Masyrofah, “Dowry Amount in Aceh-Indonesia and Selangor-Malaysia: Between State Regulations and Customs,” AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah 21, no. 2 (December 30, 2021), https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ahkam/article/view/19673.

5 Renny Wulandari, “Initial Return: Perbedaan Saham Syariah Dan Non Syariah Di Pasar Modal Indonesia,” Akuntabilitas 7, no. 1 (2014): 26–41, https://doi.org/10.15408/akt.v7i1.2644.

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

147

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

kerja sama. Unit usaha syariah di BPTN yang dibentuk pada bulan Maret tahun 2008, spin – off ke bank syariah yang baru pada 14 Juli 2014. Kemudian BTPN Syariah menaikan Standard Governance Bank dengan melakukan Initial Public Offering (IPO).6

Gambar 2 Jadwal IPO PT BTPN Syariah Tbk.

Sumber Data: https://www.idx.co.id/media/2852/btps_prospektus-ipo_2018_pp1.pdf

Setelah mencatatkan sahamnya (Penawaran Saham Perdana atau IPO) di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 08 Mei 2018, BTPN Syariah Tbk telah berhasil meraih tambahan modal sebesar Rp 751.110.750.000 untuk pertumbuhan selanjutnya. Berdasarkan surat OJK No. S-42/PB.31/2018 tertanggal 13 Maret 2018, BTPN telah mendapatkan persetujuan untuk mempertahankan kepemilikan sahamnya di Perseroan sebesar 70% setelah penawaran umum, PT Triputra Persada Rahmat sebesar 20% dan publik sebesar 10%. BTPN Syariah melepas saham 770 juta dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdananya dengan harga sebesar Rp. 975 Persaham. IPO atau disebut dengan istilah penawaran umum merupakan hukum yang ditujkan bagi kegiatan suatu emiten untuk memasarkan dan menawarkan dan akhirnya menjual efek-efek yang diterbitkan kepada masyarakat secara luas, dengan tujuan memberikan masukan dana kepada emiten, baik untuk kegiatan lainnya, yang diinginkan olehemitentersebut.7 keputusanperusahaanuntuk Initial Public Offering (IPO)atauyang dikenal sebagai go public juga memiliki konsekuensi dimana menjadi perusahaan yang professional dan transparan. Perusahaan yang go public harus terbuka terhadap segala aspek. Bentuk keterbukaan informasi berisi tentang gambaran kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi, ramalan laba, dan dividen yang dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan. Selanjutnya bagi perusahaan setelah IPO melakukan pelaporan berkala. Tidak hanya itu kondisi perusahaan yang sudah dapat dimiliki masyarakat umum harus mematuhi semua peraturan pasar modal yang berlaku. Berdasarkan laporan keuangan tersebut maka para calon investor dalam melihat dan menilai kinerja perusahaan selama periode tertentu dalam rangka pengambilan keputusan investasi.8 Yusmaniarti et al (2020) mengukur kinerja keuangan menggunakan

6 “BTPN Syariah,” accessed June 8, 2022, https://www.btpn.com/id/tentang-kami/btpn-syariah.

7 Agus Salim Harahap, “Proses Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia,” Forum Ilmiah 8, no. 2 (2011): 131–38.

8 Arfandi and Salma Taqwa, “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Pada Perusahaan Non Keuangan Di Bursa Efek Indonesia,” Wahana Riset Akuntansi 6, no. 2 (2018): 1348–63, https://doi.org/10.24036/wra.v6i2.102516.

148

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

pengukuranrasio Profitabilitas,Likuiditas,ManajemenAset,danNilai Pasarberdasarkan hasil uji hipotesis yang lain rata-rata menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan dari Likuiditas, Manajemen Aset, dan Nilai Pasar antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah IPO, dan 1 tahun sebelum dengan 2 tahunsesudah IPO pada tahun 2014, 2015 dan 2016.9

Asyari Hasan dan Sasa Parera (2021) mengukur kinerja dengan Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Operating Margin (NOM), dan Good Corporate Governance (GCG) berdasarkan Hasil uji non parametrik wilcoxon pada kinerja keuangan PT Bank BRISyariah Tbk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar pada rasio KPMM, sedangkan pada rasio NPF dan FDR terdapat perbedaan namun perbedaan tersebut tidak terlalu besar, dan pada rasio ROA, ROE, dan NOM tidak terdapat perbedaan pada kinerja PT Bank BRISyariah Tbk sebelum dan sesudah IPO.10 Dzikra Azzahra dan Izra Berakon (2021) dalam mengukur kinerja perbankansyariahyangterdiri dari BRI Syariah dan BTPN Syariah menggunakan Risk Profile NPF dan FDR, Earnings ROA dan ROE, Capital CAR untuk mengukur kinerja keuangan dan berdasarkan hasil adanya perbedaan yang signifikan kinerja keuangan pada rasio FDR, ROE, dan CAR perbankan syariah setelah IPO sedangkan pada rasio NPF dan ROA tidak adanya perbedaan yang signifikan kinerja keuangan rasio ROA perbankan syariah sebelum dan setelah IPO.11 Husaini dan Safrizal Efendi (2021) dalam penelitiannya menggunakan Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) untuk mengukur kinerja keuangan.

Berdasarkan hasil penelitianmenunjukkanbahwa SPSS Paired Samples Statistics bahwa mean dari masing-masing rasio baik pada Pair 1, Pair 2, Pair 3 dan pair 4 mengalami perubahan. Artinya adanya perbedaan rata-rata dari masing-masing rasio antara sebelum dan sesudah melakukan IPO, namun untuk melihat apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidaknya dapat dilihat pada nilai Sig. (2-tailed) dari masingmasing rasio, dimana nilai Sig. (2-tailed) berada di atas 0.05, hal ini berarti perbedaan rata-rata dari rasio CR, QR, DAR, DER, ROA dan ROE sebelum dan sesudah IPO dikatakan tidak signifikan.12 Ferdila dan Sri Martina (2022) menggunakan Rasio likuiditas (X1) CR, rasio solvabilitas (X2) DER, rasio aktivitas (X3) TATO, rasio profitabilitas(X4)NPMuntukmengukurkinerjakeuanganperusahaan.Berdasarkanhasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara likuiditas (X1)

9 Yusmaniarti et al., “Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,” JSMBI: Jurnal Sains Manajemen Dan Bisnis Indonesia 10, no. 2 (2020): 129–245.

10 Asyari Hasan and Sasa Parera, “Komparasi Kinerja Bank Syariáh Sebelum Dan Sesudah Go Public,” Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam 22, no. 1 (2021): 1–20, https://doi.org/10.30595/islamadina.v22i1.6816.

11 Dzikra Azzahra and Izra Berakon, “Evaluating Sharia Banking Financial Performance Before and After Initial Public Offering Using Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning and Capital,” Journal of Islamic Economic Scholar 2, no. 2 (2021): 107–24, https://doi.org/10.14421/jies.2021.2.2.107124.

12 Husnaini and Safrizal Efendi, “Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah IPO : Studi Kasus Pada PT . Garuda Indonesia (Persero),” Jurnal Visioner & Strategis 10, no. 1 (2021): 9–14.

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 149

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

sebelum dan sesudah IPO, tidak terdapat perbedaan signifikan antara solvabilitas (X2), aktivitas (X3), dan profitabilitas (X4) sebelum dan sesudah IPO. Fauziah et al (2022) mengukur kinerja NPF (Non Performing Financing), GCG (Good Corporate Governance), BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan), CAR (Capital Adequacy Ratio) menghasilkan NPF, GCG, dan BOPO tidak terdapat perbedaan tingkat kesehatan rasio sebelum dan sesudah IPO. Sedangkan CAR menunjukan terdaptkan perbedaan tingkat kesehatan sebelum dan sesudah IPO.13 Maurin Febbiana, Bambang Suryono (2022) mengukur kinerja Bank Syariah Indonesia menggunakan Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Total Asset Turnover (TATO), Debt To Equity Ratio (DER) menghasilkan Hasil pertamatidakterdapatperbedaaanyangsignifikan antaranilai Current Ratio dan TATO yang dimiliki perusahaan sebelum dan sesudah kemudian hasil kedua terdapat perbedaaan yang signifikan antara nilai Debt Equity Ratio yang dimiliki perusahaan sebelum dan sesudah melaksanakan Initial Public Offering (IPO) di Bank Syariah Indonesia.14

Kinerja keuangan perbankan syariah yang berupa tingkat rasio keuangan bank akan memberikan informasi kepada pemerintah, investor dan nasabah bank syariah tentang kondisi keuangan yang terjadi selama satu periode tertentu. Maka dari itu berdasarkan hasil penelitian terdahulu peneliti menggunakan salah satu bank syariah sebagai obyek yaitu PT. Bank BTPN Syariah Tbk mengenai suatu ajuran yang ada pada saran terdahulu dan mengukur kinerja keuangannya berdasarkan penilaian yang dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu Risk Profile pengukuran berupa rasio (Non Performing Financing) NPF dan (Financing to Deposit Ratio) FDR , (good corporate governance) GCG berdasarkan penilaian self assessment, Earning pengukuran berupa rasio (Return on Asset) ROA, (Return On Equity) ROE, dan (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan) BOPO, Capital pengukuran berupa rasio (Capital Adequacy Ratio) CAR atau disebut juga dengan pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode RGEG. Periode yang digunakan adalam 4 tahun sebelum dan 4 tahun sesudah melaksanakan Initial Public Offering (IPO) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian berupaya untuk menganalisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah Tbk. Sebelum Dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) Di Bursa Efek Indonesia

2.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analisis komparatif, penelitian komparatif ini menggambarkan bagaimana perbedaan kinerja rasio keuangan perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di BEI pada periode sebelum dan sesudah IPO. Pendekatanpada penelitianinimenggunakanpendekatankuantitatif.Dalam lingkupyang lebih sempit, penelitian kuantitatif diartikan sebagai penelitian yang banyak

13 Ferdila and Sri Martina, “Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,” Jurnal Riset Bisnis 6, no. 1 (2022): 87–103, https://doi.org/10.35814/jrb.v6i1.4037.

14 Early Ridho Kismawadi, Deviantika Fahriza, and Basri Ibrahim, “Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk Sebelum Dan Sesudah (IPO) (Initial Public Offering) Dengan Metode RGEC,” Jurnal Ekonomi Dan Statistik Indonesia 2, no. 1 (2022): 24–34, https://doi.org/10.11594/jesi.02.01.04.

150 Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

menggunakan angka, mulai dari proses pengumpulan data, analisis data dan penampilan data. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data numerik (angka) yang kemudian dianalisis dengan metode statistik yang sesuai.15 Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan analisis data yang berbentuk data statistik SPSS. Data yang digunakan berupa data dari laporan tahunan keuangan Bank BTPN Syariah yang diambil dalam periode 2014-2022 namun dalam penelitian ini yang akan diolah SPSS yaitu menggunakan metode RGEC tahu 2014-2021 data 14 triwulan sebelum dan 14 triwulan sesudah IPO dengan uji deksriptif, uji normalitas, uji paired samples t-test dan uji wilcoxon.

3. Kajian Teori

3.1. Bank Syariah

Bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari banco dari bahasa Itali, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari sebagai isyarat fungsi untuk tempat penyimpanan benda-benda berharga, seperti peti uang, peti emas atau yang lainnya. Secara umum pengertian Bank Islam adalah bank yang mengoperasikannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.16 Adapun istilah yang diberikan untuk menyebutkan entitas Bank Islam yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba Bank), dan Bank Syariah (Shari’a Bank). Di Indonesia secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah “Bank Syariah” atau secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan prinsip Syari’ah”.17

3.2. Pasar Modal

Berdasarkan PT Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa pasar modal adalah sarana bertemunya perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) yang membutuhkan dana dari masyarakat untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, dengan masyarakat yang hendak menginvestasikan dana mereka. Untuk mendapatkan pendanaan, perusahaan atau institusi tersebut menerbitkan saham atau surat utang, dan masyarakat pemodal (investor) yang men”dana”i perusahaan maupun institusi tersebut dengan membeli instrumen tersebut di pasar modal baik secara langsung, maupun dalam bentuk reksa dana. Karena itu pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara. Selain saham, obligasi, dan reksa dana, pasar modal juga memperdagangkan bentuk lain seperti waran, right, dan produk derivatif lainnya.18

15 Hardani et al., Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, ed. Husnu Abadi, 1st ed. (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020).

16 Madnur et al., “Contestation and Actualization of Ijma’ in the Formation of Law in Indonesia,” Al-Daulah: Jurnal Hukum Dan Perundangan Islam 13, no. 2 (October 1, 2023): 307–33, https://doi.org/10.15642/ad.2023.13.2.307-333.

17 Aminoel Akbar Novi Maimory, “Sejarah Lahirnya Bank Syariah Serta Praktek Di Dunia Perbankan,” Jurnal Pahlawan 1, no. 2 (2018): 15–21. Jurnal Pahlawan 1, no. 2 (2018), hal. 16-17.

18 Bursa Efek Indonesia, “Belajar Pasar Modal,” accessed October 20, 2022, https://www.idx.co.id/investhub/belajar-pasar-modal/.

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 151

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Initial Public Offering (IPO)

Penawaran umum atau go publik adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go publik). Penawaran umum meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:19

1. Periode pasar perdana adalah ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.

2. Penjatahan saham yaitu pengalokasiaan efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia.

3. Pencatatan efek dibursa

Adapun tahapan-tahapan dalam penawaran umum adalah:

1. Sebelum emisi, persiapan yang dilakukan dalam memenuhi persyaratan penawaran umum.

2. Tahapan emisi, yaitu masa dilakukan penawaran umum hingga saham-saham yang telah ditawarkan dicatat dalam Bursa Efek.

3. Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai konsekuensi atas penawaran umum tersebut. Indeks harga Saham:

a. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan )

b. LQ45

c. Kompas 100

d. Indeks Bisnis 2007

e. Indeks SRI-KEHATI,

f. Dan lain-lain.

3.3. Kinerja Keuangan

Kinerja dan kesehatan bank merupakan unsur yang penting bagi bank, karena kita dapat menilai kualitas suatu bank terhadap bank lain. Analisis kinerja keuangan bank dimulai dengan me-review data laporan keuangan, menghitung, membandingkan atau mengukur, menginterpretasikan dan memberi solusi. Perhitungan yang dilakukan untuk menganalisis kinerja keuangan bank dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknikanalisis,diantaranya denganmenggunakanteknikanalisisrasiokeuangan.Analisis rasio keuangan merupakan teknikanalisisyangcepat dalam mengetahuikinerja keuangan suatu bank. Analisis rasio CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk) yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkanoleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank.20

19 Fadilla, “Pasar Modal Syariah Dan Konvensional,” IslamicBanking :JurnalPemikiranDan Pengembangan Perbankan Syariah 3, no. 2 (2018): 45–56, https://doi.org/10.36908/isbank.v3i2.44.

20 Maya Novianti, “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Menggunakan Rasio CAMEL,” Jurnal Fairness 9, no. 2 (2019): 127–36.

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Surat Edaran No. 13/24/DPNP/2011 kepada semua bank umum Indonesia menyatakan bahwa sistem penilaian analisis tingkat kesehatan bank diubah dari CAMELS menjadi RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earnings, & Capital) yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesahatan Bank Umum antara lain diatur bahwa Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (Self Assessment) tingkat kesehatan Bank dengan pendekatan Risiko baik secara individual maupun konsolidasi, sekaligus menggantikan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004.21 Berdasarkan PBI Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menyatakan bahwa faktor yang menjadi penilaian tingkat kesehatan bank untuk Bank Umum Syariah adalah:22

1. Profil Risiko (risk profile), berisi tentang penilaian terhadap profil risko terhadap delapan jenis risiko yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.

a. NPF (Non Performing Financing)

Non Performing Financing (NPF) adalah rasio keuangan yang menunjukkan risiko pembiayaan yang dihadapi bank akibat pemberian pembiayaan dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Risiko pembiayaan ini dapat terjadi akibat kegagalan atau ketidak-mampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjam-an yang diterima dari bank beserta bagi hasilnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.23

b. FDR (Financing to Deposit Ratio)

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukurlikuiditassuatubankdalam membayar kembali penarikandana yangdilakukan deposan dengan mengandalkan pem-biayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke Dana Pihak Ketiga (DPK).24

21 Lis Sintha, “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Versi CAMEL, CAMELS, Dan RGEC,” Jurnal Keuangan Dan Perbankan 2, no. 2 (2014): 18–30.

22 Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum” (2011).

23 Dinda Naza Febriani and Gusganda Suria Manda, “Pengaruh NPF, BOPO Dan FDR Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Bank Umum Syariah,” Jurnal Humaniora 5, no. 1 (2021): 54–63.

24 Didin Rasyidin Wahyu, “Financing To Deposit Ratio (FDR) Sebagai Salah Satu Penilaian Kesehatan Bank Umum Syariah,” Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islam 7, no. 1 (2016): 19–36, https://doi.org/10.32678/ijei.v7i1.34.

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 153

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

2. Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip:

a. keterbukaan (transparency),

b. akuntabilitas (accountability),

c. pertanggungjawaban (responsibility),

d. profesional (professional),

e. dan kewajaran (fairness);

3. Rentabilitas (earnings), untuk mengevaluasi kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan bank.

a. ROA (Return on Asset) ROA merupakan rasio penun-jang. Return On Asset (ROA) adalah rasio yang mengg-ambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam kese-luruhan aktiva yang meng-hasilkan keuntungan.25

b. ROE (Return on Equity)

Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan peru-sahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. ROE biasanya dinyatakan dengan persentase (%).26

c. BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan)

BOPO merupakan rasio penun-jang. Arti BOPO adalah rasio per-bandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.27

25 Heidy Paramitha Devi, “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Return On Assets Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia,” Owner: Riset & Jurnal Akuntansi 5, no. 1 (2021): 1–11, https://doi.org/10.33395/owner.v5i1.312.

26 Mahmudin, “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Tingkat Return OnEquity(ROE)Pada Bank Syariah Yang Terdaftar Di Bank Indonesia,” The Asia Pacific Journal of Management Studies 05, no. 03 (2018): 153–62.

27 Febriani and Manda, “Pengaruh NPF, BOPO Dan FDR Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Bank Umum Syariah.”

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

4. dan Permodalan (capital), meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengikuti kententuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. Bank juga harus memenuhi Rasio Kecukupan Modal yang disediakan untuk mengantisipasi risiko.

a. CAR (Capital Adequacy Ratio)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.28

3.4 Analisis Deskriptif

Tabel 2 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif BTPN Syariah 14 Triwulan Sebelum IPO (2014-2017) dan 14 Triwulan Sesudah IPO (2018-2021)

Descriptive Statistics

28 Layaman and Qoonitah Fitri Al-Nisa, “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Dan Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Bank Syariah” (Cirebon, 2019).

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 155

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Sumber: data sekunder olah data, 2023

Dari tabel diatas dapat dijelaskan beberapa informasi yang menggambarkan data penelitian yang digunkan dalam penelitian ini. Dilihat secara nilai maksimum kinerja keuangan pada rasio NPF pada perbandingan sebelum 1,81 lebih kecil dibandingan NPF sesudah IPO 2,38. Secara nilai minimum pada rasio NPF sebelum IPO 1,18 lebih kecil dibandingan NPF sesudah IPO 1,30. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa secara ratarata (mean) pada kinerja keuangan rasio NPF pada perbandingan sebelum IPO (20142017) 1,4743 dengan standar deviasi 0,23011 lebih kecil dibandingkan rata-rata pada periode penelitian sesudah IPO (2018-2021) 1,7029 dengan standar deviasi adalah 0,37871. Artinya terjadi kenaikan nilai rata-rata NPF sebesar 0,2286. Persentase ini menunjukkan bahwa total pembiayaan bermasalah Bank BTPN Syariah sesudah IPO lebih besar dibandingkan sebelum IPO. Hal ini berarti NPF Bank BTPN Syariah sebelum IPO lebih baik dibandingkan NPF sesudah IPO. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan standar ideal NPF sebesar <2% makan kinerja Bank BTPN Syariah berada pada kondisi ideal.

Dilihat secara nilai maksimum kinerja keuangan pada rasio FDR sebelum IPO 97,47 lebih kecil dibandingkan FDR sesudah IPO 98,68 . Secara nilai minimum pada rasio FDR sebelum IPO 90,82 lebih kecil dibandingan FDR sesudah IPO 92,16. Rasio FDR sebelum IPOrata-rata94,1607danstandardeviasi 1,99642lebihkecil dibandingkan FDR sesudah IPO rata-rata sebesar 95,8179 dengan standar deviasi 1,96997 yang artinya terdapat peningkatan nilai rata-rata FDR sebesar 1,6572. Hal ini berarti FDR Bank BTPN Syariah sebelum IPO lebih baik dibandingkan FDR sesudah IPO. Persentase dari peningkatan ini menunjukkan bahwa pembiyaan yang dilakukan oleh Bank BTPN Syariah lebih besar dibandingkan dengan dana pihak ketiga. Hal ini terjadi karena pada tahun 2018 Bank BTPN Syariah telah melakukan Go Public sehingga modal yang dimiliki untuk melakukan pembiyaan jauh lebuh besar dibandingkan dengan sebelum

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

IPO. Karena semakin besar FDR maka akan semakin sebesar kualitas dan tingkat likuiditasnya, selain itu FDR yang tinggi juga dapat memperlihatkan bahwa Bank BTPN Syariah kecil kemungkinannya memiliki dana idle fund yang cukup besar. Apabila mengacupada ketentuanBankIndonesia yangmenyatakanstandarideal FDRsebesar85110% maka kinerja Bank BTPN Syariah berada pada kondisi ideal.

Dilihat secara nilai maksimum kinerja keuangan pada rasio ROA sebelum IPO 12,40 lebih kecil dibandingan ROA sesudah IPO 13,50. Secara nilai minimum pada rasio ROA sebelum IPO 3,21 lebih kecil dibandingan ROA sesudah IPO 5,80. Rasio ROA sebelum IPO rata-rata 7,7179 dan standar deviasi 2,99306 lebih kecil dibandingkan ROA sesudah IPO rata-rata 11,1371 dengan standar deviasi 2,56910. Artinya terdapat peningkatan rata-rata ROA sebesar 3,4192. Hal ini berarti ROA Bank BTPN Syariah sesudah IPO lebih baik dibandingkan ROA sesudah IPO. Peningkatan ini memberikan dampak perubahan yang sangat baik. Jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang menyatakan standar ideal ROA sebesar 1,5% maka kinerja Bank BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO berada pada kondisi ideal.

Dilihat secara nilai maksimum kinerja keuangan pada rasio ROE sebelum IPO lebih besar dibandingkan 37,16 ROE sesudah IPO 33,92. Secara nilai minimum pada rasio ROE sebelum IPO 10,93 lebih kecil dibandingan ROE sesudah IPO 12,79. Rasio ROE sebelum IPO rata-rata 26,0071 dan standar deviasi 9,61010 lebih kecil dibanding ROE sesudah IPO rata-rata sebesar 26,1371 dan standar deviasi 6,73221. Yang artinya terdapat peningkatan sebesar 0,13. Persentase ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank BTPN Syariah sesudah IPO dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih baik dibandingkan sebelum IPO. Namun, apabila mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang menyatakan standar ideal ROE sebesar lebih dari 15% maka kinerja Bank BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO berada pada kondisi ideal. Dilihat secara nilai maksimum kinerja keuangan pada rasio BOPO sebelum IPO 89,72 lebih besar dibandingkan BOPO sesudah IPO 77,20. Secara nilai minimum pada rasio BOPO sebelum IPO 63,82 lebih besar dibandingkan BOPO sesudah IPO 54,85. Rasio BOPO sebelum IPO rata-rata 78,2614 dan standar deviasi 8,32464 lebih besar dibandingkan BOPO sesudah IPO rata-rata 62,6371 dan standar deviasi 6,62173. Artinya terdapat peningkatan sebesar 15,6243. Hal ini berarti BOPO Bank BTPN Syariah sebelum IPO lebih baik dibandingkan BOPO sesudah IPO. Namun, apabila mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang menyatakan standar ideal BOPO kurang dari 94% maka kinerja Bank BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO berada pada kondisi ideal.

Dilihat secara nilai maksimum kinerja keuangan pada rasio CAR sebelum IPO 33,88 lebih kecil dibandingan CAR sesudah IPO 54,98. Secara nilai minimum pada rasio CAR sebelum IPO 19,93 lebih kecil dibandingan CAR sesudah IPO 36,90. Rasio CAR rata-rata sebelum IPO 25,0643 dan standar deviasi 4,24494 lebih kecil dibandingkan CAR sesudah IPO rata-rata 44,0629 dan standar deviasi 5,51609. Artinya terdapat perbedaan peningkatan rata-rata nilai CAR sebesar 18,9986. Persetanse CAR tersebut menunjukkan bahwa nilai CAR sesudah IPO lebih baik dibandingkan sebelum IPO. Hal inidikarenakanpadatahun2018BankBTPNSyariahmelakukan go public sehinggabank mendapatkan tambahan dana dari hasil penjualan saham. Jika mengacu pada ketentuan

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 157

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan moal minimum (KPMM) bahwa standar terbaik atau minimum CAR adalah 8% maka kinerja Bank BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO berada pada kondisi ideal karena nilai CAR diatas ketentuan standar BI.

Uji Normalitas

Tabel 3 Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Sumber: Data Diolah SPSS

Hasil uji normalitas (Shapiro-Wilk) pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai sig nya yang berdistribusi normal lebih dari 5% atau 0,05 yaitu rasio Risk Profile pengukuran NPF sebelum 0,051 > 0,05 dan NPF sesudah 0,050 = 0,05 , dan rasio Capital pengukuranCARsebelum 0,615>0,05dan CARsesudah0,363> 0,05maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji Paired sample t test sedangkan pada hasil pengujian yang menunjukkan nilai sig nya tidak berdistribusi normal yaitu pada rasio Earnings pada pengukuran ROA sebelum dan ROA sesudah, ROE sebelum dan ROE sesudah, dan BOPO sebelum dan BOPO sesudah. Sehingga uji hipotesis yang digunakan adalah Uji beda Wilcoxon Sign Rank Test untuk data yang tidak berdistribusi normal.

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Uji Beda

1. Risk Profile (Uji Paired Sample T Test)

Tabel 4 Paired Samples Statistics NPF dan FDR Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 NPF_sebelum_IPO 1.4743 14 .23011 .06150

NPF_sesudah_IPO 1.7029 14 .37871 .10121

Pair 2 FDR_sebelum_IPO 94.1607 14 1.99642 .53357 FDR_sesudah_IPO 95.8179 14 1.96997 .52650

Sumber: Data Diolah SPSS

Berdasarkan tabel diatasterlihat bahwa rata-rata NPFsebelum IPOadalahsebesar 1,47 sedangkan NPF sesudah IPO sebesar 1,70. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata sebelum dan sesudah IPO mengalami kenaikan 0,23. Selanjutnya rata-rata FDR sebelum IPO adalah sebesar 94,16 , sedangkan rata-rata FDR sesudah IPO sebesar 95,82. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata sebelum dan sesudah IPO mengalami kenaikan 1,66.

Tabel 5 Paired Samples Correlations NPF dan FDR N Correlation Sig.

Pair 1 NPF_sebelum_IPO & NPF_sesudah_IPO 14 .740 .003

Pair 2 FDR_sebelum_IPO & FDR_sesudah_IPO 14 .177 .546

Sumber: Data Diolah SPSS

Berdasarkan tabel diatas, hasil dapat diketahui bahwa korelasi antara NPF sebesar 0,740% dan FDR sebesar 0,177% pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO.

Tabel 6 Paired Samples Statistics NPF dan FDR Paired Differences t df Sig. (2tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error

Mean 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 NPF_sebelum_IPONPF_sesudah_IPO -.22857 .25976 .06942 -.37855.078593.292 13 .006

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 159

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Paired Differences t df Sig. (2tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

Pair 2

Sumber: Data Diolah SPSS

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas, dengan menggunakan Paired sample t test, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi NPF adalah 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi NPF 0,006 < 0,05 sehingga Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara NPF sebelum dan NPF sesudah IPO. Selanjutnya pada hasil pengujian FDR dapat diketahui bahwa nilai signifikansinya adalah 0,030. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi FDR 0,030 < 0,05 sehingga Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara FDR sebelum dan FDR sesudah IPO.

2. Earnings (Wilcoxon Signed Ranks Test)

Tabel 6 Wilcoxon Signed Ranks Test ROA, ROE, dan BOPO

BOPO_sebelum_IPOBOPO_sesudah_IPO

Sumber: Data Diolah SPSS Ranks

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Pada pengujian rasio ROA negatif rank bernilai 10a berarti bahwa dari total sampel sebanyak 14 sampel, terdapat 10 sampel yang mengalami penurunan kinerja sesudah IPO. Kemudian positif rank bernilai 4b berarti bahwa dari total sampel sebanyak 14 sampel, hanya 4 sampel yang mengalami kenaikan kinerja keuangan sesudah IPO dengan mean rank atau nilai rata-rata peringkat sebesar 4,50 sedangkan sum of ranks adalah sebesar 18,00 . Ties bernilai 0 memiliki arti bahwa tidak ada sampel yang menunjukkan nilai yang sama antara sebelum dan sesudah.

Pada pengujian rasio ROE negatif rank bernilai 8 berarti bahwa dari total sampel sebanyak 14 sampel, terdapat 8 sampel yang mengalami penurunan kinerja sesudah IPO. Kemudian positif rank bernilai 6 berarti bahwa dari total sampel sebanyak 14 sampel, hanya 6 sampel yang mengalami kenaikan kinerja keuangan sesudah IPO dengan mean rank atau nilai rata-rata peringkat sebesar 8,50 sedangkan sum of ranks adalah sebesar 51,00. Ties bernilai 0 memiliki arti bahwatidak ada sampel yang menunjukkannilai yang sama antara sebelum dan sesudah.

Pada pengujianrasio BOPOnegatifrankbernilai 2berarti bahwa daritotal sampel sebanyak 14 sampel, hanya 2 sampel yang mengalami penurunan kinerja sesudah IPO. Kemudian positif rank bernilai 12 berarti bahwa dari total sampel sebanyak 14 sampel, terdapat 12 sampel yang mengalami kenaikan kinerja keuangan sesudah IPO dengan mean rank atau nilai rata-rata peringkat sebesar 8,33 sedangkan sum of ranks adalah sebesar 100,00. Ties bernilai 0 memiliki arti bahwa tidak ada sampel yang menunjukkan nilai yang sama antara sebelum dan sesudah.

Tabel 8 Test Statisticsb ROA, ROE, dan BOPO ROA sebelum IPO – ROA sesudah IPO ROE sebelum IPO – ROE sesudah IPO

BOPO sebelum IPO – BOPO sesudah IPO

Z -2.166a -.094a -2.982a Asymp. Sig. (2tailed) .030 .925 .003

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Sumber: Data Diolah SPSS

Hasil pengujian Wilcoxon Signed Ranks Test yangdidapatkandari pengujianrasio earning dengan pengukuran pada rasio ROA mendapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,030 dengan standart tingkat signifikansi= 5%yang sudahditetapkanyaitusebesar0,05. Sehingga dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,030 < 0,05 maka ha diterima, artinya bahwa nilai sig lebih kecil jika dibandingkan dengan standar signifikansi. Hal ini membuktikan bahwa kinerja keuangan bank syariah yang dilihat dari rasio earning

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 161

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

dengan pengujian rasio ROA sebelum dan sesudah IPO terdapat perbedaan secara signifikan.

Hasil pengujian Wilcoxon Signed Ranks Test selanjutnya yang didapatkan dari pengujian rasio earning dengan pengukuran pada rasio ROE mendapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,925 dengan standart tingkat signifikansi = 5% yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Sehingga dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,925 > 0,05 maka Ha ditolak artinya bahwa nilai sig lebih besar jika dibandingkan dengan standar signifikansi. Hal ini membuktikan bahwa kinerja keuangan bank syariah yang dilihat dari rasio earning dengan pengujian rasio ROE sebelum dan sesudah IPO tidak terdapat perbedaan secara signifikan.

Hasil pengujian Wilcoxon Signed Ranks Test yangdidapatkandari pengujianrasio earning dengan pengukuran pada rasio BOPO mendapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003 dengan standart tingkat signifikansi= 5%yang sudahditetapkanyaitusebesar0,05. Sehingga dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003 < 0,05 artinya bahwa nilai sig lebih kecil jika dibandingkan dengan standar signifikansi. Hal ini membuktikan bahwa kinerja keuangan bank syariah yang dilihat dari rasio earnings dengan pengujian rasio BOPO sebelum dan sesudah IPO terdapat perbedaan secara signifikan.

3. Capital (Uji Paired Sample T Test)

Tabel 9 Paired Samples Statistics CAR

Sumber: Data Diolah SPSS

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa rata-rata CAR sebelum IPO adalah sebesar 25,06 sedangkan CAR sesudah IPO adalah 44,06. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata sebelum dan sesudah IPO mengalami kenaikan 19.

Tabel 10 Paired Samples Correlations CAR N Correlation Sig.

Pair 1 CAR_sebelum_IPO & CAR_sesudah_IPO 14 .163 .577

Sumber: Data Diolah SPSS

Berdasarkan tabel diatas, hasil dapat diketahui bahwa korelasi CAR sebesar 0,163% pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO.

162

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Tabel 11 Paired Samples Test CAR

Confidence

of the Difference

Sumber: Data Diolah SPSS

Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas, dengan menggunakan Paired sample t test, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi CAR adalah 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi NPF 0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara CAR sebelum dan CAR sesudah IPO.

4. Hasil Analisis dan Pembahasan

Analisis dilakukan pada laporan keuangan triwulan dan tahunan pada PT. Bank BTPN Syariah, Tbk periode 2014-2021, hasil dari perhitungan akan digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank. Dalam penelitian ini menerapkan metode RGEC yaitu risk profile berdasarkan rasio NPF dan FDR, good corporate governance yang dilakukan oleh bank (Self Assessment), earnings berdasakan rasio ROA, ROE, dan BOPO, dan capital berdasarkan rasioCAR.Berikut ini akandibahaskinerja seputarNPF, FDR, GCG, ROA, ROE, BOPO dan CAR pada PT. Bank BTPN Syariah, Tbk sebelum dan sesudah IPO di BEI.

Kinerja keuangan BTPN Syariah sebelum IPO di BEI dengan metode RGEC.

1. Risk Profile (NPF dan FDR) a. NPF

Tabel 12. Peringkat NPF sebelum IPO

Tahun Nilai NPF Peringkat Kriteria

Sehat

Dilihat dari tabel di atas bahwa pada tahun 2014-2017 nilai NPF sebelum IPO tetap diposisi stabil dengan peringkat 1 dan kriteria sangat sehat meskipun pada tahun

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 163

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

2015 mengalami penurunan sebesar 0,4% namun tidak mengubah nilai NPF yang tetap pada kriteria sangat sehat. Berdasarkan hasil diatas, maka diketahui rata-rata rasio Bank BTPN Syariah sebelum IPO pada tahun 2014-2017 adalah 1,44% dengan predikat 1 kriteria sangat sehat.

b. FDR

Tabel 13 Peringkat FDR Sebelum IPO

Tahun Nilai FDR Peringkat Kriteria

Berdasarkan tabel diatas nilai FDR sebelum IPO pada tahun 2014-2017 berada pada peringkat 3 dengan kriteria cukup sehat yakni pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 2,57%. Kemudian ditahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 3,75%. Berdasarkan hasil diatas maka diketahui rata-rata rasio FDR sebelum IPO adalah 93,93% pada predikat 3 dengan kriteria cukup sehat.

2. GCG (Self Assessment)

Tabel 14 Peringkat GCG Sebelum IPO

Tahun Peringkat Kriteria

2 Sehat

2 Sehat

2 Sehat

2 Sehat

Rata-rata 2 Sehat

Berdasarkan penilaian self assessment peringkat GCG Bank BTPN Syariah sebelumIPOtidakmengalamiperubahansehinggapenilaiantersebuttetappadaperingkat 2 dengan kriteria sehat.

3. Earnings (ROA, ROE, dan BOPO)

a. ROA

Tabel 15 Peringkat ROA Sebelum IPO

Tahun Nilai ROA Peringkat Kriteria

Sehat

Sehat

Sehat

Sehat

Berdasarkan tabel diatas nilai ROA sebelum IPO tahun 2014-2017 mengalami kenaikan yang stabil pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat. Dari hasil diatas

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

diketahui bahwa rata-rata rasio ROA sebelum IPO adalah 7,41% tetap pada peringkat 1 dengan kriteria sangat sehat.

b. ROE

Tabel 16 Peringkat ROE Sebelum IPO

Tahun Nilai ROE Peringkat Kriteria

13,75 3 Cukup Sehat

17,89 1 Sangat Sehat

1 Sangat Sehat

1 Sangat Sehat

Berdasarkan tabel diataspenilaian ROE sebelum IPOpada tahun 2014menempati peringkat ke 3 dengan kriteria cukup sehat. BTPN Syariah terus meningkatkan perfomanya dengan menunjukkan penilaian ROE yang mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2015 hingga 2017 menduduki peringkat ke 2 dengan kriteria sangat sehat. Berdasarkan hasil diatas maka diketahui rata-rata dari rasio ROE.

c. BOPO

Tabel 17 Peringkat BOPO Sebelum IPO

Tahun Nilai BOPO Peringkat Kriteria

Berdasarkan tabel diatas, penilaian BOPO sebelum IPO mengalami kenaikan yang signifikan dimana pada tahun 2014 nilai BOPO sebesar 85,92% pada peringkat ke 3 dengan kriteria cukup sehat kemudian ditahun 2015 nilainya 85,82% menjadi peringkat ke 2 dengan kriteria sehat, kenaikan yang dialami sebesar 0,1%. Ditunjukkan lagi pada tahun 2016 sebesar 75,14% dan 2017 sebesarr 68,81% nilainya masuk pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat. Hasil diatas menunjukkan bahwa rata-rata rasio BOPO sebelum IPO adalah 78,92% pada peringkat ke 2 dengan kriteria sehat.

4. Capital (CAR)

Tabel 18 Peringkat CAR Sebelum IPO

Tahun Nilai CAR Peringkat Kriteria

2014 33,88 1

2015 19,93 1

2016 23,80 1

2017 28,91 1

Rata-rata 26,63 1

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Berdasarkan tabel diatas penilaian CAR sebelum IPO tetap pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat. CAR terbesar ada pada tahun2014 denganrasio 33,88% dan rasio terkecil ada pada tahun 2015 sebesar 19,93%. Hasil diatas menyatakan bahwa rata-

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 165

rata CAR pada tahun 2014-2017 sebesar 26,63% pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat.

Setelah melakukan perhitungan terhadap seluruh indikator rasio yang digunakan dalam metode RGEC, selanjutnya dilakukan pemeringkatan menurut kategori Peringkat Komposit. Adapun hasil permerikangkatan tingkat kesehatanbank berdasarkan peringkat komposit dengan pendekatan RGEC kinerja keuangan sebelum IPO selama tahun 20142017.

Tabel 19 Nilai rata-rata RGEC Bank BTPN Syariah Sebelum IPO

Periode 2014 – 2017

Sebelum IPO Rasio PK Peringkat Kriteria Komposit

Komponen Kinerja % 1 2 3 4 5

Risk Profile NPF 1,44 1 √

FDR 93,93 3 √

Sangat sehat

Cukup sehat

GCG Self ass 2 √ Sehat

Earning ROA 7,41 1 √

Sangat sehat

Sehat

Sehat Capital CAR 26,63 1 √

Sangat sehat

Sangat sehat

Nilai Komposit 15 12 3 0 0 30 : 35 x 100% = 0,86

Sumber: data primer yang telah diolah

Berdasarkan pada analisis RGEC pada masing-masing rasio dapat terlihat jelas pada tabel di atas, rasio risk profile yaitu NPF mendapat peringkat 1 “sangat sehat” dan FDR mendapat peringkat 3 “cukup sehat”. GCG mendapat secara umum peringkat 2 “sehat”. Rasio earnings yaitu ROA mendapat peringkat 1 dari beberapa rasio, rasio inilah yang mendapatkan peringkat bagus dibanding ROE dan BOPO mendapat peringkat 2 “sehat”. Rasio capital yaitu CAR mendapat peringkat 1. Secara keseluruhan kinerja keuangan bank BTPN Syariah sebelum IPO tahun 2014-2017 secara umum mendapat peringkat komposit “sangat sehat” karena berada di peringkat 1, sehingga dinilai sangat baik dan mampu dalam menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eskternal lainnya.

Kinerja keuangan BTPN Syariah sesudah IPO di BEI dengan metode RGEC.

1. Risk Profile (NPF dan FDR) a. NPF

Tabel 20 Peringkat NPF Sesudah IPO

Tahun Nilai NPF Peringkat Kriteria 2018 1,39

Sehat

Sehat

Sangat Sehat

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.” 166

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Berdasarkan tabel diatas bahwa NPF sesudah IPO pada tahun 2018-2022 mengalami kenaikan stabil meskipun pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 0,3% hal tersebut tidak merubah posisi nilai NPF yang tetap pada kriteria sangat sehat yaitu peringkat 1. Berdasarkan hasil diatas, maka diketahui rata-rata rasio dari Bank BTPN Syariah sesudah IPO periode 2018-2022 adalah 1,76% dengan predikat 1 kriteria sangat sehat.

b. FDR

Tabel 21 Peringkat FDR Sesudah IPO

Tahun Nilai FDR Peringkat Kriteria

Berdasarkan tabel diatas penilaian FDR sesudah IPO mengalami penurunan pada tahun 2020 sebesar 2,1%. Hal tersebut tidak mempengaruhi predikat FDR pada tahun 2018-2022 dimana tetap peringkat ke 3 dengan kriteria cukup sehat. Berdasarkan hasil diatas maka diketahui rata-rata rasio dari FDR sesudah IPO adalah sebesar 95,85% pada peringkat ke 3 dengan kriteria cukup sehat.

2. GCG (Self assessment)

Tabel 22 Peringkat GCG Sesudah IPO

Tahun Peringkat Kriteria

2018 2

2019 2

2020 2

2021 2

2022 2

Sehat

Sehat

Sehat

Sehat

Sehat

Rata-rata 2 Sehat

Berdasarkan penilaian self assessment peringkat GCG Bank BTPN Syariah baik sebelum maupun sesudah IPO tidak mengalami perubahan sehingga penilaian tersebut tetap pada peringkat 2 dengan kriteria sehat. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio GCG sebelum dan sesudah memiliki nilai yang sama yaitu peringkat 2 dengan kriteria sehat.

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 167

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

3. Earnings (ROA, ROE

a. ROA

dan

BOPO)

Tabel 23 Peringkat ROA Sesudah IPO

Tahun Nilai ROA Peringkat Kriteria

Sangat Sehat

Berdasarkan tabel diatas penilaian ROA sesudah IPO pada tahun 2018-2022 mengalami naik turun yang tidak stabil meskipun pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 6,42%. Namun hal tersebut tidak merubah predikat pada ROA yaitu tetap pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat. Maka dalam disimpulkan berdasarkan hasil diatas rata-rata rasio ROA sesudah IPO adalah sebesar 10,96% pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat.

b. ROE

Tabel 24 Peringkat ROE Sesudah IPO

Tahun Nilai ROE Peringkat Kriteria

Berdasarkan tabel diatas penilaian ROE sesudah IPO pada tahun 2018 merupakan nilai terbaik dengan rasio sebesar 30,82% meskipun mengalami penurunan yang tidak stabil, nilai ROE tetap pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat. Dari hasil diatas maka diketahui rata-rata rasio ROE pada tahun 2018-2022 adalah sebesar 25,44% pada peringkat 1 dengan kriteria sangat sehat.

c. BOPO

Tabel 25 Peringkat BOPO Sesudah IPO

Tahun Nilai BOPO Peringkat Kriteria

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Berdasakan tabel diatas penilaian BOPO pada tahun 2018-2022 mengalami kenaikan yang tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut tidak mengubah apapun karena penilaian BOPO tetap pada peringkat ke 1 yaitu dengan kriteria sangat sehat. Hal ini menunjukkanbahwa penilaintahunsesudahIPOjauh lebihbaikdibandingtahunsebelum IPO. Hasil diatas diketahui bahwa rata-rata rasio dari BOPO adalah sebesar 63,21% pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat.

4. Capital (CAR)

Tabel 26 Peringkat CAR Sesudah IPO

Tahun Nilai CAR Peringkat Kriteria

Sangat Sehat

Berdasarkan tabel diatas penilai CAR sesudah IPO mengalami kenaikan yang stabil pada tahun 2018 hingga 2021. Namun di tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 4,57%. Hal tersebut tidak mempengaruhi perubahan nilai dari CAR karena tetap pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat. Dapat disimpulkan bahwa dari hasil diatas diketahui rata-rata rasio CAR pada tahun 2018-2022 adalah sebesar 48,30% pada peringkat ke 1 dengan kriteria sangat sehat.

Setelah melakukan perhitungan terhadap seluruh indikator rasio yang digunakan dalam metode RGEC, selanjutnya dilakukan pemeringkataan menurut kategori Peringkat Komposit. Adapun hasil permerikangkatan tingkat kesehatanbank berdasarkan peringkat komposit dengan pendekatan RGEC kinerja keuangan sesudah IPO selama tahun 20182022.

Tabel 27 Nilai rata-rata RGEC Bank BTPN Syariah Sesudah IPO

Periode 2018 – 2022

Sesudah IPO Rasio PK Peringkat Kriteria Komposit Komponen Kinerja % 1 2 3 4 5

Risk Profile NPF 1,76 1 √

FDR 95,85 3 √

Sangat sehat

Cukup sehat

GCG Self ass 2 √ Sehat

Earning ROA 10,96 1 √

ROE 25,44 1 √

BOPO 63,21 1 √

Capital CAR 48,30 1 √

Nilai Komposit 25 2 3 0 0

Sumber: data primer yang telah diolah

Sangat sehat

Sangat sehat

Sangat sehat

Sangat sehat

Sangat sehat

30 : 35 x 100% = 0,86

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 169

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Berdasarkan pada analisis RGEC pada tabel di atas, rasio risk profile yaitu NPF mendapat peringkat 1“sangat sehat” danFDRmendapat peringkat 3“cukupsehat”.GCG mendapat peringkat 2 “sehat”. Rasio eaning yaitu ROA, ROE dan BOPO memiliki perfoma yang sangat bagus mendapatkan peringkat ke 1 “sangat sehat”. Rasio capital yaitu CAR mendapat peringkat ke 1 “sangat sehat”. Secara keseluruhan kinerja keuangan bank BTPN Syariah sesudah IPO pada tahun 2018 hingga 2022 memiliki nilai komposit “sangat sehat” karena diperingkat ke 1. Maka kinerja keuangannya sangat baik dan mampu dalam menghadapi faktor-faktor disektor bisnis perbankan.

Perubahan Kinerja keuangan BTPN Syariah Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.

1. Rasio Risk Profile

Hasil penelitian uji paired simple t test menunjukkan bahwa hasil hipotesis yang didapatkan pada pengujian NPF pada bank BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO dengan nilai signifikansi NPF 0,006 < 0,005 sehingga Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara NPF sebelum dan NPF sesudah IPO. hasil pengujian FDR dapat diketahui bahwa nilai signifikansinya adalah 0,030. Maka nilai signifikansi FDR 0,030 < 0,005 sehingga Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara FDR sebelum dan FDR sesudah IPO.

2. Rasio Earnings

Hasil penelitian uji wilcoxon signed rank test menunjukkan bahwa hasil hipotesis yang didapatkan pada pengujian ROA nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,030 < 0,05 maka ha diterima, artinya bahwa nilai sig lebih kecil jika dibandingkan dengan standar signifikansi. Maka kinerja keuangan bank syariah yang dilihat dari pengujian ROA sebelum dan sesudah IPO terdapat perbedaan secara signifikan. Pada pengujian ROE dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,925 > 0,05 maka Ha ditolakartinya bahwa nilai sig lebih besar jika dibandingkan dengan standar signifikansi. Maka kinerja keuangan bank syariah yang dilihat dari pengujian ROE sebelum dan sesudah IPO tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Pengujian BOPO dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003 < 0,05 artinya bahwa nilai sig lebih kecil jika dibandingkan dengan standar signifikansi. Maka kinerja keuangan bank syariah yang dilihat dari pengujian BOPO sebelum dan sesudah IPO terdapat perbedaan secara signifikan.

3. Rasio Capital

Berdasarkan hasil penelitan uji paired sample t test, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi CAR adalah 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi CAR dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000< 0,05 sehingga Ha diterima yangberarti terdapat perbedaan yang signifikan antara CAR sebelum dan CAR sesudah IPO.

Kinerja keuangan mengalami perubahan pada kinerja keuangan Risk Profile yaitu rasio NPF nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,006 < 0,005 hal ini berarti NPF Bank BTPN Syariah sebelum IPO lebih baik dibandingkan sesudah IPO mengalami perubahan penurunan sebesar 0,23% dengan kriteria sangat sehat, pada rasio FDR nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,030 < 0,005 hal ini berarti FDR Bank BTPN Syariah sebelum IPO lebih baik dibandingkan FDR sesudah IPO mengalami perubahan penurunan sebesar 1,66% dengan

170

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

kriteria sehat, kinerja keuangan Earnings pada rasio ROA nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,030 < 0,05 Hal ini berarti ROA Bank BTPN Syariah sesudah IPO lebih baik dibandingkan ROA sebelum IPO mengalami perubahan peningkatan sebesar 3,42% dengan kriteria sangat sehat, rasio BOPO nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003 < 0,05 hal ini berarti BOPO Bank BTPN Syariah sebelum IPO lebih baik dibandingkan BOPO sesudah IPO mengalami perubahan penurunan sebesar 15,62% dengan kriteria sangat sehat, dan pada rasio CAR nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 hal ini berarti CAR Bank BTPN Syariah tersebut menunjukkan bahwa nilai CAR sesudah IPO lebih baik dibandingkan sebelum IPO mengalami perubahan peningkatan sebesar 19% dengan kriteria sangat sehat. maka Ha diterima, artinya Bahwa nilai sig lebih kecil jika dibandingkan dengan standar signifikansi menunjukkan bahwa nilai signifikansi berarti terdapat perbedaan sebelum dan sesudah IPO.

Analisishasil perbandingan dari kondisi kinerjakeuanganBTPNSyariahsebelum dan sesudah IPO di Bursa Efek Indonesia menggunakan metode RGEC. Berdasarkan hasil analisis perbandingan yang telah diperoleh menyatakan bahwa kinerja keuangan BTPN Syariah pada rasio Risk Profile yaitu NPF dan FDR terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah IPO. Pada rasio earnings yaitu ROA dan BOPO terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah IPO. Sedangkan pada ROE hasil sig menunjukkan bahwa Ha ditolak artinya bahwa nilai sig lebih besar jika dibandingkan dengan standar signifikansi. Sehingga ROE tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah IPO. Pada rasio capital yaitu CAR terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah IPO. Kondisi kinerja keuangan Bank BTPN Syariah sesudah IPO terdapat perbedaan yang lebih baik dibanding sebelum IPO hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil tabel menyatakan kinerja keuangan mengalami kenaikan yang stabil.

Pada penelitian Fauziah et al (2022) menunjukkan hasil penelitian bahwa Bank

Panin Syariah pada kinerja NPF dan BOPO tidak terdapat perbedaan. Berdasarkan penelitian maka Bank BTPN Syariah lebih baik dalam go public meskipun berdasarkan hasilpenelitianmenyatakanbahwaNPFdanBOPOsebelumIPOlebihbaikdibandingkan NPF dan BOPO sesudah IPO namun penilaian NPF dan BOPO tetap pada kriteria sangat sehat. Perbedaan tersebut diakibatkan karena bank BTPN Syariah melakukan go public pada tahun 2018 sedangkan pada tahun 2019 awal mula terjadinya pandemi Covid-19 hingga pada tahun 2020 bank syariah mengalami kehilangan pendapatan dari pembiayaan, bagi hasil, karena para nasabah memasuki periode gagal bayar. Namun dengan demikian, risiko kenaikan NPF dapat teratasi dengan kebijakan yang dikeluarkan di lihat berdasarkan cara mengoprasikan pembiayaan dan operasionalnya dalam dunia perbankan. NPF dan FDR mengalami perubahan namun perubahan yang dialami adalah terjadinya penurunan setelah IPO namun rasio NPF pada bank BTPN Syariah tetap memiliki nilai yang baik sehingga memberikan tambahan kepercayaan perusahaan dan memberikan aksespinjamanuntukpembeli dalam menerbitkansurat utangmemiliki citra yang baik didunia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asyari Hasan dan Sasa Parera (2021) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPF dan FDR sehingga baik dari sisi Risk Profile kemampuan manajemen bank dalam mengelola

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 171

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank dapat dimaksimalkan nilainya. kemudian pada rasio ROE tidak terdapat perbedaan pada kinerja Bank BRI Syariah Tbk sebelum dan sesudah IPO dalam kemampuannya untuk menghasilkan laba dari investasi yang dilakukan oleh pemegang saham dapat ditingkatkan. hal ini menjukkan bahwa hasil penelitian dari NPF, FDR, dan ROE serupa dengan yang diujikan pada Bank BTPN Syariah. Dalam penelitan Maurin Febbiana dan Bambang Suryono (2022) menunjukkan hasil penelitian kinerja ROE tidak terdapat perbedaan signifikan. Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu hasil ROE menyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan. Sehingga sesama Bank yang melakukan IPO maka perlu adanya peningkatkan dan pengembangan lebih baik lagi agar go public dapat terealisasi dengan baik.

5. Kesimpulan

Kesimpulan berisi uraian yang seharusnya menjawab tujuan penelitian. Memberikan kesimpulan yang jelas dan ringkas. Jangan mengulang Abstrakatau sekedar mendeskripsikan hasil penelitian. Memberikan penjelasan yang jelas mengenai kemungkinan penerapan dan/atau saran terkait dengan temuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan bukti mengenai perbandingan kinerja keuangan Bank BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2021 dengan menggunkan rasio-rasio keuangan metode RGEC. Berdasarkanpendekatan kuantitatif menggunakan model Paired sample t-test dan uji wilcoxon, penelitian dan pembahasan mengenai analisis kinerja keuangan BTPN Syariah sebelum dan sesudah IPO di Bursa Efek Indonesia, maka penulis menarik simpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengelolaan data dari hasil analasis data dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan BTPN Syariah sebelum IPO dengan menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital) tahun 2014-2017 mendapatkan nilai komposit sebesar 86% dengan peringkat 1 kriteria

“Sangat Sehat”.Apabila dilihat dari RGEC, pada rasio yaitu NPF rata-rata sebesar 1,44%, ROArata-ratasebesar7,41%danCAR26,63%denganperingkat1kriteria

“Sangat Sehat” dan rasio FDR mendapat rata-rata sebesar 93,93% dengan peringkat 3 kriteria “Cukup Sehat”. Pada rasio yaitu GCG berdasarkan sefl self assessment peringkat 1, ROE rata-rata sebesar 24,96%, dan BOPO rata-rata sebesar 78,92% dengan peringkat 2 kriteria “Sehat”. Pada rasio FDR rata-rata sebesar 93,93% dengan peringkat 3 kriteria “Cukup Sehat”.

2. Berdasarkan pengelolaan data dari hasil analasis data dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan BTPN Syariah sesudah IPO dengan menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital) tahun 2018-2022 mendapatkan nilai komposit sebesar 86% dengan peringkat 1 kriteria

“Sangat Sehat”.Apabila dilihat dari RGEC, pada rasio yaitu NPF rata-rata sebesar 1,76%,ROArata-ratasebesar10,96%,ROErata-ratasebesar25,44%,BOPOrataratasebesar 63,21%danCARrata-rata sebesar 84,30%denganperingkat 1kriteria

“Sangat Sehat”. Pada rasio yaitu GCG berdasarkan self assessment peringkat 2 kriteria “Sehat”. Pada rasio FDR mendapat rata-rata sebesar 95,85% dengan peringkat 3 kriteria “Cukup Sehat”.,

172

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

3. Berdasarkan hasil uji analisis menyatakan bahwa Initial Public Offering (IPO) terdapat perbedaan signifikan pada rasio NPF, FDR, ROA, BOPO, dan CAR. Berdasarkan data deskriptif NPF, FDR, BOPO sebelum IPO mengalami perubahan lebih baik dibandingkan NPF, FDR, BOPO sesudah IPO. Dikarenakan mengalami penurunan namun tetap pada nilai ideal. Berdasarkan data deskriptif ROA dan CAR sesudah IPO mengalami perubahan lebih baik dibandingkan ROA dan CAR sebelum IPO. Dikarenakan mengalami peningkatan setelah IPO. Kondisi menunjukkan nilai ROA pada cerminan nilai yang ideal. Sedangkan pada Initial Public Offering (IPO) tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio ROE. tidak mengalami perubahan setelah IPO. Kurang tercapainya dalam menghasilakan profit. Namun ROE tetap pada penilaian yang ideal.

4. Berdasarkan hasil analisis perbandingan kinerja keuangan Bank BTPN Syariah sesudah IPO tahun 2018-2022 menunjukkan peningkatan pada rasio ROA dan CAR bandingkan sebelum IPO tahun 2014-2017. Peningkatan ini dikarenakan bank BTPN Syariah mampu mengelola dana yang diinvestasikan dalam menghasilkan keuntungan dan dalam KPMM dapat memenuhi rasio kecukupan permodalan dengan baik. Sedangkan berdasarkan kinerja keuangan sebelum IPO tahun 2014-2017 menunjukkan penurunan pada rasio NPF sebesar 0,23%, FDR 1,66%, BOPO 15,62% dibandingkan sesudah IPO tahun 2018-2021. Penurunan yang dialami dikarenakan kondisi pandemi yang terjadi pada tahun 2019-2020 mengalami kehilangan pendapatan dikarenakan gagal bayar.

Saran

1. Bagi perbankan

Dari hasil penelitian ini peneliti menyarankan kepada pihak perbankan, khususnya Bank BTPN Syariah agar memaksimalkan secara baik penambahan jumlah modal yang diterima pada saat Initial Public Offering (IPO). Karena IPO merupakan sarana penjualan saham bagi perusahaan dalam rangka ekspansi usaha dengan cara penambahan modal. Sehingga bank BTPN Syariah dapat konsisten dan berkelanjutan menerapkan sistem pengawasan yang semakin baik dalam rangka terus memajukan dan menjaga kepercayaan investor melalui pencapaian pertumbuhan laba dan kinerja keuangan menjadi baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan periode terbaru dan periode yang lebih panjang, sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih up date. Selain itu juga diharapakan agar memperluas indikator rasio keuangan lainnya dalam mengukur kinerja keuangan bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK).

Referensi

Arfandi, and Salma Taqwa. “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Pada PerusahaanNonKeuangan Di Bursa Efek Indonesia.”

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 173

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Wahana Riset Akuntansi 6, no. 2 (2018): 1348–63. https://doi.org/10.24036/wra.v6i2.102516.

Ash-Shabah, Musyaffa Amin, Nahrowi Nahrowi, and Masyrofah Masyrofah. “Dowry Amount in Aceh-Indonesia and Selangor-Malaysia: Between State Regulations and Customs.” AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah 21, no. 2 (December 30, 2021). https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ahkam/article/view/19673.

Azzahra, Dzikra, and Izra Berakon. “Evaluating Sharia Banking Financial Performance Before and After Initial Public Offering Using Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning and Capital.” Journal of Islamic Economic Scholar 2, no. 2 (2021): 107–24. https://doi.org/10.14421/jies.2021.2.2.107-124. “BTPN Syariah.” Accessed June 8, 2022. https://www.btpn.com/id/tentang-kami/btpnsyariah.

Bursa Efek Indonesia. “Belajar Pasar Modal.” Accessed October 20, 2022. https://www.idx.co.id/investhub/belajar-pasar-modal/. Devi, Heidy Paramitha. “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Return On Assets Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.” Owner: Riset & Jurnal Akuntansi 5,no. 1 (2021): 1–11. https://doi.org/10.33395/owner.v5i1.312.

Fadilla. “Pasar Modal Syariah Dan Konvensional.” Islamic Banking : Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Perbankan Syariah 3, no. 2 (2018): 45–56. https://doi.org/10.36908/isbank.v3i2.44.

Febriani, Dinda Naza, and Gusganda Suria Manda. “Pengaruh NPF, BOPO Dan FDR Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Bank Umum Syariah.” Jurnal Humaniora 5, no. 1 (2021): 54–63.

Ferdila, and Sri Martina. “Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Riset Bisnis 6, no. 1 (2022): 87–103. https://doi.org/10.35814/jrb.v6i1.4037.

Harahap, Agus Salim. “Proses Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia.” Forum Ilmiah 8, no. 2 (2011): 131–38.

Hardani, Nur Hikmatul Auliya, Roushandy Asri Fardani, Jumari Ustiawaty, Fatmi Evi Utami, Dhika Juliana Sukmana, and Ria Rahmatul Istiqomah. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Edited by Husnu Abadi. 1st ed. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020.

Hasan, Asyari, and Sasa Parera.“Komparasi Kinerja BankSyariáhSebelum DanSesudah Go Public.” Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam 22, no. 1 (2021): 1–20. https://doi.org/10.30595/islamadina.v22i1.6816.

Husnaini, and Safrizal Efendi. “Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah IPO : Studi Kasus Pada PT . Garuda Indonesia (Persero).” Jurnal Visioner & Strategis 10, no. 1 (2021): 9–14.

Hutauruk, Martinus Robert. “Dampak Situasi Sebelum Dan Sesudah Pandemi COVID19 Terhadap Volatilitas Harga Saham LQ45.” Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan 9, no. 2 (2021): 241–52. https://doi.org/10.17509/jrak.v9i2.32037.

Indonesia, Bank. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (2011).

174

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024)

Fadliyansyah and Isfandayani. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank BTPN Syariah TBK. Sebelum dan Sesudah IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.”

Layaman, and Qoonitah Fitri Al-Nisa. “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Dan Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Bank Syariah.” Cirebon, 2019.

Madnur, Musyaffa Amin Ash Shabah, Sofyan Munawar, and Imam Addaruqutni. “Contestation and Actualization of Ijma’ in the Formation of Law in Indonesia.”

Al-Daulah: Jurnal Hukum Dan Perundangan Islam 13, no. 2 (October 1, 2023): 307–33. https://doi.org/10.15642/ad.2023.13.2.307-333.

Mahmudin. “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Tingkat Return On Equity (ROE) Pada Bank Syariah Yang Terdaftar Di Bank Indonesia.” The Asia Pacific Journal of Management Studies 05, no. 03 (2018): 153–62.

Maimory, Aminoel Akbar Novi. “Sejarah Lahirnya Bank Syariah Serta Praktek Di Dunia Perbankan.” Jurnal Pahlawan 1, no. 2 (2018): 15–21.

Muhith, Abdul. “Sejarah Perbankan Syariah.” Attanwir: Jurnal Kajian Keislaman Dan Pendidikan 01, no. 02 (2012): 71–84.

Novianti, Maya. “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Menggunakan Rasio CAMEL.” Jurnal Fairness 9, no. 2 (2019): 127–36.

Ridho Kismawadi, Early, Deviantika Fahriza, and Basri Ibrahim. “Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk Sebelum Dan Sesudah (IPO) (Initial Public Offering) Dengan Metode RGEC.” Jurnal Ekonomi Dan Statistik Indonesia 2, no. 1 (2022): 24–34. https://doi.org/10.11594/jesi.02.01.04.

Shabah, Musyaffa Amin Ash Shabah. “Systematic Literature Review (SLR): The Traditionof Dowry in Marriage inSoutheast Asia.” KRTHA BHAYANGKARA 18, no. 3 (December 23, 2024): 622–48. https://doi.org/10.31599/krtha.v18i3.3057.

Sintha, Lis. “Penilaian Tingkat KesehatanBank Versi CAMEL, CAMELS, Dan RGEC.” Jurnal Keuangan Dan Perbankan 2, no. 2 (2014): 18–30.

Umam, Khotibul. “Sejarah Pembangunan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia.” Veritas et Justitia 6, no. 2 (2020): 250–73. https://doi.org/10.25123/vej.3629.

Wahyu, Didin Rasyidin. “Financing To Deposit Ratio (FDR) Sebagai Salah Satu Penilaian Kesehatan Bank Umum Syariah.” Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islam 7, no. 1 (2016): 19–36. https://doi.org/10.32678/ijei.v7i1.34.

Wulandari, Renny. “Initial Return: Perbedaan Saham Syariah Dan Non Syariah Di Pasar Modal Indonesia.” Akuntabilitas 7, no. 1 (2014): 26–41. https://doi.org/10.15408/akt.v7i1.2644.

Yusmaniarti, Kesi Alvia Sesba, Budi Astuti, and Marini. “Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” JSMBI: Jurnal Sains Manajemen Dan Bisnis Indonesia 10, no. 2 (2020): 129–245.

Maslahah ◼ Vol. 15 No. 2, Desember (2024) 175

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.