Majalah 50

Page 68

Sebuah media jurnalistik selalu bisa mengatasi kedua hal tersebut�, tuturnya. Pada awalnya kata-kata itu seperti angin lalu saja bagiku. Namun kemudian, pada suatu keheningan malam, aku tibatiba terbangun dan kembali terngiang kata-kata tersebut. Usaha dan produksi. Aku menjadi sadar bahwa sebenarnya ekistensi kami -sebuah LPM- dan juga LPM-LPM lainnya tergantung pada dua hal tersebut. Tak peduli betapa menarik grafis yang kita ciptakan, betapa dalam dan akurat laporan yang kita sajikan, akan percuma jika hanya berakhir di sebuah file pdf, tanpa pernah sampai di tangan pembaca. Mengapa? Karena kita tak mampu memproduksinya. Mengapa tak mampu? Karena usaha kita tak dapat mencukupi kebutuhan dana yang ada. Tentunya ini menjadi suatu PR besar. Suatu hal yang sangat perlu direnungkan dan dipikirkan. Ada beberapa orang yang selalu mementingkan kualitas isi dari medianya. Tanpa berfikir apakah konten-konten itu mampu kita salurkan hingga tangan pembaca. Ketika mereka hanya sibuk membenahi kualitas, dan sedikit melupakan kuantitas.

68

majalah dimensi | edisi 50

Ah, lagi-lagi tentang kualitas dan kuantitas. Sebelumnya aku termasuk orang yang mengagungkan kualitas saja. Dalam benakku, kuantitas tanpa adanya kualitas adalah nol besar. Hal itu hanya akan menghasilkan suatu harapan palsu saja. Sia-sia. Namun kini aku sadar, tak selamanya teoriku itu benar. Aku tak mengatakan teori itu salah. Hal itu tetap benar, namun tak selalu benar. Misalnya saja tentang percetakan produk ini. Kualitas kami mungkin sudah tak dapat ditanyakan lagi. Namun ketika kita tak dapat mengimbanginya dengan kuantitas yang pantas, semua juga akan sia-sia. Tak pernah sampai ke tangan pembaca. Bukankah tujuan produksi kita adalah pembaca? Bukankah keempat fungsi pers yang kita jalankan adalah untuk pembaca? Lantas? Nol besar. Sia-sia. Tragis. Menyedihkan. Mari kita renungkan. Usaha dan produksi merupakan mata rantai yang tak dapat diputuskan. Usaha yang baik akan menghasilkan dana untuk kegiatan produksi kita. Produksi tersebut akan bermuara pada kontinyuitas. Kontinyuitas akan menghasilkan eksistensi. Dan eksisitensi akan membawa sebuah persma pada tujuannya. Menginformasikan,

mendidik, menghibur, dan mengontrol masyarakat (baca: para pembaca). Maka jelaslah sudah. Semua elemen itu adalah hal yang tak dapat dihindarkan untuk mencapai sebuah tujuan awal. Disinilah saatnya kita menguji kemampuan manajemen kita untuk mengaturnya. Persoalan selanjutnya adalah idealisme para sumber dayanya. Apakah mereka juga bisa menerima jalan pikir tersebut? Apakah mereka setuju bahwa produktivitas, kontinyuitas, dan eksistensi produk akan menentukan tercapai atau tidaknya tujuan produksi kita? Apakah mereka setuju bahwa kualitas tanpa diiringi kuantitas tak akan membawa kita pada tujuan awal kita? Pun apakah jika kita terlalu berkutat dengan kuantitas tanpa kualitas akan menghasilkan suatu nol besar? Apakah mereka setuju bahwa kualitas dan kuantitas adalah dua hal yang saling mendukung dan semestinya berjalan beriringan? Karena sesungguhnya masingmasing orang memiliki pola pikir yang tak sama. Mungkinkah ini saatnya kita membuktikan bahwa “Biarkan Perbedaa Warna Menjadi Potensi Besar Berkembangnya Pola Pikir�? Silakan renungkan. []


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.