Humanity Insight

Page 1

HUMANITY INSIGHT Majalah Internal Dua Pekanan Program Kemanusiaan ACT

Gaza Luluh Lantak, Ribuan Warga Mengungsi

Ancaman Covid-19 Mengintai Palestina



DAFTAR ISI

2

Rentetan Pilu Palestina

8

10 Beri Layanan Medis Terbaik

Gaza Luluh Lantak, Ribuan Warga Mengungsi


HUMANITY INSIght

13 Dewan Redaksi

Ibnu Khajar Dwiko Hari Dastriadi Sri Eddy Kuncoro Bambang Triyono

Koordinator

Sunano

Penulis

Lia Esdwiyanisyam Arif

Editor

Sunano

Data

Agus Wahyu Ashari Utomo Putra

Tata Letak

Lia Esdwiyanisyam Arif

Ancaman Covid-19 Mengintai Palestina

15 Bantuan Makanan untuk Pengungsi Gaza

18 Kantor Redaksi Menara 165 office Tower lt.11 Jl. TB Simatupang Kav. 1 Cilandaak Timur Jakarta Selatan, 12560 Indonesia

Bulletin Edisi XXXVIII/ Mei 2021

Lumbung Ikan Wakaf Wujudkan Kedaulatan Pangan



Rentetan Pilu Palestina

K

ala Ramadan, semua umat Muslim di seluruh dunia saling berlomba meningkatkan amal ibadah untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Meski pada tahun 2021 ini kegiatan ibadah harus dilakukan seperti tahun sebelumnya dengan berbagai pembatasan untuk mencegah penularan virus Covid19. Aktivitas ibadah masih dibatasi maksimal 50 persen jamaah salat dan aktivitas di masjid. Pihak takmir masjid menyiapkan segala sesuatu agar saat umat Islam beriktikaf bisa sangat nyaman dan tetap mematuhi protokol pandemi Covid19. Tapi, tidak semua umat Islam dalam kondisi nyaman ketika menjalankan ibadah puasa. Salah satunya adalah keadaan Muslim di Palestina yang diserang saat salat di Masjid Al Aqsa. Sejak awal Mei, situasi sekitar Masjid Al Aqsa sudah memanas, dan puncaknya adalah pengusiran jamaah masjid. Melihat itu, orang Palestina awalnya membalas dengan batu, tapi pengusiran dan penyerangan semakin memanas. Sampai pada akhirnya jadi perang terbuka saling balas roket. Berdasarkan data Aksi Cepat Tanggap Palestina, sejak awal bulan Ramadan 2021 telah terjadi terjadi penahanan kepada lebih dari 80 orang Palestina dan 100 orang lainnya mengalami luka-luka akibat tindakan represif Israel. Belum lagi, tenaga medis dan ambulans yang digunakan untuk HUMANITY INSIGHT 2

mengangkut warga yang mengalami lukaluka juga dilarang untuk datang menjemput dan merawat para korban. Hal itu jelas melanggar HAM tentang perawatan terluka dalam perang.


Sikap tentara Israel ini sangat bertentangan dengan pasal 35 Konvensi Jenewa I Tahun 1949 yang berbunyi “angkutan untuk yang terluka dan sakit atau angkutan peralatan medis harus dihormati dan dilindungi dengan cara yang sama seperti unit-unit medis bergerak”. Tindakan kejam militer Israel tidak menyurutkan semangat umat Islam di Gaza untuk menjalankan ibadah di Masjid Al Aqsa.Mereka selalu berjuang untuk menjaga tanah Masjid Al Aqsa walaupun selalu mendapat tekanan dan larangan dari tentara Israel. Puncak kebrutalan tentara Israel ketika mengusir paksa jamaah masjid pada tanggal 7 Mei 2021 dengan menembakkan gas air mata dan melakukan penangkapan bagi yang melawan. Bentrokan tak seimbang pun terjadi, antara tentara Israel bersenjata organik lengkap dengan jamaah masjid yang menggunakan batu. Pada hari berikutnya, penduduk Palestina yang sebagian besar ibu-ibu, anak-anak, melakukan pawai di sekitar Masjid Al Aqsa dengan meneriakkan kalimat “Allahu Akbar” sembari bersama ratusan warga lainnya baik perempuan maupun orang tua untuk menunjukkan sikap perlawanan. Walaupun hanya dalam bentuk pawai, aksi ini berlangsung hingga malam hari. Para peserta menyalakan lampu gawai dan meneriakkan yel-yel untuk terus menunjukkan semangat berjuang melawan penindasan. Dalam situasi hujan roket dari kedua belah negara, rakyat Palestina di Jalur Gaza tetap melakukan perlawanan dengan kemampuan seadanya. Kebijakan represif Israel terus mereka tentang dengan tanpa mengenal usia, anak-anak, perempuan orang tua semua melakukan upaya perlawanan semampunya.

HUMANITY INSIGHT 3

Sikap tentara Israel ini sangat bertentangan dengan pasal 35 Konvensi Jenewa I Tahun 1949 yang berbunyi “angkutan untuk yang terluka dan sakit atau angkutan peralatan medis harus dihormati dan dilindungi dengan cara yang sama seperti unit-unit medis bergerak”.


Israel Memanfaatkan Situasi Syekh Ziad Radwan Taktak yang merupakan pengurus Al-Aqsa Support Institution mengatakan, para tentara Israel memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 untuk menghalangi warga Palestina yang ingin pergi ke Masjid AlAqsa. Dengan begitu, mereka bisa semena-mena mengusir jamaah masjid. Tapi rakyat Palestina tidak tinggal diam, dengan adanya jamaah masjid dan aktivitas ibadah adalah simbol penguasaan, jika sampai kosong lebih berbahaya. "Jadi mereka (tentara Israel) menjustifikasi warga Palestina yang akan datang ke Al-Aqsa dapat menyebarkan virus Covid-19 dan sebagainya. Jadi pembatasan semakin diperketat oleh mereka," ujar Syekh Ziad, pada hari Kamis, 29 April 2021, saat kunjungannya ke kantor Aksi Cepat Tanggap Palestina. Padahal, menurut Syekh Ziad, warga Palestina datang ke Al-Aqsa dengan tetap mentaati protokol kesehatan yang telah sesuai dengan ketentuan. Namun mereka tetap dihalangi. Kasus ini pun menambah daftar panjang kejadian pelarangan warga Palestina yang ingin beribadah. Selain itu, Syekh Ziad menuturkan, dampak Covid-19 lainnya bagi warga Palestina khususnya yang tinggal di wilayah Al-Quds, berdekatan dengan Masjid Al-Aqsa, adalah kesulitan mendapatkan akses layanan kesehatan. "Dari mulai obat-obatan hingga vaksin, sangat jarang didapatkan warga Palestina di sana. Mayoritas layanan kesehatan diberikan untuk penduduk Israel. Untuk memperoleh pelayanan kesehatan, warga Palestina hanya mengandalkan bantuan dari pihak luar," jelas Syekh Ziad. Ketidakadilan yang dirasakan warga Palestina seperti ini sudah sering mereka rasakan. Sebelumnya, saat relawan Aksi HUMANITY INSIGHT 4

Cepat Tanggap (ACT) hendak melakukan aksi distribusi sajian iftar untuk warga Palestina, mereka juga mendapat gangguan dari tentara Israel. Para tentara tersebut tidak mengizinkan distribusi makanan dilakukan di Kompleks Masjid Al Aqsa. Bahkan, banyak tentara tersebut justru mengambil jatah makanan yang seharusnya diperuntukan bagi warga Palestina yang membutuhkan. Gangguan ini pun sempat menimbulkan perdebatan antara tentara Israel dengan relawan ACT dan warga sekitar. “Ini adalah bukti bahwa tanah Palestina belum bebas dari genggaman zionis Israel”, ujar Said Mukaffiy dari Global Humanity Response-ACT, pada hari Selasa, 13 April 2021. Said menjelaskan, meskipun sempat ada perdebatan, tim dari ACT tetap teguh membagikan ratusan porsi makanan yang telah disiapkan tersebut. Selasa itu, distribusi bantuan makanan, disebut Said, dilakukan di dua tempat, yakni di wilayah kamp Jabalia, Gaza Utara, dan halaman masjid Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Selain didistribusikan langsung di tempat tersebut, Said menjelaskan bahwa makanan berbuka puasa juga diantarkan langsung ke rumah penerima manfaat.


Penindasan Zionis Semakin Menjadi Kekejaman tentara zionis semakin menjadi. Tindakan represif kembali dilakukan tentara Israel kepada warga Palestina di Yerusalem. Berdasarkan data yang dilaporkan Tim Aksi Cepat Tanggap Palestina, rentetan kejadian berawal sejak hari Kamis, 6 Mei 2021 pukul 03.00 waktu setempat di perumahan Sheikh Jarrah Yerusalem Timur. Pasukan Israel mengusir warga Palestina dari rumah mereka untuk ditempati oleh warga Israel. Akibat dari kejadian ini, kurang lebih 500 warga Palestina di Yerusalem Timur terancam tidak memiliki tempat tinggal. Dalam insiden ini juga, pasukan Israel menangkap 15 warga. Keesokan hari, pada hari Jumat, 7 Mei 2021 warga Palestina berkumpul untuk memperingati ‘Jumat Terakhir’ di bulan Ramadan. Mereka melakukan salat jumat berjamaah dan aksi protes terhadap tindakan semena-mena Israel. Kurang lebih 70.000 orang berkumpul di Masjid Al-Aqsa untuk melaksanakan salat Jumat dan melakukan orasi dengan menggaungkan kembali hak-hak warga Palestina di Yerusalem yang kerap dirampas oleh Israel. Namun, usai salat magrib, suasana menjadi ricuh karena tentara Israel melancarkan tembakan dan gas air mata serta menangkap puluhan warga. Suasana masjid penuh dengan suara tembakan dan orang-

HUMANITY INSIGHT 5

orang berlarian untuk menghindari agar tidak terkena tembakan. Klinik Masjid Al-Aqsa pun tidak terlepas dari serangan dan mengalami kerusakan. Akibat serangan tersebut, 53 orang dilaporkan mengalami luka-luka. Ambulans nampak berada di sekitar lingkungan masjid untuk melakukan pertolongan pertama dan membawa korban luka ke fasilitas kesehatan terdekat. “Kejadian Al-Aqsha ini menjadi bukti bahwa zionis Israel masih melakukan kekejaman walaupun di bulan suci Ramadan. Ini menjadi bukti bahwa mereka menginginkan kematian di setiap nyawa warga Palestina,” ujar Said Mukaffiy dari tim Global Humanity Response Aksi Cepat Tanggap, pada hari Sabtu 8 Mei 2021. Tak Cukup sampai disitu, tanpa sebab yang jelas, militer Israel datang, berusaha membubarkan jemaah, pada hari Senin, 10 Mei 2021 atau menjelang malam ke-29 Ramadan. Berdasarkan laporan yang dikirim Tim Aksi Cepat Tanggap Palestina, militer zionis menggunakan granat kejut yang dilempar ke kerumunan jemaah, tidak peduli apabila menimbulkan korban luka bahkan meninggal. Ledakan keras terdengar diikuti cahaya yang sangat menyilaukan tidak lama setelah granat tersebut dilempar. Akibatnya, membuat para jemaah panik dan berlari tidak tentu arah. Seakan tidak puas, militer Israel yang menggunakan persenjataan lengkap itu juga menembakan gas air mata kepada para jemaah. Asap pun mulai mengepul, seiring banyaknya granat yang dilempar, semakin tebal pula asap menutupi area sekitar masjid. Suara ledakan, teriakan panik jemaah, dan tangisan anak-anak bersatu padu di kompleks Masjid Al-Aqsa. Mereka yang berlarian, tak lepas dari


bidikan senjata peluru karet. Ditengah kepanikan itu, banyak korban berjatuhan, ada yang karena serangan, ada yang terjatuh dan terinjak saat menyelamatkan diri. Militer Israel tetap mengarahkan senjatanya dengan tidak membedakan usia dan jenis kelamin. Baik tua maupun muda, baik wanita, anak-anak maupun pria. Penangkapan pun juga tanpa membedakan hal tersebut. Warga Palestina yang protes, maka harus bersiap mendapat tindakan represif seperti dibanting, diseret, dan diborgol paksa. Militer Israel yang awalnya hanya mengincar jemaah di sekitar kompleks masjid, terus merangsek masuk ke dalam masjid dan menembakan gas air mata ke arah jemaah yang tengah beribadah. Mereka tak mempedulikan status Masjid Al-Aqsa yang merupakan tempat suci bagi

HUMANITY INSIGHT 6

umat Muslim yang dilindungi undangundang internasional. Bahwa dilarang menyerang orang yang sedang beribadah dan berlindung di tempat suci agama. Jemaah pun berhamburan keluar, mereka berlari panik. Sembari menutup mata dan hidung, juga diiringi batuk dan sesak nafas akibat tembakan gas air mata. "Puluhan warga Palestina mengalami lukaluka termasuk sejumlah luka serius di Masjid Al-Aqsa saat ini," ujar Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap Palestina Tahany Ahmed Qasim, pada hari Senin, 10 Mei 2021. Bahkan, dalam laporan Tahany, para pasukan bersenjata Israel menghalau unit ambulans yang ingin memasuki Al-Aqsa, dan mencegah agar bantuan medis tidak memberikan pertolongannya kepada Muslim Palestina yang terluka.


Palestina Berduka di Hari yang Fitri Jumlah martir Palestina terus bertambah seiring tak kunjung berhentinya misil yang diluncurkan zionis Israel ke pemukiman padat penduduk di Gaza. Sampai hari raya Idulfitri pada tanggal 13 Mei 2021, yang seharusnya dirayakan dengan suka cita, malah jadi duka. Kementerian Kesehatan Palestina dalam laporannya menyatakan, jumlah martir Palestina telah mencapai 65 orang, termasuk di antaranya 16 anak-anak dan lima wanita. Serta sedikitnya 365 orang Palestina terluka, termasuk 86 anakanak dan 39 wanita. Banyaknya jumlah korban akibat serangan zionis Israel ini membawa duka yang mendalam bagi pemerintah Palestina. Mereka yang seharusnya merasakan keceriaan Idulfitri dan hangatnya berkumpul dengan sanak saudara serta kerabat, terpaksa merayakan Idulfitri dengan ketegangan dan rasa khawatir. Ledakan mortir bisa mengenai mereka setiap saat. Presiden Palestina Mahmoud Abbas pun telah membatalkan perayaan Hari Raya Idulfitri 1442 Hijriah untuk menghormati dan mengenang para korban jiwa dari serangan udara zionis Israel di Gaza. Dilansir laman Anadolu, Abbas membatasi Idulfitri hanya pada aktivitas keagamaan. Selain itu, Abbas juga memerintahkan adanya pengibaran bendera setengah tiang di seluruh wilayah Palestina, sebagai bentuk penghormatan dan upaya mengenang para martir. Pada hari Rabu, 13 Mei 2021 kemarin, ia menekankan bahwa tidak akan ada keamanan, dan tidak akan ada stabilitas, tanpa pembebasan seluruh kota dari pendudukan Israel. "Kami terus bertindak dan bekerja untuk menghentikan agresi biadab HUMANITY INSIGHT 7

terhadap rakyat kami di Yerusalem, Gaza, dan Tepi Barat," katanya. Dalam pidatonya, Abbas juga memiliki pesan tegas untuk Israel. "Kami tidak akan meninggalkan negara kami. Akhiri pendudukan Anda di negara kami hari ini, bukan besok," tekannya. Kebiadaban negara Israel, tidak hanya datang dari angkatan bersenjatanya, namun juga dari warga sipil Israel sendiri. Dilaporkan Aljazeera, kekerasan yang diterima warga Palestina atau mereka yang memberikan dukungan untuk Palestina di Israel, masih terus berlanjut hingga sekarang. Di Bat Yam, pinggiran Kota Tel Aviv misalnya, sekelompok warga Israel berpakaian hitam memecahkan jendela toko es krim milik warga Arab sambil meneriakkan, "Matilah orang Arab!".


Gaza Luluh Lantak, Ribuan Warga Mengungsi Akibat serangan, warga Gaza meninggalkan rumah-rumah mereka dan mencari tempat yang aman seperti di rumah sakit, sekolah dan keluarga-keluarga dekat lainnya.

S

erangan Israel di Jalur Gaza masih terus berlanjut hingga hari Kamis, 14 Mei 2021. "Tank Israel mulai menyerang perbatasan selatan Gaza, Rafah di bombardir dengan roket. Ratusan rang diterluka, puluhan orang meninggal, menghancurkan puluhan rumah, dan menghalangi ambulans untuk bisa sampai kepada warga yang terluka Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap Palestina, Tahany Ahmed Qasim menjelaskan keadaan langsung Gaza untuk ACT dan warga Indonesia. “Bisa dibayangkan suasana Gaza, dengan area kecil 365kilometer hanya dalam selang beberapa menit saja dengan jumlah 160 serangan mortir pada operasi-operasi yang HUMANITY INSIGHT 8

berbeda. Beit Lahia dan Beit Hanoun adalah daerah yang paling ditargetkan untuk hancur pada malam itu. Ini menjadi malam yang sangat mengerikan di Gaza. Kami pun sebenarnya tidak percaya bahwa kami bisa bangun di pagi ini dan masih hidup,” ujar Tahani. Akibat dari serangan ini, lanjut Tahani, warga Gaza meninggalkan rumah-rumah mereka dan mencari tempat yang aman seperti di rumah sakit, sekolah dan keluargakeluarga dekat lainnya. Mereka berharap tempat tersebut tidak terkena serangan udara Israel dan bisa mendapatkan perlindungan yang lebih aman karena merupakan fasilitas publik.


Apartemen Untuk Pengungsi Gaza

Untuk menaungi masyarakat Palestina yang kehilangan tempat tinggal, ACT menyediakan hunian sementara di Deir AlBalah berupa apartemen. Ada dua apartemen yang dipersiapkan. Pertama berlokasi di Jalan Alnaser Kota Gaza. Apartemen tersebut memiliki 24unit yang bisa digunakan. Dimana tiap unitnya memiliki luas 140 hingga 170meter persegi. Sehingga muat untuk menampung beberapa keluarga di tiap unitnya. Apartemen kedua berada di wilayah Deir Al Balah, yang memiliki lima lantai dan 27unit yang siap digunakan. Tiap unit memiliki luas lebih dari 160meter persegi. Selain itu, lantai dasar dari apartemen ini memiliki luas hingga 400meter persegi. “Alhamdulillah, pada hari Ahad 16 Mei 2021 sore waktu Gaza, 20 keluarga yang kehilangan tempat tinggal akibat

HUMANITY INSIGHT 9

serangan zionis Israel, telah memasuki hunian sementara di Deir Al Balah. Mudah-mudahan hunian ini bisa menjadi pelindung mereka dari rasa dingin dan serangan Zionis Israel,” kata Said Mukaffiy dari tim Global Humanity Response ACT, pada hari Senin, 17 Mei 2021. Said melanjutkan, gedung yang ditempati cukup luas untuk menampung beberapa keluarga Gaza. Terdapat taman bermain anak di dalamnya. Sehingga anakanak pun dapat ceria dan tidak bosan saat tinggal di apartemen tersebut. Said juga menjelaskan para penghuni tidak perlu mengkhawatirkan ketersediaan listrik dan air. Gedung yang disediakan sudah memiliki fasilitas penunjang yang memadai.


Beri Layanan Medis Terbaik Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus memasok bantuan dan layanan medis. Ambulans ACT dan tim medis beroperasi 24 jam untuk melayani para korban yang terus berjatuhan.

S

erangan zionis Israel dan pendudukan terhadap Palestina selalu memakan korban jiwa dan luka-luka setiap tahunnya. Palestina yang tertindas menjadi pihak dengan jumlah korban lebih banyak. Perserikatan BangsaBangsa (PBB) mencatat, dalam 13 tahun terakhir, korban mencapai 5.733, dan lukaluka 120.444 orang. Dari 5.733, sebesar 71,67 persen adalah warga yang berada di Jalur Gaza, 17,46 persen di Deir Al-Balah, dan 10,33 persen di Tepi Barat. Seperti di hari keenam serangan Israel di Jalur Gaza, pada hari Sabtu, 15 Mei 2021 pukul 12.30 waktu Gaza, menyebabkan sebanyak 1.000 orang luka-luka. Selain korban luka-luka, 139 warga Palestina syahid, termasuk 39 anak-anak dan 22 wanita. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, zionis Israel menargetkan kawasan pemukiman padat penduduk. Tidak hanya rumah HUMANITY INSIGHT 10

penduduk, pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit dan aksesnya diputus. “Serangan juga menargetkan infrastruktur jalan di sekitar pusat kesehatan. Tindakan ini untuk menghambat akses pasien ke pusat kesehatan, juga sebaliknya membuat tim medis sulit menjangkau pasien. Akses listrik ke rumah sakit juga diputus dan membuat kegiatan di rumah sakit terganggu,” tulis rilis Kemenkes Palestina, pada hari Jumat, 14 Mei 2021. Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus memasok bantuan dan layanan medis. Andi Noor Faradiba dari tim Global Humanity Response mengatakan ambulans ACT dan tim medis beroperasi 24 jam untuk melayani para korban yang terus berjatuhan. Tak hanya mengantar, pertolongan pertama untuk para korban di dalam ambulans juga diberikan. Sehingga kru-kru yang bertugas di dalam ambulans juga profesional.


Ratusan Keluarga di Gaza Kehilangan Tempat Tinggal Ratusan misil yang dijatuhkan dari pesawat tempur zionis Israel ke Gaza menyebabkan bangunan-bangunan hancur dan rata dengan tanah. Berdasarkan laporan dari mitra Aksi Cepat Tanggap di Gaza, 32 gedung tempat tinggal dibom dan dihancurkan, 23 pusat media rusak total, ditambah puluhan lembaga, asosiasi dan kantor lainnya, yang diperkirakan menyebabkan kerugian di sektor perumahan mencapai 25 juta dolar. Selain itu, sekitar 500unit hunian warga Gaza juga hancur total terhantam misil dari Israel. Sementara 3.500 hunian mengalami kerusakan ringan hingga sedang. Imbasnya, banyak warga Palestina di Gaza yang kehilangan tempat tinggal. Sebagian dari mereka mengungsi di bangunan sekolah. Sebagian lainnya, terutama yang rumahnya baru saja hancur, masih kebingungan mencari tempat tinggal. "Banyak keluarga Palestina di sana yang pada malam hari masih berada di jalan. Bingung harus kemana setelah rumah mereka hancur," ujar Andy Noor Faradiba dari Global Humanity Response ACT, pada hari Sabtu, 15 Mei 2021. Israel juga menyebut bahwa pihaknya telah mengeluarkan peringatan sebelumnya, jika misil akan diluncurkan untuk menghancurkan bangunan di Gaza. Namun, nyatanya di lokasi kejadian tidak seperti itu, menurut penuturan warga Gaza, tidak ada peringatan yang diberikan pihak Israel sebelum mereka melakukan serangan. Sehingga banyak warga Palestina yang akhirnya tewas karena tidak sempat meninggalkan rumahnya saat misil dari pesawat tempur Israel membombardir rumahnya. HUMANITY INSIGHT 11

Khamees al-Rantissi salah satunya, ia mengatakan, rumah mereka di bom tanpa peringatan sebelumnya. "Apa yang dilakukan anak ini? Ancaman apa yang diajukan untuk negara Israel?" ujar Rantissi sambil menggendong tubuh keponakannya yang berusia 19 bulan yang terikat kain


Dukungan Medis ACT untuk Gaza

ACT di Gaza terus berupaya untuk memberikan bantuan medis ke rumah sakit yang berada di Gaza. Dengan terus bertambahnya korban luka yang mencapai lebih dari seribu orang, perlengkapan medis di rumah sakit dikhawatirkan tak cukup untuk digunakan oleh banyaknya korban HUMANITY INSIGHT 12

. Korban yang dibawa ke rumah sakit hampir seluruhnya mengalami luka. Dalam banyak kasus yang parah, mereka bisa menjalani operasi sebagai penanganan lanjutan untuk bisa sembuh. Alat bedah sangat diperlukan oleh petugas medis untuk melakukan operasi ringan atau besar. Namun, seiring bertambahnya korban, pasokan alat bedah juga mengalami penurunan jumlah stok. Oleh karenanya, alat bedah sekali pakai yang disalurkan diharapkan bisa menunjang petugas medis dalam melakukan pelayanan medis yang cepat dan dengan alat yang memadai. "Begitu pula dengan obat-obatan yang kami kirimkan. Semoga bisa membantu masa penyembuhan dan pemulihan pasien'" imbu Said. Sementara pada hari Ahad, 16 Mei 2021, tim medis ACT memberikan bantuan medis ke sekolah yang menjadi tempat pengungsian sementara warga di Jalur Gaza. Mereka yang terluka parah dan membutuhkan penanganan medis lebih lanjut, dibawa ke rumah sakit. "Tim medis kami terus ikut membantu mengevakuasi korban dan juga memberikan pertolongan pertama hingga mengantar korban ke rumah sakit di Jalur Gaza," terang Said. Hingga gencatan senjata diberlakukan, data terakhir Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan, per hari Kamis, 20 Mei 2021 pukul 06.00 waktu Gaza, total 232 warga Palestina wafat, termasuk 65 anak-anak, 39 perempuan, dan 17 lansia. Sementara korban luka-luka mencapai 1.900 orang.


Ancaman Covid-19 Mengintai Palestina

Pada hari Sabtu, 22 Mei 2021 jumlah kasus positif Covid-19 baru bertambah dan mayoritas berasal dari wilayah di Jalur Gaza.

A

ncaman demi ancaman menggentayangi rakyat Palestina. Serangan dari zionis Israel belum berakhir ancaman pandemi Covid-19 mulai datang. Pada hari Sabtu, 22 Mei 2021 jumlah kasus positif baru bertambah dan mayoritas berasal dari wilayah di Jalur Gaza. Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila mengatakan, pada Sabtu total 233 kasus Covid-19 baru di Palestina. Rinciannya 46 kasus positif berasal dari Tepi Barat dan 187 dari Jalur Gaza. Selain jumlah positif, dalam laporan hariannya tentang pandemi Covid-19, Alkaila juga menjelaskan lima kematian berasal dari Tepi Barat dan dua lainnya di Jalur Gaza. Hingga padsa hari Ahad, 23 Mei 2021 jumlah total kasus Covid-19 di Palestina mencapai 334.042, sembuh 325.274, meninggal 3.727, dan kritis 43 orang. “43 pasien Covid-19 saat ini dalam perawatan intensif, 10 diantaranya HUMANITY INSIGHT 13

menggunakan ventilator. Selain itu, 85 pasien menerima perawatan di rumah sakit dan apotek COVID-19,” kata Alkaila. WHO dalam laporan kebutuhan mendesaknya menjelaskan, serangan militer Israel membuat beban sektor kesehatan semakin berat karena Covid-19 juga belum berakhir. Serangan yang membuat 58.000 orang mengungsi ke sekolah yang dikelola PBB turut menambah risiko penyebaran Covid-19 karena tindakan menjaga jarak dan kebersihan tidak bisa dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina beberapa waktu lalu. Kemenkes Palestina menyatakan, serangan militer Israel terhadap rumah-rumah warga dan permukiman padat penduduk membuat warga mengungsi. Hal ini dapat menjadi tempat penyebaran Covid-19 baru dan membuat beban kesehatan di Gaza bertambah


Hancurnya Lab Tes Covid-19 Gaza

Seperti tak ada ampun, Zionis Israel terus menggencarkan serangannya dan tidak memberikan satupun hari yang damai untuk warga Palestina. Pada hari Senin, 17 Mei 2021, laboratorium Covid-19 di Gaza, yakni Al-Rimal, tidak dapat berfungsi lagi karena klinik telah dihancurkan misil Israel. Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qidra mengatakan kepada media, hancurnya Klinik Al Rimal maka merusak upaya Kementerian Kesehatan Gaza dalam penanganan pandemi Covid-19. Selain menghancurkan laboratorium, serangan tersebut juga menyebabkan tenaga medis di sana mengalami sejumlah luka. "Ini adalah bahaya baru selain pemboman dan pembunuhan," ujar Ashraf dikutip laman Aljazeera. Ashraf pun meminta masyarakat internasional untuk dapat memberikan bantuan ke warga Palestina, khususnya

HUMANITY INSIGHT 14

dalam memenuhi kebutuhan medis, karena saat ini Gaza tengah kekurangan obatobatan. Sebelum agresi Israel dimulai, otoritas di Gaza dapat melakukan tes Covid-19 setidaknya dengan rata-rata 1.600 orang per hari. Namun sekarang, jangankan seribu, satu tes pun sulit untuk dilakukan. Padahal, rata-rata tes positif di Gaza terbilang cukup tinggi, dengan angka 28 persen. Lebih dari setengah warga Gaza sampai saat ini belum diberikan vaksin, sehingga sangat rentan tertular virus Covid-19 di tengah kesemrawutan yang saat ini terjadi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO,103.000 orang telah dinyatakan positif terkena Covid-19 di Gaza, dan 930 orang telah meninggal karena virus yang muncul di akhir tahun 2019 tersebut.


Bantuan Makanan untuk Pengungsi Gaza Kualitas makanan yang dimasak di dapur umum ACT selalu diperhatikan rasa dan gizinya agar kebutuhan nutrisi para pengungsi tetap terpenuhi. Bantuan ini diikhtiarkan akan terus dibagikan dalam jangka waktu yang berkelanjutan. Response Aksi Cepat Tanggap, pada hari Senin, 17 Mei 2021. Kualitas makanan yang dimasak di dapur umum pun diperhatikan rasa dan gizinya agar kebutuhan nutrisi para pengungsi tetap terpenuhi. Said menjelaskan, bantuan ini diikhtiarkan akan terus dibagikan dalam jangka waktu yang berkelanjutan.

Stok Pangan Pasca Gencatan Senjata

S

ejak serangan bertubi-tubi zionis Israel ke Gaza, sejumlah pabrik dan gudang makanan di Kota Gaza hancur. Bangunan yang disebut sebagai production bank itu merupakan tempat yang digunakan untuk mengolah makanan warga Gaza. Kehancuran gedung itu berarti memicu timbulnya krisis kelaparan dalam skala yang besar di Palestina karena produksi pangan terhenti. Mendapati hal tersebut Aksi cepat Tanggap (ACT) mendirikan dapur umum di sekolah Al Bahrin, Tal Al-Hawa, di Gaza Utara, yang menjadi salah satu tempat pengungsian warga Gaza. Lewat dapur umum ini, hingga 900 porsi makanan siap saji bisa dimasak tiap harinya. "Setelah masakan matang, kami kemas dalam kotak makanan, baru kemudian kami distribusikan langsung ke pengungsi. Insyaallah bantuan ini dapat membangkitkan mereka agar terhindar dari kelaparan," ujar Said Mukaffiy dari Tim Global Humanity HUMANITY INSIGHT 15

Gencatan senjata telah resmi diberlakukan di Gaza pada hari Jumat, 21 Mei 2021 dini hari. Namun bukan berarti selesai sudah permasalahan kemanusian yang membelenggu warga Palestina. Krisis pangan salah satunya, mayoritas warga Gaza saat ini masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Said Mukaffiy dari tim Global Humanity Response ACT menyatakan, saat ini para pengungsi Gaza hanya dapat mengandalkan bantuan dari pihak luar untuk bisa memenuhi kebutuhan makanannya. Hal ini terjadi karena mereka tidak sempat membawa stok makanan saat menyelamatkan diri dari sekarang Israel, mayoritas dari mereka


hanya sempat membawa sedikit pakaian di punggungnya. "Rata-rata para pengungsi adalah keluarga besar, yang memiliki banyak anak. Sehingga tangisan anak-anak yang kelaparan, menghiasi suasana tiap harinya," pungkas Said. Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikutip Al Jazeera, saat ini ada sekitar 91 ribu warga Gaza yang mengungsi setelah rumah mereka hancur dihantam misil pesawat tempur Israel. Mayoritas warga Gaza mengungsi ke sejumlah bangunan sekolah yang dikelola PBB. Untuk itu, Said menegaskan bahwa pangan merupakan kebutuhan darurat untuk warga Palestina. Dibutuhkan kerja sama besar berbagai pihak untuk bisa menyudahi krisis pangan ini. "Dari ACT sendiri, sudah mendirikan beberapa dapur umum, salah satunya di wilayah Tal Al Hawa, sebelah Barat Gaza," ujar Said. Momen tenang di Gaza setelah diberlakukannya gencatan senjata dimanfaatkan Aksi Cepat Tanggap untuk menggencarkan bantuan kemanusiaan. Salah satu bantuan yang mulai masif adalah Humanity Food Truck. Dapur berjalan itu pun berkeliling di Om Al Nasr dan Al Athatra di Gaza Utara untuk membagikan makanan siap santap sejak hari Ahad, tanggal 23 Mei 2021. Makanan dibagikan secara langsung ke rumah warga Gaza yang sebagian besar telah rusak. Sekitar 2.000 penerima manfaat menikmati sajian bergizi ini. "Anak-anak sangat senang saat tim ACT datang menemui mereka sambil membawa santapan makanan. Mereka menyambut kami dengan ramah, senyuman terpampang jelas di wajah mereka. Selain itu, tim juga menyediakan air minum, karena kami tahu air bersih masih sangat sulit HUMANITY INSIGHT 16

mereka dapatkan," ujar Said pada hari Senin, tanggal 24 Mei 2021. Said menuturkan, aksi pembagian hidangan lewat Humanity Food Truck ini merupakan implementasi bantuan dari Sahabat Dermawan. "Terima kasih saya ucapkan kepada Sahabat Dermawan yang membagikan rejekinya untuk saudara-saudara kita di Palestina," tutur Said.


Mencukupi Kebutuhan Pangan Masyarakat Palestina

Bombardir zionis Israel selama 11 hari ke Gaza banyak menyebabkan kehancuran fasilitas industri di Gaza. Berdasarkan laporan kantor Monitor Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania, diperkirakan 525 fasilitas ekonomi hancur terkenal misil pesawat tempur Israel, 50 diantaranya merupakan bangunan pabrik Industri. Mulai pabrik plastik, pabrik kasur di timur Jabaila, pabrik es krim Al-Jalil di dekat Bundaran Kuwait di selatan Kota Gaza, dan pabrik-pabrik lain yang merupakan tempat bagi warga Gaza bekerja menggantungkan hidupnya. Namun, Ketua Asosiasi Pengusaha di Gaza, Ali Al-Hayek, mengatakan, pada situasi seperti saat ini, pihaknya masih kesulitan untuk memastikan jumlah pabrik dan perusahaan yang hancur atau rusak, serta jumlah kerugian tersebut. Selain pabrik, Ali juga menyebut ada lusinan toko dan fasilitas penunjang ekonomi warga Gaza yang hancur akibat operasi pemboman Israel yang berkelanjutan. Akibat itu, ribuan warga Gaza kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran pasca gencatan senjata. Tingkat pengangguran yang sudah tinggi sebelum serangan Israel, yakni 49 persen dari total penduduk, kini melonjak hingga 67 persen. Lonjakan terjadi pada mereka yang usianya masih tergolong muda, maupun lulusan baru. Melihat hal tersebut ACT menyiapkan HUMANITY INSIGHT 17

Bantuan pangan 150ton untuk masyarakat Gaza. Bantuan itu akan didistribusikan selama 25-31 Mei. Bendera Indonesia, bendera Palestina, dan bendera dengan logo ACT di badan truk pengangkut bantuan pangan berkibar. Pemandangan itu tampak ketika sejumlah truk melaju ke Indonesia Humanitarian Center di Gaza, pada hari Selasa, 25 Mei 2021. Said Mukaffiy menjelaskan, bantuan pangan menjadi ikhtiar Sahabat Dermawan dalam mendukung pemulihan Palestina pasca gencatan senjata. “Sebagian besar masyarakat Palestina, khususnya di Gaza masih mengandalkan bantuan berbagai pihak untuk bertahan hidup. Serangan berdampak pada kehilangan harta benda. Hal itu pun berdampak pada kemampuan masyarakat Palestina memenuhi kebutuhan pangan. Sebab itu, bantuan Sahabat Dermawan ACT wujudkan, salah satunya, dalam bentuk bantuan pangan,” jelas Said, pada hari Kamis, tanggal 27 Mei 2021. Said menerangkan, bantuan pangan dibagikan di daerah Beit Lahia, Beit Hanoun, Jabalia, Almoghraqa, Khanyonis, Dair Albalah, dan Rafah. "Paket pangan ini dibawa menggunakan beberapa unit truk. Ini merupakan upaya untuk membangun kembali Palestina, memulihkan kondisi mereka, dan Insyaallah akan mensejahterakan mereka," tambahnya.


Lumbung Ikan Wakaf Wujudkan Kedaulatan Pangan Global Wakaf-ACT mulai menjalankan produksi di Lumbung Ikan Wakaf. Dalam tahap awal produksi ini, Lumbung Ikan Wakaf mampu memproduksi sampai dua ton ikan asin per harinya

HUMANITY INSIGHT 18


M

engutip Kemdikbud RI, potensi sumber daya alam lautan Indonesia sangat melimpah karena dua pertiga wilayah Indonesia berupa lautan. Menurut Food and Agricultural Organization (FAO), potensi lestari sumber daya perikanan tangkap laut Indonesia mencapai sekitar 6,5 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 ton per tahun. Berdasar data FAO 2009, produksi ikan tangkap Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah China dan Peru. Sedangkan produksi ikan budidaya Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India dan Vietnam. Melihat fakta di atas, bekerjasama dengan salah satu tempat pengolahan ikan asin di Penjaringan, Jakarta Utara, Global Wakaf-ACT mulai menjalankan produksi di Lumbung Ikan Wakaf. Dalam tahap awal produksi ini, Lumbung Ikan Wakaf mampu memproduksi sampai dua ton ikan asin per harinya. "Produk ini akan mendukung logistik Gerakan Sedekah Pangan Nasional dan paket-paket pangan lainnya yang Aksi Cepat Tanggap hadirkan untuk masyarakat. Di tahap awal, kami menginisasi satu produk olahan dahulu, yakni ikan asin. Tapi ke depannya kami memproduksi jenis ikan beku sampai ikan segar,” jelas Danu Putra Anugerah dari Tim Global Wakaf-ACT pada hari Kamis, tanggal 20 Mei 2021. Lumbung Ikan Wakaf merupakan

HUMANITY INSIGHT 19

bagian dari program Wakaf Pangan Laut Produktif. Program berbasis wakaf ini berikhtiar memaksimalkan hasil laut Nusantara untuk meningkatkan perekonomian nelayan dan pelaku sektor kelautan yang masih prasejahtera. Selain itu, menghadirkan kedaulatan pangan menjadi tujuan utama. Sanip, salah seorang pengolah ikan dan mitra Lumbung Ikan Wakaf, mengutarakan, kendala para nelayan pengolah ikan saat ini adalah mesin dan juga bahan bakar. Ditambah menurunnya perekonomian dampak pandemi membuat penjualan ikan sedikit lebih sulit dibandingkan hari normal. Selain itu kendala yang dihadapi Sanip adalah cuaca. Menjemur ikan asin menurutnya perlu satu hari hingga kering. Jika lebih dari dua hari untuk mengeringkan ikan, maka kualitas ikan asin yang dihasilkan tidak begitu bagus. "Semenjak Corana ini hasil penjualan berubah,” katanya. Sanip pun menaruh harapan lewat program Wakaf Pangan Laut Produktif. Ia menantikan produksi di Lumbung Ikan Wakaf ini dapat lancar dan dapat meningkatkan perekonomian semua orang yang terlibat. Produk Ikan Wakaf pun di momen Ramadan lalu telah terdistribusi lewat Gerakan Sedekah Pangan Ramadan di Gunung Putri, Bogor. Ke depannya, perluasan distribusi terus dilakukan ke berbagai daerah.


Banjir Berau Akibat hujan deras dan luapan Sungai Kelay banjir melanda wilayah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim). Banjir merendam 15 desa di 4 kecamatan.

A

kibat hujan deras dan luapan Sungai Kelay banjir melanda wilayah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) semakin meluas. Banjir merendam 15 desa di 4 kecamatan. Hingga hari Selasa, 18 Mei 2021 pagi, ketinggian air banjir di kecamatan Sambaliung dan Teluk Bayur masih sekitar 1 hingga 2 meter. “Hasil pemantauan kejadian Banjir di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur sejak hari Kamis, 13 Mei 2021 semakin meluas dampaknya. Listrik di beberapa kampung juga dipadamkan. Total ada 15 kampung di 4 kecamatan terdampak. Banjir di kecamatan Teluk Bayur dan Sambaliung belum surut,” kata tim tanggap darurat ACT di Kaltim, Dimas Bayu Prasetyo, pada hari Selasa, 18 Mei 2021. Lima belas kampung di empat kecamatan terdampak banjir di antaranya di Kecamatan Teluk Bayur yakni Kampung Tumbit Melayu, Kecamatan Kelay yakni Kampung Merasa, Long Lanut, Long Beliun, Lanuk, dan Meraang. Sementara sejumlah kampung di Kecamatan Segah yang terdampak adalah Sungai Segah, Punan Segah, Long Laai, Long Ayap, dan Long Ayan. Di Kecamatan Sambaliung, kampung yang tergenang antara lain Kampung Tumbit Dayak, Long Lanuk dan

HUMANITY INSIGHT 20

Bena Baru. "Kampung yang berada di hilir Sungai Kelay ketinggian banjir mencapai 50 sampai 60 sentimeter. Sementara banjir di kawasan Kampung Tumbit Dayak dan Tumbit Melayu ketinggian 1 sampai 2 meter. Cuaca di wilayah Kabupaten Berau juga diperkirakan masih berpotensi turun hujan lebat,” jelas Dimas. Hingga saat ini, bersama pihak-pihak terkait tengah meninjau dan membantu masyarakat yang memerlukan evakuasi ke tempat yang lebih aman. Rencananya, di wilayah yang terdampak cukup parah dibuka posko dapur umum, agar kebutuhan pangan penyintas terpenuhi. Akibat banjir ini, rumah warga terdampak, akses jalan dan aktivitas terganggu, lahan perkebunan dan pertanian rusak. Bahkan banjir juga membuat tanggul pabrik batubara jebol. “Sementara tidak ada pengungsian, namun untuk kebutuhan pangan dan air bersih sangat diperlukan di wilayah terdampak. Jumlah warga dan fasilitas terdampak masih dalam pendataan. Kebutuhan mendesak untuk segera disalurkan berupa sembako, makanan siap saji, kebutuhan air bersih, obat obatan, serta kebutuhan bayi dan manula,” aku Dimas.


Kabar Pekan Ini

J

et tempur Israel terus melakukan serangannya ke Gaza hingga hari raya Idulfitri, di mana seharusnya muslim di Palestina dapat melakukan ibadah dan perayaan Idulfitri dengan damai dan penuh suka cita bersama kerabat dan sanak saudara. Duka pun mengepung mereka di hari yang fitri, mengingat tak jarang kerabat menjadi korban kekejaman Israel. Bagi warga Gaza, gempuran roket telah menjadi pemandangan mengerikan menjelang Idul Fitri. Mereka tidak bisa berbuat banyak selain berharap roket tidak mengenai rumah mereka dan serangan bisa terhenti. Banyaknya jumlah korban atas serangan zionis Israel ini membawa duka yang cukup dalam untuk masyarakat Palestina. Untuk itu Presiden Palestina Mahmoud Abbas pun telah membatalkan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah untuk menghormati dan mengenang para korban jiwa dari serangan udara zionis Israel di Gaza. Dilansir laman Anadolu, Abbas membatasi Idulfitri hanya pada aktivitas keagamaan. Selain itu, Abbas juga memerintahkan adanya pengibaran bendera setengah tiang di wilayah Palestina, sebagai bentuk penghormatan dan upaya mengenang para martir. Pada hari Rabu, 13 Mei 2021 kemarin, ia menekankan bahwa tidak akan ada keamanan, dan tidak akan ada HUMANITY INSIGHT 21

stabilitas, tanpa pembebasan seluruh kota dari pendudukan Israel. Berikhtiar mengembalikan senyum mereka di hari yang fitri ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama masyarakat Indonesia berbagi bingkisan lebaran untuk masyarakat prasejahtera di sana. "Bingkisan lebaran ini kita bagikan untuk hampir 500 saudara muslim kita di Gaza Utara," ujar Said Mukaffiy dari Global Humanity Response ACT, pada hari Kamis 13 Mei 2021.


Nampak anak-anak di Gaza Utara sangat antusias dengan datangnya paket lebaran tersebut. Mereka memegang erat dus bingkisan itu, bak tidak ingin kehilangannya. Bantuan juga terus disampaikan untuk masyarakat Gaza korban serangan Israel. Kali ini, Tim Aksi Cepat Tanggap Palestina di Gaza tengah mengikhtiarkan dua apartemen sebagai tempat tinggal sementara. Ada dua apartemen yang dipersiapkan. Pertama berlokasi di Jalan Alnaser Kota Gaza. Apartemen tersebut memiliki 24 unit yang bisa digunakan. Di mana tiap unitnya memiliki luas 140 hingga 170 meter persegi. Sehingga muat untuk menampung beberapa keluarga di tiap unitnya. Apartemen kedua berada di wilayah Deir Al Balah, yang memiliki lima lantai dan 27 unit yang siap digunakan. Tiap unit memiliki luas lebih dari 160 meter persegi. Selain itu, lantai dasar dari apartemen ini memiliki luas hingga 400 meter persegi. Selain program emergency di Palestina, ACT terus melayani para penyintas bencana Banjir terjadi yang terjadi di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. musibah yang terjadi bertepatan dengan hari raya Idul Fitri ini disebabkan intensitas hujan yang tinggi. Hujan membuat debit air sepanjang daerah aliran sungai Satui meluap ke pemukiman warga. Tim Tanggap Darurat ACT, melakukan evakuasi sambil membagikan makanan siap santap, paket pangan, dan perlengkapan bayi untuk para penyintas. Distribusi bantuan difokuskan di tiga wilayah yakni Pengungsian SMP 4 Satui, Desa HUMANITY INSIGHT 22

Sungai Danau RT 14, 20, 21 dan 23, serta di Desa Sinar Bulan RT 1 dan 2. “Total ada 50 paket pangan, selimut bayi, dan 2. 643 boks makanan siap santap. Pendistribusian bantuan dilakukan di pos pengungsian SMP 4 Satui, dan berkeliling dari rumah ke rumah warga yang masih terendam,” kata Marwan dari Tim Tanggap Darurat ACT. Adapun untuk rincian aksi di HCN pada Mei sebanyak 2.376 aksi dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 697.997 orang dan relawan yang terlibat 10.663 jiwa. Untuk jangkauan kegiatan tersebar di 15 negara, 28 provinsi, 160 kota/kabupaten, dan 471 desa/kelurahan.


Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim)


HUMANITY INSIGHT Kantor Redaksi Menara 165 office Tower lt.11 Jl. TB Simatupang Kav. 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan, 12560 Indonesia


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.