HUMANITY INSIGHT Majalah Internal Dua Pekanan Program Kemanusiaan ACT Bulletin Edisi L/ Tahun ke-4 15-31 Januari 2022
Menjaga Semangat Para Mujahid
7
Saling Bahu Membahu
99
Pemulihan Pasca Banjir Aceh
11
DAFTAR ISI 1 Mendukung Para Dai berdakwah
5
7
Menjaga Semangat Para Mujahid
hUMANITY insight
Dewan Redaksi
Dwiko Hari Dastriadi Bambang Triyono Yusnirsyah Fadilah Ispandiari
Koordinator
Sunano
Penulis
Lia Esdwiyanisyam Arif
Editor
Sunano
Data
Ashari Utomo Putra
Tata Letak
Lia Esdwiyanisyam Arif
9
Saling Bantu Membantu
11 Pemulihan Pasca Banjir Aceh
13 Afrika Darurat Pangan
Mendukung Para Dai Berdakwah
Lewat program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia, Global Zakat-ACT mengapresiasi perjuangan para tenaga pengajar di Madrasah Diniyah Darusaadah dan Rumah Tahfiz Al Ikhwan.
"M
engajar mengaji ini lillah, hanya karena mengharap ridha Allah untuk mendidik anak-anak dalam belajar Al-Qur’an. Meskipun tidak bergaji, kami ikhlas menjalaninya," papar Ustaz Ardia sebagai Kepala Madrasah ccKecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Wilayah Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, terbilang cukup luas, termasuk sejumlah pulau di muara Sungai Barito. Pulau Berunak, berupa daratan cukup luas dan sudah ada penduduk yang menghuninya. Dengan desa lain di sekitar kecamatan itu pun tidak saling terhubung. Akses yang cukup sulit, menjadikan banyak fasilitas umum di sana masih minim sarana, termasuk lembaga pendidikan agama. Hal itu terlihat pada Madrasah Diniyah Darusaadah di Desa Podok. Berdiri sejak tahun 2006, sampai saat ini bangunan berukuran 8 x 6 meter ini masih terlihat memprihatinkan. Beberapa bagian dari bangunan sudah banyak yang lapuk. Bahkan meja untuk belajar terbuat dari kayu sederhana hasil kerja tangan masyarakat sekitar madrasah yang turut prihatin. Untuk tempat tinggal para dai pun, masih seadanya. Kegiatan mengaji santri, dikenakan iuran seribu rupiah setiap pertemuan. Jumlah santri yang mengaji tak lebih dari 15 orang. Jumlah tenaga pengajar total ada 3 dai per hari. Terkadang 1 guru bisa dapat Rp7-8 ribu. Kesulitannya, beberapa guru berasal dari desa yang berbeda sehingga memerlukan biaya transportasi yang kadang lebih dari upah menjadi tenaga pengajar di madrasah.
Humanity Insight
1
Humanity Insight
3
Cerita serupa pun ada di desa sebelah yaitu Desa Terapu, tepatnya di Rumah Tahfiz Al Ikhwan. Ustaz Zainuddin dan istri bersama 1 warga, mengajar kurang lebih 80 anak di rumah tahfiz berukuran 3 x 4 meter ini. Kendala terbesar saat ini adalah bangunan rumah tahfiz yang sering terendam banjir, bahkan merendam hingga setengah bangunan. Bangunan yang mereka gunakan memang dapat dikatakan belum memadai. Tetapi Ustaz Zainuddin pun, tidak memungut bayaran dari para santri. “Hanya suka rela, kadang dibayar menggunakan gabah dari para orang tua santri yg anaknya belajar di Rumah Tahfiz Al Ikhwan,” kata Ustaz Zainuddin. Lewat program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia, Global ZakatACT mengapresiasi perjuangan para tenaga pengajar di Madrasah Diniyah Darusaadah dan Rumah Tahfiz Al Ikhwan. Pada hari itu, para pengajar mendapatkan bantuan biaya hidup. Diharapkan semangat para pengajar tetap terjaga dengan adanya apresiasi ini.[]
Humanity Insight
4
Mensejahterakan Hingga Kendari Aktivitas belajar baca tulis Al-Qur’an dilaksanakan di rumah Nikma yang sederhana. Mayoritas anak-anak yang diajar berasal dari keluarga kurang mampu.
S
ebagai bentuk dukungan Global Zakat-ACT terus menggencarkan memberikan bantuan Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia. Kali ini salah satu penerimanya adalah Nikma yang mengabdikan dirinya mengajar Al-Qur’an di Kota Kendari. Nikma memutuskan memulai perjuangannya pada tahun 2002. Saat itu di tempat tinggal Nikma di atas salah satu bukit di Kelurahan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kota Kendari, masih cukup banyak anak-anak yang sudah berusia remaja namun belum bisa membaca AlQur’an. Ditambah wilayah tersebut merupakan wilayah rawan tawuran antar pemuda, sehingga Nikma berharap pendidikan sejak dini mampu mengubah itu semua. Aktivitas belajar baca tulis Al-Qur’an dilaksanakan di rumah Nikma yang sederhana. Mayoritas anak-anak yang diajar berasal dari keluarga kurang mampu. Meski dengan fasilitas yang minim tapi anak-anak tampak begitu bersemangat mengikuti
Humanity Insight
5
kegiatan belajar mengajar. “Kemudian disusul juga oleh ibu-ibu sekitar, yang terketuk hatinya untuk belajar dan mulai ikut pengajian,” kenang Nikma. Bertahun-tahun rumah itu menjadi tempat belajar, sampai rumah yang berdinding papan itu mulai lapuk dimakan waktu. Nikma menabung uang sedikit demi sedikit untuk memperbaiki rumah. Tetapi setelah empat tahun, pembangunan baru berjalan 50 persen. Penghasilannya dan suami yang minim, serta tanggungan lima orang anak menjadi salah satu kendala untuk menyelesaikan pembangunan dengan cepat. Aktivitas pengajian sempat terhenti sementara, malah sempat pindah ke TPQ yang cukup jauh. Sehingga untuk memudahkan para santri, Nikma memiliki rencana membangun TPQ sementara di atas tanah wakaf milik keluarganya. “Supaya anak-anak bisa mengaji dengan nyaman dan bisa sekaligus difungsikan sebagai musala. Bangunannya sederhana saja, berukuran 4 x 6 meter,” kata Nikma.
Hanya saja dana yang terkumpul baru bisa dimanfaatkan untuk membangun dua pijakan untuk tiang. Kondisi tanahnya tidak rata, jadi sebagian bangunan harus bertumpu pada tiang. Sementara sembari menunggu TPQ itu rampung, Nikma menyiasati kegiatan mengaji dengan cara membagi kelompok
Humanity Insight
6
untuk anak-anak. Sebagian mengaji siang, dan sisanya sore hari di rumah. “Meski kurang efektif, yang penting anakanak bisa terus rutin mengaji agar hafalannya tidak hilang. Sementara itu, ibu-ibu belum bisa ikut belajar dan menunggu sampai TPQ-nya selesai,” terang Nikma. []
Menjaga Para M Global Zakat-ACT juga turut mendorong semangat Opi lewat program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia. Bantuan biaya hidup diberikan dengan harapan dapat membantu perjuangan Opi dalam menebarkan pengetahuan tentang Islam.
O
pi Susilawati (27) sudah paham betul bagaimana caranya berjuang sejak ia kecil. Di umur tiga tahun kaki Opi mengalami kelumpuhan. Kemudian ia mesti ikut orang tua kembali kampung halaman mereka di Subang. Tetapi, sesampainya di Subang, ia kesulitan masuk sekolah kembali lantaran dokumen-dokumen pendidikannya sempat terdampak banjir saat ia masih tinggal di Jakarta. “Waktu kebanjiran semua harta benda kena, termasuk rapor dan dokumen lain, jadi susah masuk sekolah baru. Selain itu juga karena saya pakai kursi roda, jadi hambatan,” terang Opi ditemui di rumahnya di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Ia sempat putus sekolah saat itu, dan memutuskan untuk memulai mengajar pengajian. Sebuah ruangan bekas gudang di samping rumah, menjadi lokasi Opi menyebar ilmu agama. Anak-anak pun antusias sampai sekarang. “Ibu saya sampai harus merapikan ruangan tersebut karena anak yang datang semakin banyak, dan ruangan tidak cukup. Tapi saya tidak punya pilihan lain selain mengajar di sini (ruang bekas gudang),” tutur Opi.
Humanity Insight
7
Sebenarnya Opi bisa saja mengajar di masjid, tetapi ia menjelaskan jika harus mengajar di tempat lain, maka sang ibu harus membantunya sampai ke sana. Belum lagi harus menggendong jika Opi akan turun dari kursi roda. Hal tersebut tentu sulit sebab sang ibu sudah berumur. Sang ibu kini bekerja menjaga warung kecil di samping rumah mereka. Di tengah kesulitan itu, Opi tidak pernah ingin berhenti mengajar. Setiap ada murid yang kesulitan memiliki peralatan mengaji seperti mushaf atau buku tulis, Opi malah turut membantu. “Saya ingin terus mengajar karena saya tidak ingin lantunan ayat suci Al-Qur’an harus berhenti di lingkungan hanya karena alasan ekonomi,” ujar Opi. Di sisi lain ia juga butuh membekali diri dengan ilmu, sehingga baru empat tahun lalu Opi melanjutkan sekolah kembali di sebuah sekolah luar biasa. Beberapa pihak mendorong pendidikan Opi lewat beasiswa karena prestasinya. Global Zakat-ACT juga turut mendorong semangat Opi lewat program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia. Bantuan biaya hidup diberikan dengan harapan dapat membantu perjuangan Opi dalam menebarkan pengetahuan tentang Islam
Semangat Mujahid
Rumah Tahfiz Ummi, Balikpapan Di tempat lain salah beberapa guru di Rumah Tahfiz Ummi di Kelurahan Manggar, Kecamatan Balikpapan, Kota Balikpapan juga mendapatkan bantuan program Sahabat Dai Indonesia. Ada empat orang pengajar yang senantiasa mengabdi untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama untuk para santri serta anak-anak di sekitar lingkungan rumah tahfiz. “Pendirian Rumah Tahfiz Ummi ini berawal dari kesadaran sepasang suami istri mualaf, akan kebutuhan tempat pembelajaran Islam yang khusus. Karena pembelajaran AlQur’an sangat minim di tempat tersebut,” ujar
Humanity Insight
8
Zahrotu A’yunin Basyir dari Tim Program Global Zakat-ACT Kalimantan Timur. Para penuntut ilmu di rumah tahfiz ini kebanyakan adalah masyarakat sekitar. Untuk pembelajaran, mereka tidak dipungut biaya apapun, yang berarti kegiatan di Lembaga itu berjalan dengan keikhlasan dan kepedulian para dai. Tetapi berkat perjuangan para pengajar dan pendiri, pondok itu sampai saat ini terus berkembang. “Pondok juga insyaallah sedang membangun asrama yang dikhususkan untuk ikhwan (lakilaki). Walaupun sekarang agak terhambat karena sedang berusaha memenuhi biaya pembangunan. Para dai berharap semoga biaya pembangunan segera terpenuhi agar tersedia asrama sebagai tempat mukim bagi para santriwan,” ujar Zahrotu. Karena itu, bantuan biaya hidup ini diharapkan dapat membantu para dai yang saat ini sedang terus menebar kebaikan. “Terima kasih para Sahabat Dermawan yang terus berjuang bersama para dai dalam menebar kebaikan. Dan semoga Allah menerangi kita dengan akhlak dan iman seperti para dai yang berdakwah dan berjuang di jalan Allah,” harap Zahrotu. []
Saling Bahu Membahu Kepedulian bantuan dari sahabat dermawan untuk pengungsi Rohingya di Lhokseumawe, Aceh, terus mengalir melalui ACT Lhokseumawe.
P
ada akhir 2021 lalu, TNI Angkatan Laut mengevakuasi perahu kayu yang membawa 120 orang etnis Rohingya di Pelabuhan Krueng Geuueh, Lhokseumawe, Jumat 31 Desember dini hari. Muhammad Alfian dari tim ACT Lhokseumawe menjelaskan, proses penyelamatan berlangsung dramatis. Orangorang Rohingya yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, dievakuasi di bawah guyuran hujan. Selepas diselamatkan para pengungsi Rohingya ditampung di balai milik pemerintah untuk menjalani karantina selama 10 hari. Tercatat dari 120 jiwa, 51 adalah anak-anak di bawah umur, 9 orang laki-laki dewasa dan sisanya perempuan
Humanity Insight
9
dewasa. Kehadiran perahu yang membawa orang-orang Rohingya pertama kali diketahui para nelayan Aceh yang tengah melaut. Alfian menjelaskan, orang-orang Rohingya dalam kondisi berdesakkan karena perahu terlalu sempit untuk menampung 120 orang. Anak-anak yang kelaparan dan sangat lemas. Bahkan, ada yang dilaporkan meninggal dunia saat terkatung-katung di laut. Kepedulian bantuan dari sahabat dermawan untuk pengungsi Rohingya di Lhokseumawe, Aceh, terus mengalir. Melalui ACT Lhokseumawe, bantuan paket gizi dan perlengkapan ibadah didistribusikan untuk 120 pengungsi yang saat ini bermukim di
balai penampungan di Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Aceh. Muhammad Alfian menjelaskan, paket gizi adalah makanan sehat yang berisi buah-buahan. "Bantuan ini diharapkan membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi para pengungsi," ujar Alfian. Bersamaan dengan aksi pembagian paket gizi, tim ACT juga memberikan perlengkapan ibadah untuk seluruh pengungsi. Perlengkapan tersebut berisi baju koko, peci, serta sarung untuk pria, dan mukena untuk wanita. "Para pengungsi sebelumnya tidak memiliki perlengkapan ibadah. Di perahu mereka yang sempit, mereka hanya membawa badan dan pakaian yang mereka kenakan saat itu," kata Alfian. Distribusi bantuan ini pun bukan yang pertama. Pada 6 Januari lalu, bantuan pangan sebagai bentuk respons cepat dilakukan tim ACT Lhokseumawe kepada pengungsi
Humanity Insight
10
Rohingya yang baru dievakuasi. Tak hanya memberikan bantuan, ACT bersama relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) berikhtiar menghadirkan yang terbaik untuk mereka. Seperti yang kini dilakukan secara rutin adalah layanan pendidikan dan hiburan sebagai bentuk pendampingan psikososial. Pengungsi anak Rohingya yang sekarang ditempatkan di gedung Balai Latihan Kerja Kota Lhokseumawe mendapatkan berbagai materi pendidikan, mulai dari pelajaran umum, keterampilan hingga hiburan. Seperti pada Rabu 19 Januari 2022, anak-anak Rohingya di Lhokseumawe diajak membuat origami serta belajar berkomunikasi. “Anak-anak sangat antusias, mereka bersemangat dalam belajar hal baru,” ungkap Noni, dari tim MRI-ACT yang juga mengatakan bahwa untuk berkomunikasi dengan anakanak Rohingya menggunakan bahasa Inggris, Rohingya atau menggunakan gerak tubuh.[]
Pemulihan Pasca Banjir Aceh
Pada awal Januari silam, banjir merendam tiga wilayah di Provinsi Aceh, yakni Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa.
P
ada awal Januari silam, banjir merendam tiga wilayah di Provinsi Aceh, yakni Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa. Hidayatullah dari tim ACT Lhokseumawe memaparkan bahwasannya ketinggian air di Aceh Utara bervariasi sekitar 30 cm sampai 80 cm dan merendam 12 kecamatan. Bahkan melumpuhkan jalur lintas nasional MedanAceh. “Laporan dari Dinsos Aceh Utara, sekitar 23.000 warga Aceh Utara terdampak. Sementara itu, di Kota Langsa 19.361 jiwa dan Aceh Timur 4.481 jiwa terdampak,” papar Hidayatullah. Sebagai bentuk pertolongan tanggap
Humanity Insight
11
bencana, sejak Selasa 4 Januari 2022 tim emergency response ACT telah membuka Posko Kemanusiaan banjir aceh di alunalun Lhoksukon, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara. Ini bertujuan agar koordinasi dalam penanganan maupun distribusi bantuan bencana banjir Aceh berjalan efektif. Tidak Berhenti Walau banjir telah surut, warga terdampak banjir masih belum bisa melakukan aktivitas seperti semula. Karenanya, mereka masih menantikan kedermawanan untuk kembali bangkit pascabencana.
Sebagai salah satu ikhtiar mendampingi ACT bersama Relawan Masyarakat Indonesia (MRI) mendistribusikan bantuan pangan ke warga terdampak pada Rabu, 12 Januari 2022. Bantuan pangan tersebut merupakan amanah para dermawan dari berbagai penjuru tanah air. Sambutan hangat pun datang dari warga. Razali, Kepala Dusun Tanah Mirah, Leubok Pusaka, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, mewakili warga, mengucapkan terima kasih. Razali pun menjelaskan, di wilayahnya, ada sekitar 121 keluarga yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan pekerja serabutan. Saat banjir yang datang tiba-tiba, banyak warga terjebak dan bertahan di rumah mereka masing-masing dengan kondisi seadanya. “Mewakili warga, saya mengucapkan terima kasih atas kepeduliannya,” ungkap
Humanity Insight
12
Razali yang senang karena kedatangan tim ACT dan MRI, apalagi waktu tempuh untuk sampai ke Tanah Mirah selama tiga jam dari Lhokseumawe. Tak hanya itu saja, pada Rabu, 26 Januari 2022 ACT menggelar layanan kesehatan gratis untuk masyarakat untuk warga terdampak banjir Desa Matang Raya Blang Saleh, Kecamatan Baktiya Barat, Kabupaten Aceh Utara. “Banjir yang terjadi di Kecamatan Baktiya awal tahun lalu sangat berdampak pada masyarakat. Akibat banjir, selain mengganggu aktivitas juga mengancam kesehatan warga. ACT bergerak cepat agar masyarakat yang terdampak banjir dapat melakukan pemeriksaan terhadap kondisi yang dialami,” kata Rizal Fahmi dari Tim ACT Lhokseumawe. Fahmi mengatakan sebagian warga mengalami gatal-gatal dan permasalahan penyakit kulit dampak banjir. Selain dari permasalahan banjir, aksi ini juga melayani permasalahan kesehatan umum yang dialami masyarakat. Aksi ini juga tidak terlepas dari kedermawanan dari Komunitas IPELMAR Meulaboh, yang ikut menggalang dan pada saat terkumpulkan mereka amanahkan kepada ACT Lhokseumawe. “Berangkat dari melihat kondisi kesehatan warga, ACT bersama berbagai komunitas IPELMAR Meulaboh tergerak mengadakan layanan kesehatan gratis,” jelas Fahmi. Selain itu, Tim ACT dan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan warga terlebih dahulu, yang ikut di bantu oleh Tim Medis ACT. Sambutan hangat pun datang dari warga Desa Matang Raya Blang Saleh. Seperti Ishaq, salah satu tokoh masyarakat setempat yang berterima kasih atas kehadiran ACT-MRI di wilayahnya. Ia begitu senang karena ada pelayanan kesehatan gratis yang diberikan bagi warga terdampak banjir. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini, Semoga kebaikan yang telah dilakukan untuk kami, dibalas oleh Allah,” ungkapnya.[]
Afrika Darurat Pangan
Pandemi yang berkepanjangan, membuat krisis kemanusiaan pun semakin parah menerjang Afrika. Pandemi menjadi salah satu faktor utama kenaikan harga pangan.
K
antor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) menyatakan bahwa lebih dari 20 juta orang di Tanduk Afrika–Ethiopia, Somalia dan Kenya sangat membutuhkan bantuan pangan pada 2022. Kondisi ini meningkat lebih dari 70 persen dibandingkan dengan krisis pangan pada 2016 dan 2017. Peningkatan kebutuhan bantuan pangan Humanity Insight
13
disebabkan kekeringan parah di Semenanjung Afrika Timur. Selama musim Oktober hingga Desember 2021, hujan gagal turun ketiga kalinya di sebagian besar Somalia, Ethiopia selatan dan tenggara, juga di Kenya utara dan timur. Sebagian besar wilayah Tanduk Afrika mengalami kekurangan air dengan kondisi vegetasi yang rendah sehingga sumber pangan dari sektor tanaman jauh berkurang.
Vegetasi yang rusak juga memberikan konsekuensi ke ternak. Para peternak kesulitan mendapat rumput untuk pangan ternaknya. UNOCHA pun menyebut kegagalan musim hujan yang keempat sangat berpotensi terjadi. Kekeringan diperkirakan akan semakin parah melanda wilayah tanduk Afrika. Konflik bersenjata juga diperkirakan akan meningkat di wilayah-wilayah tersebut. Hal ini Humanity Insight
14
memberi kekhawatiran besar kesenjangan konsumsi pangan rumah tangga. Menteri Urusan Kemanusiaan Negara Bagian Barat Daya Somalia Abdinasir Arush mengatakan, kekeringan paling parah terjadi di wilayah teluk dan Bakool di Somalia tengah.
Pandemi Memperparah Tak hanya cuaca yang ekstrem, pandemi juga memperburuk keadaan. Mana lagi varian Omicron menyebar cepat di Benua Hitam, Afrika. Kurang dari satu bulan, varian Omicron telah menjadi tipe yang dominan di negaranegara di Afrika, khususnya Afrika Selatan. Meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan varian Omicron kemungkinan tidak lebih berbahaya dibanding varian Delta, namun tingkat penularannya telah terbukti lebih tinggi. Hal ini pun telah menyebabkan kepanikan di berbagai negara di dunia. Sejauh ini, 30 negara Afrika–dan Humanity Insight
15
setidaknya 142 di seluruh dunia–telah mendeteksi varian Omicron. Ironisnya, meski Afrika mencatat kasus paling banyak, tingkat vaksinasi di benua tersebut terbilang sangat rendah. Dari keseluruhan populasi, baru 10 persen yang menerima vaksin dengan dua dosis. Faktor tersebut pula yang membuat penyebaran virus amat masif di Afrika. Per Ahad 23 Januari 2022, Afrika telah mencatat lebih dari tujuh juta kasus positif Covid-19 diikuti dengan lebih dari 161 ribu kasus kematian.
Pandemi yang berkepanjangan, membuat krisis kemanusiaan pun semakin parah menerjang Afrika. Pandemi menjadi salah satu faktor utama kenaikan harga pangan. Hal ini pun mendorong warga miskin Afrika sulit membeli makanan, dan kekwurangan daya beli mak anan kaya nutrisi. Banyak warga terpaksa menggunakan sampai dua pertiga pendapatannya hanya untuk membeli makanan. Merespons hal tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberikan bantuan pangan untuk 750 pengungsi internal Somalia kamp Alhidaaya di Garasbaley, Mogadishu.
Humanity Insight
16
Bantuan pangan tersebut berasal dari para dermawan yang dititipkan kepada ACT. Bantuan didistribusikan pada 23-26 Januari 2022. Said Mukaffiy dari tim Global Humanity Response ACT menjelaskan, pangan merupakan salah satu kebutuhan darurat para pengungsi. "Bahan pangan yang semestinya hadir dari sektor pertanian pun hilang. Jika tidak mendapat bantuan dari masyarakat internasional, para pengungsi makan apa saja untuk bisa bertahan hidup. Termasuk serangga dan rumput liar," ujar Said. Kemerosotan ekonomi di Somalia sangat berdampak kepada kehidupan para pengungsi. Harga pangan dan bahan pokok lainnya melonjak tajam. "Ikhtiar untuk meredam kerawanan pangan di Somalia selalu ACT lakukan. Tahun lalu, ribuan paket pangan telah terdistribusi ke berbagai kamp di Somalia. Bukan hanya sektor pangan, ACT juga hadir untuk menuntaskan krisis air di Somalia. Sudah dibangun beberapa Sumur Wakaf yang mengalir ribuan liter air untuk warga Somalia tiap harinya," jelas Said.[]
Bantu Pengungsi Suriah Dari Badai Salju Pertengahan Januari lalu badai salju melanda sejumlah wilayah di barat Suriah. Setidaknya 22 daerah di Provinsi Aleppo, terutama distrik Afrin dan Azaz, dan sembilan daerah di Provinsi Idlib, terutama distrik Harim, terdampak.
Humanity Insight
17
P
ada Selasa, 18 Januari 2022, badai salju melanda sejumlah wilayah di barat Suriah. Setidaknya 22 daerah di Provinsi Aleppo, terutama distrik Afrin dan Azaz, dan sembilan daerah di Provinsi Idlib, terutama distrik Harim, terdampak. Badai memporak-porandakan lokasi pengungsian, tenda, dan barang-barang milik warga. Data hingga per 19 Januari, sekitar 362 pengungsi dilaporkan rusak dan 2.124 orang terdampak. Kamp pengungsian Abraz di Ma'btali, Afrin, dilaporkan menjadi wilayah yang terkena dampak paling parah. Para
Humanity Insight
18
keluarga pengungsi terpaksa dievakuasi ke tempat penampungan darurat yang lebih amam, seperti bangunan sekolah dan balai desa. Adapun seorang anak pengungsi dilaporkan meninggal di daerah Qastal Miqdad karena tertimpa atap tenda yang runtuh. Sementara orang tuanya, saat ini tengah dalam perawatan intensif di fasilitas kesehatan terdekat. Badai salju pun membuat suhu menjadi sangat rendah. Sejumlah anak di Afrin mengalami hipotermia dan harus mendapatkan perawatan segera.
Imbas badai ini, banyak jalan-jalan utama menuju area kamp, khususnya di Afrin, tertutup salju tebal dan sulit dilalui. Hal ini pun menghambat otoritas Suriah dalam proses evakuasi pengungsi ke tempat yang lebih aman. Sementara itu, berdasarkan prakiraan cuaca, hujan salju diperkirakan akan terus berlanjut di beberapa wilayah di Suriah. Selain badai salju, bencana lainnya yang mengancam pengungsi Suriah adalah banjir dari salju yang mencair. Tak tinggal diam Aksi Cepat Tanggap (ACT), bergegas mengirimkan bantuan 3,5 ton batu bara untuk pengungsi di Idlib. Batu bara ini merupakan bahan bakar untuk mesin penghangat ruangan. Bantuan ini pun membantu pengungsi bertahan ketika salju turun mencapai minus 2 derajat Celcius. Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Response ACT menjelaskan, tenda pengungsi yang hanya terbuat dari papan dan terpal tidak mampu
Humanity Insight
19
menahan hawa dingin yang menusuk dari suhu tersebut. “Sedikitnya 870 pengungsi menjadi penerima manfaat dalam aksi ini. Ini merupakan ikhtiar untuk membantu mereka agar tetap hangat saat dikepung salju," ujar Firdaus. Lebih lanjut, Firdaus menuturkan, pengungsi Suriah juga dihadapkan dengan keterbatasan kayu bakar sebagai penghangat ruangan. Imbasnya, mereka terpaksa menggunakan plastik dan sampah lainnya yang mudah terbakar. “Itu semua mereka lakukan hanya untuk menghangatkan diri. Padahal, ada dampak besar terhadap kesehatan jika mereka terlalu sering menghirup asap dari plastik yang terbakar. Asap bisa jadi mengandung karbon monoksida, dioksin dan furan, serta partikel berbahaya lainnya. Partisi tersebut dalam jangka pendek bisa menyebabkan pusing dan sakit kepala. Sementara dalam jangka panjang, bisa memicu kanker," jelas Firdaus. []
Gencarkan Aksi OGAI
S
tunting masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius untuk anak-anak di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya asupan gizi juga dikarenakan faktor ekonomi masyarakat. Berawal dari hal tersebut menjadikan para relawan peduli terhadap asupan gizi anak-anak di pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Kabupaten Aceh Barat Daya (ABDYA) melakukan penggalangan donasi untuk memenuhi pangan siswa. Setelah sekitar sepekan penggalangan berjalan, para relawan menyalurkan donasi berbentuk paket pangan ini di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Tangan-Tangan pada Senin 28 Januari 2022. Para siswa antusias ketika menyambut kedatangan Tim MRI ABDYA. Puluhan siswa berbaris di depan kelas untuk menerima paket makanan yang dihadirkan program Operasi Gizi Anak Indonesia (OGAI) di madrasah yang terletak di Desa Kuta BakDrien, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya, ini. "Para siswa sangat senang ketika menerima, dan terdengar beberapa dari mereka belum pernah merasakan makanan ini. Kami turut senang melihat mereka lahap menyantap pakat OGAI titipan Sahabat Dermawan," tutur Kepala Bidang Program MRI ABDYA Irfandi. Setelah sarapan selesai, para siswa dibekali dengan materi tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dipandu para relawan. Di akhir sesi, para siswa kemudian menempelkan kertas yang berbentuk kupu kupu di sebuah spanduk yang bertuliskan "Aku Anak Sehat".
20 Humanity InsightInsight Humanity
19
“Kegiatan ini berlangsung tidak akan berjalan kalau tidak ada dukungan dari Sahabat dermawan yang menitipkan sedekah. Juga para relawan tangguh MRI ABDYA yang selalu semangat menjadi pipa kebaikan," sambung Irfandi. Irfandi berharap dengan adanya kegiatan seperti ini, terus berlanjut di ABDYA juga bisa dilaksanakan di daerah daerah lain. "Semoga Allah balas berlipat ganda untuk dermawan dan relawan yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung, dan semoga setiap butir nasi yang dinikmati para siswa di MIS Tangan Tangan menjadi manfaat bagi tubuh, dan menjadi penambah semangat bagi mereka di dalam menuntut ilmu, Aamiin," harap nya. []
Kabar Pekan Ini
M
emasuki Pekan 3 dan 4 Januari, Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus menerus mengikhtiarkan kesejahteraan masyarakat dari berbagai lapisan. Salah satunya dengan mengapresiasi perjuangan para tenaga pengajar di Madrasah Diniyah Darusaadah dan Rumah Tahfiz Al Ikhwan lewat program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia, Global Zakat-ACT. Ustaz Ardia adalah Kepala Madrasah Diniyah Darusaadah, Kabupaten Banjar, yang mendapatkan bantuan biaya hidup program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia. Selama mengajar mengaji ia lillah, hanya karena mengharap rida Allah untuk mendidik anak-anak dalam belajar Al-Qur’an. Hal tersebut ia lakoni dengan sungguh-sungguh meskipun tanpa gaji sepeserpun. Setiap kali mengaji santri dikenakan iuran seribu rupiah per pertemuan. Jumlah santri yang mengaji tak lebih dari 15 orang sementara ada total tiga pengajar per hari. Terkadang 1 guru bisa dapat Rp7-8 ribu. Kesulitannya, beberapa guru berasal dari desa yang berbeda sehingga memerlukan biaya transportasi yang kadang lebih dari upah menjadi tenaga pengajar di madrasah. Cerita serupa pun ada di desa sebelah yaitu desa terapu, tepatnya di Rumah Tahfiz Al Ikhwan. Ustaz Zainuddin dan istri bersama 1 warga, mengajar kurang lebih 80 anak di rumah tahfiz berukuran 3 x 4 meter ini. Kendala terbesar saat ini adalah bangunan rumah tahfiz yang sering terendam banjir, bahkan merendam hingga setengah bangunan. Bangunan yang mereka gunakan memang dapat dikatakan belum memadai. Tetapi Ustaz Zainuddin pun, tidak memungut bayaran dari para santri. “Hanya suka rela, kadang dibayar menggunakan gabah dari para orang tua santri yg anaknya belajar di Rumah Tahfiz Al Ikhwan,” kata Ustaz Zainuddin.
Diharapkan semangat para pengajar tetap terjaga dengan adanya apresiasi ini. Selain Apresiasi para Dai Indonesia, kepedulian ACT juga terus mengalir untuk pengungsi Rohingya di Lhokseumawe, Aceh. Melalui ACT Lhokseumawe, bantuan paket gizi dan perlengkapan ibadah didistribusikan untuk 120 pengungsi yang saat ini bermukim di balai penampungan di Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Aceh. Bersamaan dengan aksi pembagian paket gizi, tim ACT juga memberikan perlengkapan ibadah untuk seluruh pengungsi. Perlengkapan tersebut berisi baju koko, peci, serta sarung untuk pria, dan mukena untuk wanita. ACT tak hanya mencukupi kebutuhan pengungsi. ACT bersama relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) menghadirkan layanan pendidikan dan Humanity Insight
23
hiburan sebagai bentuk pendampingan psikososial. Di belahan dunia lain ACT terus memberikan manfaat. Pandemi yang berkepanjangan, membuat krisis kemanusiaan pun semakin parah menerjang Afrika. Pandemi menjadi salah satu faktor utama kenaikan harga pangan. Hal ini pun mendorong warga miskin Afrika sulit membeli makanan, dan kekurangan daya beli makanan kaya nutrisi. Banyak warga terpaksa menggunakan sampai dua pertiga pendapatannya hanya untuk membeli makanan. Merespons hal tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberikan bantuan pangan untuk 750 pengungsi internal Somalia Kamp Alhidaaya di Garasbaley, Mogadishu. Bantuan pangan tersebut berasal dari para dermawan yang dititipkan kepada ACT. Bantuan didistribusikan pada 23-26 Januari 2022. []
Humanity Insight
16
HUMANITY INSIGHT Kantor Redaksi Menara 165 office Tower lt.11 Jl. TB Simatupang Kav. 1 Cilandak Timur Jakarta Selatan, 12560 Indonesia