
5 minute read
Bimbingan Masyarakat Sadar Wisata
KEPALA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur DR H Jarianto MSi menegaskan, Jawa Timur mencapai predikat terbaik di tingkat nasional, yakni dalam hal kunjungan wisatawan nusantara terbanyak. Indikator keberhasilan dari pembangunan pariwisata antara lain banyaknya wisatawan yang berkunjung dan kontribusi terhadap Produk Domistik Regional Bruto (PDRB), serta penyerapan tenaga kerja langsung maupun tidak langsung.
Pergerakan wisatawan nusantara (Wisnus) di Jawa Timur tahun 2016 sebanyak 54,56 juta kunjungan, meningkat 6,02% dari tahun 2015 sejumlah 51,46 juta kunjungan. Uang yang dibelanjakan Wisnus tahun 2016 sekitar Rp 22,68 triliun dan tahun 2015 sekitar Rp 20,24 triliun.
Advertisement
Wisatawan mancanegara (Wisman) tahun 2016 sebanyak 618.536 kunjungan meningkat 1% dari tahun 2015 sebanyak 612.412 kunjungan. Devisa yang diperoleh dari pengeluaran Wisman tahun 2016 sekitar 513,84 juta US$, tahun 2015 devisa sekitar 489,07 juta US$ atau naik 5,1%.
Perolehan PDRB dari pariwisata tahun 2016 sebesar Rp 106,27 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 5,73% dari total PDRB Jawa Timur sebesar Rp 1.855,04 triliun.
Penegasan Jarianto tersebut disampaikan Kepala Bidang Destinasi
Pariwisata PrJov Jatim Widarto, SS MM, saat membuka kegiatan bimbingan masyarakat sadar wisata di Desa
Wonosari Nongkojajar, Kecamatan
Tutur Pasuruan, Rabu pekan lalu. Jarianto menambahkan, meski mendapat predikat terbaik namun kinerja pariwisata di Jawa Timur masih perlu ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan target Gubernur Jatim dan Kementerian Pariwisata, bahwa Jawa Timur pada tahun 2019 ditargetkan mendatangkan satu juta wisatawan manca negara. Pada tahun 2016 ini wisatawan manca negara yang datang ke Jawa Timur mencapai 612.424 orang. “Kita masih kecil dibanding beberapa daerah lain seperti Jakarta, Jogya dan Bali. Oleh karena itu kita harus saling bahu membahu bekerjasama meningkatkan kunjungan wisatawan ke Jawa Timur,” paparnya.
Menurutnya, kegiatan bimbingan masyarakat sadar wisata ini merupakan wujud kepedulian pemerintah untuk memfasilitasi, dan menciptakan lingkungan yang kondusif dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan.
“Masyarakat dalam situasi saat ini dituntut profesional dalam pengembangan pariwisata, sehingga tercipta lapangan kerja yang menguntungkan. Dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan tercipatnya lapangan kerja, ada tiga unsur yang sangat menentukan dan perlu sinergi, yakni; Pemerintah yang memberikan regulasi, Pelaku usaha atau pihak swasta dan Masyarakat yang memiliki budaya dan kearifan lokal,” ungkapnya.
Lebih jauh, Jarianto menyampaikan, sesuai dengan undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, bahwa bimbingan masyarakat sadar wisata yang diselenggarakan ini, adalah merupakan perwujudan sapta pesona, serta menuju pembangunan desa wisata hijau dengan konsep pelestarian alam, ekonomi dan sosial budaya masyarakat dengan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
“Peran kelompok sadar wisata (Pokdarwis) bersama pemerintah, dan swasta memiliki peran dan posisi yang strategis dalam pengembangan kepariwisataan daerah, sehingga kiranya tepat jika diberikan pembekalan dan pembinaan,” ujarnya.
Dikatakan pula, bahwa di era peradaban modern ini, masyarakat dituntut professional dalam bekerja, memberikan pelayanan sekaligus sebagai subyek atau pelaku pembangunan kepariwisataan. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari peran pemangku kepentingan dalam pengembangan destinasi wisata.
“Ketiga pemangku kepentingan itu adalah pemerintah dalam hal pembuat regulasi, pengusaha industri pariwisata/swasta dalam hal ini sebagai pelaksana di lapangan, dan tentunya masyarakat yang memiliki budaya atraksi dan kearifan lokal,” katanya.
Kelompok masyarakat yang sadar wisata merupakan salah satu komponen dalam masyarakat, yang memiliki peran dan kontribusi penting dalam pengembangan kepariwisataan di daerah. Kelompok masyarakat ini harus tetap didukung dan diberikan pembinaan, sehingga dapat berperan lebih efektif dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan.
Guna mendukung hal tersebut, pentingnya pembinaan dan peningkatan sadar wisata sebagai upaya memberdayakan masyarakat sektor pariwisata dalam mengembangkan potensi dan sumber daya pariwisata yang dimiliki Pokdarwis, serta saling memahami dan belajar memecahkan persoalan dalam menumbuh kembangkan sadar wisata dan sapta pesona. Selain itu, mengadakan hubungan kerja dengan Pokdarwis lainnya, serta menjalin pola kemitraan antar pemangku kepentingan secara lebih baik (good tourism govermance). Selain hal tersebut diharapakan pula kesadaran keterlibatan perusahaan industri pariwisata tentang tanggung jawab social (CSR) terhadap lingkungan sekitarnya berupa pembinaan dan dukungan pemberdayaan komunitas pariwisata desa.
Kelompok masyarakat sadar wisata memiliki peran dan kontribusi penting dalam pembangunan kepariwisataan di daerah. Untuk itu kelompok masyarakat ini harus tetap didukung dan diberikan pembinaan sehingga dapat berperan lebih efektif dalam menggerakkan partisipasi masyarakat, untuk mewujudkan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di daerah.
“Pemberdayaan masyarakat dalam konteks pembangunan kepariwisataan adalah upaya penguatan dan peningkatan kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan, untuk dapat berpartisipasi dan berperan aktif sebagai subjek atau pelaku maupun sebagai penerima manfaat dalam pengembangan kepariwisataan secara berkelanjutan,” katanya.
Sebagai subjek atau pelaku, masyarakat harus terlibat secara aktif dalam proses perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, bersama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya, baik dari pemerintah maupun swasta. Sedangkan sebagai penerima manfaat, masyarakat diharapkan dapat memperoleh nilai manfaat ekonomi yang berarti dari pengembangan kegiatan kepariwisataan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat yang bersangkutan.
Kondisi iklim kepariwisataan yang sudah bagus ini marilah kita tingkatkan terus. Kami menyadari bahwa pembangunan kepariwisataan tidak akan berjalan dan berhasil dengan baik tanpa adanya kerjasama sinergis antara pemerintah, swasta dan masyarakat agar memiliki kesatuan pandang dan dapat memahami paradigm pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
“Untuk itu kami sangat berharap agar hendaknya dalam bimbingan masyarakat ini dapat meningkatkan kapasitas dan peran aktif Pokdarwis dalam pembangunan kepariwisataan di daerahnya, khususnya dalam mewujudkan sadar wisata dan sapta pesona,“ pungkas Jarianto. l adv/sujito
KETUA Forum Pokdarwis Jawa Timur, Eko Wihadi SS MPd, salah satu narasumber kegiatan bimbingan masyarakat sadar wisata di Desa Wonosari Nongkojajar, Kecamatan Tutur Pasuruan, Rabu pekan lalu, menyampaikan bahwa munculnya sarana dan prasarana pariwisata di tengah masyarakat desa, baik secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada masyarakat sekitar. Dampak itu sendiri bisa meliputi perubahan dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya.
Menurut Eko, penetapan kelompok pemberdayaan masyarakat melalui mitra pariwisata, sebagai suatu perkumpulan yang didasari oleh kesamaan mereka, dalam hal mata pencaharian dan perekonomian sebagai masyarakat industri pariwisata. Dibentuknya suatu kelembagaan ekonomi baru yang bernama Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) itu, juga tidak terlepas antusias dan peran masyarakat setempat untuk menyepakati adanya lembaga baru ditengahtengah mereka.
“Tujuan dari dibentuknya Pokdarwis ini diharapkan dapat menjadi sebagai wadah pemberdayaan potensi ekonomi masyarakat sekitar, dalam mengatur segala bentuk kegiatan perekonomian mereka di industri pariwisata,” ujar Eko.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Destinasi Disbudpar Jatim, Sai’in, dalam laporannya menyampaikan bahwa maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Pokdarwis terhadap posisi, peran dan kedudukannya dalam konteks pembangunan kepariwisataan di daerahnya.
Disamping itu juga untuk meningkatkan kapasitas dan peran aktif pokdarwis dalam pembangunan kepariwisataan di daerahnya, khususnya dalam mewujudkan sadar wisata dan sapta pesona. Kegiatan bimbingan masyarakat sadar wisata kali ini diikuti oleh 80 peserta dari berbagai unsur stakeholders pariwisata, yang terdiri dari : Aparat perangkat daerah Kabupaten Pasuruan yang membidangi kepariwisataan sebanyak 7 orang, aparat Kecamatan Tutur sebanyak 5 orang, kepala desa dan aparat desa di kecamatan tutur sebanyak 14 orang, meliputi desa Wonosari, desa Ngembal, desa Tlogosari, desa Andonosari, desa Blarang, desa Tutur dan desa Kayu Kebek (Kades dan 1 orang aparat desa) Pokdarwis/desa wisata di kecamatan tutur sebanyak 35 orang, meliputi desa Wonosari, desa Ngembal, desa Tlogosari, desa Andonosari, desa Blarang, desa Tutur dan desa Kayu Kebek, serta masyarakat sekitar destinasi pariwisata sebanyak 19 orang. Sedangkan narasumber pada kegiatan pembinaan dan peningkatan sadar wisata berasal dari Kadisparbud Kabupaten Pasuruan, dengan materi pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di daerah, Ketua Forum Pokdarwis Jawa Timur dengan materi peran Pokdarwis dalam mewujudkan sadar wisata dan sapta pesona destinasi pariwisata, Ketua Asidewi Jatim dengan materi strategi pengembangan desa wisata. l adv/sujito
Nurhayati Bisa
Jadi Kuda Hitam dia layak atau tidak maju di Pilgub Jatim,” ujar anggota Majelis

Tinggi DPP Partai Demokrat Soekarwo saat dikonfirmasi di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (3/4) kemarin.
Menurut Pakde Karwo sapaan akrab Soekarwo kalau hasil survei yang dilakukan internal nanti baik dan berpeluang menang tentu akan dipertimbangkan. Sebaliknya