3 minute read

Teladani Gaya Dakwah Ulama Nusantara

MUI Usulkan Gelar Dialog Nasional

MeNteRi Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka Mudzakarah Ulama Tarikat se-Asia Tenggara di Pesantren Thasawuf Rabbani, Solok, Sumatera Barat, Minggu (2/4) lalu. Menag berharap, para ulama tarikat semakin mewarnai dunia dakwah, dengan keteladanan ulama nusantara masa silam yang berdakwah dengan penuh kearifan. Menurut Lukman, dakwah secara arif saat ini sangat penting, di tengah realitas bangsa yang plural, di tengah gemuruh dakwah yang cenderung membenarkan satu konsep dengan menegasikan konsep lain. “Monopoli kebenaran dalam dunia dakwah akan menimbulkan gesekan yang kontra produktif, bahkan destruktif, baik bagi agama maupun bangsa,” kata dia.

Advertisement

Perkembangan dunia digital yang demikian massif telah berdampak positif dalam memotong mata rantai komunikasi dalam kehidupan sosial. Namun, jika tidak disikapi secara arif, teknologi informasi juga menyimpan potensi bahaya cukup besar.

Menurut Lukman, dorongan paradigma dan gaya hidup serba instan, hedonistik, dan materialistik adalah sebagian kecil ekses negatif dunia digital. Mengutip ungkapan pepatah, dia menggambarkan, manusia hari ini tak mau lagi berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian; bersakit-sakit dulu,

Hikmah

Saat menyiapkan materi pengajian tafsir QS Maryam ayat 78-87 untuk majelis khataman Al-Qur’an di Melbourne, saya menemukan doa dari sahabat Nabi yang terkenal alim dan cerdas, yaitu Abdullah bin Mas’ud. Ketika menjelaskan ayat 87: “Mereka tidak berhak mendapat syafa’at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah”, Tafsir Ibn Katsir mengutip riwayat di bawah ini:

Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman bin Khalid Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti, dari Al-Mas’udi, dari Aun bin Abdullah, bersenang-senang kemudian. “Maunya langsung bahagia tanpa nestapa, langsung mau jadi cendekia tanpa membaca, langsung kaya tanpa usaha, bahkan langsung ingin masuk surga tanpa amal nyata,” kata Lukman.

Di tempat terpisah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo mengenai perlunya dialog nasional sesudah Pilkada mendatang. Dialog ini bertujuan untuk mengurangi kesalahpahaman dan melakukan pendekatan bangsa. “Jadi sehabis Pilkada, mungkin kita harapkan ada dialog nasional, hingga kesalahpahaman, ketidakserasian akan hilang semuanya itu,” ujar Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin di Kantor Wakil Presiden, Senin (3/4).

Kiai Ma’ruf mengaimbau, agar umat tidak perlu melakukan aksiaksi lagi karena dinilai sudah cukup. Menurutnya, aksi-aksi tersebut banyak mengeluarkan tenaga, serta biaya yang semestinya bisa dialihkan kepada kegiatan lainnya. “Dan juga ya itu, terjadi benturan-benturan yang harusnya tidak perlu terjadi,” katanya.

Kiai Ma’ruf berharap, dialog nasional tersebut bisa merekatkan kembali umat lintas agama. “Usulan dialog nasional ini sifatnya untuk mencari solusi supaya tidak terjadi lagi kesenjangan dan kesalahpahaman,. Selain itu, dialog nasional juga bertujuan untuk antisipasif agar tidak terjadi lagi aksi-aksi, seperti 212 maupun 313,” tuturnya.

Menurut Kiai Ma’ruf, dialog aasional juga bertujuan untuk rekonsiliasi agar menyatukan kembali rakyat Indonesia secara utuh. Kiai Ma’ruf juga menginginkan, agar umat

Doa Ibn Mas’ud yang Menggetarkan

dari Abi Fakhitah, dari Al-Aswad bin Yazid yang mengatakan bahwa Abdullah bin Mas’ud membaca ayat ini: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) . Kemudian Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa mereka yang telah mengambil janji di sisi Tuhannya, maka kelak di hari kiamat Allah Swt. akan memanggil mereka, “Barangsiapa yang telah mengambil janji di sisi Allah, hendaklah ia berdiri.” Mereka (para tabi’in) berkata, “Wahai Aba Abdir Rahman (julukan panggilan Ibnu Mas’ud), kalau begitu ajarkanlah doanya kepada kami.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Kalau demikian, ucapkanlah oleh kalian doa berikut: “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui semua yang gaib dan yang lahir, sesungguhnya saya berjanji kepada Engkau dalam kehidupan dunia ini, bahwa jikalau Engkau membiarkan diriku kepada amal perbuatan yang mendekatkan diriku kepada keburukan dan menjauhkan diriku dari kebaikan, sedangkan aku tidak percaya kepada siapa pun kecuali hanya kepada rahmatMu, maka jadikanlah bagiku di sisi Engkau suatu perjanjian yang Engkau akan tunaikan kepadaku kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji’.”

Dikisahkan sahabat Nabi Ibnu Mas’ud selalu mengiringi doanya ini yang diucapkan dengan penuh rasa takut, memohon perlindungan dan memohon ampunan dengan penuh harap dan cemas kepada Allah SWT.

Ibn Syaibah dalam al-Mushannaf mengatakan sanad riwayat di atas shahih.

Apa maksud Ibn Mas’ud dalam doanya di atas?

Mereka yang terikat perjanjian dengan Allah akan diberi syafaat kelak di hari akhir. Para ulama tafsir mengatakan perjanjian yang dimaksud ini adalah ungkapan syahadat. Para ulama sufi menafsirkan perjanjian dalam kalimat syahadat itu adalah perjanjian umum, di luar itu juga ada perjanjian semacam ikatan khusus antara hamba dengan Allah SWT --disesuaikan dengan tugas islam tidak lagi menggelar aksi-aksi serupa. “Sudah cukup ya, kita sudah suarakan, sekarang kita bagaimana melakukan pendekatan dalam rangka menyatukam bangsa,” ucap dia.

Kiai Ma’ruf mengatakan, usulan Dialog Nasional ini sudah dibicarakan dengan Preaiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kiai Ma’ruf menjelaskan, momen usai Pilkada dipilih agar tidak bermuatan politis. “Ya supaya tidak terjadi halhal urusan pilkada masuk di situ. Jangan ada urusan pilkada masuk disitu,” ujarnya. l kmg, rul dan amanah yang diterima masingmasing hambaNya. Dalam konteks ini Ibnu Mas’ud berbaik hati mengajarkan kita perjanjian antara dia dengan Allah SWT: jikalau ternyata hidupnya lebih banyak bergelimang keburukan dan jauh dari kebaikan, Ibn Mas’ud berjanji untuk tetap kukuh percaya kepada kasih sayang Allah. Inilah ikatan kontrak seorang Ibn Mas’ud. Dia berjanji akan memegang teguh hal ini dan memohon agar kelak dimasukkan ke dalam golongan mereka yang berdiri di saat Allah memanggil mereka yang memiliki perjanjian dengan Allah. Ibn Mas’ud juga tersirat dalam doanya memohon syafaat sesuai perjanjian ini. l nur

This article is from: