Cermat 38

Page 1

Harga eceren Rp 8.000/eks Pemasangan iklan dan info berlangganan: 081 338 478 480 Info Liputan: 081 337 804 904 e-mail: emandjomba@gmail.com

MENGUBAH DARI DALAM

TERBIT DWIMINGGUAN DI FLO FLORES ORES - N NTT TT

Edisi 38 ď Ž 4 - 17 Maret 2016

Catatan

oni Jaringan Baca Juga: Ir Menambal PDAM ‘Bagai da yang Lama’ Kain Baru Pa – HAL 2 –

EMANUEL DJOMBA Pemimpin Redaksi

DAHAGA MUSIM HUJAN

Bajawa, Riwayatmu Kini

“Mari kita satukan tekad samakan persebsi dan seia sekata membangun Ngada yang lebih sejahtera. Ada yang kurang, mari kita diskusi. Pintu kantor Bupati selalu terbuka untuk setiap orang. Siapa pun dia, kami tetap terima, dan siap diskusi demi kebaikan Ngada,� pintanya. Didampingi Wakil Bupati Paulus Soliwoa, Marianus Sae mengatakan, “semua sudah diatur, kami siap menjalankannya. Kekurangan dan kelebihn kita satu sama lain justru menjadi pemicu agar kita bisa saling mengisi. Apa

PELEPAS dahaga adalah air. Bukan itu saja. Air lebih dari sekedar pelepas dahaga. Air sumber kehidupan. Ketika musim hujan tiba, bisa berarti anugerah, sebab berkelimpahan air. Tetapi bagaimana jadinya jika ‘dahaga’ terjadi musim ini? Itu artinya problem besar sedang melanda kehidupan. Kota Bajawa identik dengan Ngada. Kota ini juga digambarkan sebagai wajahnya Ngada. Dan, di kota ini warganya justru mengalami krisis air. Tahun 2015/2016 alami krisis terburuk dalam sejarah kota yang dikenal sejuk dan berlimpah air di era 1970-an. Tetapi dekade demi dekade, ketika kota ini seperti menjadi magnit bagi penduduk dan mendiami kawasan ini, air bersih dari sumber-sumber pada masa lalu pun berangsur surut. Sampai hari ini, Muku Foka, salah satu sumber air utama ke kota ini pun surut dari 80 liter/detik pada zaman itu, berangsur surut hingga 50 liter/detik, bahkan 30 liter/detik saat ini. Sejumlah sumber mata air lain yang tidak terlampu besar pun berangsur surut. Sumber-sumber ini menjadi penyangga. Tetapi tak cukup kuat menyangga. Di saat air terus surut dari waktu ke waktu, penduduk justru bertambah dari waktu ke waktu. Layanan air kepada warga pun kembang kempis. Dari berbagai sudut kota terdengar seruan‌.air! Mereka tidak mau tahu, karena memang mereka tahu telah membayar. Keluar atau tidak, seruan jalan terus. Makanya ada atau tidak airnya warga pun teriak terus, tak ambil pusing. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) pun dibuat pusing. Bingung membagi air yang sedikit itu kepada ribuan wajib minum di kota dan sekitarnya. Di sini belum terlayani, di sana sudah teriak. Di timur belum di urus, di barat sudah teriak-teriak. Bagi air yang sedikit itu mungkin masih bisa disiati. Namun persoalan lain muncul. Air pun tidak mencapai dapur warga karena jaringan perpipaan pun parah. Jaringan dari zaman ‘doeloe’ 80 tahun yang lalu yang disebut sejak zaman kolonial itu juga menjadi biangnya. Kebocoran tak terhindarkan, yang kemudian anggaran terbatas hanya bisa disiasati dengan karet ban alias binen – meminjam istilah Direktur PDAM Paskalis Losa. Hingga hari ini jaringan yang su-

BERSAMBUNG HALAMAN 11

BERSAMBUNG HALAMAN 4

Air Meluap Sampai Kering Krisis air bersih sedang melanda kota Bajawa. Tahun 2015 alami krisis terparah sepanjang sejarah. Ironis, krisis air justru terjadi pada puncak musim hujan, tidak hanya terjadi di puncak musim kemarau. BAJAWA – Krisis ini seakan ‘menyambut’ pemimpin baru Ngada yang selama ini membawa ‘janji’ – Wae gibho-gabho. Masyarak Ngada sedang itu menunggu janji itu. Bajawa! ProďŹ l kota dingin. Kota hujan dan berlimpah air di zamannya. Dulu air meluap sampai jauh, namun kini ‘sampai kering.’ Tahun 2015/2016 alami krisis air terburuk sepanjang sejarah kota ini. “Warga kota pun dahaga di musim hujan,â€? sebuah ironi tanpa solusi. “Air meluap sampai jauh, akhirnya ke laut,â€? itu sebaris syair lagu ‘Bengawan Solo’ yang melegenda. Tetapi lain bengawan Solo, lain ‘Wae Woki’, sungai yang membelah kota Bajawa. Sungai yang mengalirkan kehidupan dari mata

air utama Muku Foka dan sumber lainnya itu pun surut airnya. Sumber mata air Muku Foka pun mulai mengering, justru ke ka puncak musim hujan. Bengawan Solo masih mengalirkan ‘tak seberapa air’ di musim kemarau, namun Wae Woki nyaris tak mengalirkan apa-apa di musim yang sama, ketika sumber yang menjadi pemasok utama air bagi warga kota terus surut hingga titik terendah. “Jangan-jangan nan ada lagu ciptaan orang Bajawa tentang kondisi ini dan akhirya melegenda juga. Misalnya saja judulnya begini: “Bajawa Riwayatmu kini, Air Meluap Sampai Kering.� Dulu, mata air Muku Foka masih menyuplai air dari sumbernya 80 liter/ detik. Sepuluh tahun terakhir surut

menjadi sekitar 50 liter/de k. Debit itu masih stabil hingga musim hujan. Namun kini, kata Direktur PDAM Paskalis Losa ketika diwawancara CERMAT akhir Februari lalu, mata air ini hanya menyisakan 30 liter/detik. Bahkan pada musim hujan air di sumber yang menghidupi warga kota itu enggan untuk membuncah lagi debitnya. Adakah yang salah dengan sumber ini. Wae Woki seper menjadi parameter ketersediaan air bagi warga kota. Jika Bengawan Solo masih meluap pada musim hujan, Wae Woki tak menjanjikan kelimpahan air, bahkan dak sampai meluapkan banjir seperi Bengawan Solo pada musim hujan. Padahal pada zamannya Wae Woki konon selalu menyuguhkan sensasi bagi warga kota khususnya anak-anak untuk mandi dan berbagai ak vitas lainnya. Tetapi kini air terus menyurut, malah sampah warga kota menumpuk di aliran sungai itu. Memang, air minum bagi khalayak menjadi problem paling krusial hari-hari ini. Suka tidak suka, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

seperti sudah identik dengan air. Sekalipun wajah mereka kadang tampak kering karena terus dikritik dan dituding. Kala air dak mengalir ke rumah-rumah, suara warga pun sontak berteriak lantang. Merasa terus membayar, warga pun seper tak peduli dengan kendala yang dihadapi petugas PDAM, meski mereka nyaris tak sempat menarik nafas karena terus dicecar dengan omelan dan bahkan hujatan. Warga memang menuntut hak, dan petugas pun terus bekerja juga untuk mendapatkan hak. Semuanya hanya demi pelayanan agar warga lebih nyaman dan sejahtera dan petugas pun bisa menghidupi istri anak di rumah. Ada dua masalah krusial yang diBERSAMBUNG HALAMAN 11

Marianus Sae – Paulus Soliwoa

Buka Ruang Diskusi, Merakit Perbedaan secara resmi membuka ruang diskusi untuk menjembatani perbedaan guna merakit kembali perbedaan untuk persatuan membangun Ngada yang lebih baik lima tahun ke depan. Dengan demikian, pintu kompetisi dan rivaliMarianus Sae dan Paulus Soliwoa dielu-elukan massa tas sudah dikatup pendukungnya ketika tiba dibandara soa pasca dilantik menjadi Bupati/Wakil Bupati Ngada 2016 – 2021. Debut awal merakit rapat-rapat sejak kembali perbedaan. kedua pemimpin BAJAWA - Memulai tugas Ngada ini memebaru sebagai bupati/wakil bupati, nangi Pilkada dan dilantik pada 17 Marianus Sae dan Paulus Soliwoa Februari lalu.

Acara temu pisah Bupati/Wakil Bupati terlantik dengan Mantan Penjabat Bupati Ngada Yohanes Tay Ruba, awal pekan keempat Februari lalu seakan menjadi momentum penuh haru untuk menetralisir kembali ketegangan yang masih tersisa. Momen penuh haru syarat rekonsiliasi penuh kasih, dimana satu sama lain saling menggamit penuh kasih mengokohkan kembali tekad dalam kesatuan untuk Ngada yang lebih baik. Dalam acara temu pisah yang diawali dengan misa kudus itu, Bupati Ngada Marianus Sae mengajak hadiran yang memadati aula Jon-Tom meninggakan perbedaan, menghilangkan kesuraman pikiran.

oa dan Paulus Soliw Bero’ i es Misteri ‘B Baru u g La a Hingg – HAL 2 –

Pesan Yohanes Tay Ruba Jadi Kenyataan? BAJAWA – Ini rahasia dibalik pesan Yohanes Tay Ruba ketika temu pisah dalam kapasitasnya sebagai Penjabat Bupati Ngada, melepas Bupati Marianus Sae dan Paulus Soliwoa memasuki masa purna bakti lima bulan lalu. Ternyata pesannya menjadi kenyataan lima bulan kemudian. Saat temu pisah dengan Bupati/Wakil Bupati terlantik Marianus Sae dan Paulus Soliwoa, mantan Penjabat Bupati Ngada Yohanes Tay Ruba menyampaikan profisiat dan ‘lanjutkan’! Ketika Marianus Sae dan Paulus Soliwoa memasuki masa purna bakti lima bulan lalu untuk bertarung lagi pada pilkada 2015, Yohanes Tay mengatakan, “terserah

7DEORLG 'ZLPLQJJXDQ

&HUPDW 0HGLD 0DV\DUDNDW %DUX

&HUGDV GDQ %HUPDUWDEDW

5GIGPCR 5VCH 4GFCMUK /GFKC %'4/#6 -QTCP /CUWM 5GMQNCJ -/5 /GFKC 1PNKPG XKIQPGYU EQO

0HQ\DPSDLNDQ 3URILVLDW .HSDGD

Ketika Penjabat Bupati Ngada Yohanes Tay Ruba menyematkan cincin purnabakti kepada Bupati Marianus Sae, 22 September 2015 rakyat mau ‘lanjutkan’ atau tidak.� Segera setelah itu hadirin yang memadati gedung Inesina (22/09/2015) kala itu memberi aplaus tanda sepakat. Entah disadari atau tidak, Yohanes Tay seper-

KMS untuk Siswa Cerdas Bermartabat

Lima bulan kemudian peristiwa itu terulang, giliran Bupati terlantik Marianus Sae menyematkan cincin purna tugas kepada Yohanes Tay Ruba 24 Februari 2016

ti memberi sinyal bahwa program prorakyat yang diusung Mulus pada periode pertama mesti dilanjutkan. Setelah mengatakan demikian, Anis Tay melanjutkan, selamat jalan dan selamat berjuang kepada Marianus

Sae dan Paulus Soliwoa. “Nama saya ini Yohanes, tugas saya kok seperti ‘Yohanes Pembaptis’. Jadi saya hanya membuka jalan bagi pemimpin Ngada pilihan BERSAMBUNG HALAMAN 10

ah (KMS) Koran Masuk Sekol edulian sebagai bentuk kep hadap Koran CERMAT ter menerus upaya yang terusat baca, meningkatkan min an khususnya di kalang h. Karena komunitas sekola ditawarkan itu, program KMS sekolah kepada komunitas minat kan ang mb nge me dalam i liputan baca siswa melalu berbagai khusus sekolah dan ikan. persoalan pendid

%DSDN 0DULDQXV 6DH 6 $S GDQ %DSDN 'UV 3DXOXV 6ROLZRD ;CPI VGNCJ FKNCPVKM UGDCICK $WRCVK FCP 9CMKN $WRCVK RCFC (GDTWCTK WPVWM MGODCNK OGOKORKP 0ICFC 2GTKQFG ĹŒ

6GTKOC -CUKJ MGRCFC $CRCM +T ;QJCPGU 6C[ 4WDC ;CPI VGNCJ OGPIGODCP VWICU UGDCICK 2GPLCDCV $WRCVK 0ICFC 2GTKQFG 5GRVGODGT ĹŒ (GDTWCTK

0DMXODK 1JDGDNX 0HQ\RQJVRQJ +DUDSDQ %DUX 2GOKORKP 7OWO 2GOKORKP 4GFCMUK '/#07'. &,1/$#

Jurnalistik Jadi Kegiatan Rutin di SMAN 1 Soa en lem 5 p u l k s S ha a Sim KM


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Cermat 38 by GUSRYAN bima - Issuu