Issue #6: Archipreneur

Page 1

ARÇAKA#6 | MAY 2016

1


2 ARÇAKA#6 | MAY 2016


ARÇAKA#6 | MAY 2016

3


ARÇAKA #6 MAY 2016

/CONTENTS //Perspective

//Design

12

16

Mande Austriono Kanigoro

Chrisye Oktaviani

20

24

Rumah Turi

IL House

28

32

Selasar Sunaryo Art Space

Ciputra Artpreneur

Senior Architect:

Local:

Local:

Young Architect:

Local:

Local:

38

Alumni: Odysseia Restaurant Mirror Club and Lounge

//Art.Space

44

//Point

50

51

Campus News:

Campus News:

IMA-ITM Berkunjung

Menyusuri Indahnya Desa Wisata Brayut

52

Campus News: “Gold Era” GARSA

4 ARÇAKA#6 | MAY 2016


53

54

Architectural Events:

Architectural Events: WEX UGM 2016: Jogja Mencari Ruang

Pameran “RUMAH” Andra Matin

//Halaman IAI DIY //Student Works

44 Musyawarah VIII IAI DIY 58

62

Design Competition:

Design Competition:

Regenerating Community of Omah Opak

The Green

66

Research: Rempah Rumah Karya: Mengembalikan Jati Diri Bangsa

//Technology

74

//Anjangsana

78

& Innovation

Anidolic Daylight System

Jejak Arsitektur: Pasar Baru: Nostalgia Perjalanan Sejarah

80

Fenomena & Lifestyle:

Mengayuh Roda Revitalisasi Desa

84

Zaha Hadid: “Curiosity, integrity, passion and determination”

ARÇAKA#6 | MAY 2016

5


ARCHIPRENEUR Tim ARÇAKA hadir kembali untuk para pembaca melalui edisi ekspedisi ke Temanggung, Jakarta, Bandung dan Solo. Melalui pertemuan dengan para arsitek Indonesia yang memiliki kiat khusus dalam menghadapi era pasar bebas, ARÇAKA akan mengulas serta mengangkat jiwa archipreneur yang sebenarnya sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia, praktik arsitektur serta wirausaha yang tetap menunjukkan semangat ke-Indonesiaannya.

6 ARÇAKA#6 | MAY 2016


/AGENDA

// ASIA YOUNG DESIGNER AWARD ‘16 Be Bold, Be Free, Be You /DEADLINE: 7 Oktober 2016 /JURI: Arsitektur: Anto Sudaryanto, Edward Kusuma, Joe Willendra, Kurjanto Slamet, Sibarani Sofian, Ming Zhou Desain Interior: Aghnia Fuad, David I Tay, Fendarie Su, Grace Hartanti, Tomi Wistan /LINK : www.ayda-indonesia.com

// UIA-HYP CUP 2016: Architecture in Transformation /PENDAFTARAN: /DEADLINE: /JURI: /LINK :

31 Juli 2016 31 Agustus 2016 Bernard Tschumi http://hypcup2016. uedmagazine.net/

// Sayembara Aku Arsitek Indonesia /PENDAFTARAN: 2 Mei-29 Juli 2016 /DEADLINE: 9 Agustus 2016 /JURI: Achmad D. Tardiyana, Sunaryo, Yuswadi Saliya, Chabib Duta Hapsoro, Sarah Ginting. /LINK : http://www.selasarsunaryo. com/sayembara-aku-arsitek-indonesia/

// CTBUH 2016 International Student Tall Building Design Competition /PENDAFTARAN : /DEADLINE: /LINK :

30 Maret - 18 Juli 2016 25 Juli 2016 www.ctbuh.org/competition

// Twin Creeks Linear Parks Design Competition /DEADLINE: 8 Juli 2016 /JURI: Amanda Burden, Amber Hackett Crosby, Philip Enquist, John Fierro, Robin Ganser, Mark McHenry, Aaron Schmidt, Alicia Stephens, Michael Vance Toombs /LINK : kcmo.gov/designtwincreeks

// Sayembara Desain Arsitektur Renovasi dan Pengembangan Kompleks Parlemen Republik Indonesia /PENDAFTARAN:

10 Juli-7 September 2016 /AANWIJZING: 30 Juli 2016 /DEADLINE: 7 September 2016 /JURI: Ady R. Thahir, Gunawan Tjahjono, Mohammad Danisworo, Adjar Prajudi, Ridwan Kamil, Baharuddin Hamzah. . /LINK : www.sayembara-iai.org

ARÇAKA#6 | MAY 2016

7


/ABOUT PENERBIT

BIRO PENULISAN DAN PENELITIAN HIMA TRIÇAKA UAJY

PELINDUNG

Ir. Soesilo Budi Leksono, S.T., M.T. (Kaprodi Arsitektur UAJY) Ir. Ahmad Saifudin Mutaqi, M.T., IAI.(Ketua IAI DIY)

PEMBIMBING Dr. Ir. Y. Djarot Purbadi, M.T. REDAKTUR PELAKSANA

Yulius Duta Prabowo (Koordinator Biro)

PEMASARAN

Titus Abimanyu Dananjaya (Wakil Koordinator Biro) Aubrey Desti Gelisia

SEKRETARIS

Chrispina Yovita Putri Aldea Febryan R

BENDAHARA Gabby Helen

TIM EDITORIAL

Yunita Fitriani Florentina Ditta Agustine Fransilya Tupamahu

PENASEHAT REDAKSI

Billy Gerrardus Santo Agnes Ardiana

VISI ARÇAKA Membangun kecerdasan, kecintaan, dan kelestarian dunia arsitektur nusantara yang berwawasan internasional . MISI ARÇAKA 1.Menyajikan informasi sesuai dengan realita dalam proses berfikir kritis mahasiswa. 2.Menjadi acuan dan pedoman untuk memperkaya keilmuan di bidang arsitektur 3.Membangun, mengajak, dan menginspirasi pembaca untuk sadar, berpikir, dan berkarya bagi masyarakat. CONTACT US: Biro Penulisan dan Penelitian Himpunan Mahasiswa Arsitektur TRIÇAKA Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No. 44, Sleman, Yogyakarta - Indonesia email : arcakauajy@gmail.com

8 ARÇAKA#6 | MAY 2016


/EDITORIAL ARCHIPRENEUR

ARCAKA kali ini mengulas serta mengangkat jiwa archipreneur. Konon jiwa wirausaha sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh kafrenanya, praktik arsitektur dan wirausaha layak diangkat. Arsitektur-wirausaha yang memiliki karakter, kreatif, cerdas, ramah dan tetap menunjukkan semangat ke-Indonesiaan perlu dikembangkan. Arsitek dan biro arsitek bagaikan dua sisi dari mata uang. Arsitek mendirikan biro arsitek atau studio kreatif adalah bagian dari upaya dan langkah untuk mewujudkan mimpinya. Stigma arsitek menunggu proyek mau ditumbangkan. Arsitek harus menciptakan proyek. Oleh karenanya, arsitek harus mengerti bisnis, selain paham desain dan arsitektur. Arsitek sebagai sekadar tukang gambar mau ditumbangkan !!! Para arsitek generasi baru memiliki kesadaran tentang bisnis desain sebagai bagian penting profesinya. Mereka juga sadar lingkungan, bekerja sambil mengedukasi masyarakat sekaligus terlibat mengatasi masalah-masalah, khususnya ruang perkotaan. Arsitek yang berbisnis memang banyak berkembang di perkotaan, bukan perdesaan. Fenomena ini sekaligus menjadi indikasi bahwa sebagian arsitek memantapkan diri sebagai manusia kota. Arsitek banyak belajar bisnis dari luar kampus. Mereka belajar dari biro arsitek atau developer. Kampus tidak menjadi tempat yang memadai untuk mengasah kemampuan bisnis. Kampus hanya mengajarkan desain, dunia luar mengajarkan apa yang harus dikuasai setelah belajar desain dan arsitektur. Dari biro arsitek para arsitek belajar tentang dunia kerja sesungguhnya. Dari developer arsitek belajar tentang strategi bisnis dan manajemen perusahaan. Para arsitek semakin sadar bahwa mimpi sangat mungkin terwujud melalui fenomena arsitek mendirikan biro arsitektur atau studio kreatif berbasis arsitektur. Tipe pertama, biro arsitek, sebuah tipe yang umum dan klasik, sedangkan tipe yang kedua merupakan tipe relatif baru yang banyak diminati kalangan arsitek generasi baru. Tipe kedua akhir-akhir ini cenderung berkembang. Pada tipe kedua ada keterlibatan kekuatan media dan teknologi informasi, selain kreativitas yang menjadi jiwa arsitek. Website menjadi andalan komunikasi arsitek dengan masyarakat. Keunikan lain tipe kedua, ada dialog antara klien dengan arsitek, yang jarang ada pada tipe pertama. Tipe kedua juga ada upaya edukasi kepada klien, mengenalkan dunia arsitektur kepada masyarakat. Tipe kedua sebagian berciri arsitek melakukan edukasi kepada klien dan masyarakat dengan cara yang ramah. Lahan garapan mereka ada di kota, kawasan urban yang padat dengan berbagai permasalahan khasnya. Arsitek ingin membantu klien mewujudkan mimpinya sekaligus mengatasi persoalan urban dari sudut pandang dan pijakan arsitektur. Desain yang muncul sangat khas perkotaan: arsitektur minimalis, arsitektur hijau, dan arsitektur yang menampilkan keragaman untuk mewarnai kehidupan kota. Biro arsitek generasi baru cenderung ramah dengan klien, sebab hidup dan mati karier mereka sangat tergantung kualitas layanan kepada klien. Klien mereka beragam dan proyek yang dihadapi juga selalu beragam serta menantang. Setiap proyek memiliki permasalahan dan konteks yang khas. Keunikan setiap proyek justru menjadi tantangan dan membuat mereka berpikir keras mengatasinya. Setiap proyek menyajikan “bahan belajar� yang baru. Artinya, proses belajar tidak pernah selesai. Arsitek melihat biro arsitek sebagai tempat pendidikan lanjutan. Proyek komersial banyak ditangani biro arsitek tipe baru ini. Proyek kemanusiaan belum ditangani, minimal menurut paparan edisi ARCAKA kali ini. Belum ada bukti biro arsitek profesional yang melayani masyarakat. Proyek sosial (fasilitas publik) masih relatif belum disentuh dalam terbitan ARCAKA kali ini. Tema arsitek berkarya di tengah masyarakat memang lebih tepat dalam kerangka Arsitektur Komunitas pada terbitan ARCAKA yang lalu. Arsitek mendirikan biro arsitek atau studio kreatif bukan karena MEA. Ada arsitek yang berpandangan, MEA sudah terjadi sebelum tahun 2016. Sudah banyak karya arsitektur di Indonesia diciptakan para arsitek non-indonesia sebelum tahun 2016. MEA harus dihadapi, bukan ditakuti. Caranya ya dengan membangun karakter diri, mengangkat kekayaan warisan budaya yang ada di Indonesia ke dalam karya arsitektur. Lokalitas perlu diangkat, baik yang terkait dengan elemen-elemen desain maupun material lokal. ARCAKA kali ini terasa menyentil kampus-kampus arsitektur dan memosisikannya sebagai sekedar tempat belajar mendesain. Kampus tampak menjadi institusi yang kurang membekali kemampuan bagaimana mewujudkan desain menjadi realitas nyata. Kampus tidak melatih mahasiswa menjadi arsitek berkemampuan enterpreneur. Dunia kerja tidak sama dengan dunia kampus. Sangat berbeda. Artinya, para lulusan pendidikan arsitektur harus membentuk diri dengan belajar dari luar kampus untuk menjadi arsitek yang desainnya terwujud nyata. Kemampuan desain diawali di kampus, karakter diri dan etos kerja serta keuletan mewujudkan realitas ternyata dilatih di luar kampus. Selamat merenungkan dan berkarya melalui wadah bisnis yang kreatif dan ramah serta cerdas guna mewujudkan arsitektur yang bermanfaat untuk kehidupan. Salam, Djarot Purbadi

ARÇAKA#6 | MAY 2016

9


/CONTRIBUTORS

YULIUS DUTA Ars’13

TITUS ABIMANYU Ars’13

AUBREY DESTI Ars’13

GABBY HELEN Ars’13

ALDEA FEBRYAN Ars’14

CHRISPINA YOVITA PUTRI

Ars’14

FRANSILYA TUPAMAHU

Ars’14

10 ARÇAKA#6 | MAY 2016


YUNITA FITRIANI Ars’14

FLORENTINA DITTA

Ars’14

DANANG SETA WIJAYA

Ars’12

MARTHA DIANINGTYAS

Ars’15

DHANNI NOVIANTO

Ars’14

OCTAVIANUS C. LAWING

Ars’14

STELLA DEWI KARTIKA

Ars’14

FOTOGRAFER

Biro Dekorasi & Dokumentasi

ARÇAKA#6 | MAY 2016

11


/PERSPECTIVE/SENIOR.ARCHITECT

Mande Austriono Kanigoro

DFORM STUDIO

Studio Kreatif Berbasis Arsitektur Text by Chrispina Yovita Putri Photos by Titus Abimanyu and courtesy of dform.co

12 ARÇAKA#6 | MAY 20164|||MAY 2015


Berawal dari pemikiran bahwa arsitek seharusnya bukan menunggu adanya proyek, tapi menciptakan proyek serta dari keprihatinan karena banyak orang yang masih mengira bahwa arsitek hanya sebatas seniman yang tidak mengerti bisnis, Mande Austriono Kanigoro menuangkan idenya untuk mendirikan DFORM Studio.

Perjalanan Sebelum DFORM Setelah merampungkan pendidikan S1 Jurusan Arsitektur di Universitas Katolik Parahyangan pada 2007, Mande Austriono Kanigoro memulai karir perdananya sebagai arsitek di Kuala Lumpur, Malaysia di tahun yang sama. Ia memberanikan diri untuk bergabung dengan biro arsitektur dari negara tetangga untuk memperkaya ilmunya. Saat bekerja di Kuala Lumpur, Mande mengibaratkan karirnya di luar negri ini sebagai sebuah perjalanan dimana ia dan beberapa koleganya yang sama-sama berasal dari Indonesia berjalan melalui jalan yang berbeda namun keduanya menuju arah yang sama. Dari sudut pandangnya, ia dapat melihat kekurangan yang dimiliki arsitek Indonesia, begitu pula dengan koleganya. Dari situ akan terlihat bagaimana ‘jeleknya’

masing-masing, dimana ‘kejelekan-kejelekan’ tersebut justru akan menambah wawasan dan membuatnya open-minded bahwa ternyata ada banyak hal yang harus dibenahi. Selepas bekerja di Kuala Lumpur, Mande kembali ke Indonesia dan bekerja pada dua biro arsitektur dan sebuah perusahaan developer. Dari ketiganya, Mande belajar banyak hal, terutama dalam strategi bisnis dan manajemen dari suatu perusahaan. Hal inilah yang ditekankan oleh Mande bahwa bekerja di ‘perusahaan orang’ setelah lulus adalah suatu hal yang penting, supaya dapat belajar hal-hal yang tidak diajarkan di bangku kuliah terutama dalam hal manajemen suatu perusahaan.

Sebuah Umbrella Company DFORM adalah sebuah studio kreatif berbasis arsitektur yang dirintis Mande sejak 2014, setelah mengalami banyak pembelajaran di beberapa ‘perusahaan orang’. Mande menerapkan sistem umbrella company di bawah DFORM dengan empat perusahanaan pendukung yang memiliki spesifikasi masing-masing, yaitu: DFRM Studio, DFhousing, deufs dan ATYPES. DFRM Studio merupakan konsultan pada DFORM. Seperti konsultan biro arsitektur pada umumnya, segala masalah klien yang berhubungan dengan konsultasi desain dibawahi oleh perusahaan ini. DFhousing memperkenalkan konsep housing baru di Indonesia, yaitu konsep co-housing, dimana penghuni dapat merencanakan dan mengurusi perumahannya sendiri mulai dari lokasi, area dan fasilitas. Konsep hunian ini merupakan suatu solusi alternatif dari permasalahan

lahan urban di kota yang sudah padat penduduk. Deufs adalah online marketplace arsitektur pertama di Indonesia yang menyediakan berbagai macam pilihan gaya desain arsitektur konsultan profesional. Deufs merupakan solusi untuk mempermudah konsumen mencari arsitek dan desain rumah yang mereka inginkan dari harga terendah sampai tertinggi secara online. ATYPES merupakan sebuah media untuk mengedukasi masyarakat megenai arsitektur melalui pendekatan sederhana khas ATYPES, yaitu dengan penyampaian yang semi-formal sehingga dapat diterima oleh masyarakat umum. Perusahaan ini berawal dari akun twitter yang dibuat oleh Mande, @infoarsitek. Selain itu, ATYPES juga berfungsi sebagai sarana publikasi untuk mengeksiskan adanya DFORM sendiri.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

13


/PERSPECTIVE/SENIOR.ARCHITECT

Almaviva Landjanoen

Mande Austriono Kanigoro

The Power of DFORM Kekuatan DFORM dipegang oleh sebuah tim yang terdiri tiga orang yang memiliki peran dalam bidang masing-masing, yaitu: Almaviva Landjanoen sebagai community director, Anindito Bayu sebagai principal architect sekaligus operation director dan Mande sendiri sebagai managing director yang tak lain adalah penggagas terbentuknya DFORM. Studio kreatif berbasis arsitektur ini mengangkat pendekatan yang berbeda dengan kebanyakan biro arsitektur di Indonesia, yaitu dengan kekuatan media dan internet. Tampilan website DFORM yang sederhana dan dapat diakses dengan ringan membuat masyarakat umum dapat memahami dunia arsitektur melalui fasilitas yang ditawarkan DFORM. DFORM juga mengikuti perkembangan era digital dengan menerapkan remote working system yang lebih cepat, efektif dan santai. DFORM sendiri tidak memiliki kantor konvensional karena lebih memilih co-working

K-House

14 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Anindito Bayu

space dengan menyewa suatu tempat apabila sangat dibutuhkan saja. Studio kreatif ini sangat memanfaatkan koneksi internet untuk menciptakan karya-karyanya. Mande sendiri membentuk DFORM sebagai sarana untuk mengeksiskan diri lebih awal dalam bidang arsitektur supaya masyarakat menaruh kepercayaan kepada arsitek. Ini berasal dari keprihatinannya terhadap pandangan masyarakat umum yang masih menganggap arsitek hanya sebatas seniman saja dan tidak mengerti bisnis, padahal tidak. Melalui DFORM, arsitek dan klien dapat duduk dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan saling mengatasi ego masing-masing: ego arsitek dengan desainnya dan ego klien dengan segala uang yang dimilikinya. Dengan informasi-informasi dalam bidang arsitektur yang disampaikan secara informatif kepada klien dan masyarakat umum, Mande yakin upaya edukasi ini dapat mendorong peningkatan penggunaan jasa arsitek di masyarakat.


Ciri Khas DFORM DFORM secara khusus menangani desain urban dimana lahan yang ada terhitung terbatas karena sudah padat penduduk. Selain itu, budget yang tergolong menengah ke atas juga menjadi salah satu faktor pendukung. Latar belakang ini menimbulkan ciri khas desain DFORM yang terhitung minimalis. Optimalisasi lahan juga sangat diperhatikan mengingat banyaknya kebutuhan ruang sementara lahan yang ada minim. Dari segi bentuk, DFORM menggunakan bentukbentuk geometris sederhana dengan pola grid. DFORM menganut prinsip function follows form, dimana form yang digunakan adalah bentuk bujursangkar atau persegi panjang dengan alasan efektivitas desain ruang. Desain geometris dengan pola grid tersebut juga dilatarbelakangi oleh faktor biaya material. DFORM memperhitungkan desain yang mengacu pada ukuran material yang ada di pasaran, sehingga biaya dapat ditekan. Selain dari segi desain, DFORM juga mengunggulkan websitenya yang tergolong pionir dalam bidang arsitektur Indonesia untuk berbisnis desain dalam sekali klik.

Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN Arsitektur merupakan salah satu sektor yang dinilai akan sangat kompetitif dalam pasar tunggal MEA. Banyak arsitek Indonesia yang merasa khawatir dengan adanya pasar bebas ini. Namun bagi Mande hal ini dianggap hanya sebatas bagaimana kita mengatur pola pikir kita saja. “Tahun ini kita akan bisa memiliki project di luar negeri, dengan konsekuensi bahwa orang luar juga akan bisa memiliki project di Indonesia. Sebagian besar orang masih takut. Ini hanya masalah mindset: seharusnya kita berpikir optimis bahwa kita sebagai arsitek Indonesia sebenarnya bisa bersaing dengan arsitek-arsitek luar,” tegas Mande. “Sayangnya, mindset orang-orang kita kebanyakan sudah minder duluan,” tambahnya. “Saat ini, pekerjaan rumah kita yang paling penting adalah bagaimana cara mengedukasi masyarakat umum mengenai arsitektur supaya mereka percaya dan aware dengan arsitek, sehingga jasa arsitek dapat terus dipergunakan,” jelasnya. “Untuk caranya bisa tergantung masing-masing. Setiap orang punya caranya sendiri,” tutup Mande.

CAREER TIMELINE 2007 Agustus 2007 Februari 2009 Februari 2010 Agustus 2011 Agustus 2014

Graduated from Universitas Parahyangan, Bandung Architect at SNA Architects Sdn Bhd, Kuala Lumpur, Malaysia Architect at 12akitek Architect at A+P Consultants In-house architect at PT Lintas Cipta Development, Jakarta Establish DFORM Studio

ARÇAKA#6 | MAY 2016

15


/PERSPECTIVE/YOUNG.ARCHITECT

Chrisye Oktaviani

Text by Aubrey Desti Photos by Artiningtyas and courtesy of Bitte Design Studio

16 ARÇAKA#6 | MAY 20164|||MAY 2015

BERKARYA DALAM TOTALITAS KERJA


L

ulus dari bangku kuliah di Universitas Parahyangan tahun 2010, Chrisye Octaviani mengaku tidak mengerti secara pasti mengenai dunia kerja. Ia memilih untuk ‘belajar kembali’ dari nol di Andra Matin Studio. Mas Aang, sebutan akrab Andra Matin, mengajarkan banyak hal mengenai dunia kerja sesungguhnya, terutama mengenai sistem kerja, kondisi lapangan, cara presentasi dan berkomunikasi dengan klien dan partner kerja. Dunia kerja sangat berbeda dengan dunia perkuliahan yang masih memikirkan ego individu. Dalam dunia kerja ada banyak hal yang harus dipikirkan secara mendalam bukan lagi mengenai ego, namun juga memperhatikan keinginan klien dan keadaan di lapangan. Di studio inilah ia membentuk karakter dan etos kerja sebagai arsitek. Selama dua tahun bergabung dengan Andra Matin studio, akhirnya Chrisye berani memilih untuk melepaskan diri dari biro tersebut dan memulai untuk berkarya sendiri. Bersama dengan Agatha Carolina rekan semasa kuliahnya yang juga magang bersama di Andra Matin Studio, mereka memulai proyek pertamanya atas nama mereka sendiri. Proyek pertama yang mereka kerjakan mendapatkan banyak tantangan yang sekaligus memberikan kesan yang mendalam, yaitu Magnum Cafe Grand Indonesia. Proyek ini terletak pada 700 m2 bidang tanah di Grand Indonesia Shopping Mall. Desain cafe ini terinspirasi oleh New York Urban style dengan menggunakan menggunakan semua display jendela sebagai facade dari cafe. Terdapat 4 ruang utama, yaitu take away station, the dipping station and merchandise area, indoor seating area, and outdoor seating area. Proyek ini harus dipertanggungjawabkan kepada dua klien yaitu Unilever dan ISMAYA Group. Walaupun mereka diremehkan sebagai arsitek muda, ia dan Carolina harus tetap bisa membawa nama baik mereka dan bekerja secara profesional sebagai arsitek. Mereka membuktikan itu dengan kesuksesan proyek ini yang selesai dalam 3 bulan.

Area Pemesanan Magnum Cafe Grand Indonesia

Suasana Area Indoor Magnum Cafe Grand Indonesia

Magnum cafe terinsipirasi dari New York Urban Style, menggunakan window display sebagai facade dari cafe

ARÇAKA#6 | MAY 2016

17


/PERSPECTIVE/YOUNG.ARCHITECT

Ramp sebagai sirkulasi pengunjung yang menguhubungkan area parkir dengan area utama

Berani untuk Melangkah Sendiri Tahun 2013, Chrisye dan Carolina mendirikan Bitte Design Studio. Kata Bitte sendiri berasal dari bahasa Jerman yang berarti you’re welcome. “Kami ingin Bitte dikenal sebagai biro yang ramah dengan klien karena kami ingin klien dapat berkarya bersama kami. Menurut kami, Bitte ini semacam workshop dimana kami mengembangan diri dengan media proyek. Setiap proyek akan memiliki kesulitan dan karakter yang berbeda. Ini akan menjadi kelebihan dari setiap proyek dan menjadi wadah bagi kami untuk mengembangkan diri lagi dan lagi,” jelasnya. Bitte Design Studio ‘bermain’ dengan karakter yang tegas yaitu, titik, garis dan bidang. Dalam satu proyek biasanya Bitte Design Studio menerapkan 3 hingga 4 material dominan yang disesuaikan dengan karakter proyek tersebut, sehingga karakter interior secara fungsional dapat terlihat jelas dengan perbedaan material tersebut. Ketika ditanya mengenai apakah prospek Bitte Design Studio berada pada Interior desain, jawabannya adalah tidak. “Untuk awal kami memang banyak mengambil proyek interior karena proyek interior itu cepat selesai

18 ARÇAKA#6 | MAY 2016

dalam kurun waktu 2 hingga 4 bulan saja. Dari situ kami banyak dikenal orang, dan itu mengangkat nama Bitte Design Studio,” Ungkap Chrisye. Kini ada sekitar 80% proyek interior komersial yang ditangani Bitte Studio Design, namun tidak menutupkan kemungkinan Bitte menangani proyek arsitektur, seperti Beer Garden Radio Dalam. Dalam mendesain, hambatan terbesar adalah waktu, terutama karena banyak proyek yang di bidang komersil sehingga timeline harus tepat. Ketika mereka melebihi dari batas yang sudah ditetapkan, maka mereka akan bertanggung jawab kepada investasi klien. Hal tersebut yang membuat Bitte Design Studio selalu membuat timeline yang cukup ketat sehingga semua proyek dapat selesai pada waktu yang telah disepakati. Berbicara tentang interior, maka tak lepas membahas tentang furniture. Bitte Design Studio memilih untuk memproduksi furniture sendiri mulai dari custom hingga loose furniture (sudah tersedia di pasaran), kecuali kursi. Hal ini karena mereka bukanlah orang yang khusus di bidang produk, maka mereka menyerahkan desain kursi kepada orang yang lebih ahli dengan desain guideline Bitte Design Studio.


Untuk furniture mereka menerapkan metode trial and error, dimana butuh waktu yang cukup lama untuk persetujuan desain yang cocok. Untuk menyiasati timeline permintaan klien yang pendek, biasanya Bitte Design Studio akan mencarikan supllier yang ready stock. Untuk desain sendiri, mereka membuat desain prototype pada setiap proyek yang mereka terima dan itu akan menjadi hak milik proyek tersebut. Mengenai Prospek ke Depan Ketika berbicara mengenai MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), Chrisye menganggap hal tersebut seperti ‘cambuk’ buat dirinya. Namun ia sendiri mengaku bahwa tidak takut karena yang terpenting adalah bagaimana ia dapat terus mengembangkan diri sebagai arsitek. Ia harus bisa melengkapi diri untuk bersaing dengan arsitek luar sehingga dapat dianggap kompeten dan orang mau memakai jasa mereka serta menjadi local partner mereka. Ketika ditanya mengenai apa yang diinginkan seorang Chrisye Ocataviani sebagai arsitek di masa mendatang, ia menjawab :

“ Kami ingin memiliki tim riset. Di mana ketika ada proyek yang masuk, kami memiliki desain yang matang. Kami juga ingin memiliki internal workshop sendiri, di mana kami dapat memproduksi dan mengembangkan furniture yang lalu memberi brand ‘Bitte Design Studio’. Mengenai proyek, akan lebih menarik bila kami dapat menerima proyek sosial, seperti sekolah atau gereja. Itu akan menjadi tantangan baru bagi kami,” Jelasnya.

Tampak bangunan yang sederhana menyesuaikan dengan lokasi bangunan yang terletak di persimpangan yang padat di Radio Dalam

Meja panjang bar dan bottle display yang menjadi point of interest dari Beer Garden Radio Dalam

CAREER TIMELINE 2010 2010-2012 2013-sekarang

Graduated from Universitas Parahyangan, Bandung Architect at Andra Matin Architect Principal Architect at Bitte Design Studio

ARÇAKA#6 | MAY 2016

19


/DESIGN Text by Yulius Duta Prabowo Photos by Rafael Andrean & Yulius Duta Prabowo

20 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Rumah Turi: sinergi alam dan budaya

T

eriknya matahari siang itu tidak menyurutkan semangat kami menyusuri jalan di kota Solo. Dari kejauhan nampak sebuah bangunan yang begitu berbeda di antara bangunan lainnya di kawasan permukiman Turisasi. Teduh dengan banyaknya perindang yang tumbuh hampir di setiap sisi. Kaki kami disambut dengan pijatan alami dari pecahan genteng yang bertebaran di halaman. Ketika menuju koridor, tiba-tiba air menyiram dari atas dan membasahi setiap helai daun. Bunyi pecahan genteng yang saling adu, bayang rindang pepohonan serta sejuknya hujan buatan merupakan awal bagaimana Rumah Turi menyambut kami.

Rumah Turi yang didominasi dengan material tanpa finisihing

Tata Ruang Rumah Jawa Dahulu, tempat dimana Rumah Turi ini berada, berdiri sebuah rumah dengan tata ruang layaknya rumah-rumah di Jawa dengan pendhopo, dalem, gandhok dan latar untuk area bermain dan aktivitas sosial. Juga terdapat kebun buah serta sumur yang telah lebih dulu ada. Pepohonan besar nan rindang tadi merupakan pohon existing yang dibiarkan tumbuh. Tim Tiga sebagai arsitek mengubah hunian ini menjadi sebuah butik hotel Rumah Turi dengan tata ruang yang lebih kompak tanpa mengurangi esensi tata ruang rumah Jawa. Kedai Turi merupakan representasi pendhopo dan latar yang ada di rumah Jawa. Bangunan yang bersifat publik ini selain sebagai

tempat makan dan perpustakaan mini, juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya tamu hotel maupun komunitas. Deretan lampu pijar kecil pada ceiling turut menciptakan kehangatan ala Rumah Turi. Rak buku dari kayu hasil recycle dipasang sebagai pelingkup, sehingga penghawaan serta pencahayaan alami dapat optimal. Lantai atas pada Kedai Turi digunakan sebagai tempat berdiskusi. Berpelingkup tirai bambu, sehingga dapat dibuka tutup sesuai keinginan. Masuk lebih dalam, terdapat bangunan dua lantai dengan denah berbentuk L yang lebih privat, berisi kamar-kamar tidur, area tangga serta selasar. Area selasar dilingkupi oleh jalusi kayu yang mampu menahan sinar matahari langsung, menciptakan bayang geometri. Terdapat taman kering kecil dengan tanaman bambu mengisi lahan kecil diantara jendela kaca dan dinding. Keberlanjutan lewat Material Material yang digunakan di Rumah Turi didominasi material berkelanjutan (sustainable). Perkerasan berupa tumbukan genteng serta bata bekas yang pertama kami temui adalah salah satu contohnya. Begitu juga dengan penggunaan kayu. Hampir semua kayu yang digunakan merupakan kayu recycle yang berasal dari bongkaran bangunan hotel di Yogyakarta. Penggunaan kayu bekas meliputi rangka atap, kusen pintu dan jendela, lantai kayu di selasar

ARÇAKA#6 | MAY 2016

21


/DESIGN/LOCAL

Penggunaan furniture bekas di Kedai Turi

serta jalusi. Tidak lupa kursi warnawarni yang kita temui di Kedai Turi merupakan kursi bekas pula. Dinding eksterior Rumah Turi yang berwarna kecoklatan, terlihat kasar saat ditimpa cahaya matahari dan sedikit ditumbuhi lumut. Finisihing dinding eksterior bangunan memanfaatkan material bongkaran, yaitu genteng bekas. Gentang bekas digiling menjadi bubuk lalu dicampur semen dan waterproofing. Kemudian diaplikasikan sebagai acian permukaan dinding eksterior bangunan untuk menciptakan kesan natural. Selain dari segi material, kesadaran ekologi juga diwujudkan dengan pemanfaatan air bekas dan

22 ARÇAKA#6 | MAY 2016

air hujan untuk menyiram tanaman, menciptakan hujan buatan dan membilas kloset. Air bekas dan air hujan ditampung pada kolam yang ada di belakang Kedai Turi. Supaya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, kolam ditanami tanaman akar wangi. Kolam juga bisa dimanfaatkan sebagai panggung pementasan dengan menutup rangka baja. Layaknya pohon Turi (Sesbania grandiflora) yang daunnya kecil, berbatang tidak terlalu besar, namun kerap dimanfaatkan sebagai peneduh; Rumah Turi seakan menjadi oase ataupun tempat berteduh, menjadi satu alternatif baru untuk menginap.


Ruang santai yang terletak di koridor lantai 2 Rumah Turi

Lantai atas Kedai Turi yang kerap digunakan sebagai ruang yoga Ruang kontrol air yang terletak di lantai paling atas, bahkan digarap juga dengan apik yaitu dengan menjadikan tanaman sebagai dinding.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

23


/DESIGN

IL HOUSE: kolaborasi arsitek dan klien yang apik

24 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Text by Danang Seta Wijaya Photos by Courtesy of Andra Matin Architect Portofolio 2009-2010 and Danang Seta Wijaya

IL House, rumah yang tampak melebur dengan tapak yang ditumbuhi oleh palem raja

Kolaborasi Klien dan Arsitek Pada awalnya Henricus Lingawidjaja atau yang sering disapa mas Icus meminta dengan mas Aang untuk mendesain rumahnya. Ia brcerita memiliki site yang dipenuhi pohon palem raja, dan terletak disebuah hook. Ia meminta agar rumahnya ini memiliki ruang bersama dan ruang istirahat yang nyaman baginya. Mas Aang menanggapi dengan ide awal mempertahankan semua pohon palem eksisting dan membuat massa bangunan yang pilotis untuk memaksimalkan ruang bawah yang fleksibel. Rumah akan terdiri dari beberapa massa terpisah, terhubung oleh koridor-koridor kayu dan kaca untuk memaksimalkan iklim, kulit bangunan akan diselimuti bata yang dicetak berwarna putih. Mas Icus menanggapi ide mas Aang dengan baik “wah asik tuh cuma dindingnya jangan bata dong, entar sama kayak mas Agus Suwage. Pake hal lain aja�. Akhirny mas Aang memulai studi pencarian kulit bangunan dengan membuat beberapa precast beton yang dipotong beberapa bagian dan dibuat menerus hingga lantai, beberapa potong beton kemudian dimiringkan untuk menjadi jendela. Beton ini kemudian disusun sehingga membentuk pola yang tidak begitu kaku, precast beton didipasang dengan dudukan besi siku sehingga bisa lebih rapi. Pada awalnya mas Aang mengusulkan rumah ini hanya

dihubungkan dengan ramp terbuka dibagian luar. Kemudian mas Icus meminta kehadiran tangga agar memudahkan penjangkauan ruang servis, penambahan beberapa program ruang pada akhirnya muncul seperti kolam renang dan ruang baca anak, sehingga penempatannya menjadi unik dengan menggantingnya dibawah massa utamanya. Kolaborasi terus berlanjut hingga penentuan letak utilitas bangunan yang memengaruhi interior bangunan. Pengalaman Ruang IL House Sebuah bangunan persegi panjang tampak meliuk-liuk mengikuti sebaran pohon palem raja setinggi 8-10 meter. Sebagai rumah yang berada pada kavling pojok (hook), rumah ini seakan egois dengan menutup kedua sisi rumahnya dengan tembok beton. Tembok ini sekaligus menjadi penegas transisi ruang yang ingin dibangunan pemilik yang menempatkan rumah sebagai ruang kontemplasi dan berkarya. Sama halnya dengan beberapa rumah karya Andra Matin, prosesi memasuki rumah menjadi sebuah hal yang penting dan unik. Beranjak dari sebuah garasi dan melewati sebuah pintu kecil dari kayu mahogany terkeruaklah sebuah innercourt luas yang menjadi inti dari rumah, dari sini terlihat ruangruang yang saling melebur dengan landskap bangunan. Ruang dasar

ARÇAKA#6 | MAY 2016

25


/DESIGN/LOCAL

Denah IL House

lebih terlihat seperti sebuah teras luas yang mengadopsi prinsip rumah adat nusantara yang memperlakukan ruang dasar sebagai sebuah ruang publik untuk bercengkrama tanpa batasan dinding massif. Dari lantai dasar prosesi dilanjutkan dengan menyusuri ramp kayu bengkirai tanpa atap dan raling menuju lantai atas yang lebih privat. Ramp memberikan rasa mengalir untuk meresapi pengalaman ruang dan sapaan dari alam (angin, hujan, serangga, daun-daun bunyi kerikil yang terinjak). Suasana hangat terasa ketika memasuki interior ruang rumah. Seluruh ruangan dilapisi dengan kayu jati belanda bekas peti kemas yang difinishing ulang dengan warna alami. Ruang lantai 2 diawali dengan ruang makan, dapur dan ruang keluarga, ketiga ruang ini terhubung secara spasial dengan keberadaan mezzanine pada lantai 2 sehingga menimbulkan kesan luas dan lapang.

26 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Tangga untuk kelantai 2 terletak pada bagian luar dari massa bangunan terbuat dari kayu bengkirai dengan struktur baja, memasuki lantai mezzanine merupakan ruang kerja dan kantor kecil untuk para designer grafis pemilik rumah. Sirkulasi udara dan cahaya ruangan terjaga dengan maksimal tanpa menggunakan artificial tecnology. Sebuah bridge dari kayu bengkirai dengan finishing wallnut beratap kaca menghubungkan 3 massa utama yang saling terpisah. Prinsip ventilasi silang terkonsep pada ruang ini sehingga tidak memerlukan tambahan. Jembatan ini juga menambah pengalaman ruang untuk menerima sapaan alam. Memasuki massa ketiga merupakan ruang gallery sederhana yang bertumpuk dengan massa ruang tidur utama pada bagian atas. Ruang gallery merupakan sebuah slab level yang terhubung dengan ruang perpustakaan yang menggantung di atas kolam renang.


Masa bangunan yang dihubungkan dengan sirkulasi berpelingkup kayu bengkirai

Jendela panjang yang terletak pada bagian bawah ruang perpustakaan memberikan kesan melebur dengan ruang luar dibawahnya sehingga membuat vista yang menerus. Pemilihan material beton precast yang berhubungan langsung dengan kayu jati belanda sebagai interior bangunan sebenarnya bukan sesuatu yang bijak dilakukan karena kayu lebih cenderung lembab dan mudah berayap. Kecenderungan penekanan estetika pada ruang membuat beberapa komponen utilitas bangunan kurang terfikirkan sehingga tidak bisa bekerja dengan maksimal. Rumah I&L menegaskan bahwa keterikatan klien dan sang arsitek pada porsi yang benar untuk saling mengintropeksi akan menghasilkan desain yang diluar perkiraan. Rasa saling mengisi dan percaya harus ditanamkan pada klien sehingga desain bukan merupakan egoisme semata dari sang arsitek.

Ruang publik di lantai dasar IL House

Interior kamar IL House yang tak luput dari sentuhan lapisan kayu jati belanda bekas peti kemas pada dinding

ARÇAKA#6 | MAY 2016

27


/DESIGN/LOCAL

ABSTRACT DESIGN, CALM DETAILS

SELASAR SUNARYO ART SPACE BANDUNG

Project

: Public & Art Space

Architect

: Baskoro Tedjo

Location

: Bukit Pakar Timur 100, Dago, Bandung

Year

: 1998

Building Area

: 5000 m²

28 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Text by Martha Dianingtyas A.Y Photos by Titus Abimanyu & Doksi HIMA TRIÇAKA

More than gallery Selasar Sunaryo Art Space merupakan sebuah galeri karya seni yang berlokasi di Jalan Bukit Pakar Timur Kota Bandung. Tempat ini pada dibangun untuk memajang dan memamerkan karya-karya Sunaryo, seorang seniman yang juga menjadi nama dari galeri ini. Karena lokasinya di perbukitan menjadikan galeri ini tidak hanya berfungsi sebagai galeri seni, namun juga berfungsi sebagai tempat refreshing, membuang stress akibat kepenatan di perkotaan. Sunaryo menunjuk Baskoro Tedjo sebagai arsitek dan desainer galeri ini. Pembangunan galeri memakan waktu empat tahun dan resmi dibuka pada September 1998. Kondisi site berkontur, tepatnya di lereng bukit cengkeh dengan kemiringan 15° merupakan sebuah tantangan sekaligus kelebihan yang sangat baik dimanfaatkan oleh Baskoro Tedjo untuk membuat sebuah bangunan yang dapat merespons dan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar. Geometric, abstract & modern Tiga kriteria utama yang diajukan oleh Sunaryo dalam pembangunan galeri ini adalah standar, bahwa tujuan bangunan untuk menampilkan karya, sehingga bangunan harus zero detail dan tidak terlalu banyak aksen. Yang kedua bangunan harus bercitra Jawa Barat. Konsep Jawa Barat yang dipilih oleh Baskoro Tedjo dalam desainnya yaitu unsur bambu dan suara gemericik air. Baskoro Tedjo menuangkan kesan ini pada lanskap galeri, yakni pohonpohon bambu dan sebuah pancuran air yang dapat ditemui di bagian depan galeri utama. Bangunan juga harus menyiratkan karya Sunaryo. Karya Sunaryo identik dengan geometris dan abstrak. Inilah yang menjadi konsep utama dari desain galeri ini, yakni geometris, abstrak, modern, namun juga tak melupakan unsur khas dari Jawa Barat. Kondisi site yang berkontur membuat galeri ini arus didesain dengan beberapa tingkatan. Pada level paling atas atau lokasi site tertinggi, kita dapat menjumpai bangunan utama dan area parkir. Di level kedua, terdapat sebuah kafe, galeri temporer, kantor, amphitheater terbuka dan perpustakaan. Sedangkan di level paling bawah terdapat sebuah pendopo, mushola serta sebuah rumah inap untuk tamu.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

29


Circulation through movement Bangunan dan galeri utama dari tempat ini mengadopsi bentuk dan konfigurasi dari sebuah selasar yang hanya terdiri dari bidang dinding dan atap layaknya sebuah selasar pada umumnya. Konsep dari desain ini lalu diterjemahkan menjadi bahasa arsitektur berupa 2 bidang dinding dengan ketinggian berbeda yang secara langsung menopang atap miring yang melingkupi bangunan ini dan membentuk ruang di bawahnya. Tahap finishing dari pembangunan berupa tembok bertekstur dan dicat abu-abu untuk memaksimalkan pemantulan cahaya. Material kaca dominan digunakan sebagai akses untuk pencahayaan alami dari bangunan ini. Tepat di sebelah massa bangunan utama terdapat taman dengan desain lanskap yang diisi oleh bidang hijau vegetasi beserta instalasi dan batu yang disusun sedemikian rupa. Tepat satu level di bawah bangunan utama terdapat sebuah galeri temporer. Pengunjung diarahkan oleh jalur sirkulasi berupa selasar dengan tangga menuju ruang galeri dan pementasan di level atas dan selasar berikutnya di level bawah yang menghubungkan ruang galeri temporer, kafe dan sebuah amphitheater terbuka dengan latar belakang pegunungan di sekitar kawasan Dago atas. Karena pemanfaatan selasar sebagai jalur sirkulasi yang sangat dominan, pengunjung diberikan kebebasan dan fleksibilitas untuk memilih alur sirkulasi sesuai kebutuhan dan kepentingannya, sehingga efektivitas waktu pencapaian antar ruang dapat tercapai.

Ampitheater

30 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Interior galeri

Ketika pengunjung melakukan perjalanan, alur sirkulasi dan ruangan dari keseluruhan bangunan ini memberikan fitur multiview point, yang berarti pengunjung dapat melihat ke beberapa tempat sekaligus sebagai kontinuitas visual yang memperkaya pengalaman ruang dari tempat ini. Olah kontur yang menarik juga terlihat pada rancangan amphitheater, tempat duduk penonton dan peletakan tangga.


Perpaduan unsur modern dan lokal juga tampak pada material yang menyokong galeri ini. Penggunaan ubin andesit pada lantai indoor serta konblok pada jalur sirkulasi outdoor untuk memaksimalkan peresapan air. Juga penggunaan material batu bata dan batu alam pada dinding yang terlihat sudah berlumut termakan waktu memberikan kesan lebih kedaerahan pada bangunan bergaya modern. Desain, lanskap, pencahayaan, dan pemanfaatan potensi site dipadukan dengan sangat apik oleh Baskoro Tedjo. Para pengunjung pun tidak hanya mendapat kepuasan mata dari karya-karya di dalam galeri, namun mereka juga disuguhkan lanskap keseluruhan bagian galeri yang tidak kaku, nyaman dan modern. Tidak heran jika Selasar Sunaryo Art Space mendapat penghargaan dari IAI untuk kategori bangunan publik dan budaya pada tahun 2002 serta menjadi nominator dalam ajang penghargaan internasional, Aga Khan Award tahun 2005.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

31


/DESIGN

Architects : Benoy Location : Ciputra World, Jalan Professor Doktor Satrio, Setia Budi, Jakarta Selatan Area : 14000.0 sqm Project Year : 2014 Interior Designers : Benoy Developer : PT Ciputra Adigraha Theatre Consultant : Phillip Soden

32 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Ciputra Artpreneur

KEINDAHAN SENI DALAM DUNIA BISNIS Text by Florentina Ditta Agustine Photos by Titus Abimanyu, Doksi HIMA TRIÇAKA and courtesy of Archdaily,

ARÇAKA#6 | MAY 2016

33


/DESIGN/LOCAL

Seni adalah suatu ungkapan dari sang penciptanya yang diekspresikan melalui berbagai bentuk. Melalui sebuah seni setiap orang bebas untuk berkreasi dan mengembangkan kreativitasnya. Seni merupakan sesuatu yang layak untuk diapresiasi. Oleh karena itu, Ciputra Artpreneur hadir bagi para penikmat seni untuk mengeksiskan lagi seni di Indonesia.

A

rtpreneur merupakan gabungan dari dua kata yaitu art dan enterpreneurship. Dengan kreativitas, suatu ide akan dapat survive bila ‘dijual’ ke publik. Ciputra Artpreneur adalah sebuah tempat yang didedikasikan untuk seni. Dari sebuah mimpi dan harapan Pak Ci, sapaan untuk Dr. Ir. Ciputra, agar setiap orang dapat menikmati seni dan merasakan perkembangan seni di Indonesia. Ciputra Artpreneur terdiri dari galeri, museum, teater berstandar internasional dan fasilitas pendukung lainnya. Memiliki lokasi yang strategis dan berada pada golden triangle Jakarta, Ciputra Artpreneur terletak dilantai paling atas dari Ciputra World Jakarta yang merupakan kawasan masterpiece Ciputra Grup. Lokasinya yang berada lantai paling atas, city view menjadi salah satu keunggulan dari desain bangunan ini. Dengan konsep connecting system, Ciputra Artpreneur terhubung dengan hotel, apartemen, mall, dan perkantoran sehingga memiliki akses yang mudah.

Galeri yang Modern dan Dinamis Ciputra Artpreneur memiliki galeri seluas 1500 meter persegi yang terbagi atas 3 galeri seni. Galeri dirancang dengan suasana netral yang dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan. Galeri ini juga dilengkapi dengan 14 proyektor berteknologi tinggi yang bisa menyala di dinding, lantai dan langit-langit. Dinding galeri secara fleksibel dapat saling bertukar tempat untuk mendapatkan ruang pameran yang berskala besar. Galeri 1 memiliki luas area 330 meter persegi dengan tinggi 4,8 meter dan berkapasitas sekitar 300 orang. Galeri ini dibuat dengan gaya interior yang modern. Galeri ini cocok untuk acara pertemuan. Galeri 2 memiliki luas 430 meter persegi dengan tinggi 4,8 meter dan berkapasitas sekitar 400 orang. Hampir identik dengan galeri sebelumnya, perbedaan

34 ARÇAKA#6 | MAY 2016

utama Ciputra Gallery 2 adalah ukurannya. Galeri ini menyediakan ruang yang lebih besar, cocok untuk acara pribadi atau pameran ukuran medium yang membutuhkan lebih banyak ruang untuk melayani para tamu. Galeri 3 memiliki luas 686 meter persegi yang berkapasitas untuk 800 orang . Galeri 3 adalah ruang pameran yang berbeda, di mana ruangan ini dirancang sebagai sebuah terowongan besar dengan dinding kaca tinggi di satu sisi, menampilkan sisi megah Jakarta, dan balkon yang indah di sisi lain dan terhubung dengan dua tangga yang cantik dan sekaligus merupakan tangga


Tangga spiral pada galeri Ciputra Artpreneur

melingar yang terpanjang tanpa menggunakan tiang penyangga. Tangga ini menghubungkan area galeri dengan teater yang berada di lantai atasnya. Menapaki Sejarah Seni Indonesia Museum Ciputra memamerkan berbagai koleksi seni dari Dr. Ir. Ciputra. Museum ini menyuguhkan informasi dan perspektif dari perkembangan seni di Indonesia mulai dari era modernisme hingga masa kini, terutama yang berhubungan dengan sang maestro, Hendra Gunawan. Museum ini ditujukan agar seni dapat dinikmati

oleh semua kalangan. Tempat ini dapat menjadi sebuah inspirasi yang merangsang kreativitas dan memberikan keberanian untuk berinovasi. Saat peliputan diakukan, museum sedang dalam tahap rekonstruksi. Hal ini bertujuan agar pengunjung yang datang tidak mudah bosan bila datang kembali ke museum.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

35


/DESIGN/LOCAL

Interior Teater Ciputra yang megah dan elegan

Teater Berkelas Internasional Teater yang didesain megah, futuristik dan berkelas internasional ini berada di lantai 13 Ciputra World. Teater ini mampu menyelenggarakan berbagai pagelaran seni berskala besar dari seluruh dunia seperti opera, simfoni dan balet. Bentuk yang oval memberikan view dan keindahan visual yang sempurna bagi penonton. Auditoriumnya didesain dengan bergaya proscenium. Teater Ciputra Artpreneur menawarkan sebuah pengalaman audio visual yang berkualitas tinggi. Teater dirancang dengan interior geometris yang presisi pada dinding dan langit-langitnya. Desain langitlangit dikomposisikan dengan sel panel empuk berbalut kain strectch yang dipercantik dengan sentuhan garis yang menyala. Teater ini berkapasitas lebih dari 1.194 orang. Jumlah tersebut

36 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Ciputra Artpreneur plan


Potongan dari teater Ciputra yang berbentuk oval

dibagi menjadi dua bagian, yakni pada bagian bawah dan bagian balkon. Untuk panggungnya sendiri memiliki luas 260 meter persegi. Teater ini juga memiliki fasilitas lengkap untuk persiapan sebelum penampilan yaitu prefunction area yang luas, box office, lokasi F&B , dan VIP Lounge.

Dalam menghadapi perkembangan bisnis yang semakin maju dan persaingan yang semakin ketat, tentu sebuah hal yang berbeda akan menjadi senjata yang ampuh. Dengan adanya inovasi dalam berbagai bidang diharapkan dapat bertahan dalam menghadapi perkembangan jaman.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

37


/DESIGN

KREASI TANPA BATAS Text by Aldea Febryan Photos by Courtesy of Nelson Architect

38 ARÇAKA#6 | MAY 2016


S

aat ini, bangunan komersial didominasi dengan konsep minimalist dan rustic. Kedua konsep tersebut pada dasarnya tidak memiliki detail yang cukup beragam. Akan tetapi, konsep bangunan dapat dipilih karena keinginan klien, targer pasar yang dituju atau kesan yang ingin disampaikan di bangunan tersebut. Pada ekspedisi kali ini tim ARÇAKA berkesempatan menemui salah satu lulusan dari Arsitektur UAJY yang berada di Jakarta, beliau adalah Nelson Liaw. Setelah lulus dari UAJY tahun 2004, beliau melanjutkan perjalanannya dengan bergabung bersama salah satu perusahaan di Jakarta. Selama 6 tahun bergabung beliau mempelajari banyak hal baru yang belum didapatkan di bangku kuliah. Pada tahun 2013, beliau mendirikan biro konsultan sendiri yang bernama Nelson Architect dengan memegang prinsip Luxury in Every Detail. Dua dari beberapa hasil karya Nelson Architect akan dibahas kali ini. Kedua karya tersebut adalah Odysseia Restaurant dan Mirror Club and Longue.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

39


Odysseia Restaurant Odysseia Restaurant merupakan proyek Nelson Liaw di tahun 2013. Bangunan yang berada di Jakarta Selatan memiliki dua fungsi yaitu lounge yang beroperasi pada jam 9 pagi – 9 malam serta bar pada jam 9 malam – 2 pagi. Restoran didesain dengan konsep modern european mix, sesuai dengan masakan ala Eropa yang dihidangkan di restoran ini. Klien restoran ini ingin memiliki ruang outdoor dan indoor. Pada awalnya keinginan untuk membuat ruang outdoor di restoran tersebut sulit untuk direalisasikan karena suhu kota Jakarta yang cenderung panas. Akan tetapi nelson tidak kehilangan akal untuk merealisasikannya, dengan memberikan tanaman rambat di atap, menambahkan dua pohon besar yang berada ditengah serta memberikan fan di beberapa titik. Interior dari Odysseia menarik untuk diperhatikan. Cara mengemas kedua konsep tersebut cukup sederhana. Nelson tidak mengambil seluruh unsur-unsur yang sering dijumpai pada bangunan eropa seperti profil yang sangat detail, melainkan bentuk simetrisnya serta dome yang diletakkan di tengah Odysseia disederhanakan motifnya. Meski begitu, Nelson tidak lupa dengan lokalitas. Material yang dipilih merupakan produk lokal yang dibuat di daerah sekitar seperti kayu, vegetasi dan stainless glass. Mirror Club and Lounge Club yang berada di Seminyak - Bali ini merupakan proyek Nelson yang paling menantang. Awalnya beliau tidak begitu optimis dengan proyek ini, karena bentuk lahan yang sempit dan memanjang. Lahan dengan berukuran 12 meter x 100 meter tersebut juga berdekatan dengan bangunan yang sudah sangat terkenal di Bali yaitu Potato Head Beach Club karya arsitek ternama Indonesia, Andra Matin. Demi mendapatkan konsep yang matang, proses penentuan konsep berjalan cukup rumit. Di satu sisi beliau berencana membuat hal yang baru dan unik di Indonesia, namun tetap mempertahanka unsur lokalitas Bali. Terinspirasi dari sebuah gereja yang berada di New York yang kemudian dialih fungsikan menjadi club, sehingga bangunan tersebut menjadi salah satu destinasi unik di kota tersebut. Oleh karena itu, Nelson dan kliennya memutuskan untuk mengusung konsep gothic pada club tersebut. Di tengah pembuatan club tersebut, beliau mendapati beberapa kendala dalam proses merealisasikannya. Salah satu kendala utama adalah tentang akustika bangunan. Konsep gothic yang didominasi oleh material kaca bertolak belakang dengan kegiatan di dalam ruang yang senantiasa didominasi oleh volume musik yang keras. Mengantisipasi permasalahan ini, batu curi yang permukaannya berpori digunakan sebagai pengisi lapisan dinding untuk membentuk ruang yang kedap suara. Dibagian belakang bangunan, beliau membuat lansekap dengan citra Bali yang bisa dijadikan nilai plus lain dari club ini.

40 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Dome menjadi point of interest dari Odysseia Restaurant

Indoor Odysseia Restaurant


Gate menuju ruang utama club dan longue

ARÇAKA#6 | MAY 2016

41


Kaca patri menambah suasana hiruk pikuk club

Jalur menuju taman belakang

42 ARÇAKA#6 | MAY 2016


MENGENAI MEA

Think Global, Act Local

Berbicara mengenai MEA, Nelson Liaw memiliki pandangan sendiri terhadap masalah yang sedang booming di tahun ini. Menurutnya, MEA tidak sepatutnya untuk ditakuti, karena pada dasarnya MEA sudah terjadi dari beberapa tahun yang lalu. Sudah banyak bangunan di Indonesia yang merupakan karya dari para arsitek luar Indonesia, begitu juga sebaliknya. Nelson sendiri sudah pernah mendesign bangunan di Dubai, Latvia, USA dan Australia. Baginya selama kita memiliki karakter, maka kita pasti bisa survive dalam dunia arsitektur. Setiap arsitek juga pasti memiliki pasarnya sendiri-sendiri, karena style masing-masing arsitek tidak ada yang sama dan tidak ada yang salah. Oleh sebab itu kita semua lebih baik saling respect antar sesama arsitek. Bagaimana menciptakan design yang global di Indonesia? Sebagai arsitek kita harus mempelajari banyak langgam, dari beberapa langgam kita harus

bisa cerdik dalam hal mix and match. Semakin beragam langgam yang kita fahami dengan begitu design yang kita hasilkan tidak membosankan. Akan tetapi sebagai masyarakat Indonesia kita harus bisa mengangkat lokalitas Indonesia sendiri. Bisa jadi dari hal yang sederhana, yaitu dengan pemilihan material lokal.

“Be open minded, open your eyes widely and fight!� Nelson Liaw

CAREER TIMELINE Nelson Liaw 2004 2005-2008 2008-2011 2008-2011 2011-2013 2013-now 2013-now 2015-now

Graduated from UAJY Staf Arsitek di PT. Arsita Interkreasi Associates at PT. PT. Arsita Interkreasi CEO Studio 3D Visual Nelson Design Freelance Architect Principal Architect at Nelson Design Architects CEO of PT. Tritunggal Omnikreasi Propertindo CEO GAA projects, IT Projects Management and Contractor

ARÇAKA#6 | MAY 2016

43


/ART-SPACE

Thanks for your participation!

The Major of Shivaite

by Eduardus Kevin ARS15

44 ARÇAKA#6 | MAY 2016


“Uw Tijd is Niet Mijn Tijd” by Raka Bayu Ardanta ARS14

ARÇAKA#6 | MAY 2016

45


/ART-SPACE

Thanks for your participation!

Sudut Lelah Si Tua

by Raka Bayu Ardanta ARS14

46 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Falsafah dalam Geometri

by Aldea Febryan ARS14

ARÇAKA#6 | MAY 2016

47


/ART-SPACE

Thanks for your participation!

Window of Knowledge

by Rafael Andrean ARS13

Manusia Dalam Ruang

by Michael Theodore Boentoro ARS13

48 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Jingga di Pelataran

by Ondly Souhuwat ARS13

Senja Lawang Sewu

by Willybrodus Caesario ARS12

ARÇAKA#6 | MAY 2016

49


/POINT/CAMPUS NEWS

IMA-ITM Berkunjung

S

etelah beberapa kali kedatangan tamu dari himpunan fakultas arsitektur yang berada di pulau Jawa, pada tanggal 11 Maret 2016 program studi arsitektur UAJY kedatangan teman yang cukup jauh, yaitu Ikatan Mahasiswa Arsitektur Institut Teknologi Medan. Kunjungan IMA-ITM bertujuan untuk saling bertukar informasi mengenai kurikulum arsitektur di kampuskampus. Selain Universitas Atma Jaya Yogyakarta, IMA-ITM juga berkunjung ke universitas lain, seperti Universitas Parahyangan, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Teknologi Yogyakarta. Kunjungan ini diawali dengan presentasi masingmasing prodi mengenai kegiatan serta fasilitas apa saja yang ada. UAJY diwakili oleh Ir. Soesilo Budi Leksono, S.T., M.T. selaku ketua prodi arsitektur UAJY. Sementara ITM diwakili oleh Ir. Musani, M.T. Student Lounge dipenuhi oleh 48 mahasiswa perwakilan ITM yang terdiri dari 3 angkatan serta beberapa perwakilan dari HIMA Triçaka UAJY.

50 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Text by Yulius Duta Prabowo Photo by Doksi HIMA TRIÇAKA

Pada kunjungan kali ini, ada 5 dosen ITM yang ikut serta dalam kunjungan studi banding kali ini. Dua orang dosen ditugaskan untuk studi banding ke LPPM UAJY, 2 orang dosen lainnya studi banding ke Bantuan dan Konsultasi Hukum UAJY. Sementara Bapak Ir. Musani, M.T. sendiri bertugas untuk menemani mahasiswanya dalam mempelajari arsitektur. “Harapan kami sepulang dari sini, kami mendapatkan oleh-oleh tentang pembelajaran dari Atma Jaya ini” ujar Bapak Musani menegaskan. Perwakilan dari masing-masing himpunan saling bertukar tanda mata sebelum beranjak dari Student Lounge untuk menuju rangkaian acara berikutnya, yaitu berkeliling kampus 2 untuk memperkenalkan bagaimana kondisi ‘rumah’ yang turut mendukung kegiatan perkuliahan kami. Perjumpaan ini diakhiri dengan saling jabat tangan dan foto bersama. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya teman ITM, semoga kunjungan kali ini tidak hanya memberikan kesan positif, namun juga benar-benar bermanfaat dan menguatkan tali silaturahmi di antara ITM dan UAJY.


Menyusuri Indahnya Desa Wisata Brayut

P

agi itu tanggal 5 Maret 2016, mahasiswa mata kuliah perencanaan pariwisata bersama mahasiswa kerja praktik penelitian siap bergegas untuk melakukan studi lapangan di Desa Wisata Brayut di Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa wisata ini berkembang sejak tahun 1999 yang berfokus dalam sektor pertanian. Desa Wisata Brayut sendiri berada di Dusun Brayut. Desa wisata Brayut memiliki 21 homestay yang dilengkapi dengan berbagai kegiatan berbudaya seperti belajar karawitan, belajar tarian tradisional,membatik, bercocok tanam, membajak sawah, permainan tradisonal, atraksi jathilan, dan kenduri. Desa Wisata Brayut masih memiliki arsitektur Jawa yang lengkap, antara lain rumah joglo, limasan, kampung, sinom, ceregenjet dan paculgoang. Desa Wisata Brayut sempat menjadi tuan rumah Ngayogjazz pada tahun 2012 dan tahun 2014. Motto Desa Wisata Brayut adalah Hijau desaku, lestari budayaku. “ Motto ini diharapkan dapat membuat Desa Brayut menjadi desa hijau, lestari secara kesenian, sosial, budaya dan menjadi desa yang unggul di kemudian hari.” Ungkap pak Sumarmadi selaku ketua Desa Wisata Brayut membuka acara kunjungan.

Text and photo by Aubrey Desti Gelisia

Desa Wisata Brayut adalah salah satu pariwisata kreatif yang melibatkan partisipasi warga Dusun Brayut itu sendiri, baik sebagai pengelola maupun bertanggung jawab dalam atraksi dan homestay yang disediakan. Selain itu pariwisata memberikan banyak dampak positif antara lain meningkatkan keramah-tamahan warga Dusun Brayut, meningkatkan pendapatan warga Dusun brayut dan meningkatkan kas Dusun Brayut. Selain itu Desa Wisata Brayut juga membantu melestarikan budaya tradisional dengan atraksi yang ditawarkan di Desa Wisata ini. Kesuksesan Desa Wisata Brayut terbukti dengan berbagai penghargaan yang diterima setiap tahunnya. Prestasi tersebut antara lain juara 3 lomba desa wisata tingkat provinsi tahun 2009, juara 3 lomba desa wisata tingkat provinsi tahun 2009 juara 1 festival desa wisata se- kabupaten sleman tahun 2011, dan juara 1 festival desa wisata Kabupaten Sleman tahun 2011-2015. Kini Desa Wisata Brayut terus berusaha mengembangkan atraksi dengan memanfaatkan potensi yang tersedia di Dusun Brayut. “Untuk ke depannya semoga Desa Wisata Brayut dapat mengembangkan atraksi berupa perkebunan, camping ground dan rafting.” Tutup pak Sumarmadi mengakhiri acara kunjungan.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

51


/POINT/CAMPUS NEWS

“GOLD ERA” GARSA

G

old Era atau era keemasan menjadi tema dari GARSA tahun ini. GARSA (Liga Arsitektur) merupakan pertandingan persahabatan yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh HIMA TRIÇAKA UAJY. Meski disibukkan oleh berbagai aktivitas dan tugas, namun antusiasme para peserta untuk mengikuti kegiatan ini sangat besar. Total peserta yang ikut berpartisipasi adalah 281 orang yang terbagi dalam berbagai perlombaan yaitu basket, futsal, mural dan bilyard. Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 11 - 20 Maret 2016 di beberapa lokasi yaitu Aula kampus 1 UAJY di Mrican untuk basket dan futsal, lahan parkir Utara kampus 2 UAJY untuk mural, dan Bliss Pool and Lounge untuk bilyard. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari Fakultas Teknik UAJY, mulai dari angkatan 2005 hingga 2015.

52 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Text by Florentina Ditta Photo by Doksi HIMA TRIÇAKA

Seluruh rangkaian GARSA ini diakhiri oleh final basket dan futsal. Pertandingan ini berlangsung seru dan menegangkan. Para pemain berlomba untuk menampilkan permainan terbaik guna menghantarkan timnya menjadi juara. Euforia pertandingan juga tidak terlepas dari para supporter yang dengan antusias memberikan dukungan kepada masing-masing tim. Setelah semua rangkaian acara GARSA ini terlaksana, sebagai penutup adalah penyerahan piala kepada para pemenang. Tahun ini merupakan Gold Era-nya angkatan 2014 karena berhasil meraih juara pertama pada tiga bidang yang diperlombakan yaitu lomba mural, basket dan futsal. Secara keseluruhan kegiatan ini berjalan dengan baik dan sukses. Selamat kepada para pemenang!


/POINT/ARCHITECTURAL EVENT

Pameran “RUMAH” Andra Matin

Text and Photo by Danang Seta Wijaya

“Saya senang ketika harus membuat sesuatu yang rumit dan kompleks menjadi sebuah hal yang mudah dan sederhana (simpel)”.

B

egitulah yang disampaikan dalam presentasi Andra Matin ketika menjelaskan tentang pameran tunggalnya yang bertajuk “RUMAH”. Pameran ini berlangsung sejak tanggal 16 Februari hingga 17 April 2016 di Kopimanyar, kedai kopi miliknya. Rumah dimaknai dengan berbagai pola oleh seorang Andra Matin. Rumah baginya haruslah dapat memiliki fungsi sentral sebagai pemersatu sebuah keluarga. Sesibuk apapun sebuah keluarga rumah haruslah menjadi pemberhentiaan dan penantian terakhir seseorang untuk “pulang”. Sesuai dengan penekanan pameran ini yang ingin menunjukkan identitas dari andramatin dan Andra Matin, penataan pameran dibuat seminimal mungkin dengan layout ruang sederhana, kesan ringan dengan pustek dari aktilik dan style maket monokrom menjadi hal yang menjelaskan bagaimana andramatin bersikap dan berkarya. Pada pameran ini dipamerkan 20 maket rumah tinggal karya andramatin dengan beberapa karya visual digital berupa dokumentasi karya. Pameran yang dilakukan di Kopi Manyar Bintaro ini memang dibuat mengalir dan menyatu dengan kegiatan cafe, pengunjung diajak bersantai sejenak lalu melihat mengobrol bercengkrama sambil diskusi santai tentang karya-karya andramatin. Terkadang pengunjung sering

pula bertemu dengan sang empunya pameran, Andra Matin yang sering ngopi santai dan berdiskusi dengan beberapa pengunjung pameran. Garis, bidang, volume dibungkus dengan material yang terkesan dingin dan nyaman. Substraksi bentuk sebisa mungkin disederhanakan menjadi bidang-bidang tegas yang membentuk ruang-ruang inti dan pembatas setiap privasi penghuni. Keseimbangan antar elemen alam (lanskap) dan buatan (rumah) pada akhirnya membentuk karakter hunian. Sequence seseorang dalam memasuki rumah juga menjadi sesuatu yang mistik dan krusial untuk disikapi. Perjalanan menuju pintu masuk dibuat sedemikian rupa untuk membentuk pengalaman ruang yang secara intuitif akan tertanam di alam bawah sadar penghuni tentang rumah. Ambience setiap ruang juga menjadi permainan menarik yang dimainkan disetiap karya Andra Matin, ruang terkadang bisa terkesan menyatu ataupun menjauh, hangat ataupun dingin. Setiap rumah pada akhirnya akan memberikan beragam memori terhadap penghuninya, sebagus atau seburuk apapun dirinya (rumah) tetap menjadi sebuah pemberhentian yang dinanti. Jadi pergi dan rasakan nyamannya “pulang” kerumah.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

53


/POINT/ARCHITECTURAL EVENT

WEX UGM 2016: Jogja Mencari Ruang

D

alam rangka mempertahankan perkotaan sebagai pusat sosial, ekonomi, dan kebudayaan, kita membutuhkan solusi yang lebih “padat”. Kotakota yang berkembang akan membutuhkan lebih banyak penggunaan ruang yang efisien, seperti multi-layered land, di masa depan. Begitulah bunyi sepenggal kalimat yang tertera di banner besar pada acara WISWAKHARMAN EXPO atau yang kerap disebut WEX, acara yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Arsitektur (KMTA) Universitas Gadjah Mada. Isu yang diangkat pada Wiswakharman Expo tahun ini ialah densitas penduduk. “Jogja Mencari Ruang” menjadi tema besar pameran tahun ini yang mewakili isu kepadatan penduduk terutama di Yogyakarta. Tematik, menarik dan sangat inspiratif, mungkin itulah pikiran yang terlintas saat kita menyaksikan pameran yang berlangsung di WEX 2016. Pameran Pasca KKA 2016 menampilkan gagasan desain komponen-komponen kota guna memenuhi kebutuhan residen, yaitu transportasi publik, ruang terbuka publik, pemukiman, serta urban farming guna menyuplai makanan residen perkotaan. Sebagai acara arsitektur tahunan yang banyak orang tunggu, WEX UGM kembali menghadirkan narasumber

54 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Text and Photo by Yulius Duta Prabowo

yang kompeten pada talkshow kali ini. Talkshow dengan tema “Jogja Mencari Ruang” ini diisi oleh 3 pembicara yang ahli dalam bidangnya yaitu Ren Katili, Budi Pradono, serta Marco Kusumawijaya. Marco Kusumawijaya (Director of Rujak Center for Urban Studies) banyak membahas mengenai bagaimana pembangunan kota bagi masyarakat yang beragam dengan tetap berlandaskan keadilan. “Pembangunan tidak boleh bertumbal” ujar Marco Kusumawijaya mengutip kata Romo Mangun dalam presentasinya, Yogya as a city and its people. Presentasi kedua oleh Ren Katili (founder of arsitektropis) yang banyak membahas prinsip-prinsip arsitektur tropis pada bangunan modern dan pengaruhnya terhadap penghematan energi. Presentasi berikutnya oleh Budi Pradono (founder of Budi Pradono Architect) lebih banyak membahas proyeknya di Bandung, Dancing Hotel dan kaitannya dengan vertical development kini. Bukan hanya pameran Pasca KKA 2016 dan Talkshow saja yang menarik, acara yang berlangsung selama tiga hari, yakni tanggal 8-10 April 2016 juga menyajikan bebagai rangkaian acara yang menghibur serta edukatif, seperti aneka penampilan seni, Workshop sketsa, Presentasi Pasca KKA serta dimeriahkan oleh artis-artis lokal seperti penari Didik Nini Thowok, Nawa Etnika, komedian Kelik Pelipur Lara, dan masih banyak lagi.


ARÇAKA#6 | MAY 2016

55


/HALAMAN IAI DIY

Musyawarah Daerah VIII Ikatan Arsitek Indonesia D.I. Yogyakarta

Text by Yulius Duta Prabowo Photo by courtesy of IAI DIY

Musyawarah Daerah VIII Ikatan Arsitek Indonesia seorang arsitek berkarya sebagai arsitek, mendapatkan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali digelar setelah tiga honorarium profesinya sebagai arsitek, bukan dari tahun berlalu di Crystal Lotus Hotel Yogyakarta, Sabtu 23 profesi yang lain”. April 2016. Pembukaan Musyawarah Daerah VIII Ikatan Jika kita menengok peradaban manusia pada Arsitek Indonesia (IAI) ditandai dengan pemukulan gong awal sejarah, arsitektur adalah unsur penting untuk oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Hamengku mempelajari karakter bangsa. Karena itu, arsitek Buwono X di dampingi Arief Heru Swasono, IAI selaku hadir bukan sebagai juru gambar, namun gagasannya Ketua IAI DIY serta Ketut Rana Wiarcha,IAI selaku Wakil diartikulasikan dalam sebuah karya arsitektur. Begitulah Ketua Umum IAI. yang dipaparkan oleh Gubernur Daerah Istimewa Musyawarah Daerah sendiri dilaksanakan untuk Yogyakarta Hamengku Buwono X dalam sambutannya memilih Ketua/Formatur Daerah. Sebelum Musyawarah “Peran dan Kontribusi dalam Membentuk Peradaban Jogja Daerah ini, tentunya telah diadakan penyampaian visi Istimewa”. “Jogja Istimewa” dalam konteks arsitektur dan misi para kandidat Ketua IAI DIY. Pada Musyawarah adalah keistimewaan arsitektur bangunan Kraton, nilaiDaerah kali ini, terdapat 3 kandidat Ketua IAI DIY, nilai yang mendasari tata ruang Kraton yaitu, kraton antara lain Arief Heru Swasono, IAI, Edward Sumpeno sebagai pusat pengembangan, sebagai ruang humanisSudharsono, IAI, AA serta Ahmad Saifudin Mutaqi, IAI religius, konsep pembangunan berkelanjutan, sebagai yang akhirnya terpilih sebagai Ketua IAI DIY periode zonasi ruang, sistem pertahanan berlapis, sebagai lokasi 2016-2019. pilihan serta sebagai kawasan heritage. Kini arsitek Indonesia dituntut untuk profesional Namun kini keadaan telah berubah. Rencana tata dan memiliki kompetensi guna menghadapi kompetisi kota menjadi jauh tertinggal dibandingkan pertumbuhan yang ada saat ini. Adanya sifat materialistis semestinya lainnya. Hal ini tentu berdampak buruk dengan ditangkal, dengan menjadikan kearifan lokal sebagai ditandai maraknya permukiman kumuh, kemacetan, bekal diri yang berfungsi sebagai penyeimbang terhadap tekanan sosial, ekonomi, politik bahkan frustasi akibat perubahan budaya dunia. Perubahan yang kini mulai ketidaknyamanan kota. Keistimewaan Yogyakarta terjadi harusnya dimaknai sebagai suatu penyegaran agar perlu dikembalikan dengan ketegasan penegakan tetap dinamis. Ungkap Arief Heru Swasono, IAI selaku hukum terutama dalam hal zonasi ruang. Maka arsitek Ketua IAI DIY dalam sambutannya. perlu meneguhkan kembali hakikinya. Arsitek tidak Ketut Rana Wiarcha,IAI selaku Wakil Ketua Umum hanya mengedepankan bentuk arsitektur, melainkan IAI juga mengatakan perlunya penguatan profesi arsitek. merevitalisasi gagasan lama dengan memberikan Dalam sambutannya, ia menganalogikan arsitek sebagai muatan nilai-nilai baru. pemain bola. “Pemain bola bermain bola dapat uang dapat uang dari profesinya seorang pemain bola. Profesi

56 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Musyawarah Daerah VIII IAI DIY ditandai dengan pemukulan gong oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Hamengku Buwono X

Peserta Musyawarah Daerah tampak serius mengikuti jalannya acara

Penyematan pin IAI pada Ketua/Formatur Pengurus IAI DIY masa bakti 2016-2019

ARÇAKA#6 | MAY 2016

57


/STUDENT.WORKS/COMPETITION

58 ARÇAKA#6 | MAY 2016


ANDREAS KURNIYANTORO ARS‘ 10

GOLD AWARD NIPPON PAINT YOUNG DESIGNER AWARD 2015

ARÇAKA#6 | MAY 2016

59


/STUDENT.WORKS/COMPETITION

60 ARÇAKA#6 | MAY 2016


ARÇAKA#6 | MAY 2016

61


/STUDENT.WORKS/COMPETITION

AZKI MUHAMMAD ARS‘ 11

DANANG SETA W. ARS‘ 12

WAYA THERESIA ARS‘ 11

62 ARÇAKA#6 | MAY 2016

ELLY MARIANA ARS‘ 11

SINARMAS LAND YOUNG ARCHITECT COMPETITION 2015-COMMERCIAL CATEGORY


ARÇAKA#6 | MAY 2016

63


/STUDENT.WORKS/COMPETITION

64 ARÇAKA#6 | MAY 2016


ARÇAKA#6 | MAY 2016

65


66 ARÇAKA#6 | MAY 2016


REMPAH RUMAH KARYA

Mengembalikan Jati Diri Bangsa Text by Fransilya Tupamahu, Stella Dewi K, Octavianus C. Lawing & Dhanni Novianto Photos by Stella Dewi K. and courtesy of Rempah Rumah Karya

Interior pada bangunan tambahan untuk Rempah Shop

ARÇAKA#6 | MAY 2016

67


D

i tengah perkembangan jaman dan juga pesatnya perkembangan ekonomi ini, seringkali membuat kita merasa khawatir. Belum lagi dengan adanya kebijakan pemerintah akan keterlibatan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 1 Januari 2016. Hal ini tentunya berdampak bagi sektor bisnis di Indonesia. Berbicara tentang bisnis, tidak lepas juga dengan arsitektur yang seringkali melayani permintaan para klien yang merupakan pelaku bisnis. Lantas, apa peran arsitek dan juga arsitektur dalam menghadapi kebijakan MEA? Menjawab itu, kami melakukan kunjungan ke Rempah Rumah Karya yang terletak di Jl. Adi Sucipto, Desa Tegal Mulyo RT 2 RW 4 Gajahan, Colomadu, Karanganyar. Rempah Rumah Karya, merupakan sebuah tempat yang mewadahi ide dan gagasan antara desainer, arsitek, seniman, akademisi, professional dan juga komunitas dengan semangat kreativitas.

Pada awalnya, Paulus Mintarga selaku pemilik dan juga konseptor desain dari Rempah Rumah Karya hanya berencana untuk menjadikan lahan seluas 2300 m2 menjadi sebuah gudang penyimpanan bagi stock dan peralatan bagi usaha meubelnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, beliau sepakat untuk mendirikan sebuah ruang bagi para pelaku kreatif seperti desainer, seniman, ataupun arsitek yang ingin berkarya. “Pak Paulus memang sudah lama memiliki cita-cita untuk membuat sebuah tempat yang terbuka bagi para pelaku kreatif.�, ujar Joko Haryanto, selaku arsitek dari timtiga arsitek dan juga selaku narasumber. Dalam perjalanannya, Rempah Rumah Karya berkembang hingga memiliki sebuah rempah shop yang menjual barang hasil kreasi para pengrajin maupun seniman. Nama Rempah Rumah Karya sendiri sebenarnya merupakan sebuah simbolisasi dari kata rempah. Rempah berarti bumbu masakan, gabungan substansi

Bagian depan Rempah Rumah Karya

68 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Denah Rempah Rumah Karya

Potongan Rempah Rumah Karya

yang memperkaya, yang secara tidak langsung berarti kekayaan dan keberagaman Indonesia akan budaya dan juga tradisi. Rempah juga merupakan salah satu komoditas yang menarik para pedagang maritim dari negara-negara luar untuk datang ke Indonesia. Konsep Desain Konsep sustainable yang diterapkan pada bangunan ini bukanlah konsep utama, sustainable yang dimaksudkan disini adalah melakukan tindakan nyata dengan tidak melakukan tindakan pemborosan dan mengoptimalkan suatu hal yang telah dimiliki seperti material bekas yang sudah ada di gudang maupun material lokal yang berasal dari daerah sekitar. Pada dasarnya bangunan ini tidak memiliki konsep yang utuh, konsep dibiarkan untuk berkembang

Interior pada Rempah 1

melalui proses pembangunannya, salah satunya yaitu diskusi antara tim dengan tenaga kerja atau ‘tukang’, hingga diperolehlah bangunan dengan konsep yang dapat disebut sustainable. Material bekas memang merupakan bahan utama dari bangunan ini, namun hal tersebut tidaklah sembarang diterapkan dalam proses pembangunan. Sebelumnya telah dilakukan uji coba dan perhitungan yang dilakukan secara struktural sehingga penggunaan material bekas ini tidaklah sembarangan atau ‘asal-asalan’. Struktur bangunan utama menggunakan baja CNP dan material besi (material bekas dan reject) dan beton bertulang prefab yang dicetak sendiri. Plat lantai 2 dan 3 dengan beton ringan dengan isian dari styrofoam dan bambu, kemudian difinishing dengan anyaman kepang bambu. Atap dari rangka wiremesh lalu di tutup krepyak

ARÇAKA#6 | MAY 2016

69


Interior pada bangunan Rempah 2

(bambu yang di belah-belah), aspal paper (dibuat sendiri dari bungkus sak semen yang dilapis aspal) lalu ditutup ijuk. Dalam membangun rempah rumahkarya detail arsitektural dilakukan secara spontan atau langsung pada penerapan di lapangan. Dengan percaya bahwa Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia yang unggul, Pak Paulus memberikan kesempatan bagi tukang/tenaga setempat, untuk berkreasi dalam ‘menganyam’ dan mengkreasikan potongan-potongan material bekas pada fasade, detail dan elemen arsitektural lainnya. Pekerjaan dilakukan tidak terpaut pada gambar kerja saja. Lokalitas Dalam Rempah Rumah Karya Lokalitas dalam rempah rumah karya tidak diterapkan secara fisik pada rancangan bangunan ini. Lokalitas pada bangunan ini tidak terlihat dari fasad maupun wujud dasar dari bangunan ini. Hal ini dikarenakan tim arsitek dari rempah rumah karya ini beranggapan bahwa lokalitas itu tidak semata hanya terlihat dari bentuk joglo , atau penggunaan kayu dan sebagainya. Mereka tidak ingin “terjebak” dan meihat lokalitas itu dalam bentuk tampilan saja.

70 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Bangunan tambahan untuk Rempah Shop

Hampir semua bagian bangunan ini terbuat dari baja dan beton. Namun jika dilihat dari proses pembangunannya semuanya menggunakan caracara tradisional, seperti pencetakan beton yang menggunakan cara manual. Selain itu material yang digunakan juga merupakan material yang ada disekitar, dan tidak berlebihan dimana harus mendatangkan material dari tempat-tempat tertentu. Hal ini menunjukan bahwa lokalitas yang ingin diwujudkan dalam bangunan ini berupa “nyawa” dari semangat untuk berkarya, dan melakukan pembangunan yang mampu mengoptimalkan dan memanfaatkan segala yang berasal dari lingkungan sekitar.


Interior pada bangunan tambahan untuk Rempah Shop

Penggunaan material kayu bekas untuk eksterior

Rempah Rumah Karya dalam MEA Rempah Rumah Karya merupakan rumah bagi anak bangsa untuk berkarya. Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) pada awal tahun 2016, Rempah Rumah Karya pun ikut serta dalam hal tersebut. Sebagai wadah memberikan kesempatan untuk saling belajar melalui kegiatan workshop, kunjungan, sarasehan (design sharing), kerja magang dan praktek serta residensi, diharapkan mampu menghadapi MEA. Salah satu strategi dalam menghadapi MEA yang direncanakan oleh pihak Rempah Rumah Karya dalam waktu dekat, yaitu dengan mengadakan workshop training dengan memanggil pembicara dari luar

negeri, yang ditujukan untuk umum dan pihak Rempah sendiri. Rempah Rumah Karya juga membuka diri untuk mewadahi kreatifitas para profesional untuk saling berbagi, mendukung dan bekerja sama dalam tindakan nyata. Simbolisasi rempah sebagai komoditas nusantara merupakan magnet bagi para pendagang mancanegara, diterapkan dalam produk yang dihasilkan oleh Rempah Rumah Karya dalam menghadapi MEA. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang bermacam-macam dengan pemahaman yang dalam, unik dengan kekhasan keragaman budaya Indonesia, yang diharapkan mampu bersaing di pasardunia, dengan concept store “Good Indonesian Design�. Dengan nama rempah diharapkan juga dalam MEA ini Indonesia dapat kembali menjadi negara yang dicari oleh bangsa-bangsa lain dengan jati dirinya sebagai negara penghasil rempah. Dengan nama rempah diharapkan juga dalam MEA ini Indonesia dapat kembali menjadi negara yang dicari oleh bangsa-bangsa lain dengan jati dirinya sebagai negara penghasil rempah. ***

ARÇAKA#6 | MAY 2016

71


72 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Nama Proyek : Rempah Rumahkarya Lokasi : Jl. Adi Sucipto, Desa Tegal Mulyo RT 2 RW 4 Gajahan Colomadu Karanganyar – Indonesia 57176 Periode : 2009-2011 Luas Site : 2300 sqm Luas Total Lantai : 1370 sqm Owner : Paulus Mintarga Arsitek : Timtiga

DAFTAR PUSTAKA Aristeus, S. (2014). Peluang Industri dan Perdagangan Indonesia dalam Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Asia. Rechts Vinding, 145-162. R., W., & dkk. (2008). Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Jakarta: Kompas Gramedia. Reynolds, C. (2010). Introduction to Business Architechture. Boston, USA: Stacy L.Hiquet. Joko H. (27 April 2016), Rempah Rumah Karya, Solo. (F. Tupamahu, Stella D. K., Ocavianus C. L. & Felix Y. A. K., Interviewers) WEBSITE www.rempahrumahkarya.com

ARÇAKA#6 | MAY 2016

73


/TECHNOLOGY & INNOVATION

ANIDOLIC DAYLIGHTING SYSTEM

74 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Text by Aubrey Desti & Fransilya Tupamahu Photos by Courtesy of Floriberta Binarti & Prasasto Satwiko

S

emakin berkembangannya jaman, jumlah penduduk yang terus meningkat berbanding lurus dengan peningkatan jumlah permukiman. Akibatnya permukiman menjadi padat. Bangunan tinggi menjadi masalah di permukiman kota yang padat karena menjadi penghalang masuknya cahaya ke dalam sebuah ruangan. Hal ini menyebabkan berkurangnya kuantitas pencahayaan alami pada bangunan. Melihat hal ini, Jean Louis Scartezzini dan Gilles Courret mengembangkan Anidolic Dayligting System (ADS) pada tahun 2002. ADS atau Anidolic Daylighting System adalah suatu sistem pencahayaan yang bekerja dengan cara menangkap cahaya matahari dari luar ruangan dan memasukkannya kedalam ruangan dengan menggunakan kolektor untuk meningkatkan pencahayaan dalam ruang tersebut. Tahun 2015, Floriberta Binarti dan Prasasto Satwiko, dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta, mengusulkan sebuah aplikasi dari ADS yang terjangkau untuk

Siteplan aplikasi ADS

meningkatkan kinerja pencahayaan dari ruang tamu di rumah perkotaan tropis yang lembab tanpa meningkatkan suhu udara dalam ruangan. Studi ini dilakukan di negara tropis menengah area perkotaan padat di Yogyakarta, Indonesia. Letak ruang keluarga dikelilingi oleh koridor yang di sebelah timur, sebuah teras yang memiliki penghalang eksternal tinggi dari bangunan tetangga ke utara, sebuah kamar tidur pada sisi barat dan dapur di sebelah selatan. Spesifikasi ini menciptakan suatu pencahayaan yang buruk. Dengan spesifikasi seperti ini, satu-satunya yang memungkinkan untuk menjadi kolektor (penangkap cahaya matahari) ADS dalam studi ini adalah fasad bangunan di sebelah timur atau barat. Dibandingkan dengan kolektor yang menghadap ke barat, kolektor yang menghadap ke timur memperpendek masa terang, yang berarti medium transport energi lebih sedikit akan hilang.

Detail kolektor ADS

ARÇAKA#6 | MAY 2016

75


/TECHNOLOGY & INNOVATION Desain ADS Anidolic Daylight System menggunakan prinsip sinar-tepi (edge-ray), kolektor parabola dan titik fokus dari kolektor anidolic yang ditemukan. Sebuah kolektor parabola dengan lebar 40 cm yang didesain untuk menangkap cahaya zenithal pada titik focus kolektor dan untuk mencegah masuknya sinar matahari yang berlebihan. Kolektor ini dipasang 2,58 meter dari lantai paling rendah bangunan, kolektor zenithal ini akan memuat cahaya 60° sampai 100°, dan sudut penyebaran keluar antara 60°dan 100°. ADS dengan lebar 40 cm meningkatkan kinerja pencahayaan secara signifikan bahkan di bawah kondisi langit terburuk. Ketika matahari berada pada jarak terpanjang dari ADS dalam kondisi langit mendung, Ei (iluminan di dalam ruangan) bisa mencapai lebih dari 50 lux. Meskipun pencahayaan langit tinggi, DGP (Daylight Glare index Probability) masih dibawah 30%. Modifikasi dari ADS Meskipun perbedaan antara simulasi dan pengukuran lapangan bervariasi, simulasi secara keseluruhan dan pemantauan 40 cm lebar aplikasi ADS telah menegaskan

bahwa sistem ini dapat meningkatkan pencahayaan yang ada pada ruang tamu. Untuk meningkatkan penerangan dalam ruangan setelah pukul 13:00 WIB, bentuk kolektor dimodifikasi menjadi tiga model ADS. Alternatif pertama bisa memperpanjang jarak titik fokus dari fasad dinding untuk menangkap cahaya matahari lebih banyak saat sore hari. Alternatif kedua menambahkan kolektor di fasad sebelah barat untuk menangkap cahaya matahari sore. Jadi ADS dengan kolektor menghadap ganda dapat meningkatkan penerangan dalam ruangan di sore hari di bawah langit yang cerah dengan matahari. ADS bisa menjadi solusi yang menjanjikan untuk masalah pencahayaan di daerah tropis. ADS bisa menawarkan kesempatan bagi bangunan yang sangat padat di daerah perkotaan untuk menangkap langsung dan menyebar sinar matahari dengan SF (Sky Factor) lebih tinggi dari SF(Sky Factor) jendela vertikal pada ketinggian yang sama. Hasil keseluruhan membuktikan bahwa pendekatan konvensional dalam menentukan dimensi pembukaan (rule pencahayaan praktis) bisa tidak lagi diadopsi dalam pencahayaan canggih sistem ini.

Potongan rumah dengan ADS yang menghadap ke timur (atas) dan detail kolektor ADS dengan analisis ray (bawah)

76 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Tiga model ADS

Glare analysis dari simulai interior dengan 20,4% untuk DGP pukul 11.00 WIB

HDR Fisheye Photo dari interior pukul 11.00 WIB

Referensi : Binarti , Floriberta and Satwiko, Prasasto. June 2015. An east-facing anidolic daylighting system on a tropical urban house. Glare analysis dari interior yang nyata dengan 16 % untuk DGP pukul 11.00 WIB

ARÇAKA#6 | MAY 2016

77


/ANJANGSANA/JEJAK.ARSITEKTUR

PASAR BARU NOSTALGIA PERJALANAN SEJARAH

Text by Yunita Fitriani Fransilya Photos from various sources

D

i hari terakhir eskpedisi tim arcaka 6 kali ini, tepatnya pukul 13.36 waktu setempat, kami melakukan perjalanan menuju ke arah Jakarta Pusat, tepatnya menuju Pasar Baru (Pasar Baroe). Pasar Baru sampai saat ini masih mampu mempertahankan eksistensinya, sebagai pusat perbelanjaan tertua di kota Jakarta dan merupakan satu di antara sedikit tempat bersejarah yang masih bertahan. Pasar Baru tidak dapat dipisahkan dari peristiwa sejarahnya. Dikenal sebagai daerah kawasan pertokoan elite, pasar baroe dibangun oleh Pemerintah HindiaBelanda pada tahun 1820 untuk kalangan elit yang tinggal disekitarnya. Nama Pasar Baru secara alami dikenal , dikenal sesuai dengan keberadaan pasar yang relatif baru pada tahun 1820, melengkapi pasar Tanah Abang dan Pasar Senen yang di bangun pada tahun 1730-an. Pada tahun 1740 terjadi penumpasan etnis Tionghoa di Batavia oleh pemerintah Hindia-Belanda. Mereka diisolir di luar benteng dan hanya diijinkan berada di dalam kota Batavia pada siang hari. Sehingga merekalah akhirnya yang kemudian berdagang di Pasar Baru. Membentuk komunitas dan mengendalikan perniagaan disana. Pada awal tahun 1800 warga Belanda yg ada di Batavia berpindah beberapa mil ke daerah Selatan, dikarenakan mereka sebelumnya membangun di atas kawasan lahan reklamasi dengan jalanan yang sempit dan banyak

78 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Pasar Baru sekitar tahun 1909 sumber: www.skyscrapercity.com

Pasar Baru sekitar tahun 1910 sumber: http://archive.kaskus.co.id/ thread/3606318/


kanal air yg tak terawat disekitarnya. Mereka akhirnya membangun kawasan baru disana dengan memberikan nama daerah tersebut dengan sebutan Weltevreden yg bermakna daerah aman atau damai, membuat pasar baru menjadi pusat perdagangan dan perbelanjaan masyarakat Weltevreden sejak perpindahannya. Kawasan ini kini sudah masuk wilayah sekitar Pasar Baru, kawasan lapangan Banteng dan Kawasan Istana Rijswijk (Istana Merdeka). Pasar baru juga menyediakan barang-barang kebutuhan pimer, sekunder, tersier, hingga kuarter. Toko sepatu Sin Lie Seng misalnya yang di bangun sejak 1941 dikenal memiliki kualitas sepatu terbaik . Terdapat juga rumah makan Bakmi Gang Kelinci yang telah membuka usahanya pada tahun 1957 sebagai pedagang mi gerobak di Jalan Pintu Besi. Toko-toko lama yang masih bertahan sampai saat ini adalah Apotek Kimia Farma, toko Lee Le Seng, toko perabot rumah tangga Melati, toko Jam TjungTjung, dan toko kacamata Seis (Tjun Lie). Meskipun pada era tahun 1950-1957 Indonesia masih baru merdeka, sistem perekonomian pasar kala itu diserahkan pada teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama para pengusaha Cina. Hal itu menyebabkan memburuknya perekonomian Indonesia karena pengusaha dari pribumi kalah saing dengan pengusaha dari nonpribumi. Seiring berkembangnya jaman, kini Pasar baru telah banyak mengalami perubahan pada bentuk bangunannya. Sejak tahun 2000, kawasan pasar baru mulai di hidupkan kembali untuk mengingat jaman kejayaan HindiaBelanda kala itu. Pintu masuk Gapura di bangun dengan gaya Pecinan, Kompleks pertokoan mulai banyak yang direnovasi dengan gaya modern dan gedung-gedung yang tertata rapi. Kini hanya sisa-sisa wuwungan atap yang masih tersisa, karena bangunan yang di bawahnya sudah banyak berubah. Setelah banyak menghabiskan waktu berkeliling di daerah Pasar Baru, dan mengobrol dengan beberapa warga asli sekitar, tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 15.52 WIB dan kini saatnya tim Arcaka kembali melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Senen untuk segera kembali ke Yogyakarta.

Suasana Pasar Baru saat ini

Pintu gerbang Pasar Baru saat ini

ARÇAKA#6 | MAY 2016

79


/ANJANGSANA/FENOMENA&LIFESTYLE

Sepeda bambu sebagai icon dari Spedagi

80 ARÇAKA#6 | MAY 2016


MENGAYUH RODA REVITALISASI DESA Text by Gabby Helen Maharani Lasut Photos by Doksi HIMA TRIÇAKA

B

eberapa kurun waktu 10 sampai 15 tahun terakhir, kualitas perkotaan semakin menurun. Kepadatan penduduk yang terus melonjak, kemacetan, polusi udara bahkan tingkat kejahatan sosial semakin meningkat pula. Beberapa faktor tersebut tentu saja berakibat pada menurunnya taraf kehidupan yang drastis. Kejenuhan, lelah, penat serta rasa bosan dan tidak aman pun secara perlahan muncul sebagai isu masyarakat yang tinggal di perkotaan. Di sisi lain, isu ini menjadi sebuah peluang bagi Pak Singgih dalam mengangkat potensi dan merevitalisasi desa. Bagi Singgih Susilo Kartono yang akrab disapa Pak Singgih, tekanan hidup yang besar di perkotaan, kesadaran akan ancaman keberlangsungan hidup serta indikasi emisi karbon yang tinggi menyadarkan masyarakat bahwa tinggal kembali di komunitas yang kecil dimana mereka bisa hidup dari sumber-sumber yang terdekat itu merupakan pilihan hidup yang tepat dimasa depan. Komunitas kecil yang dimaksud adalah desa. Bukan Sekadar Sepeda Biasa Berawal dari tahun 2004, Pak Singgih merilis sebuah perusahaan bernama Piranti Works dengan brand Magno yang mengeluarkan sebuah produk dengan bahan dasar kayu. Beberapa produk berhasil dikeluarkan di bawah naungan brand Magno, seperti radio, jam, kaca pembesar, peralatan tulis dan sebagainya. Brand Magno merupakan sebuah contoh produk dengan kualitas internasional yang merupakan produk masyarakat pedesaan dengan menggunakan material sekitar. Hal ini tentu saja berdampak positif pada pemberdayaan sumber daya produksi material tersebut. Eksistensi produk Magno khususnya untuk radio kayu sudah mendunia terkait berhasilnya meraih penghargaan kategori Product of The Year oleh Museum Design pada tahun 2009. Namun demikian, kepuasan Pak Singgih dalam berkarya tidak berhenti begitu saja. Setelah beliau mencapai keberhasi­ lannya pada proyek Magno, beliau merasa proyek Magno kurang memberi dampak yang signifikan bagi penduduk desa Temanggung karena proyek ini tidak terlalu melibatkan warga pedesaan dan memberi dampak besar bagi perekonomian desa. Oleh karena itu, dirintislah sebuah produk lain yang dinamakan Spedagi. Spedagi merupakan sebuah produk yang mengusung aktivitas sosial yang mulai dirintis pada tahun 2013 dengan sepeda bambu sebagai brand iconnya. Mengapa sepeda bambu? Menurut Pak Singgih, pada dasarnya bambu bagi masyarakat desa merupakan material yang membosankan dan simbol kemiskinan. Untuk itu, dengan dihasilkannya produk sepeda berbahan bambu diharapkan dapat membuka pemikiran masyarakat desa bahwa material yang sederhana dapat menghasilkan sebuah produk dengan kualitas terbaik dan mampu bersaing di pasar internasional.

ARÇAKA#6 | MAY 2016

81


/ANJANGSANA/FENOMENA&LIFESTYLE

Homestay Omah Kelingan

Homestay Anti Individualitas Spedagi tidak hanya sekedar menjual sebuah produk olahan bambu tapi juga terkoneksi dengan kegiatan aktivitas sosial perekonomian desa sebagai bentuk revitalisasi. Turis domestik maupun mancanegara yang ingin menikmati kegiatan spedagi dapat datang ke Desa Kandangan yang didukung oleh beberapa homestay dengan nuansa alam. Terdapat tiga homestay sebagai akomodasi kegiatan Spedagi, yaitu Omah Tani, Omah Yudhi dan Omah Kelingan. Material utama dalam pembuatan ketiga homestay tersebut juga menggunakan material sekitar Homestay Omah Yudhi

seperti bambu, kayu dan ijuk sebagai atap. Homestay terdiri atas beberapa massa, ketiga homestay ini sangat menghindari konsep individualitas dengan memperkecil ukuran ruang beristirahat dan memperbesar ukuran ruang komunal. Hal ini bertujuan agar pengunjung lebih sering menghabiskan waktu bersama-sama dan saling berinteraksi selayaknya sebuah komunitas. Setiap pagi para turis di ajak bersama Pak Singgih untuk berkeliling desa dengan bersepeda. Sambil menikmati pemandangan hijau yang sudah jarang ditemukan, para turis akan diceritakan permasalahan desa terkait degradasi potensi. Hal ini diharapkan agar para turis yang datang setidaknya sedikit lebih peka terhadap isu degradasi dan potensi pedesaan dan dapat berkontribusi bersama untuk merevitalisasi desa. Dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun, kegiatan Spedagi semakin lama semakin berkembang. Peminat yang sudah mendunia membuktikan eksistensi kegiatan ini. Sebagai contoh beberapa warga dari Flores dan Kendari yang sebelumnya telah mengikuti kegiatan Spedagi ingin membawa aktivitas sosial ini

Hall Homestay Omah Kelingan

82 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Berbagai macam bentuk produk dari Magno

untuk diterapkan di kampung halaman mereka dan juga terdapat seorang pemuda Jepang yang membeli produk spedagi. Dengan mening­katnya aktivitas sosial dari produk spedagi diharapkan dapat meningkatkan segi psikologis warga desa da­lam konteks produktivitas serta meningkatkan peminat mancanegara khususnya di Benua Asia. Keterlanjuran yang Harus Dihadapi Selaku founder Spedagi, Pak Singgih memiliki pandangan yang berbeda tentang Masyarakat Ekonomi Asean atau yang disingkat dengan MEA. Bagi beliau, MEA merupakan sebuah politik industri internasional yang memudahkan mereka dalam memasarkan produk yang mereka hasilkan, serta mengurangi hambatan maupun tarif tentunya. Di sisi lain, bagi masyarakat Indonesia, MEA merupakan sebuah kerugian karena masyarakat belum cukup siap untuk menghadapi pasar internasional. Keterampilan yang kurang memadai dan kesiapan mental serta kurangnya konsep yang akan menjadi pedoman

dalam menghadapi MEA sendiri menjadi faktor utama. Bagi Pak Singgih, terdapat cara yang lebih ampuh untuk meningkatkan perekonomian Indonesia selain mengikuti trend global, yakni MEA sendiri. Cara tersebut ialah dengan mengembalikan Indonesia menjadi negara agraris dan perindustrian sebagai elemen pendukungnya. Karena menurut beliau, tidak semua sektor yang ada di Indonesia dapat dibuka dan masyarakat juga membutuhkan privasi untuk meningkatkan kualitas produk-produk yang akan dihasilkan.

***

ARÇAKA#6 | MAY 2016

83


1950-2016

ZAHA HADID

“Curiousity, integrity, passion and determination” Text by Titus Abimanyu Photos by Courtesy of Archdaily

84 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Vitra fire station, salah satu karya Zaha Hadid di awal masa karirnya

“Kami semua kaget dan tersayat hati karena kehilangan Zaha hari ini. Seorang yang cantik, bertalenta, seorang pemimpin dan seorang teman...” Facebook Patrick Schumacher, director Zaha Hadid Architects (31 Maret 2016) Beberapa waktu lalu, dunia arsitek kehilangan salah satu Tokoh wanita terbaiknya, dialah Zaha Muhammad Hadid. Sang diva meninggal karena serangan jantung pada 31 maret 2016 di sebuah rumah sakit di Miami, Amerika Serikat pada umur 65 tahun. Zaha Hadid merupakan satu-satunya anak perempuan diantara dua saudaranya yang semua adalah laki-laki. Lahir di Irak awal 1950, ayahnya, Mohammed Hadid adalah seorang pebisnis yang sukses di Irak pada awal tahun enam puluhan. Zaha tinggal dan tumbuh di Irak hingga umur 16 tahun dan kemudian pindah ke Switzerland untuk menempuh pendidikan tahun pertamanya. Setelah menyelesaikan pendidikan di tahun pertama, Ia kemudian menuju ke London untuk melanjutkan studi tahun kedua disana. Zaha Hadid meninggalkan London untuk melanjutkan ke jenjang universitas di American University di Beirut dan pada umur 22 tahun berhasil mendapat gelar Bachelor Science of Mathematic. Dunia arsitektur seorang Zaha dimulai ketika ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah Arsitektur di Architectural Association Architecture di London dan mendapat gelar diploma pada tahun 1977. Rem Koolhaas yang saat itu adalah pembimbingnya melihat bakat seorang Zaha dan menawarkan untuk bekerja di biro

Office Metropolitan Architecture (OMA). Zaha Hadid kemudian mengikuti kompetisi per kompetisi dan berhasil memenangkan kompetisi Hongkong Peak Club pada 1983. Kompetisi ini kemudian menjadi loncatan menuju dunia arsitektur yang nyata dan bukan hanya sebuah kompetisi. Tahun 1987 dunia mengakui Zaha Hadid sebagai seorang arsitek kelas dunia. Ia diundang menjadi professor tamu di beberapa universitas untuk berbicara tentang arsitektur. Zaha hadid juga menjadi anggota kehormatan American Academy of Arts. Zaha juga merupakan seorang professor di University applied of Arts di Austria. Zaha Hadid dikenal sebagai seorang arsitek yang berani keluar dari batasbatas dalam dunia arsitek. Karyanya monumental dan kerap “bermain” dengan konsep-konsep spasial dan memperkuat existing dalam desain urbannya. Seorang Muslim dan Arsitek Wanita Menjadi seorang arsitek internasional saat itu wajarnya didominasi oleh kaum adam, sehingga tak jarang seorang arsitek wanita selalu dipandang sebelah mata. Begitu juga dengan Zaha pada awalnya. Namun dengan kerja keras membuat ia masuk dalam jajaran arsitek dunia yang banyak didominasi kaum pria. Perjalanannya menjadi seorang arsitek kelas dunia tak semudah apa yang ia dapat saat ini. Pemikiran desainnya yang original serta kisahnya mengikuti ratusan kompetisi, serta keraguannya untuk menjadi arsitek karena perbedaan gender serta isu rasisme mewarnai perjalanan seorang Zaha Hadid. Bahkan pada awal Zaha terjun di dunia

ARÇAKA#6 | MAY 2016

85


Zaha Hadid muda bersama Bernard Tschumi, Helmut Swiczinsky, Wolf D. Prix, Daniel Libeskind, Rem Koolhaas, dan Mark Wigley

desain, beberapa kelompok arsitek skeptis dan merasa apa yang Zaha lakukan bukan arsitektur melainkan sebuah scuplture yang menarik namun tak kental filosofi dan teorinya. Namun Zaha berhasil mematahkannya setelah ia memenangkan desain internasional pertamanya pada tahun 1983 namun tidak terbangun. Kesempatan kedua datang tahun 1993 ketika mendapat kesempatan mendesain Cardiff Bay Opera House di London. Namun, desainnya banyak dikecam masyarakat London dan banyak media menyerang Zaha hingga pada tahun 1995 akhirnya dihentikan dengan alasan pemberdayaan arsitek lokal. Kejadian tersebut membuat Zaha tertekan dan sempat ragu-ragu untuk melanjutkan menjadi arsitek ataukah mundur. Semuanya berakhir ketika beberapa kolega termasuk partnernya Peter Schumacher memberikan semangat sehingga Zaha dapat bangkit dan membawa pada kemenangan pada kompetisi berikutnya. Zaha Hadid terlahir sebagai seorang muslim pada dekade awal tahun limapuluhan di Baghdad Irak. Ia tumbuh dan berkembang ditengah kultur liberal dikeluarganya saat itu hingga membuatnya bebas dan kritis terhadap apa yang Ia minati termasuk arsitektur. Pemikiran kritis ini dibawanya hingga ketika terjun di dunia arsitektur. Zaha menantang pandangan stereotip tentang muslim di dunia barat. Zaha berhasil membuktikan bahwa desainnya yang banyak dipengaruhi budaya dan arsitektur Islam mampu memukau dunia barat. Elemen arsitektur

86 ARÇAKA#6 | MAY 2016

Islam seperti bentuk yang irregular, abstrak dan dinamis banyak diterapkan dalam desain-desainnya. Memenangkan Pritzker Prize Determinasi seorang Zaha Hadid dalam dunia arsitektur menghantarkan memenangkan berbagai gelar dan penghargaan dalam bidang arsitektur antara lain RIBA award serta yang paling bergengsi mendapatkan penghargaan Pritzker Prize pada tahun 2004. Penghargaan ini setingkat dengan hadiah Nobel dalam dunia Arsitektur. Penghargaan ini diberikan kepada arsitek yang produktif serta memberikan kontribusi yang besar pada kemanusiaan dan lingkungan dalam dunia seni arsitektur. Zaha mendapatkan penghargaan ini atas talentanya, kerja kerasnya, serta integritasnya dalam kebebasan ide dalam dunia arsitektur. Zaha juga merupakan wanita pertama, warga Iraq pertama dalam dunia arsitektur yang mendapatkan penghargaan Pritzker Prize. Zaha Hadid tak hanya seorang arsitek, Ia adalah seorang yang berintegritas, pekerja keras dan juga seorang pemimpi yang menginspirasi. Selamat Jalan Zaha Muhammad Hadid. **** “You have to really believe not only in yourself, you have to believe that the world is actualy worth your sacrifices� -Zaha Muhammad Hadid-


ARÇAKA#6 | MAY 2016

87


88 ARÇAKA#6 | MAY 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.