5 APRIL TAHUN 2015
Shubuh Dzuhur Ashar
Eceran Rp.5.750
Maghrib Isya
04:12 11:30 14:48 17:30 18:40
HALAMAN 25
Elpiji 12 Kg Tembus
150
Rp KUCUR
NGOPAI
Enam Tahun Merantau ke Taiwan YANG paling merasakan imbas tergerusnya lagu-lagu kendang kempul Banyuwangi, tentu para penyanyi ber-genre asli B u m i Bl a m b a ngan itu. Kumala Dewi, 37, menjadi salah satu penyanyi yang merasakan dampaknya. Ketika itu dia berprofesi sebagai penyanyi n Baca Enam...Hal 31
FREDY RIZKI/RABA
ART WEEK
Ribu
GALIH COKRO/RABA
HAMPIR TOTAL: Foto gerhana bulan diambil pada pukul 18.34 WIB.
BANYUWANGI - Kenaikan harga elpiji tabung biru ukuran 12 kilogram (Kg) per 1 April lalu langsung mengerek harga bahan bakar gas tabung biru di kalangan pengecer. Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, pengecer mematok harga bervariasi mulai Rp 148 ribu hingga Rp 150 ribu per tabung. Harga tersebut belum termasuk ongkos angkut dan pasang gas di rumah konsumen. Salah seorang pengecer elpiji di Jalan Gajah Mada, Banyuwangi, Rohimah, 53, mengaku terpaksa menaikkan harga jual gas karena harga kulakan di tingkat agen juga meningkat. “Kulakannya saja Rp 145.000 sekarang. Saya jual Rp 150.000. Jadi untung hanya Rp 5.000 per tabung,” terang Rohima. Sebelumnya, Rohima mengaku menjual elpiji 12 Kg dengan harga Rp 140 ribu dengan harga kulakan dari agen Rp 136 ribu. Sejak kenaikan harga gas tersebut, dia terpaksa mengurangi stok gas 12 kg. Dia tidak menyediakan stok terlalu banyak, karena khawatir tabung biru itu tidak laku. Jika sebelumnya dia biasa menyetok 30 tabung, kini stoknya hanya 15 tabung. “Jadi kita ambil sesuai kebutuhan saja,” tambahnya lagi. Rohima mengakui, saat ini semakin banyak konsumen yang beralih ke gas elpiji bersubsidi ukuran 3 Kg warna hijau muda itu. Konsumen yang beralih konsumsi tersebut menjual tabung kosong ukuran 12 Kg kepada pengecer lalu membeli elpiji ukuran 3 Kg. Banyaknya konsumen yang beralih ke tabung subsidi itu menyebabkan pengecer merugi. Rohimah menuturkan, para konsumen tersebut beralih lantaran harga elpiji 12 Kg dianggap terlalu mahal. “Banyak yang protes. Selain harganya mahal, kenaikan harga elpiji itu juga berlangsung secara tiba-tiba,” jelasnya. Saat ini dia masih menimbang apakah akan menambah stok elpiji bersubsidi ukuran 3 Kg ataukah tidak, mengingat pelanggan yang beralih ke tabung gas kecil warna hijau muda itu lumayan banyak. Saat ini dia bisa membeli 50 tabung elpiji ‘’tabung melon’’ empat hari sekali. “Tapi sekarang belum empat hari sudah habis,” kata Rohima. Sementara itu, harga elpiji 12 Kg di toko modern ratarata dijual Rp 148 ribu per Kg. “Iya, naik awal April kemarin. Tadinya harga elpiji 12 Kg hanya Rp 140 ribu,” ujar salah satu pegawai toko modern di Jalan Brawijaya, Banyuwangi, kemarin. Seperti diketahui, Pertamina menaikkan harga gas elpiji nonsubsidi senilai Rp 8.000 per tabung. Harga gas nonsubsidi tersebut saat ini menjadi Rp 143 ribu per tabung. Di tingkat agen, elpiji tabung biru itu dijual seharga Rp 144 hingga Rp 145 ribu. (cin/c1/bay)
Gerhana Bulan Terganggu Awan BANYUWANGI - Kondisi langit di Bumi Blambangan yang cukup berawan sempat menutupi gerhana bulan total tadi malam. Tak pelak banyak warga Kota Penyu yang kecewa lantaran tidak bisa melihat fenomena alam itu secara optimal. Adi Raharjo, 36, warga Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, misalnya, sudah menunggu gerhana bulan itu sejak sore. Dia sudah siap menyaksikan peristiwa tersebut mulai pukul 17.00. Sayang, gerhana bulan tadi malam tertutupi awan. “Ya pukul sekitar 17.57 tadi sudah mulai masuk fase bulan sabit tipis,” ujar pria yang menyaksikan gerhana bulan di Pantai Cacalan, Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, itu. Adi menjelaskan, beberapa menit kemudian bulan tertutup awan. Pada pukul 18.30 WIB gerhana tampak jelas tapi tinggal separo. Sementara itu, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi memprediksi, di wilayah Kabupaten Banyuwangi gerhana bulan mulai terjadi pukul 17.59. “Puncaknya pukul 19.00 WIB,” ujar prakirawan cuaca BMKG Yustoto Windiarto saat diwawancarai sekitar pukul 18.30 tadi malam n Baca Gerhana...Hal 31
GALIH COKRO/RABA
PERPANJANGAN: Banyuwangi Art Week masih berlangsung di Taman Blambangan kemarin (4/4).
Diperpanjang Sehari
TAUFIK FERDIANSYAH/RABA
NAIK BECAK: Petugas menggotong kerangka nenek yang ditemukan di Kawah Bulan Sabit sebelah utara Gunung Ijen dari RSUD Blambangan, Banyuwangi, menuju pemakaman kemarin (4/4).
BANYUWANGI - Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Dinkop-UMKM) Banyuwangi memberi waktu ekstra sehari untuk peserta Banyuwangi Art Week. Sesuai jadwal, ajang pekan seni yang berlokasi di Taman Blambangan itu seharusnya berakhir Jumat lalu (3/4). Kepala Dinkop UMKM Banyuwangi, Alief Rachman Kartiono mengatakan, penambahan waktu ekstra tersebut diputuskan karena melihat antusias masyarakat terhadap Banyuwangi Art Week. Para peserta menyambut baik keputusan perpanjangan sehari untuk berjualan itu n
Nemu Kerangka di Kawah Sabit BANYUWANGI - Sebuah kerangka perempuan tua ditemukan para pendaki di kawasan Kawah Bulan Sabit, sebelah utara Gunung Ijen, Kamis lalu (2/4). Kerangka perempuan tua tanpa identitas tersebut akhirnya dievakuasi dan dimakamkan di pemakaman belakang RSUD Blambangan, Banyuwangi, kemarin (4/4). Informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin, kerangka manusia tersebut diperkirakan sudah ada di lokasi kejadian selama enam bulan n
Baca Diperpanjang...Hal 31
SAVE SEATURTLE
Waspadai Pencuri Telur Penyu BANYUWANGI - Musim penyu bertelur telah tiba di pesisir timur Banyuwangi. Meski banyak relawan Banyuwangi Sea Turtle Foundation yang melakukan penyelamatan, ternyata masih ada warga yang nekat mencuri telur satwa dilindungi itu. Seperti yang terjadi di kawasan Pantai Boom, Banyuwangi, Sabtu dini hari kemarin (4/4). Aksi pencurian telur penyu diketahui relawan Yayasan Penyu Banyuwangi yang sedang berpatroli di sepanjang Pantai Boom dini hari kemarin n Baca Waspadai...Hal 31
CHIN JULLIEN/RABA
HITUNG UNTUNG: Seorang pengecer sedang mendata tabung gas elpiji 12 Kg di Jalan Gajah Mada kemarin (4/4).
Baca Nemu...Hal 31
In Memoriam Penyanyi Kendang Kempul Banyuwangi Alif S
Mau Rekaman asal Tidak Pakai Dorong-dorong Kepala Aduh Rehana… Ison yo seng kuwat, ndeleng riko kari seng ono liyane. Kira-kira seperti itulah kutipan lirik lagu berjudul “Rehana” yang pernah dipopulerkan Alif S., penyanyi kendang kempul asal Kecamatan Genteng yang tutup usia pada usia 57 tahun Jumat lalu (3/4). Bagaimana sosok almarhum semasa hidup di mata kerabatnya? GALIH COKRO/RABA
FREDY RIZKI, Kabat
KENANGAN: Mendiang Alif S. saat menyanyi dalam suatu acara di Taman Blambangan, Banyuwangi, beberapa tahun lalu (3/4).
ALIF S. memiliki nama asli Khoirul Alif. Dia lahir dari pasangan Abu Bakar (alm) seorang warga keturunan Pakistan dan Masratik Akim, 72. Anak kedua dari sembilan bersaudara itu memiliki bakat menyanyi sejak duduk di bangku sekolah dasar. Rahman Hakim, 35, adik kandung Alif, menceritakan sekelumit kisah hidup penyanyi kendang kempul itu kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Di saat penyanyi kendang kempul itu meninggal dunia Jumat (3/4) pagi, puluhan penyanyi yang pernah ngetop di era 1990-an dan beberapa seniman lain hadir untuk memberikan penghormatan terakhir. Banyak yang tidak menyangka penyanyi yang pernah memopulerkan tembang “Rehana” ini begitu cepat dipanggil sang pencipta n Baca Mau...Hal 31
Harga elpiji 12 Kg tembus Rp 150 ribu Biar enak nyebutnya, 12 Kg cukup Rp 120 Ribu Waspadai pencuri telur penyu Biar jera, kalau tertangkap hukumannya disuruh bertelur di pantai saja!