Suka Duka Sukalaksana

DESA SUKALAKSANA

Sukalaksana merupakan desa yang berlokasi di Kecamatan Talegong, Garut, Jawa Barat, Indonesia Untuk mencapai desa ini, kami menggunakan motor dengan total waktu perjalanan 4-5 jam dari Kota Bandung. Saat itu hujan turun lebat diiringi dengan angin yang sesekali membuat kami seperti diterjang badai kecil, namun jika perjalanan ini lancar tanpa kendala, mungkin bisa ditempuh dalam waktu 2 jam saja.

Desa Sukalaksana merupakan daerah perbukitan, tak heran jika daerah ini sering diselimuti kabut Jadi, jika ingin melihat indahnya daerah perbukitan ini, cobalah untuk bangun lebih pagi dan bejalan kaki!

Selain pemandangan yang indah, warga di desa ini juga sangat ramah menyambut kedatangan kami, kami juga diberi kesempatan untuk bermalam di rumah Pak Cucu.

Sebenarnya ada banyak kelurahan di Desa Sukalaksana, namun sayangnya kami hanya sempat bermalam di RW 02 saja, namun tentunya kami tetap mendapatkan banyak hal untuk diceritakan

"IEU SAKOLA URANG"

Ucap Rizky, salah satu anak kecil yang mengajak kami berjalan - jalan di sekitar desa-nya.

Dalam trip kecil kami menjelajahi desa Sukalaksana, kami diajak oleh Rizky, Hendra, Merry, dan Fahri ke beberapa tempat, tentunya tidak lupa mereka mengajak kami berkunjung ke tempat dimana mereka menuntut ilmu sekaligus bertemu teman - teman lainnya.

Sekolah Dasar satu - satunya yang berada di RW 02 Desa Sukalaksana ini memiliki kelas yang cukup banyak, sehingga anak - anak tingkat SD bisa masuk kelas dengan waktu yang bersamaan, tanpa harus membagi sesi pagi dan siang.

Selain itu, sekolah ini merupakan tempat dengan lokasi yang cukup strategis, sebab letaknya berada di han.

cukup simpan k dan tinggalkan

Sekolah ini juga berbatasan

langsung dengan daerah yang

lebih rendah, sehingga terdapat

pemandangan indah yang

langsung terlihat sejak

melangkahkan kaki masuk ke

SDN 01 Sukalaksana. Dan di sinilah kami beristirahat.

kebun sawi pak anto

Meskipun harus

bolak - balik

menanam dan menyemprot cairan

hama di kebun yang

luas dengan tanah

yang tidak datar ini, Pak Anto tidak

pernah

merasa

lelah. Baginya, berkebun merupakan

sebuah pekerjaan

yang menyenangkan.

"padi dikebat dengan daunnya"

Seperti kata pepatah lama, yang artinya mengerjakan sesuatu haruslah sampai selesai. Seperti itu pula kerasnya Pak Somad dan Ibu Dina menanam dan memanen padi sepanjang hari demi sesuap nasi untuk sang buah hati kecilnya, Ahmad.

MENJALIN PERSAUDARAAN SAMA DENGAN MENJALIN PENGHASILAN

Selain petani dan pekebun, terdapat pula pengrajin keris di Sukalaksana. Mbah Yunus merupakan warga lokal yang berpenghasilan sampingan sebagai pengrajin keris. Ia mengatakan bahwa gagang keris ini dibuat manual dengan bantuan alat - alat sederhana seperi amplas, bor, gergaji dan golok. Namun tentunya bahan utama yang dibutuhkan adalah kayu suren. Fakta uniknya adalah Mbah Yunus tidak pernah membeli bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat keris keris ini. Seperti kayu misalnya, jika kayu yang dipakai habis atau rusak, Mbah Yunus hanya perlu berjalanan 100 meter menemui sanak saudaranya lalu meminta kayu yang ia butuhkan tersebut. Itulah mengapa menjalin persaudaraan sama dengan menjalin penghasilan.

Jika ingin memesan, anda tidak perlu merogoh kocek dalam angka yang besar, cukup siapkah 60300 ribu sesuai dengan tipe dan model yang anda inginkan. Dengan harga tersebut, anda akan memiliki pisau atau pun keris dengan gagang yang kuat, bagus dan telihat mewah. Sebab ketika gagang sudah di tahap akhir, produk ini akan dilapisi lagi dengan varnish sehingga menambah kemewahan keris tersebut.

Gula Aren Pak Bala

Pak Encang, yang kerap dikenal dengan sebutan Pak Bala ini adalah Ketua Rukun Warga 2 Desa Sukalaksana sekaligus pengrajin gula aren. Ia sudah menjadi pengrajin gula aren sejak masih muda, Beliau mengatakan bahwa batang aren ini bukanlah kepemilikan pribadi, melainkan punya saudaranya yang kemudian memperkerjakan beliau untuk memproses air gula tersebut hingga menjadi gula yang padat dan siap dijual.

Setelah mengobrol lama di rumahnya, kami diajak ke pohon arennya langsung dan menyaksikan proses pengambilan air gula serta proses pembuatan gula arennya.

Proses pemasakan gula aren ini terbilang cukup lama sebab ia harus menghabiskan empat jam untuk memasak air gula ini agar menjadi kental sebelum kemudian dicetak dan ditunggu untuk mengeras. Selama empat jam pemasakan ini gula dalam wajan harus terus diaduk agar bagian bawah tidak gosong. Setelah jadi, gula aren ini dijual ke pasar dengan harga Rp15.000/Kg

Cerita duka dari Curug Ma Ocih

Desa Sukalaksana tidak hanya menyimpan keindahannya saja. Di balik keindahan itu diam-diam juga menyimpan cerita di masa lampau. Seperti Curug Ma Ocih, air terjun di bawah bukit dengan ketinggian 50 meter itu juga menyimpan cerita dahulu kala.

Nama curugnya sendiri diambil dari nama seseorang yang wafat karena terjatuh dari rumahnya yang berada di bukit tepat di atas curug ini. Beberapa tahun yang lalu, ketika salah satu warga tengah berjalan di sekitar curug ini, ia melihat seseorang yang diperkirakan terjatuh dari atas hingga akhirnya wafat tepat di curug ini, dan orang tersebut dikenal warga dengan sebutan Ma Ocih.

Sungai Tak Berujung Sebagai Penghujung

Cerita singkat kami ditutup sempurna dengan diajaknya kami ke Sungai

Cilaki yang berada di ujung Desa Sukalaksana. Arus yang deras membuat kami semakin bersemangat agar segera membasahi tubuh untuk sekedar menyegarkan badan dari perjalanan yang melelahkan. Dengan ini pula berakhirlah cerita kami di Desa Sukalaksana.

Terima kasih kepada Merry, Hendra, Rizky dan Fahri sudah mengajak kami berjalan kaki di minggu yang cerah kala itu.

Siapa pun yang hidup melihat, tetapi yang berpergian melihat lebih banyak.

DOKUMENTASI

TerimaKasih