
Reflection

Tiba-Tiba Belajar







Halo, Kawan Tular Nalar!
Ada yang tidak sabar menunggu update dari Tular Nalar? siap-siap ya, baca sampai selesai karena di bulan Juli dan Agustus ini kegiatan Tular Nalar super duper padet dan tentunya sangat seru!
Bulan Juli menandai dimulainya kelas pelatihan Tular Nalar 3 0 batch 2, ini juga yang mengawali kepadatan dan keseruan kegiatan Tular Nalar Pada batch 2 ini, terdapat lebih dari 70 kegiatan kelas Tular Nalar, baik
Sekolah Kebangsaan (SK) maupun Akademi Digital Lansia (ADL) yang di selenggarakan di 40 kota di Indonesia Berikut ini adalah kota-kota yang melaksanakan kelas SK dan ADL sepanjang bulan Juli dan Agustus:
Kendari
Makasar
Cirebon
Purworejo
Pontianak
Palopo
Wonogiri
Semarang
Mataram
Serang
Belitung
Purwokerto
Bandung
Solo
Banyuwangi
Pekanbaru
Jakarta
Surabaya
Yogyakarta
Ciputat
Garut
Bengkulu
Lampung
Sidoarjo
Mamuju
Ambon Batam
Surakarta
Majene
Jayapura
Padang
Langsa
Bekasi
Wakatobi
Banjar
Ponorogo
Aceh
Nganjuk
Maros
Sumbawa
Kepadatan bulan Juli dan Agustus tidak hanya datang dari kegiatan kelas saja Di sepanjang bulan ini, teman-teman dari tim program rutin mengisi acara yang disiarkan TVRI
Jawa Barat dalam program “Jawa Barat Hari Ini” sebagai narasumbernya Diantaranya adalah Adven Sabrani (Tim Kurikulum TN) dengan tema “Tingkatkan Partisipasi Pemilih Melalui Pendidikan Politik”, Niken Satyawati (Tim Kurikulum TN) dengan tema “Etika Berperilaku di Keseharian dan
Media Sosial: Jejak Digital Tak Mudah Hilang” dan Mahmud Hidayat (Tim Community Outreach TN) dengan tema “79 Tahun Indonesia Merdeka: Masyarakat Diuji Hoaks dan Misinformasi”, masing-masing disiarkan secara langsung di channel TVRI Jawa Barat pada tanggal 12 Juli, 16 Juli dan 16 Agustus.
Pada bulan Juli - Agustus ini menjadi seru karena pada bulan ini terdapat beberapa “Local Engag ement Event”, kegiatan non kelas yang dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan Tular Nalar dengan masyarakat luas. Kegiatan yang dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan komunitas diberbagai daerah ini memberikan keseruan tersendiri bagi Tular Nalar karena dapat bertemu dengan beragam komunitas dan orang-orang baru Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah “Tular Nalar Goes to Banyuwangi”, “Tular Nalar Goes to Festival Balon Jogja & Festival Balon Wonosobo”, “Tular Nalar x Semarang Writers Weeks” dan “Bioskop Keliling Tular Nalar: Cisewu”.
Tular Nalar Goes to Banyuwangi adalah serangkaian kegiatan Tular Nalar yang berkolaborasi dengan Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) Selama kegiatan tersebut, Tular Nalar melakukan talkshow dengan Radio Planet FM Banyuwangi, Blambangan FM Banyuwangi dan RRI Banyuwangi Kolaborasi dengan JRKI juga berlanjut dengan mengundang Tular Nalar dalam acara Musda VI JRKI wilayah Jawa Timur yang dilaksanakan di Banyuwangi Pada acara tersebut, Santi Indra Astuti selaku Program Manager Tular Nalar membawa pesan WAKUNCAR (Waspada, Kunjungi dan Cari) informasi yang benar kepada para peserta yang berasal dari pegiat radio komunitas di Jawa Timur Selain berkegiatan dengan para komunitas radio, Tular Nalar juga mengadakan acara Bioskop Keliling yang dilaksanakan di Waroeng Kemarang Banyuwangi Disana, masyarakat tidak hanya menonton film namun juga diajak untuk melakukan berbagai permainan interaktif dan mendapatkan souvenir dari Tular Nalar
Keseruan lainnya terjadi saat pada kegiatan Tular Nalar Goes To Festival Balon yang dilakukan di Jogja (30 Juni) dan Wonosobo (3 dan 4 Agustus) Festival ini merupakan inisiasi dari Komunitas Balon Wonosobo yang diselenggarakan dibeberapa daerah seperti Jogja, Wonosobo, Bandung dan Purwokerto Tular Nalar berkolaborasi dengan Komunitas Balon Wonosobo untuk berpartisipasi dengan menerbangkan balon udara Tular Nalar serta menghadirkan camper van Tular Nalar untuk menyapa masyarakat secara lebih dekat. Kegiatan ini juga untuk mengenalkan program Tular Nalar serta memberikan sosialisasi literasi digital dengan cara yang menyenangkan seperti memberikan gim interaktif, buletin Tular Nalar serta berbagai merchandise
Pada tanggal 20 Juli, Tular Nalar bersama Mafindo dan Ruang Guru menggelar program bernama Pojok Pemlu dengan tema “Gen Z Keren Paham Kebangsaan” Program yang disiarkan langsung melalui platform Brain Academy Online by Ruang Guru ini merupakan program sosialisasi yang membahas tentang demokrasi dan literasi digital bagi generasi muda (Gen Z) Pada program tersebut, Ayik Teteki (Tim Kurikulum Tular Nalar) menjadi narasumber yang membahas tentang konsep Kacau IDE (Isi, Diri dan Emosi) pada informasi yang ada di ranah digital
Pada tanggal 28 Juli, Tular Nalar berkolaborasi dengan Semarang Writers Week untuk mengadakan program talkshow tentang literasi dan generasi muda Pada acara tersebut terdapat narasumber lain dari berbagai komunitas seperti Nanang Bagus (Rumpun Sabda Institute), Amalia Dwi (Bukit Buku) dan Windy Ariestanti (Patjar Merah). Tular Nalar sendiri diwakili oleh Giri Lumakto (Tim Kurikulum TN) sebagai narasumber untuk mengenalkan Tular Nalar dan mensosialisasikan pendidikan literasi digital serta berpikir kritis kepada masyarakat yang hadir
Keseruan kegiatan Tular Nalar lainnya adalah acara
Bioskop Keliling Tular Nalar yang diadakan di Cisewu, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada tanggal 10 Agustus 2024 Acara yang merupakan kolaborasi antara Tular Nalar dengan JRKI dan Rasi FM tersebut dimulai dengan program talkshow yang disiarkan langsung di studio Rasi FM Santi Indra Astuti selaku Program Tular Nalar bersama Adi Rumansyah (Ketua JRKI) menjadi narasumber pada program talkshow tersebut dengan membahas tentang Program Tular Nalar, Program Bioskop Keliling yang berkolaborasi dengan JRKI serta rencana kegiatan-kegiatan Tular Nalar kedepan
Kegiatan dilanjutkan dengan acara Senam Berbudi (Bersama Bugar Digital) yang diadakan di Lapangan Lemah Luhur, Kecamatan Cisewu dengan anggung pentas seni & budaya lokal dan ditutup dengan acara pemutaran film Acara yang dilaksanakan di lapangan Lemah Luhur ini dimulai pukul 19.00 WIB. Selain terdapat panggung pementasan, terdapat pula stand kuliner, para pengunjung diberi tiket secara gratis oleh panitia yang kemudian bisa ditukarkan dengan aneka kuliner yang telah tersedia
Kepadatan dan keseruan kegiatan Tular Nalar sepanjang bulan Juli - Agustus ini ditutup dengan kegiatan pelun curan Laporan Riset Formatif tentang Pemilih Lansia yang diadakan oleh Tular Nalar - Mafindo Acara ini berlangsung di iHub Coworking Space, MNC Center, Park Tower, Jakarta, pada tanggal 13 Agustus 2024 mulai pukul 09.30 hingga 13.00 WIB.
Pada Laporan riset tersebut, disajikan temuan utama dari Riset Formatif Tentang Pemilih Lansia. Riset ini memberikan gambaran tentang tantangan literasi digital yang dihadapi oleh pemilih lansia di Indonesia Selain rangkaian acara tersebut, digelar pula Focus Group Discussion (FGD) dan Diskusi Panel membahas hasil riset Didampingi oleh Project Manager Tular NalarSanti Indra Astuti, perwakilan dari pemilih lansia, Peneliti Penuaan Populasi - Adityo Pratikno Ph D, dengan moderator dari Love Frankie, Juli Binu. (KW/2024)
Pemilih Lansia Tular Nalar Pemilih Lansia Tular Nalar Pemilih Nalar
Kawan Tular Nalar, seperti yang telah disampaikan dalam update kegiatan Tular Nalar di halaman sebelumnya, Tular Nalar telah meluncurkan Laporan Riset Formatif Pemilih Lansia. Riset ini dilaksanakan oleh Love Frankie, dengan para responden berusia 50 - 70 tahun Periode pengumpulan sampel berlangsung sejak tanggal 5 Februari hingga tanggal 7 Maret 2024.
Nah, banyak fakta menarik yang didapat dari hasil riset tersebut. Beberapa diantaranya bisa dilihat di halaman ini. Untuk laporan selengkapnya, dapat diunduh di tautan : https://s.id/formatif-tn
81%
responden masih menjadikan televisi sebagai sumber info pemilu
56% responden mengonsumsi informasi secara pasif tanpa melakukan tindakan apapun
40% responden pernah membagikan hoaks terkait pemilu tanpa melakukan verifikasi sebelumnya
Sekedar mengingatkan, populasi lansia di seluruh Indonesia itu sudah mencapai angka 32juta orang! Diprediksi akan meningkat tajam tahun depan Intermezzo sejenak, ayo cek KTP, apakah Kawan Tular Nalar sudah masuk kategori pre-lansia (45-59 tahun) atau bahkan sudah menjadi lansia? �� (CP/2024)
Ketika ada rekan lansia membagikan hoaks, saya biasanya menjelaskan info yang benarnya melalui japri Sangat penting untuk tidak mempermalukan mereka di depan umum Biasanya, mereka bersedia menghapus informasi yang salah itu sendiri setelah mendapatkan klarifikasi.
~ Responden Wanita, Kelompok Usia 60-70 Tahun
Yang penting adalah bijak tentang bagaimana menangani informasi dan berita yang saya terima Jika mereka membagikan informasi dengan saya, saya biasanya berkata ‘Tunggu, mari kita periksa dulu Kita lihat dulu, sumbernya dari mana?’ Itu yang biasanya saya lakukan dengan teman.
Responden Pria, Kelompok Usia 60-70 Tahun
Nah, Kawan Tular Nalar, Masih dalam perayaan hari kemerdekaan Indonesia ke 79, tahun ini juga menjadi momen baik untuk Tular Nalar karena menginjak usianya ke 4 tahun. Lantas bagaimana sih perjalanan Tular Nalar hingga sekarang? Tentu tidak afdol kalau tidak bertanya langsung dengan penggagasnya, Santi Indra Astuti atau biasa dipanggil teh Santi. Yuk, ikuti ceritanya kali ini.
Awal Mula Terbentuknya Tular Nalar
Awal Mula Terbentuknya Tular Nalar Awal Mula Terbentuknya
Terbentuknya Tular Nalar sebenarnya tidak direncanakan sebelumnya Sejarahnya Tular Nalar tidak jauh dari program Stop Hoax Indonesia yang didukung oleh Google News International Kenapa tidak jauh dengan program tersebut? Karena orang-orang yang membentuk Tular Nalar sama dengan orang-orang yang membangun Stop Hoax Indonesia Lalu setelah selesai, Love Frankie diajak berdiskusi lagi dengan Google untuk next program ini. Love Frankie mengajak Ma'arif Institute dan Mafindo yang diwakili oleh saya, ikut dalam diskusi tersebut karena dua instansi ini juga terlibat dalam program Stop Hoax Indonesia
Diskusi berlanjut sekitar bulan Februari tahun 2020 Saat itu saya melihat pembelajaran yang bisa diambil dari program Stop Hoax Indonesia, salah satu yang paling penting itu sebenarnya bukan tools-nya tapi kebiasaan orang berpikir kritis Darisitu saya berpikir bagaimana kalau program selanjutnya pada bagaimana menerapkan berpikir kritis, untuk bisa menuntun orang menavigasi sebuah informasi.
Pada Maret 2020 Covid muncul, saat itu kita semua sangat kaget dengan perubahan itu Bahwa semuanya harus melalui online Digital menjadi hal yang ditemui semua orang setiap hari Tentu, itu juga berpengaruh pada penyebaran informasi Dari situ, kami merasa bahwa berpikir kritis menjadi sebuah hal yang semakin penting. Akhirnya kami di challenge Google.org untuk meneruskan rancangan program dari diskusi yang sudah dilakukan. Lalu kami diminta membentuk konsorsium yaitu Love Frankie, Mafindo dan Ma’arif Institute Dan terbentuklah Tular Nalar
Latar belakang dipilihnya pembentukan konsorsium dengan 3 instansi ini tentu karena tiga-tiganya sudah berada di program sebelumnya yaitu Stop Hoax Indonesia Tapi selain itu, 3 instansi ini memiliki kekhasan tersendiri. Mafindo itu ada di core nya yaitu berpikir kritis dan anti hoax nya. Love Frankie sendiri adalah social agency yang cakap dalam social media campign Dan Ma’arif Institute sendiri bergerak di jaringan masa yang sangat banyak Itulah juga yang menjadi keunikan Tular Nalar
Dulu nama pertama sebelum akhirnya menjadi Tular Nalar adalah Prospect Saya masih ada tuh, Whatsapp group nya dengan nama Prospect yang isinya teman-teman konsorsium dulu, hehehe. Pada intinya sih, ini diniatkan menjadi program masa depan, gitu. Sebenarnya ada kepanjangannya dari Prospect, tapi saya lupa.
Lalu, karena sudah terbentuk tim untuk program ini, kami bagi tugas Mafindo yang membuat materinya, Ma’arif Insitute yang juga membantu dalam pengerahan massa Love Frankie yang membuat identitas dari si “Prospect” tadi dalam bentuk web dan lain-lain Salah satu tugas lain dari Love Frankie adalah branding dan nama yang tepat untuk program ini. Nggak main-main mereka sampai menyewa konsultan. Setelah melalui beberapa proses akhirnya tercetuslah nama Tular Nalar yang dipakai sampai sekarang
Tular Nalar pertama berjalan sekitar 18 bulan Lalu setelah itu kami dipanggil oleh tim dari Google untuk memberitahukan bahwa program ini akan berlanjut tapi dengan dana yang lebih kecil Yang menjadikan cukup berat, Mafindo harus berjalan sendiri tanpa Love Frankie dan Ma’arif Institute
Yang lebih menantang lagi adalah Tular Nalar yang kedua ini menyasar lansia dan hanya diberi waktu 6 bulan Dalam pikiran saya, “hah, ngajarin lansia? ngajarin bukan lansia aja ribet ditambah dana dan waktunya cuma segini” Awalnya saya tolak, karena sebelumnya kami jalannya bertiga saja cukup kerepotan Apalagi sekarang sendirian dan harus berhadapan dengan audience yang baru Saya ingat sekali saat itu masih dalam transisi Covid Kita tahu bahwa hoaks tentang Covid, terutama vaksinasi sangat menjalar di masyarakat, khususnya lansia Itu yang membuatnya cukup berat bagi saya Tapi ya atas desakan tim Google, akhirnya meng-iya-kan program itu berlanjut Tentu ada ketakutan sendiri walaupun dari Google bilang “gak usah dipikir, yang penting jalan dulu” Karena bagi saya dan mungkin semua orang, sebuah program kan, diset untuk sukses bukan untuk gagal Core nya memang dimulai dari kurikulum, dan tau sendiri dananya memang tidak banyak, yang dilibatkan hanya beberapa, bahkan selain menjadi Program Manajer saya juga merangkap menjadi Tim Kurikulum Berjalanlah semua di tahun 2022, dalam transisi dari online ke aktivitas offline kembali
Tapi saya tidak pernah menduga, ternyata Tular
Nalar untuk lansia yang hanya di kerjakan 6 bulan ini tercapai semua KPI nya, dan efeknya gedhe Selain kita dapat menargetkan lansia, kita juga coba nyisipin program untuk anak muda Makanya di TN yang 6 bulan ini, kita sudah mulai membicarakan konsep Tular Nalar untuk anak muda walaupun belum menjadi program.
Selain itu, kita jadi punya contoh bahwa program ini bisa dilaksanakan, outreach kita melebihi dari KPI dan kurikulumnya juga ada serta kita punya konsep baru tentang fasilitor yang dipakai sampai sekarang
Memang ada perbedaan tentang konsep fasilitator TN pertama maupun kedua ini Kalau yang pertama fasilitator yang berjumlah 40 orang diambil dari pelamar, kalau yang sekarang kita melatih fasilitator Itu juga yang menjadi program Tular Nalar menjadi cukup berbeda dengan program Mafindo lain Kalau di beberapa program Mafindo, ada sekelompok fasilitator yang nantinya dia muter-muter ke berbagai daerah Kalau Tular Nalar, kita kasih TOT langsung buat teman-teman di daerah
Dalam kasus yang ada di Tular Nalar, kenapa teman-teman di daerah yang harus jadi fasilitator, karena apa yang disampaikan nanti harus relate dengan daerahnya dan bersifat lokal Akan lebih baik mereka bisa mendeteksi hoaks yang ada di daerah mereka langsung Dan pasti akan menyenangkan ketika bahasa mereka itu sama, guyonan mereka sama, dengan begitu pasti akan lebih mengena bagi peserta, pun juga bagi fasilitator itu sendiri
Tular Nalar 2.0 Extended di Tular Nalar 2.0 Extended Tular Nalar Extended
Setelah selesai TN yang kedua dengan waktu 6 bulan, program ini tiba-tiba aja dilanjutin Memang di 6 bulan tadi, dari pihak Google bilangnya sebagai pilot project dulu, tapi ya itu yang menchallenge kami untuk bisa bergerak lebih Dan karena hasilnya oke di TN yang 6 bulan tadi, yaudah dilanjutkanlah Tular Nalar dengan dana yang 5x lipat lebih besar Wah, gempar semua tuu Selain seneng, yaa pusing juga, hehehee
Saya tidak pernah membayangkan akan mendapat dana segitu besar dan begitu cepat Mungkin karena saya dan tim memastikan bahwa program untuk lansia, atau yang sekarang bisa disebut Akademi Digital Lansia tadi tidak ada di dunia ini selain Tular Nalar Karena memang nggak ada secara kurikulum memberi pelatihan untuk lansia ini Saya sampai cari di literatur mana memang nggak ada Literatur yang saya temukan hanya sampai pada riset orang yang sulit berhadapan dengan teknologi. Tapi kebutuhan sebenarnya kan pada intervensi hal tersebut yaa. Itulah yang dibangun TN selama ini.
Alhamdulillahnya KPI yang ditargetkan oleh Google tadi tercapai bahkan melebihi. Kita coba atur semua. Jadi, di TN yang ketiga ini, kami mendapat target ADL 80% dan untuk remaja atau yang sekarang bisa disebut Sekolah Kebangsaan atau SK 20 %. Dalam perjalanannya, kami mengonsep bahwa setiap pelatihan harus berjalan bersama. Dimana ada ADL disitu ada SK. dan yah dengan tercapai KPI ADL dengan 80% tadi, yang otomatis Sekolah Kebangsaan juga tercapai bahkan jauh melebihi KPI dengan 80% juga.
Dan berlanjutlah di TN yang ke empat ini. Saat pertama dikasih kabar bahwa Tular Nalar akan dilanjutkan dengan dana yang lebih besar lagi, perasaan pertama saya adalah ‘bingung’, hehehe Dana yang diserahkan Google waktu itu adalah 2,5juta Dolar Saya waktu itu langsung kontak ke bendahara, minta di cek 2,5juta dolar itu berapa Rupiah Dia cuma ngasih tunjuk kalau kalkulatornya tertulis ‘E’ karena 0 nya nggak cukup, hahahaa
Dengan dana segitu ya targetnya jadi 5x lipat kan Di TN 1, 2, 2 extended kan kalau ditotal jadi 560-an ribu lah ya targetnya Nah di yang sekarang ini jadi 1,6juta target yang harus terpenuhi dalam 2 tahun Deg-degan ya membawa amanah yang banyak itu Tapi, beruntungnya kali ini sistem keuangan yang Mafindo juga mulai berbenah dan sangat baik, sehingga jadi memudahkan saya Dulu dana dipegang langsung oleh program, tapi sekarang mulai tersistem dipegang langsung Mafindo Lalu dari program mengajukan untuk pendanaan kegiatan mereka Itu membuat saya menjadi aman, karena tidak membawa dana langsung sebesar itu Salah satu yang menyenangkan adalah akhirnya kita bisa berkolaborasi lagi dengan Love Frankie
Kita juga akhirnya bisa mendapat keluarga (baca:kolaborasi) baru Yang sudah berjalan dan mungkiin menemani kita selama 4 tahun pasti Jaringan Radio Komunitas Indonesia atau disingkat JRKI. Kita tahu kolaborasi yang terbaru adalah membawa bioskop keliling ke banyak jaringan milik JRKI. Ada juga Perludem, Think Policy dan beberapa lagi lainnya. Selain itu Tular Nalar kali ini juga ingin mulai menyasar ke target audience disabilitas.Memang belum ketemu caranya gimana, tapi itu juga pengen jadi concern TN juga. Terus ada lagi, Bandung Bergerak dengan slow jurnalismenya. Ini harus direncanakan, karena mereka nggak pengen hanya sekedar project tapi ada output nya. Terus ada Digital Mama, yang fokusnya bagaimana parenting jaman sekarang. Ada lagi dengan komunitas keluarga migran. Mungkin juga dengan komunitas transgender. Saya pernah menjadi salah satu pembicara di komunitas itu, dan kehidupan mereka memang tidak seperti yang ada dalam bayangan masyarakat Ehmmm mungkin itu sih yang terpikir, yang nggak kepikiran pasti masih banyak, hehehee
Ada banyak sekali harapan yang saya sematkan di Tular Nalar ke empat ini, atau mungkin lebih familiar disebut Tular Nalar 3.0. Masih ingat dulu saat awal Tular Nalar, saya selalu bilang gini ‘Biarlah kita menjadi riak, untuk nantinya menjadi gelombang’. Lalu saya berefleksi kembali pada pernyataan itu. Dari yang awalnya sebuah konsorsium, sekarang sudah sebesar ini. Yang membuat saya berpikir lagi, apakah kita sudah menjadi gelombang? Pada kenyataannya kita tetap menjadi pemain tunggal kalau sudah membicarakan tentang kelompok rentan digital. Itu menyadarkan saya bahwa ketika saya ngomong gitu, saya cukup sombong, hehehee… berharap semua yang dilakukan akan menjadi gelombang. Padahal sebenarnya menjadi riak pun nggak papa, toh dengan menjadi riak-riak itu kita tetap bisa bermanfaat bagi orang lain. (SF/2024)
- 2023 - 2023
2023-kini
Mendapatkan grants dari Google.org sebesar USD 2,5jt. Berfokus pada penguatan prebunking bagi para pemilih pemula, pre-lansia, dan lansia. Memperluas jangkauan ke 38 propinsi di seluruh Indonesia.
Perpanjangan dan perluasan jangkauan untuk pelaksanaan SK dan ADL.
Edukasi literasi digital dan pemikiran kritis bagi anak muda dan lansia. Launching Sekolah Kebangsaan (SK) dan Akademi Digital Lansia (ADL). Digelarnya TN Summit di Magelang, event berskala internasional pada November 2021
Rilis Buku Bunga Rampai Tular Nalar : Literasi Digital Inklusif Antar Generasi. Debut Buletin Tular Nalar, Bioskop Keliling Tular Nalar dan Campervan. Pertama kalinya Hot Air Baloon Tular Nalar mengudara. - 2021 - 2021
2021 2021
Atas konsorsium Mafindo, Love Frankie, dan Ma’arif Institute, terlahir “Prospect Mafindo” pada bulan Juli 2020, dan berubah menjadi Tular Nalar. Bermula sebagai respon atas penyebaran hoaks terkait Covid, berkolaborasi dengan JRKI menginformasi dan mengedukasi masyarakat. Memberikan pelatihan berpikir kritis di masa pandemi pada Guru, Dosen, dan Mahasiswa secara daring.
Apa kabar, Kawan Tular Nalar!
Jumpa lagi dengan Citra di sini. Kali ini kita bahas soal fenomena yang baru saja ramai di ranah digital se-Indonesia
Kawan Tular Nalar, penasaran gak sih, bagaimana sebuah gambar simpel bisa memicu pergerakan besar dari dunia siber ke dunia nyata?
Fenomena viralnya gambar Garuda berlatar biru dengan tulisan "Peringatan Darurat" tempo hari menjadi bukti kekuatan media sosial menggerakkan massa
Coba bayangkan... bisa banget ya, sebuah postingan di akun Narasi pada siang hari, sore harinya sudah menyebar ke seluruh penjuru negeri. Malamnya langsung digelar koordinasi rencana demonstrasi serentak di beberapa kota Keesokan harinya demonstran benar-benar turun.
Semua itu dikoordinasi melalui media sosial!
The Power Of Social Media
Kecepatan penyebaran informasi di era digital memang luar biasa. Dalam hitungan jam, sebuah isu bisa menjadi trending topic dan memicu berbagai reaksi dari masyarakat Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran media sosial dalam membentuk opini publik Tapi di balik kecepatannya, kita juga perlu waspada terhadap potensi penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan hoaks.
Dalam konteks pilkada, Garuda berlatar biru jadi simbol perlawanan terhadap kebijakan yang semena-mena dan dinilai terburu-buru. Revisi undang-undang yang perlu diawasi ketat, dan tidak singkronnya kelembagaan di Pemerintahan
Respon publik di medsos menunjukkan bahwa masyarakat ingin terlibat lebih dalam dalam proses politik yang transparan dan adil
Warganet menggunakan simbol ini untuk menyoroti kebijakan yang dianggap kurang matang dan berpotensi merugikan demokrasi kita
Oh iya... jangan lupa Kawan Tular Nalar, Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di dunia! Dengan lebih dari 167 juta pengguna, media sosial jadi alat penting untuk menyebarkan informasi dan membentuk opini publik Ini menunjukkan bahwa di era digital ini suara kita di media sosial sangat berpengaruh.
Dari hal ini kita makin paham, bahwa influencer jangan dianggap sepele. Mereka punya pengaruh besar dalam membentuk opini kita Contohnya Najwa Shihab yang vokal mengkritik kebijakan pemerintah Dia berhasil memobilisasi masyarakat untuk lebih kritis Ini menunjukkan bahwa influencer bukan sebatas selebriti di internet, tapi juga harus bisa menjadi agen perubahan.
Media sosial memang efektif untuk menyuarakan pendapat, mengorganisir massa, dan memperjuangkan perubahan Nah, kita kita juga perlu dong menyadari, bahwa media sosial bisa menjadi pedang bermata dua Jika tidak digunakan dengan bijak, media sosial bisa memicu perpecahan, kebencian, dan bahkan kekerasan. Ibaratnya dua sisi koin, satu badan tapi bisa menghadap ke dua arah yang berbeda.
Dalam situasi demikian, literasi digital dan pemikiran kritis kembali menjadi kunci.
Kita perlu kemampuan untuk memilah informasi yang kita terima, membedakan mana fakta dan mana opini, serta mencari sumber informasi yang kredibel. Prinsip WAKUNCAR (Waspada, Kunjungi, dan Cari) bisa menjadi panduan dalam mengidentifikasi dan menghindari konten-konten bermuatan 3 Kacau IDE (Kacau Isi, Kacau Diri, dan Kacau Emosi)
Kita pasti bisa kok makin bijak menggunakan media sosial, Kawan Tular Nalar. Suara kita penting, tapi harus tetap sambil berpikir kritis dan berbekal kemampuan literasi digital yang mantap. Kenali 3 Kacau IDE, giatkan WAKUNCAR, jangan lupa saring sebelum sharing.
Sam (CP/2
Menyambut pelaksanaan kelas Akademi Digital Lansia (ADL) dan Sekolah
Menyambut pelaksanaan kelas Akademi Digital Lansia (ADL) dan Sekolah Kebangsaan (SK) di berbagai kota, kami akan memuat tulisan Seri Kebangsaan (SK) di berbagai kota, kami akan memuat tulisan Seri
Komunikasi Antarpribadi (KAP) untuk berbagi cerita, inspirasi, dan teknik-
Komunikasi Antarpribadi (KAP) untuk berbagi cerita, inspirasi, dan teknikteknik fasilitasi untuk kawan-kawan fasilitator. teknik fasilitasi untuk kawan-kawan fasilitator.
Semoga seri KAP Program Tular Nalar ini bisa membantu menyemangati
Semoga seri KAP Program Tular Nalar ini bisa membantu menyemangati kawan-kawan fasilitator dalam memfasilitasi kelas ADL ataupun SK. kawan-kawan fasilitator dalam memfasilitasi kelas ADL ataupun SK.
Komentar, tanggapan, pertanyaan bahkan cerita terkait Teknik Fasilitasi
Komentar, tanggapan, pertanyaan bahkan cerita terkait Teknik Fasilitasi i i j i
Tim Kurikulum Tular Nalar 3.0
oleh. Yohanes A. Sarbani oleh. Yohanes A. Sarbani
Kawan Tular Nalar, pada umumnya tantangan pertama yang dihadapi oleh para fasilitator dalam menyampaikan materi Akademi Digital Lansia (ADL) maupun Sekolah Kebangsaan (SK) ialah mereka akan masuk ke lingkungan baru Dalam waktu yang relatif singkat, para fasilitator harus bisa membangun keakraban dengan para peserta dalam kelompok.
Dengan memakai pendekatan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) atau Interpersonal Communication, para fasilitator akan dapat mengatasi tantangan tersebut KAP mampu menciptakan suasana keterbukaan dan empati. KAP memungkinkan para peserta membuka pagar mereka dan mengizinkan fasilitator akrab dengan mereka.
Joseph A DeVito, penulis buku The Interpersonal Communication, pakar terkemuka komunikasi antarpribadi, mendefinisikan KAP sebagai, “Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.”
Dengan berbekal pemahaman yang baik tentang KAP, seorang fasilitator menyadari bahwa dia perlu menyiapkan diri sebelum bertemu dengan para lansia atau GenZ peserta ADL atau SK. Persiapan yang paling penting bagi fasilitator adalah membangun konsep pemikiran yang tepat.
Fasilitator haruslah memahami bahwa para peserta memiliki pagar dalam dirinya Pagar itulah yang harus dibuka oleh para peserta sendiri sebelum materi literasi digital Tular Nalar disampaikan.
Sebentar... yang dimaksud “pagar” itu apa? Pagar itu berupa hambatan mental atau psikologis yang menghalangi peserta untuk menerima atau memahami materi yang disampaikan oleh fasilitator Tular Nalar.
Pagar ini bisa berupa prasangka, ketakutan, ketidakpercayaan, atau pengalaman masa lalu yang negatif Adanya pagar ini signifikan karena dapat menghambat proses pembelajaran dan pertukaran informasi yang efektif.
Pertukaran informasi yang efektif dalam KAP mensyaratkan adanya rasa nyaman dari peserta, sarana pembelajaran yang mendukung, serta tentu ruang yang aman. Kondisi ini tidak hanya tanggung jawab fasilitator semata, tapi juga tanggung jawab tim pelaksana serta mitra pelaksana Koordinasi yang baik dan persiapan yang matang menjadi kunci untuk kesuksesan pelaksanaan kelas ADL ataupun SK.
Bagi fasilitator, tantangan untuk membangun keakraban bisa dijawab dengan berinisiatif untuk membuka hati dan bercerita terlebih dahulu. Ketulusan dan keterbukaan fasilitator itu ibaratnya ketukan pintu pagar bagi peserta
Fasilitator bisa cerita atau sharing pengalaman pribadi, melontarkan humor sesuai selera peserta, serta tentu memiliki responsivitas dan empati Sehingga terciptalah koneksi emosional dengan peserta Peserta yang sudah membuka pagarnya bisa terpancing untuk turut berbagi pengalamannya. Peserta yang sudah bersedia bercerita itulah tanda bahwa pagar di dirinya sudah terbuka
Selain beberapa gagasan membangun keakraban di atas, mungkin Kawan Tular Nalar punya saran lainnya agar pagar peserta bisa terbuka? (CP/2024)
Kawan Tular Nalar, berikut karya submisi untuk lomba poster Tular Kawan Tular Nalar, berikut karya submisi untuk lomba poster Tular
Nalar 2024. Gimana? Keren-keren, bukan. Nalar 2024. Gimana? Keren-keren, bukan.
Kami sangat berharap dengan adanya kompetisi ini, akan memacu
Kami sangat berharap dengan adanya kompetisi ini, akan memacu
kreatifitas banyak orang untuk membuat dan menyuarakan kreatifitas banyak orang untuk membuat dan menyuarakan
pentingnya literasi digital dan juga penanganan hoaks. pentingnya literasi digital dan juga penanganan hoaks.
Tentu, hal ini semoga tidak hanya sampai disini tapi juga bisa
Tentu, hal ini semoga tidak hanya sampai disini tapi juga bisa
ditularkan ke banyak orang, supaya orang tidak hanya tahu, tapi juga ditularkan ke banyak orang, supaya orang tidak hanya tahu, tapi juga paham. Sama seperti tagline Tular Nalar, bukan sekedar paham. paham. Sama seperti tagline Tular Nalar, bukan sekedar paham.
Y u k , K r e a t i f ! Y u k , K r e a t i f !
Emailkan ke : tularnalar id@gmail com; CC ke : tularnalar@gmail.com
Subject :
MedRel - Buletin - [Nama-Judul Konten]
Kami tunggu, yaa!
Kawan Tular Nalar, Kawan Tular Nalar, mari bersama-sama meramaikan mari bersama-sama meramaikan
dunia literasi digital dan berpikir dunia literasi digital dan berpikir kkritis. ritis. Kami sangat ingin mendengar Kami sangat ingin mendengar suara kalian! suara kalian!
Yuk, sumbangkan konten berupa Yuk, sumbangkan konten berupa cerita, informasi, infografis, poster, cerita, informasi, infografis, poster, atau karya seni apapun yang atau karya seni apapun yang berhubungan dengan berhubungan dengan
Tular Nalar, literasi digital, berpikir
Tular Nalar, literasi digital, berpikir
kritis, atau konten pengindraan kritis, atau konten pengindraan hhoaks. oaks.
Setiap apa yang kamu buat, sekecil
Setiap apa yang kamu buat, sekecil apapun, tentu akan sangat apapun, tentu akan sangat bermakna untuk bangsa dan negara bermakna untuk bangsa dan negara terutama dalam rangka terutama dalam rangka pencegahan hoaks. pencegahan hoaks.
Kawan Tular Nalar,
Terima kasih telah menyimak Buletin kami Semoga setiap kisah, informasi, dan wawasan yang kami bagikan bisa menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan berharga untuk kita semua Penting untuk diingat, kemampuan berpikir kritis dan literasi digital bukan hanya sebatas keahlian, tetapi juga sebagai kekuatan yang membentuk masyarakat yang cerdas dan siap menghadapi tantangan dunia digital Ayo, teruslah semangat, kreatif, inovatif, dan kolaboratif untuk menciptakan perubahan positif Sampai jumpa di edisi selanjutnya!
~ Tim Program Tular Nalar
@TularNalar
https://linkin bio/tularnalar