Travelounge // September 2010 // 10

Page 52

CULTURE

S

ekitar 160 kilometer di barat Jakarta, di Desa Kanekes, Rangkasbitung, Lebak, Banten, tinggal komunitas suku Baduy dengan gaya hidup yang sederhana untuk ukuran warga Jakarta. Tidak ada telepon seluler, tak juga listrik, kosmetik, pestisida, dan tentu jauh dari tabiat pamer kemewahan. Waktu seperti berjalan lambat. Kehidupan seperti ada dimasa silam, ketika listrik dan teknologi masih menjadi ilusi.

Tangtu atau Baduy Dalam adalah kelas sosial tertinggi, merupakan komunitas paling ketat dan taat menjalankan kebiasaan yang hidup sebagai tradisi. Mereka tinggal di Kampung Cibeo, Cikertawan, dan Cikeusik. Berbeda dengan Panamping atau Baduy Luar, yang lebih longgar menjalankan adat-istiadat, tinggal di Kampung Cikadu, Kadu Ketuk, Kadu Kolot, Gajeboh, dan Cisagu. Semua berada di wilayah Desa Kanekes. Sedangkan

dan Baduy Luar memiliki wilayah lahan garapan sendiri. Di dalam komunitas Baduy Dalam, tidak dikenal sistem kepemilikan tanah. Semua lahan milik bersama. Masing-masing keluarga diperbolehkan menggarap lahan sesuai dengan kemampuannya mengolah. Kini ada 83 keluarga penghuni Baduy Dalam. Dengan sistem perladangan berpindah, setelah lahan digunakan 2-3 kali musim tanam, lahan akan ditinggalkan untuk mencari lahan baru, dan baru akan ditanami kembali 4-5 tahun kemudian. Sementara itu, di Baduy Luar sudah dikenal sistem kepemilikan lahan. Mereka diperbolehkan melakukan jual-beli lahan, namun hanya sesama suku Baduy. Masyarakat Baduy Dalam sepenuhnya menolak penggunaan teknologi, pupuk, pestisida, bahkan melarang tanah dibajak dengan hewan atau traktor. Mereka menganggap teknik seperti itu akan me-

PEREMPUAN BADUY. Warga suku Baduy Luar di Ciboleger, Baduy Luar

menanam padi, yakni upacara ngaseuk, mantramantra dialunkan dengan diiringi bunyi angklung dan kendang kecil. Ada tradisi khusus sebelum

LUMBUNG PADI. Warga suku Baduy Dalam berjalan melintasi lumbung padi

Diperkirakan sudah lebih dari 600 tahun orang Baduy hidup seperti sekarang ini. "Zaman boleh berubah, tapi budaya nenek moyang seyogianya tetap dijaga," ujar Dainah, Kepala Desa Kanekes. Komunitas orang Baduy, atau orang Kanekes, terbagi dalam tiga kelas sosial, yakni Tangtu, Panamping, dan Dangka.

52 travelounge

OntimE

September, 2010

Dangka adalah Baduy yang sudah melakukan akulturasi dengan kebudayaan modern. Ada di luar Kanekes, seperti Desa Cibengkung dan Sirah Dayeuh. Suku Baduy adalah petani yang menggantungkan hidup sepenuhnya pada alam. Di Baduy Luar dan Baduy Dangka, sejumlah orang kini menjadi perajin suvenir wisata atau perajin tenun pakaian, namun jumlah mereka tak banyak. Masing-masing komunitas Baduy Dalam

rusak kesuburan tanah. Lahan hanya digemburkan ala kadarnya dengan menggunakan arit dan kayu untuk membuat lubang tempat menanam benih. Sedangkan di Baduy Luar, pestisida dan teknologi sudah digunakan. Ada tradisi khusus sebelum menanam padi, yakni upacara ngaseuk, mantramantra dialunkan dengan diiringi bunyi angklung dan kendang kecil, untuk menandai penanaman atau perkawinan antara Dewi Padi (Nyi Pohaci) dengan tanah (pertiwi). Upacara ini wajib dilakukan di setiap kampung dan juga keluarga. Di Baduy Dalam, ketaatan kepada pemimpin komunitas atau kepala suku— disebut puun—sangat kuat. Warga baru akan mulai menanam padi, setelah sang puun melakukannya terlebih dulu. Mereka pun tak mengenal sistem terassering, lahan terhampar di bukit-bukit tanpa petak-petak. Tak mengenal irigasi, pengairan hanya mengandalkan hujan turun. Musim tanam biasanya dilakukan Okto-


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.