Candi Kidal

Page 1

ANDI ANDI KIDAL KIDAL

KELOMPOK 2

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

OFFERING B 2021

NAMA KELOMPOK: BUNGA MAHARANI (210741610064) DEVIA AYU EILENA (210741610022) ELLY DWI LESTARI (210741610035) FLOREAN SALSABILA S. (210741610079) NUR LAILATUL ZUHRIYAH (210741610045) SYIFA ZUHANISA FITRIA (210741610042)
Cover..................................................... 1 Penyusun............................................... 2 Daftar isi................................................ 3 Sejarah pembangunan candi kidal........ 4-5 Penemuan candi kidal........................... 6-7 Bentuk arsitektur candi kidal................ 8-17 Relief candi kidal.................................. 18 kode QR candi kidal.............................. 24 Dokumentasi......................................... 25 Daftar pustaka...................................... 26 DAFTAR ISI

SEJARAH PEMBANGUNAN CANDI KIDAL

Dalam Nagarakrtagama yang

digubah oleh Prapanca pada tahun

1287 Saka (1365 M)

menceriterakan tentang raja-raja

Singasari dan Majapahit. Dalam pupuh 37 menyebutkan bahwa

Raja Hayam Wuruk mengunjungi

Candi kidal dan Singasari, selanjutnya menceriterakan asal kerajaan Singasari.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Anusapati

Kemudian dalam pupuh 40 dan 41 menceriterakan bahwa Ranggah

Rajasa memerintah pada tahun 1104 Saka (1182 M). Pada tahun

1149 Saka (1227 M) beliau kembali ke alam Siwa (wafat), dicandikan di Kagenengan sebagai Siwa dan di Usana sebagai Budha. Beliau digantikan oleh puteranya, Anusapati. Selama pemerintahannya, tanah Jawa kokoh sentosa, rakyat menghormatinya. Pada tahun 1170 Saka (1248 M) Anusapati

berpulang ke Siwaloka (wafat) dan didharmakan di Candi kidal dalam wujud sebagai Siwa. Penggantinya adalah puteranya yang bernama Wisnu Wardhana, yang memerintah bersama dengan

Narasinga

Gambar 1. Raja Anusapati

Berdasarkan naskah Pararaton, pada bagian III, disebutkan bahwa

Anusapati adalah anak dari Tunggul Ametung, raja Singasari dari perkawinannya dengan Ken Dedes. Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok, dan Ken Dedes yang sedang hamil 3 bulan kemudian dikawininya. Ken Arok yang bergelar Sang Amurwabhumi, dibunuh oleh suruhan Anusapati pada tahun 1169 Saka (1247 M). Sesudah itu Anusapati naik tahta pada tahun 1170 Saka (1248 M). Ia kemudian

dibunuh oleh Tohjaya (anak Ken Arok dengan Ken Umang) pada tahun 1171 Saka (1249 M) dan dicandikan di Kidal (R Pitono Hardjowardojo, 1965: 31-33).

Dari kedua naskah tersebut terdapat perbedaan mengenai wafatnya Anusapati. Nagarakrtagama menyebutkan 1170 Saka (1248 M), sedangkan Pararaton pada tahun 1171 Saka (1249 M). Sumber lain berupa prasasti Maribong, disebutkan bahwa pada tanggal 23 September 1248 kerajaan Tumapel diperintah oleh Jayawisnuwardhana, putera Anusapati. ini berarti bahwa Anusapati tentunya meninggal sebelum tarikh tersebut. Dalam prasasti tersebut, Wisnuwardhana dinyatakan sebagai cucu Raja Rajasa, maka ayah Wisnuwardhana adalah putera Raja Rajasa. Raja Rajasa adalah pendiri kerajaan Tumapel (Slamet Mulyana, 1979: 97-98).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Anusapati wafat sekitar tahun 1248 Masehi, dan Candi Kidal sebagai tempat suci pendharmaannya. Selanjutnya Bernet Kempers berpendapat bahwa pembangunan Candi Kidal diselesaikan pada tahun 1260 Masehi, karena dapat dihubungkan dengan adanya upacara Srada (dua belas tahun setelah wafat), yaitu pentahbisan Candi Kidal sebagai pendharmaan.

PENEMU PERTAMA KALI CANDI KIDAL

Thomas Stamford Raffles seorang penemu Candi Kidal pada tahun

1817 yang terletak di Dusun Kraja, Desa Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Stamford merupakan Letnan Gubernur Jawa yang berdinas pada kurun waktu 1811-1816. Beliau yang pertama kali mengawali penelitian tentang kepurbakalaan bekas Kerajaan Majapahit di Trowulan (Majapahit, 2021). Pemerintah Belanda saat itu

berinisiatif melakukan upaya pelestarian seperti membersihkan pepohonan dari candi pada tahun 1867, pembersihan kedua dilanjutkan pada tahun 1883, dan melakukan konservasi candi

khususnya pada ornamen-ornamen candi. De Haan melakukan

perbaikan pada Candi Kidal dengan memperbaiki kaki candi bagian

sudut dan sisi timur bagian tengah pada tahun 1925 atas perintah

pemerintah Hindia Belanda. Berakhirnya era kolonial, tahun 19891990 perbaikan Candi Kidal pada seluruh bagian mulai dari atap

hingga dasar atau pondasinya dilanjutkan oleh Suaka Peninggalan

Sejarah dan Purbakala Jawa Timur (Kemendikbud, 2022).

Gambar 1 Thomas Stamford Raffles Sumber : Direktori Majapahit, November 2021

Gambar Candi Kidal Tahun 2012 dan 2023

Gambar 2. Candi Kidal Sumber : Pusaka Jawatimuran, 2012 Gambar 3. Candi Kidal Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok, Maret 29, 2023

BENTUK ARSITEKTUR CANDI KIDAL

Candi Kidal merupakan candi tertua yang dibangun pada masa

kerajaan Singosari. Candi Kidal adalah candi peninggalan agama

Hindu yang terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Menurut Pararton, Candi Kidal dibangun pada 1248, setelah Cradha atau upacara pemakaman Raja Anusapati.

Bentuk / Struktur bangunan :

Candi Kidal dibangun pada masa transisi keemasan kerajaan di Jawa

Tengah ke Jawa Timur, Candi Kidal mewarisi perpaduan corak kedua

daerah tersebut. Bangunan candi kidal berbentuk bujur sangkar dengan sisi-sisi berukuran 8,36 meter, dan dilengkapi dengan penampil serta tangga masuk di bagian barat. Candi Kidal terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, bada, dan atap, yang keseluruhan bentuk bangunannya terlihat ramping,, mirip dengan gaya candi didaerah

Jawa Timur. Pada bagian kaki candi berukuran besar dan lumayan tinggi, sementara tubuh candinya dibangun menonjol ke belakang dan bagian atas berbentuk seperti pyramida dan puncaknya seperti kubus.

a. Batur

Pondasi candi ini dikenal dengan sebutan batur, yang merupakan alas tempat berdiri kaki candi. Memiliki bentuk bujur sangkar dan rendah, serta jauh lebih sederhana apabila dibandingkan dengan pokok bangunannya. Batur berhiaskan pelipit rata, serta dilengkapi dengan penampil sebagai tanda masuk. Kepala naga menghiasi pipi tangga di kedua ujungnya.

Kaki bujur sangkar dihiasi dengan 6 buah panel, pelipit rata, dan pelipit genta. Bagian barat terdapat penampil tangga naik, namun dalam keadaan rusak. Setiap sudut-sudutnya (6 sudut) berhiaskan singa dengan posisi duduk, kedua belah kaki depan diangkat seolaholah menahan berat badan. Seluruh singa ini duduk di atas padmasana berbentuk setengah lingkaran, dan pada 2 pelipit datar dihiasi sulur-sulur. Bagian kaki candi terdapat panel-panel dan di dalamnya berhiaskan suiur-sulur yang membentuk jambangan (pot) bunga dan binatang. Kaki candi sebelah selatan, timur dan utara juga dihiasi masing-masing dengan empat panel yang di dalamnya berisi empat medalion dan dua pot bunga. Hiasan paling menarik adalah relief garuda yang menggambarkan fragmen cerita Garudeya yang

dipahat pada kaki candi yang terdiri dari :

Dinding sisi selatan Garuda inendukung para naga.

Dinding sisi timur Garuda mendukung guci amrta (kamandhalu).

Dinding sisi utara Garuda mendukung ibunya.

Tubuh candi membentuk bujur sangkar berdiri di atas kaki yang tinggi dan lebar. Antara kaki candi dan badannya terdapat selasar sehingga pengunjung dapat melakukan perjalanan mengelilingi candi. Selasar ini memiliki lebar sekitar 0,85 meter. Bagian depan (barat) terdapat hiasan kala diatas ambang pintu. Kepala kala ini dikenal dengan Banaspati yang menggambarkan bentuk mata melotot. Kedua taringnya keluar dari rahang atas dan mempunyai dagu yang merupakan ciri khas kepala kala Jawa Timur.

Bagian kanan kiri pintu dihiasi dengan sebuah relung yang sudah kosong. Sisi atas relung ini berbentuk meru dengan kepala kala pada ambang atas. Masing-masing bidang di sisi utara, timur dan selatan dihiasi sebuah relung yang seluruhnya sudah kosong. Reluag-relung ini mempunyai kepala kala dan bentuk meru di atasnya. Bilik candi berukuran 1,90 x 1,90 meter, tinggi 2,60 meter, dan penampang horizontal tubuh candi berukuran 4 x 4 meter. Sebagian penutup atap makin keatas makin menyempit.

b. Kaki 1. 2. 3. c. Tubuh

d. Atap

Atap Candi Kidal terdiri 3 tingkatan yang masing-masing dibatasi dengan 2 bingkai (pelipit) mendatar berukir. Tiap tingkatan terdiri atas tingkatan-tingkatan pula. Sisa atap yang masih tinggal yaitu tingkat pertama dan sebagian tingkat kedua. Tingkat pertama terdiri atas 2 bagian (tingkatan) yang dihiasi sulur-sulur membentuk tumpal. (segitiga) yang disebut parljata dan satu bagian (tingkatan) berisi miniatur candi sejumlah 5 buah (Sugiyanti, 1992).

Berdasarkan hasil penelitian peneliti yang terdahulu, di Candi Kidal terdapat ornament hias berupa Garudeya yang mengisahkan perjuangannya dalam membebaskan Ibundanya (Rahmawati, 2020).

Hal tersebut sejalan dengan bahwa spirit Garudeya mempunyai korelasi dengan kisah perjuangan bangsa Indonesia semasa penjajahan. Relief cerita Garudeya di candi ini dapat dibaca berjalan berlawanan arah jarum jam, dimulai dari sisi sebelah selatan. Relief pertama menggambarkan Garuda menggendong 3 ekor ular besar, relief kedua melukiskan Garuda dengan kendi di atas kepalanya, dan relief ketiga Garuda meyangga seorang wanita di atasnya.

Jenis batuan :

Bangunan Candi Kidal terbuat dari batu andesit, dengan bagian inti pondasi, batur dan kaki terbuat dari bata. Batu andesit merupakan suatu tipe batuan beku vulkanik, ekstrusif, komposisi menengah, dengan tekstur afanitik sampai porfiritik yang banyak tersebar di pulau Jawa. Andesit merupakan jenis peralihan antara basal dan dasit, dengan rentang silikon dioksida (SiO2) adalah 57-63% (Noor, 2012) .

Secara keseluruhan, bangunan Candi Kidal ini kondisinya masih utuh, terdiri dari batur, kaki candi, badan candi, dan atap candi.

Foto Candi Kidal zaman dahulu

Sumber : Departemen Pendidikan

Gambar 4. Foto Candi Kidal sebelum di pugar dan Kebudayaan, 1992

Sumber

Sumber :

Gambar 6. Jalan setapak pada candi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992 Gambar 5. Kerusakan pada blok batu pipi tangga : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992

Foto zaman sekarang

Gambar 7. Foto Candi Kidal Sumber : Kemdikbud, November 21, 2022 Gambar 8. Foto Candi Kidal Sumber : Kemdikbud, November 21, 2022 Gambar 9. Foto Candi Kidal Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok, Maret 29, 2023

Foto Jenis Batuan pada Candi Kidal

Bangunan candi kidal terbuat dari batu andesit, dengan bagian inti pondasi, batur dan kaki terbuat dari bata. Batu andesit merupakan suatu tipe batuan beku vulkanik, ekstrusif, komposisi menengah, dengan tekstur afanitik sampai porfiritik yang banyak tersebar di pulau Jawa. Andesit adalah jenis peralihan antara basal dan dasit, dengan rentang silikon dioksida (SiO2) adalah 57-63%.

Batuan Andesit atau (Andesite) memiliki ciri-ciri berwarna abu gelap yang terbentuk sebagai lava menyerupai basat. Batu andesit dapat dibedakan dengan adanya mineral-mineral yang lebih kasar seperti plagioklas, hombleda, dan biotit.

Sumber

Batu andesit banyak digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Begitu juga perkakas-perkakas dari zaman prasejarahbanyak memakai material ini, misalnya: sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca dan lainnya.

Gambar 11. Batuan pada Candi Kidal : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992 Gambar 10. Batu Andesit Sumber : Djauhari Noor, 2009

Foto ukuran batuan yang digunakan dalam penyusunan Candi Kidal

Gambar 12. Denah Candi Kidal sebelum dipugar

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992

Gambar 13. Denah Candi Kidal Setelah dipugar pada 1992

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992

Gambar 14. Candi Kidal tampak belakang/timur

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992

Gambar 15. Candi Kidal tampak belakang/timur setelah dipugar pada 1992

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992

RELIEF CANDI KIDAL

Candi Kidal menjadi penanda bahwa Desa

Kidal saat masa kejayaan Kerajaan

Singosari termasuk wilayah yang sakra.

Candi Kidal sampai saat ini masih digunakan untuk ibadah pada waktu

tertentu, namun tidak sesering dulu pada

saat masih berjayanya Kerajaan Singosari. Candi Kidal merupakan candi Hundi-Siwa sebab ruangan candi pada zaman dahulu

terdapat arca Siwa Mahadewa. Candi ini menunjukkan bahwa zaman dulu masyarakat Desa Kidal, Kabupaten Malang, menganut agama Hindu aliran Siwa.

Gambar 16. Relief Garuda melayani para ular

Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok, Maret 29, 2023

Tiga patahan relief yang sangat indah di kaki candi menceritakan kisah dongeng Garudeya (Garuda). Pada zaman itu, orang Jawa sangat menggemari dongeng ini sebagai dongeng moral tentang upacara pembebasan atau ritual. Kakawin merupakan karya sastra Jawa kuno, menggambarkan perjuangan Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan dengan mengembalikan atau menebus amerta air suci (Unkris, 2020).

Sebagian besar relief pada Candi Kidal masih terlihat jelas dan memiliki filosofi yang mendalam. Cerita Garudeya pada Candi Kidal

ditampilkan dalam tiga relief yang masing-masing berada di tengah sisi kaki candi, kecuali pintu masuk. Gambar atau motif Garuda timbul yang mewakili bagian dari nasari Garudeya dapat dilihat di kaki candi

pada ketiga sisinya (utara, timur, dan selatan). Kisah Garuda menggendong ibunya Sang Winata (utara), Garuda membawa

tempayan air amerta (timur), dan Garuda menunggangi naga (selatan)

dapat kita lihat jika mengitari candi dengan cara berjalan searah dengan jarum jam (pradaksina) (Utami, 2018).

SEPASANG KEPALA NAGA

Candi kidal adalah satu candi yang tampak sederhana, namun candi Kidal merupakan candi yang kaya akan ragam hias. Pada bagian permulaan tepatnya dibagian depan ujung tangga terdapat sepasang kepala naga jantan (makara) dan betina (makari).

Gambar 17: Makara dan makari Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok, Maret 29, 2023

KEPALA KALA

Gambar 18: Kepala Kala di atap pintu masuk Candi Kidal

Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok, Maret 29, 2023

Hal unik lain yang menjadi ragam hias di Candi Kidal adalah kepala

Kala. Bentuk kepala Kala ini seperti raksasa, berdagu, mata melotot, mulut yang terbuka disertai dua taring yang besar sekaligus bengkok, dan kedua cakar ada di dekat pipinya yang memberi kesan dominan.

Filosofi Kala adalah sebagai salah satu aspek dewa Siwa dan umumnya dikenal sebagai penjaga bangunan suci, hal ini didukung

dengan bentuk jari tangan dikedua sudut kiri dan kanan kepala Kala

dengan sikap seperti hendak mengancam, maka sempurnalah tugasnya sebagai penjaga bangunan suci (Wikipedia,2 April 2023).

PATUNG GARUDEYA

Sumber:

Selain pada bagian atap, pada bagian kaki, tubuh dari candi kidal juga kaya akan relief dan ragam hias yang mengelilingi, salah satunya adalah relief garuda. Relief ini terdapat pada bagian kaki candi pada ketiga sisinya (utara, timur, selatan). Motif ini merupakan fragmen dari cerita Garudeya (Setyawati,dkk.2013). Relief ini dapat dibaca apabila kita berjalan mengelilingi candi ini berlawanan arah jarum jam (Prasawiya) (Malangkab.go.id, 2021).

Menurut kesusasteraan Jawa kuno, relief Garudeya pada candi kidal merupakan gambaran bakti Anusapati seorang Garudeya kepada ibunya Kendedes. Ketiga relief yang berurutan tersebut merupakan filosofi dari perjalanan Garudeya untuk membebaskan ibunya dari perbudakan dengan penembusan air suci “Amerta” . Berdasarkan relief yang tergambar dapat diambil kesimpulan bahwa Anusapati sangat berbakti dan mencintai ibunya. Dia ingin ibunya lepas dan bebas dari penderitaan selama hidupnya, dan dapat menjadi wanita sempurna yang suci.

Gambar 19: Relief Garudeya di sisi sebelah selatan Candi Kidal Dokumen Pribadi Kelompok, Maret 29, 2023

RELIEF GARUDEYA

Fragmen cerita ini berturut-turut dimulai

dari bagian Selatan menggambarkan

Garuda menggendong 3 ular besar. Menggambarkan adanya perbudakan yang

berawal dari kisah seorang guru bernama

Resi Kasyapa yang memperistrikan Kadru dan Winata. Dari Kadru, Resi Kasyapa

memperanakan Naga dan dari Winata

memperanakan Garuda. Kadru selalu cemburu pada Winata dan melakukan

berbagai cara agar Winata tersingkir dari keluarga mereka. Singkat cerita, Kadru dan Winata bertarung namun dalam hal ini

Kadru berbuat curang sehingga dia menang dan menjadikan Winata sebagai budaknya (Cagarbudayajatim.com).

relief ke dua sebelah Timur meggambarkan

Garuda dengan kendi berisi Amerta diatas kepalanya. Mengambarkan aruda yang ingin membebaskan perbudakan Winata asalkan

Garuda memberikan Tirta Suci Amertha Sari (air kehidupan abadi). Lalu Garuda

berkelana dan bertemu dewa Wisnu yan berjanji akan memberinya amertha sari dengan syarat garuda menjadi tunggangannya (Cagarbudayajatim.com).

Relief ketiga sebelah Utara menggambarkan

Garuda menyangga atau menggendong seorang wanita sang Dewi winata atau ibunya diatasnya. Menggambarkan fase

kemerdekaan yang mana ibunya telah bebas dari perbudakan (Cagarbudayajatim.com).

Gambar 20: Relief Garudeya di sisi sebelah selatan Candi Kidal Gambar 21: Relief Garudeya di sisi sebelah Timur Candi Kidal Gambar 21: Relief Garudeya di sisi sebelah Utara Candi Kidal

SINGA PENYANGGA

KAKI CANDI

Pada setiap sudut kaki candi terdapat Empat singa atau singa murti yang menyangga bingkai kaki candi. Berdasarkan penuturan juru kunci dari Candi Kidal pada sesi wawancara Rabu (29/3/2023) “filosofi dari singa penyangga adalah Asumsi dari singa yang merupakan penguasa hutan, hewan yang paling kuat dan yang paling ditakuti sehingga dipercaya sebagai simbol kekuatan candi”.

Gambar 23: Singa Murti Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok, Maret 29, 2023 Gambar 24: Singa Murti Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok, Maret 29, 2023

KODE QR VIDEO

Berikut kami sajikan video tour candi kidal beserta penjelasannya. selamat menyaksikan!

https://drive.google.com/file/d/1-zZxEJIXRaDpIX9HnuIXx7v4aAXlYyw/view?usp=drivesdk

KODE QR VIRTUAL TOUR

Setelah anda membaca booklet ini dan juga menonton video, teman -

teman bisa melihat virtual tour dibawah ini!

Silahkan Scan kode QR dibawah ini

https://candikidalkel2.000webhostapp.com/

KODE QR TEKA-TEKI SILANG

Setelah anda membaca booklet ini dan juga menonton video, silahkan

coba mengerjakan teka-teki silang dibawah ini ya!

Silahkan Scan kode QR dibawah ini

https://wordwall.net/id/resource/56167601

KODE QR LINK KUIS

Setelah anda membaca dan menonton video, silahkan kerjakan kuis berikut untuk melatih sejauh mana anda mengerti dan mengetahui candi kidal.

https://wordwall.net/resource/55025610

DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

Candi Kidal—Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur. (n.d.). Retrieved April 2, 2023, from

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/candi-kidal-4/ Candi Kidal Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (n.d.). Retrieved April 2, 2023, from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Candi Kidal

https://cagarbudayajatim.com/index.php/2020/06/22/garudeya/ https://www.malangkab.go.id/mlg/default/detail-potensi?daerah=59

Kemendikbud, B. P. C. B. J. T. (2022, November). Candi Kidal. Kebudayaan.Kemdikbud.Go.Id.

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/candi-kidal-4/ Majapahit, D. (2021, November). Thomas Stamford Raffles. Dikertorimajapahit.Id.

https://direktorimajapahit.id/dokumen/5/thomas-stamford-raffles Noor, D. (2012). PENGANTAR GEOLOGI.

Rahmawati, F. E., Iksan, N., & Syarifudin, A. (2020). RELIEF CANDI KIDAL SEBAGAI IDE PENCIPTAAN MOTIF BATIK SRI WEDHATAMA (Vol. 12, Issue 2). https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/brikolase/index

Sedyawati, Edi, dkk. 2013. Candi Indonesia Seri Jawa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyanti, S., Dewi, P., & Hasibuan, H. (1992). Pemugaran Candi Kidal Dan Gapura Bajangratu.

Unkris. (2020, May). Candi Kidal. Unkris.Ac.Id.

https://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Candi-Kidal 69026 p2kunkris.html

Utami, I. W. P., Jati, S. S. P., & Sapto, A. (n.d.). RELIEF CANDI KIDAL SEBAGAI INSPIRASI PENGEMBANGAN MOTIF BATIK KHAS DESA KIDAL UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. 2018.

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.