Metode Baku Perhitungan Susut Pangan pada Ritel

Page 1


Metode Baku ini merupakan adaptasi dari FoodLossandWasteAccounting andReportingStandardVersion1.0yang disusun oleh:

SteeringCommitteedanPenulis

Craig Hanson, Brian Lipinski, Kai Robertson - World Resources Institute (WRI), Secretariat

Debora Dias, Ignacio Gavilan, Pascal Gréverath (Nestlé), Sabine Ritter - The Consumer Goods Forum (CGF)

Jorge Fonseca, Robert van Otterdijk - Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO)

Toine Timmermans: EU-funded FUSIONS project

James Lomax, Clementine O’Connor - United Nations Environmen Programme (UNEP)

Andy Dawe, Richard Swannell - WRAP (The Waste and Resources Action Programme)

Violaine Berger, Matthew Reddy, Dalma Somogyi - World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

PenulisLainnya

Bruno Tran (Chair of Upstream Technical Working Group), Natural Resources Institute (NRI), University of Greenwich

Barbara Leach (Chair of Downstream Technical Working Group), WRAP

Tom Quested, WRAP

TimGardaPangan

Eva Bachtiar

Nadia Qisthi Diadasa

Alfian Muhammad Nur

KONTRIBUTOR

TimBadanPanganNasional

Nyoto Suwignyo

Nita Yulianis

Tim Badan Pangan Nasional

PENDUKUNG

TimParongpongRAWLab

Rendy Aditya Wachid

Amiroh Husna Utami

Pradna Aqmaril Paramitha

DOKUMENTASI

Sebastian Nugroho Bayu

TimKoalisiSistemPanganLestari Romauli Panggabean

Sri Noor Chalidah

Gina Karina Rizky Firmansyah

Hosiana Simamora

TimKementerianPPN/Bappenas

Jarot Indarto

Ifan Martino

TimFood&AgricultureOrganization

Yusmanetti Sari

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam

penyusunan Metode Baku

Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini:

RenySiregar

GM SME Development PT Sarinah

MohamadZaelani

Fungsional Policy, SOP & Holding Project PT Sarinah

Sanusi Assistant Mall Operation Manager

PT. Sarinah

Ferry Supervisor Ranch Market Pasarina

SovianaSuryaN. Supervisor Solaria Mall Sarinah

DandiKurniawan

Kepala Toko Janji jiwa Mal Sarinah

TomyBudiKurniawan

GM Property PT Sarinah

AditiaAshari

Mall Operation Manager PT Sarinah

IndyAtriaPratiwi

Admin Mall Operation Staff PT. Sarinah

RifkiAfviNazwan

Karyawan Ranch Market Pasarina

SugengAmin

Karyawan Solaria Mal Sarinah

MaspiYandi

Karyawan Toko Janji

Jiwa Mal Sarinah

DiahMinarni

Konsultan Bisnis dan Operasi Ritel PT Sarinah

Muslihati

Tenant Relation Manager PT Sarinah

TutiWardiani

Assistant Tenant Relation Manager PT. Sarinah

CahyoKartiko Assistant Operations Manager Ranch Market Pasarina

SitiNurjannah Supervisor Solaria Mal Sarinah

NoviaAyuRamadani

Karyawan Dcrepes Mal Sarinah

KATA SAMBUTAN

Upaya untuk menangani food loss and pangan atau SSP) di Indonesia telah m dan memerlukan perhatian serius dari di sepanjang rantai pasok pangan ber ketersediaan pangan, meningkatnya e kerugian ekonomi yang sangat besar yang harus segera diatasi sebagai up pangan nasional di tengah beragam t

Kerja sama lintas sektor menjadi kunc penanggulangan permasalahan ini Be petani, pelaku usaha, distributor, ritel, hingga konsumen akhir, harus berpera mencegah dan mengurangi SSP Selai menyusun kebijakan yang tepat dan m praktik-praktik yang efektif di lapanga kalah penting. Segala bentuk inisiatif u mengurangi SSP akan memberikan da pencapaian ketahanan pangan nasion memperkuat stabilitas ekonomi dan ke

Akurasi penghitungan SSP sangat pen pangan. Telah terdapat berbagai pend bervariasi secara global dalam mengh tentunya menjadi tantangan tersendir diperhatikan kesesuaian metode dalam akurat dan reliabel di Indonesia Untuk upaya yang dilakukan oleh Koalisi Sist bersama dengan Badan Pangan Nasio Kementerian PPN/Bappenas dan FAO d metode baku perhitungan SSP. Metode dirujuk oleh semua pengguna dalam m Sebagai informasi, metode ini telah di pemerintah daerah, melibatkan OPD P provinsi pelaksana kegiatan Gerakan S

Dengan adanya metode baku ini, pem pelaku usaha pangan, penyedia pang kepentingan lainnya dapat melakukan akurat Melalui data yang lebih akurat menangani SSP dapat diarahkan seca titik-titik kritis di sepanjang rantai paso solusi yang lebih strategis Saya berha menjadi pijakan penting dalam upaya dan menangani, termasuk meredistrib mengurangi kerugian ekonomi, sosial, ditimbulkan

Akhir kata, semoga kerja sama yang te terus berkembang dan semakin mantap dalam mewujudkan sistem pangan yang lebih berkelanjutan

Jakarta, September 2024

H.AriefPrasetyoAdi,S.T., M.T.,Ph.D.(h.c.)

Kepala

Badan Pangan Nasional

DAFTAR ISI

KATASAMBUTAN DAFTARISI

BAB1:PENDAHULUAN

1.1TUJUAN

1.2PENYUSUNANMETODEBAKU

13LATARBELAKANG

14PENGGUNAANMETODEBAKU

1.5FLEKSIBILITASPENGGUNAANMETODEBAKU

1.6UNITPERHITUNGAN

1.7PENGAPLIKASIANMETODEBAKU

1.8LANGKAHPERHITUNGAN

19PRINSIPDASAR

BAB2:MENENTUKANCAKUPAN PERHITUNGANSISAPANGAN

21JANGKAWAKTU

22JENISMATERIAL

2.3PENANGANAN

2.4BATASAN

2.5ISUTERKAIT

2.6STATUSMATERIAL

27MENENTUKANCAKUPANSESUAITUJUAN

PERHITUNGANSISAPANGAN

BAB3:METODEPERHITUNGAN SISAPANGAN

3.1MENENTUKANMETODEPERHITUNGAN SISAPANGAN

32PENGUMPULAN,PERHITUNGAN,DAN ANALISISDATA

3.3MENILAITINGKATKETIDAKPASTIAN

3.4KOORDINASIANALISISBEBERAPA PERHITUNGANSISAPANGAN

DAFTAR ISI

BAB3:METODEPERHITUNGAN SISAPANGAN

3.5MENGIDENTIFIKASIPENYEBABSISAPANGAN

36PENINJAUANHASILPERHITUNGAN

37PELAPORAN

3.8PENETAPANTARGETPENGURANGANSISA PANGANDANPEMANTAUANPERUBAHAN SISAPANGAN

LAMPIRANA.

METODESAMPLINGDANSCALINGUPDATA LAMPIRANB.

PEMISAHANJENISMATERIAL:SUMBERDATA UNTUKFAKTORKONVERSI LAMPIRANC.

NORMALISASIDATA LAMPIRAND.

PERHITUNGANSISAPANGANDALAM UNITLAIN LAMPIRANE.

PERHITUNGAN&PELAPORANBERATPANGAN YANGDIDONASIKANDANDIPULIHKAN LAMPIRANF

F.1 GLOSARIUM

F.2CATATANAKHIR

PENDAHULUAN BAB 1

Bab ini menjelaskan tentang aspek-aspek yang perlu dipahami dan dipertimbangkan sebelum melakukan perhitungan sisa pangan pada ritel, yang terdiri dari:

1.1 Tujuan

1.2 Penyusunan Metode Baku

1.3 Latar Belakang

14 Penggunaan Metode Baku

15 Fleksibilitas Penggunaan Metode Baku

1.6 Unit Perhitungan

1.7 Pengaplikasian Metode Baku

1.8 Langkah Perhitungan

19 Prinsip Dasar

1.1 TUJUAN

Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel adalah dokumen yang menjelaskan cara perhitungan dan pelaporan sisa pangan yang spesifik terjadi di ritel Metode baku ini memungkinkan pemerintah, perusahaan ritel, dan entitas lainnya untuk menghitung jumlah sisa pangan yang dihasilkan serta penanganannya

Hasil perhitungan dapat memberikan gambaran utuh tentang jumlah sisa pangan yang dihasilkan, sehingga pihak yang berwenang dapat mengambil langkah yang tepat untuk meminimalkan sisa pangan tersebut. Manfaat jangka panjang dari pengurangan sisa pangan di antaranya adalah meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, dan mengurangi dampak lingkungannya.

Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel diperlukan sebagai standar cara perhitungan sisa pangan, agar data yang dilaporkan konsisten dan transparan Metode baku ini juga memungkinkan kuantifikasi sisa pangan dapat dipantau, untuk mencapai

Sustainable Development Goals Target 123¹, yaitu mengurangi separuh susut dan sisa pangan di tahun 2030, dan mendukung target pengurangan emisi

Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai Paris Agreement pada tahun 2030².

Metode baku ini dirancang agar praktis dan dapat digunakan oleh pihak manapun untuk menghitung jumlah sisa pangan yang dihasilkan, sesuai dengan tujuan perhitungan yang diinginkan. Penggunaan terminologi dan metode yang baku memastikan bahwa data yang dihasilkan sesuai dengan standar internasional, dan dapat digunakan baik untuk kepentingan internal atau sebagai bahan perbandingan antar entitas.

1.2 PENYUSUNAN METODE BAKU

Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini merupakan adaptasi dari dokumen internasional, yaitu Food Loss and Waste Accounting and Reporting Standard, yang disusun oleh tim FLW Protocol dari World Resources Institute (WRI), The Consumer Goods Forum (CGF), Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), FUSIONS, United Nations Environment Programme (UNEP), The Waste and Resources Action Programme (WRAP), World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), dan Natural Resources Institute (NRI)

Adaptasi dilakukan dengan menyesuaikan metode perhitungan sesuai konteks penggunaannya di Indonesia agar lebih relevan, mudah dipahami, dan dapat diaplikasikan sesuai kondisi di Indonesia

Metode baku ini disusun khusus untuk satu sektor spesifik yaitu sektor ritel, dengan mempertimbangkan hasil temuan Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia 2021 yang dikeluarkan oleh Bappenas, di mana timbulan susut dan sisa pangan terbesar di Indonesia berasal dari tahap konsumsi

Oleh sebab itu, salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan dari sisi pasokan adalah intervensi di sektor ritel Dokumen ini dapat digunakan sebagai acuan melakukan intervensi awal, yaitu perhitungan sisa pangan pada ritel.

Pengaplikasian metode baku ini juga telah diuji melalui perhitungan sisa pangan di Mall Sarinah Jakarta, yang dilakukan pada bulan Januari 2024.

Dokumen lain yang dapat digunakan sebagai acuan perhitungan sisa pangan pada ritel, adalah:

Versi ringkas Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel dapat diakses di bit.ly/MBPSPR2

Lembar Bantuan Perhitungan, yang dapat digunakan untuk membantu entitas mempertimbangkan metode perhitungan berdasarkan tingkat akurasi dan akses terhadap sisa pangan di lapangan, membantu melakukan perhitungan dengan metode sampling, dan membantu memastikan semua komponen yang perlu dimasukkan dalam laporan telah dipertimbangkan; dapat diakses di bitly/MBPSPR3

Contoh hasil perhitungan dan laporan sisa pangan pada Mall Sarinah dapat diakses di bitly/MBPSPR4

Lainnya:734%

Kaca:2.21%

Karet/Kulit:214%

Kain:2.59%

Logam:302%

KOMPOSISI

SAMPAH

DI INDONESIA

Sumber:SIPSNKLHK(2022)

Plastik: 1811%

Kertas/Karton: 113%

1.3 LATAR BELAKANG

Berdasarkan data Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, proporsi jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di Indonesia adalah sampah makanan, yaitu sebesar 40,3% timbulan sampah³. Berdasarkan data yang diterbitkan di The Economist Intelligence Unit tahun 2022, Indonesia kini berada di urutan ke-2 negara dengan pembuang sampah makanan terbesar di antara negara G20 dan di posisi ke-35 di antara negara lainnya dunia⁴ .

Timbulan susut dan sisa pangan di Indonesia berkisar di angka 115184kg/kapita/tahun. Yang menarik, persentase timbulan susut pangan terus menurun selama 20 tahun terakhir dari 61% di tahun 2000 ke 45% di tahun 2019⁵ .

Kayu/Ranting: 1299%

Sisa Makanan: 40.3%

Sementara itu sisa pangan cenderung meningkat, dari 39% di tahun 2000 ke 55% di tahun 2019 Itu berarti saat ini, Indonesia memiliki porsi sisa pangan yang lebih besar dibanding susut pangan-nya⁶

Susut dan sisa pangan juga menimbulkan dampak yang signifikan di berbagai sektor Dalam kurun waktu tahun 20002019, timbulan sampah makanan ini menghasilkan kerugian ekonomi sebesar 213-551 triliun rupiah/tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia⁷

Selain itu, dari segi lingkungan, timbulan sampah makanan menghasilkan 1702 Mt CO₂-ek atau sekitar 7,29% emisi gas rumah kaca Indonesia⁸ Di tahun 2005 bahkan sempat terjadi ledakan di TPA

Leuwigajah yang menewaskan 143 orang dan menimbun 57 rumah, yang disinyalir dipicu oleh konsentrasi gas metana dari dalam tumpukan sampah⁹ .

Tingginya timbulan sampah makanan juga merupakan ironi, karena jika dipulihkan, jumlah ini disinyalir dapat memberi makan 61-125 juta orang atau 29-47% populasi Indonesia¹⁰ .

Berdasarkan data Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022, angka prevalensi underweight di Indonesia sebesar 17,1%, sementara untuk stunting mencapai 21,6%¹¹

Sebelum menentukan strategi pengurangan sisa pangan yang berdampak, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengetahui jumlah sisa pangan yang dihasilkan Metode baku ini dapat digunakan secara konsisten oleh berbagai entitas, sebagai pedoman untuk menghitung sisa pangan sesuai standar internasional, yang bisa diakses di flwprotocolorg DAMPAK SAMPAH MAKANAN

DampakEkonomi

213-551 triliunrupiahpertahun (4-5%PDBIndonesiapertahun)

KehilanganNutrisi

61-125jutaorangpertahun (29-47%pendudukIndonesia)

DampakLingkungan

1.702,9MtCO₂-ek (7,29%daritotalemisiGRKdiIndonesia)

1.4 PENGGUNAAN METODE BAKU

Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel dirancang untuk dapat digunakan oleh berbagai jenis entitas yang relevan, termasuk pemerintah, perusahaan, ritel, dan entitas lainnya.

Tujuan dari setiap entitas dalam mengukur sisa pangan bisa bervariasi, namun penting untuk mengartikulasikan tujuan yang jelas dalam perhitungan sisa pangan yang hendak dilakukan. Metode baku ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya:

Menghasilkan data perhitungan sisa pangan yang dapat berguna sebagai bahan pengambilan keputusan; Sebagai bahan laporan untuk mengikuti pedoman yang telah dibuat pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya;

Sebagai bahan pelaporan pemantauan dari sebuah kebijakan, inisiatif, atau program pengurangan sisa pangan; Menghitung jumlah sisa pangan di tahun dasar (sebelum dilakukan tindakan) dan untuk menghitung kemajuannya seiring tahun; Menetapkan target pengurangan sisa pangan; Membandingkan kinerja beberapa entitas sebagai tolak ukur; Mengetahui jumlah sisa pangan yang berakhir dengan penanganan yang berbeda;

Mencari tahu proses yang menghasilkan sisa pangan paling besar, yang akan menjadi prioritas aksi ke depan; Menentukan strategi paling tepat untuk mengurangi sisa pangan; Mengetahui kecenderungan produksi sisa pangan di masa yang akan datang.

TARGET PENGURANGAN SUSUT DAN SISA PANGAN PADA TARGET SDGS 12.3

Pada September 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menentukan 17 target Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs merupakan tujuan global untuk mengakhiri kemiskinan, menjaga kelestarian Bumi, dan menjamin kesejahteraan warga dunia.

Target 12 - Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab memiliki target ke-3 (12.3) yaitu mengurangi separuh sisa pangan per kapita global di tingkat ritel dan konsumen dan mengurangi separuh susut pangan sepanjang rantai produksi dan pasokan termasuk kehilangan saat pascapanen pada tahun 2030

Info lebih lengkap: http://wwwunorg/sustainabledevelopment/sustainable-development-goals/

1.5 FLEKSIBILITAS PENGGUNAAN METODE BAKU

Meskipun definisi dan ruang lingkup perhitungan sisa pangan dibuat sekonsisten mungkin, metode baku ini masih memungkinkan fleksibilitas dalam penggunaannya. Beberapa aspek wajib diikuti, seperti definisi komponen sisa pangan dan prinsip perhitungan; sementara beberapa aspek lainnya seperti metode perhitungan bersifat fleksibel mengingat ketersediaan data dan kapasitas yang berbeda di setiap entitas. Namun yang wajib diingat, pilihan yang diambil harus merefleksikan tujuan perhitungan sisa pangan yang dilakukan.

Sebagai contoh, entitas yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dapat mendefinisikan sisa pangan hanya dari bagian yang dapat dimakan (misalnya hanya daging buah pisang, dan tidak mengikutsertakan kulit pisangnya)

Sementara entitas lain yang bertujuan untuk mengukur emisi gas rumah kaca dari sampah makanan dapat mendefinisikan sisa pangan sebagai keseluruhan bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan (misalnya daging buah pisang beserta kulit pisangnya).

Dalam beberapa kasus, entitas mungkin akan dihadapkan pada beberapa pilihan dalam menghitung sisa pangan. Misalnya, untuk menghasilkan perhitungan yang lengkap dan sangat akurat dibutuhkan ongkos perhitungan yang lebih tinggi. Metode baku perhitungan ini memungkinkan penggunaan berbagai metode perhitungan dengan tingkat akurasi dan kelengkapan yang bervariasi, sesuai dengan sumber daya yang dimiliki entitas (misalnya kapasitas teknis, finansial) dan ketersediaan data

Sebagai contoh, entitas yang memiliki tujuan spesifik untuk menghitung jumlah sisa pangan di tahun dasar (sebelum dilakukan tindakan) lalu menghitung kemajuannya setiap tahun, bisa memilih opsi metode yang menghasilkan data dengan akurasi yang lebih tinggi Sementara entitas lain yang memiliki tujuan untuk memberi gambaran umum tentang jumlah sisa pangan yang dihasilkan, boleh memilih menggunakan metode dengan akurasi yang lebih rendah.

Untuk memastikan transparansi, Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel mengharuskan entitas untuk melaporkan metode perhitungan yang digunakan dan menjelaskan tingkat ketidakpastiannya.

Penting diingat bahwa ketika entitas memiliki keterbatasan kapasitas dalam menggunakan metode perhitungan yang paling baik dan akurat sebaiknya tidak menghalangi entitas untuk mulai melakukan perhitungan sisa pangan dan menyusun rencana aksi pengurangan sisa pangan

Meskipun perhitungan sisa pangan merupakan aspek kritikal, jangan menunda aksi pengurangan sisa pangan hingga perhitungan sisa pangan selesai dilakukan secara akurat.

1.6 UNIT PERHITUNGAN

Unit perhitungan sisa pangan pada metode baku ini dinyatakan dalam bentuk berat¹² Meskipun demikian, entitas juga bisa menggunakan unit perhitungan sisa pangan lain yang relevan sebagai tambahan; untuk menggambarkan dampak lingkungan, nutrisi, dan implikasi finansial, yang selengkapnya dibahas pada Lampiran D

1.7 PENGAPLIKASIAN METODE BAKU

Tabel berikut menggambarkan cakupan metode baku terhadap beberapa komponen tertentu dalam rantai pasok pangan.

Apakahmetodebakuini mencakup:

Bagianyangdapat dimakan?

Bagianyangtidakdapat dimakan?

Jawaban Penjelasan

Ya Tujuandariperhitungansisapanganakan menentukanjenismaterialapayangakandimasukkan kedalamperhitungandanlaporan Jenismaterial yangdimasukkandalamperhitunganbisaberupa bagianyangdapatdimakansaja,bagianyangtidak dapatdimakansaja,ataukeduanya

Ya Minuman? Ya Definisibagianyangdapatdimakanjugamencakup minuman.

Makananyang diselamatkan/ didonasikan/dipulihkan ataudijualkembali?

Ya Dalammetodebakuini,makanansurplusyang diselamatkan,didonasikan,dipulihkan,ataudijual kembaliuntukkeperluankonsumsimanusia dimasukkankedalamjenispenanganan “donasi/dipulihkan”

Halinidilakukanuntukmendorongaktivitas penyelamatan,pendonasian,danredistribusi makanan,yangdijelaskanlebihlengkapdalam LampiranE.

Ketikafoodbankdanorganisasisejenismelakukan penyortirandanterdapatmakananyangtidaklayak (yangakhirnyatidakdigunakanuntukkonsumsi manusia),jumlahnyaperludimasukkankedalam penangananmakananterbuangtersebut Jikaentitas tidakmengetahuijumlahnya,makapelaporannya dapatjugadilakukanolehfoodbankatauorganisasi sejenisyangmelakukanpenyortirandan pendistribusianmakanansurplustersebut

Tabel 1.1 Pengaplikasian Metode Baku Berdasarkan Komponen dalam Rantai PasokPangan

Apakahmetodebakuini mencakup:

Kemasan?

Produkagrikulturyang digunakanuntukkeperluan selainpangan?

Tidak Cakupansisapangantidaktermasukkemasan makanan,sepertikardus,wadahplastik,dan sebagainya Olehsebabitu,beratkemasanharus dikeluarkandariperhitungan Bab323membahas lebihdalamtentangcaramengeluarkanberat kemasandariperhitungan

Kemasanyangdapatdimakanmerupakan pengecualianyangperludimasukkankedalam perhitungan,karenaditujukanuntukkonsumsi manusia

Tidak Meskipunmetodebakuinidapatdigunakanuntuk produkagrikulturyangditujukanselainuntukpangan (sepertiuntukpakanternak,tembakau,biofuel, kosmetik,bungadekorasi,dansebagainya),hal tersebuttidaktermasukdalammetodebakuini

Dalamkondisiketikatujuanprodukagrikulturtidak diketahui,silakanperiksadiBab223Pedoman:Jika TujuanPenggunaanMaterialTidakDiketahuiatau MengalamiPerubahan

Tabel 1.1 Pengaplikasian Metode Baku Berdasarkan Komponen dalam Rantai PasokPangan(Lanjutan)

1.8 LANGKAH PERHITUNGAN

Berikut ini merupakan langkah yang harus diikuti saat melakukan perhitungan sisa pangan Penjelasan lebih jauh setiap langkah tersebut akan dijelaskan pada bab berikutnya

Gambar1.1LangkahPerhitunganSisaPangan

TENTUKAN TUJUAN PERHITUNGAN

PERIKSA KEMBALI PRINSIP

PERHITUNGAN DAN PELAPORAN SISA PANGAN

KALKULASI HASIL PERHITUNGAN

IDENTIFIKASI TINGKAT KETIDAKPASTIAN

TENTUKAN CAKUPAN PERHITUNGAN

LAKUKAN PENINJAUAN ULANG

1.Tentukantujuanperhitungan. Entitas harus menentukan terlebih dahulu tujuan dilakukannya perhitungan sisa pangan, karena tujuan ini akan menentukan komponen yang akan diukur dan metode perhitungan yang digunakan. Tujuan ini bisa berkaitan dengan ketahanan pangan, kerugian ekonomi, dampak lingkungan, atau kombinasi ketiganya.

2.Periksakembaliprinsipperhitungan danpelaporansisapangan. Entitas harus mengikuti lima prinsip dasar: keterkaitan, kelengkapan, konsistensi, transparansi, dan akurasi. Prinsip dasar ini akan menjadi acuan, khususnya saat terdapat situasi-situasi yang belum tercakup oleh metode baku ini.

TENTUKAN METODE PERHITUNGAN SISA PANGAN

LAPORKAN HASIL

PERHITUNGAN SISA PANGAN

PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

TENTUKAN TARGET DAN PANTAU KEMAJUAN SEIRING WAKTU

3.Tentukancakupanperhitungan. Langkah ini termasuk menentukan jangka waktu perhitungan, jenis material, jenis penanganan, status material, dan batasan dalam melakukan perhitungan sisa pangan.

4.Tentukanmetodeperhitungansisa pangan. Entitas perlu menentukan apakah akan melakukan pengumpulan data baru dan/atau menggunakan data yang sudah ada, serta menentukan metode perhitungan yang akan digunakan. Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh tujuan perhitungan, cakupan yang diinginkan, dan kondisikondisi lainnya seperti ketersediaan sumber daya (tenaga kerja dan pendanaan), dan apakah tersedia akses langsung terhadap sisa pangan di lapangan.

5.Pengumpulandananalisisdata. Entitas perlu melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk perhitungan sisa pangan. Metode baku ini menyediakan pedoman detail tentang berbagai metode pengumpulan, pengukuran, dan analisis data sisa pangan. Metode baku ini juga menyediakan pedoman pencatatan penyebab terjadinya sisa pangan tersebut, agar entitas dapat mengidentifikasi strategi pengurangan sisa pangan.

6.Kalkulasihasilperhitungan.Setelah data terkumpul dan dianalisis, hasil dapat dikalkulasi. Metode baku ini menyediakan pedoman dalam melakukan kalkulasi tersebut Selain unit yang wajib dilaporkan dalam bentuk berat, entitas juga boleh melaporkan sisa pangan dalam unit tambahan seperti dampak lingkungan, nilai nutrisi, kerugian ekonomi, atau menghitung sisa pangan per kapita; yang dijelaskan lebih jauh di Lampiran D

7.Identifikasitingkatketidakpastian

Entitas perlu mengidentifikasi dan mendokumentasikan sumber-sumber ketidakpastian yang muncul dalam proses perhitungan sisa pangan Metode baku ini memberi pedoman agar beberapa jenis ketidakpastian dapat diantisipasi dan diminimalkan

8.Lakukanpeninjauanulang. Entitas dapat mengambil langkah opsional untuk melakukan peninjauan internal atau eksternal untuk memastikan akurasi dan konsistensi perhitungan.

9.Laporkanhasilperhitungansisa pangan. Setelah semua langkah selesai, entitas dapat melaporkan perhitungan sisa pangan yang telah dilakukan. Metode baku ini menyediakan pedoman untuk melaporkan informasi yang dibutuhkan dan elemen-elemen yang perlu ditambahkan dalam laporan.

10.Tentukantargetdanpantau kemajuanseiring kemajuanseiring waktu.waktu. Entitas dapat menentukan target pengurangan sisa pangan dan menggunakan metode baku ini untuk memantau kemajuan implementasinya seiring waktu baku ini menyediakan pedoman dalam menentukan target pengurangan urangan sisa pangan dan cara pemantauannya

1.9 PRINSIP DASAR

Terdapat lima prinsip dasar dalam perhitungan dan pelaporan sisa pangan, untuk memastikan bahwa perhitungan yang dilakukan telah sesuai dan merepresentasikan keadaan yang sebenarnya Prinsip dasar ini juga akan menjadi acuan, khususnya saat terdapat situasi-situasi yang belum tercakup oleh metode baku ini

Tabel1.2PrinsipDasarPerhitunganSisaPangan

Prinsip Definisi

Keterkaitan Pastikanbahwametode perhitungandanlaporansisa panganrelevandengankebutuhan pengambilankeputusandari entitas Tampilkaninformasipada laporandengancarayangmudah dimengertiolehpembacanya

Kelengkapan Pastikanbahwalaporan perhitungansisapangantelah meliputikeseluruhancakupansisa pangan.Sebutkandanjelaskanjika terdapatpengecualian,misalnya sisapangantertentuyangtidak bisadikuantifikasikarenadatayang terlalusulituntukdidapatkan

Konsistensi

Gunakanmetodeperhitunganyang konsistenagarsisapanganjuga dapatdipantaudengankonsisten sepanjangwaktu Dokumentasikan denganrapijikaterdapat perubahandata,cakupan perhitungan,metodeperhitungan, atauhallainnya.

Penjelasan

Laporanperhitungansisapanganyangrelevan harusmemuatinformasiyangdibutuhkanpara pemangkukepentinganuntukmengambil keputusan.Prinsipketerkaitaninijugaharus menjadipedomansaatmemilihmetode perhitungandansumberdata

Entitastidakbolehmelewatkankomponentertentu dariperhitungan,yangsekiranyadapat mengurangikelengkapandarilaporanyang dihasilkan.Meskipundemikian,dalamsituasi tertentu,beberapakomponensisapanganmungkin sulituntukdiukurkarenaketerbatasandataatau faktorlainnya Dalamkasusdemikian,pengecualian iniharusdisebutkandandijelaskan

Datasisapangansebaiknyadipantauseiringwaktu agartrendankinerjaentitasdapatdipantau Penggunaancakupanperhitungan,metode perhitungan,danasumsiyangkonsistendiperlukan untukmenghasilkandatasisapanganyangdapat dibandingkanseiringwaktu

Jikaterdapatperubahancakupanperhitungan (misalnyajenismaterialyangsebelumnyatidak dihitungtapikinidimasukkandalamperhitungan), metodeperhitungan,data,atauhallainnyayang mungkinmempengaruhiperhitungansisapangan, makaperubahaniniwajibdidokumentasikandan diterangkandenganjelas Pedomantentanghalini dijelaskandalamBab38

Tabel1.2.PrinsipDasarPerhitunganSisaPangan(Lanjutan)

Prinsip Definisi

Transparansi Datayangditampilkanharus faktualdandidokumentasikan denganbaik Jelaskanasumsiyang digunakan,alasanpenggunaan metodeperhitungan,dansumber data Terangkandenganjelasjika terdapatangkataksirandan kemungkinanbias,agarlaporan perhitungansisapanganbenarbenarmerepresentasikankeadaan sebenarnya.

Penjelasan

Transparansiadalahseberapajelasdanfaktual semuaproses,prosedur,asumsi,danketerbatasan dalamperhitungansisapangandidokumentasikan danditampilkan

Semuainformasiharustercatatdandapatdites kredibilitasnyaolehpihak-pihakyangakan melakukanpeninjauan Informasiiniharus memadai,sehinggajikapihakeksternalmelakukan perhitungandengandatayangsamaakan menghasilkanperhitunganyangsamapula.

Datayangdikeluarkandariperhitungan,asumsiasumsiyangdigunakan,referensiyangrelevan, pendekatanyangdipilih,dandatayangdigunakan, perludisebutkandandijelaskandalamlaporan perhitungan

Padasituasidimanadatasulitdiperoleh,langkah yangdisarankanuntukmeminimalkandatasisa panganyangdikeluarkandariperhitunganadalah denganmenggunakanmetodeestimasiuntuk memperkirakanjumlahsisapanganatau menggunakandatasekunder.

Penjelasanlebihlengkaptentangpelaporan dijelaskandiBagian37

Akurasi Pastikanbahwahasilperhitungan dilakukandenganketelitiandan kecermatansehinggabenar-benar menggambarkankondisi sebenarnya,dantingkat ketidakpastianditekanserendah mungkin Akurasitinggi memungkinkanpihakberwenang untukmengambilkeputusanyang sesuaidariinformasiyang dihasilkan.

Tingkatakurasiperhitunganperludibuatseakurat mungkinagarpihakberwenangdapatmengambil keputusanberdasarkanlaporanyangkredibel Jika dataperhitungantidakseksama,entitasperlu menelaahulangperubahanapayangperlu dilakukanagarmemperolehdatayanglebihakurat Entitasjugaperlumeminimalkantingkat ketidakpastiandalamprosesperhitungan Informasi lebihlanjuttentangakurasisaatpengumpulandata dijelaskandiBab31danBab32

BAB 2 MENENTUKAN CAKUPAN PERHITUNGAN SISAPANGAN

Bab ini menjelaskan tentang penentuan cakupan perhitungan sisa pangan yang harus didefinisikan dengan jelas sebelum melakukan perhitungan

2.1 Jangka Waktu

2.2 Jenis Material

23 Penanganan 24 Batasan

2.5 Isu Terkait

2.6 Status Material

2.7 Menentukan Cakupan Sesuai Tujuan Perhitungan Sisa Pangan

Bab ini membahas lebih dalam tentang penentuan cakupan perhitungan sisa pangan, atau menjawab pertanyaan “apa yang akan diukur?”. Sementara itu metode perhitungan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana cara mengukurnya?” akan dijelaskan pada Bab 3.

Cakupan perhitungan harus terdefinisikan dengan jelas dan selaras dengan lima prinsip dasar Agar sesuai dengan metode baku, entitas perlu menentukan dan melaporkan cakupan perhitungan sisa pangan, yang dibagi ke dalam lima komponen:

Jangkawaktu, merupakan periode waktu perhitungan sisa pangan

Jenismaterial, merupakan jenis material (bagian yang dapat dimakan, bagian yang tidak dapat dimakan, atau keduanya) yang dimasukkan dalam perhitungan

Penanganan, merupakan tujuan di mana sisa pangan diarahkan

Batasan, yang terdiri dari kategori makanan¹³, lifecycle stage (tahapan dalam rantai pasok), geografi, dan organisasi.

Statusmaterial(opsional), yaitu kondisi material ketika berada dalam penanganan (layak konsumsi, tidak layak konsumsi, tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi).

Dalam beberapa kasus, cakupan ini bisa saja telah ditentukan oleh pihak eksternal, seperti asosiasi pengusaha ritel atau pemerintah, yang telah menentukan komponen-komponen tertentu yang wajib dihitung

Di kasus lain, cakupan perhitungan dapat ditentukan oleh entitas itu sendiri, sesuai dengan tujuan dilakukannya perhitungan Jika demikian, entitas memiliki kebebasan untuk menentukan cakupan perhitungan yang dianggap paling sesuai dengan tujuan perhitungan sisa pangan yang akan dilakukan

TENTUKANDANLAPORKANCAKUPANPERHITUNGANSISAPANGAN:

JangkaWaktu

Bab 21

JenisMaterial

Bab 22

Penanganan

Bab 2.3

Batasan

Bab 24

IsuTerkait

Bab 25

StatusMaterial

Bab 2.6

Tentukanjangkawaktuperhitungansisapanganyangdilaporkan(termasuk tanggaldimulainyadanberakhirnyaperhitungan)

Tentukanjenismaterialyangdimasukkankedalamperhitungansisa pangan,yaitubagianyangdapatdimakansaja,bagianyangtidakdapat dimakansaja,ataukeduanya.

Jikabagianyangdapatdimakandanbagianyangtidakdapatdimakan dihitungsecaraterpisah:

Jelaskansumberreferensiyangdigunakanuntukmemisahkanjenis materialkedalambagianyangdapatdimakandanbagianyangtidak dapatdimakan.Initermasukmenjelaskanasumsiyangdigunakanuntuk menentukanjikasuatumakananditujukanuntukkonsumsimanusiaatau tidak.

Jikadilakukanestimasiuntukmengukurproporsibagianyangdapat dimakandanbagianyangtidakdapatdimakan;jelaskanpendekatan, faktorkonversi,dansumberyangdigunakan.

Jelaskandanlaporkanpenangananyangdimasukkandalamperhitungan sisapangan.Jikapenangananakhirdarisisapangantidakdiketahui, laporkan“jalurpenanganan”yangmengacupadarutedimanasisapangan diarahkansebelumtibapadapenangananakhirnya.

Tentukanbatasanperhitungansisapangandalambentukkategori makanan,lifecyclestage,geografi,danorganisasi(termasukreferensiyang digunakan)

Kemasandanmaterialnon-sisapangan Keluarkankemasandan materiallainnya(termasukberatnya)dariperhitungansisapangan Jika dibutuhkanperhitungantertentuuntukmemisahkanberatsisapangan darimaterialnon-sisapangan,jelaskanpendekatandanmetodeyang digunakan

Kadarairyangditambahkanataudibuangdarisisapangan Beratdari sisapanganyangdilaporkanharusmerefleksikankondisiketikasisa pangandihasilkan,sebelumairditambahkan,atausebelumkadarair padasisapangandihilangkan Jikadibutuhkanperhitungantertentu untukmengestimasiberatawalsisapangansebelumkadarairnya bertambahatauberkurang,jelaskanpendekatandanmetodeyang digunakan

Statusmaterialmenjelaskantentangkondisimaterialketikaberadadalam penanganan,yangdibagimenjadilayakkonsumsi,tidaklayakkonsumsi, atautidakumumdikonsumsitapilayakkonsumsi.

Statusmaterialtidakwajibdiidentifikasidandilaporkan,tapisangat direkomendasikanuntukdilakukan.Jikamemutuskanuntukmelaporkan statusmaterial,makasumberreferensi(jikaada)atau asumsi/pertimbanganyangdigunakanuntukmenetapkanstatusmaterial perludisebutkansecarajelas.

Gambar2.1CakupanPerhitunganSisaPangan

JANGKAWAKTU

JENISMATERIAL

Bagianyangdapat dimakan

Bagianyangtidak dapatdimakan

PENANGANAN

Pakanternak

Pemrosesanbiokimia

Pengolahan anaerobik

Pengomposan (aerobik)

Insinerasi

Aplikasipadatanah

Landfill(TPA)

Tidakdipanen

Tercecer

Pengolahanpada saluranpembuangan

Donasi/dipulihkan

BATASAN

Kategorimakanan

Lifecyclestage

Geografi

Organisasi

STATUSMATERIAL

Layakkonsumsi

Tidaklayak konsumsi

Tidakumum dikonsumsitapi layakkonsumsi

ISUTERKAIT

Kemasan

Beratsebelumair

ditambahkan/ dikurangi

Cakupan perhitungan yang dipilih harus sesuai dengan tujuan entitas melakukan perhitungan sisa pangan.

2.1

JANGKA WAKTU

Jangka waktu perhitungan harus ditentukan dan dilaporkan, termasuk tanggal dimulainya dan berakhirnya perhitungan

Jangka waktu perhitungan yang ideal dan paling direkomendasikan adalah 12 bulan, karena dapat mengakomodasi berbagai kemungkinan sisa pangan yang diakibatkan variasi musim

Meskipun demikian, fleksibilitas masih dimungkinkan jika jangka waktu 12 bulan dianggap tidak relevan dengan tujuan perhitungan Misalnya, entitas dapat mengukur sisa pangan dalam jangka waktu sebulan, melakukan tindak lanjut, lalu kembali mengukur sisa pangan yang dihasilkan Jika tidak terdapat fluktuasi akibat faktor musiman, pendekatan ini justru mungkin lebih akurat dibanding melakukan ekstrapolasi sepanjang 12 bulan.

Di kasus lain, entitas juga dapat melaporkan perhitungan pada satu peristiwa, misalnya pada satu masa promo tertentu saja

Metode baku ini tidak menentukan seberapa sering suatu entitas sebaiknya melakukan perhitungan sisa pangan; misalnya setiap tahun, setiap dua tahun, dan sebagainya Keputusan ini harus kembali didasarkan pada tujuan perhitungan, sumber daya yang tersedia, kebutuhan eksternal, dan estimasi waktu yang dibutuhkan hingga jumlah sisa pangan mengalami perubahan Pedoman frekuensi perhitungan dijelaskan lebih jauh pada Bab 384

2.2 JENIS MATERIAL

Jenis material yang dimasukkan ke dalam perhitungan harus ditentukan dan dilaporkan

Jenis material mengacu pada pangan yang terbuang dari rantai pasok dan dibagi menjadi tiga, yaitu:

Bagian yang dapat dimakan

Bagian yang tidak dapat dimakan

Bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan

Bagianyangdapatdimakan¹⁴

Bagian yang dapat dimakan merupakan makanan (baik yang mentah, setengah jadi, atau telah dimasak) yang ditujukan untuk konsumsi manusia.

Bagian yang dapat dimakan juga termasuk minuman, zat yang ditambahkan dalam proses manufaktur, persiapan, atau pengolahan makanan

Bagian yang dapat dimakan juga termasuk makanan yang sudah rusak, cacat, busuk, atau sudah tidak layak konsumsi

Bagian yang dapat dimakan tidak termasuk kosmetik, tembakau, atau zat yang digunakan hanya sebagai obat

Bagian yang dapat dimakan tidak termasuk bahan pengolah yang digunakan pada rantai pasok pangan, seperti air untuk membersihkan atau memasak makanan mentah

Bagianyangtidakdapatdimakan¹⁵

Bagian yang tidak dapat dimakan merupakan komponen terkait bahan pangan yang tidak ditujukan untuk konsumsi manusia

Contoh dari bagian yang tidak dapat dimakan misalnya tulang, kulit buah, dan biji

Bagian yang tidak dapat dimakan tidak termasuk kemasan makanan

Yang dianggap sebagai “tidak dapat dimakan” kemungkinan dapat berbedabeda antar daerah, berubah seiring waktu, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya, sosial ekonomi, ketersediaan pangan, harga, kemajuan teknologi, perdagangan internasional, dan geografi.

Salah satu contoh yang mudah dipahami adalah pada buah pisang. Daging buah pisang dapat dianggap sebagai bagian yang dapat dimakan karena ditujukan untuk konsumsi manusia, sementara kulit pisang dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dimakan karena dalam berbagai budaya tidak dikonsumsi manusia

Perhitungan sisa pangan dapat memasukkan dua jenis material tersebut secara bersamaan atau terpisah. Dengan demikian, terdapat empat kemungkinan cakupan jenis material yang dihitung dan dilaporkan:

Bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan (tanpa dipisahkan);

Bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan (dengan hasil terpisah);

Bagian yang dapat dimakan saja; Bagian yang tidak dapat dimakan saja

Untuk pilihan ke-2, 3, dan 4; jika dilakukan pemisahan antara bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan, terdapat dua kebutuhan pelaporan tambahan yang perlu dilakukan:

Jelaskan sumber referensi yang digunakan untuk memisahkan jenis material ke dalam bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan. Ini termasuk menjelaskan asumsi yang digunakan untuk menentukan jika suatu makanan ditujukan untuk konsumsi manusia atau tidak.

Jika dilakukan estimasi untuk mengukur proporsi bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan; jelaskan pendekatan, faktor konversi, dan sumber yang digunakan. Hal ini dijelaskan lebih detail pada Bagian 322

2.2.1MANFAATPERHITUNGAN JENISMATERIALSECARA TERPISAH

Melakukan perhitungan sisa pangan dengan memisahkan jenis material menjadi bagian yang dapat dimakan yang ditujukan untuk konsumsi manusia (dengan berbagai pertimbangan kultur dan kebiasaan masyarakat setempat) dan bagian yang tidak dapat dimakan memiliki beberapa manfaat tambahan

Mengetahui jumlah bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan secara terpisah dapat membantu menunjukkan peluang-peluang yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi emisi, dan sebagainya

Sebagai contoh, diketahui bahwa terdapat sampah dapur dalam jumlah besar dihasilkan oleh rumah tangga di Inggris Akan tetapi, karena proporsi antara bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan tidak diketahui, sangat sedikit tindakan berarti yang dilakukan oleh masyarakat. Kebanyakan berasumsi bahwa sampah dapur tersebut berisi sampah yang tidak dapat dimakan.

Hingga di tahun 2007, sebuah studi “The Food We Waste”¹⁶ menunjukkan bahwa mayoritas komponen dari sampah tersebut merupakan bagian yang dapat dimakan yang terbuang. Semenjak itulah, kampanye publik yang dilakukan berbagai pihak untuk mencegah sampah makanan gencar dilakukan.

Di sisi yang lain, memahami proporsi bagian yang tidak dapat dimakan juga dapat menunjukkan peluang pengolahannya menjadi sumber pangan baru Telah banyak pihak misalnya, yang kini mengeksplor teknologi dan metode pemrosesan, atau mengubah cara pandang masyarakat untuk mengubah material yang dianggap tidak dapat dimakan saat ini menjadi sumber pangan di masa depan

Jika dalam perhitungan sisa pangan diketahui jumlah bagian yang tidak dapat dimakan, entitas dapat mempertimbangkan ulang jika bagian tersebut berpeluang untuk dapat dimanfaatkan sebagai konsumsi manusia, dan memasukkannya ke dalam strategi pengurangan sisa pangan yang dirancang.

2.2.2PEDOMAN:MEMILAHJENIS

MATERIALSEBAGAIBAGIAN

YANGDAPATDIMAKANDAN

BAGIANYANGTIDAKDAPAT DIMAKAN

Bagian ini ditujukan untuk entitas yang melakukan perhitungan terpisah antara bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan. Dalam pelaporan, sumber referensi atau asumsi yang digunakan untuk memisahkan kedua bagian tersebut perlu disebutkan secara jelas.

Saat mengategorikan material sebagai “bagian yang dapat dimakan”, perlu dijelaskan asumsi apa yang digunakan dalam menganggap material tersebut sebagai “ditujukan untuk konsumsi manusia” Demikian juga saat menentukan material sebagai “bagian yang tidak dapat dimakan”, perlu dijelaskan pula asumsi yang digunakan dalam menganggap material tersebut sebagai “tidak ditujukan untuk konsumsi manusia”

Yang dianggap sebagai “ditujukan untuk konsumsi manusia” bisa jadi berbeda antar entitas Misalnya, perusahaan keripik kentang yang tidak menggunakan kulit kentang dalam produknya boleh mengategorikan kulit kentang sebagai “tidak ditujukan untuk konsumsi manusia”, dan menghitungnya sebagai bagian yang tidak dapat dimakan. Sedangkan perusahaan keripik kentang lain yang menggunakan kulit kentang di dalam produknya boleh mengategorikan kulit kentang sebagai “ditujukan untuk konsumsi manusia”, dan menghitungnya sebagai bagian yang dapat dimakan.

Panduan praktis untuk menentukan apakah suatu material ditujukan untuk konsumsi manusia atau tidak, adalah dengan mengecek jika material tersebut dijual atau diedarkan dalam rantai pasok Sebagai contoh, jika sebuah pabrik keripik kentang menjual kulit kentang sebagai bagian dari produk keripiknya, atau jika pabrik bumbu makanan menjual tulang ayam sebagai bagian dari produk kaldu yang dihasilkan; maka kulit atau tulang dalam konteks ini dikategorikan sebagai bagian yang dapat dimakan.

Faktor kultur atau budaya juga merupakan faktor penting dalam menentukan jika sebuah material dianggap bagian yang dapat dimakan atau bagian yang tidak dapat dimakan. Sebagai contoh, ampas kedelai biasanya tidak umum dikonsumsi, tapi di Jawa Timur ampas kedelai umum dimanfaatkan dan diolah menjadi tempe menjes. Di Inggris, kaki ayam dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dimakan, tapi merupakan bagian yang dapat dimakan di Indonesia atau Tiongkok. Bahkan, kaki ayam yang diproduksi dari Inggris biasanya dijual ke pasaran di Tiongkok untuk konsumsi manusia Ini menggambarkan bahwa perhitungan terpisah antara bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun ketahanan pangan global

Terlepas dari ambiguitas di atas, definisi konsisten antara bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan sebaiknya tetap digunakan Sebagai referensi, beberapa pendekatan yang relevan juga bisa digunakan sebagai pedoman Bagian 322 menjelaskan pedoman tambahan terkait hal ini, dan Lampiran B mencantumkan beberapa sumber yang bisa digunakan untuk mendefinisikan bagian yang tidak dapat dimakan.

2.3 PENANGANAN

Penanganan mengacu pada tujuan di mana sisa pangan diarahkan, yang harus diterangkan dan dilaporkan sejelas mungkin Jika penanganan akhir dari sisa pangan tidak diketahui, entitas perlu melaporkan jalur penanganannya “Jalur” ini mengacu pada rute di mana sisa pangan diarahkan sebelum tiba pada penanganan akhirnya

Tabel2.1DefinisiPenangananSisaPangan

Penanganan Definisi

Pakanternak

Pemrosesanbiokimia (biochemical processing)

Pengolahananaerobik (codigestion)

Pengomposan(aerobik)

Terdapat berbagai kemungkinan penanganan sisa pangan, di mana beberapa diantaranya mengalami valorisasi¹⁷ Tabel di bawah menunjukkan 10 kategori yang digunakan dalam Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel

Pengolahan(secaralangsungataumelewatipemrosesanterlebihdahulu) menjadipakanternak Penangananinitidaktermasuktanamanyangsecara khususditanamuntukbioenergi,pakanternak,ataupenggunaanindustri

Pengolahanmaterialmenjadiprodukindustri,misalnyadijadikanseratuntuk materialpengemasan,dijadikanbioplastik(contohnyapolylacticacid), dijadikanmaterialkulitataubulu(contohnyauntukbantal),sertaekstraksi lemakatauminyakuntukdijadikanbahanproduksepertisabun,biodiesel,atau kosmetik

Penangananinitidaktermasukpengolahananaerobikatauproduksibioetanol lewatfermentasi

Pengolahanmaterialdalamlingkungantanpaoksigendenganbantuanbakteri Prosesinimenghasilkanbiogasdanzatyangkayanutrisi

Codigestionmengacupadapengolahananaerobikdarisisapangansecara simultandenganmaterialorganiklainnyadalamsatudigester

Penangananinimencakupprosesfermentasi(konversikarbohidratseperti glukosa,fruktosa,dansukrosadenganbakterimenjadialkoholdalamkondisi anaerobuntukmenghasilkanproduksepertibiofuel)

Pengolahanmaterialdenganbantuanbakteridalamlingkungankayaoksigen Pengomposanmengacupadaproduksikomposyangbisadigunakanuntuk menyuburkantanah

Tabel2.1DefinisiPenangananSisaPangan(Lanjutan)

Penanganan Definisi

Insinerasi

Aplikasipadatanah

TempatPembuangan Akhir/TPA(landfill)

Tidakdipanen

Tercecer

Pengolahanpada saluranpembuangan

Donasi/dipulihkan

Pengirimanmaterialkefasilitaskhususuntukpembakaranterkontrolatau insinerasi

Menyebarkan,menyemprot,ataumemasukkanmaterialorganikkebawah permukaantanahuntukmeningkatkankualitastanah Kategoriinijugatermasuk metodebiopori.

PengirimanmaterialkeTempatPembuanganAkhir(TPA)ataulahantertentuyang khususuntukmenerimasampah.

Meninggalkanmaterialsiappanentetapdipohonnya,tidakdipanensamasekali, atauditinggalkanuntuklangsungdibajak

Meninggalkanmaterialterbuangatautercecerdilahan.Kategoriinijuga termasukmenumpukmaterialdilahan,membakarmaterialdilahan(bukan dalamfasilitasterkontrol),danhasilpanenyangterjatuhkarena dimakan/diseranghama Kategoriinijugamencakuptangkapanataupanenikan yangdibuangatauterbuangtidaksengaja.

Mengirimkanmaterialkesaluranpembuangan(denganatautanpapemrosesan terlebihdahulu),termasukyangmungkinberakhirdifasilitaspemrosesansaluran pembuangan

Menyelamatkan,mendonasikan,menyumbangkan,memulihkan,meredistribusi, ataumenjualkembalimaterialyangdianggapmasihlayakkonsumsiuntuk keperluankonsumsimanusia

Lainnya Penangananmateriallainnyayangberbedadenganyangdisebutkandiatas Penangananiniperluditerangkandenganjelas.

Kesebelas kategori di atas merupakan jenis penganganan paling umum untuk bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan yang terbuang. Dalam kasus khusus di mana penanganan yang dilakukan tidak termasuk ke dalam salah satu kategori yang ada, entitas bisa menggunakan kategori “lainnya” dan menerangkan penanganan tersebut dengan jelas.

Seluruh jenis penanganan ini difokuskan pada proses penanganan sisa pangan, dan bukan pada bentuk akhirnya (seperti biofuel, pupuk, dan sebagainya), karena seringkali tujuan akhir penanganan tidak diketahui.

METODE BAKU PERHITUNGAN SISA PANGAN PADA RITEL

Meskipun diketahui, akan sulit mengalokasikan berat pada output akhirnya, karena pemrosesan dapat mengubah bentuk sisa pangan menjadi beberapa jenis material baru (seperti biogas, produk cair, dan residu padat) yang kemudian dikonversi lagi menjadi produk lainnya (seperti bahan bakar, pupuk, dan sebagainya).

Seperti halnya pemilihan jenis material sebagai “bagian yang dapat dimakan” dan/atau “bagian yang tidak dapat dimakan” bisa berbeda antar entitas, jenis penanganan yang dianggap sebagai “sampah makanan” juga bisa berbeda di masing-masing entitas.

Jenis penanganan yang dianggap sebagai “sampah makanan” bisa ditentukan oleh target entitas, kebijakan eksternal, program tertentu, dan sebagainya Sebagai contoh, rekomendasi FUSIONS dari European Commission menyebutkan bahwa “sisa pangan” mengacu pada bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan yang dikirimkan pada jenis penanganan selain pakan ternak dan pemrosesan biokimia (biochemical processing)¹⁸ Sementara itu, The Consumer Goods Forum’s Sisa Pangan Resolution of 2015 mendefinisikan “sisa pangan” sebagai bagian yang dapat dimakan dan/atau bagian yang tidak dapat dimakan yang dikirim ke TPA, insinerasi tanpa pemulihan energi, dan saluran pembuangan¹⁹ . Di Indonesia, yang dianggap sebagai sampah makanan adalah yang masuk ke dalam penanganan insinerasi (tanpa pemulihan energi), Tempat Pembuangan Akhir, tidak dipanen, tercecer, dan saluran pembuangan.

2.3.1PEDOMAN: MEMPERHITUNGKANDAN MELAPORKANPENANGANAN

Setiap entitas mungkin memiliki tingkat pengetahuan yang bervariasi mengenai penanganan sisa pangan mereka

Metode baku ini mengharuskan entitas untuk melaporkan penanganan tersebut sejauh yang mereka ketahui

Jika penanganan akhir dari sisa pangan belum diketahui, entitas setidaknya perlu melaporkan jalur awal penanganan

Terdapat tiga jenis jalur penanganan:

1.On-site: Pembuangan, penggunaan, atau pengolahan sisa pangan langsung di lokasi di mana sisa pangan dihasilkan.

2.Off-site: Terdapat pihak lain yang mengumpulkan atau mengangkut sisa pangan ke luar lahan.

3.Lainnya: Jalur informal lainnya, misalnya bahan pangan yang dibuang di pinggir jalan.

Jika penanganan diketahui, entitas perlu mencantumkan jenis penanganan (dari kesepuluh jenis penanganan), dan boleh mencantumkan jalurnya (tidak wajib).

Jika jumlah sisa pangan yang menuju tiap penanganan diketahui, maka entitas perlu mencantumkan berat sisa pangan untuk setiap penanganan

Gambar2.2RingkasanKebutuhanBerdasarkanPengetahuantentang PenanganandanJalurPenanganan

Apakah penanganan diketahui?

Wajib: Cantumkan jenispenanganan

berat sisa pangan setiap penanganan diketahui?

Wajib: Cantumkan jalurpenanganan

Wajib: Cantumkan jumlahnya

Jika terdapat pemrosesan tambahan yang dilakukan di lokasi, misalnya maserasi (pelarutan), dehidrasi (pengeringan), atau pencairan; maka yang perlu dilaporkan adalah penanganan akhir (atau jalur penanganan) setelah pemrosesan ini dilakukan. Akan tetapi jumlah sisa pangan yang dilaporkan harus berdasarkan berat sisa pangan sebelum pemrosesan tambahan dilakukan (lihat Bab 2.5).

2.3.2PEDOMAN:VALORISASI SISAPANGAN

Jika penanganan sisa pangan diketahui, untuk meningkatkan transparansi, metode baku ini merekomendasikan untuk mencantumkan keterangan jika sisa pangan tersebut divalorisasi oleh fasilitas yang menangani sisa pangan tersebut.

Rekomendasi:Cariopsi untukmendapatdatayang dibutuhkan

Dalam Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan ini, valorisasi bertujuan untuk menambah nilai dari sisa pangan, di mana sisa pangan dikonversi menjadi bentuk lain yang memiliki daya guna (contohnya diubah menjadi energi atau pupuk).

Untuk lima jenis penanganan (pengolahan anaerobik/codigestion, pengomposan aerobik, insinerasi, TPA/landfill, dan pengolahan pada saluran pembuangan), perlakuan beberapa jenis fasilitas yang memproses sisa pangan bisa sangat berbeda, sehingga mempengaruhi sejauh mana sisa pangan menjalani valorisasi. Sebagai contoh, beberapa fasilitas insinerasi didesain untuk melakukan konversi menjadi energi, sementara yang lainnya langsung memproses sisa pangan tanpa valorisasi

Apakah
Tidak

Untuk kelima jenis penanganan tersebut, seberapa jauh sisa pangan divalorisasi perlu dicantumkan dalam laporan, jika informasinya cukup tersedia Yang perlu dicantumkan adalah apakah sisa pangan mengalami valorisasi, proporsi dari sisa pangan yang divalorisasi, dan konversi output apa yang dihasilkan. Jika entitas tidak mengetahui persis proses apa yang dilakukan dalam suatu penanganan, entitas dapat menanyakan pada fasilitas penanganan tersebut apakah sisa pangan mengalami valorisasi atau tidak.

Untuk enam jenis penanganan lainnya (pakan ternak, pemrosesan biokimia/biochemical processing, aplikasi pada tanah, tidak dipanen, tercecer, dan donasi/dipulihkan), sisa pangan biasanya sudah jelas apakah mengalami valorisasi atau tidak

Khusus untuk dua penanganan yaitu pengolahan anaerobik/codigestion dan pengomposan aerobik, sisa pangan pada umumnya mengalami valorisasi, meskipun tingkat valorisasinya bisa jadi berbeda

Misalnya:

Pemrosesan anaerobik/codigestion memproduksi biogas sekaligus material padat dan residu cair Pada umumnya biogas dikonversi menjadi energi. Dalam beberapa kasus, material padat dan/atau cair dapat dikonversi dan diproses menjadi output lainnya, seperti pembenah tanah. Namun dalam kasus lainnya, material residu ini juga tidak divalorisasi dan langsung dikirim ke tujuan lain, seperti TPA.

Pengomposan dengan proses aerobik menghasilkan material padat yang bisa dikonversi menjadi produk yang berdaya guna, seperti untuk pembenah tanah. Namun proses ini juga menghasilkan cairan yang bisa jadi dikonversi menjadi produk lain atau tidak

Grafik berikut menggambarkan elemen apa saja yang harus dilaporkan terkait dengan jalur penanganan, penanganan, dan valorisasi sisa pangan

Gambar 23 Jalur Penanganan, Penanganan, dan Valorisasi Sisa Pangan

Jikapenanganantidak diketahui,laporkan: Jalurpenanganan

On-site: Pembuangan, penggunaan,atau pengolahansisa panganpadaritel

Off-site:Pihaklain mengumpulkan ataumengangkut sisapanganke tempatlain Lainnya

Jikapenanganan diketahui,laporkan: Penanganan

Pakanternak

Pemrosesanbiokimia

Pengolahananaerobik

Pengomposan(aerobik)

Insinerasi

Aplikasipadatanah

TPA

Tidakdipanen

Tercecer

Pengolahanpada saluranpembuangan

Donasi/dipulihkan

Definisi valorisasi dalam konteks ini adalah:

Konversienergi: Konversi menjadi panas, listrik, atau bahan bakar

Konversimaterialpadat: Konversi output padat menjadi produk berdaya guna; seperti pupuk, penutup lantai kandang ternak, pembenah tanah, dan sebagainya

Konversimaterialcair: Konversi output cair menjadi produk berdaya guna, seperti pupuk.

2.3.3HUBUNGANPENANGANAN DENGANHIERARKIMANAJEMEN SISAPANGAN

Beberapa organisasi yang berusaha mengurangi sisa pangan telah mengembangkan “hierarki manajemen” dengan mengurutkan prioritas strategi pengurangan sisa pangan mereka

Untukpenanganan tertentu,laporkan: Valorisasi(menjadi energi,atauproduk padat/cairanberdaya guna)

Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak

Hierarki ini biasanya ditampilkan dalam bentuk piramida terbalik, di mana bagian paling atas menunjukkan prioritas tertinggi, dan bagian paling bawah menjadi opsi yang paling dihindari (biasanya berupa pembuangan ke TPA)

Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini tidak bertujuan untuk merekomendasikan hierarki manajemen sisa pangan tertentu, melainkan menyediakan opsi penanganan yang komprehensif yang mencakup berbagai tingkatan hierarki²⁰ . Hal tersebut bertujuan agar metode baku ini tetap relevan di berbagai lokasi, negara, atau lintas sektor.

Palingdiutamakan

HIERARKI PEMULIHAN MAKANAN

Sumber: United States Environmental Protection Agency (EPA)²¹

PENGURANGANSUSUTPANGAN DARISUMBERNYA

DONASIKEPADAORANG

YANGMEMBUTUHKAN

PAKANTERNAK

PENGGUNAAN INDUSTRI

KOMPOS

Palingdihindari

Meskipun demikian, rekomendasi universal yang mengedepankan pencegahan sisa pangan dan pendonasian makanan surplus tetap harus didukung. Mengingat pentingnya redistribusi makanan untuk warga yang membutuhkan, Lampiran E akan menjelaskan lebih jauh tentang aktivitas pendonasian atau pemulihan makanan

Perspektif entitas bisa jadi berbeda dalam menentukan opsi yang dianggap lebih baik atau lebih bermanfaat. Hal ini bisa ditentukan oleh berbagai faktor, misalnya peraturan yang berlaku, serta ketersediaan infrastuktur dan teknologi untuk pengolahan sisa pangan Akan tetapi secara umum, jika sisa pangan dikumpulkan dan ditangani secara terpisah dari material lainnya, maka kemungkinan pengolahan sisa pangan menjadi hal yang lebih berguna akan lebih besar, termasuk juga akurasi perhitungannya

Kotak2.1ContohPelaporanJalurPenanganan,Penanganan,danJumlahSisaPangan

Berikutinimerupakancontohpelaporanperhitungansisapangandarisebuahsupermarket.Grafik berikutnyamenunjukkanringkasanjalurpenanganan,penanganan,danjumlahsisapanganyang dilaporkan:

1]Dryfood:Salahsatusumbersisapangandarisupermarketmerupakandry foodyangterdiridari produkmakanankemasan,diantaranyayangsudahrusak,cacat,ataumelewatitanggalexpired Makanankemasaninilaludikumpulkanuntukkemudiandijemputolehvendorpengolahansampah yangakandibawakeTPA Dalamlaporan,“penanganan”perluditulissebagai“TPA” Jikadibutuhkan, jugabisaditambahkan(tapitidakwajib)jalurpenanganansebagai“off-site”ataupenanganandiluar areasupermarket.

2]Perishablefood:SisaPanganlainnyadarisupermarketberasaldariperishable food sepertibuah, sayuran,daging,ikan,dansejenisnyayangtidaklakuterjual SisaPanganinikemudiandiperasterlebih dahuluuntukmengurangikadarairnya.Sebagiandariperishable foodinilaludikomposkanoleh supermarket,sementarasebagianbesarsisanyadikirimkankepeternakanmaggot Black Soldier Fly yangakanmengolahsampahorganiktersebutmenjadipakanternak Iniberartiyangdicantumkan dalamlaporanpadajalurpenangananadalah“on-site”danpadapenangananadalah “pengomposan”sertajalur“off-site”danpenanganan“pakanternak” Dalamkasusini,karena pengolahansisapanganmenjadipakanternakmengalamivalorisasi,makainformasiinijugaperlu dituliskan

3]Minyakjelantah:Beberapaperishable foodjugadiolaholehsupermarketmenjadimakananolahan, sepertiikangoreng,ayamgoreng,danperkedeljagung.Sisaminyakgorengyangdigunakanakan dikumpulkandandisetorkepadapengelolaminyakjelantahyangmengubahnyamenjadibiodiesel Olehsebabitu,yangdicantumkandalamlaporanpadajalurpenangananadalah“off-site”danpada penangananadalah“pemrosesanbiokimia” Dalamkasusini,karenapengolahansisapanganmenjadi biodieselmengalamivalorisasi,makainformasiinijugaperludituliskan

Dalampenulisanberatsisapangan,perludiingatbahwaberatdarimaterialnon-sisapanganseperti kemasan,jerigen,botol,plastic wrap, styrofoam,kaleng,kaca,kardus,dansejenisnyaperludikeluarkan dariperhitungan

Kotak2.2ContohPelaporanJalurPenanganan,Penanganan,danJumlahSisaPangan

Sumber SisaPangan

Jalur Penanganan Penanganan

*Pelaporan jalur penanganan tidak diwajibkan, tapi boleh dilaporkan jika penanganan diketahui

2.4 BATASAN

Batasan perhitungan sisa pangan perlu ditentukan dan dilaporkan dalam bentuk: kategori makanan, lifecycle stage, geografi, dan unit organisasi

Khusus untuk perhitungan yang akan dibandingkan secara global, terdapat klasifikasi dan kode tertentu yang perlu diikuti untuk memastikan transparansi dan konsistensi perhitungan. Klasifikasi ini dapat dilihat lebih jauh di www.flwprotocol.org.

Tabel di bawah menunjukkan definisi dari batasan ini, sekaligus beberapa contoh yang relevan

Tabel2.2 DefinisiBatasandanContohnya

DimensiBatasan Definisi Contoh

Kategorimakanan

Lifecycle-stage

Geografi

Kategorimakananyang dilaporkan

Tahapandalamrantaipasokdi manasisapangandilaporkan

Batasgeografidimanasisa pangandilaporkan

Organisasi

Unitpenghasilsisapanganyang dihitungdandilaporkan

Semuajenismakanandanminuman Makanankemasan Buahdansayur

Tahapritel

AsiaTenggara Indonesia ProvinsiSulawesiSelatan KotaSurabaya

SeluruhriteldiIndonesia

Seluruhritelskalakecil,tidaktermasuk pasartradisional 10gerairiteldiKotaMedan

2.4.1PEDOMAN:PELAPORAN KATEGORIMAKANAN

“Kategori makanan” berbeda dengan “jenis material”. “Kategori makanan” mengacu pada jenis makanan yang dimasukkan dalam perhitungan sisa pangan, sementara “jenis material” mengacu pada komposisi sisa pangan yang terdiri dari bagian yang dapat dimakan, bagian yang tidak dapat dimakan, atau keduanya.

Pembagian kategori makanan yang jelas dalam perhitungan sisa pangan memberi informasi penting bagi pengambil keputusan Perlu diingat bahwa komposisi dari kategori makanan dapat berdampak pada berat sisa pangan

Entitas perlu memasukkan kategori makanan dalam perhitungan berdasarkan tujuan perhitungan dan kemampuan untuk memisahkan komponen makanan yang berbeda Sebagai contoh, suatu ritel yang ingin mengetahui jumlah sisa pangan yang dihasilkan dari makanan kemasan saja bisa memilih kategori “makanan kemasan” saja Akan tetapi Dinas Lingkungan Hidup provinsi yang ingin mengetahui jumlah sisa pangan yang diolah menjadi kompos bisa memilih kategori “semua jenis makanan dan minuman”.

PertimbanganTerkaitPerubahan KandunganAirdalamMakanan

Selagi makanan bergerak di rantai pasok, beratnya bisa mengalami berubah. Hal ini biasanya merupakan hasil dari proses biologis yang seiring waktu mengurangi kadar air dari suatu produk²². Kandungan air juga bisa berubah karena berbagai jenis pemrosesan yang bisa menyebabkan kadar air menjadi:

Meningkat setelah pemrosesan makanan (misalnya dari beras menjadi nasi) Berkurang jika terkena panas atau dikeringkan (misalnya buah kering)

Karena perubahan kadar air bisa berdampak signifikan pada berat suatu produk, entitas bisa melaporkan detail tambahan tentang kondisi suatu produk pangan (misalnya apakah yang dihitung adalah beras atau nasi, apel segar atau keripik apel) Keputusan untuk memasukkan detail tambahan seperti ini bisa ditentukan sendiri oleh entitas, berdasarkan prinsip dasar perhitungan dan pelaporan yang telah dijelaskan di Bab 1.8, khususnya jika informasi tersebut relevan dan mempengaruhi pengambilan keputusan.

2.4.2PEDOMAN:PELAPORAN ORGANISASI

Tidak ada aturan khusus yang mengatur unit organisasi yang perlu dilaporkan Saat melaporkan “organisasi”, entitas setidaknya perlu mencantumkan berapa “unit penghasil sisa pangan” dan jenis unit tersebut Detail tambahan boleh ditambahkan untuk memberi deskripsi yang dibutuhkan audiens jika dibutuhkan

Istilah “unit penghasil sisa pangan” pada metode baku ini mengacu pada entitas tertentu yang menghasilkan sisa pangan; seperti gerai ritel Jumlah sisa pangan yang dihasilkan oleh keseluruhan ‘unit penghasil sisa pangan’ inilah yang dalam kurun waktu tertentu akan dihitung dan dilaporkan Beberapa contoh batasan organisasi adalah seluruh ritel di Indonesia, seluruh ritel skala kecil, 100 pedagang di pasar tradisional, dan 10 gerai ritel di kota Medan.

Saat menuliskan organisasi, entitas perlu menerangkan dengan jelas bagian mana saja dalam operasionalnya yang dimasukkan ke dalam perhitungan Transparansi ini akan memudahkan pemantauan dan perbandingan dengan entitas lain secara konsisten Pemisahan yang jelas akan memudahkan pengambilan keputusan, sehingga perlu dijabarkan sejelas mungkin Sebagai gambaran:

Sebuah jaringan ritel dapat melaporkan perhitungan sisa pangan dari beberapa gerai. Jika sebagian dari gerai tersebut dijalankan dengan sistem franchise, maka laporan sisa pangan perlu mencantumkan jika sisa pangan tersebut hanya berasal dari gerai yang dimiliki atau juga termasuk gerai yang franchise.

Pemerintah kota yang bermaksud menghitung sisa pangan dari ritel dapat menjelaskan jika sisa pangan yang dihitung termasuk ritel tradisional atau tidak.

2.5 ISU TERKAIT

Berikut ini merupakan hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan saat melaporkan perhitungan sisa pangan

2.5.1KEMASANDANMATERIAL NON-SISAPANGAN

Saat perhitungan, sisa pangan bisa saja dalam keadaan tercampur dengan material lain; baik dengan material nonorganik seperti kemasan²³, atau dengan material organik Laporan sisa pangan harus mengeluarkan berat material lain tersebut dari perhitungan

Jika dibutuhkan perhitungan tertentu untuk memisahkan berat sisa pangan dari material non-sisa pangan, maka metode perhitungan yang digunakan harus dicantumkan Demikian juga dengan tingkat ketidakpastian yang terkait dengan estimasi data sisa pangan juga perlu dijelaskan (lihat Bab 33)

Entitas dapat memisahkan jumlah sisa pangan dari material non-sisa pangan dengan cara:

Melakukan analisis komposisi dari sampah yang tercampur untuk memisahkan dan menimbang berat masing-masing komponen.

Menggunakan metode berbasis inferensi (contohnya dengan pemodelan, keseimbangan massa, atau data proksi) untuk mengestimasi proporsi berat sisa pangan dalam sampah yang tercampur

Melakukan survei atau pengumpulan data harian

Metode-metode perhitungan di atas dijelaskan lebih jauh pada Bab 3.1.2.

Situasi yang membutuhkan pemisahan berat adalah pada kasus berikut: Sisa Pangan masih berada dalam kemasannya, misalnya yoghurt yang masih berada dalam wadahnya. Sisa Pangan tercampur dengan kemasan, misalnya berbagai makanan kaleng yang kedaluarsa dan dibuang bersama kemasannya ke tempat sampah. Referensi data sisa pangan yang tersedia masih mencakup berat kemasan.

Bab 323 menyediakan pedoman lebih jauh tentang cara mengeluarkan berat kemasan dari perhitungan sisa pangan

2.5.2KADARAIRYANG

DITAMBAHKANATAUDIBUANG

DARISISAPANGAN

Berat dari sisa pangan yang dilaporkan harus merefleksikan kondisi ketika sisa pangan dihasilkan, sebelum air ditambahkan, atau sebelum kadar air pada sisa pangan dihilangkan.

Terdapat beberapa penanganan yang membutuhkan penambahan air ke dalam sisa pangan sebelum diproses, misalnya dalam sistem waste-to-water, atau melarutkan sisa pangan dalam air sebelum dibuang. Air juga bisa digunakan untuk mencuci area penyimpanan yang menyebabkan sisa pangan tercampur dengan air.

Jika sisa pangan tercampur dengan air, maka berat air tersebut harus dikeluarkan dari perhitungan Sebagai contoh, jika sebuah pabrik sirup membuang 100 liter sirup yang dilarutkan ke dalam 900 liter air ke dalam saluran pembuangan, maka dalam laporan perhitungan hanya berat 100 liter sirup yang perlu dimasukkan, dan dikonversi ke dalam unit berat seperti yang diwajibkan dalam metode baku Jika dibutuhkan perhitungan tertentu untuk mengestimasi berat sisa pangan, maka pendekatan dan metode perhitungan yang digunakan harus dijelaskan

Sementara itu dalam kasus lain, beberapa entitas membuang kadar air sisa pangan selama penyimpanan sebelum dikirim ke lokasi penanganan. Kadar air dapat dikurangi dengan sistem pemerasan atau pengeringan, untuk mengekstraksi air dan mengurangi area yang dibutuhkan untuk menyimpan sisa pangan sehingga mengurangi biaya pembuangan sampah.

Mengurangi kadar air dengan tujuan untuk mengurangi volume penyimpanan atau pembuangan berbeda dengan situasi yang digambarkan pada Bab 24 yang fokus pada mencantumkan kondisi ketika kadar air pada sisa pangan meningkat atau berkurang sebagai hasil dari pemrosesan makanan atau perubahan biologis yang terjadi

Jika kadar air pada sisa pangan telah diekstraksi, maka berat sisa pangan yang dilaporkan adalah sebelum kadar airnya dibuang, agar merefleksikan kondisi asli sisa pangan ketika dihasilkan Sebagai contoh, sebuah restoran mengumpulkan 200 kg sisa pangan, lalu kemudian melakukan proses pemerasan untuk mengurangi kadar air maka yang harus dilaporkan dalam pelaporan adalah berat awal yaitu 200 kg sebelum diperas.

Pada beberapa kasus di mana sangat sulit untuk mengestimasi berat sisa pangan secara akurat sebelum air ditambahkan atau dibuang, entitas boleh memutuskan apakah akan memasukkan atau mengeluarkan perhitungan sisa pangan tersebut, dengan memperhatikan prinsip dasar perhitungan dan pelaporan yang telah dijelaskan di Bab 1.8, dan mempertimbangkan apakah pilihan ini dapat mengganggu kebutuhan pengambilan keputusan²⁴ .

2.6 STATUS MATERIAL

Status material menjelaskan tentang kondisi material ketika berada dalam penanganan, yang dibagi menjadi:

Layak konsumsi

Tidak layak konsumsi

Tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi

Status material tidak wajib diidentifikasi dan dilaporkan, tapi sangat direkomendasikan untuk dilakukan Klasifikasi ini merupakan hasil temuan pengujian perhitungan yang dilakukan di Indonesia, karena belum ada klasifikasi khusus untuk mengetahui potensi makanan yang seharusnya masih bisa dimanfaatkan untuk konsumsi manusia

2.6.1KATEGORISTATUSMATERIAL

StatusMaterial:LayakKonsumsi

Sisa Pangan dikategorikan sebagai “layak konsumsi” ketika berada dalam kondisi masih dapat dikonsumsi manusia atau masih layak makan

Contoh sisa pangan yang layak konsumsi:

Roti yang sudah melewati batas waktu display tapi masih layak makan

Wortel yang bentuknya tidak sempurna sehingga tidak laku dijual

Sarden yang kemasannya sedikit penyok sehingga harus ditarik dari display, tapi sebenarnya masih layak makan

Makanan kemasan yang ditarik karena mendekati 3 bulan sebelum expired

StatusMaterial:TidakLayak Konsumsi

Sisa Pangan dikategorikan sebagai “tidak layak konsumsi” ketika dalam kondisi tidak dapat dikonsumsi manusia, tidak umum dikonsumsi, atau tidak layak makan.

Umumnya yang masuk kategori ini adalah sisa pangan yang telah berada dalam keadaan busuk, rusak, berbau tidak sedap, berjamur, berubah tekstur, dan sebagainya, seperti misalnya:

Buah kupas yang berjamur

Daging sapi yang busuk

Selada yang layu dan menghitam Biskuit yang sudah lewat tanggal expired

StatusMaterial:TidakUmum DikonsumsitapiLayakKonsumsi

Sisa Pangan masuk kategori “tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi” ketika tidak umum dikonsumsi (oleh warga sekitar) karena berbagai faktor, tapi sebenarnya dapat dan layak dikonsumsi manusia.

Contoh sisa pangan yang tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi adalah: Produk makanan yang melewati label tanggal “Baik Digunakan Sebelum” mungkin sebenarnya masih layak konsumsi, tapi karena miskonsepsi masyarakat yang menyamakannya dengan “expired” menyebabkan makanan ini sangat jarang dikonsumsi

2.6.2MANFAATIDENTIFIKASI STATUSMATERIAL

Manfaat utama dari mengetahui status material saat terbuang dari rantai pasok adalah mengetahui potensi makanan yang seharusnya masih bisa dimanfaatkan untuk konsumsi manusia.

Sisa Pangan yang masuk dalam status ‘layak konsumsi’ dan ‘tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi’ sesungguhnya masih berada dalam keadaan layak makan, sehingga dapat diarahkan untuk konsumsi manusia Pemanfaatan tersebut antara lain dengan cara:

Didonasikan, utamanya kepada warga yang membutuhkan atau warga yang kurang mampu Donasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan membagikannya ke warga sekitar jika jumlahnya relatif sedikit dan dapat ditangani sendiri, atau dengan menyalurkannya lewat food bank setempat, fasilitas dapur umum (jika ada), badan amal, dan sejenisnya Perusahaan ritel juga dapat menjalin kemitraan dengan food bank misalnya, untuk pengiriman atau penjemputan makanan layak konsumsi secara rutin.

Dijualdengandiskon atau harga murah, untuk memberikan tambahan pendapatan kepada ritel.

Dijualpadapasarsekunder(jika dimungkinkanolehkebijakanritel), khususnya untuk produk makanan yang tidak laku terjual atau yang kualitasnya telah sedikit berkurang, seperti ke pengepul sayur atau pengepul roti yang khusus menjual produk hasil sortiran ke pasar dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah

Diberikanpadakaryawan(jika dimungkinkanolehkebijakanritel).

Jika diperlukan, ritel juga dapat membuat SOP khusus untuk pemberian makanan layak konsumsi kepada karyawan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

Pelaporan status material sangat bermanfaat karena menyediakan informasi berharga untuk para pemangku kepentingan dalam menyusun rencana tindak lanjut, khususnya agar bahan pangan yang ‘layak konsumsi’ dan ‘tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi’ dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Pendistribusian/pendonasian makanan layak misalnya, pada akhirnya dapat membuka akses pangan terhadap warga rentan, menyediakan asupan nutrisi (hasil pertanian umumnya memiliki nilai nutrisi tinggi), dan pada akhirnya membantu mengurangi kekurangan gizi, stunting, dan kelaparan di suatu wilayah

Pelaporan status material juga bisa menjadi indikasi adanya kebutuhan perbaikan Jika ditemukan fakta bahwa 40% sisa pangan berada dalam kondisi ‘layak konsumsi’ misalnya, hal ini bisa menjadi indikasi adanya kebutuhan untuk perbaikan forecast suplai barang

2.6.3PEDOMANMENENTUKAN STATUSMATERIAL

Menentukan status material “layak konsumsi” dan “tidak layak konsumsi” biasanya cukup mudah dilakukan Kedua status ini erat kaitannya dengan kondisi suatu produk makanan; apakah berada dalam kondisi layak, baik, atau utuh; atau rusak, busuk, basi, berjamur, berlendir, tengik, atau berbau apek Pertimbangan ini akan menentukan apakah suatu makanan dianggap masih layak konsumsi atau tidak

Meskipun demikian, faktor “kelayakan” ini juga bisa bersifat multidimensional, misalnya dipengaruhi oleh taraf hidup masyarakat setempat Sebagai contoh, setelah beberapa hari roti mungkin akan mengalami perubahan tekstur menjadi lebih keras, meskipun sebenarnya tidak menimbulkan risiko kesehatan jika dikonsumsi. Sebagian besar warga mungkin menganggap makanan yang sudah mengeras seperti ini ‘tidak layak konsumsi’, akan tetapi jika warga sekitar mayoritas adalah warga pra-sejahtera, roti tersebut mungkin dianggap masih ‘layak konsumsi’.

Dalam situasi seperti ini, dibutuhkan observasi dan pemahaman mendalam terhadap apa yang umumnya dipersepsikan masyarakat setempat sebagai ‘layak konsumsi’ atau ‘tidak layak konsumsi’

Pertimbangan mendalam mungkin juga dibutuhkan dalam menilai status material ‘tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi’ Pada ritel, biasanya yang tergolong ke dalam status ini adalah produk makanan yang telah melewati label tanggal “Baik Digunakan Sebelum” atau “Best Before”

Label “Baik Digunakan Sebelum” sesungguhnya mengindikasikan periode di mana produk pangan tersebut berada dalam kondisi terbaiknya, namun kemungkinan masih dapat dikonsumsi setelah tanggal tersebut Ini berarti label tersebut menunjukkan aspek kualitas, dan bukan keamanan makanan Label yang menunjukkan keamanan makanan mengindikasikan tanggal terakhir suatu produk pangan aman untuk dikonsumsi, yang biasanya ditunjukkan dengan label ‘Expired-on’ atau ‘Use-by’²⁵ .

Kebingungan pembacaan label makanan ini masih lumrah ditemui. Di Inggris, warga membuang hingga 22% makanan layak karena kebingungan membaca label²⁶ , sementara di Singapura, 80% konsumen tidak dapat membedakan perbedaan kedua jenis label²⁷ . Akibatnya banyak pihak yang masih menganggap makanan dengan label “Baik Digunakan Sebelum” sudah tidak aman atau layak dikonsumsi.

Saat ini di Indonesia belum ada aturan khusus yang memperbolehkan makanan dengan label berbasis kualitas untuk didonasikan Akan tetapi masih dilakukan berbagai advokasi dan upaya untuk mensinkronisasi pelabelan label makanan, yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Dalam laporan, status material tidak wajib diidentifikasi dan dilaporkan, tapi sangat direkomendasikan untuk dilakukan, mengingat manfaat yang telah dijabarkan sebelumnya Jika memutuskan untuk melaporkan status material, maka sumber referensi (jika ada) atau asumsi dan pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan status material perlu disebutkan secara jelas.

2.6.4PERBEDAANSTATUS MATERIALDENGANJENIS

MATERIAL

Meskipun terlihat mirip dan sama-sama dapat menunjukkan peluang perbaikan untuk meningkatkan ketahanan pangan, perlu diperhatikan bahwa status material berbeda dengan jenis material, dan memiliki kegunaan yang berbeda.

Jenis material, yang dibagi menjadi ‘bagian yang dapat dimakan’ dan ‘bagian yang tidak dapat dimakan’ fokus pada mengetahui komposisi dari sisa pangan yang dihasilkan

Mengetahui proporsi bagian yang dapat dimakan atau yang ditujukan untuk konsumsi manusia berarti menunjukkan proporsi makanan yang idealnya dimanfaatkan untuk ketahanan pangan dan harusnya bisa dicegah Sedangkan mengetahui proporsi bagian yang tidak dapat dimakan berarti menunjukkan proporsi makanan yang (secara sederhana) dianggap wajar terbuang dari rantai pasok karena memang tidak ditujukan untuk konsumsi manusia Ini berarti mengetahui komposisi jenis material akan fokus pada upaya pencegahan sisa pangan

Sementara itu, status material yang dibagi menjadi ‘layak konsumsi’, ‘tidak layak konsumsi’, dan ‘tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi’ fokus pada mengevaluasi kondisi dari sisa pangan yang telah dihasilkan.

Mengetahui jumlah material yang ‘layak konsumsi’ dan ‘tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi’ berarti menunjukkan jumlah makanan yang harusnya bisa didonasikan, dibagikan, disalurkan, atau dijual Ini berarti fokus pada upaya penanganan sisa pangan

Yang juga perlu diperhatikan adalah kedua kategori ini juga dapat dianalisis bersama Sebagai contoh, sebuah supermarket diketahui menghasilkan 500 kg sisa pangan, di mana 20% sisa pangan berstatus layak konsumsi, dan 80% sisa pangan tidak layak konsumsi Akan tetapi, pada masing-masing status tersebut, hasilnya bisa dibedah lagi berdasarkan jenis materialnya. Misalnya, 20% sisa pangan yang layak konsumsi terdiri dari 95% bagian yang dapat dimakan dan 5% bagian yang tidak dapat dimakan. Ini berarti jumlah ‘bagian yang dapat dimakan’ yang ‘layak konsumsi’ adalah 20% x 95% = 19% atau sebesar 19% x 500 kg = 95 kg.

Sebagai tambahan, klasifikasi jenis material bersifat wajib dalam cakupan perhitungan, sementara status material bersifat opsional, tapi sangat direkomendasikan.

2.7 MENENTUKAN CAKUPAN SESUAI TUJUAN PERHITUNGAN SISA PANGAN

Entitas harus memilih cakupan perhitungan sisa pangan yang sesuai dengan tujuan dalam menyelesaikan permasalahan sisa pangan. Tabel di bawah menunjukkan beberapa contoh praktis dari berbagai tujuan perhitungan dan implikasinya terhadap cakupan perhitungan sisa pangan yang dipilih oleh entitas yang berbeda.

Sebagai referensi, UN Sustainable Development Goals target 12.3 menargetkan untuk mengurangi separuh sisa pangan per kapita global di tingkat ritel dan konsumen dan mengurangi separuh susut pangan sepanjang produksi dan rantai pasok termasuk kehilangan saat pascapanen pada tahun 2030.

Entitas Kategori Tujuan Perhitungan

Pemerintah Nasional Ketahanan Pangan

Pemerintah Provinsi Lingkungan

Asosiasi perusahaan produsen makanan nasional Ekonomidan lingkungan

Supermarket Ekonomi

Produsen makanan Lingkungan

Produsen minuman Ekonomi

DeskripsiTujuanPerhitungan

Meningkatkanketersediaanpangandengan mengurangi30%susutdansisapangandi tahun2030

Meningkatkanefisiensisumberdayadan mengurangiemisigasrumahkacasebesar 25%ditahun2030

Mengurangisusutpangandaripabrik pengolahanmakanansebesar25%ditahun 2025,dengantujuanuntukmengurangibiaya pengolahansampahdanmenjagasumber dayaalam

MengurangisisapanganyangberakhirdiTPA sebesar25%dengantujuanuntukmengurangi biaya pengolahanTPA(tippingfee)

Bekerjasamadengan3pemasokkentang untukmengurangisusutpangankentangdi lahansebesar30%

Mengurangijumlahprodukyangterbuang dalampergantianbatchproduksisebesar10% denganmenggunakanteknologibaru

ImplikasipadaCakupanPerhitungan

JenisMaterial Penanganan

Bagianyangdapat dimakan

Bagianyangdapat dimakandan bagianyangtidak dapatdimakan (perhitungan terpisah)

Bagianyangdapat dimakandan bagianyangtidak dapatdimakan (perhitungan terpisah)

Bagianyangdapat dimakandan bagianyangtidak dapatdimakan

Bagianyangdapat dimakandan bagianyangtidak dapatdimakan

Bagianyangdapat dimakan

Seluruh11penanganan

DRAFT

Seluruhpenanganan, kecualipakanternakdan pemrosesanbiokimia

Pemerintah

Kota Lingkungan

Mengurangisusutdansisapanganyang berakhirdiTPAsebesar90%dan mengonversinyamenjadipakanternakatau energiditahun2025

Bagianyangdapat dimakandan bagianyangtidak dapatdimakan (perhitungan terpisah)

Seluruh11penanganan

TPA/Landfill

Seluruh11penanganan

Pengolahanpada saluranpembuangan

Pakanternak

Pengolahan anaerobik

Pengomposan (aerobik)

Insinerasi

TPA/landfill

Pengolahanpada saluranpembuangan

Petani Ekonomi

Mengurangisetengahdarisusutpanganpada hasilpanensayurdanbuahdilokasi penyimpananselama5tahunkedepan,untuk meningkatkanpenjualanbuahdansayur

Bagianyangdapat dimakandan bagianyangtidak dapatdimakan

Seluruh11penanganan

Tabel2.3ContohTujuandanImplikasipadaCakupanPerhitungan(Lanjutan)

ImplikasipadaCakupanPerhitungan

BatasanPerhitungan

Entitas

Jangka Waktu Perhitungan

Kategori Makanan Geografi TahapanRantai Pasok Organisasi

Pemerintah Nasional Tahunan Semuakategori makanan

Negara(seluruh wilayahnegara) Seluruhrantaipasok

Negara(seluruh sektorekonomi)

Pemerintah Provinsi Tahunan Semuakategori makanan Provinsi Seluruhrantaipasok 20kabupaten

Asosiasi perusahaan produsen makanan nasional Tahunan Semuakategori makanan

Supermarket Tahunan Semuakategori makanan

Produsen makanan Tahunan (dihitungsaat musimpanen) Kentang

Produsen minuman

Bulanan (untuk mengevaluasi efektivitas teknologibaru secaracepat)

Minumansoda

Negara(seluruh wilayahnegara) Pemrosesan

Semuanegara tempat supermarket beroperasi Ritel

Beberapa provinsi Penanaman

Seluruhpabrik pengolahandi70 perusahaan anggota

Seluruh500gerai yangdikelola

20petanikontrak penyuplai kentang

Seluruhlokasi pabrik pemrosesan

Pemerintah Kota Tahunan Semuakategori makanan Kota

Manufakturminuman soda

Seluruh100pabrik manufaktur

Petani Tahunan (dihitungsaat musimpanen) Buahdansayur Lahan pertanian

Semuasektorekonomi yangmenghasilkan susutdansisapangan (rumahtangga,ritel, bisnismakanan, perusahaan)

Semuaunit penghasilsusut dansisapangan

2tahap: 1Penanaman 2Penyimpanan 5lahanpertanian

BAB 3 METODE PERHITUNGAN SISAPANGAN

Bab ini menjelaskan tentang metode lengkap perhitungan sisa pangan

3.1 Menentukan Metode Perhitungan Sisa Pangan

3.2 Pengumpulan, Perhitungan, dan Analisis

Data

33 Menilai Tingkat Ketidakpastian

3.4 Koordinasi Analisis Beberapa Perhitungan Sisa Pangan

3.5 Mengidentifikasi Penyebab Sisa Pangan

36 Peninjauan Hasil Perhitungan

37 Pelaporan

3.8 Penetapan Target Pengurangan Sisa Pangan dan Pemantauan Perubahan Sisa Pangan

3.1 MENENTUKAN METODE

PERHITUNGAN SISA PANGAN

Jelaskan metode perhitungan yang digunakan; atau jika menggunakan data atau studi yang tersedia, jelaskan sumbernya.

Bab ini berisi panduan untuk membantu entitas menentukan metode perhitungan sisa pangan yang akan dilakukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, entitas harus melaporkan jumlah fisik sisa pangan dalam unit berat.

Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini tidak mengharuskan entitas untuk menggunakan metode perhitungan tertentu, sebab metode yang dipilih harus berdasarkan tujuan perhitungan itu sendiri, cakupan perhitungan, ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya finansial, serta ketersediaan akses langsung kepada sisa pangan.

3.1.1PANDUANMEMILIHMETODE

PERHITUNGAN

SISAPANGAN

Entitas perlu memeriksa terlebih dahulu jika terdapat data yang telah tersedia (baik dari internal maupun eksternal), sebelum mengerahkan waktu dan sumber daya untuk mengumpulkan data baru Data ini juga mungkin tersebar dan perlu dikumpulkan dari beberapa sumber

Jika data yang dibutuhkan tidak tersedia, maka entitas bisa memilih untuk melakukan perhitungan baru menggunakan beberapa pilihan metode. Dalam laporan, entitas harus mencantumkan metode perhitungan yang digunakan dan jika menggunakan studi atau data yang telah tersedia, wajib menjelaskan sumber dan cakupannya

Pedoman:MenggunakanData danStudiyangTersedia

Jika entitas mempertimbangkan untuk menggunakan data sisa pangan yang telah tersedia, maka parameter data atau studi tersebut harus diperiksa secara seksama terlebih dahulu Terdapat dua aspek penting yang perlu dipertimbangkan

Yangpertama adalah apakah cakupan dari data yang tersedia sesuai dengan cakupan perhitungan sisa pangan yang akan dibuat Penting untuk mengecek apakah jangka waktu, jenis material, penanganan, dan batasannya telah sesuai Sebagai contoh, jika entitas bermaksud melaporkan jenis material secara terpisah antara bagian yang dapat dimakan dengan bagian yang tidak dapat dimakan, maka perlu dikonfirmasi jika data yang telah tersedia juga menggunakan jenis material yang sama.

Yangkedua adalah apakah data tersebut cukup terpercaya untuk digunakan. Keandalan dari data yang tersedia sangat terkait dengan tingkat ketidakpastiannya (termasuk jika terdapat bias). Ketidakpastian ditentukan oleh beberapa faktor termasuk pilihan metode perhitungan dan detail metodologi seperti prosedur pengambilan sampel. Pedoman prosedur pengambilan sampel dijelaskan lebih jauh pada Lampiran A dan pedoman untuk mengevaluasi ketidakpastian dijelaskan pada Bab 3.3.

Studi dengan kualitas tinggi akan mencantumkan daftar sumber ketidakpastian dan menjelaskan dampaknya terhadap hasil perhitungan Hal ini bisa digunakan entitas untuk mengecek jika data dari studi tersebut bisa digunakan untuk keperluan perhitungan Dalam beberapa kasus, tingkat ketidakpastiannya mungkin cukup tinggi sehingga tidak layak untuk digunakan

Pada kasus lain, data yang tersedia mungkin tidak persis yang dibutuhkan oleh entitas tapi dianggap cukup memadai, sehingga data tersebut bisa dijadikan basis kalkulasi perhitungan sisa pangan Sebagai contoh, suatu pemerintah kota bisa berasumsi bahwa jumlah sisa pangan per kapita tidak banyak berubah dalam setahun, akan tetapi populasi mengalami peningkatan. Dengan menganggap cakupan perhitungan tetap sama, pemerintah kota tersebut bisa menggunakan basis jumlah sisa pangan per kapita yang telah tersedia sebelumnya, lalu memasukkannya ke dalam perhitungan dengan jumlah populasi terbaru.

Demikian juga sebuah jaringan ritel yang telah menghitung sisa pangan per toko pada beberapa cabangnya, bisa mengaplikasikan rasio yang sama ke cabang yang lain jika cakupan perhitungan, karakteristik toko (misalnya luas toko), dan praktek manajemennya relatif sama.

Jika data yang tersedia tidak memenuhi kriteria kebutuhan perhitungan entitas, maka entitas perlu menggali cara pengumpulan sisa data yang dibutuhkan. Beberapa studi sisa pangan misalnya, menggunakan kombinasi data yang telah tersedia dengan perhitungan baru

Pedoman:Melakukan PerhitunganBaru

Terdapat beberapa langkah yang perlu diambil ketika hendak melakukan perhitungan baru Entitas bisa memulainya dengan menyiapkan pemetaan untuk mengidentifikasi bagian-bagian tertentu dari perhitungan sisa pangan yang datanya perlu dikumpulkan Dalam proses ini, pertimbangan tambahan seperti mencari tahu penyebab sisa pangan juga dapat turut dipertimbangkan Proses pemetaan ini dapat membantu memastikan semua kebutuhan entitas di tahap perancangan

Tujuan perhitungan, cakupan perhitungan, serta ketersediaan sumber daya akan menentukan apakah entitas perlu mengukur langsung, menaksir, atau melakukan inferensi Ketiga metode yang berbeda ini juga bisa dikombinasikan dalam perhitungan sisa pangan yang dilakukan.

Pengukuran

Pengukuran merupakan metode perhitungan sisa pangan yang melibatkan kontak langsung Caranya adalah dengan menimbang atau mengukur jumlah sisa pangan menggunakan instrumen atau alat dengan unit standar tertentu Hasil pengukuran dituliskan dalam unit berat²⁸ , jumlah, atau volume Unit selain berat perlu dikonversikan ke dalam bentuk berat

Penaksiran

Penaksiran merupakan metode perhitungan yang digunakan untuk menghasilkan estimasi yang mendekati jumlah sisa pangan yang sesungguhnya, tapi kurang presisi dibandingkan metode pengukuran langsung Entitas boleh melakukan penaksiran, misalnya ketika alat pengukuran tidak tersedia

Penggunaan “satu kantong sampah” atau “satu kardus” juga dapat digunakan untuk menaksir jumlah sisa pangan dari ritel. Atau seorang pegawai ritel yang mengetahui ukuran kantung sampah bisa menaksir volume isi di dalamnya dengan memperkirakan seberapa penuh wadah tersebut. Estimasi ini lalu bisa dikonversi menjadi berat menggunakan faktor berat jenis.

Karena melibatkan subjektivitas saat membuat penaksiran, hasilnya pada umumnya kurang akurat dibandingkan jika sisa pangan diukur langsung.

Inferensi

Inferensi merupakan cara mengestimasi jumlah sisa pangan berdasarkan data lainnya Sebagai contoh, suatu ritel bisa menyimpulkan jumlah sisa pangan dari data lainnya yang tersedia, yaitu data produk yang dipasok (input) per tahun dikurangi data penjualan produk (output) per tahun

Selain itu, jumlah sisa pangan juga bisa disimpulkan dengan pemodelan menggunakan faktor yang diketahui mempengaruhi jumlah sisa pangan, seperti data konsumsi masyarakat Entitas juga bisa menyimpulkan jumlah sisa pangan dengan menggunakan data dari entitas lain, misalnya dari negara lain atau provinsi lain sebagai bahan pembanding untuk mengestimasi jumlah sisa pangan.

Inferensi tidak melibatkan pengukuran atau penaksiran sisa pangan, meskipun data yang disimpulkan bisa saja berasal dari perhitungan atau penaksiran sisa pangan sebelumnya. Sebagai contoh, data input yang digunakan mungkin diperoleh lewat pengukuran langsung (misalnya jumlah bahan makanan).

Karena jumlah sisa pangan dari metode inferensi diperoleh dari data lain, maka akurasi hasilnya juga sangat dipengaruhi oleh kualitas dan akurasi data yang digunakan, termasuk asumsi-asumsi yang dipakai Pada banyak kasus, inferensi memiliki akurasi yang lebih rendah dibandingkan pengukuran langsung dan mungkin lebih rendah dibandingkan metode penaksiran

3.1.2RINGKASANMETODE

PERHITUNGAN

Tabel 31 berikut menggambarkan metode-metode yang umum digunakan dalam perhitungan sisa pangan

Tabel3.1MetodePerhitunganSisaPangan

Metode Definisi

Penimbangan langsung

Penghitungan

PENGUKURAN ATAU

PENAKSIRAN

Jikaentitas dapat mengaksessisa panganfisik secaralangsung

Perhitungan berbasis volume

Analisis komposisi sampah

Catatan

Catatanharian

Survei

INFERENSI

Jikaentitastidak dapat mengaksessisa panganfisik secaralangsung

Keseimbangan massa

Pemodelan

Dataproksi

Entitas dapat memilih metode mana yang paling sesuai dengan kebutuhan, atau dapat memilih untuk tidak menggunakan metode yang dijelaskan dalam metode baku ini.

Menggunakanalatukuruntukmengetahuiberatsisapangan

Menghitungjumlahsatuansisapangan,lalumenggunakanhasilnyauntuk menentukanberatnya,termasukdenganmenggunakandatapemindai.

Menghitungvolumesisapangandanmenggunakanhasilnyauntuk menentukanberatnya

Memisahkansisapangansecarafisik,untukmenentukanberatdan komposisinya

Menggunakandatasatuanyangsudahada,yangrutindikumpulkanuntuk keperluanlainselainperhitungansisapangan(misalnyanotatransfer sampah,ataubukupencatatangudang)

Menggunakandataataupencatatansisapanganharian

Mengumpulkandatajumlahsisapanganatauinformasilainnya(misalnya perilaku,pandangan,dansebagainya)darisejumlahindividuatauentitas lewatrangkaianpertanyaanterstruktur

Mengukurjumlahinput(misalnyabahan-bahanyangdipasoktoko)dan jumlahoutput(misalnyaprodukyangterjual),termasukmemperhitungkan perubahanstokdanberatselamapemrosesan.

Menggunakanpendekatanmatematisberdasarkaninteraksidaribeberapa faktoryangmempengaruhiproduksisisapangan

Menggunakandatasisapanganlainnyayangtelahtersedia(misalnyadata terdahulu,datasisapangandarinegaralainatauprovinsilain)untuk menyimpulkanjumlahsisapangan

MetodeUntukMengukurdan MenaksirJumlahSisaPangan

Hanya entitas yang dapat mengakses sisa pangan secara langsung yang dapat menggunakan metode penimbangan langsung, penghitungan, perhitungan berbasis volume, atau melakukan analisis komposisi sampah sebagai metode perhitungan. Penimbangan langsung biasanya memberikan hasil yang paling akurat karena tidak melibatkan perkiraan dan tidak menggunakan asumsi. Namun hal ini hanya jika entitas dapat menggunakan alat ukur yang tepat yang bisa menghasilkan pengukuran secara akurat, seperti misalnya timbangan atau wadah yang telah dikalibrasi Sebagai tambahan, peningkatan skala pada alat ukur harus cukup kecil untuk jumlah sisa pangan yang ditimbang Sebagai contoh, jika jumlah sisa pangan biasanya kurang dari 1 kg, maka alat ukur dengan skala kenaikan 10 kg tidak cocok untuk digunakan

Sementara itu, entitas yang tidak dapat mengakses sisa pangan fisik secara langsung bisa menggunakan metode pengukuran atau penaksiran jika dokumen atau data sisa pangan bisa diperoleh Akurasi data yang dikumpulkan dengan metode ini (misalnya menggunakan catatan harian atau survei) akan bergantung pada bagaimana data tersebut didapatkan dan dianalisis. Sebagai contoh, suatu jaringan ritel boleh memilih untuk mengumpulkan data dari cabangnya lewat survei, tapi akurasi perhitungan sisa pangan akan jauh lebih tinggi jika setiap cabang menyediakan data mentah dari sisa pangan yang dihasilkan dibanding jika mereka mengira-ngira jumlah kasarnya. Secara umum, data akan lebih akurat jika melibatkan lebih sedikit asumsi.

Metode yang dipilih juga bisa saling melengkapi, misalnya metode survei dipakai untuk mendapatkan informasi tentang penyebab sisa pangan, sementara perhitungan sisa pangan menggunakan metode penimbangan langsung.

MetodeUntukMelakukan InferensiJumlahSisaPangan

Jika entitas tidak dapat mengakses sisa pangan secara langsung dan tidak bisa mendapatkan dokumen atau data sisa pangan lainnya, maka metode lain yang bisa dilakukan adalah metode inferensi. Entitas yang dapat mengakses sisa pangan juga boleh memilih metode ini dengan alasan efektifitas biaya atau jika terdapat tantangan teknis untuk melakukan pengukuran atau penaksiran.

Inferensi berarti menggunakan data yang telah tersedia, lalu melakukan perhitungan untuk menyimpulkan estimasi jumlah sisa pangan Pada banyak kasus, data yang digunakan untuk inferensi bukan dihasilkan oleh entitas yang menggunakannya, sehingga penting untuk mengerti latar belakang pengambilan data tersebut dan memastikan jika data yang dipakai telah sesuai dengan cakupan yang dibutuhkan

Entitas yang menggunakan metode inferensi harus mengidentifikasi ketidakpastian yang dihasilkan oleh perhitungan tersebut Terkadang kualitas dan asumsi-asumsi yang digunakan pada data yang tersedia kurang presisi untuk kebutuhan pengambilan keputusan entitas. Menentukan batas ketidakpastian yang masih dapat diterima bergantung pada penilaian entitas, dan bergantung pada bagaimana hasil inferensi tersebut akan digunakan. Pedoman terkait penilaian ketidakpastian dijelaskan pada Bab 3.3.

3.1.3BAHANPERTIMBANGAN DALAMMEMILIHMETODE PERHITUNGAN

Keputusan untuk memilih metode pengukuran, penaksiran, atau inferensi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tertera di bawah ini.

Tabel3.2PertimbanganPemilihanMetodePengukuran,Penaksiran,atauInferensi

Metode Pertimbangan

Levelakurasiyang diinginkan

Akseskesisa panganfisik

Sumberdayayang tersedia

Aspekteknis

Tujuan perhitunganselain jumlahsisa pangan(misalnya memahami penyebabsisa pangan)

Secaraumum,metodepengukuranakanmenghasilkanperhitungansisapanganyang palingakuratdibandingpenaksiran,dankeduanyapadaumumnya(meskitidakselalu) lebihakuratdibandingmetodeinferensi.

Jikaentitasdapatmengaksessisapangansecaralangsung,makaentitasdapat mengukurataumenaksirberatsisapangantersebut Namunjikatidak,makaentitas dapatmenggunakanmetodeinferensi

Metodepengukuranlangsungdanpenaksiransecaraumummembutuhkanlebihbanyak waktudanbiaya,dibandingmenggunakaninferensi.

Dalampengukurandanpenaksiran,entitasmungkinmembutuhkanketersediaandaya listrikuntukalatukursertaareauntukmenyortirsisapangandarimateriallainnya.

Metodeinferensipadaumumnyatidakmemungkinkanentitasuntukmemperoleh informasidiluarperhitungansisapangan Tapimetodeberbasisilmusosial(seperti survei)lebihcocokuntukmendapatkaninformasiini

3.2PENGUMPULAN,PERHITUNGAN, DANANALISISDATA

3.2.1SAMPLINGDANSCALINGUP

DATA

Sering kali pengukuran atau penaksiran keseluruhan sisa pangan tidak memungkinkan untuk dilakukan atau tidak efektif dari segi biaya. Dalam kasus ini, entitas boleh mengumpulkan data hanya dari sampel sisa pangan yang dihasilkan, atau sampel dari unit penghasil sisa pangan Hasil sampling ini lalu bisa di-scale up untuk menghasilkan estimasi total sisa pangan dari keseluruhan unit penghasil sisa pangan dalam sebuah cakupan perhitungan

Entitas yang melakukan sampling dan scaling up data untuk menghitung sisa pangan mereka harus menjelaskan pendekatan dan metode perhitungan yang digunakan, serta periode waktu pengumpulan data, termasuk tanggal dimulainya dan berakhirnya pengambilan sampel

Penting untuk membedakan antara kebutuhan untuk melaporkan periode waktu pengumpulan sampel (misalnya selama 1 bulan dari tanggal 1 Juli 2023 hingga 31 Juli 2023), dengan kebutuhan pada Bab 2.1 untuk melaporkan jangka waktu perhitungan sisa pangan yang dilaporkan (misalnya data sampel bisa di-scale up untuk merepresentasikan 12 bulan data, sehingga dalam kasus ini yang perlu dilaporkan sebagai jangka waktu perhitungan sisa pangan adalah 12 bulan selama tahun 2023).

SamplingDataSisaPangan

Sampling adalah proses pengukuran atau penaksiran jumlah sisa pangan dari sebagian unit penghasil sisa pangan dalam suatu populasi, atau dari sebagian sisa pangan fisik yang dihasilkan; dalam suatu periode waktu tertentu. Entitas boleh melakukan kedua jenis sampling ini, yang dijelaskan sebagai berikut:

Sampeldariunitpenghasilsisa

pangan: Entitas memilih sebagian dari unit penghasil sisa pangan yang dianggap representatif menggambarkan cakupan perhitungan, lalu mengukur sisa pangan dari unit-unit ini Entitas lalu melakukan scaling up data dari sampel unit tersebut untuk merefleksikan keseluruhan unit penghasil sisa pangan atau keseluruhan populasi

Sebagai contoh: Jika pemerintah hendak menghitung sisa pangan yang dihasilkan ritel di 20 kota; maka 20 kota tersebut merupakan seluruh unit penghasil sisa pangan, namun pemerintah tersebut bisa melakukan sampling dari 6 kota.

Sampeldarisisapanganfisik: Entitas mengambil sampel dari sisa pangan fisik yang dihasilkan dan mengukur atau menaksir berat dari sampel tersebut. Entitas lalu melakukan scaling up data dari sampel sisa pangan untuk mendapatkan estimasi total sisa pangan yang dihasilkan oleh unit penghasil sisa pangan tersebut.

Sebagai contoh: Jika pemerintah hendak menghitung sisa pangan yang dihasilkan ritel selama sebulan, pemerintah bisa melakukan sampling sisa pangan selama seminggu

Ketika mengambil sampel, entitas perlu mempertimbangkan kemungkinan perbedaan sisa pangan yang dihasilkan seiring waktu karena faktor musim dan sejenisnya Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan mengambil sampel di beberapa musim berbeda dalam setahun, atau mengambil serangkaian sampel setiap bulan sepanjang tahun

Entitas juga perlu memastikan bahwa pengambilan sampel unit penghasil sisa pangan atau sampel sisa pangan fisik dilakukan serepresentatif mungkin agar mewakili keseluruhan populasi Pengambilan sampel yang representatif dapat meningkatkan akurasi dari perhitungan sisa pangan.

Lampiran A menyediakan pedoman umum dalam memilih sampel yang representatif, memilih metode sampling, dan menentukan ukuran sampel yang tepat.

ScalingUpDataSisaPangan

Entitas perlu melakukan scaling up pada situasi di mana data yang tersedia tidak menjangkau seluruh populasi dan/atau jangka waktu perhitungan sisa pangan.

Populasi mengacu pada semua unit penghasil sisa pangan dalam cakupan perhitungan; misalnya 10 cabang dari suatu jaringan ritel, 50 toko ritel di suatu kota, seluruh ritel skala besar dalam suatu negara, dan sebagainya.

Jangka waktu perhitungan merupakan periode waktu di mana sisa pangan dilaporkan, yang direkomendasikan selama 12 bulan Akan tetapi entitas boleh mengambil sampel sisa pangan pada periode waktu yang lebih pendek, seperti misalnya satu bulan atau sekali perbulan sepanjang 12 bulan Setelah itu, entitas perlu melakukan scaling up data agar dapat merefleksikan seluruh jangka waktu perhitungan Lampiran A menyediakan pedoman dalam proses scaling up data ini

Jika entitas tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan sampling atau scaling up data untuk menghasilkan data statistik yang valid, entitas dapat mencari bantuan teknis dari tenaga profesional, seperti misalnya dari ahli statistik.

3.2.2MENGHITUNGJENIS

MATERIALSECARATERPISAH

Seperti telah dijelaskan pada Bab 2.2, salah satu kebutuhan dalam perhitungan sisa pangan adalah pelaporan jenis material yang dimasukkan ke dalam perhitungan; yang mencakup bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan. Tujuan perhitungan sisa pangan dari suatu entitas akan menentukan jenis material apa saja yang dilaporkan.

Jika entitas memilih untuk menghitung bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan secara terpisah, maka entitas juga perlu menjelaskan:

Pendekatan yang digunakan untuk memisahkan kedua jenis material Faktor konversi yang digunakan dan sumber referensinya, jika menggunakan faktor konversi Lampiran B menjelaskan beberapa referensi faktor konversi yang dapat digunakan

Entitas boleh memilih metode yang paling sesuai untuk menghitung bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan secara terpisah Gambar 31 di bawah ini menunjukkan urutan metode tersebut dari yang akurasinya paling tinggi

Gambar3.1 MetodePerhitunganJenisMaterial SecaraTerpisah

1 Memisahkanmaterialsecara fisik

2 Menggunakanfaktorkonversi untuktiapproduk/komoditas

3 Menggunakanfaktorkonversi untukkeseluruhansisapangan

TINGGI

MemisahkanMaterialSecara Fisik

Metode ini dilakukan dengan memisahkan sisa pangan secara fisik menjadi dua jenis material, yaitu bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan; dan kemudian menimbang salah satu atau kedua jenis material tersebut Metode ini merupakan yang paling akurat diantara ketiga metode yang ada

Akan tetapi, memisahkan material secara fisik berpotensi membutuhkan tenaga kerja yang lebih intensif dan menghabiskan cukup banyak waktu, sehingga bisa jadi merupakan metode yang paling membutuhkan banyak biaya Cara ini juga mungkin sulit untuk dilakukan dalam situasi tertentu, misalnya jika sisa pangan yang dihitung sudah rusak atau busuk, sehingga memisahkan jenis materialnya mungkin lebih sulit untuk dilakukan dan berbau tidak sedap

MenggunakanFaktorKonversi

untukTiapKomoditas

Faktor konversi bisa digunakan untuk masing-masing jenis barang atau komoditas Faktor konversi ini bisa digunakan untuk memisahkan proporsi material yang dianggap bagian yang dapat dimakan dari bagian yang tidak dapat dimakan berdasarkan beratnya.

Entitas bisa mengembangkan faktor konversinya sendiri dengan memisahkan dan menimbang material tersebut, atau bisa juga menggunakan faktor konversi berdasarkan data yang telah tersedia.

Menggunakan faktor konversi berdasarkan perhitungan sendiri pada umumnya akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dibanding menggunakan data dari pihak lain Akan tetapi, menggunakan data yang telah tersedia akan lebih menghemat waktu dan mungkin lebih praktis dalam beberapa situasi tertentu

Penggunaan kedua jenis faktor konversi di atas digambarkan dalam contoh berikut

Sebuah ritel bermaksud untuk menghitung daging buah pisang (bagian yang dapat dimakan) terpisah dari berat kulit pisang yang dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dimakan, dari satu kontainer buah pisang raja

Ritel tersebut bisa mengembangkan faktor konversinya sendiri dengan menghitung beberapa sampel pisang yang representatif, lalu mengupas dan menimbang kulitnya secara terpisah. Ritel ini dapat menghitung persentase dari daging buah pisang dan kulit pisang dari berat total keseluruhan, kemudian menggunakan angka persentase ini sebagai faktor konversi dalam mengestimasi berat dari keseluruhan satu kontainer pisang raja.

Jika ritel tersebut menganggap proses tersebut tidak praktis, maka mereka dapat menggunakan faktor konversi dari pihak lain untuk mengestimasi persentase berat daging buah dan kulit pisang Terdapat beberapa referensi yang bisa digunakan oleh produsen tersebut dalam memilih faktor konversi Salah satu yang tersedia adalah Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017 yang mengestimasi berat kulit pisang raja di Indonesia sebesar 30% dari berat keseluruhan pisang²⁹

Selain itu, terdapat beberapa faktor konversi dari luar negeri yang dapat digunakan, misalnya Australian Food Composition Database (AFCD) yang dikeluarkan oleh Food Standards Australia - New Zealand (FSANZ)³⁰ .

Untuk meningkatkan akurasi perhitungan, entitas perlu mencatat detail-detail yang penting dan relevan agar faktor konversi yang tepat bisa digunakan. Sebagai contoh, jika sebuah pisang raja utuh terbuang, maka proporsi bagian yang tidak dapat dimakan adalah 30% menurut faktor konversi TKPI Akan tetapi jika daging buah pisang raja tersebut telah dimakan lalu kulitnya dibuang, maka proporsi bagian yang tidak dapat dimakan menjadi 100%

Oleh sebab itu jika menggunakan faktor konversi, penting untuk mempertimbangkan dan mencantumkan detail kondisi dari komoditas atau produk tersebut saat terbuang.

Pedoman untuk memilih faktor konversi tersedia pada Lampiran B. Tabel 3.3 di bawah menyediakan contoh cara entitas melaporkan informasi tentang faktor konversi yang digunakan.

Tabel3.3ContohCaraMelaporkanFaktorKonversiuntukKomoditasatau ProdukTertentu

Komoditas/ produk Bagianyangtidak dapatdimakan

Faktorkonversidaribagian yangtidakdapatdimakan (%) Referensi

KemenkesRI, Tabel Komposisi Pangan Indonesia

MenggunakanFaktorKonversi untukKeseluruhanSisaPangan

Jika sisa pangan yang diproduksi berisikan campuran berbagai produk/komoditas dan sulit untuk disortir, maka entitas tidak lagi bisa menggunakan faktor konversi untuk masing-masing produk/komoditas Hal ini misalnya dapat terjadi pada fasilitas pembuangan di pusat perbelanjaan, di mana sisa pangan-nya merupakan campuran berbagai jenis sampah makanan yang sulit dipisahkan dan diidentifikasi

Dalam situasi seperti ini, entitas bisa menggunakan faktor konversi untuk keseluruhan sisa pangan, untuk mengestimasi proporsi bagian yang tidak dapat dimakan Jika jenis produk atau komoditasnya tidak terlalu banyak, entitas dapat mengembangkan faktor konversinya sendiri

Cara lain adalah menggunakan faktor konversi dari data yang telah tersedia dari pihak lain. Sebagai contoh, perhitungan sisa pangan pada satu cabang ritel bisa menggunakan data faktor konversi dari cabang lainnya.

Jika entitas memutuskan untuk menggunakan faktor konversi dari pihak lain dan hendak memantau jumlah sisa pangan seiring waktu, maka pastikan untuk menggunakan faktor konversi yang konsisten. Hal ini untuk memastikan bahwa jika terdapat perubahan angka sisa pangan, hal tersebut bukan berasal dari perubahan faktor konversi yang digunakan. METODE

Akan tetapi akurasi metode ini sangat bergantung pada seberapa mirip kondisi keduanya; seperti misalnya apakah keduanya memiliki basis kategori yang sama dalam pemisahan bagian yang dapat dimakan dengan bagian yang tidak dimakan; serta apakah keduanya memiliki sistem operasional, skala produksi, dan jumlah tenaga kerja yang serupa

Penting untuk menggunakan faktor konversi dari pihak lain dengan kondisi semirip mungkin, termasuk mengidentifikasi detail-detail yang terkait dengan data dari pihak lain tersebut Pada beberapa situasi, bisa jadi tidak ada faktor konversi dari pihak lain yang tersedia, yang kondisinya cukup serupa dengan kondisi entitas

3.2.3

MENGELUARKAN BERAT

KEMASAN DARI PERHITUNGAN

Definisi dari sisa pangan tidak mencakup kemasan seperti kardus, plastik, atau wadah pembungkus lainnya. Kemasan yang dapat dimakan merupakan pengecualian yang perlu dimasukkan ke dalam perhitungan, karena ditujukan untuk konsumsi manusia. Itulah mengapa metode baku ini mengharuskan kemasan untuk dikeluarkan dari perhitungan

Akan tetapi dalam beberapa situasi di lapangan, sisa pangan mungkin masih menyertakan kemasan, seperti:

Sisa Pangan masih berada dalam kemasannya, seperti misalnya sisa selai yang masih berada dalam botol

Sisa Pangan tercampur dengan kemasan, seperti misalnya sisa makanan yang bercampur dengan tisu dan wadah plastik dalam satu tong sampah

Referensi data sisa pangan yang tersedia masih mencakup berat kemasan

Bab ini menyediakan pedoman untuk mengeluarkan berat kemasan dari perhitungan sisa pangan. Gambar 3.2 menunjukkan tiga metode untuk mengeluarkan berat kemasan, dimulai dari yang akurasinya paling tinggi.

Jika dibutuhkan perhitungan tertentu untuk memisahkan berat sisa pangan dari material non-sisa pangan, maka metode perhitungan yang digunakan harus dicantumkan. Demikian juga dengan tingkat ketidakpastian yang terkait dengan estimasi data sisa pangan juga perlu dijelaskan (lihat Bab 3.3).

Gambar3.2 MetodeMengeluarkanBerat KemasanSisaPangan

1 Memisahkankemasansebelum perhitungan

2 Mengurangiestimasiberat kemasandarimasing-masing komoditas/produk

3. Mengurangiestimasiberat kemasandarikeseluruhansisa panganataudaridatayang tersedia

Definisi dari sisa pangan tidak mencakup kemasan seperti kardus, plastik, keranjang, atau wadah pembungkus lainnya.

TINGGI
RENDAH

Memisahkankemasansebelum perhitungan

Metode yang paling akurat adalah dengan melakukan perhitungan sisa pangan dalam keadaan tanpa kemasan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: Saat melakukan analisis komposisi sampah, entitas dapat memasukkan kegiatan membuka kemasan ke dalam prosedur perhitungan. Jika pengumpulan data dilakukan lewat catatan harian, entitas dapat menginstruksikan orang yang bertugas untuk melepas kemasan Memastikan bahwa berat produk dalam database adalah berat netto tanpa kemasan

Mengurangiestimasiberat kemasandarimasing-masing komoditas/produk

Dalam beberapa kondisi, melepas sisa pangan dari kemasan mungkin cukup rumit untuk dilakukan (misalnya memisahkan selai dari botol kaca), atau bisa menambah biaya (misalnya karena membutuhkan waktu yang signifikan untuk memisahkan sisa pangan dari kemasannya) Jika kemasan tidak dipisahkan, entitas dapat mengestimasi berat sisa pangan tanpa kemasan dengan cara:

Mengacu pada berat bersih yang tertera pada kemasan untuk produk yang belum dibuka Akan tetapi perlu diingat bahwa dalam beberapa kasus, berat aktual dari makanan mungkin lebih dari label yang tertera Di Inggris misalnya, data menunjukkan bahwa berat makanan bersih aktual sekitar 100%-110% dari berat yang tertera di kemasan³¹.

Menimbang salah satu berat kemasan dalam keadaan kosong dan bersih, kemudian mengurangi berat total kemasan dari berat total sisa pangan dalam kemasan. Hal ini dimungkinkan jika entitas menggunakan kemasan standar untuk semua produk. Mengestimasi secara visual jumlah atau berat sisa pangan yang tersisa dalam kemasan (misalnya sisa kecap dalam botol). Hal ini bisa dilakukan jika jumlah sisa pangan yang tersisa dalam kemasan relatif sedikit, sehingga melakukan penaksiran kasar kemungkinan tidak berdampak signifikan

Mengurangiestimasiberat kemasandarikeseluruhansisa panganataudaridatayang tersedia

Jika kedua metode di atas tidak mungkin dilakukan (misalnya jika menggunakan data atau studi sisa pangan yang menyertakan berat sisa pangan termasuk kemasan), maka entitas dapat mengestimasi berat kemasan lalu menguranginya dari data total yang tersedia untuk mendapatkan berat bersih sisa pangan Metode ini menghasilkan perhitungan yang kurang akurat, tapi dalam beberapa situasi mungkin menjadi opsi satu-satunya yang dapat dilakukan

Sebagai contoh, jika data berat sisa pangan yang dikumpulkan dari ritel masih termasuk kemasan, pihak ketiga yang melakukan pengumpulan sampah mungkin memiliki data atau dapat mengestimasi persentase berat kemasan, yang bisa digunakan untuk menghitung berat bersih sisa pangannya

3.2.4

ANALISIS DATA SISA

PANGAN DALAM BEBERAPA TAHAPAN

Sisa pangan bisa terjadi dari rangkaian tahap rantai pasok, atau dari berbagai aktivitas dalam satu tahap rantai pasok Sebagai contoh pada ritel, perhitungan sisa pangan bisa dilakukan di tahap penerimaan dari pemasok, penyimpanan di gudang, serta dari rak display.

Saat menganalisis data sisa pangan, akan lebih baik jika rangkaian proses tersebut digambarkan dalam bentuk diagram alir yang menggambarkan perpindahan pangan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Hal ini dapat membantu entitas memvisualisasikan aliran material, sekaligus memastikan semua tahapan telah diperhitungkan.

Contohcaramenghitungdan menambahkanjumlahsisa pangandariserangkaian tahapan

Pada contoh di bawah, tahapan dimulai dari 100 ton pasokan bahan pangan (total bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan) yang masuk ke sebuah ritel Terdapat tiga tahapan dalam kasus ini, di mana terdapat sisa pangan di setiap tahapannya, sehingga produk atau komoditas yang tidak terbuang akan menuju tahap berikutnya

Perlu diingat bahwa ketika menganalisis jumlah sisa pangan dari beberapa tahapan, persentasenya tidak bisa sertamerta dijumlahkan. Pada contoh ini, jumlah total sisa pangan adalah 38 ton dari 100 ton atau sebesar 38%.

Persentase sisa pangan pada tiap tahap diperoleh dengan cara membagi berat sisa pangan di tahap itu dengan total berat material yang masuk ke dalam tahap tersebut. Akan tetapi total persentase sisa pangan bukan didapat dari menjumlahkan persentase dari tiap tahap. Hal ini karena jumlah material yang masuk ke tahap berikutnya terus berkurang akibat sisa pangan yang terjadi di tahap sebelumnya.

Jika persentase sisa pangan langsung dijumlahkan, akan diperoleh hasil 43,6% yang merupakan angka yang tidak akurat (persentase yang benar adalah 38%) Total persentase kumulatif harus dihitung dengan cara yang ditunjukkan oleh kolom terakhir

Tabel3.4 ContohCaraMenghitungdanMenambahkanJumlahSisaPangandari SerangkaianTahapanpadaRitel

Tahapan JumlahSisaPangan

Tahap1: Penerimaan (receiving)

Tahap2: Penyimpanan (storage)

Tahap3: Display

TotalSisa Pangan 38tonsisapangan =38%sisapangandari seluruhtahapan

Totalpersentasetidakboleh dijumlahkan

3.2.5 PERTIMBANGAN KERAHASIAAN

Entitas yang melakukan pengumpulan dan analisis data perlu mempertimbangkan apakah data tersebut perlu dirahasiakan Beberapa negara kini telah memiliki regulasi terkait perlindungan dan keamanan data Selain itu, beberapa badan riset juga telah memiliki aturan yang melindungi kerahasiaan partisipan dalam studi; baik data individu, bisnis, atau organisasi. Sebagai contoh, data sisa pangan mungkin menggunakan data yang menyangkut pangsa pasar suatu bisnis yang kemungkinan besar dianggap rahasia.

Entitas yang memberi informasi sebagai bagian dari studi perhitungan sisa pangan (seperti misalnya pemasok yang diminta untuk menyediakan data sisa pangan kepada distributor) juga mungkin memiliki kekhawatiran terhadap kerahasiaan

Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan dokumen perjanjian kerahasiaan (nondisclosure agreement) atau menggunakan pihak ketiga untuk pengolahan data anonim untuk melindungi identitas pemasok yang menyediakan data.

3.3 MENILAI TINGKAT

KETIDAKPASTIAN

Entitas perlu memahami tingkat ketidakpastian yang terdapat dalam perhitungan sisa pangan, karena ketidakpastian akan mempengaruhi interpretasi dari data yang dihasilkan dan kesimpulan yang ditarik dari data tersebut

Semua metode perhitungan sisa pangan pasti memiliki tingkat ketidakpastian. Ketidakpastian ini mencerminkan kemungkinan perbedaan dari estimasi sisa pangan hasil perhitungan dengan jumlah aktual sisa pangan yang diperoleh jika menggunakan proses perhitungan yang sempurna. Perbedaan keduanya bisa berasal dari ketidakpastian acak³² (misalnya dari proses sampling yang kurang representatif) dan bias (misalnya menggunakan metode perhitungan lewat catatan harian yang secara konsisten menilai sisa pangan lebih rendah dari kenyataannya)

Bab ini berisi pedoman cara menilai dan melaporkan ketidakpastian, yang fokus pada:

Melaporkan tingkat ketidakpastian

Mendeskripsikan ketidakpastian secara kualitatif

Menilai ketidakpastian secara kuantitatif

Pertimbangan saat melaporkan hasil perhitungan

3.3.1MELAPORKANTINGKAT KETIDAKPASTIAN

Melaporkan tingkat ketidakpastian dan sumber-sumber yang berkontribusi terhadap ketidakpastian tersebut dapat meningkatkan kredibilitas dari perhitungan

sisa pangan yang dilakukan, dan menentukan tingkat kepercayaan pengguna dalam membaca hasilnya. Hal ini juga membantu pihak yang berwenang untuk membuat keputusan yang tepat sesuai hasil perhitungan. Selain itu, mengidentifikasi dan mendokumentasikan sumber ketidakpastian akan membantu entitas meningkatkan kualitas perhitungan sisa pangan yang sedang dilakukan

Oleh sebab itu, penting untuk melaporkan deskripsi kualitatif atau penilaian kuantitatif dari ketidakpastian hasil perhitungan, dan jika memungkinkan melaporkan keduanya Jika diperlukan revisi perhitungan sisa pangan, entitas juga perlu menggambarkan upayaupaya yang telah dilakukan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian

Dengan kata lain, entitas wajib melaporkan ketidakpastian selengkap mungkin

3.3.2MENDESKRIPSIKAN KETIDAKPASTIANSECARA KUALITATIF

Deskripsi secara kualitatif dilakukan dengan menuliskan dan menggambarkan berbagai sumber ketidakpastian yang ditemui selama proses perhitungan Demikian juga dengan potensi dampak ketidakpastian tersebut wajib dicantumkan jika penilaian kuantitatif tidak tersedia

Terdapat berbagai jenis potensi sumber ketidakpastian yang digambarkan lewat contoh pada tabel 35, beserta langkahlangkah yang direkomendasikan untuk meminimalkan ketidakpastian tersebut

Entitas perlu mengidentifikasi sumber ketidakpastian sejak dari proses perencanaan perhitungan sisa pangan. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat daftar sumber ketidakpastian di awal proses, termasuk sumber ketidakpastian yang mungkin dianggap tidak signifikan.

Daftar ini lalu bisa terus diperbarui jika terdapat sumber baru yang teridentifikasi. Semakin awal potensi sumber ketidakpastian diketahui, maka entitas dapat semakin siap untuk mengambil langkah dalam mengurangi ketidakpastian tersebut.

Tabel3.5SumberPotensiKetidakpastiandanCarauntukMeminimalkannya

PotensiSumber Ketidakpastian

Kesalahan sistematis/bias (systematic errors)

Deskripsi

Potensisumberbiastermasuk:

Menggunakanmetodeperhitunganyang secarasistematisdankonsistenmenilaisisa panganlebihrendahataulebihtinggidari kenyataannya(misalnyajikamengandalkan respondenuntukmengingatjumlahsisa pangan)

Menggunakantimbanganyangbelum dikalibrasi

Tidakmencakupsemuaunitpenghasilsisa pangandalamperhitungan(misalnyatidak memasukkanritelskalakecilsaatmelakukan samplingseluruhriteldalampopulasi)

Tidakmencakupsemuasisapanganyang harusnyamasukcakupanperhitungan (misalnyatidakmemasukkanminumanyang dibuangdisaluranpembuangan)

OpsiuntukMeminimalisir Ketidakpastian

Pilihmetodeperhitungan dengantingkatakurasiyang lebihtinggi(misalnya penimbanganlangsung)

Cektampilandatainstrumen (dalamintervalyangtepat)

Pertimbangkansemuavariasi dalampopulasisecara saksama

Jikadiskrepansisulitdihindari, pertimbangkanmelakukan penyesuaiandengan mengestimasidiskrepansi tersebut.

Kesalahan metodologis (methodological errors)

Kesalahan pemrosesandata (data-processing errors)

Kesalahan prosedural maupun kuantitatif dapat terjadi selama proses perhitungan sisa pangan Sebagaicontoh:

Saatmelakukanscalinguphasilpengukuran ataupenaksiran.

Saat melakukan kalkulasi dalam pemodelan (misalnya menggunakan formula yang tidak tepat)

Saat proses penyortiran sisa pangan tidak dilakukan secara konsisten ketika melakukan analisiskomposisisampah

Kesalahanbisaterjadisaatmemasukkandata kedalamdatabaseatausalahmemasukkan kodebarang/produk

Menggunakanmetodedan faktoryangtepatsaat melakukanscalingupdata (lihatLampiranA)

Lakukanpengecekanulangdi setiaptahapkalkulasi Buatprosedurstandar (misalnyaprosedur penyortiransisapangandan pemantauannya)

Lakukanpengecekanulangsaat prosesinputdatadan pengecekandatabaseakhir

Tabel3.5SumberPotensiKetidakpastiandanCarauntukMeminimalkannya(Lanjutan)

PotensiSumber Ketidakpastian

Konversiunitlain keunitberat

Asumsi-asumsi

Deskripsi

Terdapatketidakpastianyangterjadisaatproses konversiunitlain(misalnyavolume)keunitberat

Jumlahunit penghasilsisa pangandalam sampel

Asumsi-asumsiterkadangharusdilakukandalam prosesperhitungansisapangan(misalnyaasumsi bahwaperubahanberatkarenapenguapansaat pemrosesanmakanandianggapdapatdiabaikan)

OpsiuntukMeminimalkan Ketidakpastian

Pilihmetodeperhitunganyang langsungmenghasilkanunitberat (dibandingmenggunakan penilaianvolumelaludikonversi menjadiberat)

Periksakembaliefekdariasumsi yangdigunakanpadahasil perhitungan(misalnyadengan melakukananalisissensitivitas) Analisissensitivitasmerupakan prosesmenyesuaikanparameter ataukombinasibeberapa parameter,untukmengecek sensitivitashasilterhadap perubahanparametertersebut Jikadampaknyakehasil perhitungancukupbesar, pertimbangkanopsimencari informasitambahanuntuk memperbaikiasumsiyang digunakan

Metodeyang digunakanuntuk memilihsampel (lihatLampiranA)

Terdapatketidakpastianyangterjadijikahanyaunit penghasilsisapangantertentuyangdipilihdalam perhitungan Jikaprosesseleksinyadilakukan secaraacak,makatingkatketidakpastiannyabisa dihitungsebagaiberikut:

Periksatingkatketidakpastianyang mungkindihasilkanakibatjumlah sampelunitpenghasilsisapangan, laluubahjumlahsampeltersebut Analisissepertiinibiasanya membutuhkanpengetahuanawal tentangvariasijumlahsisapangan yangdihasilkantiapunitpenghasil sisapangan,yangbisadiperoleh daristudipendahuluan

Secaraumum,semakinbanyak sampelunitpenghasilsisapangan, tingkatketidakpastianakan semakinberkurang Efekjumlah sampelyangtepatterhadap tingkatketidakpastiandijelaskan lebihdetaildiLampiranA

Metodepemilihansampelyangtidakdilakukan secaraacakdapatmenimbulkanbias Sebagai contoh,jikasampelyangdiambiladalahmayoritas ritelskalabesaryangmenghasilkantingkatsisa panganyangberbedadibandingritelskalakecil (jikadibandingkanmenggunakanfaktor normalisasi),haliniakanmenimbulkanbiaspada hasilperhitungan

Pertimbangkanuntuk menggunakanmetodesampling bertingkatdanpembobotandata untukmemastikansampeltersebut representatifdanmewakiliseluruh populasi

Tabel3.5SumberPotensiKetidakpastiandanCarauntukMeminimalkannya(Lanjutan)

PotensiSumber Ketidakpastian

Kekosongandata dariunitpenghasil sisapangan

Variasimusiman sisapangan

Deskripsi

Unitpenghasilsisapanganyangdijadikansampel mungkintidakdapatmenyediakanperhitungan sisapangankarenaberbagaialasan Kondisiini bisamenghasilkanbiasjikaunitpenghasilsisa panganyangmenyediakandatamemilikilevelsisa panganyangberbedadibandingunityangtidak menyediakandata

Jumlahsisapanganmungkinbervariasisepanjang tahun.Olehsebabitu,prosessamplingdarisisa panganmungkinberdampakterhadaphasilnya

OpsiuntukMeminimalkan Ketidakpastian

Tergantungdaridatayangbisa diperoleh,periksakembaliefekdari kekosongandatatersebut,dan lakukanpenyesuaian

Ketidakpastian daridatayang digunakandalam metodeberbasis inferensi

Ketidakpastian pemodelan

Tingkatketidakpastianperhitungansisapangan akandipengaruhiolehtingkatketidakpastiandari datayangdigunakan(misalnyadatainputdan outputsebuahprosesdalamperhitungan keseimbanganmassa)

Ketidakpastianpemodelantimbuldarikemampuan pemodelantersebutmerefleksikankeadaanyang sebenarnya Menyederhanakankeadaannyata dalambentukpemodelannumerikalselalu menyertakanketidakakuratan Dalambeberapa kasus,ketidakpastianpemodelanbisa diperhitungkan,meskipuntidakseluruhnya,lewat klasifikasiketidakpastianyangtelahdijelaskandi atas(misalnyaketidakpastianpadainputdatadan asumsi) Meskipundemikian,beberapaaspek ketidakpastianpemodelanmungkintidakterwakili olehklasifikasidiatassehinggasulituntukdihitung

Sesuaikanmetodesamplinguntuk mencegahbiasakibatefek musiman Sebagaicontoh,sisa panganyangdihasilkandibulan puasamungkinakanberbeda denganbulanlainnya Idealnya, sampelperhitungandilakukan sepanjangtahununtuk memastikandatayangdihasilkan merepresentasikanberbagai variasimusim.

Jikamemungkinkan,cariatau estimasitingkatketidakpastian daridatayangdigunakan,lalucek dampakketidakpastiannya terhadapsemuarangkaian perhitungan

Jikamemungkinkan,cariatau estimasitingkatketidakpastian daridatayangdigunakan

Datadaripihak lain

Tingkatketidakpastiandaridatayangdihasilkan daripihaklainmungkintidakdiketahui

Jikamemungkinkan,kontak “pemilik”datauntukmengecek tingkatketidakpastiandata tersebut.Caralainnyaadalah mengestimasitingkat ketidakpastianberdasarkandata yangserupa,ataudariukuran sampeldatatersebut

Jika entitas hendak membandingkan dan melaporkan tingkat ketidakpastian dari beberapa perhitungan sisa pangan tapi penilaian kuantitatifnya tidak tersedia, maka entitas boleh menggunakan pendekatan kualitatif Sebagai contoh, entitas bisa membuat sistem penilaian sederhana berdasarkan berbagai sumber ketidakpastian yang dijelaskan pada tabel di atas. Skala penilaian bisa dibuat dengan berbagai cara, tergantung pada kebutuhan dan prioritas entitas. Di bawah ini merupakan dua contoh:

1.Skalaberdasarkanestimasitingkat ketidakpastian (diurutkan dari yang terendah):

Data yang cukup akurat (± 0–10% estimasi tingkat ketidakpastian)

Data yang agak akurat (± 11–25% estimasi tingkat ketidakpastian) Ketidakpastian tinggi (>± 26% estimasi tingkat ketidakpastian)

2.Skalaberdasarkanmetode perhitunganyangdigunakandan upaya-upayayangdilakukanuntuk mengurangitingkatketidakpastian (diurutkan dari yang terendah):

Survei dengan ukuran sampel besar, melibatkan metode pengukuran langsung, serta dengan proses validasi dan peninjauan yang menyeluruh

Survei dengan ukuran sampel besar, melibatkan metode pengukuran langsung, dengan sebagian proses validasi, dan melakukan peninjauan

Survei dengan ukuran sampel besar, dan melibatkan metode pengukuran langsung

Survei dengan ukuran sampel besar. Survei dengan ukuran sampel yang relatif kecil.

Dalam contoh skala ke-2 di atas, tiga elemen dikombinasikan, yaitu ukuran sampel, ketersediaan elemen pengukuran langsung, dan tingkat keyakinan tentang kualitas hasil pengukuran. Tingkat ketidakpastian yang terkait dengan elemen ini adalah sebagai berikut:

Ukuran sampel (tinggi: sampel sedikit, rendah: sampel banyak).

Metode mengingat dibanding pengukuran langsung (tinggi: mengingat, rendah: pengukuran langsung)

Proses validasi dan peninjauan terhadap kualitas hasil perhitungan (tinggi: tanpa validasi/peninjauan, rendah: dengan validasi/peninjauan)

3.3.3PENILAIAN

KETIDAKPASTIANSECARA KUANTITATIF

Penilaian ketidakpastian secara kuantitatif bisa memberi gambaran yang lebih baik dibanding deskripsi kualitatif, serta dapat membantu entitas memprioritaskan upaya perbaikan terhadap aspek-aspek yang berkontribusi paling besar terhadap tingkat ketidakpastian Saat melaporkan penilaian ketidakpastian secara kuantitatif, perlu diingat:

Identifikasi ketidakpastian yang dikuantifikasi dan jelaskan alasan jika ada yang dikecualikan Tampilkan hasil perhitungan bersama rentang kepercayaan yang merefleksikan tingkat ketidakpastian yang bisa dikuantifikasi³³

Entitas dapat menjelaskan rentang kepercayaan untuk sumber-sumber ketidakpastian. Sebagai contoh, ketidakpastian pada proses sampling biasanya cukup mudah untuk dikuantifikasi. Rentang kepercayaan (hasil perhitungan ± X ton) bisa ditampilkan dengan beberapa tingkat kepercayaan (misalnya 95%, 99%) yang mengindikasikan tingkat akurasi.

Kebanyakan riset menggunakan 95% tingkat kepercayaan, yang mengindikasikan rentang di mana 95% hasil perhitungan akan tetap konsisten jika studi diulang dengan cara yang persis sama. Saat menghitung ketidakpastian, entitas perlu menjelaskan tingkat kepercayaan yang digunakan

Dalam beberapa kasus di mana dua hasil perhitungan dibandingkan (misalnya jumlah sisa pangan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi), hasilnya perlu disampaikan bersama rentang keyakinan dan/atau nilai-p³⁴ menggunakan metode perhitungan statistik.

Saat melaporkan perbandingan, tingkat kepercayaan dan/atau nilai-p tetap perlu dicantumkan, terlepas apakah standar tingkat kepercayaannya tercapai atau tidak Sebagai contoh, jika hasil perhitungan tidak memenuhi kriteria di mana nilai-p tidak melebihi 0,05 atau ekivalen dengan tingkat kepercayaan 95%, hasilnya tetap perlu dilaporkan supaya pembacanya dapat menggunakan data tersebut sesuai kebutuhan

Sebagai contoh, suatu entitas menghitung sisa pangan awal sebesar 500 ton dan 400 ton setelah dilakukan upaya pengurangan sisa pangan, dengan nilai-p perubahan ini sebesar 0,06 Karena perubahan jumlah sisa pangan merupakan aspek perhitungan yang paling penting, maka perubahan ini tetap perlu dilaporkan bersama dengan nilai-p dan panduan menginterpretasikan perubahan ini untuk pembacanya.

Beberapa pihak mungkin menganggap perubahan ini “tidak signifikan” karena gagal mencapai standar p≤0,05. Akan tetapi pembaca lain mungkin menggunakan standar yang lebih rendah dan hasil perhitungan ini tetap bermanfaat jika digabungkan dengan studi lainnya.

3.3.4PERTIMBANGANSAAT MELAPORKANHASIL PERHITUNGAN

Sebagai tambahan dari laporan teknis, entitas dapat mengomunikasikan hasil temuannya kepada audiens umum untuk meningkatkan partisipasi publik, advokasi kebijakan, atau tujuan lainnya

Sebagai rekomendasi, sebaiknya pihak yang bertanggung jawab untuk komunikasi publik berkonsultasi dengan pihak yang mengerti tentang tingkat ketidakpastian hasil perhitungan. Hal ini untuk memastikan bahwa komunikasi publik yang dilakukan didukung oleh hasil studi, referensi data yang digunakan dicantumkan secara tepat, dan hasil temuan disampaikan secara jelas.

Saat menyampaikan perubahan sisa pangan misalnya, rentang kepercayaan dan nilai-p perlu disampaikan. Sebagai contoh, jumlah sisa pangan yang dihasilkan di Provinsi A adalah 150kg/kapita/tahun (±30 kg/kapita/tahun) yang berarti 120–180 kg/kapita/tahun. Di Provinsi B, hasilnya 135 kg/kapita/tahun (±25 kg/kapita/tahun), atau 110–160 kg/orang/kapita. Karena hasilnya menunjukkan perbedaan yang relatif kecil di antara kedua provinsi, entitas perlu menyampaikan bahwa tidak ada perbedaan antara sisa pangan di kedua provinsi tersebut, meskipun terdapat sedikit perbedaan yaitu 15kg/kapita/tahun pada mediannya

3.4 KOORDINASI ANALISIS

BEBERAPA PERHITUNGAN SISA PANGAN

Bagian ini berisi pedoman untuk entitas yang akan menganalisis beberapa hasil perhitungan sisa pangan Terdapat dua alasan utama suatu entitas melakukannya: untuk menggabungkan perhitungan sisa pangan dari sejumlah entitas, atau untuk membandingkan perhitungan sisa pangan antar entitas Dalam metode baku ini, entitas yang memainkan peran penting ini disebut sebagai ‘entitas koordinator’

Bab ini fokus membahas: Tujuan dan kegiatan entitas koordinator. Menentukan cakupan dan metodologi pengolahan beberapa perhitungan Panduan khusus untuk koordinasi perhitungan pada tingkat pemerintahan

Entitas koordinator harus memberi perhatian khusus pada detail cakupan dan metodologi dari tiap perhitungan sisa pangan yang dianalisis Perbedaan antara cakupan dan metodologi pada tiap perhitungan sisa pangan akan berdampak pada kemampuan entitas koordinator dalam menggabungkan atau membandingkan hasilnya, lalu menarik kesimpulan yang akurat.

3.4.1TUJUANDANKEGIATAN ENTITASKOORDINATOR

Tujuan dari entitas koordinator (yang berpengaruh pada jenis kegiatan yang dilakukan) mungkin berbeda-beda Tabel di bawah mencantumkan beberapa contoh entitas koordinator, termasuk ilustrasi tujuan dan kegiatan yang terkait

Tabel3.6ContohEntitasKoordinatorSertaKegiatandanTujuanyangDilakukan

Entitas Koordinator

Jaringanritel

Satu perusahaan

Pemerintah nasional

Lembaga antarpemerintah

ContohKegiatandan KemungkinanTujuanAnalisisBeberapaHasilPerhitunganSisaPangan

Menjumlahkansisapangandariseluruhanggotaataucabangritel,sebagaibasisdata padatahundasar(tahunawalperhitungan)

Menjumlahkansisapangandaribeberapacabangperusahaan,untukmendapatkan nilaitotalsisapangandanmenetapkantargetpengurangansisapangan

Menjumlahkandatasisapangandarikeseluruhanprosesuntukmendapatkan gambaranmenyeluruhtentangsisapanganyangdihasilkan,agardapatmenentukan tindakanprioritas

Membandingkansisapanganyangdihasilkanantarcabangperusahaanuntuk keperluaninternal(misalnyauntukmengidentifikasicabangdenganperformansi palingbaikdanpalingburuk),sehinggadapatmembantukeputusandalam menentukanlokasiprioritaspengurangansisapangan

Mendapatkandatatotalsisapanganskalanasionaldariseluruhsektorritel,agar dapatmenentukantargetpengurangansisapangandanmenetapkanrencana pemantauannya.

Membandingkansisapangandarisektorriteluntukmendapatkangambaranutuh tentangperbedaansisapanganyangdihasilkanantarprovinsi,sehinggadapat menentukanprioritasintervensidanpengerahansumberdayayangpaling berdampak

Membandingkansisapanganantarnegarauntukmenilaikemajuanmasing-masing negaradalammengurangisisapangan,danmengidentifikasidinegaramanadan strategiapayangpalingberhasil

3.4.2MENENTUKANCAKUPAN

Metode baku perhitungan ini memungkinkan fleksibilitas bagi setiap entitas untuk memilih cakupan dan metode perhitungan yang dianggap paling sesuai Akan tetapi, entitas koordinator yang ingin membuat perbandingan hasil perhitungan sisa pangan antar entitas tidak dapat menarik kesimpulan yang akurat jika perhitungan tersebut didasarkan pada cakupan yang berbeda

Bahkan meskipun cakupan perhitungannya sama, entitas-entitas tersebut mungkin menggunakan metode dan asumsi perhitungan yang berbeda karena berbagai pertimbangan, seperti ketersediaan anggaran atau perbedaan tingkat akurasi yang dibutuhkan masingmasing entitas

Penggunaan metode atau asumsi perhitungan yang berbeda dapat mempengaruhi tingkat ketidakpastian dalam hasil perhitungan entitas, dan merupakan faktor lain yang dapat membatasi perbandingan antar entitas. 78

Dalam beberapa kasus, entitas koordinator mungkin mempunyai posisi untuk menginstruksikan entitas lain menyiapkan perhitungan sisa pangan, sekaligus menentukan sisa pangan apa yang akan diukur (cakupan perhitungan), serta bagaimana sisa pangan diukur (metode dan asumsi perhitungan).

Dalam hal ini, jika memungkinkan, entitas koordinator sebaiknya melakukan:

1.Mendiskusikankemungkinanuntuk melakukanperhitungansisapangan sesuaispesifikasiyangdiinginkan denganentitasyangakanmelakukan perhitungansisapangan. Jika entitas koordinator dapat mendiskusikan perencanaan dan persiapan perhitungan sisa pangan dengan entitas yang akan melaksanakannya sebelum perhitungan dilakukan, hal ini akan memastikan spesifikasi yang dibutuhkan dapat diikuti oleh setiap entitas pelaksana Akan sangat sulit untuk menyelaraskan cakupan dan metodologi perhitungan sisa pangan jika perhitungan telah selesai dilakukan

2.Mendokumentasikandenganjelas cakupan,metodeperhitungan,dan asumsiyangditentukan. Hal ini agar entitas yang melaksanakan perhitungan sisa pangan dapat merujuk kembali pada spesifikasi tertulis yang telah disepakati.

3.Mengikutsertakanmekanismeumpan balik. Entitas koordinator perlu mendorong entitas yang melakukan perhitungan sisa pangan untuk memberikan umpan balik (misalnya jika mereka membutuhkan rincian lebih lanjut tentang cakupan dan metode perhitungan), dan kemudian entitas koordinator harus memperbarui dokumentasinya.

Pedoman:MenentukanCakupan Perhitungan

Menentukan cakupan perhitungan berarti menentukan informasi yang dibutuhkan (berdasarkan komponen-komponen yang telah disebutkan di Bab 2), dan menyampaikannya kepada entitas yang sedang mengembangkan perhitungan sisa pangan. Komponen ini termasuk:

JangkaWaktu: Jangka waktu perhitungan sisa pangan.

JenisMaterial: Jenis material yang akan dihitung (bagian yang dapat dimakan, bagian yang tidak dapat dimakan, atau keduanya)

Penanganan: Jenis penanganan (dari 11 penanganan) sisa pangan yang harus dimasukkan (atau dikecualikan) dalam perhitungan sisa pangan

Batasan: Kategori makanan yang dimasukkan atau dikecualikan, lifecycle stage yang perlu dimasukkan, batasan geografis yang relevan, dan unit organisasi yang dimasukkan dalam perhitungan

IsuTerkait: Konfirmasi bahwa berat material non-sisa pangan (misalnya kemasan) perlu dikeluarkan dari perhitungan, dan berat sisa pangan yang dilaporkan mencerminkan keadaan sisa pangan sebelum diproses (misalnya sebelum kadar air ditambahkan atau dihilangkan).

StatusMaterial: Penjelasan tentang kondisi material ketika berada dalam penanganan, apakah layak konsumsi, tidak layak konsumsi, atau tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi.

Pengaruh tujuan perhitungan terhadap cakupan yang dipilih dalam perhitungan sisa pangan dijelaskan pada Bab 2.7. Entitas koordinator harus mendefinisikan dan menjelaskan spesifikasi cakupan dengan rinci agar entitas lain dapat melakukan perhitungan dan pelaporan sisa pangan mereka secara konsisten. Misalnya, jika cakupan yang ditentukan adalah mengecualikan bagian yang tidak dapat dimakan, maka entitas koordinator perlu mendefinisikan material apa yang dianggap sebagai “bagian yang tidak dapat dimakan” dengan rinci, sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi entitas yang melakukan perhitungan sisa pangan Ini berarti entitas koordinator perlu mempertimbangkan konteks budaya yang berkaitan, untuk menentukan apa yang dianggap sebagai bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan

Pedoman:MenentukanMetode danAsumsiPerhitungan

Selain menentukan cakupan sisa pangan yang akan dihitung, entitas koordinator juga harus memberikan pedoman metode perhitungan sisa pangan pada entitas lainnya.

Misalnya, entitas koordinator dapat meminta agar entitas pelapor melakukan sampling dengan saksama, jika dari data tersebut akan dilakukan scaling up (misalnya, sebuah perusahaan ritel harus melaporkan lebih dari satu cabang dari 20 cabang yang ada, dengan asumsi terdapat variabilitas di setiap pengoperasiannya)

Entitas koordinator juga dapat memberikan instruksi lebih rinci mengenai sektor tertentu, termasuk misalnya dalam kondisi seperti apa data sisa pangan dari satu perhitungan dapat digunakan untuk perhitungan lainnya (misalnya jika operasional gerai ritel dianggap cukup mirip, maka hasil perhitungan dari satu gerai dapat discale up ke seluruh gerai ritel).

Jika entitas koordinator hendak menggabungkan sisa pangan yang dihasilkan dari berbagai tahap dalam sektor ritel, lihat kembali Bab 3.2.4 untuk pedoman terkait metode perhitungan.

Tabel di bawah merangkum sejumlah aspek perhitungan yang dapat ditentukan oleh entitas koordinator.

Tabel3.7AspekPerhitunganyangDapatDitentukanEntitasKoordinator

Aspek Perhitungan

Metode perhitungan

Proses sampling(jika berlaku)

Satumetodekhususyangharusdigunakandalamsemualaporanperhitungansisa pangan padaprogramtertentu Misalnyaentitaskoordinator(pemerintahnasional) yangsedangmenyusunperhitungansisapangandisektorritelinginmenggunakan metodepenimbanganlangsungsaja

Metodeyangbolehdisesuaikan(dalambatastertentu)dalamsituasiyangberbeda Misalnyapemerintahprovinsidapatmenentukansatumetodeperhitunganuntukritel skala besar,dansatumetodelainuntukritelskalakecil

Ukuransampel

Metodepengambilansampel(misalnyasamplingacakatausamplingkuota).Dalam kasussamplingkuota,entitaskoordinatorperlumenentukancaramemperkecilbias perhitungan

Apakahpengelompokansampeldiperlukan,danrincianpengelompokantersebut Durasipengambilansampel(misalnyapengukuransisapanganselamaseminggu) Waktupengambilansampelselamajangkawaktuyangditentukan(misalnya, seminggusekaliselamatigabulan) Panduanyangberkaitandenganmetode samplingtersediadiLampiranA).

Rincian metodologi lainnya

Tergantungmetodeyangdigunakan,rincianmetodologilainnyatermasuk:

Faktorkonversispesifikyangdigunakan(misalnya,faktormassajenissaatmengubah satuanvolumemenjadisatuanberat),atausumberfaktorkonversispesifik(misalnya daristuditertentu).

Carainformasidisajikanterhadapaudiensyangdiinginkan(misalnyajumlahsisa panganperpengunjungatauperm²luasritel).

Untukanalisiskomposisisampah,ukuranjaringyangdigunakanuntukmemisahkan sampahberukuranbesardenganyangkecil

Kapandapatmenggunakandatayangtersedia(misalnyadatadariperusahaan pengelolaanlimbah),danbatasankualitassepertiapayangdigunakanuntuk memasukkandatatertentu

Tingkatkepercayaanyangdiinginkan(lihatBab33)

HalyangDapatDitentukan

3.4.3PEDOMAN:KOORDINASI PERHITUNGANSISAPANGAN

PADATINGKATPEMERINTAHAN

Pemerintah di semua tingkatan (nasional, provinsi, atau kota) dapat menyiapkan perhitungan sisa pangan untuk menentukan tingkat sisa pangan dalam wilayah yurisdiksi mereka Dari informasi ini, pemerintah dapat merancang strategi pengurangan sisa pangan, memantau jumlah sisa pangan dari waktu ke waktu, membandingkan jumlah sisa pangan dengan pemerintah lainnya, hingga berbagi pengetahuan tentang strategi pencegahan dan manajemen sisa pangan yang efektif. Bagian ini berisi panduan menyiapkan dan melakukan koordinasi perhitungan sisa pangan tingkat pemerintahan dengan menggunakan data dari berbagai sektor³⁵ .

MenentukanCakupan

PerhitunganTingkat

Pemerintahan

Perhitungan di tingkat pemerintahan, seperti perhitungan lainnya, dimulai dengan identifikasi tujuan dan selanjutnya mengembangkan cakupan perhitungan. Kotak 3.1 memberikan contoh cakupan perhitungan sisa pangan yang dilakukan oleh pemerintah nasional.

MelakukanPerhitunganTingkat

Pemerintahan

Segala jenis otoritas pemerintahan, harus mengikuti lima langkah pengumpulan data sisa pangan dari berbagai sektor ekonomi (misalnya, ritel modern dan ritel tradisional)³⁶ . Jika perhitungan akan dilakukan kembali dari waktu ke waktu, maka metodologi perhitungan sisa pangan ini dapat ditinjau ulang agar lebih akurat, efisien, atau berbiaya rendah.

Menentukan cakupan perhitungan pada setiap sektor;

1. Menyusun rencana kerja; 2. Mengidentifikasi dan meninjau data yang telah tersedia; 3. Memilih metodologi perhitungan; 4. Melakukan perhitungan, baik dengan menggunakan data yang tersedia atau melakukan perhitungan baru.

5. 1. Menentukan cakupan perhitungan

Otoritas pemerintah harus mendefinisikan dengan jelas sektor yang masuk dalam perhitungan. Cakupan ini bisa ditetapkan oleh pemerintah itu sendiri, maupun oleh sub-kontraktor yang melakukan perhitungan atas nama pemerintah (dalam konteks ini akan disebut sebagai “pemerintah”).

Jika perhitungannya bertujuan untuk mengetahui jumlah susut dan sisa pangan yang masuk ke TPA misalnya, semua sektor penghasil susut dan sisa pangan dalam seluruh tahapan rantai pasok pangan akan diikutsertakan Jika pemerintah bertujuan untuk mengetahui sisa pangan yang terjadi pada ritel, maka hanya sektor ritel saja yang dihitung Jika pemerintah hendak memantau perkembangan susut dan sisa pangan untuk mencapai SDGs target 123, maka semua sektor, mulai dari produksi hingga rumah tangga perlu dimasukkan dalam perhitungan

Pemerintah juga harus menjelaskan detail pada masing-masing sektor Misalnya jika pemerintah hendak melakukan perhitungan sisa pangan dari sektor ritel, maka harus dijelaskan ritel seperti apa yang dimasukkan dalam perhitungan (misalnya ritel dengan spesifikasi luas tertentu).

Berikut contoh cakupan perhitungan yang dibutuhkan oleh pemerintah nasional (sebagai entitas koordinator) untuk setiap entitas yang melaporkan sisa pangan Sebagai tambahan, instruksi lebih rinci dan spesifik bisa ditambahkan sesuai kebutuhan

JangkaWaktu: Data sisa pangan ritel selama 1 tahun.

JenisMaterial: Hitung kedua jenis material, bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan. etode baku ini menyarankan perhitungan bagian yang dapat dimakan dilakukan terpisah dari bagian yang tidak dapat dimakan, jika memungkinkan. Hal ini agar setiap jenis material dapat dianalisis oleh pemerintah nasional (saat ini atau di masa yang akan datang).

Penanganan: Laporkan penanganan yang relevan (pilih dari 11 kategori penanganan, dan laporkan secara terpisah jika memungkinkan).

Pemerintah nasional yang berupaya memaksimalkan ketersediaan pangan dan efisiensi sumber daya bisa memilih keseluruhan 11 kategori penanganan. Namun jika misalnya pemerintah hanya fokus pada pengurangan bahan organik yang dibuang ke TPA, insinerasi, dan saluran pembuangan; pemerintah boleh meminta entitas hanya melaporkan ketiga penanganan tersebut.

Batasan:

Kategori makanan: Semua kategori makanan Minuman mungkin sulit untuk dihitung, sehingga pemerintah mungkin perlu membuat panduan tambahan mengenai metode perhitungan minuman

Lifecycle stage: Semua sektor ritel

Geografi: Seluruh wilayah negara

Organisasi: Semua unit penghasil sisa pangan Batasan organisasi harus mewakili total sisa pangan setiap entitas Jika terdapat unit tertentu yang tidak dihitung, maka hal tersebut harus dijelaskan Misalnya, jika pemerintah tidak menghitung sisa pangan yang dihasilkan oleh ritel tradisional, maka pengecualian ini perlu dinyatakan dengan jelas

IsuTerkait: Konfirmasi bahwa berat material non-sisa pangan (misalnya kardus, krat kayu) perlu dikeluarkan dari perhitungan, dan berat sisa pangan yang dilaporkan mencerminkan keadaan sisa pangan sebelum diproses (misalnya sebelum kadar air ditambahkan atau dihilangkan)

StatusMaterial: Penjelasan tentang kondisi material ketika berada dalam penanganan, apakah layak konsumsi, tidak layak konsumsi, atau tidak umum dikonsumsi tapi layak konsumsi. Kotak3.1IlustrasiContohCakupanPerhitunganSisaPangandiTingkatNasional

Untuk setiap sektor, pemerintah perlu menjalin hubungan dengan pihak kunci, organisasi, atau perusahaan di sektor tersebut. Para pihak ini akan menjadi sumber data yang penting dalam menyelesaikan perhitungan.

2. Menyusun rencana kerja

Dalam perkembangannya, pemerintah akan melakukan dan memantau berbagai hal, mengingat banyaknya koordinasi dengan organisasi eksternal. Oleh karena itu, penting untuk menyusun rencana kerja agar pemerintah dapat mengantisipasi jumlah pekerjaan dan sumber daya yang akan dikerahkan.

Agar berjalan lancar, rencana kerja harus memuat unsur-unsur berikut:

Daftar rencana kegiatan yang selaras dengan lima langkah yang diuraikan di atas;

Daftar kontak pihak kunci, organisasi, dan perusahaan dalam setiap sektor yang perlu dihubungi;

Daftar informasi yang diperlukan dari masing-masing pihak kunci, organisasi, dan perusahaan dalam setiap sektor (misalnya data sisa pangan yang tersedia, data pengelolaan sampah) secara spesifik; Perkiraan sumber daya yang dibutuhkan (misalnya jumlah personel dan anggaran);

Jangka waktu penyelesaian setiap langkah; dan Individu yang bertanggung jawab dalam setiap proses

Rencana kerja ini akan membantu proses perhitungan tidak berlarut-larut atau terhenti di tengah jalan

3 Mengidentifikasi dan meninjau data yang telah tersedia

Di beberapa sektor mungkin sudah tersedia studi atau data yang memenuhi tujuan perhitungan pemerintah Seperti yang dijelaskan di Bab 311, hal pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menentukan apakah cakupan dari data yang ada cocok dengan cakupan perhitungan sisa pangan yang sedang dipersiapkan; yaitu kesamaan jangka waktu, jenis material, penanganan, dan batasannya Selanjutnya, pemerintah perlu menentukan apakah data tersebut cukup dapat diandalkan untuk digunakan dengan menilai tingkat ketidakpastiannya.

4. Memilih metodologi perhitungan

Setelah meninjau data yang tersedia, pemerintah dapat memutuskan jika data tersebut bisa digunakan atau diperlukan pengambilan data baru pada sektor yang ditentukan Pemerintah harus membuat beberapa keputusan jika memilih untuk mengumpulkan data baru Bab 31 menjabarkan beberapa keputusan yang berkaitan dengan beberapa hal, seperti sumber daya yang tersedia, akses langsung terhadap sisa pangan, keterbatasan waktu, dan sebagainya. Khusus pada pemerintah, perlu diputuskan juga pihak yang akan melakukan perhitungan sisa pangan, yaitu oleh pemerintah sendiri (atau kontraktornya) atau oleh organisasi dan perusahaan pelaku di sektor yang ditentukan.

Kelebihan dari perhitungan yang dilakukan sendiri oleh pemerintah adalah metodologi perhitungan yang konsisten Akan tetapi kekurangannya adalah kemungkinan pemerintah tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang suatu sektor dibanding pihak-pihak yang benar-benar bekerja di sektor tersebut, sehingga beberapa aspek berpotensi luput dari perhitungan Selain itu, pihakpihak di sektor tersebut mungkin enggan membuka data karena memiliki kekhawatiran terkait kerahasiaan Kekurangan ini dapat diatasi dengan menggunakan sub-kontraktor yang memiliki pengetahuan spesifik mengenai sektor tersebut dan bersifat independen.

Jika pemerintah memilih untuk mendelegasikan perhitungan pada pihak-pihak dalam sektor yang diteliti, maka pemerintah harus memastikan bahwa pihak tersebut memiliki sumber daya (keuangan dan tenaga kerja) yang diperlukan untuk pengumpulan data. Pemerintah juga perlu menyediakan panduan tentang metode perhitungan dengan tingkat akurasi yang memadai. Informasi tambahan tentang pemilihan metode perhitungan tersedia di Bab 3.1

5. Melakukan perhitungan, baik dengan menggunakan data yang tersedia atau melakukan perhitungan baru

Berikut beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika melakukan perhitungan sisa pangan di tingkat pemerintahan

SamplingdanScalingUpData

Secara umum, kecil kemungkinan untuk dapat menghitung satu-persatu sisa pangan yang dihasilkan tiap lokasi dalam suatu sektor Pemerintah atau sektor yang melakukan perhitungan dapat menggunakan teknik sampling dan scaling up untuk memperkirakan jumlah sisa pangan pada suatu sektor Informasi tambahan mengenai proses sampling dan scaling up tersedia pada Lampiran A

Pelaporandata

Tabel 313 mencantumkan informasi yang perlu disertakan dalam laporan perhitungan sisa pangan Jika memungkinkan, masing-masing sektor yang dihitung memiliki perhitungan tersendiri, agar perubahan jumlah sisa pangan dapat dipantau seiring waktu.

Koordinasidankombinasidata sektoral

Setelah data tiap sektor tersedia, pemerintah dapat menggabungkan data-data tersebut menjadi satu perhitungan agregat yang menyeluruh. Pada tahap ini, penting untuk memeriksa kembali cakupan perhitungan di tiap sektor, untuk memastikan bahwa masing-masing memiliki cakupan yang identik sehingga dapat digabungkan. Jika terdapat perbedaan cakupan, maka perbedaan-perbedaan tersebut harus dilaporkan dengan jelas dalam laporan perhitungan akhir Sebagai contoh, penelitian nasional yang melaporkan sisa pangan yang dihasilkan oleh sektor rumah tangga, perhotelan dan layanan makanan, manufaktur makanan, dan ritel secara tahunan adalah Estimates of Food and Packaging Waste in the UK Grocery Retail and Hospitality Supply Chains (2013)

Kotak di bawah menyediakan contoh perhitungan sisa pangan dari ritel di tingkat pemerintah provinsi yang disederhanakan.

Kotak 3.2 Ilustrasi Contoh Perhitungan Sisa Pangan dari Ritel Oleh Pemerintah Provinsi

Pemerintah di suatu provinsi hendak melakukan studi perhitungan sisa pangan yang dihasilkan oleh dua jenis ritel, yaitu ritel modern dan ritel tradisional

Tujuannya adalah untuk memahami berapa banyak sisa pangan yang dibuang ke TPA dan berapa banyak yang berakhir dengan penanganan pengomposan.

Cakupannya adalah:

Jangkawaktu: 1 tahun

Jenismaterial: Bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan

Penanganan: TPA dan pengomposan

Batasan:

Kategori makanan: Semua jenis makanan

Lifecycle stage: Tahap ritel

Geografi: dalam wilayah provinsi

Organisasi: Semua ritel modern dan tradisional

Setelah cakupan perhitungan sisa pangan ditetapkan, pemerintah provinsi perlu mulai memetakan ritel modern dan tradisional. Dalam contoh ini, pemerintah dapat mengidentifikasi beberapa ritel yang dianggap representatif sebagai sampel dan meminta mereka untuk berpartisipasi dalam studi Pemerintah dapat menunjuk suatu badan riset untuk melakukan perhitungan, atau juga dapat memberikan cakupan dan metode perhitungan kepada ritel tersebut yang akan melakukan perhitungan sisa pangan secara mandiri Penetapan cakupan dan metode perhitungan yang sama akan membuat hasil perhitungan sisa pangan dapat dibandingkan

Ritel yang menjadi sampel kemudian dapat melakukan perhitungan masingmasing dengan dukungan teknis dari pemerintah bila diperlukan Hasilnya lalu akan di-scale up oleh periset agar dapat mewakili keseluruhan populasi Contoh hasil perhitungan tersebut ditunjukkan tabel di bawah ini

Kotak3.2IlustrasiContohPerhitunganSisaPangandariRitelOlehPemerintah Provinsi(Lanjutan)

HasilContohPerhitunganSisaPanganTingkatProvinsi(dalamton)

Bagianyangdapat dimakandanbagian yangtidakdapat dimakan

Ritel Sisa Pangan

Tradisional

Bagianyangdapat dimakan

Bagianyangtidak dapatdimakan

Dalamcontohyangdisederhanakanini,pemerintahprovinsidapatmengambil kesimpulanbahwaritelmodernmenghasilkansisapanganhampirduakalilipatdarisisa panganyangdihasilkanolehriteltradisional,dansebagianbesarsisapanganyang dihasilkanolehriteltersebutdibuangkeTPAPemahamaninikemudiandapatmenjadi bahanpengambilankeputusanjikasisapanganpadakeduajenisritelinidapat dikurangi,diselamatkan,ataudialihkanpenanganannya

3.5 MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB SISA PANGAN

Jika memungkinkan, entitas yang melakukan perhitungan sisa pangan sebaiknya juga mengidentifikasi penyebab dan pemicu sisa pangan yang dihasilkan. Dalam metode baku ini, “penyebab” didefinisikan sebagai alasan langsung terjadinya sisa pangan, sementara “pemicu” didefinisikan sebagai faktor yang mendasari munculnya “penyebab”

Mengidentifikasi penyebab dan pemicu sisa pangan tidak diwajibkan, tapi sangat direkomendasikan. Informasi penyebab dan pemicu sisa pangan dapat membantu entitas memahami hal-hal apa yang mendasari timbulnya sisa pangan, agar dapat merancang strategi pencegahan dan pengurangan sisa pangan.

Sebagai contoh, suatu pemerintah kota menemukan fakta bahwa terdapat jumlah sisa pangan yang signifikan di sektor ritel di kota tersebut Tanpa informasi tentang penyebabnya, pemerintah kota akan kesulitan merancang kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut

3.5.1MENGIDENTIFIKASI PENYEBABSISAPANGAN

Dalam beberapa situasi, entitas mungkin hanya bisa mengidentifikasi penyebab langsung terjadinya sisa pangan saat melakukan perhitungan, karena pemicunya mungkin belum jelas terlihat. Oleh sebab itu, mengidentifikasi penyebab harus diprioritaskan saat melaporkan alasan terjadinya sisa pangan.

Dalam beberapa kasus, bisa saja muncul beberapa penyebab, sehingga semua penyebab tersebut harus dilaporkan. Tabel di bawah menyediakan contoh beberapa penyebab sisa pangan sebagai referensi.

3.5.2MENGIDENTIFIKASIPEMICU SISAPANGAN

Pemicu sering kali ditentukan oleh konteks operasional entitas. Sebagai contoh, jika sebuah ritel menemukan bahwa terdapat jumlah makanan yang mudah rusak (perishable) yang terbuang secara signifikan selama seminggu, maka ritel tersebut dapat mengidentifikasi kurang tepatnya perencanaan permintaan pasokan sebagai pemicunya. Atau jika ritel menemukan bahwa sering terdapat makanan kemasan yang rusak atau penyok saat handling di gudang, maka ritel tersebut dapat mengidentifikasi adanya kebutuhan perbaikan SOP handling makanan kemasan sebagai pemicunya

Dibanding penyebab, pemicu mungkin tidak langsung teridentifikasi oleh entitas

Tidak semua entitas juga dapat menemukan pemicu dari sisa pangan yang dihasilkan Akan tetapi, entitas yang dapat mengidentifikasi pemicu akan lebih siap untuk merancang strategi pencegahan dan pengurangan sisa pangan

Tabel di bawah menyediakan contoh beberapa penyebab dan pemicu sisa pangan pada ritel sebagai referensi Beberapa contoh tersebut merupakan hasil temuan dari implementasi perhitungan sisa pangan di salah satu ritel di Indonesia

Tabel3.8ContohPenyebabdanPemicuSisaPanganpadaSektorRitel

Produkperishablefoodyang rusak/cacat/tidakterjual

Produkmakanankemasan yangrusak/cacat

Produkmakanankemasan yangkedaluwarsa

Standarkualitasbentukdanukuranyangcukuptinggi Kurangnyaprogrampengolahanperishablefoodmenjadiproduk turunan

Faktorestimasipenjualanyangkurangkurangakurat Dansebagainya

Faktorhumanerrordaripegawairitelsaathandlingprodukmakanan kemasan

Faktorseranganhamadiruangpenyimpanan.

Faktorperilakukonsumensaatmemilihprodukdirakpajangan Dansebagainya.

Faktorestimasipenjualanyangkurangkurangakurat.

FaktorStandardOperatingProcedure(SOP)internalyangditerapkan

Kurangnyaprograminovatifuntukmendorongpenjualansebelum masakedaluwarsa

Dansebagainya

3.5.3CARAMELAPORKAN PENYEBABDANPEMICU

Dalam pelaporan, entitas perlu memasangkan penyebab dengan pemicunya untuk tiap jenis dan jumlah sisa pangan

Tabel di bawah merupakan contoh cara sebuah ritel melaporkan penyebab dan pemicu sisa pangan dalam perhitungannya Bisa dilihat pada contoh produk sarden, terdapat 30 kg sarden yang menjadi sisa pangan karena kedaluwarsa, yang disinyalir karena kurangnya program inovatif untuk mendorong penjualan sebelum masa kedaluwarsa

Informasi detail seperti ini akan memudahkan entitas menyusun strategi pencegahan atau pengurangan sisa pangan di masa yang akan datang, misalnya dengan menggelar promo atau memberikan diskon kepada produk yang mendekati masa kedaluwarsa.

Entitas perlu menyertakan informasi selengkap mungkin dalam pelaporan perhitungan sisa pangan yang dibuat. Jika penyebab atau pemicu sisa pangan tidak diketahui, hal tersebut juga sebaiknya dijelaskan dalam laporan. Pedoman lebih lengkap dalam pelaporan dapat dilihat pada Bab 3.7.

Tabel3.9ContohPelaporanPenyebabdanPemicuSisaPangan

Kategori

Sisa Pangan Jumlah(kg) Penyebab Pemicu

Apel 50kg

Tidakterjual

Beras 100kg

Sarden 30kg

Makanankemasan rusak/cacatdiruang penyimpanan

Produkkedaluwarsa

Faktorestimasipenjualan yangkurangkurang akurat.

Faktorseranganhamadi ruangpenyimpanan

Kurangnyaprogram inovatifuntukmendorong penjualansebelummasa kedaluwarsa

3.6 PENINJAUAN HASIL

IIW.PERHITUNGAN

Peninjauan hasil perhitungan bisa berupa tinjauan sejawat, verifikasi, validasi, tinjauan kualitas, kontrol kualitas, atau audit Proses peninjauan bisa membantu entitas memastikan bahwa perhitungan sisa pangan yang dibuat telah akurat, sesuai dengan metode baku perhitungan, transparan, relevan, dan tanpa kesalahan penyajian. Proses peninjauan bisa dilakukan oleh entitas itu sendiri atau oleh pihak eksternal Peninjauan sebaiknya dilakukan sebelum pelaporan hasil perhitungan

Meskipun proses peninjauan sifatnya tidak wajib dilakukan, mendapatkan jaminan perhitungan memiliki manfaat sebagai berikut:

Meningkatkan kredibilitas informasi yang disajikan, yang akan menjadi basis dari penyusunan target serta strategi pengurangan sisa pangan

Memperbaiki praktik perhitungan dan pelaporan entitas (terkait metodologi, pengumpulan data, perhitungan hasil, dan sebagainya)

Meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan terhadap hasil perhitungan yang dilaporkan

Dokumentasi dari metode perhitungan sisa pangan secara komprehensif dan seksama merupakan langkah penting untuk mempersiapkan proses peninjauan. Hasil proses peninjauan adalah ‘pernyataan peninjauan’, yang mencakup:

Jika peninjuan dilakukan oleh entitas itu sendiri (pihak pertama) atau oleh pihak eksternal (pihak ketiga); Opini hasil peninjauan; Ringkasan proses peninjauan; Kompetensi yang relevan dari pihak yang melakukan peninjauan; Penjelasan jika terdapat potensi konflik kepentingan

3.6.1 ISTILAHKUNCIDALAM PENINJAUAN

Dalam proses peninjauan, terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan berbagai proses yang dilakukan Di bawah ini adalah definisi beberapa istilah yang mungkin ditemui:

Jika dilakukan peninjauan hasil perhitungan (bisa berupa tinjauan sejawat, verifikasi, validasi, tinjauan kualitas, kontrol kualitas, atau audit), tuliskan pernyataan peninjauan.

Istilah Penjelasan

Pernyataan(assertion)

Subyekpeninjauan(subject matter)

Kriteriapeninjauan

Bukti

Standarpeninjauan

Pernyataan peninjauan

Pernyataanolehentitastentanghasilperhitungansisapangan,yang diberikankepadapeninjau.

Hasilperhitungansisapangandaninformasipendukungyang dimasukkankedalamlaporanperhitungan Jenistinjauanyang dilakukanakanmenentukansubyekapayangakanditinjau

Tolakukuryangdigunakanuntukmengevaluasihasilperhitungan Kriteriapeninjauantermasukpersyaratanstandar,pilihanmetode, kualitasdatadantingkatketidakpastian,sertahallainnyayang dianggapperluuntukpelaporanpublik

Sumberdatadandokumentasiyangdigunakandalamperhitungansisa pangan Bukti-buktiyangdiberikanharuscukupjumlahnyadan berkualitas

Standaryangdigunakanolehpeninjau,yangberisikanmetodeproses peninjauan

Hasilpeninjauandariperhitungansisapangan Jikapihakpeninjau memutuskanbahwakesimpulantidakbisadibuat,makapernyataan peninjauanharusmenyertakanalasannya

3.6.2PROSESPENINJAUAN

HubunganAntarpihakdalam

ProsesPeninjauan

Terdapat tiga pihak yang terlibat dalam proses peninjauan: entitas yang membutuhkan peninjauan, pemangku kepentingan yang akan menggunakan laporan perhitungan sisa pangan, dan peninjau.

Entitas yang melakukan peninjauannya sendiri disebut peninjauan pihak pertama, sedangkan jika dilakukan oleh pihak eksternal disebut peninjauan pihak ketiga (Tabel 3.11). Entitas harus memilih peninjau yang independen dan tidak memiliki konflik kepentingan dengan proses perhitungan dan pelaporan sisa pangan tersebut.

Tabel3.11JenisPeninjauan

JenisPeninjauan Deskripsi

PeninjauanPihak

Pertama

PeninjauanPihak

Ketiga

Peninjauberasaldariinternalentitas yangmelakukanpelaporansisapangan, tapiindependenterhadapproses perhitungantersebut.

Peninjauberasaldariorganisasi eksternalyangindependendarientitas yangmelakukanpelaporansisapangan.

Bagi pemangku kepentingan yang berasal dari eksternal, peninjauan pihak ketiga dapat meningkatkan kredibilitas dari perhitungan yang dilakukan Akan tetapi, peninjauan pihak pertama pun dapat cukup kredibel dan bisa dijadikan peninjauan pendahuluan sebelum melanjutkan ke peninjauan pihak ketiga

Secara umum, peninjauan yang dilakukan pihak ketiga memberi tingkat objektivitas dan independensi yang lebih tinggi Beberapa hal yang mungkin mengganggu independensi adalah konflik finansial serta konflik kepentingan lainnya antara entitas yang membutuhkan peninjauan dengan pihak peninjau Potensi konflik ini perlu diidentifikasi di bagian awal proses peninjauan Entitas yang melakukan peninjauan pihak pertama khususnya, harus melaporkan bagaimana konflik kepentingan ini dihindari selama proses peninjauan.

KompetensiPeninjau

Peninjau perhitungan sisa pangan harus memiliki karakteristik berikut:

MekanismeIndependensi

Peninjautidakmemilikihubungan kerjalangsungdenganorangorangyangterlibatmelakukan perhitungansisapangan,dan sebaliknya

Peninjaudanentitasbukan merupakanbagiandariorganisasi yangsama.

Memiliki keahlian dan berpengalaman dalam melakukan peninjauan.

Memiliki pengetahuan dan pengalaman melakukan perhitungan susut dan sisa pangan dan/atau metodologi terkait

Memiliki kemampuan untuk menilai besarnya potensi kesalahan, kelalaian, dan penyajian yang keliru

Memiliki kredibilitas, independensi, dan skeptisisme profesional untuk mempertanyakan data dan informasi

ProsesPeninjauan

Proses peninjauan, baik jika dilakukan oleh pihak pertama atau ketiga terdiri dari beberapa langkah, yaitu: Perencanaan dan penentuan cakupan Memahami metodologi perhitungan, sumber data yang digunakan, dan proses perhitungan (termasuk asumsi-asumsi yang digunakan)

Melakukan proses peninjauan (misalnya pengumpulan bukti-bukti, melakukan analisis)

Mengevaluasi hasil

Menentukan dan melaporkan kesimpulan

Sifat dan cakupan proses peninjauan bisa bervariasi, tergantung apakah peninjauan tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan jaminan perhitungan wajar atau terbatas. Jaminan perhitungan wajar (reasonable assurance) merupakan tingkat peninjauan yang paling tinggi. Jaminan perhitungan mutlak (absolute assurance) tidak pernah diberikan sebab selalu ada ketidakpastian dalam suatu proses perhitungan. Proses pengumpulan buktibukti lebih ketat pada jaminan perhitungan wajar dibanding jaminan perhitungan terbatas (limited assurance)

WaktuPeninjauan

Proses peninjauan dilakukan sebelum laporan hasil perhitungan sisa pangan dirilis ke publik. Hal ini memungkinkan kesalahan penyajian untuk direvisi sebelum opini hasil peninjauan (atau opini setelah laporan direvisi) dirilis Oleh sebab itu, proses peninjauan harusnya dimulai dalam kurun waktu yang cukup sebelum penerbitan hasil perhitungan, sehingga hasil tinjauan dapat digunakan sebagai bahan perbaikan

Entitas yang melakukan laporan perhitungan bahkan juga bisa memilih untuk mulai melakukan peninjauan ketika rencana metodologi dikembangkan, sehingga saran perbaikan dari peninjau bisa segera dijalankan sebelum perhitungan lapangan dilakukan Pendekatan ini memiliki manfaat jika dibanding memulai peninjauan sebelum pelaporan, karena masalah-masalah metodologi perhitungan yang teridentifikasi di tahap pelaporan biasanya akan sulit untuk diperbaiki lagi.

Peninjauan di tahap penyusunan metodologi juga membuat pihak yang melakukan perhitungan mempertimbangkan kembali semua aspek metodologi yang dipilih dan efeknya terhadap hasil perhitungan. Karena peninjau harusnya memiliki keahlian di metode perhitungan yang relevan, pengalaman ini bisa membantu menguatkan metode yang digunakan, dan membantu meningkatkan kredibilitas hasil akhir perhitungan.

Durasi waktu yang dibutuhkan untuk proses peninjauan akan ditentukan oleh kompleksitas perhitungan dan tingkat jaminan perhitungan yang dibutuhkan

Proses peninjauan bisa membantu entitas memastikan bahwa perhitungan sisa pangan yang dibuat telah akurat, sesuai dengan metode baku perhitungan, transparan, relevan, dan tanpa kesalahan penyajian.

MenyiapkanPeninjauan

Menyiapkan peninjauan berarti memastikan bukti-bukti dan data yang dibutuhkan oleh peninjau tersedia dan mudah diakses Jenis bukti dan dokumentasi yang dibutuhkan peninjau tergantung pada perhitungan yang diperiksa, dan jenis jaminan yang ditargetkan

Sebelum memulai proses peninjauan, entitas perlu memastikan dokumen berikut siap dan tersedia untuk peninjau: Hasil perhitungan dan laporan sisa pangan; Metodologi lengkap; Bukti-bukti yang cukup, seperti data mentah dan analisis perhitungan.

Jika proses peninjauan dilakukan bersamaan dengan proses perhitungan, beberapa dokumen di atas mungkin belum siap. Dalam kondisi ini, entitas dapat memberikan dokumen tersebut segera setelah tersedia.

TantangandalamProses Peninjauan

Terdapat beberapa tantangan yang mungkin ditemui saat proses peninjauan. Hasil perhitungan bergantung pada kombinasi data yang dikumpulkan, data yang tersedia, kalkulasi, dan asumsiasumsi. Pada setiap hal tersebut akan muncul ketidakpastian, termasuk bias yang sulit untuk diidentifikasi Oleh sebab itu, ketika melakukan peninjauan, penting untuk mempertimbangkan metode pengumpulan data, integritas data studi yang digunakan, dan ketepatan asumsi yang digunakan

PernyataanPeninjauan

Pernyataan Peninjauan berisikan kesimpulan peninjau tentang hasil perhitungan sisa pangan. Bentuknya bisa berbeda tergantung apakah peninjauan dilakukan oleh pihak pertama atau pihak ketiga.

Entitas harus memilih peninjau yang independen dan tidak memiliki konflik kepentingan dengan proses perhitungan dan pelaporan sisa pangan tersebut.

Daftar di bawah ini menggambarkan halhal apa saja yang dapat dimasukkan ke dalam pernyataan. Isinya merupakan kombinasi dari perihal yang wajib dimasukkan dan yang direkomendasikan untuk dimasukkan sesuai kebutuhan:

Pendahuluan

Deskripsi tentang entitas. Pernyataan entitas.

Deskripsi Proses Peninjauan

Kompetensi peninjau yang relevan (wajib).

Ringkasan proses peninjauan dan langkah-langkah yang dilakukan (wajib).

Deskripsi tanggung jawab entitas dan peninjau.

Daftar kriteria peninjauan.

Jika peninjauan dilakukan oleh pihak pertama atau pihak ketiga (wajib).

Jika peninjauan dilakukan oleh pihak pertama, mekanisme yang dilakukan untuk menghindari konflik kepentingan. Standar peninjauan yang digunakan

Kesimpulan

Opini hasil peninjauan, termasuk tingkat jaminan perhitungan yang diperoleh (wajar atau terbatas)

Detail tambahan terkait kesimpulan peninjau, termasuk jika ada pengecualian, tantangan dalam proses peninjauan, dan sejenisnya

Jika terdapat penyimpangan dalam hasil perhitungan yang tidak sesuai dengan kriteria peninjauan, entitas perlu melaporkan implikasinya. Entitas juga boleh memilih untuk memasukkan rekomendasi yang diberikan peninjau terkait perbaikan yang perlu dilakukan, dalam pembaruan perhitungan sisa pangan yang akan dilakukan entitas di masa yang akan datang.

3.7 PELAPORAN

Pelaporan sangat penting untuk memastikan akuntabilitas dan komunikasi yang efektif dengan berbagai pemangku kepentingan, baik eksternal maupun internal Semua informasi yang dilaporkan harus mengikuti 5 prinsip dasar yaitu keterkaitan, kelengkapan, konsistensi, transparansi, dan akurasi (dijelaskan dalam Bab 1.8). Contoh template pelaporan perhitungan tersedia di Lembar Bantuan Perhitungan yang dapat diakses di bitly/MBPSPR3

Sesuai dengan kebutuhan perhitungan dan pelaporan yang telah dijabarkan, bab ini akan merangkum informasi yang harus dicantumkan dalam laporan perhitungan sisa pangan agar sesuai dengan metode baku. Selain itu, entitas juga dapat menambahkan elemen-elemen lain dalam laporan yang dirasa dapat membantu menguatkan pesan yang ingin disampaikan atau menjawab kebutuhan audiens. Elemen ini bersifat opsional dan boleh ditambahkan ke laporan perhitungan atau disediakan jika diminta

Bab ini berisi pedoman tentang:

Tujuan pelaporan

Potensi jangkauan audiens laporan sisa pangan.

Menyampaikan hasil laporan.

Menjelaskan batasan-batasan.

Elemen pelaporan yang bersifat wajib

Elemen pelaporan yang bersifat opsional

3.7.1PEDOMANPELAPORAN

TujuanPelaporan

Tujuan utama dari perhitungan dan pelaporan sisa pangan yang sesuai dengan metode baku adalah menyediakan data untuk mendorong upaya pencegahan dan pengurangan sisa pangan Menentukan tujuan spesifik pengukuran sisa pangan adalah langkah pertamanya, dan pelaporan adalah langkah terakhir Keseluruhan prosesnya, mulai dari mengembangkan metodologi perhitungan hingga melaporkan hasilnya, dirancang untuk membantu meningkatkan pemahaman entitas tentang peluang pencegahan dan pengurangan sisa pangan.

Pelaporan juga memfasilitasi komunikasi dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal, yang pada akhirnya dapat membantu entitas menyusun prioritas penangangan sumber sisa pangan.

PotensiJangkauanAudiens

Saat menetapkan tujuan dan mengembangkan perhitungan sisa pangan, penting untuk mengingat kebutuhan audiens yang akan membaca dan menggunakan laporan perhitungan. Audiens bisa bervariasi dan mungkin mencakup pihak-pihak yang meminta perhitungan sisa pangan dibuat (misalnya dari kantor pusat ritel, asosiasi ritel, lembaga pemerintah). Tabel di bawah menjelaskan contoh beberapa audiens dan kebutuhan masing-masing

Tabel3.12PotensiJangkauanAudiensLaporanPerhitunganSisaPangandan Kepentingannya

JenisAudiens

Pemerintahpusat

Pembuatkebijakan

Programpelaporan sustainability

Praktisisisapangan (misalnyapeneliti, akademisi)

Praktisilingkungan/ sustainability

Peninjau

Masyarakatumum

KepentingandalamLaporanPerhitunganSisaPangan(Contoh)

Kebutuhanuntukmelaporkantargettertentu,misalnyaSDGsTarget123

Menggunakanhasilperhitunganuntukpenyusunanprogramdankebijakan, misalnya,programpengurangansisapanganyangbersifatwajibmaupun sukarela

Menyediakanplatform/mediauntukmelaporkandanmenyebarkanhasil perhitungan

Menggunakanhasilperhitungansebagaiinputdatauntukstudilain

Memahamilebihdalamkondisisisapangandisuatunegara,suatusektor,atau kategoripangantertentu.

Melakukanpeninjauanterhadaphasilperhitungan

Memilikiketertarikanterhadapisusisapangan

MenyampaikanHasilLaporan

Terlepas dari audiensnya, laporan harus dirancang untuk menyampaikan dengan jelas tujuan dilakukannya perhitungan sisa pangan, konteks serta alasan berbagai keputusan dalam proses perhitungan, rangkuman kesimpulan yang bisa ditarik, dan berbagai batasan dalam perhitungan. Audiens laporan kemungkinan besar ingin mengetahui jumlah sisa pangan, tapi juga mungkin tertarik lebih jauh untuk mengetahui apa yang telah dilakukan entitas, upaya yang akan didorong, atau strategi pengurangan sisa pangan yang dirancang berdasarkan perhitungan tersebut.

Oleh sebab itu, dalam mempersiapkan laporan, entitas boleh menyampaikan

rencana tindak lanjut dan rekomendasi bagi berbagai pemangku kepentingan (konsumen, pengambil kebijakan) untuk mengambil langkah-langkah tertentu dalam mengurangi sisa pangan.

Setelah suatu entitas menerbitkan laporan sisa pangan pertamanya, laporan berikutnya harus dapat memberikan gambaran tentang setiap perubahan yang terjadi sejak laporan sebelumnya, serta menjelaskan upaya penanganan sisa pangan yang telah dilakukan Selain itu bisa dijelaskan juga ringkasan pengurangan atau peningkatan jumlah sisa pangan terhadap perhitungan sebelumnya, penjelasan mengapa jumlah sisa pangan meningkat atau turun, menjabarkan inisiatif yang paling efektif, dan rencana tindak lanjut pada sumber utama sisa pangan

MenjelaskanBatasanHasil Perhitungan

Penting bagi audiens untuk mengetahui cakupan perhitungan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil dan membatasi penggunaan perhitungan, sehingga entitas harus menyertakan

“disclaimer” yang relevan

Kotak 33 berikut merupakan contoh paragraf pendek yang menjabarkan halhal yang perlu dipertimbangkan ketika mengevaluasi dan menggunakan laporan perhitungan sisa pangan yang dibuat Hal ini dilakukan untuk menyampaikan batasan perhitungan yang dapat mempengaruhi komparabilitas dan akurasi hasil perhitungan kepada audiens.

Kotak3.3ContohTeksuntukMenjelaskanBatasan

Hasil perhitungan pada laporan ini bersifat spesifik sesuai dengan asumsi dan praktik di entitas X. Pembaca disarankan berhati-hati dalam menarik kesimpulan jika membandingkan hasil perhitungan ini dengan perhitungan sisa pangan lainnya. Komparabilitas dan akurasi hasil perhitungan ditentukan oleh cakupan perhitungan (yang meliputi jangka waktu, jenis material, penanganan, batasan, dan status material), metode perhitungan, dan asumsi Pembaca dapat merujuk Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel (bitly/MBPSPR1) untuk mengakses daftar istilah dan informasi tambahan mengenai proses perhitungan sisa pangan

3.7.2INFORMASIYANG

DIBUTUHKAN

Tabel 313 berisi ringkasan komponen yang wajib dimasukkan dalam laporan perhitungan sisa pangan agar sesuai dengan Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel Contoh template laporan tersedia di Lembar Bantuan Perhitungan yang bisa diakses di bitly/MBPSPR3

Meskipun demikian, entitas boleh melaporkan hasil perhitungan dalam format apapun yang dianggap paling sesuai dengan target audiens, selama semua informasi yang dibutuhkan tertera dengan jelas. Dalam kondisi di mana entitas perlu mendeskripsikan informasi tertentu, entitas perlu menjabarkan informasi tersebut secara memadai sesuai dengan kebutuhan target audiens.

Tabel3.13RingkasanInformasiyangWajibDimasukkandalamLaporan PerhitunganSisaPangan

Kategori

Pelaporan

Informasi umum

Cakupan (LihatBab2)

Elemen

Namaentitas

Informasikontak.

Unitperhitungan(dalamberat)

Tanggalpelaporan

Untuklaporanperhitunganlanjutan,tautanke laporanperhitungansebelumnyadandeskripsi perubahanmetodologi,jikaada

Jangkawaktu(termasuktanggaldimulainyadan berakhirnyaperhitungan)

Jenismaterial(bagianyangdapatdimakan, bagianyangtidakdapatdimakan,ataukeduanya)

DetailTambahanJikaDibutuhkan

Jikabagianyangdapatdimakanatau bagianyangtidakdapatdimakan dihitungterpisah: Referensiyangdigunakanuntuk memisahkanmaterialyang dianggapsebagaibagianyang dapatdimakandanbagianyang tidakdapatdimakan(termasuk asumsiyangdigunakanuntuk mendefinisikanapakahmaterial tersebutditujukanuntukkonsumsi manusiaatautidak) Metodeyangdigunakanuntuk memisahkanjumlahbagianyang dapatdimakandanbagianyang tidakdapatdimakan Jika menggunakanfaktorkonversi, jelaskansumbernya

Penanganandanjalurpenanganan(hanyajika penangananakhirtidakdiketahui)

Batasan,yaitukategorimakanan,lifecyclestage, geografi,organisasi

Konfirmasibahwaberatmaterialnon-sisapangan (sepertikemasan)dikeluarkandariperhitungan, danberatsisapanganyangdilaporkan mencerminkankeadaansisapangansebelum diproses(misalnyasebelumkadarair ditambahkanataudihilangkan).

Statusmaterial,ataupenjelasantentangkondisi materialketikaberadadalampenanganan, apakahlayakkonsumsi,tidaklayakkonsumsi,atau tidakumumdikonsumsitapilayakkonsumsi

Jelaskanmetodeyangdigunakanuntuk memisahkanberatnon-sisapangan, atauuntukmengestimasiberatawal sisapangansebelumdiproses

Tabel3.13RingkasanInformasiyangWajibDimasukkandalamLaporanPerhitungan SisaPangan(Lanjutan)

Kategori Pelaporan Elemen

Hasil perhitungan

Metode perhitungan sisa pangan (lihatBab31)

Pengumpulan, perhitungan,dan analisisdata (lihatBab32)

Menilaitingkat ketidakpastian (lihatBab33)

Jikapeninjauan dilakukan (lihatBab36)

Jumlahtotalsisapangan(berat)

Jikaditerapkan target pengurangan sisapangandan jumlahsisa pangan dipantaudari waktukewaktu (LihatBab38)

Jelaskanmetodeperhitunganyang digunakan Jikamenggunakanstudiatau datayangtersedia,jelaskansumberdan cakupandatanya.

Jikasamplingdanscalingupdatadilakukan, jelaskanmetodeyangdigunakan,termasuk periode(termasuktanggaldimulainyadan berakhirnya)pengambilansampel

Jelaskanketidakpastianpadahasil perhitungansisapanganlewatdekripsi kualitatifdan/ataupenilaiankuantitatif

Buatpernyataanpeninjauanyangtermasuk: Jikapeninjauandilakukanolehpihak pertamaataupihakketiga

Opinipeninjauan

Ringkasanprosespeninjauan

Kompetensiyangrelevandaripihakyang melakukanpeninjauan

Penjelasanjikaterdapatpotensikonflik kepentingan

Meliputi: Tahundasar.

Cakupantarget(jikamemungkinkan, sertakantargetpengurangandan tanggalpenyesuaian)danapakah pemantauanakandilakukanpada seluruhsisapanganyangdihasilkanatau hanyasebagian.

Perhitunganulangtahundasarjikaterjadi perubahanmetodeatauasumsi perhitungansecarasignifikan

DetailTambahanJikaDibutuhkan

Beratsisapanganberdasarkan: Jenismaterial(totalkedua“bagian yangdapatdimakandanbagianyang tidakdimakan”,ataudihitungsecara terpisah)

Penanganan(jikadiketahui)atautotal sisapanganberdasarkanjalur penanganan,jikapenangananakhir tidakdiketahui

3.7.3PELAPORANOPSIONAL

Selain informasi yang sifatnya wajib, entitas juga dapat menambahkan komponen lain sesuai kebutuhan, termasuk untuk menjawab kebutuhan audiens Komponen di bawah ini direkomendasikan untuk ditambahkan ke dalam laporan perhitungan, atau disediakan jika diminta:

RincianCakupan/Metodologi

Latar belakang tambahan tentang hasil dan cara perhitungan. Informasi tambahan tentang pemisahan hasil perhitungan, seperti memisahkan jumlah sisa pangan berdasarkan kategori makanan, lifecycle stage, geografi, atau unit organisasi

Sesuai jenis penanganannya, informasi tentang apakah sisa pangan mengalami valorisasi, proporsi sisa pangan yang divalorisasi, dan sisa pangan yang dikonversi menjadi bentuk lain (lihat Bab 23)

Upaya mengurangi tingkat ketidakpastian (lihat Bab 33)

Ketika faktor normalisasi diterapkan, jelaskan faktor yang digunakan, alasan pemilihan, dan sumber datanya (lihat Lampiran C)

PenggunaanLaporanPerhitungan SisaPangan

Batasan dalam membaca hasil laporan (lihat Kotak 33)

Pedoman tambahan tentang cara menginterpretasi dan menggunakan hasil perhitungan .

PenyebabdanPemicuSisaPangan

Data kualitatif yang dikumpulkan selama perhitungan sisa pangan tentang penyebab dan pemicu sisa pangan (lihat Bab 3.5).

PenetapanTargetdan PemantauanPerubahan

Alasan pemilihan tahun dasar. Rencana pengurangan sisa pangan yang terperinci.

Penjelasan setiap perubahan sisa pangan sejak perhitungan sebelumnya.

Tingkat ketidakpastian terkait hasil perhitungan.

Kebijakan perhitungan ulang tahun dasar beserta alasan dan konteksnya. Metode pemantauan target pengurangan sisa pangan.

Target sisa pangan dalam rencana tindak lanjut, yang disajikan dalam jumlah sisa pangan per metrik tertentu, seperti misalnya jumlah sisa pangan per kapita

3.8 PENETAPANTARGET

PENGURANGANSISAPANGAN DANPEMANTAUANPERUBAHAN

SISAPANGAN

Metode baku ini memungkinkan entitas untuk memantau dan melaporkan sisa pangan mereka dari waktu ke waktu

Entitas juga dapat menetapkan target pengurangan sisa pangan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan saat perhitungan sisa pangan. Akan tetapi target pengurangan sisa pangan juga bisa berasal dari pihak eksternal; seperti manajemen perusahaan, pemerintah, atau asosiasi ritel

Entitas boleh melakukan perhitungan sisa pangan sesuai metode baku ini tanpa menetapkan target pengurangan dan pemantauan Akan tetapi, entitas yang bermaksud menetapkan target pengurangan dan pemantauan harus mengikuti pedoman di bab ini yang fokus membahas:

Memilih tahun dasar

Menentukan cakupan target

Menetapkan target

Memantau kinerja berdasarkan target

Menghitung ulang tahun dasar

3.8.1MEMILIHTAHUNDASAR

Periode waktu tertentu, biasanya dalam bentuk tahun, yang menjadi basis periode di mana sisa pangan yang dihasilkan dalam periode tersebut akan dibandingkan dengan sisa pangan di periode berikutnya; disebut “tahun dasar”. Jumlah sisa pangan yang dihasilkan di tahun dasar lalu akan dibandingkan dengan jumlah sisa pangan di akhir periode target untuk melihat apakah target tersebut telah tercapai.

Entitas harus memilih tahun dasar, dan menjelaskan alasan pemilihan tahun tersebut. Entitas akan mendapatkan manfaat terbesar jika memilih tahun dasar yang memiliki hasil perhitungan sisa pangan dengan tingkat akurasi paling tinggi, sebab proses pemantauan berikutnya akan lebih tepat dan konsisten. Oleh sebab itu, entitas juga boleh memutuskan untuk tidak menetapkan tahun dasar hingga mereka memiliki hasil perhitungan sisa pangan yang akurat dan representatif

Jika bermaksud menetapkan target pengurangan sisa pangan dan melakukan pemantauan; pilih tahun dasar, tentukan cakupan target, dan lakukan perhitungan ulang di periode berikutnya.

3.8.2MENENTUKANCAKUPAN TARGET

Entitas wajib menentukan cakupan target, termasuk menerangkan apakah pemantauan akan dilakukan pada seluruh sisa pangan yang dihasilkan atau hanya sebagian. Jika entitas memutuskan hanya sebagian yang dijadikan cakupan target dan dipantau, entitas perlu menjelaskan alasannya.

Cakupan perhitungan sisa pangan di tahun dasar harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dan pedoman di Bab 2. Cakupan ini harus tetap sama dan konsisten di periode waktu berikutnya saat penentuan dan pemantauan target.

Idealnya, cakupan perhitungan sisa pangan dan cakupan target harus identik. Akan tetapi, bisa jadi terdapat situasi di mana target yang ditetapkan entitas tidak sama persis dengan perhitungan yang telah dilakukan. Hal ini biasanya terjadi jika cakupan target yang ditetapkan lebih sempit dibanding hasil perhitungan sisa pangan. Tabel di bawah merupakan contoh perbandingan antara cakupan perhitungan sisa pangan dengan cakupan target. Dalam contoh ini, sebuah supermarket telah menetapkan target “Mengurangi jumlah sisa pangan yang terbuang ke TPA sebanyak 50% di tahun 2035” Dalam kasus ini, entitas harus melaporkan perbedaan antara cakupan perhitungan dan cakupan target

Tabel3.14ContohPerbedaanAntaraCakupanPerhitunganSisaPangandan TargetPenguranganSisaPanganpadaSupermarket

Komponen Cakupan CakupanPerhitunganSisaPangan CakupanTargetPenguranganSisa Pangan

Jangkawaktu

JenisMaterial

Penanganan

Satutahun(2023)

Bagianyangdapatdimakandan bagianyangtidakdapatdimakan

Semuapenanganan

Batasan Sisapangandari500cabangriteldi seluruhIndonesia

3.8.3MENETAPKANTARGET

Setelah tahun dasar ditetapkan, entitas dapat menentukan target pengurangan sisa pangan seiring waktu. Metode baku ini tidak mewajibkan entitas untuk menetapkan target pengurangan sisa pangan, namun merekomendasikan entitas untuk mempertimbangkan menyusun target sesuai tujuan perhitungan di awal.

Satutahun(2035)

Hanyabagianyangdapatdimakan

Hanyalandfill(TPA)

Sisapangandari500cabangriteldi seluruhIndonesia

Adanya target dapat meningkatkan kesadaran, memfokuskan perhatian, dan membantu mengerahkan sumber daya untuk mengurangi sisa pangan Entitas perlu mempertimbangkan beberapa faktor saat menetapkan target pengurangan sisa pangan: jenis target, tanggal penyelesaian, dan tingkatan target

JenisTarget

Entitas dapat menetapkan target absolut, target relatif (juga disebut target intensitas), atau kombinasi target absolut dan relatif Target absolut dinyatakan dalam jumlah spesifik Sebagai contoh, sebuah perusahaan ritel bermaksud mengurangi sisa pangan sebanyak 1 juta ton dari sisa pangan yang dihasilkan pada tahun 2016, di tahun 2020 Target relatif dinyatakan dalam bentuk perbandingan dengan metrik lain Sebagai contoh, pemerintah pusat menetapkan target pengurangan sisa pangan sebanyak 50% per kapita dari sisa pangan yang dihasilkan pada tahun 2016, di tahun 2030 Untuk memastikan transparansi, entitas yang menggunakan target relatif juga perlu melaporkan jumlah absolut sisa pangan yang ditetapkan pada target.

Target relatif juga bisa digunakan untuk membandingkan jumlah relatif sisa pangan terhadap semua makanan dalam cakupan target. Sebagai contoh, suatu negara menargetkan sisa pangan yang dihasilkan sebesar 20% dari seluruh pasokan pangannya, atau sebuah ritel menargetkan maksimal 40% salad yang dijual menjadi sisa pangan. Dalam konteks ini, entitas juga perlu menyebutkan jumlah keseluruhan makanan dalam cakupannya.

MasaPenyelesaianTarget

Masa penyelesaian target dapat memberikan indikasi apakah target yang ditetapkan bersifat jangka panjang atau jangka pendek Masa penyelesaian target harus dinyatakan dalam unit waktu yang sama dengan tahun dasar, misalnya dalam bentuk tahun

Penyusunan target jangka panjang, misalnya periode target 10 tahun atau lebih, akan membantu penyusunan rencana kerja jangka panjang. Target jangka pendek atau target pada poin tertentu dalam target jangka panjang, dapat memudahkan entitas untuk memantau kemajuan secara lebih sering. Pemilihan target jangka panjang atau jangka pendek juga akan dipengaruhi oleh rencana frekuensi pemantauan.

TingkatanTarget

Tingkatan target pengurangan sisa pangan mencerminkan tingkat ambisi. Jika target ditentukan oleh internal entitas, target tersebut merupakan cerminan ambisi entitas. Jika target ditentukan oleh pihak eksternal seperti pemerintah, entitas dapat mengadopsi target tersebut atau bahkan lebih ambisius. Secara umum, entitas perlu menetapkan target yang dapat menghasilkan pengurangan sisa pangan relatif terhadap tahun dasar secara signifikan. Selain itu, target bisa dan perlu dibuat semakin ambisius seiring berjalannya waktu; selagi pengurangan sisa pangan terus berjalan, dan seiring kemajuan teknologi dan intervensi baru

Entitas sebaiknya menetapkan target pengurangan sisa pangan dan melakukan pemantauan rutin agar meningkatkan kesadaran, memfokuskan perhatian, dan membantu mengerahkan sumber daya untuk mengurangi sisa pangan.

3.8.4MEMANTAUKINERJA BERDASARKANTARGET

Terdapat beberapa cara untuk memantau dan mengevaluasi kinerja berdasarkan target yang telah ditentukan Proses pemantauan berarti menghitung sisa pangan di berbagai interval waktu dalam jangka waktu target, agar entitas dapat melihat apakah target telah tercapai, atau berada dalam jalur yang benar untuk mencapai target.

Evaluasi berarti menilai jika upaya-upaya pengurangan sisa pangan yang dilakukan telah efektif, agar entitas memahami secara mendalam inisiatif mana yang berhasil mendorong kemajuan untuk mencapai target.

MenyusunRencanaPemantauan SisaPangan

Entitas direkomendasikan untuk menyusun rencana pemantauan di awal periode waktu target, ketika rincian target akan ditetapkan. Hal ini karena banyak aspek praktikalitas saat pemantauan dapat mempengaruhi penyusunan target. Saat melaporkan kemajuan, entitas harus menjelaskan metode yang digunakan dalam proses pemantauan. Penjelasan di bawah merupakan beberapa contoh hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemantauan: frekuensi perhitungan, konsistensi cakupan, dan konsistensi metode perhitungan

Frekuensi Perhitungan

Rencana pemantauan perlu mempertimbangkan aspek frekuensi perhitungan sisa pangan.

Pemantauan ini minimal dilakukan di titik awal dan titik akhir periode target. Pemantauan juga bisa dilakukan di antara periode target untuk menunjukkan indikasi awal apakah kemajuannya berada di jalur yang benar. Entitas sebaiknya melakukan perhitungan di antara periode target secara rutin, sehingga dapat menunjukkan tingkat keberhasilan dari strategi pengurangan sisa pangan yang sedang dijalankan, dan memungkinkan penyesuaian dilakukan.

Sebagai contoh, di Inggris pemerintah kota mengumpulkan sampah rumah tangga dan melakukan perhitungan sisa pangan rumah tangga menggunakan data komposisi sampah yang tersedia Pemerintah kota melakukan analisis komposisi sampah ini dalam rentang waktu tertentu, kemudian datanya dikumpulkan menjadi perhitungan nasional setiap dua tahun sekali

Frekuensi dua tahun sekali dalam kasus di atas telah terbukti menjadi frekuensi pemantauan yang cukup ideal, sebab telah diperoleh cukup data untuk menghasilkan perhitungan yang akurat Melakukan pemantauan dengan frekuensi lebih sering berarti:

Mendasarkan perhitungan dari analisis komposisi sampah dalam jumlah kecil, sehingga meningkatkan tingkat ketidakpastian ke tingkat yang tidak dapat diterima; atau

Menggunakan data dari analisis komposisi sampah yang telah digunakan dalam perhitungan sebelumnya, yang merupakan praktik yang sebaiknya dihindari dalam pemantauan kinerja.

Memastikan Konsistensi Cakupan dan Mengurangi Ketidakpastian

Agar sebuah entitas dapat melakukan pemantauan target pengurangan sisa pangan secara optimal, cakupan perhitungan sisa pangan yang dibandingkan dari waktu ke waktu harus tetap sama dan konsisten Selain itu, akan lebih baik jika entitas menggunakan data dengan tingkat ketidakpastian yang cukup rendah (jika memungkinkan) agar perubahan kecil pun dapat terdeteksi Hal ini dapat dicapai dengan cara:

Memilih metode perhitungan dengan tingkat akurasi tinggi. Sebagai contoh, melakukan penimbangan langsung yang akan jauh lebih akurat dibanding meminta orang untuk mengingat jumlah sisa pangan lewat kuesioner atau wawancara. Menggunakan metode sampling yang representatif untuk meminimalkan ketidakpastian akibat proses sampling (lihat Bab 3.2.1).

Mengurangi ketidakpastian dan bias lainnya sebagaimana diuraikan di Bab 3.3.

Memastikan Konsistensi Metode Perhitungan

Entitas juga perlu menggunakan metode perhitungan yang sama dalam setiap pemantauan secara konsisten Entitas perlu memastikan informasi-informasi terkait metode perhitungan yang ditetapkan selalu tersedia saat pemantauan sisa pangan di tiap periode waktu Sebagai contoh, jika perhitungan sisa pangan berasal dari data perusahaan pemrosesan sampah, maka data serupa harus terus tersedia, baik di tahun dasar hingga tahun target.

Adanya perubahan metode perhitungan, baik besar maupun kecil, bisa berdampak besar terhadap perhitungan sisa pangan. Dalam situasi seperti ini, setiap perubahan metodologi perhitungan harus diterangkan secara jelas dan disebut sebagai salah satu potensi penyebab perubahan jumlah sisa pangan.

3.8.5MENGHITUNGULANG TAHUNDASARSISAPANGAN

Entitas wajib menghitung dan menentukan ulang tahun dasar jika terjadi perubahan signifikan. Perhitungan ulang penting agar perbandingan dan pemantauan terhadap target dapat dilakukan secara akurat dan konsisten

Perubahan signifikan yang mengindikasikan kebutuhan perhitungan ulang bisa termasuk:

Perubahan struktur organisasi, seperti merger, akuisisi, dan divestasi;

Perubahan cakupan perhitungan;

Perubahan metodologi perhitungan, perbaikan akurasi data, atau munculnya temuan kesalahan yang signifikan;

Perubahan batasan yurisdiksi pemerintah; dan/atau

Perubahan faktor konversi yang tidak mewakili perubahan sisa pangan yang terjadi

Perubahan signifikan bukan hanya terjadi karena adanya suatu perubahan besar, tapi juga dari beberapa perubahan kecil yang secara akumulatif menjadi signifikan. Entitas boleh menghitung ulang tahun dasar sisa pangan, atau bisa juga menentukan tahun dasar yang baru, asal tidak berkonflik dengan target pengurangan sisa pangan.

MenetapkanKebijakan

Saat menetapkan tahun dasar, entitas perlu membuat kebijakan perhitungan ulang tahun dasar, dan menerangkan secara jelas basis dan konteks kebutuhan perhitungan ulang tersebut

Perlu atau tidaknya perhitungan ulang tahun dasar bergantung dari signifikansi perubahan dalam cakupan atau metodologi perhitungan Batas signifikansi yang memicu perhitungan ulang tahun dasar perlu didefinisikan dan dicantumkan secara jelas Contoh dari batasan signifikansi misalnya jika perubahan cakupan atau metodologi perhitungan mengubah hasil jumlah sisa pangan sebanyak 10% atau lebih

MenghitungUlangTahunDasar jikaTerjadiPerubahanStruktural Organisasi

Entitas wajib melakukan perhitungan ulang tahun dasar sisa pangan jika terjadi perubahan struktural organisasi yang signifikan; seperti merger, akuisisi, divestasi, atau perubahan batas negara

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan melakukan divestasi pada satu anak perusahaan di tahun ketiga pelaporan sisa pangan, perusahaan tersebut harus menghitung ulang tahun dasar sisa pangan dengan menghapus jumlah sisa pangan yang dihasilkan dari anak perusahaan tersebut pada perhitungan tahun dasar.

Penyesuaian ini menunjukkan bahwa pengurangan sisa pangan yang tampak di tahun ketiga adalah hasil perubahan struktural organisasi, dan bukannya perubahan dalam praktik pengelolaan sisa pangan.

Dalam kasus di mana perusahaan melakukan akuisisi terhadap anak perusahaan yang tidak memiliki perhitungan sisa pangan sebelumnya, perusahaan dapat menjelaskan hal ini sebagai alasan kenaikan sisa pangan dalam laporan. Opsi lainnya, entitas juga bisa berupaya mendapatkan estimasi kasar jumlah sisa pangan dari anak perusahaan tersebut dengan melakukan ekstrapolasi data dari organisasi yang serupa. Selain itu, perusahaan juga bisa melakukan perhitungan sisa pangan secara terpisah sehingga tidak berpengaruh pada perhitungan sisa pangan yang ada

MenghitungUlangTahunDasar

JikaTerjadiPerubahanCakupan PerhitungandariWaktukeWaktu

Entitas bisa melakukan perubahan cakupan seiring waktu. Sebagai contoh, suatu pemerintah provinsi mulai menghitung sisa pangan di satu kota pada tahun dasarnya, lalu menambahkan kota lain di tahun berikutnya Sebuah jaringan ritel melakukan perhitungan sisa pangan dari produk makanan kemasan, lalu menambahkan makanan perishable di tahun berikutnya Jika efek kumulatif dari penambahan atau perubahan cakupan perhitungan sisa pangan tersebut cukup signifikan, entitas perlu memasukkan hal baru yang ditambahkan tersebut dalam perhitungan tahun dasar berdasarkan data historis

Akan tetapi jika data ini tidak tersedia, entitas perlu menjelaskan semua perubahan cakupan yang terjadi setelah tahun dasar.

MenghitungUlangTahunDasar JikaTerjadiPerubahan

MetodologiPerhitunganatau PerbaikanAkurasiData

Entitas bisa melakukan perhitungan sisa pangan dengan cara yang berbeda seiring waktu Sebagai contoh, entitas dapat meningkatkan kualitas data yang diperoleh secara signifikan dengan cara mengumpulkan lebih banyak data dari berbagai sumber

Entitas perlu memastikan bahwa perubahan jumlah sisa pangan yang terjadi adalah benar merupakan hasil kenaikan atau pengurangan sisa pangan, dan bukan karena perubahan metodologi. Oleh sebab itu, jika perubahan sumber data atau metodologi menghasilkan perbedaan hasil perhitungan yang signifikan, entitas perlu melakukan perhitungan ulang tahun dasar dengan mengaplikasikan sumber data baru atau metodologi baru tersebut.

Jika data ini tidak tersedia, entitas perlu menjelaskan semua perubahan sumber data atau metodologi yang terjadi setelah tahun dasar.

LAMPIRAN A METODE SAMPLING DAN SCALINGUP DATA

Jika entitas melakukan pengumpulan data dengan metode sampling unit penghasil sisa pangan dan/atau sampel fisik sisa pangan, lalu melakukan scaling up untuk mendapatkan estimasi total sisa pangan, maka pendekatan dan metode yang digunakan harus dijabarkan dengan jelas dalam pelaporan

Lampiran ini berisi panduan sampling, termasuk hal-hal yang perlu dipertimbangkan saat memilih metode sampling, memilih sampel sisa pangan yang representatif, dan menentukan ukuran sampel yang tepat.

Lampiran ini juga berisi metode scaling up yang dibutuhkan ketika data sampel tidak menjangkau seluruh populasi dan/atau jangka waktu perhitungan sisa pangan

Jika entitas tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan sampling atau scaling up, entitas dapat berkonsultasi dengan ahli statistik atau peneliti yang berpengalaman.

METODE BAKU PERHITUNGAN SISA PANGAN PADA RITEL

A.2 PEDOMAN SAMPLING

Pemilihan sampel yang representatif berdampak besar terhadap akurasi data. Oleh sebab itu, penting untuk memastikan bahwa sampel sisa pangan dan sampel unit penghasil sisa pangan mewakili seluruh sisa pangan dalam seluruh unit penghasil sisa pangan dalam populasi

Terdapat dua metode sampling unit penghasil sisa pangan yang memiliki dampak yang berbeda dalam keterwakilan seluruh unit Kedua metode ini adalah sampling “probabilitas” dan “nonprobabilitas” Dalam sampling probabilitas, semua unit penghasil sisa pangan dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih, sehingga menghasilkan sampel acak yang secara statistik mewakili karakteristik seluruh populasi yang sedang diteliti Sementara dalam sampling nonprobabilitas, kemungkinan suatu unit penghasil sisa pangan untuk terpilih tidak diketahui, misalnya karena ukuran dan karakteristik populasi tidak sepenuhnya dipahami. Sampel non-probabilitas biasanya merupakan indikator bahwa sampel yang diambil kurang mewakili karakteristik seluruh populasi.

Dalam beberapa situasi, data hanya memungkinkan untuk diperoleh dari sebagian sisa pangan yang dihasilkan oleh suatu unit penghasil sisa pangan (dalam periode waktu tertentu), sebab pengukuran seluruh sisa pangan mungkin sulit untuk dilakukan; misalnya jika jumlah sisa pangan yang dihasilkan dalam satu periode terlalu banyak sehingga tidak mungkin ditimbang semuanya Dalam kondisi ini, penting untuk mendapat sampel yang representatif terhadap semua sisa pangan yang dihasilkan dari seluruh unit penghasil sisa pangan dalam populasi (lihat Lampiran A22)

A.2.1METODESAMPLINGUNIT PENGHASILSISAPANGAN

Bagian ini berisi gambaran umum metode sampling probabilitas dan non probabilitas, yang ditunjukkan dalam dua contoh berikut.

Sebagai contoh sampling probabilitas, sebuah jaringan supermarket hendak menghitung sisa pangan dari seluruh cabangnya, dan bermaksud memilih sampel beberapa cabang supermarket karena tidak punya cukup pendanaan untuk menghitung sisa pangan dari seluruh cabang Karena jumlah total cabang diketahui dan kantor pusat bisa meminta semua cabang untuk berpartisipasi, kantor pusat bisa memilih sepuluh sampel misalnya, dengan memberikan nomor ke setiap cabang, lalu memilih sepuluh nomor secara acak

Sebaliknya, jika suatu badan riset hendak menghitung sisa pangan dari ritel di suatu kota, mereka mungkin tidak mengetahui secara pasti berapa banyak total ritel yang ada, dan mungkin tidak berwenang untuk mewajibkan ritel-ritel tersebut berpartisipasi Dalam konteks ini, badan riset bisa membuat daftar kompilasi semua ritel yang diketahui lalu memilih beberapa ritel secara acak. Jika ritel yang terpilih menolak untuk berpartisipasi sehingga harus diganti ritel lain, sedangkan beberapa ritel yang tidak diketahui mungkin telah dieliminasi dari hitungan awal; ini berarti tidak semua ritel memiliki kemungkinan yang sama untuk diikutsertakan dalam sampel, atau dengan kata lain sampling ini tidak betulbetul acak, atau disebut sebagai sampling non-probabilitas.

SamplingProbabilitas

Sampling probabilitas atau “sampling acak sederhana” dari unit penghasil sisa pangan terdiri tiga langkah dasar:

1.Susundaftarsemuaunitpenghasil sisapangan(misalnyajaringanritel, cabangritel,asosiasiritel)yang masukcakupanperhitungan. Hal ini dikenal sebagai kerangka sampel dan semua unit penghasil sisa pangan dalam kerangka sampel tersebut membentuk populasi Misalnya, suatu jaringan ritel memiliki daftar seluruh cabangnya dalam suatu wilayah yang bisa dipilih sebagai sampel

2.Pilihunitpenghasilsisapangan secaraacakdaridaftaryang diperoleh. Pemilihan secara acak adalah basis sampling probabilitas, karena menunjukkan semua unit memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, sehingga memastikan sampel bersifat representatif. Pemilihan ini dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yang sesuai atau random number generator. Metode lainnya yang bisa digunakan adalah dengan memilih setiap unit ke-n dalam daftar, di mana unit pertama dipilih secara acak.

Berapa banyak jumlah unit penghasil sisa pangan yang dipilih (atau ukuran sampel) dijelaskan di Bab A.2.4. Daftar unit penghasil sisa pangan yang terpilih secara acak inilah yang disebut sebagai sampel.

3.Kumpulkandatasisapangandari sampelunitpenghasilsisapangan. Dalam beberapa situasi, tidak semua unit penghasil sisa pangan bisa menghasilkan data sisa pangan, misalnya jika beberapa unit menolak berpartisipasi. Akan tetapi, perlu dilakukan upaya maksimal untuk mengumpulkan data sisa pangan dari sebanyak mungkin sampel unit penghasil sisa pangan. Hilangnya data dari sampel unit penghasil sisa pangan akan menimbulkan non-response bias, jika unit penghasil sisa pangan yang menyediakan data memiliki level sisa pangan yang berbeda dibanding unit yang tidak menyediakan data Mengajak sebanyak mungkin unit penghasil sisa pangan untuk berpartisipasi sangat penting karena aspek kunci dalam sampling probabilitas adalah unit yang menolak tidak dapat digantikan untuk meningkatkan ukuran sampel Ini akan bertentangan dengan aturan bahwa semua unit memiliki peluang yang sama untuk dipilih

Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah membuat pencatatan sampling untuk mencatat unit-unit yang bersedia didata dan tidak. Jika data sulit didapatkan dari suatu unit penghasil sisa pangan, maka keterangan ini perlu dicatat lengkap dengan alasannya

Beberapa variasi sampling probabilitas yang dikembangkan dari sampling acak sederhana, misalnya sampling kluster dan sampling acak bertingkat juga bisa dipakai dalam kondisi-kondisi tertentu

Samplingkluster cocok digunakan jika unit penghasil sisa pangan tersebar secara geografis sehingga sulit untuk mengumpulkan informasi dari unit yang dipilih secara acak. Sampling kluster biasanya terdiri dari dua tahap (atau multi-tahap) yaitu: terlebih dahulu memilih area geografis (misalnya provinsi) sebagai wilayah penelitian dan kemudian memilih unit penghasil sisa pangan secara acak dari wilayah tersebut (misalnya ritel dalam suatu provinsi). Metode sampling ini dapat membantu mengurangi biaya jika jumlah sampel yang dibutuhkan cukup banyak dan potensi biaya (misalnya biaya perjalanan, biaya penyortiran) cukup besar

Samplingacakbertingkat cocok digunakan dalam kasus-kasus tertentu di mana terdapat kelompok dengan karakteristik berbeda dalam populasi, yang menghasilkan jumlah atau jenis sisa pangan yang berbeda Metode ini dilakukan lewat pengelompokan sampel, yaitu dengan cara membagi populasi ke dalam beberapa kelompok sebelum sampling dan memperlakukan setiap kelompok sebagai populasi terpisah

Pengelompokan yang dilakukan secara seksama akan menurunkan tingkat ketidakpastian keterwakilan seluruh populasi. Sebagai tambahan, pengelompokan dapat membantu entitas membuat keputusan mengenai kelompok dengan karakteristik yang berbeda, terutama jika beberapa kelompok memiliki jumlah unit yang sangat kecil sehingga tidak mencukupi untuk dilakukan sampling acak. Contoh pengelompokan yang dilakukan meliputi:

Ritel dikelompokkan berdasarkan luas ritel tersebut menjadi ritel skala kecil, menengah, dan besar

Ritel dikelompokkan berdasarkan skema pengelolaannya menjadi ritel modern dan ritel tradisional

SamplingNon-Probabilitas

Jika sampling probabilitas tidak mungkin dilakukan karena beberapa alasan, entitas boleh menggunakan sampling non-probabilitas Salah satu jenis sampling non-probabilitas yang sering digunakan adalah sampling kuota yang lumrah digunakan di riset pasar dan penelitian sosial

Samplingkuota adalah versi nonprobabilitas dari sampling acak bertingkat, tapi bukan dengan memilih sampel secara acak dari tiap kelompok, melainkan dengan menentukan jumlah unit (atau kuota) dari tiap kelompok Kelebihan metode ini adalah jika terdapat unit penghasil sisa pangan yang sulit dikontak atau menolak berpartisipasi, unit tersebut bisa diganti dengan unit penghasil sisa pangan lain dengan karakteristik yang sama (dalam satu kelompok). Tapi karena pemilihan tidak dilakukan secara acak, maka sampel ini mungkin kurang merepresentasikan populasi. Oleh sebab itu, sampling kuota biasanya dilakukan jika sampling acak sederhana tidak mungkin dilakukan (misalnya karena penyusunan kerangka sampling berbiaya tinggi). Metode ini lebih mudah dari sampling acak sebab dapat mengurangi interaksi berulang (yang menghabiskan waktu sehingga berbiaya mahal) sehingga menghasilkan ukuran sampel yang lebih besar dengan harga tetap. Pilihan antara sampling acak bertingkat dan sampling kuota biasanya ditentukan oleh pertimbangan kemudahan, biaya, dan akurasi

Entitas bisa mengisi “kuota” dengan beberapa cara, di mana cara yang dipilih perlu dipastikan tidak menghasilkan bias

Sebagai contoh, jika entitas hendak melakukan sampling pada ritel, maka hal tersebut harus dilakukan di waktu-waktu yang berbeda untuk memastikan baik akhir pekan (yang cenderung lebih ramai pengunjung) mempunyai peluang yang sama untuk dipilih dengan hari kerja (yang cenderung lebih sepi pengunjung). Proses yang cermat dalam menghindari bias bisa menjawab kritik bahwa sampling kuota kurang representatif.

Terdapat jenis sampling non-probabilitas lainnya, namun tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam metode baku ini, karena berpotensi besar menghasilkan sampel yang tidak representatif terhadap populasi. Beberapa contohnya adalah convenience sampling (misalnya, hanya unit penghasil sisa pangan yang diketahui oleh peneliti saja yang dihitung) dan snowball sampling (di mana peneliti menghubungi unit penghasil sisa pangan yang dikenal terlebih dahulu untuk dirujuk ke unit penghasil sisa pangan lain yang mereka ketahui)

A.2.2PENGAMBILANSAMPEL

YANGMEREPRESENTASIKAN SISAPANGANYANGDIHASILKAN DARIWAKTUKEWAKTU

Pengambilan sampel fisik sisa pangan harus merepresentasikan sisa pangan yang dihasilkan. Proses ini membutuhkan pemahaman bagaimana sisa pangan dihasilkan, yang kemungkinan besar berkaitan dengan variasi musiman Sebagai contoh, jika sisa pangan yang dihasilkan tiap minggu relatif memiliki jumlah dan jenis yang sama, maka pengambilan sampel cukup dilakukan satu atau dua kali per minggu

Beberapa contoh pengambilan sampel berdasarkan variasi jumlah sisa pangan yang dihasilkan, adalah:

Selama seminggu (misalnya jika jumlah sisa pangan yang dihasilkan di akhir pekan berbeda dengan hari kerja);

Selama satu tahun (misalnya jika sisa pangan cenderung berubah di bulan puasa atau bulan hari raya)

Untuk sisa pangan yang dihasilkan sepanjang tahun, efek musiman juga dapat mempengaruhi komposisi sisa pangan yang dihasilkan. Pengumpulan data yang dihasilkan sepanjang tahun memungkinkan variasi yang terjadi selama setahun penuh untuk dimasukkan dalam perhitungan. Biasanya terdapat efek pola musiman yang cukup signifikan terhadap jumlah pengunjung sekaligus jumlah sisa pangan. Misalnya, bulan Ramadan seringkali meningkatkan konsumsi pangan masyarakat secara signifikan, sehingga menimbulkan sisa pangan yang lebih tinggi dibanding bulan lainnya.

Contoh lainnya di Indonesia adalah musim liburan yang membuat pengunjung pusat perbelanjaan meningkat secara signifikan, sehingga berpotensi meningkatkan sisa pangan

Untuk sisa pangan yang dihasilkan hanya pada satu waktu dalam setahun (misalnya untuk mengetahui jumlah sisa pangan pada musim promo tertentu), pengambilan sampel hanya perlu dilakukan selama jangka waktu tersebut. Dalam konteks ini, perlu dipastikan bahwa pengambilan sampel telah mewakili masa promo tersebut.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penyesuaian efek musiman ketika scaling up (lihat Bab A3.3). Akan tetapi hal ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang efek musiman tersebut dan perkiraan besarannya Beberapa negara misalnya memiliki data pembelian makanan dan minuman yang mengindikasikan tren musiman, sehingga bisa diekstrapolasi terhadap jumlah susut dan sisa pangan

Setelah variabel-variabel tersebut dipertimbangkan, entitas dapat menyusun rancangan sampling sisa pangan Rencana ini termasuk jumlah sampel, serta bagaimana dan kapan sampel sisa pangan diambil

A.2.3METODEPENGAMBILAN SAMPELFISIKSISAPANGAN

Bagian ini berisi hal-hal yang perlu dipertimbangkan terkait pengambilan sampel fisik sisa pangan Keputusan tentang pengambilan sampel fisik sisa pangan umumnya akan ditentukan oleh pertimbangan praktis Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sampel harus representatif terhadap semua jenis sisa pangan yang dihasilkan oleh semua unit penghasil sisa pangan

Idealnya, semua sisa pangan yang timbul dalam cakupan perhitungan (dan mewakili semua kemungkinan variasi) akan dikumpulkan, lalu sampel akan diambil dari tumpukan sisa pangan tersebut. Akan tetapi karena beberapa alasan seperti kurangnya area penyimpanan, pembusukan sisa pangan, serta pertimbangan keselamatan dan kesehatan; maka kecil kemungkinan metode ini dapat dilakukan. Pada praktiknya, beberapa sampel akan diambil dari waktu ke waktu, dan jika jumlahnya besar, perlu dilakukan pengambilan sub-sampel.

Pengambilan sampel juga mungkin membutuhkan peralatan dan area tertentu. Hal ini perlu dipertimbangkan ketika entitas memutuskan metode yang akan digunakan, sebab ketersediaan hal tersebut akan berdampak pada metode yang dipakai

Selain itu, entitas juga perlu menyadari bahwa beberapa teknik yang digunakan, misalnya penyampuran sampah akan membuat jenis material dalam sisa pangan susah dipisahkan yang mungkin diperlukan dalam perhitungan sisa pangan yang dilakukan

Jika sisa pangan tersebut bersifat homogen (misalnya hanya sisa nasi), maka pengambilan sampel bisa dilakukan cukup dengan mengambil sebagian dari sisa pangan tersebut untuk dihitung. Namun jika sisa pangan diketahui atau dicurigai merupakan campuran berbagai material (misalnya semua sisa pangan dari sisa konsumsi pengunjung), maka perlu dilakukan pengambilan sampel yang representatif.

Entitas juga perlu mempertimbangkan komposisi sisa pangan agar dapat memastikan semua komponen yang diambil sebagai sampel sesuai dengan proporsi awalnya. Sebagai contoh, jika sebuah krat kayu berisi tomat dan selada, tapi selada berada di bagian bawah krat, maka sampel yang diambil dari atas tidaklah representatif Cara yang benar adalah dengan mengeluarkan seluruh isinya, mencampurnya, lalu mengambil sampel dari material yang telah tercampur tersebut Jika memungkinkan, sampling yang dilakukan sebelum tomat dan selada tersebut diletakkan dalam krat akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat

A.2.4MENENTUKANUKURAN

SAMPELYANGTEPAT

Entitas perlu mempertimbangkan beberapa faktor saat memilih ukuran sampel unit penghasil sisa pangan dan ukuran sampel sisa pangan fisik. Entitas juga perlu mempertimbangkan tingkat ketidakpastian yang masih dapat diterima pada hasil perhitungan, dan kemungkinan jika beberapa unit atau sampel fisik gagal menghasilkan data yang dapat digunakan. Seringkali beberapa unit penghasil sisa pangan yang datanya dibutuhkan pada akhirnya tidak dapat menyediakan data atau memberi data berbeda dengan yang dibutuhkan. Terdapat beberapa teknik statistik yang dapat digunakan entitas dalam menentukan ukuran sampel.

MenyeimbangkanKetidakpastian danUkuranSampel

Ukuran sampel yang dipilih entitas harus berdasarkan tingkat ketidakpastian yang dapat diterima, yang ditentukan oleh tujuan perhitungan sehingga menentukan tingkat akurasi perhitungan sisa pangan yang diharapkan. Secara umum, ketika ukuran sampel meningkat, tingkat ketidakpastiannya menurun

Menentukan ukuran sampel mungkin perlu dilakukan berulang kali Entitas sebaiknya memperkirakan tingkat ketidakpastian dari perhitungan sisa pangan yang akan dilakukan sebelum melakukan pengumpulan data Hal ini memungkinkan entitas untuk menyesuaikan ukuran sampel jika tingkat ketidakpastiannya diprediksi tidak memenuhi kebutuhan

Perkiraan tingkat ketidakpastian tersebut bisa ditarik dari studi yang pernah dilakukan sebelumnya. Sebagai contoh, sebuah studi sisa pangan sebelumnya menemukan bahwa sampling terhadap 200 ritel menghasilkan rentang kepercayaan (salah satu ukuran ketidakpastian) 95% sebesar ±10%, sedangkan studi baru memerlukan rentang kepercayaan 95% sebesar ±5% atau kurang. Untuk memperoleh rentang kepercayaan baru ini (yaitu dengan mengurangi separuh rentang studi sebelumnya), maka jumlah sampel yang dibutuhkan menjadi empat kali lipat Oleh karena itu, ukuran sampel untuk studi baru ini adalah 800 ritel Contoh ini menunjukkan bahwa meningkatkan akurasi hasil studi mungkin membutuhkan biaya yang besar Panduan lebih lanjut mengenai ketidakpastian dijelaskan dalam Bab 33

Kebutuhan ukuran sampel yang spesifik bisa dihitung menggunakan formula ukuran sampel (sering disebut dengan power analysis)³⁷ Untuk menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan, entitas bisa menggunakan informasi terdahulu tentang variasi jumlah sisa pangan antar unit penghasil sisa pangan, untuk mengetahui standar deviasi atau distribusi datanya.

Jika data terdahulu tidak tersedia, entitas bisa melakukan studi pendahuluan untuk menentukan variasi jumlah sisa pangan atau menyesuaikan ukuran sampel sesuai hasil analisis. Jika entitas tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan sampling, entitas dapat berkonsultasi dengan ahli statistik atau peneliti yang berpengalaman.

MempertimbangkanDataSampel yangTidakTerpakai

Dalam menentukan jumlah sampel unit

penghasil sisa pangan, entitas juga perlu

mempertimbangkan drop-out rate atau persentase data yang berakhir tidak dapat dipakai.

Sebagai contoh, jika perhitungan sisa pangan membutuhkan 100 ritel sebagai sampel (atau unit penghasil sisa pangan yang bisa memberikan data yang terpercaya), sementara drop-out rate diperkirakan sebesar 25%, maka sampel yang harus diambil adalah 133 ritel. Salah satu cara untuk memperkirakan drop-out rate adalah dari studi yang pernah dilakukan sebelumnya.

A.3 PEDOMAN SCALING UP DATA

A.3.1SCALINGUPDATADARI

SAMPELUNITPENGHASILSISA PANGAN

Salah satu metode untuk scaling up data yang dikumpulkan dari sampel unit penghasil sisa pangan adalah menggunakan jumlah rata-rata sisa pangan per unit penghasil sisa pangan (misalnya 700 kilogram sisa pangan per ritel) yang lalu dikalikan dengan jumlah total unit penghasil sisa pangan dalam populasi (misalnya 100 ritel)

Jika melakukan sampling bertingkat, entitas dapat melakukan scaling up untuk setiap kelompok terlebih dahulu sebelum menjumlahkannya sehingga diperoleh jumlah total sisa pangan dari seluruh populasi Sebagai contoh, jika populasi terdiri dari dua jenis ritel (misalnya ritel skala kecil dan skala besar), maka jumlah rata-rata sisa pangan di ritel skala kecil harus ditentukan terlebih dahulu, lalu dikalikan dengan jumlah ritel skala kecil Jumlah dari perhitungan ritel skala kecil lalu digabungkan dengan perhitungan ritel skala besar, yang menjadi total populasi.

Metode kedua untuk scaling up data sisa pangan adalah menggunakan jumlah sisa pangan yang dinormalisasi (misalnya sisa pangan per cabang ritel, sisa pangan per omzet, atau sisa pangan per luas ritel). Panduan atau pedoman lengkap tentang normalisasi data tersedia di Lampiran C.

Kelebihan penggunaan jumlah sisa pangan dengan faktor normalisasi adalah dapat menghasilkan akurasi perhitungan yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan jumlah sisa pangan per unit penghasil sisa pangan Tingkat akurasi yang tinggi dalam perhitungan sisa pangan lebih baik, khususnya jika terdapat target yang perlu dipantau, atau entitas perlu mengambil keputusan dari hasil perhitungan

Untuk melakukan scaling up menggunakan data yang dinormalisasi, entitas terlebih dahulu perlu membagi jumlah sisa pangan yang dihasilkan tiap sampel unit penghasil sisa pangan dengan faktor normalisasi tertentu (misalnya berat makanan terjual, jumlah unit penghasil sisa pangan). Hal ini akan memberikan jumlah sisa pangan ternormalisasi di tiap sampel, seperti jumlah sisa pangan per kilogram makanan terjual, atau sisa pangan per cabang ritel.

Selanjutnya entitas perlu menghitung nilai rata-rata data sisa pangan ternormalisasi (misalnya, rata-rata sisa pangan per kilogram makanan terjual, rata-rata sisa pangan per cabang ritel) Rata-rata dari data ternormalisasi tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah total unit untuk faktor normalisasi yang dipilih (misalnya berat total makanan terjual, total jumlah ritel)

Kotak A2 menyediakan contoh perhitungan dengan menggunakan kedua metode scaling up data yang dikumpulkan dari unit penghasil sisa pangan

KotakA2.ContohScalingUpDatadariSampelUnitPenghasilSisaPangan

LatarBelakang

Data sisa pangan dikumpulkan dari sampel berupa tiga jaringan ritel Populasinya (semua unit penghasil sisa pangan dalam cakupan perhitungan sisa pangan) adalah 100 jaringan ritel dengan total 50000 gerai Data dikumpulkan dari tiga sampel selama satu minggu:

Jumlah sisa pangan sampel 1 (jaringan ritel 1) = 50 kuintal per jaringan ritel (100 gerai)

Jumlah sisa pangan sampel 2 (jaringan ritel 2) = 200 kuintal per jaringan ritel (500 gerai)

Jumlah sisa pangan sampel 3 (jaringan ritel 3) = 500 kuintal per jaringan ritel (1000 gerai)

Metode1:Scalingupmenggunakandatarata-ratasisapangandanpopulasi

Langkah 1 Hitung rata-rata dari tiga sampel (50+200+500)/3 = 250 kuintal sisa pangan per jaringan ritel)

Langkah 2 Scale up data ke seluruh 100 jaringan ritel (250 kuintal sisa pangan per jaringan ritel x 100 jaringan ritel) = 25000 kuintal sisa pangan dari 100 jaringan ritel

50kuintal/100gerai=0,5kuintal/gerai

200kuintal/500gerai=0,4kuintal/gerai

500kuintal/1000gerai=0,5kuintal/gerai

Metode2:Scalingupmenggunakanrata-ratadatasisapanganyang dinormalisasidantotalunitdarifaktornormalisasi

Langkah 1: Normalisasi data terlebih dahulu per jumlah gerai dalam jaringan ritel (faktor normalisasi)

(0,47kuintal/geraix50.000gerai)=23.500kuintalsisapangandari100jaringanritel

Langkah 2: Tarik nilai rata-rata data yang telah dinormalisasi (0,5+0,4+0,5)/3 = 0,47 kuintal/gerai

Langkah 3: Scale up data ke seluruh 100 jaringan ritel menggunakan faktor normalisasi total gerai:

Jika terdapat data penting yang hilang, entitas juga bisa menggunakan data yang ternormalisasi untuk scaling up perhitungan yang dapat mengisi data yang hilang tersebut. Sebagai contoh, suatu riset bermaksud menghitung sisa pangan dari seluruh provinsi negara tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah bermaksud mendapatkan data dari seluruh provinsi yang ada, akan tetapi terdapat 2 provinsi yang tidak dapat menyediakan data sisa pangan yang dibutuhkan.

Dalam kondisi ini, riset tersebut bisa melakukan normalisasi data sisa pangan dari masing-masing provinsi lain menggunakan faktor normalisasi yang berkorelasi erat dengan berat sisa pangan (misalnya per gerai ritel), menghitung rata-rata dari nilai yang dinormalisasi, lalu melakukan scaling up terhadap total jumlah provinsi untuk mendapatkan total hasil perhitungan termasuk dari data provinsi yang tidak tersedia.

Memilihfaktornormalisasiyangpaling tepat.Untuk memilih faktor normalisasi yang paling tepat untuk digunakan, entitas dapat melakukan analisis eksploratoris dengan mencoba menerapkan beberapa faktor normalisasi pada data sampel. Faktor normalisasi yang baik akan memiliki korelasi (kemungkinan kausalitas) yang kuat dengan jumlah sisa pangan, sehingga menghasilkan estimasi jumlah sisa pangan yang lebih akurat. Sebagai contoh, jika jumlah sisa pangan per luas ritel lebih tidak fluktuatif di berbagai ritel dibanding jumlah sisa pangan per gerai ritel, maka sisa pangan per luas ritel kemungkinan besar memiliki korelasi langsung yang lebih erat terhadap jumlah sisa pangan, sehingga akan menjadi faktor normalisasi yang lebih sesuai untuk digunakan Lampiran C berisi informasi lebih lengkap tentang faktor normalisasi

Menanganidatayangmenyimpang/ outlier. Entitas perlu memeriksa jika terdapat data outlier, yaitu data yang nilainya menyimpang jauh dari nilai wajar, saat mengecek data yang dikumpulkan dari unit penghasil sisa pangan Penilaian ini harus dilakukan menggunakan data yang telah dinormalisasi yang akan digunakan untuk scaling up Jika entitas menganggap data tersebut berpotensi keliru, maka entitas dapat melakukan koreksi data atau mengeluarkan data tersebut dari perhitungan. Akan tetapi jika data tersebut tidak keliru, maka data tersebut harus tetap dimasukkan. Jika entitas merasa ragu untuk memasukkan atau mengeluarkan data outlier, entitas boleh mencoba menghitung hasil dengan dan tanpa data outlier. Hal ini agar efek data tersebut terhadap perhitungan sisa pangan dapat ditampilkan.

A.3.2SCALINGUPDATADARI SAMPELFISIKSISAPANGAN

Jika sampel fisik sisa pangan telah diperoleh, maka dibutuhkan scaling up untuk mendapatkan estimasi total sisa pangan yang dihasilkan oleh unit penghasil sisa pangan Dalam situasi ini, entitas dapat menggunakan perkalian sebagai metode scaling up

Sebagai contoh, jika satu gerai ritel menghasilkan 30 kardus sisa pangan setiap minggunya dan pada proses sampling fisik sisa pangan ditemukan berat satu kardus adalah 20 kg dan tidak ada perbedaan antar kardus, maka perkalian sederhana akan menghasilkan 600 kg sisa pangan per minggu dari unit penghasil sisa pangan tersebut.

Jika terdapat variasi, maka strategi sampling yang dilakukan harus telah mengakomodasi hal tersebut, sehingga scaling up bisa dilakukan dalam suatu kelompok (misalnya, sampel sisa pangan yang diambil pada hari kerja dan akhir pekan, sampel sisa pangan fisik yang diambil dari jenis produk makanan yang berbeda)

Jika perhitungan sisa pangan dilakukan pada lebih dari satu unit penghasil sisa pangan tapi data hanya diperoleh dari satu unit, maka entitas perlu melakukan scaling up data tersebut sehingga hasilnya menggambarkan seluruh cakupan perhitungan

A3.3SCALINGUPTERKAITEFEK MUSIMAN

Jangka waktu perhitungan merupakan periode waktu di mana sisa pangan dilaporkan, yang direkomendasikan selama 12 bulan. Akan tetapi entitas boleh melakukan sampling sisa pangan pada periode waktu yang lebih pendek, seperti misalnya satu bulan atau sekali perbulan sepanjang 12 bulan. Setelah itu, entitas perlu melakukan scaling up data agar dapat merefleksikan seluruh jangka waktu perhitungan

Jika sampel yang dikumpulkan cukup representatif terhadap seluruh jangka waktu perhitungan, atau efek musiman dirasa tidak cukup substansial (lihat panduan sebelumnya tentang efek musiman dan cara mendapatkan sampel sisa pangan yang representatif), scaling up dari sampel ke seluruh jangka waktu cukup dilakukan dengan mengalikan hasil sisa pangan dengan rasio antar kedua jangka waktu tersebut Sebagai contoh, jika periode sampling dilakukan selama sebulan, maka jumlah total sisa pangan yang dihasilkan dalam periode sebulan tersebut dikalikan 12 untuk mendapatkan hasil jumlah sisa pangan dalam jangka waktu 12 bulan³⁸ .

Jika sampel tidak cukup representatif terhadap seluruh jangka waktu perhitungan atau efek musiman dianggap cukup substansial, maka proses scaling up perlu memperhitungkan ketidaksesuaian ini untuk menghindari bias pada hasil perhitungan Terdapat beberapa cara penyesuaian yang bisa dilakukan

Jika entitas mengumpulkan data hanya selama periode tertentu (misalnya hanya data selama beberapa bulan dalam setahun, maka penyesuaian bisa dilakukan menggunakan data proksi), lalu lakukan scaling up data, dengan asumsi penggunaan data proksi tidak akan mengganggu tingkat akurasi hasil perhitungan sisa pangan yang diinginkan. Untuk sisa pangan dari ritel misalnya, data proksi bisa berupa data dari tahun sebelumnya.

Jika data proksi tidak tersedia, scaling up bisa dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa sisa pangan dihasilkan secara konstan sepanjang waktu, meskipun pendekatan tersebut akan mengurangi tingkat akurasi dari hasil perhitungan

A3.4MENERAPKAN

PEMBOBOTANDATADALAM SCALINGUP

Jika sampel tidak cukup representatif terhadap unit penghasil sisa pangan dan/atau jangka waktu perhitungan, entitas bisa menerapkan pembobotan saat scaling up untuk mengurangi bias pada hasil perhitungan dan meningkatkan akurasinya Misalnya jika suatu entitas mengumpulkan data sepanjang tahun tapi hasilnya tidak representatif (misalnya, karena terdapat lima sampel dalam satu bulan, dan sampel yang kosong di bulan lainnya), maka pembobotan dapat diterapkan. Pengelompokan sampel (lihat Bab A.2.1) juga menghasilkan efek yang serupa.

Untuk mengoreksi kurangnya sampel yang representatif, faktor pembobotan bisa digunakan entitas untuk melakukan penyesuaian. Faktor pembobotan memastikan unit penghasil sisa pangan dengan data sampel yang kurang diberikan bobot yang lebih besar, dan sebaliknya. Pembobotan data dapat melibatkan perhitungan yang kompleks. Jika entitas tidak memiliki keahlian yang memadai, entitas dapat meminta bantuan teknis dari tenaga profesional

B.1 PENDAHULUAN

Ketika menghitung bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan secara terpisah, entitas dapat menggunakan faktor konversi masingmasing komoditas untuk menghitung proporsi (dalam satuan berat) masingmasing bagian tersebut (lihat Bab 3.2).

Lampiran ini berisi panduan bagi entitas yang hendak mencari referensi data untuk faktor konversi dari pihak eksternal. Dalam lampiran ini juga dijelaskan halhal yang perlu dipertimbangkan saat memilih faktor konversi, termasuk rincian tentang beberapa sumber referensi yang tersedia.

B.2 PEMILIHAN SUMBER DATA

UNTUK FAKTOR KONVERSI

Sejumlah sumber menyediakan data yang dapat digunakan sebagai faktor konversi. Namun perlu diingat bahwa tidak ada satu pun faktor konversi yang dapat diaplikasikan untuk seluruh kondisi di dunia. Entitas perlu menilai kelayakan sumber data berdasarkan faktor berikut:

Ketersediaandatayangrelevan dengan sisa pangan yang dihitung Beberapa data dikembangkan spesifik untuk negara tertentu dan hanya berisi informasi tentang makanan yang umum dikonsumsi di negara tersebut

Kategoripemisahan“bagianyang tidakdapatdimakan” Faktor konversi yang dipilih entitas harus menerapkan kategori pemisahan bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan yang serupa dengan kategori pemisahan dalam perhitungan sisa pangan yang disusun entitas Oleh sebab itu, kategori pemisahan data yang digunakan oleh suatu sumber data penting untuk dipastikan

Informasitentangkondisisuatu makanan/komoditas. Beberapa faktor konversi bersifat spesifik untuk produk makanan dalam bentuk utuh, sebelum diproses dan dikonsumsi (misalnya ikan utuh segar), sedangkan faktor konversi lain spesifik untuk makanan setengah jadi (misalnya ikan fillet) dan makanan olahan (misalnya ikan goreng). Penting untuk memastikan bahwa faktor konversi yang digunakan untuk suatu makanan/komoditas berada dalam kondisi yang sama atau mirip dengan sisa pangan yang akan dihitung.

Metodologiyangmendasari. Informasi tentang metodologi yang digunakan dalam menghasilkan faktor konversi mungkin tidak selalu tersedia. Jika terdapat transparansi mengenai metodologi tersebut (misalnya jumlah sampel makanan/komoditas dan seberapa representatif sampel tersebut), entitas dapat melakukan penilaian apakah faktor konversi tersebut kredibel dan layak digunakan

Pertimbangan di atas tidak dapat dipungkiri akan mempengaruhi tingkat ketidakpastian dalam penggunaan faktor konversi untuk memperkirakan proporsi berat makanan/komoditas yang dianggap sebagai bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan

Selain itu, proporsi tersebut bisa bervariasi berdasarkan varietas tanaman atau hewan, serta perbedaan kondisi pemeliharaan tanaman atau hewan tersebut (misalnya akibat faktor cuaca atau ketersediaan nutrisi selama musim tanam). Ketika faktor konversi digunakan, entitas harus menyebutkan faktor-faktor yang berkontribusi pada ketidakpastian dalam perhitungan sisa pangan, sebagaimana dijelaskan pada Bab 3.1.

B.3 SUMBER DATA UNTUK FAKTOR KONVERSI

B.3.1 FAKTORKONVERSIDI

INDONESIA

Salah satu faktor konversi yang bisa digunakan di Indonesia dapat diambil dari TabelKomposisiPanganIndonesia 2017 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan disempurnakan di tahun 2020

Tabel Komposisi Pangan Indonesia ini sesungguhnya tidak dirancang khusus untuk perhitungan proporsi antara bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan. Tabel tersebut dirancang untuk menyediakan informasi secara rinci tentang komposisi nutrisi dari suatu produk makanan, akan tetapi untuk memperoleh informasi nutrisi tersebut dibutuhkan perhitungan bagian yang bisa dimakan.

Dalam Tabel Komposisi Pangan Indonesia, proporsi bagian yang dapat dimakan dicantumkan sebagai “% BDD” dan ditulis berupa persentase terhadap keseluruhan makanan. Akan tetapi, tabel ini tidak menyediakan deskripsi lebih rinci mengenai komponen apa yang dianggap sebagai bagian yang dapat dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan, sehingga entitas tidak bisa mengecek jika terdapat perbedaan asumsi dalam pemisahan komponen

Cara lain dalam membaca Tabel Komposisi Pangan Indonesia terbaru secara lebih mudah adalah dengan mengakses www.panganku.orgyang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Berikut ini merupakan contoh tampilan hasil pencarian “apel, segar” dari situs tersebut:

Salah satu hal yang perlu dipastikan saat mencari faktor konversi di Tabel

Komposisi Pangan Indonesia adalah memastikan kondisi dari komoditas yang dicari, karena untuk komoditas yang sama mungkin terdapat beberapa pilihan, seperti misalnya untuk “apel” terdapat pilihan “apel, segar”, “apel malang, segar”, dan “pai apel”.

B.3.2 SUMBERDATAGLOBAL

Jika faktor konversi untuk komoditas yang dibutuhkan belum terdapat dalam Tabel Komposisi Pangan Indonesia, entitas juga dapat menggunakan acuan data global.

Dua referensi yang menyediakan berbagai data komposisi makanan yang disusun oleh organisasi di seluruh dunia adalah InternationalNetworkofFood DataSystems(INFOODS)³⁹ dari FAO dan situs EuropeanFoodInformation Resource(EuroFIR)⁴⁰ . Mayoritas data ini bersifat spesifik untuk negara tertentu.

Dari daftar tersebut, sesungguhnya tidak ada data yang dirancang khusus untuk perhitungan proporsi antara bagian yang dapat dimakan dengan bagian yang tidak dapat dimakan dari suatu produk makanan Data-data tersebut biasanya dirancang untuk menyediakan informasi secara rinci tentang komposisi nutrisi dari suatu produk makanan, biasanya pada suatu negara tertentu Akan tetapi, untuk memperoleh informasi nutrisi dari bagian yang bisa dikonsumsi, kebanyakan data tersebut juga menyertakan proporsi dari bagian yang dianggap tidak dapat dimakan (berdasarkan beratnya) sesuai dengan norma budaya dalam suatu wilayah geografis tertentu, yang biasanya disebut sebagai “sampah/waste” atau “tidak dapat dikonsumsi/refuse” . Proporsi inilah yang bisa digunakan sebagai faktor konversi, selama pertimbangan-pertimbangan yang disebutkan di atas telah diperhitungkan.

Sebagai informasi, beberapa data yang tersedia membutuhkan akses berbayar. Metode baku perhitungan sisa pangan ini belum melakukan perbandingan komprehensif dari data-data tersebut.

Dari beberapa data yang tersedia, AustralianFoodCompositionDatabase (AFCD)⁴¹yang dikeluarkan oleh Food Standards Australia - New Zealand (FSANZ) adalah salah satu sumber yang menerangkan dengan jelas komponen dari suatu makanan yang dianggap tidak dapat dikonsumsi.

Kelebihan AFCD adalah menyediakan informasi tentang komponen yang dianggap bagian yang tidak dapat dimakan, sehingga penggunanya dapat menyesuaikan perhitungan dengan asumsi tersebut Pada AFCD, persentase bagian yang dapat dimakan menggunakan istilah “analysed portion” , sementara persentase bagian yang tidak dapat dimakan menggunakan istilah “unanalysed portion”

Karena sejumlah alasan, persentase bagian yang tidak dapat dimakan pada suatu makanan yang sama bisa bervariasi (Tabel B1) Perbedaan ini bisa terjadi karena perbedaan jenis barang antar negara (misalnya jenis apel yang biasa dijual antar negara bisa berbeda) atau karena perbedaan asumsi metode persiapan makanan. Misalnya, proporsi bagian kulit dari sebuah apel bisa berbeda, tergantung apakah kulit tersebut dikupas dengan pisau atau alat pengupas/peeler. Demikian juga dengan bagian inti apel, data yang berbeda mungkin menggunakan asumsi yang berbeda tentang cara orang mengonsumsi apel.

TabelB.1ProporsiBagianyangTidakDapatDimakanterhadapSeluruhMakanan (BerdasarkanBerat)

KomponenMakanan

LAMPIRAN

C.1 PENDAHULUAN

Entitas dapat memilih untuk menormalisasi data sisa pangan untuk memberikan kesan yang lebih berdampak kepada audiens Normalisasi dilakukan dengan cara membagi berat sisa pangan dengan faktor tertentu yang disebut dengan “faktor normalisasi,” sehingga menghasilkan sisa pangan per unit tertentu; seperti misalnya jumlah individu (misalnya populasi nasional), unit keuangan (misalnya omzet penjualan), atau faktor lainnya yang relevan (misalnya luas gerai ritel). Normalisasi data menghasilkan metrik seperti sisa pangan per kapita, sisa pangan per omzet, atau sisa pangan per luas gerai ritel.

Entitas dapat melakukan normalisasi untuk membuat data sisa pangan lebih mudah dipahami oleh para pemangku kepentingan, membandingkan data antar perhitungan sisa pangan, atau untuk memahami perubahan sisa pangan dari waktu ke waktu ketika variabel lainnya berubah

C.2 MEMILIH FAKTOR

NORMALISASI

Salah satu pertimbangan penting dalam memilih faktor normalisasi adalah target audiens yang ingin dijangkau entitas (misalnya manajemen perusahaan, masyarakat umum, pembuat kebijakan), dan informasi apa yang dirasa paling relevan, berdasarkan level pengetahuan dan fokus dari audiens tersebut.

Pertimbangan lainnya adalah apakah data yang digunakan sebagai faktor normalisasi dapat dipercaya dan tersedia untuk jangka waktu perhitungan sisa pangan yang telah ditentukan. Jika entitas berencana menggunakan data sisa pangan yang dinormalisasi sebagai acuan perbandingan dengan perhitungan sisa pangan entitas lain, maka entitas tersebut harus memastikan data pada faktor normalisasi (misalnya jumlah gerai ritel) juga tersedia pada entitas lain Jika menggunakan data yang dinormalisasi untuk memantau jumlah sisa pangan dari waktu ke waktu, entitas juga perlu menggunakan data terkini sebagai faktor normalisasi

Faktor normalisasi juga harus selaras dengan cakupan yang digunakan dalam perhitungan sisa pangan Sebagai contoh, jika cakupan perhitungan sisa pangan tidak memasukkan bagian yang tidak dapat dimakan ke dalam perhitungan, maka faktor normalisasi juga harus menggunakan sistem kategori yang sama (jika faktor tersebut berkaitan dengan unit perhitungan makanan, misalnya berat makanan terjual)

Jika entitas melakukan perbandingan, baik dalam entitas atau antar entitas, faktor normalisasi yang erat berkaitan dengan sisa pangan akan membuat kesimpulan yang dihasilkan lebih berdampak. Sebagai contoh, salah satu faktor normalisasi yang dianggap memiliki relevansi sekaligus proporsional dengan sisa pangan di ritel adalah jumlah gerai ritel. Artinya jika jumlah gerai ritel berkurang sebesar 10% persen misalnya, jumlah sisa pangan diperkirakan juga akan berkurang dengan persentase yang sama, yaitu 10% (dengan asumsi semua variabel lain dianggap tetap sama). Menggunakan “jumlah gerai ritel” sebagai faktor normalisasi akan berguna ketika membandingkan jumlah sisa pangan yang dihasilkan dengan ritel di negara lain, misalnya

Ketika membuat perbandingan, faktor normalisasi yang dipilih dari satu sektor belum tentu sesuai untuk digunakan di sektor lain Sebagai contoh, jumlah penduduk mungkin menjadi faktor normalisasi yang sesuai untuk membandingkan sisa pangan yang dihasilkan rumah tangga antar negara, namun jumlah penduduk di suatu negara kurang tepat jika digunakan sebagai faktor normalisasi untuk membandingkan sisa pangan pada sektor ritel antar negara Hal ini karena jumlah penduduk suatu negara tidak berkorelasi langsung dengan jumlah sisa pangan yang dihasilkan oleh ritel

Secara umum, faktor normalisasi yang paling baik adalah yang: Berdampak bagi target audiens perhitungan sisa pangan; Memiliki data terpercaya yang tersedia dalam jangka waktu tertentu serta memiliki aspek yang relevan dengan cakupan perhitungan sisa pangan (misalnya geografi); dan

Berkorelasi erat dengan besaran atau jenis sisa pangan sehingga dapat mendukung perbandingan dari antar waktu atau antar entitas

Tabel C1 mencantumkan beberapa contoh faktor normalisasi

TabelC.1ContohFaktorNormalisasiuntukSektorRitel

FaktorNormalisasi (Denominator)

Jumlahmakanan yangterjual(satuan berat)

Meskihubungannyadengansisapangankemungkinanbesartidaktetap seiringwaktu,perhitunganinidapatmemberikaninformasitentang proporsimakananyangterbuangdariseluruhmakananyangterjual

Pengukuranberdasarkanberatjugamemilikikeunggulandibandingkan nilaimoneterkarenatidakterpengaruhfluktuasihargajual,nilaitukarmata uang,inflasi,danhargamakananyangberbedadiseluruhdunia

Omzetatau pendapatan(Rupiah)

Membandingkannilaisisapangandenganhargajualnyadapatberguna untukmengetahuidampakkeuangansisapangan

Akantetapi,perbandinganantarwaktudapatdipengaruhifluktuasiharga jual,nilaitukarmatauangdaninflasi Sebagaitambahan,perbandingan antarnegaradapatdipengaruhiolehberbagaifaktor;termasuknilaitukar, perbedaanhargamakanan,atauperistiwamusimandancuacayang mempengaruhipasokanmakanan.

Luasgerairitel (meter²)

Jumlahgerairitel

Faktornormalisasiinitidakterhubungsecaralangsungdengansisapangan danmungkinkurangtepatdigunakanuntukmembandingkanjumlahsisa panganseiringwaktuantarentitas Sebagaicontoh,beberapagerairitel mungkinmenumpukmakananlebihbanyakdalamluasangerairitelyang sama Penggunaanfaktornormalisasiiniharusdigunakansesuaidengan konteksyangsesuai

C.3 PELAPORAN DAN KOMUNIKASI DATA YANG DINORMALISASI

Ketika menggunakan faktor normalisasi, entitas direkomendasikan untuk melaporkan:

Hasil perhitungan sisa pangan sebelum dan setelah menggunakan faktor normalisasi;

Deskripsi faktor normalisasi yang digunakan;

Penjelasan alasan pemilihan faktor normalisasi tersebut;

Sumber data normalisasi (misalnya sumber data jumlah gerai ritel jika faktor normalisasi yang digunakan adalah jumlah gerai ritel dalam suatu provinsi).

Tidak ada satupun faktor normalisasi yang sempurna, sehingga entitas boleh memberi catatan tentang potensi batasan dari data sisa pangan yang dinormalisasi Sebagai contoh, jika membandingkan sisa pangan di sektor ritel antar negara, entitas dapat memberi catatan bahwa faktor kultur dan perilaku belanja warga bisa sangat berbeda antar negara, dan dapat mempengaruhi sisa pangan yang dihasilkan di gerai ritel. Demikian pula jika entitas menarik kesimpulan tentang hasil perhitungan sisa pangan yang didasarkan pada analisis data yang dinormalisasi, keterangan ini juga perlu disebutkan dalam laporan.

LAMPIRAN D PERHITUNGAN SISAPANGAN DALAMUNIT LAIN

D.1 PENDAHULUAN

Metode baku perhitungan sisa pangan mewajibkan sisa pangan dilaporkan dalam satuan berat Entitas juga dapat melaporkannya dalam unit pengukuran lainnya sebagai tambahan, misalnya dengan mengukur dampak lingkungan, nilai nutrisi, atau implikasi finansialnya

Hal ini di luar kebutuhan perhitungan sisa pangan, akan tetapi lampiran ini dapat memberi panduan umum untuk entitas yang hendak melaporkan unit pengukuran alternatif yang mungkin lebih berdampak kepada audiens tertentu.

Lampiran ini menyediakan ringkasan untuk perhitungan sisa pangan dalam bentuk:

Dampak lingkungan

Penggunaan energi dan gas rumah kaca

Penggunaan air

Penggunaan lahan

Nilai nutrisi

Implikasi finansial

Untuk setiap hal di atas, Lampiran D ini menyediakan pertimbangan teknis, contoh pengaplikasian, dan beberapa sumber yang bisa menjadi panduan tambahan dalam melakukan konversi sisa pangan dalam satuan berat menjadi unit pengukuran lain

Entitas perlu menggunakan unit pengukuran dan faktor konversi yang paling sesuai dengan situasi yang dihadapi dan tujuan pengukuran yang diinginkan. Perlu diingat bahwa ketika melakukan konversi, asumsi tambahan akan digunakan sehingga mungkin menambah tingkat ketidakpastian data yang dilaporkan.

Dalam Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini juga tersedia LembarBantuanPerhitungan yang bisa digunakan untuk membantu entitas menghitung ketiga dampak sisa pangan, yang dapat diakses di bit.ly/MBPSPR3.

D.2 PERTIMBANGAN UMUM

Saat memilih faktor konversi untuk mengubah berat sisa pangan menjadi unit pengukuran lainnya, entitas perlu:

Memahami asal faktor konversi dan asal perhitungannya (termasuk apa yang dimasukkan dan tidak dimasukkan dalam perhitungan), dan batasan lainnya Melaporkan pendekatan dan sumber data yang digunakan.

Cara konversi dari berat sisa pangan menjadi unit pengukuran lainnya cukup sederhana, yaitu mengalikan berat sisa pangan dengan faktor konversi tertentu.

Dalam beberapa kasus, faktor konversi yang berbeda bisa digunakan meskipun konversi dilakukan ke unit pengukuran yang sama. Sebagai contoh, jika sebuah entitas bermaksud untuk melakukan konversi berat sisa pangan menjadi gas rumah kaca dari beberapa kategori makanan (misalnya sayur dan buah), maka masing-masing kategori makanan ini akan menggunakan faktor konversi yang berbeda

Penggunaan faktor konversi untuk kategori makanan tertentu bergantung pada seberapa banyak detail yang diketahui tentang sisa pangan tersebut Dalam beberapa kasus, faktor konversi yang diterbitkan sumber yang berbeda bisa menghasilkan angka yang berbeda Entitas bisa menggunakan nilai rata-rata dari faktor konversi yang tersedia, atau menghitung rentang dengan menerapkan faktor konversi terkecil dan terbesar

Entitas juga dapat mengomunikasikan berat sisa pangan menggunakan perbandingan yang mudah dimengerti Seperti misalnya berat sisa pangan dapat disampaikan dalam bentuk barang yang umum (seperti satu sendok makan), bentuk fisik yang dijejerkan dari satu tempat yang umum dikenal ke tempat lainnya (seperti misalnya dari ujung Jawa Barat ke Jawa Timur), atau sebagai volume yang bisa digambarkan memenuhi satu landmark terkenal (misalnya setinggi Monas). Apapun perbandingan yang digunakan, entitas harus memastikan bahwa perbandingan tersebut dapat meninggalkan kesan yang mendalam dalam komunikasi yang dibuat untuk target audiens.

Entitas juga perlu menyiapkan dokumentasi yang jelas dan transparan dalam perhitungan konversi, karena konversi berat sisa pangan ke unit pengukuran lain bisa cukup kompleks.

Entitas juga bisa menggali detail lebih dalam tentang perhitungan dampak sosial-ekonomis dan dampak lingkungan dari sisa pangan dalam laporan Criteria for and Baseline Assessment of Environmental and Socio-economic Impacts of Food Waste, yang diterbitkan FUSIONS for the European Commission⁴² Laporan ini tidak hanya mendokumentasikan pengetahuan dasar tentang dampak sosial-ekonomis dan dampak lingkungan, tapi juga menyediakan informasi tentang apa yang perlu dilakukan dengan informasi tersebut

D.3 DAMPAK LINGKUNGAN

Gas rumah kaca, serta penggunaan air dan lahan, terjadi di setiap tahap rantai pasok semua produk makanan dan minuman, mulai produksi dan distribusi, hingga konsumsi dan pembuangan Jika jumlah sisa pangan dapat dikurangi, maka penggunaan sumber daya ini juga dapat dioptimasi. Jika suatu makanan terbuang dari rantai pasok, maka sumber daya yang dipakai untuk memproduksi makanan ini juga akan ikut terbuang. Jika penanganan sisa pangan melibatkan valorisasi, maka emisi bisa berkurang sebagian, misalnya karena gas metana yang dihasilkan selama dekomposisi dapat dikurangi.

Jika perhitungan sisa pangan dilakukan berdasarkan pemahaman mendalam tentang tahapan dan penanganan sisa pangan, maka akurasi dari estimasi dampaknya akan lebih tinggi. Menghitung dampak lingkungan bisa menjadi cara yang ampuh untuk memahami dan melaporkan pentingnya upaya pengurangan sisa pangan

Sebuah laporan global tentang jejak karbon dan dampak lingkungan dari susut dan sisa pangan, Food Wastage Footprint diterbitkan oleh FAO tahun 2013 dan diperbaharui tahun 2015⁴³ Ini adalah sumber penting untuk menilai dampak sisa pangan dalam ketiga bidang lingkungan yang didiskusikan dalam bab ini

D.3.1PENGGUNAANENERGIDAN GASRUMAHKACA

Relevansi

Sisa pangan bertanggung jawab terhadap dua sumber utama gas rumah kaca. Yang pertama adalah sumber biogenic, yaitu emisi berupa metana yang terkait dengan proses agrikultur dan dekomposisi sisa pangan. Yang kedua adalah sumber combustive, yaitu emisi berupa karbondioksida yang terkait dengan penggunaan bahan bakar untuk energi sepanjang rantai pasok Oleh sebab itu, untuk memahami produksi gas rumah kaca, penting juga untuk memahami tentang penggunaan energi

PertimbanganTeknis

Gas rumah kaca biasanya ditampilkan dalam bentuk karbon dioksida-ekuivalen (CO₂e atau CO₂ek), yang telah mempertimbangkan kombinasi gas rumah kaca yang berbeda (misalnya karbondioksida, metana, dinitrogen oksida) dan dampak iklim masingmasing gas tersebut, atau yang biasa disebut sebagai potensi pemanasan global/global warming potential (GWP)⁴⁴

Oleh sebab itu entitas perlu berhati-hati dalam menggunakan unit yang benar saat pelaporan, agar tidak terjadi misinterpretasi unit (misalnya emisi karbon dioksida-ekuivalen tidak boleh disingkat menjadi emisi karbon dioksida)

D.3.2PENGGUNAANAIR

Relevansi

Produksi makanan dan minuman membutuhkan penggunaan air yang intensif. Penyampaian sisa pangan dalam unit pengukuran “jejak air/water footprint” yang dikombinasikan dengan informasi tentang “stres air/water stress” dapat membantu menunjukkan koneksi antara sisa pangan dengan isu terkait air, yang memiliki dampak sosial dan lingkungan secara global.

PertimbanganTeknis

Berbeda dengan emisi gas rumah kaca, jejak air punya dampak paling besar di tingkat lokal atau regional Dampak ini bergantung pada beberapa hal, seperti misalnya ketersediaan air secara geografis maupun seiring waktu, dan efisiensi penggunaan air dalam agrikultur dan tahap rantai pasok lainnya. Tingkat efisiensinya bisa jauh berbeda, tergantung pada teknologi dan manajemen yang dipraktekkan. Dalam konteks ini, entitas bisa menggunakan metode water footprint assessment atau life cycle assessment⁴⁷ .

Selagi produk pangan bergerak dari panen ke tahapan rantai pasok berikutnya, jejak airnya cenderung akan terus meningkat. Jejak air bukan menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam suatu produk, melainkan jumlah akumulasi penggunaan air yang digunakan dalam produksinya Jejak air juga sering disebut “embedded water” seperti halnya emisi gas rumah kaca juga terkait/embedded dalam produk pangan

Sebagaimana dengan data emisi gas rumah kaca, jika entitas menggunakan data yang tersedia untuk mengestimasi jejak air, penting untuk mengetahui tahap rantai pasok apa saja yang tercakup dalam perhitungan faktor konversi (atau yang tidak tercakup sehingga menghasilkan gap data), berlaku transparan dalam pelaporan gap data tersebut, dan memastikan data yang digunakan telah sesuai kriteria kualitas⁴⁸ .

ContohKonversiSisaPangan menjadiPenggunaanAir

Berikut ini merupakan contoh dari beberapa studi di mana susut dan sisa pangan ditampilkan dalam unit penggunaan air:

Hall et al (2009) memperkirakan bahwa air yang digunakan dalam produksi makanan yang terbuang di Amerika Serikat setara dengan 25% total air yang digunakan untuk pertanian di Amerika Serikat⁴⁹ .

FAO (2013) memperkirakan jejak global blue water (penggunaan sumber daya air permukaan dan air bawah tanah (surface and groundwater resources)) dari sampah makanan berkisar 250 kilometer kubik, atau tiga kali volume Danau Geneva⁵⁰ .

Referensi

Lembar Bantuan Perhitungan yang bisa digunakan untuk membantu entitas menghitung dampak kehilangan air dari sisa pangan dapat diakses di bit.ly/MBPSPR3.

D.3.3PENGGUNAANLAHAN

Relevansi

Lahan produktif merupakah sumber daya berharga yang terus berkurang jumlahnya di dunia. Bahan pangan yang diproduksi namun berakhir terbuang dari rantai pasok juga merepresentasikan penggunaan lahan untuk menumbuhkannya yang ikut terbuang. Hal ini penting mengingat populasi global dan kebutuhan pangan yang terus meningkat, yang pada akhirnya mengakibatkan timbulnya tekanan untuk mengalihfungsikan lahan hutan atau lahan alami lainnya menjadi lahan pertanian, yang berdampak negatif pada segi lingkungan dan sosial.

PertimbanganTeknis

Beberapa sumber data di bawah ini menunjukkan rata-rata penggunaan lahan global Karena perbedaan produktivitas agrikultur yang cukup signifikan di berbagai belahan dunia, kebutuhan penggunaan lahan di berbagai negara atau wilayah bisa sangat berbeda dengan rata-rata global

ContohKonversiSisaPangan menjadiPenggunaanLahan

Berikut ini merupakan contoh dari beberapa studi di mana susut dan sisa pangan ditampilkan dalam unit penggunaan lahan:

FAO (2013) mengestimasi penggunaan lahan yang terkait dengan pangan yang terbuang bernilai hampir 1,4 milyar hektar lahan, atau sekitar 30% keseluruhan lahan agrikultur di dunia⁵¹ .

WRAP (2013) mengestimasi bahwa makanan dan minuman yang dibuang oleh rumah tangga di Inggris merepresentasikan penggunaan lahan (yang dibutuhkan untuk produksi baik di Inggris maupun di luar Inggris) senilai 19.000 km², atau sekitar 91% ukuran Wales⁵² .

Referensi

Lembar Bantuan Perhitungan yang bisa digunakan untuk membantu entitas menghitung dampak penggunaan lahan dari sisa pangan dapat diakses di bit.ly/MBPSPR3.

D.4 NILAI NUTRISI

Relevansi

Sisa pangan merepresentasikan kehilangan nutrisi, yang mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Informasi terkait nilai nutrisi ekivalen dari sisa pangan bisa jadi sama pentingnya dengan mengetahui berat sisa pangan. Mengetahui nilai nutrisi ekivalen juga dapat bermanfaat saat melakukan perbandingan, agar dapat menentukan prioritas pengurangan sisa pangan dari berbagai sektor.

Selain itu, dari data nilai nutrisi yang diperoleh juga bisa dihitung jumlah orang yang dapat dipenuhi kebutuhan nutrisinya Hasilnya dapat menunjukkan potensi penggunaan sisa pangan untuk memenuhi asupan nutrisi sejumlah orang

Sebagai tambahan, informasi nilai nutrisi dari sisa pangan bisa memberi gambaran yang representatif tentang signifikansi isu sisa pangan, terutama di negara-negara yang masih mengalami persoalan malnutrisi

PertimbanganTeknis

Di Indonesia, database tentang nutrisi yang terkandung dalam berat tertentu (per 100 gram) bisa diperoleh dari Tabel KomposisiPanganIndonesia2017yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan disempurnakan di tahun 2020

Nilai kandungan nutrisi ini bisa dijadikan faktor konversi yang dapat digunakan pada berat sisa pangan, untuk menentukan jumlah nutrisi yang terbuang pada sisa pangan Karena informasi nutrisi tersebut “per 100 gram”, angka ini juga bisa dijadikan persentase pada perhitungan berbasis berat sisa pangan

Untuk menggunakan informasi kandungan nutrisi sisa pangan, penting untuk mengetahui jenis makanan tersebut, sebab nutrisi dalam sisa pangan yang tercampur bisa jadi sangat berbeda dengan sisa pangan yang hanya terdiri dari satu jenis bahan.

Begitu juga kandungan nutrisi dari suatu makanan sangat bergantung pada kondisinya. Salah satu hal yang perlu dipastikan saat mencari faktor konversi di Tabel Komposisi Pangan Indonesia adalah memastikan kondisi dari komoditas yang dicari, karena untuk komoditas yang sama mungkin terdapat beberapa pilihan, seperti misalnya untuk “apel” terdapat pilihan “apel, segar”, “apel malang, segar”, dan “pai apel”

Dalam menggunakan informasi kandungan nutrisi pada sisa pangan, juga perlu dicek jika informasi yang tersedia merupakan nilai nutrisi pada bagian yang dapat dimakan saja atau keseluruhan. Misalnya pada ayam, apakah informasi nutrisi ditujukan untuk bagian daging ayam saja, atau keseluruhan termasuk tulangnya.

Pada Tabel Komposisi Pangan Indonesia, nilai nutrisi dihitung dari bagian yang dapat dimakan saja, sehingga jika berat sisa pangan mencakup keseluruhan bagian yang dapat dimakan dan yang tidak dapat dimakan, nilainya perlu dikalikan dengan persentase bagian yang dapat dimakan terlebih dahulu. Persentase ini bisa menggunakan perhitungan yang dilakukan sendiri, atau menggunakan referensi data yang juga tersedia di Tabel Komposisi Pangan Indonesia (lihat Lampiran B)

Selanjutnya untuk perhitungan jumlah orang yang bisa dipenuhi nutrisinya per hari bisa didapat dari jumlah kehilangan nutrisi yang dibagi dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia Angka

Kecukupan Gizi bisa diperoleh dari Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI yang kemudian ditetapkan melalui

Permenkes Nomor 28 tahun 2019 tentang

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia

ContohKonversiSisaPangan menjadiNilaiNutrisi

Berikut ini merupakan contoh dari beberapa studi di mana susut dan sisa pangan ditampilkan dalam unit nilai nutrisi:

Tahun 2021, Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia yang diterbitkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mengestimasi bahwa jumlah orang yang dapat diberi makan dari kehilangan kandungan gizi (energi) dari susut dan sisa pangan di Indonesia pada tahun 2000-2019 adalah sebesar 61-125 juta orang atau 29-47% populasi Indonesia

Lipinski et al (2013) mengonversi jumlah susut dan sisa pangan di dunia sebagaimana didefinisikan oleh FAO dari kilogram menjadi kalori ekivalen, dan diperkirakan bahwa sekitar 1 dari 4 kalori yang diproduksi untuk konsumsi manusia hilang atau terbuang⁵³ .

Referensi

Lembar Bantuan Perhitungan yang bisa digunakan untuk membantu entitas menghitung dampak kehilangan nutrisi dari sisa pangan dapat diakses di bitly/MBPSPR3

D.5 IMPLIKASI FINANSIAL

Relevansi

Sisa pangan memiliki implikasi finansial yang signifikan di sepanjang rantai pasok, yang berbentuk biaya langsung dan manfaat yang hilang. Sisa pangan mengurangi keuntungan dan nilai kompetitif bisnis, dan berdasarkan sebuah studi tentang sampah makanan di Kanada, juga membuat konsumen membayar lebih tinggi untuk makanan.

Selain itu terdapat juga kemungkinan biaya yang timbul dari pengumpulan, pemrosesan, pengolahan, dan pembuangan sisa pangan Jika sisa pangan dibuang di TPA misalnya, akan terdapat biaya retribusi yang harus dibayarkan Dalam beberapa situasi, sisa pangan bisa diproses untuk memberi pemasukan tambahan, misalnya dijual untuk pakan ternak Pemasukan ini biasanya lebih kecil dibanding biaya pemrosesannya, tapi tetap perlu dimasukkan dalam perhitungan agar memberi gambaran yang akurat tentang biaya bersih penanganan sisa pangan dalam suatu bisnis atau organisasi

Besarnya biaya finansial yang terkait dengan sisa pangan merupakan pertimbangan yang penting dalam pengambilan keputusan untuk mengurangi sisa pangan

Sebagai tambahan, biaya dampak terhadap masyarakat juga bisa dihitung sebagai biaya eksternalitas lingkungan. Dampak lingkungan yang telah dijelaskan sebelumnya bisa dikonversi menjadi dampak ekonomi, sebagai bahan pertimbangan pembuatan kebijakan terkait.

PertimbanganTeknis

Dalam menghitung implikasi finansial sisa pangan, penting untuk diingat bahwa berbagai variabel yang kompleks dapat mempengaruhi nilai ekonomi. Ketika entitas hendak menghitung potensi kerugian finansial, faktor seperti volatilitas harga komoditas dan nilai tukar mata uang perlu dipertimbangkan untuk meminimasi risiko menghasilkan keputusan yang kurang tepat.

Selain itu, penting juga untuk menentukan implikasi finansial apa yang akan dihitung Beberapa elemen finansial pada sektor ritel diantaranya: Harga pembelian produk makanan yang terbuang; Nilai dari potensi pendapatan yang hilang;

Biaya tenaga kerja; Biaya pengambilan/penjemputan/ pengantaran sisa pangan; Biaya pembuangan atau penanganan sisa pangan; Biaya yang timbul karena dampak lingkungan (misalnya emisi gas rumah kaca, penggunaan air dan lahan)

Untuk beberapa elemen finansial di atas, biayanya dapat dihitung secara proporsional. Sebagai contoh, jika 5% dari produk yang dijual suatu gerai ritel berakhir menjadi sisa pangan, maka biaya operasional gerai ritel (misalnya biaya tenaga kerja, biaya utilitas) yang terkait dengan sisa pangan bisa dihitung sebanyak 5%.

Untuk mendapatkan harga produk dari suatu gerai ritel, informasi yang terpercaya bisa diperoleh dari situs belanja resmi brand ritel tersebut Jika tidak tersedia, alternatif lainnya adalah menggunakan situs belanja dari brand lain dengan kelas yang serupa

Sebagaimana informasi kandungan nutrisi, ketika menggunakan informasi finansial pada sisa pangan, juga penting untuk dicek jika informasi yang tersedia mengacu pada bagian yang bisa dimakan saja atau keseluruhan, lalu melakukan penyesuaian jika diperlukan

Sementara itu informasi biaya yang timbul dari pengumpulan, pemrosesan, dan pembuangan sisa pangan bisa diperoleh langsung dari vendor pengolahan sampah yang bekerja sama dengan ritel. Biaya vendor sampah bisa berupa biaya tetap yang dibayarkan per bulan (terlepas dari berapapun jumlah sisa pangan yang ditangani), atau juga bisa bergantung dari besaran sisa pangan yang ditangani (misalnya harga tertentu per kg sisa pangan). Perlu diingat bahwa mayoritas vendor sampah yang bekerja sama dengan gerai ritel biasanya menangani seluruh jenis sampah; baik sisa pangan maupun sampah non-organik, sampah residu, dan sebagainya.

ContohKonversiSisaPangan menjadiImplikasiFinansial

Di bawah ini merupakan beberapa contoh studi yang menghitung dampak susut dan sisa pangan dalam unit pengukuran biaya finansial:

Tahun 2021, Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia yang diterbitkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mengestimasi bahwa kerugian dari timbulan susut dan sisa pangan di Indonesia pada tahun 2000-2019 diestimasikan sebesar 213-551 triliun rupiah/tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia

Referensi

Lembar Bantuan Perhitungan yang bisa digunakan untuk membantu entitas menghitung implikasi finansial dari sisa pangan dapat diakses di bit.ly/MBPSPR3.

YANG
DIDONASIKAN DAN
DIPULIHKAN

E.1 PENDAHULUAN

Metode baku perhitungan ini selaras dengan rekomendasi universal yang memprioritaskan pencegahan susut dan sisa pangan Salah satu bentuk pencegahannya adalah mengumpulkan pangan layak konsumsi yang berpotensi terbuang, dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan Hal ini penting karena dapat membantu menyelesaikan masalah malnutrisi dan kelaparan

Jika tersedia insentif finansial (seperti misalnya potongan pajak), pendonasian makanan layak konsumsi yang tidak terjual juga membantu menutup kerugian ekonomi yang timbul dari pangan yang telah ditanam, disimpan, dikirimkan, dan/atau dimasak. Pendonasian makanan layak juga membantu mencegah dampak lingkungan negatif dari emisi karbon akibat sampah makanan ketika terdekomposisi.

Mengingat pentingnya penyaluran makanan layak konsumsi ini agar tidak terbuang, lampiran ini memberi pedoman dalam menghitung dan melaporkan berat pangan yang didonasikan

Pendonasian pangan bisa dilakukan lewat program formal atau informal, seperti bekerja sama dengan food bank setempat yang akan mendistribusikan makanan yang didonasikan dari ritel, atau dibagikan langsung oleh gerai ritel ke badan amal lainnya

Terdapat beberapa alasan mengapa suatu negara, perusahaan, koperasi, asosiasi, atau entitas lainnya menghitung dan melaporkan berat makanan yang didonasikan Di antaranya adalah untuk menunjukkan pertanggungjawaban entitas tersebut terhadap makanan yang diproduksi, atau untuk memantau target pendonasian makanan yang telah dirancang

Berat dari makanan yang didonasikan dapat diukur oleh entitas yang mendonasikannya (atau disebut “donatur”), atau juga dapat diukur oleh entitas lain yang mengumpulkan dan mendistribusikan makanan tersebut kepada warga yang membutuhkan.

Makanan yang diselamatkan, didonasikan, disumbangkan, dipulihkan, atau diredistribusi untuk keperluan konsumsi manusia perlu dihitung dan dimasukkan ke dalam kategori penanganan “donasi/dipulihkan”.

E.2 DEFINISI MAKANAN YANG DIDONASIKAN/DIPULIHKAN

KotakE.1DefinisiFAOatas “PemulihandanRedistribusi MakananyangLayakdanBernutrisi untukKonsumsiManusia”

Pemulihanmakananyanglayakdan bernutrisiuntukkonsumsimanusia: Menerima, dengan atau tanpa pembayaran, makanan (mentah, setengah jadi, atau jadi), yang berpotensi terbuang dari rantai pasok pertanian, peternakan, atau perikanan

Redistribusimakananyanglayakdan bernutrisiuntukkonsumsimanusia: Menyimpan atau memroses, dan kemudian mendistribusikan makanan yang diterima sesuai dengan standar keamanan, kualitas, dan regulasi; baik secara langsung atau lewat pihak ketiga, dengan atau tanpa pembayaran, untuk warga yang membutuhkan

Sumber: The online Technical Platform on the Measurement and Reduction of Food Loss and Waste, yang dapat diakses di: http://wwwfaoorg/platform-food-losswaste/food-waste/food-wastereduction/country-level-guidance/en/.

Definisi FAO terhadap “pemulihan dan redistribusi makanan yang layak dan bernutrisi untuk konsumsi manusia” dijelaskan di dalam Kotak E.1. Menurut FAO, pemulihan dan redistribusi dapat terjadi dengan atau tanpa biaya.

Di Amerika Serikat, Food Waste Reduction Alliance (FWRA) menggunakan istilah “makanan yang tidak dapat dijual/unsaleable food” yang didefinisikan sebagai “makanan yang layak konsumsi, akan tetapi tidak dapat dijual karena permasalahan kualitas, produksi berlebih, atau pelabelan. Hal ini termasuk makanan segar, makanan kemasan, bahan-bahan produk, dan produk setengah jadi. Hal ini tidak termasuk makanan yang khusus diproduksi untuk didonasikan, dibeli oleh pelanggan atau karyawan khusus untuk didonasikan, atau didonasikan kepada organisasi tertentu jika kondisinya masih dapat dijual

Dalam perhitungan sisa pangan, berat kemasan harus dikeluarkan dari perhitungan Pendekatan yang dijelaskan dalam Bab 323 untuk mengeluarkan berat kemasan dari perhitungan juga dapat diaplikasikan untuk mengeluarkan berat kemasan dari makanan yang didonasikan

E.3 METODE PERHITUNGAN MAKANAN YANG DIDONASIKAN

Terdapat beberapa cara untuk menghitung berat makanan yang didonasikan Beberapa metode perhitungan sisa pangan yang disebutkan dalam metode baku ini seperti misalnya penimbangan langsung dan sejenisnya, juga bisa diaplikasikan dalam menghitung berat makanan yang didonasikan

Metode perhitungan yang paling langsung adalah dengan menimbang berat makanan yang didonasikan. Sebagai alternatif, jika berat netto masing-masing produk telah diketahui (yaitu berat tanpa kemasan), entitas dapat menghitung jumlah produk, dan mengalikannya dengan berat netto produk.

Sebagai contoh, jika suatu gerai ritel mendonasikan 200 biskuit kaleng dengan berat netto 500 gram per kaleng, maka berat makanan yang didonasikan adalah 200 kaleng x 0,5 kg = 100 kg.

Cara lainnya adalah dengan memberikan informasi atau mentransfer dokumen berisi informasi yang relevan kepada entitas lain yang mengumpulkan atau menerima makanan yang didonasikan, atau kepada pihak ketiga yang melakukan perhitungan atas permintaan donatur atau penerima Cara ini biasanya lebih umum jika pendonasian makanan telah dilakukan secara rutin dan telah terjalin hubungan antara donor dan penyalur.

Dalam kasus-kasus di mana entitas mendonasikan makanan dalam bentuk bulk atau jumlah besar (misalnya satu kontainer berisikan makanan kemasan yang rusak, atau makanan tanpa standar berat), maka beratnya bisa diestimasi dengan menyimpan data berat aktual dari produk yang didonasikan selama beberapa waktu. Entitas juga dapat menghitung berat rata-rata dari setiap unit spesifik lainnya, seperti misalnya berat kontainer yang dipakai.

E.4 PERTIMBANGAN LAIN TERKAIT PENDONASIAN

MAKANAN

Beberapa aspek terkait pendonasian makanan yang dijelaskan di bawah ini mungkin dapat berguna untuk dipertimbangkan.

KebijakanNasionaluntuk MendukungPendonasian Makanan

Secara global, telah muncul kesadaran dari pemerintah di banyak negara untuk membuat kebijakan yang dapat mendorong pendonasian makanan surplus. Kebijakan khusus telah dibuat di beberapa negara Eropa⁵⁴ , Meksiko, dan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat misalnya, kebijakan ini mencakup keringanan pajak berdasarkan nilai jual makanan yang didonasikan dan perlindungan hukum untuk donatur

Di Indonesia, kebijakan khusus seperti ini belum tersedia meskipun terus didorong oleh berbagai advokasi kebijakan untuk mendorong praktek pendonasian makanan surplus yang masih layak makan Saat ini Badan Pangan Nasional menjadi inisiator penyusunan regulasi untuk mendorong praktek pemulihan makanan surplus untuk didonasikan

CaraLainMenghitungManfaat PendonasianMakananSurplus

Entitas juga bisa menghitung dampak dari pendonasian makanan surplus dalam unit pengukuran selain berat atau nilai ekonomi, yaitu misalnya dari segi dampak lingkungannya. Salah satu opsinya adalah menggunakan model Waste Reduction Model (WARM) yang dikembangkan oleh United States Environmental Protection Agency, yang mengestimasi energi dan gas rumah kaca yang dapat dicegah lewat pendonasian makanan surplus⁵⁵

Hal ini termasuk menggunakan satuan “porsi makanan” menggunakan faktor konversi berdasarkan berat rata-rata per porsi makanan Sebagai contoh, ritel makanan Tesco di Inggris menggunakan rasio 420 gram per 1 porsi makanan, yang dihasilkan oleh mitra food bank Rasio tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghitung jumlah porsi makanan yang didonasikan⁵⁶

MengembangkanProgram

PendonasianMakananSurplus

Terlepas dari beberapa perbedaan operasional, mengembangkan program pendonasian makanan surplus pada umumnya membutuhkan beberapa hal berikut:

Jika makanan surplus akan disumbangkan lewat food bank atau penyalur lainnya, logistik untuk menyimpan makanan yang didonasikan sebelum dijemput atau dikirimkan

Teknologi untuk memonitor makanan yang didonasikan, jika tersedia

Keamanan pangan, yang merupakan hal penting dalam menangani pendonasian makanan dan meminimalkan risiko penyaluran makanan yang tidak aman dikonsumsi Panduan keamanan pangan untuk pendonasian makanan di Indonesia saat ini tengah dikembangkan oleh Badan Pangan Nasional Sebagai panduan dasar bisa digunakan pengetesan organoleptik, yang merupakan pengetesan kualitas makanan dengan menggunakan panca indera; yaitu indera penglihatan, penciuman, dan perasa.

Kemitraan dengan komunitas atau food bank tertentu. Telah terdapat beberapa food bank di beberapa kota di Indonesia, meskipun belum merata di seluruh lokasi. Beberapa food bank yang bisa dihubungi adalah Garda Pangan, Food Bank of Indonesia, Food Cycle Indonesia, Scholar of Sustenance, Food Bank of Bandung, dan Aksata Pangan.

Kekhawatiran terhadap aspek risiko dan legalitas, serta tantangan kultural yang mungkin muncul dalam pendonasian makanan surplus

PIRAN F OSARIUM, FERENSI,DAN TATAN HIR

F.1 GLOSARIUM

TabelF.1Glosarium

Istilah Definisi

Akurasi

Bagianyang DapatDimakan

Tingkatketepatanantaranilaiestimasidengannilaisebenarnya(yaitunilaiyang diperolehjikamenggunakanprosespengukuranyangsempurna)

Prinsipakurasimemastikanbahwahasilperhitungandilakukandenganketelitian dankecermatansehinggabenar-benarmenggambarkankondisisebenarnya,dan tingkatketidakpastianditekanserendahmungkin

Perhitunganyangakuratmemungkinkanpihakberwenanguntukmengambil keputusanyangsesuaidariinformasiyangdihasilkan

Makanan(baikyangmentah,setengahjadi,atautelahdimasak)yangditujukan untukkonsumsimanusia

Bagianyangdapatdimakanjugatermasukminuman,zatyangditambahkandalam prosesmanufaktur,persiapan,ataupengolahanmakanan

Bagianyangdapatdimakanjugatermasukmakananyangsudahrusak,cacat, busuk,atausudahtidaklayakkonsumsi

Bagianyangdapatdimakantidaktermasukkosmetik,tembakau,atauzatyang digunakanhanyasebagaiobat

Bagianyangdapatdimakantidaktermasukbahanpengolahyangdigunakanpada rantaipasokpangan,sepertiairuntukmembersihkanataumemasakmakanan mentah.

BagianyangTidak DapatDimakan

Komponenterkaitmakananyangtidakditujukanuntukkonsumsimanusia

Contohdaribagianyangtidakdapatdimakanmisalnyatulang,kulitbuah,danbiji.

Bagianyangtidakdapatdimakantidaktermasukkemasanmakanan,sepertikardus danwadahplastik

Yangdianggapsebagai“tidakdapatdimakan”kemungkinandapatberbeda-beda antardaerah,berubahseiringwaktu,dandipengaruhiolehberbagaifaktorseperti budaya,sosialekonomi,ketersediaanpangan,harga,kemajuanteknologi, perdaganganinternasional,dangeografi

TabelF.1Glosarium(Lanjutan)

Istilah Definisi

Bias

Ditujukanuntuk konsumsimanusia

Mengacupada“kesalahansistematis”dalamperhitungan

Potensisumberbiastermasuk:

Menggunakanmetodeperhitunganyangsecarasistematisdankonsistenmenilaisisa panganlebihrendahataulebihtinggidarikenyataannya(misalnyajika mengandalkanrespondenuntukmengingatjumlahsisapangan)

Menggunakantimbanganyangbelumdikalibrasi

Tidakmencakupsemuaunitpenghasilsisapangandalamperhitungan(misalnya tidakmemasukkanritelskalakecilsaatmelakukansamplingseluruhriteldalam populasi)

Tidakmencakupsemuasisapanganyangharusnyamasukcakupanperhitungan (misalnyabagiandarisisapanganyangterbuangdisaluranpembuangansaat dicuci)

Tujuanawalzat/bahandalamrantaipasokpanganyaituuntukdimakanolehkonsumen atauyangsecaraumumdimakanolehmanusia.

Yangdianggapsebagai“ditujukanuntukkonsumsimanusia”bisajadiberbedaantar entitas,tergantungpadarantaipasokpangan,sistempangan,konteksgeografisdan budaya

Dalambeberapakasusmungkintidakdiketahuiapakahsuatumaterialakandijadikan bagianyangdapatdimakanatautidak,atautujuanpenggunaannyamungkin mengalamiperubahan Metodebakuinimenyediakanpanduantentangsituasitersebut

Entitas

Inferensi

Istilahumumuntukpihakmanapunyangmenyusunperhitungansisapangan

MetodeBakuPerhitunganSisaPanganpadaRiteldirancanguntukdapatdigunakanoleh berbagaijenisentitasyangrelevan;termasukpemerintah,perusahaan,ritel,danentitas lainnya

Inferensimerupakancaramengestimasijumlahsisapanganberdasarkandatalainnya

Inferensiberartimenggunakandatayangtelahtersedia,lalumelakukanperhitungan untukmenyimpulkanestimasijumlahsisapangan

Inferensitidakmelibatkanpengukuranataupenaksiransisapangan,meskipundatayang disimpulkanbisasajaberasaldariperhitunganataupenaksiransisapangan sebelumnya

Inferensidenganperhitunganmeliputi:keseimbanganmassa,pemodelan,dandata proksi

Keandalandata Keandalansuatudatayangterkaitdengantingkatketidakpastiannya

Tingkatketidakpastianyangrendahberartidatalebihterpercaya,atauhasilperhitungan mendekati“jumlahsisapanganyangsebenarnya”dancukupandaluntukdigunakan sebagaibahanpengambilankeputusan

Kerangkasampel

Daftarsemuaunitpenghasilsisapangandalampopulasi,yangakandipilihmenjadi sampel Sebagianunityangterpilihdarikerangkasampelinilahyangdisebutsebagai sampel

TabelF.1Glosarium(Lanjutan)

Istilah Definisi

Ketidakpastian Ketidakpastianmencerminkankemungkinanperbedaandariestimasisisapangan hasilperhitungandenganjumlahaktualsisapanganyangdiperolehjika menggunakanprosesperhitunganyangsempurna

Perbedaankeduanyabisaberasaldariketidakpastianacak(misalnyadariproses samplingyangkurangrepresentatif)danbias(misalnyamenggunakanmetode perhitunganlewatcatatanharianyangsecarakonsistenmenilaisisapanganlebih rendahdarikenyataannya) Ketidakpastianditentukanolehbeberapafaktor termasukpilihanmetodeperhitungandandetailmetodologisepertiprosedur pengambilansampel

Laporan perhitungansisa pangan

Laporanyangmenjelaskanhasilperhitungansisapangandankomponenkomponenlainnya,sesuaidenganMetodeBakuPerhitunganSisaPanganpadaRitel, termasukcakupandanmetodeperhitunganyangdigunakan.

LembarBantuanPerhitunganuntukmelaporkanperhitungansisapangandapat diaksesdibitly/MBPSPR3

Melaporkan Mendokumentasikandanmembagikankepadaaudiens Hasilperhitungansisa pangandapatdilaporkankeberbagaipihakuntukberbagaitujuan,sepertiuntuk meningkatkanpartisipasipublik,advokasikebijakan,atautujuanlainnya.

MetodeBaku PerhitunganSisa PanganpadaRitel

Metode perhitungan

Normalisasi

Dokumenyangmenjelaskancaraperhitungandanpelaporansisapanganyang spesifikterjadidilahanritel

MetodeBakuPerhitunganSisaPanganpadaRiteldiperlukansebagaistandarcara pengukuransisapangan,agardatayangdilaporkankonsistendantransparan Metodebakuinidirancangagarbersifatpraktis,dandapatdigunakanolehpihak manapununtukmenghitungjumlahsisapanganyangdihasilkan,sesuaidengan tujuanpengukuranyangdiinginkan Penggunaanterminologidanmetodeyang bakumemastikanbahwadatayangdihasilkansesuaidenganstandarinternasional, dandapatdigunakanbaikuntukkepentinganinternalatausebagaibahan perbandinganantarentitas

Caradatadiperoleh,dicatat,dandianalisisuntukperhitungansisapangan Metode Bakuinimenyediakanpanduantigametodeperhitungan,yaitupengukuran, penaksiran,daninferensi.

Membagiberatsisapangandenganfaktortertentuyangdisebutdengan“faktor normalisasi,”sehinggamenghasilkansisapanganperunittertentu,sepertimisalnya jumlahindividu(misalnyapopulasinasional),unitkeuangan(misalnyaomzet perusahaan),ataufaktorlainnyayangrelevan(misalnyajumlahmakananyang terjual).Normalisasidatamenghasilkanmetriksepertisisapanganperkapita,sisa panganperomzet,atausisapanganperjumlahmakananyangterjual

Entitasdapatmelakukannormalisasiuntukmembuatdatasisapanganlebih mudahdipahamiolehparapemangkukepentingan,membandingkandataantar perhitungansisapangan,dan/atauuntukmemahamiperubahansisapangandari waktukewaktuketikavariabellainnyaberubah

TabelF.1Glosarium(Lanjutan)

Istilah Definisi

Penaksiran

Pengukuran

Suatumetodeperhitunganyangdigunakanuntukmenghasilkanestimasiyang mendekatijumlahsisapanganyangsesungguhnya,tapikurangpresisi dibandingkanmetodepengukuranlangsung(lihatjuga“Pengukuran”)

Entitasbolehmelakukanpenaksiran,misalnyaketikapengukurantidakmungkin dilakukan Misalnyapenggunaan“satukantungsampah”atau“satukardus”juga dapatdigunakanuntukmenaksirjumlahsisapangandariritel Atauseorang pegawairitelyangmengetahuiukurankantungsampahbisamenaksirvolumeisidi dalamnyadenganmemperkirakanseberapapenuhwadahtersebut.

Metodeperhitungansisapanganmenggunakaninstrumenataualatdenganunit standartertentu.Hasilpengukurandituliskandalamunitberat,jumlah,atauvolume. Unitselainberatperludikonversikankedalambentukberat

Secaraumum,metodepengukuranpalingdirekomendasikankarenamenghasilkan perhitunganyangpalingakurat,namunmungkinsulitdilakukankarenaalasan logistik

Pengukuranmeliputipenimbanganlangsung,penghitungan,danpenghitungan berbasisvolume Ketikapengukurantidakmungkindilakukan,metodepenaksiran bisadigunakan

Populasi

Seluruhunitpenghasilsisapangandalamcakupanperhitungan

Jikapengukuranataupenaksiransisapangantidakmungkindilakukan,entitas dapatmelakukansampling

RantaiPasok Makanan

Rangkaiankegiatanyangterhubunguntukmemproduksi,memproses, mendistribusi,danmengonsumsipangan.Dalammetodebakuini,kata “memproduksi”mengacupadakondisiketikamaterialmentahuntukpangansiap dipanen,ataumisalnyasiapuntukmasukkedalamsistemproduksiataukonsumsi

Sampling

Prosespengukuranataupenaksiranjumlahsisapangandarisebagianunit penghasilsisapangandalamsuatupopulasi,ataudarisebagiansisapanganfisik yangdihasilkan;dalamsuatuperiodewaktutertentu

Pentinguntukmemastikanbahwasampelsisapangandansampelunitpenghasil sisapangancukuprepresentatifdanmewakiliseluruhpopulasi

Selainituperiodepengumpulansampel,ukuransampel,dankapansampel dilakukanjugaperludipertimbangkan.

TabelF.1Glosarium(Lanjutan)

Istilah Definisi

Scalingup Prosesmengaplikasikanrasiotetaptertentudarisampelsehinggahasilnya menggambarkanseluruhpopulasiatauseluruhjangkawaktuperhitungansisa pangan

Susutdansisa pangan,sampah makanan⁵⁷

NomenklaturterbaruyangdisepakatidalamPetaJalanPengelolaanSusutdanSisa PangandalamMendukungPencapaianKetahananPanganMenujuIndonesiaEmas 2045saatmetodebakuperhitunganinidibuatadalahsebagaiberikut:

Susutpanganmerupakanpenurunankuantitaspanganyangterjadipadaproses menghasilkan,menyiapkan,mengolah,membuat,mengawetkan,mengemas, mengemaskembali,dan/ataumengubahbentukpangan

Sisapanganmerupakanpanganlayakdanamanuntukdikonsumsimanusiayang berpotensiterbuangmenjadisampahmakananpadatahapdistribusidan konsumsi

Sampahmakananmerupakansisamakananyangtidakdimanfaatkandan dibuang,termasukmakananyangtelahrusakataukadaluarsa,sertabagian makananyangtidakdapatdimakan.

Tahundasar Periodewaktutertentu,biasanyadalambentuktahun,yangmenjadibasisperiodedi manasisapanganyangdihasilkandalamperiodetersebutakandibandingkan dengansisapangandiperiodeberikutnya Jumlahsisapanganyangdihasilkandi tahundasarlaluakandibandingkandenganjumlahsisapangandiakhirperiode targetuntukmelihatapakahtargettersebuttelahtercapai

Unitpenghasilsisa pangan

Entitastertentuyangmenghasilkansisapangan;sepertigerairitel

Seluruhunitpenghasilsisapanganmerupakantotalpopulasiyangsisapangannya akandihitungdandilaporkan.

F.2 CATATAN AKHIR

1. Tujuan 12.3 United Nations Sustainable Development Goals: “Pada tahun 2030 mengurangi separuh sisa pangan per kapita global di tingkat ritel dan konsumen dan mengurangi separuh susut pangan sepanjang produksi dan rantai pasok termasuk kehilangan saat pascapanen”

2 The Paris Agreement (2015), United Nations Climate Change Dapat diakses di: https://unfcccint/process-andmeetings/the-paris-agreement

3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, (2022), Pengelolaan Sampah Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dapat diakses di: https://sipsnmenlhkgoid/sipsn/public/data /komposisi

4 Barilla Center for Food & Nutrition, (2022), Food Sustainability Index Dapat diakses di: https://foodsustainabilityeiucom/

5. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, (2021), Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia – dalam Rangka Mendukung Penerapan Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Rendah Karbon.

6 Ibid

7 Ibid

8 Ibid

9 Lavigne, F, Wassmer, P, et al 2014, “The 21 February 2005, catastrophic waste avalanche at Leuwigajah dumpsite, Bandung, Indonesia”. Geoenvironmental Disasters 1(10).

10. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Op.Cit.

11. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2023), BUKU SAKU Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022

12 Unit perhitungan yang tepat disebut sebagai “massa” dan dinyatakan dalam kilogram, ton, kwintal, dan sebagainya Namun, istilah yang lumrah digunakan sehari-hari lebih sering disebut sebagai “berat” sehingga Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini menggunakan istilah “berat”

13 “Kategori makanan” mengacu pada jenis makanan yang dimasukkan dalam perhitungan sisa pangan (contohnya: daging, susu, kue, buah, dan sayur) Istilah ini berbeda dengan “jenis material”

14 Codex Alimentarius Commission 2013 Codex Alimentarius Commission, Procedural Manual, 21st edition. Rome, Italy: Food and Agriculture Organization of the United Nations and World Health Organization.

15 FAO 2014 Definitional Framework of Food Loss Working Paper of the Global Initiative on Food Loss and Waste Reduction Rome, Italy: UN FAO

16 WRAP (The Waste and Resources Action Programme) 2008 The Food We Waste Banbury, UK: WRAP.

17 Dalam Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini, valorisasi bertujuan untuk menambah nilai dari sisa pangan, di mana sisa pangan dikonversi menjadi bentuk lain yang memiliki daya guna (contohnya diubah menjadi energi atau pupuk).

18. Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini memasukkan produksi biodiesel (misalnya, melalui pengolahan lemak, minyak, atau gemuk) ke dalam kategori pemrosesan biokimia Akan tetapi definisi yang diajukan oleh FUSIONS memasukkan produksi biodiesel ke dalam definisi "sisa pangan, " untuk mendorong efisiensi penggunaan sumber daya ini dalam aplikasi pangan dan pakan. Lihat : FUSIONS. 2016. Food Waste Quantification Manual to Monitor Food Waste Amounts and Progression. Paris, France: FUSIONS.

19 CGF (The Consumer Goods Forum) 2015 “Food Waste Resolution” Dapat diakses di: http://wwwtheconsumergoodsforumcom/s ustainability-strategicfocus/sustainabilityresolutions/foodwaste-resolution

20. Sumber referensi untuk hierarki pemulihan makanan di antaranya adalah Sustainable Management of Food Program dari U.S. Environmental Protection Agency; Bagerzadeh, M., M. Inamura, dan H. Jeong 2014 Food Waste along the Food Chain Paris, France: Organisation for Economic Co-operation and Development; UNEP (United Nations Environment Programme) 2014 Prevention and Reduction of Food and Drink Waste in Businesses and Households: Guidance for Governments, Local Authorities, Businesses and Other Organisations, Version 1.0. Paris, France: UNEP;

European Parliament 2014 “Proposal for a directive of the European Parliament and of the Council a mending Directives 2008/98/EC on waste, 94/62/EC on packaging and packaging waste, 1999/31/EC on the landfill of waste, 2000/53/EC on end of- life vehicles, 2006/66/EC on batteries and accumulators and waste batteries and accumulators, and 2012/19/EU on waste electrical and electronic equipment” COM/2014/0397; FUSIONS (Food Use for Social Innovation by Optimising Waste Prevention Strategies) 2014a Definitional Framework for Food Waste Lund, Sweden: FUSIONS

21. Food Recovery Hierarchy (2017), United States Environmental Protection Agency. Dapat diakses di: https://19january2017snapshot.epa.gov/sust ainable-management-food/food-recoveryhierarchy html

22 Kandungan air, atau kandungan kelembaban, merupakan jumlah air yang terdapat dalam suatu makanan Biasanya dinyatakan sebagai persentase dalam berat total Lihat:

Manitoba Department of Agriculture, Food, and Rural Development. t.t. “Water Content and Water Activity: Two Factors That Affect Food Safety.” Dapat diakses di: https://www.gov.mb.ca/agriculture/foodsafety/at-the-food-processor/watercontent-water-activityhtml

23 Kemasan makanan bisa berbentuk kardus, plastik pembungkus (wrapping), kaleng, keranjang, krat kayu, wadah plastik, jerigen, botol, dan sebagainya Kemasan yang dapat dimakan dianggap sebagai bagian yang dapat dimakan karena ditujukan untuk konsumsi manusia.

24 Entitas bisa mendiskusikan keputusan ini dengan peninjau, untuk menentukan kemungkinan dampak dan relevansi dari pengecualian tersebut terhadap laporan perhitungan secara keseluruhan

25. About Codex Alimentarius. Dapat diakses di: https://www.fao.org/fao-whocodexalimentarius/about-codex/en/

26 European Commission, (2015), Milan BExpo 2015: A Behavioural Study on Food Choices and Eating Habits: Final report

27 Singapore Environment Council & Deloitte, (2019), Advancing a Circular Economy for Food: Key Drivers and Recommendations to Reduce Food Loss and Waste in Singapore

28. Unit perhitungan yang tepat disebut sebagai “massa” dan dinyatakan dalam kilogram, ton, kwintal, dan sebagainya Namun, istilah yang lumrah digunakan sehari-hari lebih sering disebut sebagai “berat” sehingga Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel ini menggunakan istilah “berat”

29. Kementerian Kesehatan RI, (2018). Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

30. Australian Food Composition Database (2023), Food Standards Australia New Zealand Dapat diakses di: https://wwwfoodstandardsgovau/science -data/monitoringnutrients/afcd

31 WRAP 2014 Household Food and Drink Waste: A Product Focus Banbury, UK: WRAP

32 Ketidakpastian acak mengacu pada ketidakpastian yang berasal dari variasi di sekitar nilai sebenarnya Jika pengukuran sisa pangan diulang berkali-kali, ketidakpastian acak berarti nilai sisa pangan yang diukur akan membentuk kluster di sekitar nilai sebenarnya. Di sebagian besar studi susut dan sisa pangan, penyebab utama ketidakpastian acak berasal dari proses sampling, karena dalam prosesnya cukup sulit untuk mendapat sampel: a) dari seluruh unit penghasil sisa pangan dalam populasi, b) mencakup seluruh jangka waktu yang ditentukan dalam perhitungan sisa pangan Karena adanya variasi yang terjadi secara alami dari perhitungan sisa pangan yang dihasilkan antar unit penghasil sisa pangan dan dalam satu unit penghasil sisa pangan seiring waktu, hal ini menimbulkan ketidakpastian acak dalam nilai yang dihasilkan.

33 Rentang kepercayaan juga dapat dihitung untuk informasi jumlah sisa pangan lainnya selain berat total sisa pangan Sebagai contoh, pada perhitungan sisa pangan rumah tangga yang diteliti oleh WRAP, rentang kepercayaan dihitung dan dilaporkan untuk jumlah total sisa pangan dan setiap kategori makanan dan minuman (misalnya apel, roti).

34. Nilai-p adalah probabilitas memperoleh perbedaan yang diobservasi jika sebenarnya tidak ada perbedaan di antara kedua populasi (atau tidak ada perubahan terhadap waktu), jika asumsi hipotesis nolnya adalah tidak terdapat perbedaan di antara kedua populasi atau tidak ada perubahan terhadap waktu Selain itu dapat juga dihitung probabilitas jika misalnya, suatu target telah tercapai.

35 FUSIONS (2016), OpCit

36 FUSIONS (2016), OpCit

37 Informasi lebih detail mengenai power analysis dapat ditemukan secara daring. Salah satu contoh dapat dilihat di: http://www.biostathandbook.com/power.ht ml.

Kalkulator untuk menentukan ukuran sampel juga tersedia di: http://powerandsamplesizecom/Calculator s/ Namun, disarankan bagi entitas yang tidak memiliki cukup keahlian dalam statistik untuk berkonsultasi dengan profesional

38. Penting untuk diingat saat melakukan perhitungan, bahwa meskipun terdapat 52 minggu dalam satu tahun, satu tahun memiliki 365 hari dan tahun kabisat memiliki 366 hari. Hal ini berarti terdapat satu atau dua hari ekstra setiap tahunnya Oleh karena itu, terdapat 52 1/7 minggu dalam satu tahun biasa dan 52 2/7 minggu dalam satu tahun kabisat

39 FAO tt International Network of Food Data Systems Dapat diakses di: http://www.fao.org/infoods/infoods/tablesand-databases/en/

40. EuroFIR (European Food Information Resource).t.t. “Food Composition Databases” Dapat diakses di: https://wwweurofirorg/foodinformation/food-composition-databases/

41 Australian Food Composition Database (2023), OpCit

42 FUSIONS 2014b Standard Approach on Quantitative Techniques to Be Used to Estimate Food Waste Levels. Kråkerøy, Norway: FUSIONS.

43 Sumber referensi: FAO 2013 Food Wastage Footprint: Impacts on Natural Resources Rome, Italy: UN FAO Dapat diakses di: https://wwwfaoorg/3/i3347e/i3347epdf ; FAO. 2015. “Food Wastage Footprint & Climate Change.”Rome, Italy: UN FAO.

44 GWP adalah faktor yang menggambarkan dampak radiasi (tingkat kerusakan terhadap atmosfer) dari 1 unit gas rumah kaca tertentu dibandingkan dengan 1 unit CO₂

45 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, OpCit

46. FAO and UN Statistics Division. 2015. Guidelines on International Classifications for Agricultural Statistics. Rome, Italy: FAO and UN, Global Strategy to Improve Agricultural and Rural Statistics (GSARS)

47 Boulay, A-M, AY Hoekstra, dan SVionnet 2013 “Complementarities of Water Focused Life Cycle Assessment and Water Foot print Assessment”Environmental Science & Technology 47(21): 11926 11927

48. ISO (International Organization for Standardization). 2006. “ISO 14044:2006. Environmental management Life cycle assessment requirements and guidelines”Geneva:ISO

49 Hall, K D, J Guo, M Dore, dan C C Chow 2009 “The Progressive Increase of Food Waste in America and Its Environmental Impact” PloS One 4(11)

50 FAO (2013), OpCit

51. FAO (2013), Op.Cit.

52 WRAP 2013 Household Food and Drink Waste in the United Kingdom 2012 Banbury, UK: WRAP

53 Lipinski, B, C Hanson, J Lomax, L Kitinoja, R. Waite, dan T. Searchinger. 2013. “Reducing Food Loss and Waste. ”Working Paper, Installment 2 of Creating a Sustainable Food Future. Washington, D.C.: World Resources Institute

54 O’Connor, C, M Gheoldus, dan O Jan 2014 Comparative Study on EU Member States’ Legislation and Practices on Food Donation: Final Report Neuilly-sur-Seine, France: BIO by Deloitte

55. Di Amerika Serikat, Bill Emerson Good Samaritan Food Donation Act (Public Law 104-210) melindungi entitas yang melakukan donasi. Naskah regulasi ini tersedia di melalui situs Departemen Pertanian Amerika Serikat di: wwwusdagov/media/blog/archive/tag/glea ning

56 Tesco 2016 “Neighbourhood Food Donation” Dapat diakses di: wwwtescoplccom/sustainability/communiti es/foodcollection.

57. Bappenas, 2024. Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.