
11 minute read
Hal
Pemimpin BUMN yang satu ini enerjik dan inovatif. Memiliki segudang pemikiran segar dan mampu mengaplikasikan di lapangan secara terukur. Semangat mudanya mampu menstimulus tiap lapisan pekerja, termasuk kelompok milenial untuk terus mengukir prestasi. Tak heran, Chief Executive Officer PTPN V Pekanbaru, Riau ini menyabet beragam pengakuan berupa penghargaan di tingkat nasional.
Bahkan di tengah melandainya ekonomi bangsa akibat hantaman pandemi Covid-19, Jatmiko yang menjadi nakhoda perusahaan perkebunan negara dengan komoditas sawit dan karet itu bergerak cepat merubah haluan kapal melalui beragam transformasi dan teknologi serta digitalisasi.
Advertisement
Langkah itu berhasil membuat alumni Universitas Indonesia tersebut tidak hanya menyelamatkan kapal, namun membawanya ke arah lebih baik. Alhasil, sang nakhoda mendapat pengakuan dari berbagai pihak.
Diawali dengan gelar TOP CEO in Digital Transformation for Agro-Palm Oil Industry 2020 dalam ajang TOP Digital Innovation Award 2020. Penghargaan tersebut semakin lengkap kala perusahaan yang ia pimpin juga mendapat predikat TOP Digital Service On Intelligent Data Center for Agro-Palm Oil Industry 2020.
Selanjutnya, secara berturut-turut beragam pengakuan berhasil diraih, seperti dalam ajang 10th Anugerah BUMN 2021 dan I-Tech Digital Technology & Innovation (Digitech) Award 2021.
Dalam kedua ajang itu, tiga penghargaan sekaligus direbut oleh perusahaan yang ia pimpin, yakni Special Recognition Consistent Growth Productivity 2021, The Best CEO Strategic Orientation 2021 yang diraih Jatmiko K Santosa dan The Best IT Development and Innovation in Agro Industries.
Terbaru, tata kelola perusahaan juga diakui oleh para expert dalam ajang GRC and Performance Excellence Awards 2021. Dalam ajang tersebut, PTPN V merebut The Best GRC For Corporate Governance 2021 serta The Best CEO 2021. Penghargaan dengan penilaian berupa empat Diamond tersebut diraih PTPN V untuk kategori Agro Business Industries.
Pendidikan dan pengalaman yang diperolehnya menjadikan pribadi generalis, persistensi, dan memiliki kemampuan inovasi. Dalam memulai karir hingga kini, terlihat kemampuan melakukan turn around di tiga industri dari sektor berbeda yakni perkebunan, infrastruktur, dan pariwisata.
Dulu saat berkiprah di salah satu BUMN yang bergerak di bidang pariwisata, Jatmiko berhasil membuktikan diri dengan melalui perubahan corporate culture, dengan pengembangan satu lini menjadi empat lini bisnis. Terobosan juga dilaksanakan dari sisi keuangan serta perolehan pembiayaan development bank dalam skema Sovereign Loan.
Dalam bekerja, sosok yang membawa filosofi “Great Things Never Came From a Comfort Zones” turut mengukir proses turnaround BUMN menjadi salah satu BUMN yang masuk daftar Fortune 500.
Majalah Sawit Plus berkesempatan wawancara khusus dengan Jatmiko Krisna Santosa yang saat ini menjabat CEO PTPN V Pekanbaru-Riau setelah beliau terpilih menjadi Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Riau periode 2021-2025.
Berikut petikan perbincangannya;
Selamat terpilih jadi Ketua GAPKI Riau. Apa yang menyebabkan menerima amanah ini?
Alhamdulillah terimakasih. Ini amanah yang harus ditunaikan dengan kerjasama dan dukungan semua anggota. Saya tahu ada banyak hal yang harus kami lakukan. Tanpa dukungan semua anggota tentu hal itu tidak mudah mewujudkannya. Yang mendorong saya menerima amanah ini karena keinginan kuat anggota GAPKI Riau untuk bangkit dan maju bersama dengan potensi sawit yang begitu besar di provinsi ini.

Apa yang akan Anda lakukan setelah terpilih jadi Ketua GAPKI Riau?
Kalau bicara GAPKI ada banyak ‘PR’ (pekerjaan rumah) yang harus dituntaskan. Di GAPKI Riau, target pertama saya adalah konsolidasi keanggotaan sebelum akhir tahun ini. Awal saya masuk ini ada 64 perusahaan yang jadi anggota. Saya berupaya sebisanya bisa mendekati 100 perusahaan di akhir tahun. Ini tak mudah. Apalagi masa pandemi ini.
Kedua, bermitra dengan pemerintah menjalankan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) atau kita kenal sebagai Replanting. Itu merupakan upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat dengan melakukan penggantian tanaman tua atau tidak produktif dengan tanaman baru. Dan
sudah barang tentu costnya tinggi. Pemerintah membantu petani dengan dana subsidi hibah. Dan kita memberikan kemudahan melalui program kemitraan. Ketiga, edukasi anggota dan non anggota serta public bahwa sawit itu potensi besar yang juga sokoguru (penyangga utama) ekonomi nasional.
Mengapa konsolidasi anggota jadi target pertama?
Sebab bila sudah satu langkah kemajuan bersama akan lebih mudah dicapai. Apalagi kita berada di provinsi yang luasannya (perkebunan sawit) terbesar di Indonesia. Bahkan dua kali lipat dibanding Sumut yang jadi pelopor utama sawit ini. Sekarang (Riau) jadi barometer nasional. Faktanya, keanggotaan GAPKI Riau, dari 1,2 juta hektare sekian sawit yang diusahakan korporasi, hanya 400 ribu Ha yang bergabung sebagai anggota GAPKI Riau.
Apa tujuan konsolidasi itu?
Perlu konsolidasi. Tujuannya agar kerjasama mencapai tujuan lebih cepat. Adapun caranya tunjukkan pada anggota dan non anggota bahwa organisasi ini bermanfaat buat mereka. Bahkan sebelum pelantikan, kita langsung buat sosialisasi UU Cipta kerja. Juga UU lingkungan dan hutan.
Di internal sendiri konsolidasi juga dilakukan. Salah satunya karena perlunya pemerataan kemampuan produksi crude palm oil (CPO). Saat ini, kemampuan masing-masing anggota juga berbeda. Ada yang sudah 6 ton CPO/hektare/tahun, ada yang baru 4-5 ton CPO/hektare/tahun.
Padahal sawit ini ilmu yang sudah puluhan tahun lalu. Kita di GAPKI juga punya kompartemen riset dan teknologi yang tugasnya menciptakan kegiatan yang saling sharing. Misalnya best practise di Asian Agri, Astra Agro Lestari, Sinarmas, maupun di PTPN V, kita sharing ke teman-teman anggota. Jadi mereka bisa melakukan copy paste dan diterapkan di kebun masing-masing.
Manfaat lainnya kalau sudah terkonsolidasi, pemerintah juga lebih mudah saat harus bicara dengan stakeholder sawit. Tak harus menemui ratusan pengusaha sawit. Cukup bicara dengan Gapki. Pada saat buat rumah oksigen. Gapki sudah dianggap mewakili industri sawit padahal kita Cuma 1/3 dari industri sawit. Bahkan ada ekstra ordinary income dimasa pandemi. Wajar alokasi CSR nya juga tinggi. Tapi sisi lain iuran Gapki ini rata saja setiap tahun. Padahal ada potensi 2/3 lain yang bisa juga pemerintah optimalkan CSR nya.

Apa manfaat konsolidasi anggota ini?
Pertama perbaikan dari dalam dulu. Menjadi anggota GAPKI itu apa manfaatnya. Bisa dapat akses ini dan itu, misalnya. Kita bicara forward looking dan inward looking. Apa yang bisa kita buat untuk itu.Tiga masalah utama yakni konsolidasi anggota dan non anggota. Menyiapkan program memberikan manfaat langsung pada anggota-non anggota. Sosialiasi UU Cipta Kerja. Sharing knowledge pengolahan sawit, advokasi regulasi dan juga pelatihan sertifikasi auditor ISPO.
Kedua, perbaikan ke luar dimana non anggota menjadi tahu dan paham apa manfaat menjadi anggota GAPKI. Selain itu GAPKI juga membantu program penyiapan perumahan untuk pekerja sawit lewat BPJS Ketenagakerjaan.
Apa anda melihat ada problem di sektor industri sawit ini?
Ya ada. Kampanye hitam terhadap sawit. Sawit dipandang mengancam perekonomian dunia oleh negara-negara yang tidak bisa tumbuh sawit karena bisa menyaingi produk energi mereka selama ini. Sehingga terjadilah black campaign yang sebenarnya itu urusan perang dagang.
Begitu sistematisnya black campaign ini tidak saja di pasar luar negeri tapi sudah merasuk juga ke sendi-sendi masyarakat kita.
Ada NGO (non government organisation) peduli satwa liar di salah satu universitas yang sempat kesulitan mencari pendanaan untuk pemberian makanan penangkaran hewan di beberapa titik di Jawa. Sebenarnya PTPN bisa memberi bantuan karena kami juga peduli lingkungan hidup. Tapi ditolak karena sawit dianggap merusak lingkungan.
Mahasiswa di Bandung yang tak pernah lihat pohon sawit juga menganggap sawit itu merusak. Saat kuliah umum di universitas yang ada di Riau saja tempat sawit begitu banyak ada yang nanya ke saya hal yang sama.
Perang dagang, maksudnya?

Sawit ini kan bisa dikonversi jadi sumber energi nabati dan juga makanan. Secara produksi, sawit lebih efisien dibanding produk energi nabati seperti bunga matahari yang umum di Eropa. Perlu diketahui bersama, bahwa berdasarkan penelitian, ternyata sawit adalah salah satu tanaman yang paling hemat dalam menkonsumsi air yakni 75m3/giga joule. Ya kalau mau fair kita harus ukur konsumsi air dengan energi yang dihasilkan. Bandingkan dengan rapeseed yang butuh 184 m3/gigajoule energi.
Serapan air sawit juga masih lebih kecil jika dibandingkan dengan bunga matahari, kedelai, dan jagung. Kemudian dari sisi produktivitas, sawit ternyata jauh lebih optimal. Total luas lahan minyak kedelai di dunia tahun 2019 adalah 122,57 juta Ha, atau 41% dari luas areal minyak nabati dunia. Tapi, produksi soybean oil itu cuma 57,2 juta ton pertahun. Bandingkan dengan luas lahan sawit dunia yang hanya 94,73 juta Ha (34% dari total areal minyak nabati dunia) tapi ternyata mampu memproduksi 76,01 juta ton CPO pertahun.
Artinya, dari segi lingkungan yang memerlukan pembukaan lahan atau hutan yang lebih besar tentu saja produk nabati mereka dari pada sawit. Makanya, sawit ini bisa jadi saingan berat produk nabati mereka sehingga perlu dikambinghitamkan sebagai perusak lingkungan. Sehingga pasar ekspor bisa menekan harga saat produk kita dipasarkan.
Apa langkah mengantisipasi hal ini menurut Anda?
Edukasi. Perlu kerjasama semua stake holder untuk menyadari bahwa kampanye hitam ini merugikan potensi ekonomi nasional kita. Apalagi sawit sebuah keunggulan nasional yang bisa menjadi penyangga/soko guru ekonomi nasional.
Terbukti selama Pandemi ini ternyata produksi dan harga bisa stabil. Sawit ini tidak bisa tumbuh di setiap negara karena tergantung iklim. Misalnya seperti di Eropa yang mengenal empat musim membuat sawit tidak cocok karena sawit cocoknya di negara-negara beriklim tropis seperti negara kita Indonesia.
Di nasional, kita sendiri banyak stakeholder yang tak mau memahami bahwa sawit kita itu banyak positifnya dibanding negatifnya. Pengusaha juga harus memiliki rasa ini tugas kita juga untuk mengedukasi masyarakat.

Ketika di Kampar terjadi kasus black campaign sawit di materi ujian SD, saya tidak menuntut mereka. Tapi saya datang ke sana jelaskan sawit itu seperti apa. Ini peran yang bisa dijalankan GAPKI Riau maupun nasional. Edukasi luar dan dalam negeri sendiri. Setelah dijelaskan, guru yang semula berpandangan negatif terhadap sawit jadi berubah.
Bahkan beliau mengusulkan agar sawit jadi muatan lokal pelajaran di daerah. Ini menarik dan bisa dibicarakan dengan forkompinda. Ini kekuatan strategis bangsa ini yang bukan dihancurkan tapi dirawat. Bahwa efek negatif memang ada tetapi lebih besar positifnya. Yang negatifnya kita atur agar tidak berdampak pada masyarakat.
Apa manfaat GAPKI bagi non anggota seperti petani sawit misalnya?
Banyak petani masuki masa replanting. Tidak semua petani bisa kelola uang sehingga punya dana untuk replanting (tanam ulang). Ini jadi kewajiban moral GAPKI bukan dalam arti biaya tapi simbiosis mutualisme dengan petani. Kalau petani paling punya 2-3 hektare yang hanya menghasilkan produktivitas CPO antara 1-3 ton/hektare/tahun. Sementara produksi CPO pengusaha sudah mencapai 6 ton. Ini jomplang sekali. Padahal untuk memenuhi kebutuhan nasional perlu banyak. pemerintah dalam bentuk hibah.
GAPKI dalam hal ini berfikir posisi kita harus berbagi untuk bangsa ini. Dengan cara mendukung program PSR. Target 200.000 an hektare pertahun tapi selama ini yang baru terealisasi cuma 19 ribu hingga 20 ribu hektare. Ya harus diakui ada begitu banyak persoalan entah itu lahan yang masuk area hutan tadi, kepengurusan yang tidak profesional, masalah tanah.

Jadi GAPKI bisa berperan membantu petani dalam program pemerintah PSR. Upaya pemerintah ini suatu hal yang nyata wujud kesadaran pemerintah bahwa sawit ini kritikal. Buat ekonomi bangsa objek vital perekonomian nasional. Makanya pemerintah menyiapkan lebih 50 persen dari biaya investasi tanam ulang disiapkan
Apa manfaatnya GAPKI membantu petani non anggota?

Produksi nasional itu perlu pasokan sawit yang banyak. Jadi membantu petani sebenarnya membantu pengusaha juga. Bila pengusaha mencermatinya dengan baik, maka membantu petani bisa memberi sesuatu pada bangsa ini. Kalau para petani datang dengan hasil produksi kualitas bagus dan pengusaha yang punya PKS dan turunan CPO kan dapat minyak yang bagus juga.
Jika pendapatan petani meningkat tidak lagi meributkan hal yang tak perlu diributkan lagi seperti BOTL (biaya operasional tidak langsung). Harga TBS lah. Petani lebih sejahtera dan produksi kita tak perlu lagi lewat metode ekstensifikasi (memperluas lahan) tapi meningkatkan produksi di lahan yang sudah ada lewat intensifikasi.

Soal sosialisasi UU Cipta Kerja yang dilakukan GAPKI apa tujuannya?
Kita mesti mempelajari dan menyikapi UU Cipta Kerja. Begitu banyak aturan baru di situ. UU Cipta Kerja bisa jadi solusi, bisa jadi penghalang, bila tak bisa menyikapinya dengan benar. Harus kita kenali dan pahami seperti apa.
Kalau kami sendiri melihatnya satu sisi pemahaman yang sama dan keyakinan yang sama bahwa UU ini dibuat untuk menyelesaikan persoalan yang tak bisa diselesaikan oleh UU sebelumnya. Itu spiritnya. Yang tak boleh diubah itu hanya kitab suci. Selain itu bisa.
Bisa terjadi UU sudah bagus tapi saat implementasi ke bawah bisa belok kanankiri juga. Spiritnya bagus menyelesaikan beragam hambatan. GAPKI Riau juga bisa cermati perda-perda yang spiritnya tidak lari dari spirit awalnya. Konsep kita mesti all out. terutama setelah transformasi teknologi, kerja jadi lebih efisien. Tiap senin pagi meeting. Minggu sore saya sudah briefing lewat teknologi. Setelah itu barulah saya menerima untuk aktif di organisasi.
Selain itu di GAPKI kita ada sekretaris Eksekutif GAPKI Riau. Sehingga, dengan beliau banyak bagi-bagi tugasnya dengan saya. Apalagi pengurus inti sudah terbiasa di new era lewat teknologi.
Bagaimana membagi waktu untuk keluarga?
Apa tidak kesulitan membagi waktu aktif di GAPKI dan juga di PTPN?
Dua tahun pertama saya di PTPN sudah ada teman yang ajak agar saya terlibat aktif di GAPKI. Namun ketika itu saya belum siap karena banyak pembenahan yang harus saya lakukan di BUMN ini.
Setelah semua berjalan on the track Hari libur biasanya jadi waktu untuk keluarga. Seperti kemarin, pas hari ahad waktu saya buat keluarga. Sampai pak Kepala Dinas Perkebunan kesulitan mengontak saya. Lalu beliau menghubungi staf saya bertanya pak Dirut kemana? Ya begitulah dinamikanya. Menurut saya waktu untuk keluarga itu penting. Daripada nanti menyesal kehilangan kebersamaan karena tak menyediakan waktu untuk itu.
(HZN)
