Samaritan Edisi 3 Tahun 2017

Page 1

COVER

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

1


RESENSI

MEMELIHARA VISI ILAHI Judul Oleh Halaman Penerbit

A

pakah mungkin, jika kita sampai pada akhir hidup kita, dan bertanya “apakah ini saja yang Tuhan minta untuk aku kerjakan dalam hidupku? Adakah sesuatu yang bisa aku perbuat yang sebenarnya lebih dari yang selama ini aku kerjakan?” Andy Stanley, anak dari Charles Stanley seorang pengkhotbah terkenal, menuliskan, setelah seseorang menemukan visi, ada suatu proses dimana orang tersebut, kemudian, harus mengembangkan dan memelihara visinya. Engineering of a vision. Ide inilah, yang tertuang dalam buku yang telah menjadi best-selling ini. Pembahasan dalam buku ini sebenarnya terpusat di sekitar kehidupan dan visi nabi Nehemia. Beberapa hal membuat kisah tokoh ini sangat relevan dengan situasi modern. Satu hal yang sangat menguatkan adalah tidak ada mukjizat nyata yang dikaitkan dengan kisah dalam kitab ini secara langsung. Kalau kita mampu menyembuhkan sekehendak kita, membelah laut merah dengan mudah, atau berjalan di atas air,

2

: VISIONEERING – Bagaimana Mengubah Visi Anda Menjadi Kenyataan : Andy Stanley : 314 halaman : ANDI

maka proses kita mencapai tujuan akan jauh lebih mudah. Nehemia hanya orang biasa yang menangkap visi ilahi tentang apa yang dapat dan seharusnya terjadi dan kemudian mengusahakannya dengan segenap hatinya. Kisah Nehemia bercerita tentang doa, kerja keras, dan juga intervensi Ilahi (di balik layar). Bagi kita yang masih bergumul dalam menemukan visi Tuhan dalam hidupnya, buku ini juga bercerita tentang bagaimana visi dilahirkan dan bagaimana membedakan visi yang dari Allah dengan visi yang “sekedar” baik. Delapan belas bagian dalam buku ini memuat mengenai proses berdoa dan merencanakan, menyadari kekuatan visi, mempertahankan dan mengembangkannya dengan teguh, sampai menjadi seorang visioneer yang mampu memimpin orang lain. Setiap bagian dalam buku ini dibahas dengan bahasa yang ringkas dan lugas, serta diterjemahkan dengan sangat baik sehingga tetap mudah untuk dipahami. Sekalipun buku ini dapat digolongkan ke dalam jenis selfhelp books, buku ini berbeda dengan kebanyakan buku sekuler yang membahas pengembangan diri, karena fokusnya yang tidak hanya kepada motivasi diri dan karir, tetapi juga menekankan pada cara pandang sang Pencipta dalam perjalanan iman anak-anak-Nya. Buku ini layak dibaca oleh pelajar, mahasiswa, maupun kita yang sudah berkarir, untuk membantu kita kembali memeriksa hidup, dan menuntaskan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita. “Everybody ends up somewhere in life. You can end up somewhere on purpose!” – Andy Stanley Oleh: dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Samaritan diterbitkan sebagai sarana informasi dan pembinaan bagi mahasiswa dan tenaga medis Kristen Penerbit Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Pemimpin Umum dr. Lineus Hewis, Sp.A Redaksi DR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC dr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN Ir. Indrawaty Sitepu, MA dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad drg. Karmelia Nikke Darnesti dr. Benyamin Sihombing, MPH Naomi Fortuna Kaber, ST, MCM dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu Redaksi Pelaksana Thomas Nelson Pattiradjawane Sekretaris Redaksi Christie Tiarmalia Limbong Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey Alamat Redaksi Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5 Jakarta 10710 Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170 email: pmdn_perkantas@yahoo.com FB: Medis Nasional Perkantas Twitter: @MedisPerkantas Cover & Layout Hendri Wijayanto Percetakan Bintang Timur Offset Bagi sahabat PMdN yang rindu mendukung PMdN melalui majalah SAMARITAN, dapat mentransfer ke BCA, KCU. Matraman Jakarta Rek. 342 256 6799 a.n. Eveline Marceliana Bukti transfer mohon dikirim melalui fax atau email dengan nama dan alamat pengirim yang lengkap SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

DAFTAR ISI: RESENSI - Memelihara Visi Ilahi

2

DARI REDAKSI

4

ATRIUM - Hai Dokter, Jangan Sendirian

5

VISI MISI PMdN

6

FAKTUAL - Kita Perlu Bekerja Sama

7

FAKTUAL - Kemitraan Itu Penting dan Aliktabiah (Belajar dari CMF Bali)

9

FAKTUAL - Pentingnya Netwoeking Pelayanan Medis di Asia Tenggara

11

FAKTUAL - Dokter Indonesia Egois

18

UNTAIAN FIRMAN - Pemimpin yang Bekerjasama Dalam Membangun

20

KESAKSIAN - Menyelamatkan Hutan dengan Pelayanan Kesehatan

24

KESAKSIAN - Tuhan Memulihkan Aku

26

LAPORAN - Dari Raker PMdN: Bersinergi Mengejar Visi

28

INFO MEDIS - HIV dan AIDS (i)

29

INFO MEDIS - Shorter MDR-TB Regimen, Harapan bagi Pasien TB Resistan Obat?

31

INFO - YWAM Medical Ships Indonesia: Komitmen Melayani Masyarakat dengan Kapal Medis

33

ETIKA KOLEGIAL - Hubungan Praktik Dokter dengan Perusahaan Farmasi

35

DARI SUKU KE SUKU - Suku Serawai: Robohnya Tengkiang

37

TEROPONG DOA

40

HUMORIA

42

DARI SANA SINI - Begini Cara Puskesmas Ini Menyiasati Kekurangan Tenaga Spesialis

44

DARI SANA SINI - Masih Pakai Gaun Pengantin, Perawat Tinggalkan Pesta demi Pasiennya

45

INSPIRASI - Indahnya Berbagi

46

HISTORIA - Dari Choc ke Shock

48

HISTORIA - Diseksi

49

ANTAR KITA - Selamat Ulang Tahun

50

ANTAR KITA - SEGERA! Kamp Medis Nasional Mahasiswa XXI

56

PESAN NATAL - Run with Endurance

57

3


DARI REDAKSI Sebuah rencana yang sudah dipersiapkan seringkali tidak menjamin keberhasilan dalam pelaksanaannya. Ada saja hal-hal kecil yang terluput dari perhatian, sehingga rencana itu tidak mencapai hasil yang diharapkan. Kami sering mengalami hal itu. Sebelum menerbitkan Samaritan, biasanya, kami bertemu. Rapat redaksi, namanya. Tempat rapat, jam berapa rapatnya, siapa yang bisa hadir dan bisa sampai jam berapa - Itu kami siapkan. Lalu, dalam rapat, kami tentukan topik dan apa yang bakal mengisi halaman demi halaman Samaritan. Setelah bagi-bagi tugas dan tentukan deadline, mulailah cari bahan tulisan dan menghubungi penulis, lakukan ini dan itu, dan seterusnya. Pokoknya persiapannya sudah diusahakan cukup mantaplah. Waktu terus berjalan dan yang terjadi... Adakalanya penulis tidak siap menulis atau terwawancara tidak bersedia diwawancara. Pernah juga, kami terlambat menghubungi (tilpun/ email) penulis, sehingga persiapan dan pengerjaan yang dapat dilakukan oleh penulis belum menyentuh permasalahan yang hendak diangkat oleh Samaritan. Dari pengalaman itu, terutama saya, mendapat pelajaran. Untuk membina hubungan baik, harus ada kesiapan dari kedua belah pihak. Kesiapan itu bisa berupa hal-hal teknis, namun yang paling penting adalah, adanya saling pengertian dan satu sama lain dapat memahami apa yang dibutuhkan. Tanpa kedua unsur tersebut, hubungan yang baik tak ‘kan dapat terbina dengan baik. Nah, itulah yang harus diusahakan ada, dan kami mengundang Anda juga; pembaca Samaritan, untuk membina hubungan yang lebih baik. Mau khan? SELAMAT MERAYAKAN NATAL YESUS KRISTUS dan MENYAMBUT TAHUN BARU 2018

4

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Atrium Hai Dokter, Jangan Sendirian Oleh: drg. Karmelia Nikke Darnesti dan dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu

S

eorang dokter misionaris di RS Tenwek, pedalaman Kenya, mendapati bahwa di tempat ia bekerja itu, hanya dialiri listrik 11 jam sehari. Untuk menyalakan generator listrik, dibutuhkan Âź dari keseluruhan anggaran RS. Kesulitan listrik ini menyebabkan tidak hanya pasien meninggal karena matinya peralatan medis, tetapi operasional dan pelayanan RS juga akan berat dijalankan. Saat dokter misionaris ini pulang ke negara asalnya, Ia pun mencari cara untuk memulai pembangunan tenaga hidroelektrik. Singkat cerita, melalui bantuan istri temannya, dokter misionaris ini pun bertemu dengan seorang teknisi sipil yang bersedia bekerja sama untuk membangun proyek hidroelektrik ini. Mereka pun mulai bekerja dan mendapati bahwa dibutuhkan dana yang besar untuk meneruskan proyek ini. Tidak putus asa, sang dokter segera membuat proposal untuk disebar ke para donatur. Pada akhirnya, dana yang terkumpul mencapai 850.000 dollar AS. Hingga hari ini RS Tenwek menjadi RS rujukan internasional bagi misionaris medis dengan pasokan listrik yang konstan dari hidroelektrik. Cerita nyata di atas tidak hanya menunjukkan bahwa Tuhan dapat menyediakan dana untuk mencukupi proyek hidroelektrik ini, namun kita dapat belajar dari rangkaian individu yang disediakan bagi pekerjaan pembangunan hidroelektrik. Dari seorang dokter misionaris yang tidak tahu harus melangkah ke mana, seorang istri temannya yang mengenalkannya pada teknisi, dua orang teknisi yang pernah mengerjakan pembangunan hidroelektrik, hingga donatur-donatur yang dengan sukarela mendukung proyek hingga selesai bahkan dananya berlebih. Dokter misionaris itu, dalam kuasa Tuhan, dihubungkan (networking) dengan begitu banyak individu dan lembaga pelayanan dan difasilitasi (facilitating) untuk memulai sebuah rencana yang besar yang sudah pernah dicoba dan gagal. Bagaimana pemahaman Anda tentang networking dan facilitating? Networking SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

seringkali diartikan jejaring (yang sebetulnya tidak ada dalam KBBI). Oleh karena itu, baiknya kita mendefinisikan networking sebagai jaringan. Singkatnya, komponen-komponen yang saling berhubungan dengan suatu tujuan. Sedangkan facilitating dapat diartikan sebagai penghubung atau pengarah untuk membuat sesuatu menjadi mudah dan jelas. Pernahkah Anda ikut pelatihan atau kursus dan ada fasilitator di dalamnya? Fasilitator-lah yang membuat mudah materimateri yang disampaikan narasumber kepada peserta tanpa mengurangi isi materinya. Networking dan facilitating menganut prinsip, dibutuhkan orang/lembaga lain untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Alone you go faster, together you go further. Lantas, apa pentingnya networking dan facilitating dalam kehidupan seorang dokter/dokter gigi Kristen? Bukankah dokter itu profesi yang mandiri? Mengapa pula PMdN menggunakan networking dan facilitating dalam misinya? Banyak orang bercita-cita ingin menjadi dokter atau dokter gigi karena bagi mereka profesi dokter adalah profesi yang mulia dan dapat menolong orang banyak. Namun disadari atau tidak, profesi dokter atau dokter gigi dicari karena profesi yang mandiri alias tidak bergantung pada orang lain. Misalnya dokter nantinya bisa buka praktek sendiri, bisa mendirikan klinik, atau bisa mengatur jadwal prakteknya sendiri. Jadi, semua bisa dilakukan sendiri tanpa diatur orang lain. Sepertinya terlihat sangat berpusat pada kenyamanan diri sendiri. Namun, ketika Tuhan memanggil kita sebagai seorang dokter atau dokter gigi benarkah itu yang Tuhan mau? Memang sebagian orang menganggap dokter atau dokter gigi adalah profesi yang individualis. Seorang dokter biasanya memiliki ego yang tinggi dan menganggap diri lebih hebat dari orang lain. Tetapi, semuanya akan berbeda ketika kita menyadari bahwa Tuhan memanggil kita menjadi dokter/dokter gigi kristen misioner yang senantiasa menghadirkan kerajaan Allah dimanapun kita 5


Atrium VISI MISI PMdN VISI PMdN Menjadi dokter/ dokter gigi Kristen yang memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Tuhan sehingga menjadi tenaga medis yang: 1. mengintegrasikan iman ke dalam profesi 2. melayani manusia ciptaanNya secara utuh 3. menyuarakan kebenaran Firman Tuhan dalam etika medis dan profesi, dan berkontribusi secara aktif bagi gereja, bangsa dan dunia MISI PMdN 1. Menguatkan pemuridan di kalangan mahasiswa dan alumni medis (Discipleship) 2. Memperlengkapi mahasiswa dan alumni medis untuk meneladani Kristus dalam mengerjakan profesinya (Equipping) 3. Memfasilitasi dan membangun jejaring untuk berkontribusi bagi gereja, bangsa dan dunia (Facilitating and Networking) LANDASAN MISI Umum: Melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus sebagaimana terdapat dalam Matius 28: 19-20 yang berbunyi, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Khusus : Meneladani Yesus dalam melayani sesama sebagaimana terdapat dalam Mat 9:35-36 yang berbunyi: “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” 6

berada. Seperti yang seringkali diungkapkan bahwa dokter/dokter gigi adalah profesi yang paling strategis dalam bermisi. Mengapa? Karena setiap orang tidaklah mungkin menolak kehadiran seorang dokter. Kita dapat masuk ke dalam setiap kalangan, baik itu urban maupun rural. Selain itu, kita juga menyadari bahwa profesi dokter/dokter gigi adalah profesi yang menyerupai Yesus karena kita bisa mengajar sekaligus menyembuhkan. Bukankah luar biasa sekali ketika kita dipanggil menjadi seorang tenaga medis? Seperti yang dikatakan dalam buku Misi Umat Allah - Misi bukan terbatas dalam penginjilan, namun suatu rencana Allah bagi seluruh ciptaan-Nya dimana Ia memanggil kita untuk melakukan segala sesuatu yang sejalan dengan rencana-Nya. Dalam menjalankan misi ini kita juga seringkali lupa bahwa ladang misi berada di mana-mana. Tidak terbatas hanya di dunia kedokteran/kesehatan, tetapi dunia bisnis, dunia pendidikan, dunia politik pun merupakan misi yang perlu dikerjakan bersama-sama karena ketika dunia jatuh ke dalam dosa seluruh aspek hidup dan ciptaan mengalami kerusakan total dan kehilangan kemuliaan Allah. Kita yang telah diselamatkan, dipanggil untuk memberitakan keselamatan dalam Kristus, yaitu penebusan bagi seluruh aspek hidup manusia dan ciptaan. Jadi apa masih bisa seorang dokter atau dokter gigi mengerjakan panggilannya dengan kemampuannya sendiri? Networking dan Facilitating yang menjadi tema edisi III ini merujuk pada visi PMdN yang digunakan untuk tujuan pembangunan Kerajaan Allah di dunia. Kegiatan pembangunan itu banyak namun PMdN mengambil bagian dalam memfasilitasi agar iman Kristen boleh diintegrasikan dalam profesi medis, memfasilitasi agar mahasiswa dan alumni medis dapat melayani sesamanya secara utuh, dan memfasilitasi mahasiswa dan alumni medis dapat menyuarakan kenabian di gereja dan masyarakat. Para mahasiswa dan alumni medis ini tidak dapat mengerjakan misi Allah ini sendirian namun perlu dihubungkan satu sama lain karena kita ini “anggota satu dengan yang lain”. Sudahkan Anda terhubung? Sudahkah Anda difasilitasi dan memfasilitasi? SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Faktual Kita perlu Bekerja Sama

Oleh: DR.dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS

K

ata networking atau jejaring sering sekali disebut dan dibahas dalam berbagai kesempatan, khususnya di dalam dunia bisnis dan marketing. Sebagai dokter, dimanakah peran networking dalam proses maupun eksistensi pelayanan medis dan pengembangannya? Apakah networking itu perlu bagi dokter atau dokter gigi? Apakah networking sesuatu yang memang baru dalam praktek kedokteran? Apa pentingnya kita berjejaring? Networking dan team work Dalam dunia kedokteran dan atau kedokteran gigi, networking itu sudah lama dipraktekkan. Contohnya, ketika kita merujuk pasien kita ke sejawat lain, itu sudah merupakan praktek networking. Dan, ketika kita merujuk pasien ke sejawat lain yang mempunyai keahlian yang tidak kita miliki, lalu kita merawat bersama pasien tersebut, maka terjadilah apa yang disebut ‘team work’. Team work adalah suatu fondasi yang esensial dalam pelayanan kristiani. Melayani dalam team work bisa lebih baik dari pada masing-masing, karena bisa saling menolong dan menguatkan (lihat Pengk. 4: 9-12). Ingat, spirit dalam team work adalah: Karena setiap anggota punya karunia yang berbeda (Roma 12:4-8), maka, tidaklah wajar jika tidak bekerja sama. Team work dapat menyelesaikan pekerjaan lebih baik, cepat, dan lebih berkualitas daripada kalau dikerjakan sendiri bahkan dapat mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dikerjakan sendiri seperti di Kej. 11:1-9. Atau, di Markus 6:30-44 SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

bagaimana Yesus memberi makan 5000 orang. Dapat diteliti, berapa banyak yang terlibat dalam tim tersebut.1 Kerja dalam satu tim bisa lebih menyenangkan daripada mengerjakan sendiri, lebih semangat dan bisa mendorong kita untuk melakukan lebih baik. Banyak pekerjaan membutuhkan keterampilan yang kita tidak miliki, tapi dimiliki orang lain, karena itu kita perlu bekerja sama. Keputusan yang dibuat oleh tim biasanya lebih baik, obyektif, dan bermutu daripada yang dibuat sendiri, jadi team work bisa mengurangi bahaya subyektifitas dan miskinnya ide. Untuk mencapai team work, relasi perlu ada dan dikembangkan. Tanpa relasi – jejaring atau network tidak akan terjadi; dan team work pun tidak akan terealisasikan. Networking, team work dan dokter kristen Dalam satu tulisannya, dr. Goh Wei-leong menuliskan: our God is a God of relationship. Allah yang berjalan bersama Adam di taman Eden, yang mengangkat Henokh sedemikian sehingga ia tidak mengalami kematian, yang menyebut Daud sebagai orang yang dikasihi-Nya (a man after His own heart) dan yang memulihkan persekutuan dengan Allah kembali melalui Kristus (2 Kor.5;18).2 Membangun suatu relasi menunjukkan, bahwa kita bukan orang yang sanggup hidup sendiri. Demikian pula dengan 1. Gunadi, Tadius. Team Work. Presentasi dalam Retreat Keluarga Besar Perkantas Sumbagut Graha Kasih, Sibolangit, 30 Mei-1 Juni 2008 2. Goh, Wei-leong and Lin, ChunRong. Networking for Christian Doctors and Dentists. Luke’s Journal, June 2008, pp.7.

7


FAKTUAL membangun jejaring, kita berbagi dan membangun suatu relasi dimana suatu hubungan akan menjadi lebih sinergi, kaya, berkembang, indah dan berdampak lebih luas. Jejaring bukan hanya untuk organisasi pelayanan atau korporat, tetapi juga untuk pribadi atau individu. Sebelum suatu yayasan pelayanan ataupun organisasi membutuhkan jejaring; pribadi-pribadi yang ada butuh berjejaring dengan sesamanya. Demikian pula sebagai dokter dan dokter gigi kristen, selama masa mahasiswa, kita tidak hanya datang ke kampus dan rumah sakit hanya untuk belajar, dan tidak peduli dengan sekitar atau teman-teman lain. Isu sulitnya networking ini makin terasa karena beban perkuliahan maupun sistim perkuliahan yang membuat relasi antar teman dan dosen menjadi sulit dikembangkan. Sistim perkuliahan dan ketidaksiapan individu dapat menjadi faktor yang menyulitkan untuk berelasi dengan komunitas sekitarnya. Penulis sendiri mendengar cukup banyak keluh-kesah dari para mahasiswa didik yang mengeluhkan makin banyaknya teman-teman yang hanya datang untuk kuliah dan praktikum, mengerjakan tugas-tugas dan setelah itu pulang ketempat kos atau ke rumah masing-masing. Ketika ada teman yang mengalami kesulitan - cukup sulit untuk mencari bantuan, karena masingmasing sibuk dengan urusannya sendiri. Yang menjadi makin memprihatinkan adalah ketika menjadi alumni, yaitu dokter/dokter gigi, merekapun mengikuti spirit dari dunia ini, yakni, mengutamakan kesuksesan karir dan mengabaikan relasi. Alumni sering terseret dalam arus nilai dan spirit itu. Sehingga sulit sekali mempertahankan kesaksian dan memelihara relasi dan network dalam karir kita di tempat kerja maupun dalam pelayanan.

setiap anggotanya belajar dari Kristus melalui Firman dan doa, menyaksikan Injil-Nya dalam perilaku dan karakter yang dewasa, akan menjadi suatu kesaksian bagi siapa pun bahkan melipatgandakan orang percaya dan murid Kristus di manapun berada (bandingkan dengan Kis.2:4247), khususnya di kampus dan rumah sakit ketika mahasiswa menjalani masa koas maupun nanti ketika menjadi dokter/ dokter gigi yang bekerja ataupun menempuh studi lanjut (ppds). Salah satu contoh tentang networking adalah perkembangan Pelayanan Medis Nasional Perkantas, yang setelah berjejaring dengan ICMDA dan badan-badan misi lainnya, membukakan banyak kesempatan pelayanan yang lebih luas dan juga membuka diri untuk menerima pelayanan-pelayanan baru. Memang, membuat jejaring membutuhkan kerendahan hati, kemauan untuk belajar, ketekunan memelihara jejaring, dan mengevaluasinya; sehingga jejaring itu bisa berkembang baik dan menjadi berkat. Tulisan ini ditujukan untuk para individu, yaitu dokter dan dokter gigi Kristen untuk belajar berjejaring, sehingga pelayanan dan profesi kitapun bisa makin berkembang dan berlipat ganda demi kemuliaan nama-Nya. Ibarat perumpamaan talenta, kita perlu mengupayakan supaya talenta yang ada pada kita bisa berlipat ganda. Jika berjejaring bisa menjadi salah satu cara untuk mengembangkan talenta yang Tuhan sudah berikan, mengapa tidak? Marilah mulai memikirkan bagaimana kita bisa berjejaring dengan lebih baik, baik dalam melayani maupun dalam profesi medis kita. Tuhan memberkati!

Membangun relasi, persekutuan dan mahasiswa - dokter Kristen Adanya wadah persekutuan di kampus ataupun rumah sakit, dapat menjadi tempat untuk belajar berelasi antar mahasiswa, antar sejawat dan antar paramedis/ perawat, menjalin network. Baik untuk pelayanan maupun untuk profesi. Persekutuan yang berpusatkan Kristus, di mana 8

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Faktual Kemitraan itu Penting dan Alkitabiah (Belajar dari CMF Bali) Oleh: dr. Susanna Erika S*

B

eberapa hari sebelum tulisan ini dibuat, saya dapat kabar dari seorang utusan lintas budaya suku terabaikan di Sulawesi yang menggetarkan saya. Dia tidak mengabari tentang pelayanannya di Sulawesi, namun mengabari saya tentang pelayanan rekan sesama utusan lintas budaya di provinsi lain. Saya cukup terpukul saat mengetahui bahwa di daerah tersebut, sudah mulai banyak anak-anak Tuhan yang memilih untuk meninggalkan imannya. Hal tersebut diperparah dengan gereja lokal yang cukup abai dengan kejadian-kejadian seperti ini dan justru sibuk dengan “klaim wilayah” sehingga tidak mau bergandengan tangan dengan gereja lain atau lembaga misi lain, malahan saling menuduh sesat. Tentunya mencari tahu bahkan menuduh siapa yang benar atau siapa yang salah bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan sekarang. Kejadian ini hanya ingin mengingatkan kita kembali bahwa sering kali anak-anak Tuhan disibukkan dengan ‘masalah internal’ dan lupa bahwa ada banyak jiwa di luar sana yang sedang menantikan dengan penuh kerinduan kabar keselamatan yang membebaskan itu. Doa Yesus yang ditulis dalam Injil Yohanes pasal 17 sebenarnya sudah sangat jelas, menggambarkan bahwa kemitraan itu sangat penting dan alkitabiah. Di ayat 21 dikatakan “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Target kesatuan adalah supaya dunia percaya! Bila saja kita menyadari, bahwa dari seluruh anggota tubuh Kristus di dunia (lihat Roma 12; 1 Kor. 12), mungkin, kita hanya satu jari tangan. Apa yang bisa dilakukan oleh satu jari? Berangkat dari dasar alkitab inilah, Christian Medical Fellowship (CMF) Bali bekerja sama membangun kemitraan untuk pekabaran Injil di Bali. Adalah desa binaan CMF Bali yang berlokasi di kabupaten sebelah utara kota Denpasar, dikerjakan bersama oleh CMF dengan Yayasan Gerasa SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

serta melibatkan dr. Eddy Kristianto sebagai dokter yang berkecimpung cukup lama dalam hal Community Development. Desa binaan ini bukan diadakan sebagai distraksi dari fokus utama CMF yakni pembinaan mahasiswa. Justru melalui desa binaan ini, calon tenaga medis Kristen dimampukan mengerti berstrategi menjangkau jiwa dalam pelayanan pembangunan komunitas di mana pun mereka nanti ditempatkan. Selain desa binaan, CMF Bali juga acap kali bergabung dalam Peace Camp yang diadakan untuk membangun “ruang pertemuan” dengan pemuda lintas agama. Menyadari bahwa untuk pengerjaan misi di lingkungan masyarakat dengan budaya khusus, maka mahasiswa perlu dibekali dengan pelatihan penginjilan yang tepat dan sesuai. Dalam hal ini, CMF meminta pertolongan hamba-hamba-Nya yang bermisi lintas budaya di Bali (kewarganegaraan Amerika) untuk melatih Disciple Making Movement secara cukup rutin dalam beberapa tahun terakhir. Bersyukur kepada Tuhan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang sangat paham pentingnya kemitraan. Bila saja mereka berkeberatan melayani karena “perbedaan visi lembaga” atau karena “saya tidak pernah dengar lembaga ini”, maka sampai sekarang tidak ada dari kami yang mengerti bagaimana pemuridan kontekstual. Beberapa kali CMF juga mengadakan kursus misi Kairos. Kairos diadakan pertama di Bali oleh CMF tahun 2015 dengan mengundang National Coordinator Team dari lembaga Simply Mobilizing. Pesertanya tidak terbatas pada mahasiswa medis saja. Namun juga mahasiswa jurusan lain, alumni, bahkan anggota dan hamba Tuhan jemaat gereja-gereja di Bali yang bukan binaan Perkantas. Hal ini tidak hanya berdampak pada visi Allah bagi dunia yang semakin dibukakan kepada banyak anak Tuhan, namun juga berdampak pada kerja sama antar mahasiswa medis dengan para mahasiswa jurusan lain dan alumni serta gereja-gereja. Sebagai contoh, saat ada mahasiswa non-believer yang rindu dibaptis, karena telah percaya dan menyerahkan dirinya kepada Kristus, itu tidak 9


FAKTUAL

Foto: Mahasiswa CMF Bali dengan staf Yayasan Gerasa memberikan penyuluhan kesehatan bersama.

langsung dilakukan pembaptisan di depan umum, karena ada keluarga yang masih belum percaya. Biasanya, kami meminta pertolongan hamba Tuhan dari salah satu pendeta alumni Kairos di Bali untuk membaptis mereka. Masih banyak lagi bentuk kerja sama lain yang dihasilkan pasca pelatihan misi bersama. Ketika mengerjakan misi ini, kami juga menyadari bahwa buku-buku berperan sangat penting. Karena CMF Bali di bawah naungan Perkantas Bali, bersyukur, kami dapat akses sangat mudah untuk mendapatkan buku-buku misi/ penginjilan/pemuridan yang sangat membantu dalam pelayanan. Namun demikan, ada pula beberapa buku yang tidak disediakan di Perkantas tetapi tersedia di lembaga misi IPN. Maka CMF beberapa kali kontak dengan IPN untuk bisa mengirimkan buku-buku yang kami tahu sangat berkualitas dan menopang pelayanan misi yang dikerjakan. Bersamaan dengan adanya pembinaan mahasiswa, ada pula alumni yang diutus. Dalam hal misi, alumni yang diutus ke suku terabaikan tidak bisa dilepas sendiri karena sulitnya komunitas orang percaya di sana. Sedangkan kita sama-sama ketahui bahwa komunitas itu penting untuk menjaga api misi. Dengan demikian, beberapa orang dalam CMF menjadi member care (pemerhati) para utusan lintas budaya yang memberi diri beberapa waktu lamanya menjangkau mereka yang belum tahu siapa Kristus. Dengan demikian, CMF Bali juga terhubung dengan Member Care Indonesia untuk dilatih dan diingatkan bagaimana menjadi member care yang baik dan mendukung para utusan. 10

Kemitraan yang dibangun oleh CMF Bali dapat berlangsung tanpa konflik yang berarti. Bersyukur para pelayan di Perkantas Bali boleh mendukung keputusan yang diambil oleh CMF Bali untuk mengerjakan pelayanan di ladang yang telah menguning dan siap dituai. Justru melalui kemitraan ini, CMF boleh belajar sangat banyak dan diperkuat pelayanannya. Phillip Butler, seorang hamba Tuhan yang telah mengembangkan aliansi strategis kerja sama antar organisasi di lebih dari 20 negara, bahkan pernah menjabat menjadi direktur internasional Interdev, pernah mengatakan demikian: “Inilah momen yang menentukan kemitraan dalam misi. Pada saat pemanggilan murid-murid yang pertama, kita melihat bahwa Simon Petrus memanggil teman-temannya yang lain yang berada di perahu lain untuk datang menolongnya untuk menaikkan ikan yang sangat banyak ke perahu (Lukas 5:6, 7). Jika kita tidak menghendaki ‘tangkapan-Nya’ hilang, kita juga perlu mengenali nilai kemitraan.� Bila untuk menjangkau mahasiswa, Persekutuan Mahasiswa Kristen bisa bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa atau Senat; bila untuk menjangkau masyarakat desa, lembaga bekerja sama dengan para pejabat desa setempat; bila untuk menjangkau orang sakit, seorang tenaga medis dapat bekerja sama dengan dinas/ institusi kesehatan terdekat, lalu mengapa kerja sama dengan sesama anggota tubuh Kristus begitu sulit? Mari bersama membangun kemitraan untuk menjangkau jiwa bagi Dia! *dr. Susanna Erika S adalah Associate Staf dari CMF Bali

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


FAKTUAL Pentingnya Networking Pelayanan Medis di Asia Tenggara Oleh: drg. Theodorus H. K., Sp.PM

K

onferensi Tingkat Tinggi ASEAN baru saja berakhir tanggal 13-14 November 2017 yang lalu, pada tahun ke 50 berdirinya ASEAN, setelah kelahirannya pada tanggal 8 Agustus 1967. Pemimpin-pemimpin negara berkumpul, berdiskusi, dan menandatangani sejumlah kesepakatan menuju tercapainya ASEAN Community Vision 2025. Berbagai kesepakatan yang didiskusikan dan ditandatangani meliputi kedamaian dan stabilitas regional, kerjasama dan keamanan maritim, pertumbuhan berbasis inovasi, cybercrime, pemberdayaan ekonomi bagi kaum wanita, perubahan iklim, sampai kepada isu-isu kesehatan seperti resistensi antimikroba, malnutrisi, manajemen kesehatan pada situasi bencana, dan lain-lain.1 Para petinggi negara ini menyadari betul, bahwa kesejahteraan regional hanya bisa tercapai apabila diperjuangkan bersama-sama. Kemajuan satu negara yang jauh melampaui negara lainnya pun, menjadi kurang optimal dinikmati selama negara di sekitarnya masih banyak masalah. Contohnya saja, semaju apapun Singapura, setiap tahunnya masih terkena imbas dari kebakaran hutan yang masif di Sumatera. Ketika para petinggi negara ASEAN memperjuangkan kesejahteraan regional dalam hal tubuh dan jiwa, kita menyadari betul bahwa kesejahteraan yang holistik, yang utuh, yang kita kenal dengan shalom, baru terwujud ketika ada pemulihan relasi dengan Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi. Kita sering melihat banyak ironi ketika kemajuan suatu negara belum tentu membuat masyarakatnya bahagia. Kesejahteraan holistik atau shalom inilah yang perlu diperjuangkan bersama oleh Tubuh Kristus di Asia Tenggara. Tidak kebetulan, di tahun ke 50 ASEAN berdiri, untuk pertama kalinya diselenggarakan pula South East Asia Medical Missions Conference (SEAMMC) 2017 di Bali, pada tanggal 31 Agustus-3 September 2017 yang lalu, dengan tema Healing for the Na1, Chairman’s Statement of the 31st ASEAN Summit, 13 November 2017, Manila, Philippines.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

tions. Panitia pengarah yang terdiri dari 2 negara Indonesia dan Singapura, menyadari pentingnya keluarga Allah di Asia Tenggara khususnya di bidang medis, bersatu untuk mengusahakan kesembuhan yang holistik, shalom itu, bagi bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Kebutuhan yang Besar Asia Tenggara adalah rumah bagi 650 juta penduduk. Mayoritas penduduk Asia Tenggara memeluk agama Islam (240 juta) dan Buddha (200 juta). Jumlah pemeluk agama Kristen (termasuk Katolik, sampai Mormon, Saksi Yehuwa dll) adalah 142 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, data Operation World 2010 memperkirakan, orangorang Kristen Injili/lahir baru berjumlah sekitar 31 juta jiwa. Adapun populasi terbesar kaum Injili di Asia Tenggara, disumbang oleh Indonesia dengan 13 juta jiwa, diikuti Filipina dengan 11 juta jiwa.2 Apakah artinya ini? Ini berarti 13 juta murid Kristus di Indonesia, bertanggung jawab bukan hanya untuk kemajuan Kerajaan Allah di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Statistik menunjukkan bahwa populasi kaum Injili terus meningkat secara pesat setiap tahunnya. Pertumbuhan Kekristenan Injili tertinggi adalah di Kamboja, yakni 8,8% per tahun, diikuti dengan Laos, sebesar 6,8% per tahun! Allah sedang dan terus bekerja di Asia Tenggara! Kita bersyukur, Tuhan saat ini telah memakai murid Kristus di Indonesia untuk bermisi ke berbagai negara di Asia Tenggara. Kita masih mengingat Ibu Ria Zebua yang melayani ke daerah sepupu di Filipina Selatan, juga beberapa staf Perkantas yang dikirim untuk melayani ke Kamboja dan Myanmar. Sebuah gereja di Batam yang sangat misioner, hingga kini telah mengirimkan puluhan orang sebagai utusan misi ke Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Kamboja! Apakah beberapa tahun lagi kita akan melihat dokter Kristen Indonesia melayani di negara-negara tersebut? Sangat mungkin! 2, Jason Mandryk. Operation World. 2010.

11


FAKTUAL Di Asia Tenggara ini pula, masih banyak terdapat suku-suku tanpa akses terhadap Injil. Data dari IMB menunjukkan bahwa terdapat 645 suku terabaikan di Asia Tenggara, yang mewakili populasi sebesar 476 juta jiwa, dan dari jumlah tersebut terdapat 307 suku tanpa utusan misi sama sekali, yang mewakili populasi sebesar 24 juta jiwa.3 Data dari GCPN menunjukkan bahwa meskipun Indonesia membutuhkan upaya pekerjaan misi terbesar, tetapi Thailand adalah negara Asia Tenggara yang paling membutuhkan bantuan negara lain, karena orang Kristen Injili hanya sebesar 0,5% dari seluruh populasi! Sedangkan Indonesia dikategorikan berada pada tahap yang cukup mandiri untuk menjangkau bangsanya sendiri. Negara lain yang juga sangat membutuhkan bantuan dari luar adalah Kamboja, Vietnam, dan Laos.4 Sudah saatnya Indonesia bukan hanya menjadi berkat bagi bangsa sendiri, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Meskipun hal ini tidak mudah, karena 6 dari 11 negara Asia Tenggara termasuk dalam 50 negara dengan tingkat penganiayaan tertinggi di dunia, yakni Vietnam, Laos, Brunei, Myanmar, Malaysia, dan termasuk juga Indonesia.5 Selain panggilan untuk memberitakan Kabar Baik, kita juga perlu membuka mata terhadap berbagai realita yang terus memanggil kita untuk memperjuangkan shalom di regional ini. Salah satunya adalah mengenai kemiskinan. Asia Tenggara adalah regio yang sangat unik, karena ada 2 negara yang sangat kaya yakni Singapura dan Brunei, yang termasuk dalam 5 besar dunia dalam hal pendapatan per kapita (data IMF tahun 2016), tetapi ada pula Timor Leste dan Kamboja yang termasuk dalam 50 peringkat terbawah dunia, dengan pendapatan per kapita nasional hanya sekitar 5% dari Singapura atau Brunei. Indonesia sendiri berada di peringkat ke 5 di Asia Tenggara, yang berarti memiliki sumber daya ekonomi yang lebih baik daripada 6 negara lainnya: Filipina, Vietnam, Myanmar, Laos, Timor Leste, dan Kamboja.6 Indonesia sendiri masih membutuhkan bantuan sumber daya dari nega-

3, IMB Global Research. Affinity Bloc: Southeast Asian Peoples and Malay Peoples. 4. Global Church Planting Network. Southeast Asia Data Pack 2010. 5, Open Doors USA. World Watch List. 6. Wikipedia. List of countries by GDP (PPP) per capita.

12

ra-negara maju seperti Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand, tetapi bukan berarti kita tidak bisa membantu negara yang lebih lemah secara ekonomi dari kita. Kita perlu membuka mata, bahwa kemiskinan masih merajalela dimana-mana. Dari segi kualitas sumber daya manusia, di Asia Tenggara ada Singapura dan Brunei yang memiliki indeks pembangunan manusia (IPM) sangat tinggi, sedangkan masih ada 7 negara dengan indeks menengah, seperti Indonesia, Vietnam, Filipina, Timor Leste, Laos, Kamboja, dan Myanmar (2015).7 Di Indonesia sendiri, kesenjangan indeks pembangunan manusia cukup tinggi antar provinsi. Menurut data tahun 2016, ada provinsi dengan IPM kategori tinggi seperti DKI Jakarta (79.60) dan DI Yogyakarta (78.38), tetapi ada juga yang rendah seperti Papua (58.05).8 Hal ini juga mengindikasikan bahwa masih banyak pekerjaan yang dibutuhkan untuk membangun kualitas manusia, baik di Indonesia maupun di regional ini melalui pendidikan dan pengembangan karakter, yang tentunya akan sangat signifikan bila berdasar pada Injil Kristus. Dari bidang kesehatan, Asia Tenggara masih berjuang keras dalam hal universal health coverage, yang sangat penting untuk menjamin setiap warga ASEAN bisa mengakses layanan kesehatan yang baik tanpa ada halangan biaya. Meskipun perkembangannya sangat baik dalam beberapa tahun terakhir, tetapi sejumlah negara masih tertatih-tatih dalam hal ini. Kita bisa melihat faktanya dalam grafik berikut ini:9

Gambar 1. Tingkat coverage asuransi kesehatan di Asia Tenggara. 7. Wikipedia. List of countries by human development index. 8. Badan Pusat Statistik. Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi, 2010-2016. 9. Minh HV, Pocock NS, Chaiyakunapruk N, et al. Progress toward universal health coverage in ASEAN. Glob Health Action 2014; 7: 25856.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


FAKTUAL Ketika Indonesia cukup bersyukur karena penyelenggaraan sistem BPJS (terlepas dari segudang masalahnya) telah mencapai cakupan 60%, kita perlu membuka mata bahwa saudara-saudara kita di Kamboja dan Laos tidak seberuntung itu. Masih begitu banyak masyarakat di negara-negara ini yang tidak dapat menikmati layanan kesehatan, hanya karena mereka tidak memiliki cukup biaya. Demikian pula di Indonesia, kita semua tahu betapa sistem BPJS masih begitu banyak masalah, terutama dalam segi pengembalian uang klaim ke pihak RS, yang bisa sampai tertunggak sekian bulan! Data di bulan November bahkan menunjukkan bahwa hutang BPJS ke 164 rumah sakit mencapai sekitar Rp. 3 triliun!1 1. Harian Kompas, 23 November 2017.

*OPP = Out of Pocket Payment (pengeluaran kesehatan dari keuangan pribadi pasien)

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

13


Faktual Tabel-tabel di atas menunjukkan betapa banyaknya ketimpangan di regional ini. Tabel 2 menunjukkan betapa Laos masih sangat bergumul dalam hal cakupan layanan antenatal, dan bahkan memiliki tingkat bantuan profesional pada persalinan yang terendah, hanya 37% saja. Anak di bawah 5 tahun yang dibawa ke fasilitas kesehatan juga masih rendah di Laos dan Filipina. Indonesia juga menjadi negara terburuk di ASEAN dalam hal cakupan antiretroviral bagi pasien HIV positif. Tingkat pengeluaran pribadi pasien untuk biaya kesehatan masih tinggi di Myanmar dan Kamboja. Selanjutnya, masih sangat banyak negara yang kekurangan dokter seperti Indonesia, Kamboja, Laos, Thailand, dan Myanmar. Asia Tenggara seringkali juga mengalami masalah-masalah penyakit infeksi seperti severe acute respiratory syndrome (SARS) dan influenza H5N1 yang cukup berdampak luas beberapa tahun yang lalu. Penderita HIV (anak dan dewasa) diperkirakan berjumlah 1,7 juta orang, tetapi yang mengonsumsi antiretroviral masih di bawah 60%. Di antara tahun 2001-2012, angka infeksi baru HIV di Indonesia dan Filipina meningkat 2 kali lipat.1 Sejumlah kondisi lainnya yang masih cukup menjadi perhatian adalah tuberkulosis, malaria, dan dengue.2 Indonesia pun baru saja bergumul dengan KLB Difteri. Meskipun masalah infeksi masih cukup banyak, saat ini 60% penyebab kematian di Asia Tenggara adalah dari penyakit tidak menular. Kontributornya bervariasi, mulai dari berbagai masalah terkait penuaan, gaya hidup (rokok, alkohol, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik), serta faktor lingkungan. Di Indonesia, 7,6 juta penduduk mengalami diabetes, dan 12,6 juta penduduk mengalami pra-diabetes. Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia dengan diabetes mencapai 11,8 juta jiwa!3 Di regional ini pula, masih terdapat masalah malnutrisi yang besar. Diperkirakan 5,4 juta balita mengalami wasting (berat badan kurang terhadap usia), dan 17,9 juta anak mengalami stunting (tinggi badan kurang terhadap usia). Di sisi lain, tingkat obesitas balita mencapai 10% dan diperkirakan akan terus meningkat.4 Selain masalah kronis kemiskinan, kualitas SDM, dan kesehatan, regional kita juga seringkali dilanda masalah akut berupa bencana alam. Akhir November lalu, bangsa kita diuji dengan kejadian meletusnya Gunung Agung dan badai Cempaka di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berikut ini data 10 bencana alam dengan korban jiwa terbanyak di Asia Tenggara dalam 20 tahun terakhir, yang saya coba kompilasi dari berbagai sumber (Google search, Wikipedia, dan lain-lain): No. Kejadian Tsunami Negara Terdampak

Tahun

Korban Jiwa

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

2004 2008 2013 2006 2012 2004 2008 2006 2005 2009

230.000-280.000 138.366 6.343 5.749-5.778 1.901 1.593 1.410 1.399 1.314 1.115

Cyclone Nargis Topan Haiyan Gempa Yogyakarta Topan Bopha Topan Winnie Topan Fengshen Topan Durian Gempa Nias-Simeulue Gempa Sumatra Barat

Indonesia, Thailand, Myanmar, Malaysia Myanmar, Bangladesh, Thailand, Laos Filipina, Vietnam Indonesia Filipina Filipina Filipina Filipina Indonesia Indonesia

Fakta dalam tabel di atas membuat kita harus senantiasa siap dan berjaga-jaga apabila terjadi bencana alam di sekitar kita. 1. SEAN Secretariat. HIV in the ASEAN Region. Second Regional Report on HIV and AIDS 2011-2015. 2. ASEAN Secretariat. ASEAN Regional Security: The Threats Facing it and the Way Forward. 3. Lim J, Chan MMH, Alsagoff FZ, Ha D. Innovations in non-communicable diseases management in ASEAN: a case series. Glob Health Action 2014; 7: 25110. 4. ASEAN Secretariat. ASEAN collaborates to end malnutrition. 2017.

14

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Faktual

Masalah sangat pelik lainnya yang sedang dihadapi regional kita saat ini adalah pengungsi Rohingnya. Bulan Agustus-November 2017 yang lalu, tercatat sekitar 624.000 orang Rohingnya mengungsi ke Bangladesh. Selain ke Bangladesh, tercatat sekitar 150.000 pengungsi Rohingnya tinggal sementara di Malaysia, 5000 di Thailand, dan 1000 di Indonesia khususnya di Aceh. Konflik internal berkepanjangan, diskriminasi, kekerasan, dan tidak diakuinya etnis Rohingya sebagai warga Myanmar membuat mereka mengungsi ke berbagai negara, dengan kondisi kamp pengungsian yang juga sangat terbatas dan overcrowded. Mereka berjalan berhari-hari menuju pengungsian, dan sempat juga menaiki kapal ke berbagai negara ASEAN lainnya. UNICEF memperkirakan 7,5% pengungsi anak-anak Rohingya mengalami malnutrisi yang serius. Hingga artikel ini ditulis UNHCR masih membutuhkan dana sekitar Rp. 1,2 Triliun untuk kebutuhan para pengungsi setiap harinya di kamp pengungsian di Bangladesh!123 Selain disebabkan oleh bencana alam dan kekerasan, hal lainnya yang menyebabkan banyak orang mengungsi adalah ancaman terorisme, seperti yang baru-baru ini terjadi di Marawi, Filipina Selatan. Di bulan Agustus 2017 lalu, tercatat lebih dari 700 korban jiwa, lebih dari 400.000 orang mengungsi meninggalkan rumahnya, dan lebih dari 200 sandera, ketika ISIS menguasai kota Marawi.4Negara kita juga sangat bergumul 1. Wikipedia. Rohingya people. 2. Nikkei Asian Review. Rohingyas faces existensial challenges as refugees in Bangladesh. 29 November 2017. 3. UNHCR. Rohingya emergency. 4. Harian Kompas, 7 Agustus 2017.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

dengan serangan terorisme. Sepanjang 2012-2016, tercatat ada 151 serangan terorisme di Indonesia, dengan 98 korban jiwa dan 118 orang mengalami cedera.5Kita juga masih mengingat bagaimana penculikan yang dilakukan kelompok milisi Abu Sayyaf di perairan sekitar Filipina Selatan, Malaysia Timur, dan Sulawesi Utara, terhadap sejumlah anak buah kapal dari Indonesia. Kelompok Abu Sayyaf dikenal banyak melakukan penculikan, pembunuhan, dan serangan bom di Filipina, Malaysia, dan Indonesia.6 Fakta miris lainnya mengenai regional kita adalah mengenai perdagangan manusia, termasuk di dalamnya sex trafficking, yang korbannya diperkirakan mencapai 10.000 orang per tahun. Negara-negara yang sering dijadikan sumber korban adalah Filipina, Thailand, Kamboja, Laos, dan Myanmar.7 Di Filipina, sekitar 100.000 anak dan 400.000 wanita terlibat dalam prostitusi, sebagian diantaranya diperdagangkan ke negara lain. Di Thailand terdapat 40.000 pekerja seks di bawah umur, dan terdapat sekitar 2,8 juta orang terlibat dalam bisnis terkait seks! Kemiskinan juga memaksa sekitar 1,5 juta anak di bawah usia 15 tahun bekerja sebagai buruh anak di Kamboja, sedangkan korban perdagangan seks mencapai 100.000 orang di negara tersebut. Kamboja adalah negara dengan permintaan prostitusi anak dan wisata seks tertinggi di Asia Tenggara! Asia Tenggara juga merupakan tempat yang subur bagi perkembangan LGBT. Dari 10 negara 5. Wikipedia. List of terrorist incidents in Indonesia. 6. Wikipedia. Abu Sayyaf. 7. Wikipedia. Human Trafficking in Southeast Asia.

15


Faktual Asia yang paling ramah terhadap gay, 4 diantaranya adalah di Asia Tenggara: Thailand (2), Filipina (7), Vietnam (8), dan Kamboja (9).8 Festival gay pride juga eksis di Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Laos, Singapura, Malaysia, dan Timor Leste, yakni hampir seluruh negara ASEAN! Thailand dan Kamboja diperkirakan menjadi 2 negara pertama di Asia Tenggara yang akan melegalisasi pernikahan sejenis.9 Filipina termasuk dalam 10 negara dengan populasi gay terbesar di dunia, dengan estimasi jumlah 804.000 pria.10 Pentingnya Berjejaring Semua fakta di atas menunjukkan betapa masih banyaknya daerah yang membutuhkan shalom di regional kita. Dan siapakah yang bertanggungjawab mengusahakan kesejahteraannya? Tentu tidak bisa selamanya dunia mengandalkan kekuatan misi negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Eropa untuk memberkati kita di Asia Tenggara. Sudah saatnya Asia Tenggara, dengan segala potensinya, mengusahakan kesejahteraan regionalnya sendiri. Lokasi kita yang berdekatan satu sama lain adalah rancangan Allah dari sejak semula! Dan Allah merindukan kita bekerjasama satu dengan yang lain untuk mendatangkan shalom bagi umat Allah di regional ini. Hingga kini, tubuh Kristus di Asia Tenggara sudah menyadari pentingnya hal ini, sehingga sampai hari ini sudah terbentuk kerjasama pelayanan dan misi di tingkat regional. Contohnya saja, ada South East Asia Link yang menaungi berbagai usaha pemberitaan Kabar Baik ke sukusuku terabaikan di Asia Tenggara, South East Asia Church Planting Network yang bergerak dalam penanaman jemaat secara regional, South East Asia Prayer Council yang terus membangkitkan semangat berdoa secara regional, dan lain-lain. Dalam bidang medis, tahun 2017 ini adalah terobosan, ketika untuk pertama kalinya kita menyelenggarakan South East Asia Medical Mission Conference, yang diadakan hasil kerjasama antara ICMDA South East Asia, CMDF Indonesia (PMdN Perkantas), CMDF Singapore, 8. Sawatdee Network. The top 10 gay friendly countries in Asia. 9. Forbes. These Asian Countries Are The Most Likely To Follow In Taiwan’s LGBT Rights Footsteps. 25 May 2017. 10. Insider Monkey. 10 Countries with the Biggest Gay Populations in the World. 25 June 2015.

16

juga FES Singapore. Embrio dari konferensi ini sudah dimulai cukup lama, ketika ICMDA mulai membentuk pelayanan regional di Asia Tenggara sekitar tahun 2006. Selanjutnya, ide gerakan SEAChange muncul di dalam pertemuan informal teman-teman medis Singapura dan Indonesia tahun 2015, yang kemudian di launching dalam acara Kamp Medis Nasional Alumni 2016 yang mulai mengundang peserta regional, yang ketika itu baru dihadiri 3 negara yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Tahun 2016 juga, saya diminta oleh CEO ICMDA Dr. Vinod Shah untuk memulai peran yang baru, yakni bertanggungjawab untuk pelayanan mahasiswa medis di Asia Tenggara. Saya difasilitasi untuk berkunjung ke berbagai negara Asia Tenggara, yang dalam anugerah-Nya dipakai Tuhan untuk mengumpulkan kontak yang lebih banyak di negara-negara Asia Tenggara. Dalam SEAMMC 2017 yang lalu, kita bersyukur karena rekan-rekan medis dari 11 negara ASEAN berkumpul. Selanjutnya, gerakan ini akan dilanjutkan dalam bentuk South East Asia Medical Missions Collaboration yang adalah bagian medis dari gerakan SEAChange. Visi dari SEAChange adalah “to see vibrant communities of Jesus followers in SE Asia among the least reached”, sedangkan misinya adalah “a network of interest groups (floating platforms) serving SE Asian communities through medical, social, educational, and community platform within an integral mission framework.” Suatu visi yang indah dan dicapai melalui interest group, hal yang sudah sangat akrab di telinga kita karena terus berkembang melalui berbagai kamp medis baik mahasiswa maupun alumni. Hingga kini, berbagai kerjasama misi medis di Asia Tenggara telah terjadi, meskipun tentu belum mencapai tahap optimal. Sejumlah dokter gigi di Indonesia sudah secara rutin bergabung dengan gerakan crisis relief yang dipelopori oleh Dr. Tan Hun Hoe, seorang spesialis urologi berkebangsaan Malaysia yang tinggal di Singapura. Pada bulan Desember 2013, dokter gigi kita bergabung untuk baksos pasca topan Haiyan di Filipina, bekerjasama dengan ACROSS (Anglican Crisis Relief Outreach and Support) Singapore dan REACT dari Filipina. Bulan Februari 2014, tim SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Faktual Singapura ikut terlibat dalam pelayanan pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, dan selanjutnya pada bulan Mei 2014 kembali sejumlah dokter dan dokter gigi pergi ke Filipina untuk mengunjungi daerah pasca topan Haiyan. Sejumlah mission trip jangka pendek juga secara rutin terjadi di antara Indonesia dan Singapura, ke berbagai daerah seperti Kalimantan dan Sulawesi di Indonesia, serta Myanmar dan Kamboja di regional. Tenaga medis Indonesia secara rutin bergabung dengan gerakan mission trip regional ini. Singapura secara rutin mengirimkan dokter-dokter misi mereka untuk melayani secara jangka panjang di negara lain, termasuk di Asia Tenggara. Salah satunya adalah Dr. Tan Tzu Jen yang melayani di River Kwai Hospital, yang terletak di perbatasan Thailand-Myanmar, melayani suku Thai, Karen, Mon, dan Burma. Tim YWAM dari Singapura juga rutin melayani daerah tertentu di Sumatera melalui klinik terapungnya. Indonesia juga bersyukur, kedatangan dokter misi dari Filipina yang saat ini menetap di Jawa Tengah. Dalam pelayanan mahasiswa, Indonesia telah mengirimkan staf-staf Perkantas untuk diutus ke Kamboja dan Myanmar, yang juga menghasilkan buah pelayanan berupa mahasiswa medis yang menjadi murid Kristus. Staf Perkantas Thailand pun juga datang dan belajar di Indonesia. Buku PA terbitan Perkantas seperti Starting a New Life (Memulai Hidup Baru) dan terbitan PMdN seperti Doctor’s after God’s Own Heart (Dokter yang

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

memperkenankan hati Tuhan), kini telah disebarluaskan ke Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Laos. Kegiatan Medical Missions Course (MMC) yang selama 11 tahun diselenggarakan di RSU Bethesda Serukam pun adalah buah kerjasama regional, ketika dokter-dokter dari Singapura dan Malaysia rutin datang untuk melatih mahasiswa-mahasiswa medis Indonesia. Kita meyakini bahwa semua ini barulah awal yang baik, dari berbagai kerjasama yang akan lebih intens dikerjakan ke depan, demi tercapainya shalom di berbagai komunitas di Asia Tenggara ini. Kita tidak bisa mengerjakan misi medis di negara kita sendirian, kita membutuhkan bantuan dari negara-negara tetangga kita. Demikian juga, kita tidak bisa egois dalam menikmati berbagai berkat yang Tuhan telah percayakan kepada kita, tetapi sudah saatnya juga Indonesia menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lainnya. Dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara, gerakan PMdN Perkantas atau CMDF Indonesia adalah yang paling maju, bersama dengan CMDF Singapore. Bukankah ini juga berarti suatu tanggung jawab untuk membantu gerakan pelayanan medis di negara-negara lainnya? Mari terus bergandengan tangan untuk pekerjaan Allah di Asia Tenggara ini. Secara khusus, doakan gerakan SEAChange termasuk di dalamnya South East Asia Medical Missions Collaboration yang akan semakin intens dikerjakan ke depan.

17


FAKTUAL Dokter Indonesia

D

18

Egois?

Oleh : dr.Andri, SpKJ*

alam berbagai tulisan tentang buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia, para penulis atau komentator hampir selalu bicara tentang buruknya pelayanan dokter yang dikatakan kurang komunikatif, mau menang sendiri dan bersikap materialistis. Hampir tidak pernah ada yang membahas atau menyalahkan pihak perawat, administrasi rumah sakit, pihak laboratorium atau sarana pendukung kesehatan lain. Saya mendengar salah satu cerita dari pasien saya yang berobat ke Malaysia. Negeri jiran yang saat ini sedang menggalakkan wisata medisnya ini merupakan salah satu tujuan baru berobat ke luar negeri. Bisa dimaklumi karena selain murah, pasien mengatakan juga pelayanan di sana lebih baik. Pasien saya ini mengatakan, ketika dia datang mengantar orang tuanya berobat ke sana, pelayanan bahkan sudah dimulai dari penjemputan di bandara. Jadi, tiba langsung masuk ambulan dan sampai ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit pun pasien langsung dibawa ke ruang perawatan dan langsung dilakukan pemeriksaan oleh tim termasuk pemeriksaan penunjang seperti laboratorium. Keluarga pasien pun diajak ke tempat ruang tunggu yang nyaman dengan ketersediaan berbagai macam minuman dan makanan kecil. Belum lagi ada petugas RS yang memberikan petunjuk tentang mencari tempat inap di sekitar RS sehingga mempermudah pasien dan keluarga. Dikatakan pasien saya, pelayanannya cepat dan tidak menunggu-nunggu, pasien tidak dibawa ke sana ke mari untuk pemeriksaan tapi cukup tenang saja di dalam kamar kecuali mungkin untuk pemeriksaan radiologi seperti CT-Scan/ MRI yang tidak bisa di tempat. Pelayanan lainnya

juga ramah, dari dokter sampai office boy (OB) semua bersikap bersahabat. Satu yang paling menarik perhatian pasien adalah tim dokter yang bekerja. Saat menerangkan kepada pasien dan keluarga, tim dokter datang bersama-sama. Semua dokter yang terlibat dalam penanganan pasien dilibatkan dalam diskusi. Satu orang dokter menjadi juru bicara yang dikenal pasien sebagai ketua tim. Hal ini membuat pasien dan keluarga menjadi nyaman dengan penjelasan yang jelas dan tidak berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Liaison Team memang suatu keharusan Satu hal yang memang paling sulit dilakukan di Indonesia adalah kerjasama antar dokter. Sebagai psikiater yang mendalami subspesialisasi Consultation-Liaison Psychiatry, salah satu tugas saya adalah bekerjasama dalam tim-tim medis yang memerlukan bantuan psikiater. Kasus-kasus medis umum yang melibatkan gangguan kejiwaan dan perilaku banyak sekali terdapat di dalam RS dan seringkali tidak terdiagnosis. Di sinilah kepentingan saya bekerja. Karena hal ini, saya sering terlibat bekerja sama dengan beberapa orang dokter spesialis sekaligus. Namun memang kenyataannya tidak mudah bekerja dalam tim-tim di RS ini. Saya sering melihat masing-masing dokter masih menampilkan egonya masing-masing. Pasien masih dilihat dalam batasan ilmu yang terkotak-kotak. Ada kesan dokter mengobati penyakitnya saja bukan mengobati pasien secara keseluruhan. Untuk kasus-kasus yang kompleks, hal ini tentunya tidak menguntungkan buat pasien. Kerjasama tim sangat diperlukan, namun sayangnya tidak terjadi dalam praktek sehari-hari. Yang lebih SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


banyak terjadi adalah konsultasi biasa yang seringkali hanya sebatas saran di kertas lembar konsultasi bukan pembicaraan lintas spesialis yang bertujuan mencari jalan keluar terbaik bagi pasien. Hambatan kolaborasi Salah satu hal yang paling sering dipertanyakan baik di RS pemerintah maupun RS swasta tentang pelayanan terintegrasi adalah tentang sistem pembayaran. Sistem pembayaran yang dianut kita adalah pay per service artinya seorang pasien membayar sesuai dengan pelayanan yang diterima. Penanganan pasien dengan kebutuhan lintas dokter spesialis dalam RS akan menyebabkan biaya pelayanan meningkat karena terjadinya konsultasi yang banyak ke banyak dokter. Inilah yang terjadi jika sistem yang digunakan seperti ini. Seyogyanya, penanganan kasus secara terintegrasi membuat pasien mendapatkan perawatan lebih baik dan akhirnya membuat pasien berkurang masa rawatnya karena lebih cepat menjadi baik kondisinya. Keterlambatan diagnosis adalah yang paling sering dialami pada kasus-kasus penyakit yang kompleks. Penundaan kerjasama dengan bidang lain selain

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

disebabkan faktor bertambahnya biaya kesehatan juga karena keengganan dokter untuk bekerja sama. Inilah yang perlu dicari jalan keluarnya dalam sistem kesehatan di Indonesia. Bagaimana pola sistem pelayanan kesehatan terintegrasi bisa difasilitasi dengan sistem pembayaran kesehatan yang baik. Sehingga, baik dokter maupun pasien merasa diuntungkan dengan sistem ini. Jika memang dengan sistem yang baik pun si dokter belum mau bekerja sama, maka jawaban judul artikel saya di atas adalah Ya. Salam Sehat Jiwa! *Psikiater Bidang Psikosomatik Medis. Sumber: www.kompas.com

19


Untaian Firman

Pemimpin yang Bekerja Sama dalam Membangun (Belajar dari Kitab Nehemia)

Oleh: Naomi Fortuna Kaber, ST, MCM

K

ita cukup terkagum-kagum dengan munculnya pemimpin-pemimpin di negeri ini yang telah mengubah wajah dan citra diri negeri ini. Salah satu yang mengagumkan adalah kehadiran Jokowi dan Ahok. Presiden Jokowi dalam salah satu pidatonya menceritakan tentang 3 tahun yang lalu harga bensin di Wamena 60 ribu sampai 100 ribu rupiah per liter. Dengan ketegasan Presiden Jokowi meminta kepada menterinya agar harga bensin di Wamena harus sama dengan di Jawa yang berkisar antara harga 6000-8000 rupiah per liter. Demikian juga tentang saham Freeport, atas arahan presiden, Indonesia berhasil memperoleh saham sebesar 51% demi memperjuang kepentingan nasional, kepentingan rakyat Papua dan kedaulatan negara Indonesia. Betapa wajah Indonesia sudah berubah dengan kehadiran mereka. Bagaimana dengan para pemimpin Kristen? Adakah kita temui pemimpin-pemimpin Kristen yang memberi pengaruh yang signifikan? Sementara kita memiliki kitab suci yang memberikan contoh nyata teladan pemimpin-pemimpin yang mengubah wajah bangsanya dan dunia. Sebut saja Abraham,Yusuf, Daud, Daniel, Ester, Nehemia, dan masih banyak lagi pribadi-pribadi yang menyuarakan kebenaran dan mengubah keadaan. Dalam tulisan kali ini kita mengangkat prinsip-prinsip kepemimpinan dari seorang pemimpin di Perjanjian Lama yang bernama Nehemia.

20

Nehemia, pada awalnya adalah seorang juru minum raja Artasasta I. Salah satu tugas juru minum raja adalah memilih minuman untuk raja dan memastikan bahwa minuman tersebut tidak mengandung racun atau berbahaya. Dalam sejarah, ayahanda dari raja Artasasta I dibunuh di tempat tidurnya oleh salah satu anggota istana. Dengan latar belakang tersebut, sangat jelas bahwa Nehemia adalah orang yang memenuhi kualitas yang sangat bisa dipercaya oleh raja Artasasta. Nehemia memiliki arti nama “The LORD comforts”, “Allah yang memberikan ketenangan”. Dari kitab ini paling tidak ada beberapa hal yang kita bisa tarik tentang prinsip kepemimpinan: Visi yang jelas Seseorang pernah berkata: “Leaders without vision are like guides without a map”, pemimpin yang tidak punya visi seperti pemandu tanpa sebuah peta. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki gambar besar, arah dan tujuannya. Karena itulah orang mengikuti mereka, karena mereka tahu arah yang akan dituju, hasil yang akan dicapai dan bagaimana cara untuk mencapainya. Nehemia adalah seseorang yang memiliki visi. Visi Nehemia adalah membangun kembali kota Yerusalem: membangun kembali bait suci, membangun tembok kota, membangun rumah orang-orang buangan yang tersisa. Visi Nehemia lahir dari sebuah keadaan yang menyedihkan, dari sebuah keruntuhan dan kehancuran, dari hati SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Untaian Firman yang hancur, doa dan airmata. Ada waktu 4 bulan (dari bulan Kislew ke Nisan) sejak Nehemia mendengar tentang kondisi kehancuran Yerusalem, sejak ia menangis berkabung, berlutut, berpuasa, berdoa dan berseru kepada Tuhan Allah tentang kondisi bangsanya. 4 bulan yang cukup untuk Nehemia berdoa, berpikir, membuat tujuan dan perencanaan, mempertajam visi, mencari kemungkinan cara-cara penyelesaian, menghitung support/sumber daya yang dimiliki, dan seterusnya. Setelah 4 bulan Nehemia mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan keinginan hatinya. Permintaan Nehemia kepada raja adalah sangat spesifik dan detail (Nehemia 2:5-9): Ia menyebutkan jangka waktu untuk penyelesaian pembangunan tembok tersebut, ia meminta surat dari raja untuk para bupati daerah sungai Efrat, ia juga meminta surat bagi Asaf pengawas taman raja agar Nehemia mendapatkan kayu sebagai bahan untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng Bait Suci, tembok kota dan untuk rumah yang didiaminya. Ketika Nehemia memaparkan dengan jelas visinya kepada raja. Visinya terukur, gambaran yang jelas bagaimana dicapai dengan cara-cara yang ia tawarkan, dan komitmen untuk menyelesaikannya. Keberanian mengambil inisiatif, rencana dan resiko Kualitas lainnya yang bisa kita lihat dalam diri Nehemia adalah keberaniannya. Keberanian adalah sebuah kualitas pikiran seseorang yang memampukannya menghadapi bahaya atau kesukaran dengan tegar dan kuat, tanpa roh ketakutan atau tertekan. Nehemia keluar dari kepompong ketakutan/keterbatasan, mengambil inisiatif untuk membawa perubahan. Ada terlalu besar resiko di depan yang dia ambil. Bagaimana kalau raja tidak memberi ijin? Bagaimana kalau ia dihukum karena lancang meminta kepada raja? (ingat pada Ester yang menghadapi hidup atau mati ketika datang dengan permohonan pada raja tanpa diundang), bagaimana jika tidak ada sumber daya dan dana untuk visi tersebut? Bukankah tantangan yang akan dihadapi luar biasa berat? Bagaimana jika ia gagal dan tidak mampu? Apa kata masyarakat penduduk sekitar? Apa kata raja? Apa SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

kata dunia? Pertimbangan-pertimbangan tersebut bisa saja menghambat langkah Nehemia membangun Yerusalem, membuatnya perlahan mundur dan melupakan mimpinya. Nehemia sebenarnya sangat takut terhadap raja (Nehemia 2:2). Tapi ia berhasil mengalahkan ketakutannya, ia melangkah maju untuk menceritakan visinya pada raja. Doa menjadi kekuatan pada saat-saat krusial yang sangat menentukan pilihan dan keputusannya (2:4). Titik ini menjadi pintu masuk kepada perubahan besar. Bagaimana Nehemia mengalahkan ketakutannya? Selain doa, salah satu yang membuat ia berhasil mengalahkan ketakutannya adalah, sangat tampak bahwa ia sudah membuat goal setting. Ia sudah membuat tujuan yang jelas. Ia memikirkan bagaimana cara mencapainya secara bertahap dengan seluruh kemungkinan potensi yang ada. Ia sudah menghitung dan merencanakan selama 4 bulan, dan ia sudah memulai setahap demi setahap dari rencana yang ada. Problem Solver, Pengambilan Keputusan secara tepat dengan Timing yang tepat. Kualitas yang lain yang tampak dalam diri Nehemia adalah problem solver. Dalam kehidupan seorang pemimpin, seringkali ketidakmampuan menyelesaikan masalah dengan tepat dapat memperburuk keadaan yang ada. Nehemia ketika tiba di Yerusalem, tidak langsung bekerja membangun tembok setelah menginjakkan kakinya di Yerusalem. 3 hari ia tinggal. Setelah tiga hari, di malam hari Nehemia “examining the walls�. Ia melakukan survei, mengenali, mendata, menguji, menginspeksi secara detail kondisi kerusakan, kehancuran tembok-tembok yang ada. Ia mencari realita permasalahannya untuk menemukan pandangan dan solusi yang tepat atas realita tersebut. Setelah menemukan perspektif yang tepat atas masalah yang ada, Nehemia mengumumkan kepada publik rencana visinya dan strategi untuk mencapai visi itu. Menemukan masalah utama adalah hal yang sangat penting dalam kepemimpinan; membuat kebijakan, keputusan yang tepat dan berhikmat terhadap masalah tersebut akan membawa kemajuan bagi orangorang yang dipimpin. Salah satu kata kunci adalah: calculated the risk. 21


Untaian Firman

Motivator, Kemampuan Menyampaikan Visi dan Menggerakkan Tim Yang dilakukan Nehemia selanjutnya adalah menjadikan visi itu sebagai milik bersama. Salah satu kelemahan banyak pemimpin adalah ketidakmampuan untuk menterjemahkan visi kepada aksi nyata bersama-sama. Nehemia sudah memiliki resources kayu, dan material yang dibutuhkan untuk membangun. Tetapi visi itu tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan dari masyarakat Yerusalem. Nehemia bukanlah single fighter yang bekerja sendiri. Nehemia mengumpulkan orang-orang dan membagikan visi dan strategi untuk membangun tembok (2: 17). Sebagai hasilnya, Nehemia 3 menggambarkan dengan sangat indah bagaimana semua komponen masyarakat bekerja sama, bergandengan tangan satu dengan yang lain membangun tembok itu. Dari imam besar, para imam, orang-orang Lewi, hingga berbagai lapisan masyarakat secara antusias ikut membangun. Ada keluarga tukang emas, juru campur rempahrempah, anak-anak perempuan, para pedagang turun tangan untuk bekerja berdampingan (3: 8, 12, 32). Kemampuan mendelegasikan tugas juga merupakan salah satu skill kepemimpinan yang dimiliki oleh Nehemia. Sehingga pekerjaan itu bisa selesai dalam waktu yang sangat cepat, 52 hari. Nehemia membutuhkan semua orang untuk terlibat namun ia memilih orang yang berkualitas dan mendelegasikan tugas kepada mereka. Salah satu 22

contoh adalah dalam Nehemia 7:2 “Pengawasan atas Yerusalem aku serahkan kepada Hanani, saudaraku, dan kepada Hananya, panglima benteng, karena dia seorang yang dapat dipercaya dan yang takut akan Allah lebih dari pada orang-orang lain.� Menghadapi Kritik dan Ancaman Salah satu hal yang akan dihadapi oleh pemimpin adalah kritik dari oposisi, bahkan dapat berujung pada penolakan, ancaman dan konfrontasi. Hal ini dialami oleh Nehemia. Pihak oposisi ini adalah orang-orang yang terganggu dan terancam akan kehadiran pemimpin baru, mereka tidak ingin menerima perubahan (Neh. 2:10). Secara progresif oposisi ini berubah menjadi iri hati, marah dan sakit hati (Neh. 4:1), lalu menghina dan mencerca pekerjaan Nehemia (Neh. 4:2-4). Dari hinaan verbal berubah menjadi ancaman penyerangan dan kekacauan; hingga 10 kali ancaman datang ke orang-orang yang sedang membangun (4:8,12). Oposisi ini adalah hal yang akan dihadapi oleh para pemimpin. Namun Nehemia berhasil memiliki daya tahan dan daya juang tinggi sehingga tidak menghiraukan ancaman yang bisa menggerogoti visi. Pernah, bangsa itu nyaris menyerah (Neh. 4:10) “Berkatalah orang Yehuda: “Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini.� Tetapi Nehemia memberikan motivasi untuk ingat pada Tuhan yang besar dan dahsyat dan terus berjuang. Rakyat itu kembali berjuang dengan segenap tenaga. Memperjuangkan orang yang miskin dan lemah Nehemia juga memperjuangkan keadilan SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Untaian Firman sosial bagi rakyat miskin yang diperas (Neh. 5). Rakyat kecil diperas secara ekonomi, mereka harus menggadaikan hak milik mereka, membayar pajak yang tinggi bahkan anak mereka masuk ke perbudakan akibat pemerasan yang terjadi oleh sesama anak bangsa. Nehemia sangat marah terhadap kondisi tersebut. Nehemia marah akibat ketidakadilan dan ketidakbenaran yang terjadi. Amarah yang benar adalah salah satu ciri pemimpin yang sejati. Kemarahan yang lahir dari kepedihan atas kondisi ketidakadilan dan ketidakbenaran yang terjadi. The Gracious Hand of God: Pentingnya Doa Ada masih banyak lagi kualitas kepemimpinan yang bisa digali dari kitab Nehemia. Akan sangat panjang jika dibahas satu per satu. Namun salah satu kualitas yang sangat jelas adalah doa-doanya. Ia mengawali pergumulan ini dalam doa. Ia berdoa kepada Tuhan di sepanjang prosesnya. Ia melihat tangan Tuhan yang murah memberkati pekerjaannya. Sebuah pepatah tentang doa mengatakan: “prayer moves the Arm, that moves the world, to bring deliverance down�. Nehemia menangis, berkabung, berpuasa dan berdoa ketika mendengar berita tentang Yerusalem (Neh. 1). Nehemia berdoa kepada Allah ketika raja memberi kesempatan kepadanya untuk mengajukan permohonan (Neh. 2:4). Nehemia berdoa kepada Allah ketika pihak oposisi (Sanbalat dan Tobia, dan yang lainnya) mengancam untuk menyerang dan membuat kekacauan di saat kondisi kritis bangsa itu (Neh. 4:9). Kita melihat keseimbangan yang harmonis antara kasih karunia Allah dan upaya manusia untuk memberikan yang terbaik untuk mengubah keadaan. Salah satu ciri pemimpin adalah seorang yang berdoa. Kehadiran pemimpin-pemimpin yang ada di Alkitab sangat jelas digambarkan bahwa mereka menjadi pemimpin bukan karena mereka memiliki pemikiran yang brilian, atau sumber daya yang kaya, atau kebudayaan yang tinggi, skill yang sempurna, namun karena mereka adalah pribadi yang pendoa, yang dekat dengan Allah, taat mendengarkan Tuhan, sehingga mereka mengalami kuasa Allah yang mengubahkan situasi dan kondisi. Penutup SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

Kita memasuki akhir tahun 2017 dan akan menapaki tahun yang baru 2018. Ini adalah momen yang tepat untuk mengevaluasi ulang visi hidup kita - apakah kita sedang dalam track visi hidup yang benar. Kita bisa mengambil waktu untuk meneliti lagi dari kitab Nehemia ini untuk menggali prinsip-prinsip kepemimpinan yang memberi pengaruh dan yang mengubah keadaan untuk diterapkan dalam hidup kita. Tahun 2018 Kamp Medis Nasional Mahasiswa juga akan mengangkat tokoh Nehemia untuk diexplore dalam eksposisi alkitabnya. Kepemimpinan menjadi salah satu bagian yang terpenting bagi mahasiswa medis. Doa kami, akan dilahirkan dan dibentuk pemimpin-pemimpin medis Kristen Indonesia yang memberi pengaruh yang signifikan bagi bangsa ini di masa yang akan datang. Salah satu contoh tokoh medis dalam sejarah Indonesia yang kita kenal adalah Johanes Leimena. Dr. Leimena adalah pahlawan Indonesia. Ia merupakan tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet Indonesia dan satu-satunya Menteri Indonesia yang menjabat sebagai Menteri selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus. Soekarno pernah berkata tentang Leimena: “Ambilah misalnya Leimena...saat bertemu dengannya aku merasakan rangsangan indra keenam, dan bila gelombang intuisi dari hati nurani yang begitu keras seperti itu menguasai diriku, aku tidak pernah salah. Aku merasakan dia adalah seorang yang paling jujur yang pernah kutemui,� (Soekarno, dalam Penyambung Lidah Rakyat). Semoga semakin banyak pemimpinpemimpin Kristen di dunia medis yang dihasilkan dari pelayanan kita, yang berdiri bagi bangsanya, menjadi pemimpin yang membawa visi, membangun tembok-tembok yang runtuh di dunia kesehatan Indonesia dan dunia, bagi kemuliaan bagi Tuhan Allah Tritunggal. Amin Kepustakaan: NIV Bible Study Haggai, J. Edmun, The Influential Leader, (Oregon: Harvest House Publisher, 2009) Getz, Gene A., Sharperning the Focus of the Church, (Moody Press, 1984)

23


Kesaksian Menyelamatkan Hutan dengan Pelayanan Kesehatan *Oleh: drg. Deo Davelas

S

aat ini saya melayani sebagai dokter gigi PTT di klinik ASRI, suatu klinik yang terletak di tengah-tengah Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bahwa saya akan melayani di daerah pedalaman Kalimantan ini. Pada saat saya baru lulus, saya mengikuti program MMC selama 3 bulan di RS Bethesda Serukam, Kalimantan Barat. Melalui pelatihan MMC itu, saya belajar banyak tentang dunia misi medis dan pentingnya networking dan kerjasama dalam menjalankan misi. Misi tidak mungkin dikerjakan sendiri, misi membutuhkan tim. Selama pelatihan, kami sempat mengunjungi ASRI selama satu minggu, dan menyaksikan metode pelayanan kesehatan yang sangat unik, di mana pasien dapat membayar biaya berobat dengan menggunakan bibit yang nantinya akan ditanam di area hutan yang telah gundul akibat aktivitas penebangan liar. Saya sangat terkesan dengan program yang ASRI miliki saat itu. Kebetulan, ASRI sempat menyampaikan kebutuhan akan dokter gigi kepada kami, peserta MMC, karena drg. Marissa hampir menyelesaikan masa baktinya. Akhirnya, setelah menggumulkan ini, saya memutuskan untuk melayani sebagai dokter gigi di klinik ASRI. ASRI adalah klinik sosial berbadan non-misi yang mengkolaborasikan kesehatan dengan pelestarian lingkungan. Klinik ASRI berdiri, diprakarsai oleh orang-orang yang prihatin akan maraknya penebangan hutan secara illegal yang menyebabkan hutan sekitar Taman Nasional Gunung Palung menjadi gundul, dan berbagai

24

satwa langka, seperti orang utan dan burung enggang terancam punah karena kehilangan habitatnya. Memang, mudah untuk menyalahkan para penebang liar, karena mereka telah merusak hutan dan keseimbangan ekosistem sehingga menimbulkan banjir, wabah penyakit, dan kepunahan satwa-satwa di dalamnya. Namun, ternyata, para penebang liar itu melakukannya dengan terpaksa. Penyebab utama mereka melakukan penebangan adalah untuk membayar biaya berobat mereka yang sangat mahal, karena sulitnya memperoleh akses kesehatan. Mereka tidak punya cara lain untuk mendapat uang secara cepat, selain dengan menebang pohon. Akhirnya, klinik ASRI didirikan untuk membantu masyarakat memperoleh layanan kesehatan yang terjangkau, dan dengan bibit yang diberi pasien untuk membayar biaya berobat itu, ASRI melakukan reboisasi guna memulihkan kembali ekosistem lingkungan. Selama saya melayani di ASRI, saya belajar banyak tentang pentingnya memiliki rasa kepedulian terhadap alam, yang merupakan karya dan ciptaan Tuhan yang sangat indah. Saya juga bersyukur, melalui peran saya di bidang medis, SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Kesaksian

saya bisa turut menjaga dan melestarikan hutan, sekaligus menolong pasien-pasien yang kurang mampu dalam berobat. Ternyata, memelihara alam dan hidup secara harmonis dengan ciptaan-Nya melalui gaya hidup kita, itu merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada orang-orang percaya, “...untuk mengusahakan dan memelihara taman itu� (Kejadian 2:15). Pengalaman-pengalaman yang saya peroleh selama di ASRI sangat banyak. Di bidang konsevasi alam, saya belajar untuk membuat bibit tanaman, menanam bibit, mengenal pertanian organik, bahkan sampai dengan perawatan kambing yang baik dan benar (seperti menggunting kuku kambing secara rutin, dan lain-lain). Di bidang medis, saya belajar banyak dari volunteer-volunteer dokter asing yang berkunjung ke ASRI, yang memberi banyak update terbaru di bidang medis dan menambah ilmu saya. Selain itu, saya juga sangat menikmati keindahan dan kekayaan alam yang masih asri dan bersih, jauh dari polusi dan hiruk-pikuk kota. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus unSAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

tuk semua pengalaman yang bisa saya peroleh di sini. Saya berharap, melalui pelayanan medis yang saya kerjakan di klinik ASRI, bisa menjadi saluran berkat dan menjadi terang bagi masyarakat sekitar yang masih tergolong UPG. drg. Deo Davelas adalah alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

25


Kesaksian Tuhan Memulihkan Aku

*Oleh: Frinny Sembiring

N

amaku, Frinny Sembiring. Aku mahasiswi semester 5 jurusan Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Aku berasal dari keluarga Kristen yang sederhana. Hidupku sejak kecil sudah melalui masalah yang tidak bisa aku atasi. Mamak dan bapak sering bertengkar hanya karena hal-hal yang sepele bahkan sampai terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga. Bapak cemburu dengan mamak, mamak cemburu dengan bapak, dan mereka berdua saling menyalahkan satu sama lain. Mereka terus saja bertengkar tanpa menghiraukan kami anak-anaknya yang merasa sakit ketika melihat mereka bertengkar. Sempat saat itu aku bilang ke Tuhan, “Tuhaaannn, kenapaaaa?� dan sampai lulus SMA aku belum mendapat jawaban dari Tuhan. Rasa kecewa dan marah dengan Tuhan itu terus tertanam dalam hatiku. Di SMA aku di ajak untuk ikut dalam pelayanan dan dipercayakan sebagai pendoa. Padahal mendoakan keluargaku saja aku jarang, dan tidak bisa, yang aku bisa hanya doa makan. Mau tidak mau, aku harus belajar cara berdoa dan mendoakan yang baik dan benar. Teman-teman sepelayanan di SMA banyak sekali mengajarkan aku mengenai Tuhan Yesus. Beruntungnya mereka adalah anak-anak yang takut akan Tuhan dan akhirnya aku memutuskan untuk lahir baru, percaya bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya jalan

26

keselamatan dan hidup. Saat itu, aku belum menyadari bahwa semua yang terjadi adalah rencana Tuhan untuk memulihkan aku. Pada tahun 2015 situasi semakin parah, bapak menjadi perokok berat dan semakin parah, mulai pergi ke lapo “tuak� (alkohol di suku karo), pulangnya selalu jam 5 pagi, dan yang paling menyakitkan bapak selingkuh dengan wanita lain. Bapak melakukan itu karena bapak merasa bahwa mamak sudah menyakiti bapak sangat dalam. Saat aku tahu bapak punya wanita lain, aku sama sekali tidak mau melihat bapak, selama 3 hari aku dendam dan benci sama bapak. Akhirnya bibik (tante) ku membawa aku ke tempat pemulihan luka batin. Sekali lagi Tuhan memulihkan aku. Tibalah saat nya untuk tes penerimaan mahasiswa baru STIS. Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik untuk tes ini. Namun hasilnya, aku gagal dan malah lulus jalur SNMPTN ke jurusan Gizi FKUB. Disitu aku merasa sangat terpukul, karena aku benar-benar lemah di bidang kesehatan yang kaitannya sangat erat dengan biologi. Sama sekali tidak bisa. Aku mulai stres dalam mengikuti perkuliahan semester pertama. Lagi dan lagi Tuhan buka jalan, aku bertemu dengan PMK, dan aku bisa bertumbuh di dalamnya. Mulai membiasakan diri untuk renungan pagi dan berdoa sebelum tidur. Melalui PMK, aku mengenal yang disebut dengan penginjilan, dan aku tertarik dengan itu. Aku SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Kesaksian

ikut kairos di Perkantas Malang dan SEAMMC (South East Asian Medical Mission Conference) di Bali. Dan yang ada di benakku adalah, aku harus mampu merubah bapak. Membawa bapak untuk kembali menyembah Tuhan dan meninggalkan gaya hidupnya yang salah. Nama bapak dan mamak selalu ada dalam setiap doaku. Setelah lebih mendalami firman Tuhan, sedikit demi sedikit hidupku diubahkan. Aku semakin mengerti rencana Tuhan dalam hidupku. Kenapa Tuhan izinkan aku untuk jadi pendoa di pelayanan SMA, kenapa Tuhan tidak izinkan aku untuk kuliah di STIS, kenapa harus kedokteran, semua nya terjawab. Bahwa Tuhan mau pakai aku untuk menjadi pemulih. Tuhan kasih aku banyak tantangan kehidupan, untuk aku bisa rela memaafkan, menerima dan akhirnya aku terpulihkan untuk dapat memulihkan orang lain. Baik oleh imanku dan oleh profesiku nantinya sebagai seorang dietitien. Saat ini aku memegang teguh firman Tuhan yang tertulis dalam Yeremia 29:11: “Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, dan untuk SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan�. Rancangan Tuhan atas hidup kita, rasanya seperti rancangan yang gagal, karena kebanyakan tidak seperti apa yang kita harapkan. Tapi satu hal yang harus di ingat, semua akan indah pada waktunya, masa depan penuh harapan adalah janji Tuhan dan janti Tuhan adalah pasti. Jadi harus tetap bersyukur atas semuanya. Hidup kita adalah rancangan Tuhan, dan rancangan itu adalah rancangan damai sejahtera. *Frinny Sembiring adalah mahasiswa Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

27


Laporan Dari Raker PMdN

Bersinergi Mengejar Visi

P

ada tanggal 4-5 November 2017, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) mengadakan rapat kerja (raker) yang bertempat di Kantor Sekretariat Indonesian Care, Jl. Marina 1 No. 9, Ancol, Jakarta Utara. Raker PMdN kali ini bertema “Keluarga dan Pelayanan�, dimana keluarga dalam perspektif pelayanan maupun sebaliknya, dikupas dalam 2 hari 1 malam ini. Raker dihadiri oleh pengurus PMdN, associate staf dari Semarang dan Pontianak, staf Perkantas, serta pelayan medis dari berbagai daerah. Pada hari pertama, pembahasan visi misi PMdN kembali diangkat beserta dengan paparan Rencana Strategis (RENSTRA) Pelayanan Medis tahun 2017-2022 yang sudah disusun oleh tim. Selain itu, pembahasan mengenai Funding dan Fund Raising, Pedoman mengenai Associate Staf medis daerah, serta pembinaan-pembinaan ke depannya melalui Kamp/Seminar juga menjadi topik pembahasan di hari pertama. Pada hari kedua, telah terbentuk juga susunan kepengurusan

28

PMdN yang baru untuk periode kepengurusan tahun 2018-2022, dengan penambahan 1 divisi baru diluar divisi Pembinaan, Misi dan Fund Raising, yaitu divisi Fellowship and Family. Sementara itu, divisi Kominfo juga ditambahkan perannya menjadi divisi Kominfo dan Litbang. Di hari terakhir ini, setiap divisi PMdN juga memaparkan setiap program tahun 2018 yang sejalan dengan tujuan strategi dari RENSTRA. Syukur kepada Tuhan untuk Raker PMdN yang sudah berlangsung. Kiranya pelayanan medis baik secara nasional maupun daerah bisa terus bersinergi dalam mengejar visi yang Tuhan berikan.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Info Medis HIV dan AIDS (I) Oleh: dr. Guntur, MKT*

Tulisan ini dibuat secara berkesinambungan. Semoga pembaca memperoleh manfaat dan menjadi saluran berkat di tempat tugas masing-masing. Pendahuluan Penyakit infeksi HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini. Hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV dan AIDS adalah angka kejadiannya yang cenderung terus meningkat dengan angka kematian yang tinggi. Hal tersebut erat kaitannya antara HIV dengan tubuh penderita, munculnya perubahan perilaku termasuk perilaku seks yang mengantarkan individu menjadi terinfeksi HIV. Hasil estimasi tahun 2012, di Indonesia terdapat 591.823 orang dengan HIV positif dan tersebar di seluruh propinsi. Dari Laporan Bulanan Perawatan HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan Nopember 2014 tercatat jumlah ODHA yang mendapatkan terapi ARV sebanyak 49.217 dari 34 propinsi dan 300 kabupaten/kota. Sejak ditemukan pertama kali di tahun 1987 sampai dengan September 2016, HIV & AIDS tersebar di 407 ( 80% ) dari 507 kabupaten/ kota di seluruh propinsi di Indonesia. Prevalensi infeksi HIV pada ibu hamil adalah 0,3%. Risiko penularan dari ibu ke anak untuk HIV adalah 20%-45%. Tingginya tingkat keseriusan dan kematian penderita HIV dan AIDS disebabkan berbagai faktor. Salah satu faktor adalah penatalaksanaan pada penderita yang masih kurang tepat, termasuk terlambatnya diagnostik infeksi oportunistik. Padahal infeksi oportunistik inilah yang sering mengantarkan ke arah kematian penderita AIDS. Berbagai infeksi infeksi oportunistik yang sering terjadi pada penderita HIV dan AIDS di Indonesia adalah toksoplasmosis, pneumonia pneumokistik karinii, tuberkulosis paru, hepatitis B, hepatitis C, SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

infeksi virus sitomegalo, diare kronis, kandidiasis oroesofageal dan berbagai manifestasi infeksi pada kulit, serta sepsis sebagai penyebab kematian. Epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap epidemi tuberkulosis di seluruh dunia yang berakibat meningkatnya jumlah penderita tuberkulosis di tengah masyarakat. Sebaliknya tuberkulosis merupakan penyebab utama kematian pada ODHA. Berbagai perilaku yang berisiko untuk meningkatkan transmisi HIV adalah hubungan seks per anal, hubungan seks multipartner, penyalah guna obat intravena, pengobatan medis yang menggunakan darah maupun produk darah yang terkontaminasi, transmisi pada bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV dapat terjadi saat masih dalam kandungan, maupun saat melahirkan atau menyusui, juga pasangan dari individu yang terinfeksi HIV. Program penanggulangan AIDS di Indonesia, menuju pada getting 3 zeroes, yaitu zero new infection, zero AIDS-related death dan zero stigma and discrimination. Untuk mempercepat tujuan tercapainya getting 3 zeroes, maka dikembangkan Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) 29


Info Medis dengan melibatkan peran aktif komunitas dengan pendekatan strategi pemberian obat ARV (Antiretroviral) /Strategic Use Of Antiretroviral (SUFA) sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi HIV. Ada beberapa pengertian yang harus dipahami, yaitu: 1. Human Immunodeficiency Virus yang selanjutnya disingkat HIV adalah Virus yang menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). 2. Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang. 3. Orang Dengan HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkat ODHA adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV. 4. Yang dimaksud berisiko adalah kelompok populasi kunci (pekerja seks, pengguna narkotika suntikan, lelaki seks dengan lelaki/ LSL, waria) dan kelompok khusus: pasien hepatitis, ibu hamil, pasangan serodiskordan, pasien tuberkulosis, pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), dan Warga Binaan Permasyarakatan (WBP). 5. Anti Retroviral Therapy atau Terapi Antiretroviral (ART) adalah pengobatan untuk menghambat kecepatan replikasi virus dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV. 6. CD4 (Cluster of Differentiation 4) adalah suatu limfosit/T helper cell yang merupakan bagian penting dari sel sistem kekebalan/imun. 7. Hasil tes diskordan adalah istilah laboratorium yang merujuk kepada hasil tes yang positif pada satu tes, namun negatif pada tes lainnya. 8. Hasil tes indeterminan adalah hasil tes HIV yang belum jelas positif atau negatif. 9. Pasangan diskordan adalah pasangan seksual yang salah satunya adalah ODHA. 10. Periode jendela adalah suatu periode atau masa sejak orang terinfeksi HIV sampai tubuh orang tersebut membentuk antibodi melawan HIV yang cukup untuk dapat dideteksi dengan tes antibodi HIV. *dr.Guntur, MKT, alumni FK UAJ Jakarta dan Ilmu Kedokteran Tropis Pasca Sarjana USU, Medan

30

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Info Medis

Shorter MDR-TB Regimen, Harapan bagi Pasien TB Resistan Obat? Oleh: dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu

T

uberkulosis (TB) masih menjadi ancaman bagi dunia saat ini. Tahun 2015 diperkirakan terdapat 10,4 insidens kasus TB di seluruh dunia. Ancaman ini diperberat dengan hadirnya kuman TB yang kebal obat alias resistan obat. Apa artinya? Kuman Mycobacterium Tuberculosis tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti tuberculosis (OAT) yang sudah dikenal secara umum yaitu rifampicin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol. TB resistan obat pada dasarnya adalah suatu fenomena “buatan manusia”, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB yang tidak adekuat maupun penularan dari pasien TB resistan OAT (obat anti tuberkulosis). Fenomena buatan manusia ini dapat berasal dari pasien, tenaga kesehatan maupun program pemerintah. Pasien yang tidak patuh minum obat, dokter yang mengobati tidak sesuai dengan standar serta stok OAT yang tidak memadai memicu terjadinya kasus TB resistan obat. Terdapat 580.000 kasus TB RO (Resistan Obat), baik itu MDR (multridrug resistance) ataupun RR (rifampisin resistance). Di Indonesia sendiri kasus TB RO diperikirakan sekitar 2% dari kasus baru dan 18% dari kasus kambuh atau yang pernah diobati. Dalam melawan TB RO, pemerinSAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

tah Indonesia menggunakan manajemen terpadu pengendalian TB Resisten Obat (MTPTRO) dan strategi DOTS. Namun sayangnya, di Indonesia pengobatan TB RO yang dimulai tahun 2009 itu, masih membutuhkan periode waktu yang terlalu lama (minimal 20 bulan) dan memerlukan biaya yang besar (100x lebih besar daripada biaya pengobatan TB sensitif obat) yang mana angka keberhasilan pengobatan masih rendah yaitu sekitar 50%. Pada bulan Mei 2016, WHO mengeluarkan rekomendasi penggunaan paduan standar jangka pendek (STR/Shorter MDR-TB Regimen) yang membutuhkan 9 – 11 bulan. Paduan jangka pendek ini diperuntukkan bagi pasien TB resistan rifampicin ataupun TB MDR yang memenuhi 7 (tujuh) kriteria yaitu: 1. Tidak ada bukti resistensi terhadap fluorokuinolon atau obat injeksi lini kedua 2. Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR 3. Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama > 1 bulan 4. Tidak terdapat intoleransi terhadap obat – obat paduan standar jangka pendek 5. Tidak hamil 31


Info Medis

6. Bukan kasus TB ekstra paru 7. Tidak terdapat resiko terjadinya hasil terapi yang tidak diharapkan, yaitu kondisi pemanjangan gelombang QTcF >500 ms, kenaikan kadar SGOT/SGPT >5x normal, klirens kreatinin <30 cc/menit, atau penyakit TB berat (kavitas multipel, kerusakan parenkim paru yang luas) Paduan standar jangka pendek telah diuji di beberapa negara Asia dan Afrika yang menunjukkan angka keberhasilan pengobatan yang mencapai 84%. Obat yang digunakan untuk fase awal selama 4-6 bulan adalah kanamisin, moksifloksasin, etionamid, clofazimin, isoniazid dosis tinggi, etambutol dan pirazinamid. Sedangkan untuk fase lanjutan selama 5 bulan obat yang digunakan adalah moksifloksasin, clofazimin, etambutol dan pirazinamid. Untuk menilai kemajuan pengobatan, paduan jangka pendek menggunakan pemeriksaan mikroskopis (Basil Tahan Asam/BTA) dan biakan seperti yang digunakan dalam paduan jangka panjang. Tentunya pemeriksaan mikroskopis dan biakan dilakukan di laboratorium rujukan yang tersertifikasi. Pasien TB RO dapat melanjutkan pengobatan di Puskesmas atau yang sering disebut perpindahan atau desentralisasi. Di fasyankes rujukan maupun di fasyankes TB RO, paduan pengobatan ditentukan dan dimulai oleh tim ahli klinis (TAK) di fasyankes rujukan TB RO atau dokter terlatih di fasyankes TB RO lalu dapat dilanjutkan dengan 32

kondisi tertentu (persetujuan TAK, tidak ada efek samping obat yang berat) di Puskesmas yang sudah dilatih MTPTRO. Desentralisasi dimaksudkan untuk mendekatkan layanan pengobatan ke fasyankes yang paling dekat dengan tempat tinggal pasien. Karena pasien masih dalam tanggung jawab fasyankes dan Puskesmas hanya melanjutkan pengobatan maka dibutuhkan komunikasi rutin agar Puskesmas sebagai fasyankes satelit dapat mengantisipasi masalah – masalah yang dihadapi pasien contohnya seperti efek samping obat. Paduan jangka pendek juga tidak melupakan pentingnya KIE dan Pengawasan Menelan Obat (PMO). KIE dimulai sejak pasien datang sebagai terduga TB RO dan selama pasien menjalani pengobatan hingga selesai. Sebelum memulai pengobatan, pasien diminta untuk menandatangani kesediaan untuk melakukan halhal yang berkaitan dengan pengobatan (informed consent). PMO dilakukan oleh petugas kesehatan atau tenaga terlatih. Tidak hanya Petugas PMO, pendidik sebaya (peer educator) dibutuhkan untuk memberikan dukungan dan motivasi dalam upaya menjamin keberlangsungan pengobatan sampai selesai. Pada akhirnya, paduan jangka pendek diharapkan dapat meningkatkan enrollment pengobatan, menurunkan angka putus berobat dan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan pada pasien TB RO di Indonesia. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Info YWAM Medical Ships Indonesia: Komitmen Melayani Masyarakat dengan Kapal Medis

B

eberapa warga di wilayah perairan atau kawasan timur Indonesia (terutama Papua dan Maluku) merasa senang ketika mengetahui ada dokter berkunjung ke wilayah mereka. Kurangnya akses pelayanan kesehatan, menjadi alasan kuat bagaimana mereka menanti. “Tiap hari aku berdoa menunggu kedatanganmu� kata Ibu Fatimah menyambut tim dokter dari kapal klinik YWAM. Ibu Fatimah yang sudah berusia 80 tahun itu, merupakah salah satu pasien yang dilayani tim medis dari kapal klinik yang sudah mengelilingi beberapa titik di wilayah perairan Indonesia. Keadaan Ibu Fatimah jauh lebih baik dibandingkan saat pertama kali Tim YWAM bertemu dengannya, saat itu, ia terbaring lemah dan tidak dapat berjalan. Lalu mereka berdoa bersamanya. Pelayaran tim medis kapal klinik YWAM ke kampung ibu Fatimah setiap bulan, memungkinkan Tim dapat terus melihat senyum ibu Fatimah dan orang-orang lainnya yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan. Berdiri sejak tahun 1960, Youth With A Mission atau YWAM adalah gerakan pelayanan internasional yang berada di 180 negara dan di sekitar 1.100 lokasi, dengan kurang lebih 20.000 orang relawan full-time yang tidak digaji. Sedangkan YWAM Medical Ships, merupakan komitmen YWAM untuk memberikan layanan kesehatan primer kepada komunitas yang terpencil di wilayah perairan yang seringkali tidak memiliki akses untuk menemui tenaga medis. Disamping itu, YWAM juga mencermati kondisi kesehatan dunia dimana 90% kebutuhan kesehatan adalah perawatan kesehatan primer. (lihat grafik). SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

Dalam satu tahun, YWAM Medical Ships Indonesia, selalu berpindah dari satu titik ke titik lain. Relawan dokter dan kru kapal menetap di satu titik bisa beberapa hari, satu atau dua minggu. Sasaran YWAM Medical Ships itu adalah menjangkau masyarakat yang hidup di wilayah pesisir dan pulau kecil. Hal itu untuk menjamah masyarakat kurang mampu dalam konteks ekonomi dan akses ke rumah sakit. Walau cuaca dan ombak laut kadang tak menentu, klinik tetap harus berjalan. Banyak calon pasien yang telah menunggu dan memerlukan pertolongan keseha33


Info

tan. Belum lagi perjalanan yang memakan waktu panjang. Melihat kawasan geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau, banyak masyarakat yang belum bisa ke rumah sakit untuk operasi atau pengobatan lainnya. Mereka masih membutuhkan “klinik apung” itu. YWAM Medical Ships di Indonesia, sepakat dengan World Health Organisation (WHO) bahwa perawatan kesehatan primer adalah hak asasi manusia dan kami berkomitmen pada mereka yang tidak memiliki akses terhadap perawatan medis. Untuk itu, seperti yang diinfokan kepada Samaritan, “YWAM Medical Ships di Indonesia berkomitmen untuk melayani desa-desa di wilayah perairan, sungai maupun lepas pantai

34

dengan kapal-kapal medis. Untuk memperdalam dan memperluas pelayanan yang kami lakukan, kami berdoa untuk kapal yang baru bisa menggantikan kapal sungai kami yang sudah cukup tua.” “Ini estimasi kapal kami yang baru. Ukurannya 40 meter x 10 meter dengan kapasitas 35 penumpang. Muatannya 110 ton. Ada 2 ruang konsultasi dokter umum, 1 ruang dokter gigi, 1 ruang bedah minor/ mayor dan 1 ruang kelas/ ruang tunggu pasien yang bisa menampung 30 orang.” (lihat gambar). “Delapan puluh persen sumbangan saudara berupa uang akan diberikan pada pasien saat kami memberikan layanan medis, obat-obatan dan edukasi kesehatan kepada mereka. Saudara juga dapat menjadi sukarelawan jangka pendek bersama kami, siapapun saudara baik tenaga medis maupun non-medis. Kami berlayar secara rutin selama dua minggu dalam setiap bulannya. Dokter, dokter gigi, konselor, mahasiswa, bila saudara suka memasak, menjadi pelatih olah raga ataupun mengajar anak-anak mari bergabung bersama kami,” akhir tulisan YWAM Medical Ships Indonesia kepada Samaritan.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Etika kolegial Hubungan Praktik Dokter dengan Perusahaan Farmasi Oleh: dr. Fushen, M.H.,M.M., FISQua

P

ada akhir tahun 2016 masyarakat Indonesia dikejutkan dengan pemberitaan mengenai aliran dana miliaran rupiah dari perusahaan farmasi ke rekening yang dimiliki oleh dokter. Berita tersebut memantik munculnya banyak diskusi di berbagai forum yang melibatkan beberapa pihak seperti KPK, IDI, dan juga Gabungan Perusahaan farmasi. Namun, hasil diskusi dan analisis ilmiah tidak serta merta memberikan batasan yang jelas terkait kerjasama praktik dokter dan perusahaan farmasi. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kompleksitas permasalahan yang begitu besar. Pada tulisan ini saya mengajak kita untuk merenungkan bagaimana seorang dokter kristen dapat bersikap menghadapi permasalahan tersebut. Dokter adalah profesi mulia yang bertujuan untuk membantu orang yang membutuhkan layanan kesehatan. Dalam praktiknya sejak jaman dahulu dokter menggunakan berbagai cara untuk memberikan terapi pada pasien yang membutuhkan baik dengan memberikan ramuan maupun melakukan tindakan tertentu. Perkembangan ilmu kesehatan mendorong pemberian ramuan menjadi peresepan obat – obatan yang diproduksi dengan proses yang terstandar dan bermutu, begitu pula dengan tindakan kedokteran yang terus berkembang menjadi prosedur-prosedur yang terstandar. Perkembangan industri kesehatan tidak terlepas SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

dari aspek bisnis yang mencari keuntungan bagi para pelaku bisnis. Dalam bisnis farmasi, dokter merupakan pihak yang memiliki posisi strategis untuk menentukan penggunaan obat. Meskipun pasien memiliki hak terhadap obat maupun terapi yang diperolehnya, tetapi dokter dengan superioritas pengetahuan di bidangnya dapat mempengaruhi pasien untuk mengkonsumsi obat tertentu. Hal ini tentu menciptakan peluang bagi perusahaan farmasi untuk menjual obatnya melalui dokter dan juga peluang bagi dokter untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Pelanggaran etik serta praktik kotor dalam hal kerjasama perusahaan farmasi dengan dokter umum dijumpai dan telah diteliti dalam berbagai kesempatan. Perusahaan farmasi sebagai sebuah entitas bisnis perlu mendapatkan keuntungan untuk mengembangkan bisnisnya dan membiayai proses produksi hingga pengembangan obat-obat baru. Di sisi lain dokter juga memerlukan pendidikan dan informasi berkelanjutan terkait produk farmasi yang semakin banyak. Pada satu titik, dokter dan perusahaan farmasi dapat berkolaborasi untuk berbagai hal: 1. Pengembangan obat baru Perusahaan farmasi memerlukan pengetahuan dokter untuk bersama meneliti dan mengem35


Etika kolegial

bangkan obat baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dengan adanya produk baru juga tentunya akan memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan farmasi. 2. Pemberian informasi bagi dokter Banyaknya produk farmasi dan perkembangan yang begitu cepat tentunya membutuhkan usaha lebih dari dokter untuk dapat tetap mengikuti perkembangan tersebut. Perusahaan farmasi memiliki peran yang penting dalam memberikan informasi terkini bagi dokter. Sayangnya hubungan antara dokter dan perusahaan farmasi yang erat kaitannya dengan dunia bisnis seringkali jauh dari praktik yang ideal. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia baik negara berkembang maupun negara maju. Bagaimana seorang dokter kristen menanggapi hal tersebut? Setidaknya ada beberapa ayat yang dapat kita renungkan bersama: 1. Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku. (Matius 25:36) Satu ayat penting yang dapat menjadi pedoman dokter untuk merefleksikan bahwa setiap pasien yang datang harus diperlakukan seperti “Allah” yang membutuhkan pertolongan kita. Dengan memposisikan diri seperti itu, maka dokter yang mencintai Tuhan akan memberikan terapi yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan pasien. 2. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (Lukas 12:34) Ayat ini senantiasa mengingatkan kita tentang bahaya materialisme. Dokter harus mewaspadai godaan materialisme yang tidak jarang menjadi allah dalam kehidupan. 3. Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu 36

cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (Matius 10:16) Hubungan dokter dan perusahaan farmasi tidak selalu mencerminkan praktik yang kotor. Melalui prinsip dalam ayat ini dokter dan perusahaan farmasi dapat bekerjasama dan mengedepankan prinsip utilitarianisme atau kebermanfaatan bagi masyarakat luas, bukan egoisme pribadi. Pada praktiknya sulit menghindari konflik kepentingan antara dokter sebagai manusia yang memiliki banyak kebutuhan dan perusahaan farmasi yang merupakan sebuah entitas bisnis. Namun, dalam dunia bisnis terdapat sebuah ungkapan sederhana yang menarik untuk diingat, “there ain’t no such thing as free lunch”, tidak ada makan siang yang gratis. Artinya bila kita memandang perusahaan farmasi sebagai entitas bisnis, maka pemberian sekecil apapun dari perusahaan farmasi (seperti bolpoin, pembatas buku, atau gimmick sekecil apapun nilainya) bertujuan untuk mempengaruhi dokter. Bagaimana dokter menyikapi pemberian tersebut (baik sekecil bolpoin maupun berbagai fasilitas lain seperti sponsorship pelatihan) sangat bergantung pada individu masing – masing. Beberapa ayat yang saya sebutkan dapat menjadi bahan perenungan bersama untuk menentukan sikap. Setiap peristiwa dalam hubungan dokter dengan perusahaan farmasi pasti melahirkan kondisi – kondisi yang berbeda dan tidak akan pernah didapatkan garis batas yang pasti. Namun, Firman Tuhan dan hubungan yang baik dengan-Nya akan menuntun kita untuk berhikmat dalam menyikapi setiap peristiwa dalam hubungan dokter dengan perusahaan farmasi. SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Dari suku ke suku Suku Serawai

Robohnya Tengkiang

S

uku Serawai adalah salah satu suku yang ada di Indonesia. Suku ini merupakan suku yang mempunyai jumlah penduduk paling banyak kedua yang tinggal di sekitar daerah Bengkulu. Mayoritas dari para penduduk asli dari Serawai ini memilih untuk tinggal di Bengkulu Selatan yaitu di Kecamatan Seginim, Kecamatan Kelutum, Kecamatan Manna, Kecamatan Pino, Kecamatan Talo, Kecamatan Seluma dan Kecamatan Sukaraja. Suku ini memiliki mobilitas yang sangat tinggi. Sampai dengan saat ini banyak masyarakat asli Serawai yang menentukan kemajuan dalam kehidupannya dengan cara merantau ke daerah-daerah yang lain seperti Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, dan Kabupaten Bengkulu Utara. Secara tradisional, suku Serawai hidup dari kegiatan di sektor pertanian, khususnya perkebunan. Banyak di antara mereka mengusahakan tanaman perkebunan atau jenis tanaman keras, misalnya cengkih, kopi, kelapa, dan karet. Meski pun demikian, mereka juga mengusahakan tanaman pangan, palawija, hortikultura, dan peternakan untuk kebutuhan hidup. Belum jelas Asal-usul dari suku ini sampai sekarang belum bisa dijelaskan dengan baik secara ilmiah, baik yang disajikan dalam bentuk tulisan atau pun yang disajikan dengan beragam bentuk untuk publikasi lainnya. Sumber yang membahas mengenai asal usul dari suku asli Serawai sejauh ini didapat dari penjelasan atau uraian orang-orang tua. Sehingga, kebenaran ceritanya belum bisa dipastikan secara SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

betul. Apalagi berita seperti ini biasanya tersebar dari mulut ke mulut dan biasanya sering ditambah atau dikurangi. Jadi cerita asal-usul dari para orang tua ini masih ada kemungkinan tercampur dengan berbagai macam dongeng maupun legenda. Karena itulah sulit untuk mengetahui sejarah yang asli mengenai suku asli Serawai ini. Ada sebuah tulisan yang didapatkan di sekitar makam dari leluhur Semidang Empat Dusun yang ada di sekitar daerah Maras, Talo. Tulisan yang ditemukan ini merupakan hasil tulisan yang ada di bagian atas dari kulit kayu dengan memakai huruf yang hampir mirip dengan huruf dari arab kuno. Hal ini sangat disayangkan karena sampai dengan sekarang, dari sekian banyak tulisan, belum ada para ahli yang bisa membaca tulisan tersebut. Sesuai dengan cerita yang berasal dari para orang tua, suku asli bangsa Serawai ini merupakan leluhur yang mempunyai nama Serinting Sakti. Leluhur ini mempunyai gelar yaitu Si Pahit Lidah. Namun asal mula dari Seruntng Sakti ini juga belum jelas sejarahnya. Namun ada sebagian orang yang berpendapat bahwa Serunting Sakti merupakan orang yang berasal dari wilayah Jazirah Arab. Aksara Serawai Suku asli dari bangsa Serawai mempunyai tu37


Dari suku ke suku

Tengkiang, Ladung, atau Belubur yang artinya lumbung padi.

lisan sendiri yang pastinya berbeda dengan tulisan aksara yang lainnya. Tulisan ini perannya hampir sama dengan aksara kaganga yang dikenal oleh para ahli sebagai huruf rencong. Namun, masyarakat asli Suku Serawai memiliki sebutan sendiri untuk aksara tersebut yaitu Surat Ulu. Bentuk atau sajian bunyi huruf yang ada di Surat Ulu sebenarnya memiliki kemiripan yang sangat besar dengan bentuk aksara kaganga. Jadi tidak heran bila para pemimpin yang ada di setiap suku seperti Suku Serawai dan Suku Rejang melakukan komunikasi dengan memakai bentuk-bentuk aksara tulisan seperti ini. Berkurangnya jumlah petani Tengkiang, ladung, atau belubur pada masyarakat suku Serawai, Kabupaten Seluma, dan Bengkulu Selatan di Provinsi Bengkulu diartikan sebagai lumbung tempat penyimpanan padi. Dahulu, semakin besar bangunan tengkiang menandakan semakin sejahteralah petani desa. Kini, keberadaan tengkiang menghilang karena banyak faktor, antara lain karena semakin kecilnya akses tanah oleh petani. Orang Serawai, biasanya tidak menghabiskan padi dalam tengkiang untuk dikonsumsi. Sebagian di antaranya disisihkan untuk bibit. Pada umumnya, menyimpan padi di lumbung memiliki spirit 38

kearifan lokal, bukan sebatas tempat menyimpan padi hasil panen. “Ada ‘semangat’ atau roh padi harus dipulangkan dulu ke rumahnya (lumbung). Baru setelah itu bisa dijemur jadi beras dan dijual-beli. Mekanismenya lebih kurang begitu,� kata seorang pemerhati sosial budaya tani di Bengkulu, Nurcholis Sastro. Ia menuturkan, benih padi yang ditinggalkan di pojok lumbung akan diturunkan musim tanam berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemuliaan roh dan benih padi, yang menjadi sumber kehidupan, dipelihara dan hidup dengan jiwa petani. Saat ini, keberadaan tengkiang padi milik petani sulit ditemukan. Hasil panen lebih sering disimpan di rumah atau langsung diolah menjadi beras. Berkurangnya jumlah petani juga mempengaruhi keberadaan lumbung-lumbung rakyat tersebut. Dahulu, petani setempat wajib memiliki lumbung. Seiring berjalannya waktu, petani padi beralih menjadi pekebun sawit atau pekerjaan lain. Bersamaan dengan hilangnya tanah garapan petani, hal itu menjadi indikator robohnya tengkiang. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh konflik agraria yang terus terjadi dari tahun ke tahun. Dalam catatan Konsorsium PembaruSAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Dari suku ke suku

an Agraria (KPA), jumlah konflik agraria pada 2012 sebanyak 198 kasus. Jumlah itu meningkat menjadi 369 kasus pada 2013 dan bertambah lagi pada 2014 dengan jumlah 472 kasus. Ada yang menilai bahwa konflik agraria menjadi salah satu hilangnya areal tanaman padi milik ratusan petani di daerah itu. Pengembangan masyarakat Banyak orang Serawai, khususnya kaum muda, membutuhkan motivasi untuk melanjutkan pendidikan. Mereka juga membutuhkan ketrampilan dan keahlian agar menjadi warga yang produktif. Selain itu, masyarakat perlu diperkenalkan dengan sistem pengairan yang lebih baik, sehingga tidak hanya bergantung pada air hujan. Bersyukur dengan apa yang sudah dilakukan Wahana Visi Indonesia, sebuah yayasan Kristiani yang bergerak di bidang pengembangan masyarakat. Saat ini, WVI fokus bergerak di bidang kesehatan dan pendidikan melalui program pengembangan masyarakat. Untuk wilayah Bengkulu Selatan ada delapan desa yang menjadi binaan Wahana Visi Indonesia. Delapan desa tersebut semuanya merupakan wilayah kecamatan Pino Raya, yakni Desa Bandung Ayu, Napal SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

Melintang, Serang Bulan, Suka Bandung, Pagar Gading, Kembang Seri, Cinto Mandi dan Telaga Dalam. Dipilihnya Kecamatan Pino Raya dan khususnya desa-desa itu karena merupakan hasil koordinasi dan rekomendasi dari Bappeda Bengkulu Selatan. Beberapa program sudah mereka lakukan di delapan desa tersebut, diantaranya membagikan buku bacaan anakanak dan membagikan makanan tambahan bagi Balita. Ada juga program pelatihan untuk tenaga kesehatan dan pendidikan dan melakukan demo memasak makanan sehat untuk balita. Semua kegiatan tersebut bekerjasama dengan instansi pemerintah terkait seperti Kepala Desa dan Puskesmas, Kementerian Sosial dan Palang Merah Indonesia (PMI). Bahan tulisan dari berbagai sumber/*tnp.

39


Teropong Doa Berdoa merupakan salah satu disiplin kehidupan Kristiani yang paling sulit tetapi juga paling memberkati. Berdoa itu sulit bagi kita, karena kita lebih suka bekerja daripada memohon, bertindak dari pada berdiam diri, berbicara dari pada mendengar. Tetapi doa memberkati karena doa tak pernah gagal untuk mencapai telinga Allah, untuk menyatakan keinginan-keinginan kita, untuk mengakui keterbatasan-keterbatasan kita, dan secara lembut mengubah kita menjadi lebih sadar dan lebih tidak bergantung pada diri sendiri. BERDOALAH. [Matius 6:6] Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas/ Christian Medical and Dental Fellowship of Indonesia (CMDFI) • Bersyukur untuk Rapat Kerja PMdN pada tanggal 4-5 November 2017 dalam mengevaluasi setiap program yang telah dikerjakan selama tahun 2017 dan merencanakan program PMdN tahun 2018. Doakan: • Buku RENSTRA PMDN/CMDFI tahun 2017 – 2022 bisa dicetak di bulan Januari 2018. Kiranya melalui buku RENSTRA ini rencana strategis PMdN ke depan lebih baik. • Doakan setiap program PMdN tahun 2018 baik dari Divisi Pembinaan, Divisi Misi, Divisi Kominfo dan Litbang, Divisi Fund Raising serta Divisi Fellowship dan Family kiranya boleh dikerjakan dengan baik dan setiap pengurus saling menopang dalam mengerjakan setiap program 2018. • Doakan dana operasional PMdN yang defisit di akhir tahun 2017, kiranya setiap donatur bisa mendukung pelayanan medis ke depan. Pokok Doa Pelayanan Medis Makassar Sulawesi Selatan • Bersyukur untuk up grading PKK untuk bahan MHB dan BLD yang sudah terlaksana • Bersyukur untuk Natal PMK tanggal 16 Desember 2017 dan Natal Alumni Medis tanggal 10 Desember 2017 yang sudah terlaksana. • Doakan setiap anggota PMK dalam studi, pelayanan dan keluarga. Semoga melalui persekutuan, anggota PMK bisa mengenal panggilan Allah, khususnya sebagai tenaga medis. 40

• Doakan kelompok kecil yang ada di PMK agar setiap anggota semakin merasakan pertumbuhan dan pengalaman bersama Allah. • Doakan alumni PMK dimana pun berada agar senantiasa menjaga visi dan misi bersama sebagai tenaga medis di ladang Tuhan. • Doakan juga anggota PMK yang mengikuti ujian-ujian kiranya dapat mempersiapkan diri dengan baik, menjadi garam dan terang bagi kampus.

Ibadah PB Pelayanan Medis Makassar

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Teropong Doa

Pokok Doa Pelayanan Medis Medan Sumatera Utara • Bersyukur untuk pengurus PMdK Medan yang baru dilantik untuk periode 2018/2019, ada 14 orang ditambah 4 orang fungsional. Kiranya setiap pengurus bisa bersama mengerjakan pelayanan dengan sehati sepikir untuk Tuhan. • Doakan untuk program pelayanan yang akan dikerjakan di tahun 2018, pertemuan rutin dan persekutuan kampus, pertemuan dengan kampus-kampus medis kota Medan, Medical Gathering, Ramah Tamah Perawat, pemantauan KTB coass, persiapan dan seleksi peserta KMdN Mahasiswa serta follow up, Short Term Mission ke Mentawai, Pelayanan Kasih di Panti Asuhan Raphia dan Rumah Singgah HIV-AIDS St. Maria, info medis, dan Training/Mentoring alumni medis. Kiranya setiap program yang direncanakan bisa dikerjakan dengan maksimal untuk kemuliaan Tuhan dan menjadi berkat untuk pembinaan alumni medis di kota Medan dan sekitarnya. • Doakan supaya alumni medis di kota Medan bisa digerakan untuk mengerjakan visi medis bersama-sama. • Doakan agar KTB alumni baik coass maupun yang sudah bekerja bisa membawa kegerakan yang berdampak bagi dunia pelayanan kesehatan di kota Medan.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

41


Humoria Berbeda Seorang yang sedang mabuk naik kereta di Gambir bertanya pada petugas soal lama perjalanan dari Jakarta ke Bandung, “Sekitar dua jam,” jawab petugas. “Kalau begitu, berapa lama perjalanan dari Bandung ke Jakarta?” tanya orang mabuk itu lagi. “Ya sama, dua jam,” jawab petugas itu kesal. “Apa yang membuatmu berpikir kalau perjalanan dari Jakarta ke Bandung dan dari Bandung ke Jakarta itu membutuhkan waktu yang berbeda?” Orang mabuk itu menatapnya. “Hanya seminggu dari hari Natal ke Tahun Baru, namun dari Tahun Baru ke hari Natal itu rasanya sangat lama sekali...ya khan?! Beda kan?!”

Mati Dulu Pada suatu Kebaktian Sekolah Minggu, seorang guru bertanya pada anak-anak... Guru: Anak-anak, apabila ibu berbuat baik kepada sesama, apa ibu akan masuk Surga??? Anak: Tidak ibuuuuu....(Serentak) lalu guru bertanya kembali Guru: Anak-anak, apabila ibu tidak pernah berbohong dan selalu jujur, apa ibu akan masuk Surga??? Anak: Tidak ibuuuu...(Serentak) lalu guru bertanya lagi Guru: Anak-anak, apabila ibu menjual semua harta kekayaan ibu, lalu diberikan pada fakir miskin, apa ibu akan masuk Surga??? Anak: Tidak ibuuuu...(Serentak) dengan bingung, sang guru bertanya kembali kepada anak-anak Guru: Lalu, apa yang harus ibu lakukan agar ibu dapat masuk Surga??? Anak: "Ibu harus Mati dulu..." jawab anak-anak serentak.

Ereksi Suatu hari saya dan suami datang ke kolam renang langganan kami. Sesampainya di sana ternyata kolam renang sepi sekali dan dijaga seorang petugas keamanan. Dengan sigap dan mantap dia menjawab rasa heran kami, “Maaf, Bu. Kolam renangnya belum bisa dipakai karena sedang diobati. Kalau dalam kondisi diobati dan dipakai berenang, bisa mengakibatkan mata customer menjadi ereksi!”

42

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Humoria Main Drama Mahasiswa #1: “Aku dulu pinter main drama loh, waktu kecil.” Mahasiswa #2: “Oh, ya?” Mahasiswa #1: “Iya, aku sampai sering banget disuruh main drama.” Mahasiswa #2: “Emang kamu seringnya jadi apa?” Mahasiswa #1: “Domba”

Menunggu Sekelompok ayah menunggu kelahiran anaknya di serambi. Seorang perawat menangguk kepada salah seorang dari mereka dan berkata: “Kami mengucapkan selamat, bapak mendapatkan putra!” Orang lain menjatuhkan korannya, melonjak berdiri dan berseru: “Hei, apa-apaan ini? Aku datang di sini dua jam sebelum dia!”

Takut Seorang lelaki tinggi besar sedang bersiap-siap meninggalkan kedai minum jam sepuluh. “Mengapa begitu cepat?” tanya penjaga kedai. “Karena istri.” “Kamu terlalu takut pada istrimu. Kamu ini orang atau tikus?” “Satu hal saya yakin: saya bukan tikus. Karena istri saya takut akan tikus.”

Inget Jam Cowok: “Yang, aku boleh ikutan malam tahun baruan, gak?” Cewek: “Boleh aja, asal pulangnya pukul 11.” Dari beberapa sumber/*tnp

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

43


Dari Sana-sini Begini Cara Puskesmas Ini Menyiasati Kekurangan Tenaga Spesialis

Di Puskesmas Kassi Kassi, Makassar, Sulawesi Selatan ada 10 tenaga dokter umum dan dua dokter gigi. Nah, ketika kekurangan tenaga spesialis, puskesmas ini punya cara menyiasatinya. Untuk diketahui, setiap harinya puskesmas bisa melayani hampir 400 pasien. Ketika ada kasus yang di luar kompetensi, maka sudah disiapkan alat telemedicine untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis di rumah sakit. Kepala Puskesmas Kassi Kassi dr Mariathy

Jassin, MKes, mengatakan saat ini sudah ada dua alat telemedicine di puskesmas yaitu untuk elektrokardiogram (EKG) dan ultrasonografi (USG). EKG biasa dipakai untuk menghitung kenormalan detak jantung sementara USG dipakai untuk memeriksa ibu hamil. “Kalau nanti pas diperiksa ada ketidakwajaran baru akan kita konsultasikan dengan spesialis di rumah sakit pendidikan. Dokter di sini tinggal isi laporan karena sudah ada aplikasinya,� kata dr Mariathy. Pemeriksaan pasien oleh puskesmas nantinya akan diterima untuk dianalisa oleh dokter spesialis. Hanya dalam kurun waktu sekitar lima menit dokter puskesmas lalu akan mendapat jawaban saran dari spesialis terkait prosedur apa yang harus dilakukan. “Paling lama lima menit kita terima balasannya. Kita kan ini sudah kerja sama,� kata dr Mariathy. Dengan menggunakan perangkat telemedicine tersebut beberapa kasus kegawatan jadi dapat ditangani lebih dini sejak dari puskesmas. Selain itu kasus yang lebih ringan dan masih bisa ditangani di puskesmas juga menjadi lebih jelas berkat bantuan diagnosa spesialis. Sumber: www.detik.com

44

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Masih Pakai Gaun Pengantin, Perawat Tinggalkan Pesta demi Pasiennya

Yazmin Dominguez merawat pasiennya saat masih mengenakan gaun pengantin.

Apa yang dilakukan Yazmin Dominguez ini menjadi bukti dedikasinya sebagai seorang perawat. Yazmin meninggalkan prosesi pernikahan dan masih mengenakan gaun pengantin. Dia datang ke kediaman pasien yang membutuhkan penanganan medis darurat. Saat itu, seluruh kerabat dan keluarga Yazmin berkumpul di sebuah peternakan di kota Paraiso, Negara Bagian Tabasco, Meksiko. Mereka datang dan berkumpul untuk merayakan hari bahagia, yaitu pernikahan Yazmin. Semua berjalan lancar hingga Yazmin dan suaminya membacakan ikrar pernikahan mereka. Tak lama sesudahnya, Yazmin mendapat kabar bahwa salah seorang pasiennya mengalami masalah. Tanpa pikir panjang dan setelah meminta maaf kepada suami yang baru dinikahi beberapa menit dan kepada para tamu, Yazmin bergegas menuju kediaman pasien itu. Kondisi dan nama pasien itu tidak disebutkan dan juga tak diperoleh keterangan mengapa dia amat membutuhkan Yazmin dan bukan perawat lain. Yang jelas, dengan masih dibalut gaun pengantin, SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

Yazmin mendatangi pasien itu dan memberikan suntikan yang dibutuhkan. Setelah tugasnya membantu si pasien selesai, Yazmin bergegas kembali ke peternakan untuk melanjutkan pesta pernikahannya. Tanpa disadari Yazmin, salah seorang anggota keluarga pasien mengabadikan aksinya itu dan menggunggah foto tersebut ke media sosial. Kontan saja, foto Yazmin sedang menangani pasien dengan mengenakan gaun pengantin menjadi viral di media sosial dan mengundang banyak komentar. “Tuhan memberkatimu selamanya. Saya harap lebih banyak lagi orang seperti kamu ada di sekitar kami,” tulis Lizzet Banuelos Ramirez. “Saya harap semua orang memiliki tanggung jawab profesi seperti perawat ini,” kata Emmanuel Salazar Hernandez. “Suaminya seperti memenangkan undian, dia benar-benar beruntung mendapatkan perawat ini sebagai istri,” ujar Sandra Ramirez. “Tak ada banyak orang seperti dia di masa sekarang ini. Tuhan berkati dia,” kata Lolis Flores. Sumber: www.kompas.com

45


Inspirasi

Indahnya Berbagi...

S

aat menggelar pesta atau resepsi pernikahan, biasanya kita akan memesan makanan dengan jumlah yang melimpah. Ya, agar para tamu tidak kehabisan makanan, kita lebih sering memilih cara aman dengan menyediakan makanan yang lebih banyak dari perkiraan tamu yang akan hadir. Hanya saja yang sering tidak disadari, meriah dan maraknya pesta pernikahan sering kali diikuti dengan banyaknya makanan yang berlebih atau surplus. Kalau makanan masih banyak yang tersisa, masak iya harus dibuang begitu saja? Di satu sisi, berdasarkan Global Hunger Index (GHI) 2017, tingkat kelaparan di Indonesia masih berada di level serius. Indonesia dengan penduduk lebih dari 260 juta orang, ada 20 juta orang diantaranya yang menderita malnutrisi karena kemiskinan. Tidak etis rasanya bila kita membuang-buang makanan sisa begitu saja, sementara ada orang-orang di luar sana yang sedang kelaparan. Untuk turut membantu menurunkan tingkat kelaparan tersebut, Bridestory, online wedding marketplace terkemuka, berkolaborasi dengan Food Cycle, sebuah organisasi non-profit yang berfokus pada distribusi makanan di Jakarta, dan

46

GO-JEK, perusahaan teknologi dan aplikasi terdepan penyedia layanan on-demand, meluncurkan program bertajuk A Blessing To Share. Program yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kelaparan ini, mengajak calon pengantin untuk menyumbangkan makanan surplus dari pesta pernikahan mereka kepada masyarakat pra-sejahtera yang membutuhkan. Jadi, ketika menggelar resepsi pernikahan dan masih banyak makanan yang tersisa, kita nggak akan bingung lagi cara menyalurkannya. Ide tercetusnya A Blessing To Share dilatarbelakangi dengan diskusi bersama berbagai komunitas dan vendor pernikahan, seperti Wedding Organizer dan venue pernikahan, di mana calon pengantin cenderung memesan makanan dalam jumlah lebih agar para tamu tidak kehabisan makanan. Namun, ketika pesta pernikahan berakhir, kedua mempelai maupun panitia terkadang mengalami kesulitan untuk mengalokasikan makanan berlebih tersebut. “Melalui A Blessing To Share, kami mengajak calon pengantin untuk berbagi sedikit rezeki di hari bahagia mereka dengan mendonasikan makanan surplus yang ada. Dengan demikian, momen istimewa mereka bisa menjadi hari baSAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


hagia bagi orang lain juga,” ungkap Kristi Joviani, Project Leader A Blessing To Share dari Bridestory. Calon pengantin yang ingin berpartisipasi dalam program ini dapat mendaftarkan diri mereka dengan mengisi formulir di ablessingtoshare.bridestory.com. Selanjutnya, tim Food Cycle akan berkoordinasi dengan pihak keluarga atau panitia calon pengantin, untuk mendapatkan info perihal ketersediaan makanan surplus pada hari H. Mudah sekali, bukan? Makanan surplus yang tersedia kemudian diambil dan diantarkan dari lokasi pesta pernikahan ke tempat penampungan makanan melalui layanan GO-SEND dan GO-BOX. Sebagai tahap terakhir, makanan tersebut diidentifikasi dan dicek lebih lanjut sebelum didistribusikan. Kita pun tak perlu kerepotan lagi mengalokasikan makanan surplus di hari pernikahan kita. “Kami sangat senang dapat berkolaborasi dan terlibat dalam aksi ini. Sebagai perusahaan karya anak bangsa yang berkomitmen untuk terus memberikan dampak sosial kepada masyarakat, kontribusi GO-JEK dalam kegiatan ini diharapkan akan dapat membantu masyarakat yang membutuhkan,” ujar Piotr Jakubowski, Chief Marketing Officer GO-JEK Indonesia. “Kami harap program A Blessing to Share ini dapat diterima dengan baik dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Food Cycle menyadari bahwa program ini masih merupakan langkah awal, namun kami harap bisa meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap masalah SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

kesenjangan sosial yang sangat besar dan menambah kesadaran bahwa kita semua juga memiliki hak dan tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini,” tutup Astrid Paramita, Food Technologist dari Food Cycle. Tentunya melihat senyum kebahagiaan dari mereka yang menerima ransum memberikan kebahagiaan tersendiri. Seperti ada yang bilang, lebih baik memberi daripada menerima. Suatu perubahan besar dimulai dari langkah kecil dan hal kecil apapun yang kita lakukan pasti dapat memberi suatu dampak yang besar bagi mereka yang menerimanya. Jangan menunda lagi, daftarkan segera pernikahan Anda (juga teman), dengan mengisi formulir di microsite A Blessing to Share dan dengan begitu, pernikahan Anda menjadi berkat bagi orang lain. Oh iya, perlu dicatat, makanan surplus yang diberikan harus halal. Program ini hanya berlaku di Jakarta dan pernikahan yang digelar saat hari Sabtu dan Minggu. Untuk informasi lebih lanjut mengenai A Blessing to Share, kita bisa langsung mengunjungi ablessingtoshare.bridestory.com ini. Sumber:www.bridestory.com/*tnp

47


Historia Dari Choc ke Shock

I

stilah shock atau renjatan sebenarnya telah dikenal sejak jaman Hippocrates dan Galen untuk menggambarkan tanda dan gejala pada sindroma pasca trauma, namun tidak pernah ada istilah yang dipakai untuk menggambarkannya. Baru pada tahun 1737, Henri Francois Le Dran, seorang ahli bedah militer berkebangsaan Perancis, menggunakan kata “Choc” saat menggambarkan pasien trauma, dalam beberapa artikelnya, termasuk salah satu yang berjudul, “Traité ou Reflex-ions Tire’es de la Pratique sur les Playes d’armes à feu/ A treatise, or reflections, drawn from practice on gun-shot wounds”. Le Dran menggambarkan kolapsnya fungsi vital yang berujung pada kematian pada prajurit yang terluka karena peluru, yang disebutnya sebagai “choc”. Henri Francois Le Dran

Namun di tahun 1743, seorang dokter berkebangsaan Inggris bernama Clare, secara keliru menerjemahkan kata “choc” menjadi “shock” untuk menggambarkan situasi dimana terjadi perburukan mendadak dari pasien saat terjadi trauma yang hebat. Tahun 1800, John Collins Warren Jr. menggambarkan shock sebagai jeda sebentar sebelum kematian. Istilah shock kemudian menjadi popular setelah Edwin A. Moses menggunakan istilah itu dalam artikelnya, “A practical treatise on shock after operations and injuries” di tahun 1867.

48

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Diseksi

K

etika masih anak-anak, dokter Belgia, Andreas Vesalius (1514-1564) sangat ingin mengetahui bagaimana segala sesuatu bekerja. Dia mulai melakukan diseksi terhadap binatang kecil seperti tikus dan katak. Setelah dewasa, keingintahunnya membuat dia mempelajari ilmu kedokteran. Pada waktu itu, diseksi manusia telah diterima dalam dunia kedokteran. Namun diseksi tidak selalu dapat membantu dalam mempelajari struktur tubuh manusia karena ahli bedah pada saat itu mengikuti ajaran Galen, yang tidak berdasarkan pada anatomi manusia , sehingga keliru dalam beberapa hal,. Selain itu, proses diseksi harus dilakukan dengan secepat mungkin, karena tidak ada cara untuk mempertahankan tubuh, di mana tubuh akan segera menjadi rusak dalam beberapa dalam beberapa hari – oleh karena itu sulit untuk membuat observasi yang baru. Vesalius merasa tidak puas dengan apa yang telah dipelajarinya dengan menggunakan diseksi yang terburu-buru ini, jadi mengkhususkan dirinya mempelajari anatomi. Dia menjadi ahli pertama dalam bidang anatomi setelah Galen. Walaupun tindakannya merupakan kejahatan yang dapat dihukum mati, dia mencuri mayat yang meninggal karena digantung, lalu melakukan diseksi dan mempelajari lebih lanjut bagaimana cara tubuh manusia bekerja. Setelah melakukan diseksi beberapa tubuh, Vesalius yakin bahwa beberapa gagasan Galen keliru. Akhirnya setelah melakukan diseksi terhadap kera, dia menyadari bahwa struktur tubuh kera mirip dengan teori anatomi Galen. Dia melihat bahwa pengetahuan Galen berdasarkan pada anatomi kera, bukan manusia, dan oleh karena itu, SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

tidak akurat. Vesalius bukan orang yang pertama menemukan bahwa Galen keliru, tetapi dia adalah orang pertama kali di depan umum menentang Gereja Katolik dan para dokter lain yang percaya dengan hasil penemuan Galen. Seniman Italia Leonardo da Vinci (1452-1519) menulis buku Anatomy pada tahun 1510. Buku ini berisi gambar yang benar mengenai tubuh manusia, yang dibuat berdasarkan mayat yang diperoleh dan proses diseksi oleh da Vinci. Pada tahun 1543, karya Vesalius yang hebat diterbitkan dengan judul De Fabrica Corporis Humani (Struktur Tubuh Manusia). Buku ini disertai dengan gambar-gambar yang mungkin dibuat oleh seniman Jan Stephen van Calcar, yaitu seorang murid dari pelukis Roma, Titian. Dan lukisan yang berjumlah 300 di dalam buku tersebut, semuanya tepat secara anatomi. Penerbitan buku tersebut memadamkan badai kontroversi. Para dokter dan profesor menyatakan bahwa pandangan Galen terhadap anatomi adalah benar, dan jika anatomi kini menjadi berbeda, maka tubuh manusia pasti telah berubah. Mereka menolak meyakini bahwa perbedaan struktur tubuh yang ditemukan Vesalius adalah karena penelitian Galen terhadap binatang menyebabkan asumsi yang keliru terhadap anatomi manusia. Gereja Katolik kemudian bertindak dengan mengumumkan bahwa Vesalius yang bersalah. Meskipun dia adalah dokter dari Kaisar Romawi Suci Charles V dan anaknya Philip II, Vesalius tidak kebal terhadap pengadilan Inkuisisi. Serangkaian pemeriksaan dilakukan oleh Gereja Katolik untuk menyingkirkan orang yang tidak percaya terhadap Doktrin Gereja. Mereka yang dinyatakan bersalah karena bertentangan dengan Gereja kadang-kadang disiksa atau dihukum mati. Vesalius dipaksa mengadakan ziarah ke Tanah Suci, yang sekarang disebut Palestina, sebagai penebusan dosa. Dia meninggal dalam perjalanan pulang. Sumber: laman fesbuk sejarah kedokteran dan pengobatan

49


Antar Kita Segenap redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Mengucapkan :

Selamat Ulang Tahun drg. Destrin Pantriani 1 Desember dr. Boy Adventus Sihite, Sp.PK 1 Desember dr. Dessy Adeliana 1 Desember dr. Debora Olivia Gunawan 2 Desember dr. Naomi Felisia Tika 2 Desember dr. Endang Lukitosar 2 Desember dr. Fiona Amelia 3 Desember dr. Chenny Muljawan, MARS 4 Desember dr. Richardo R Handoko 5 Desember dr. Yonathan Kristiono Gunadi 5 Desember dr. Evaline Pasak 6 Desember dr. Christian Beta Kurniawan 7 Desember dr. Sinthania Karunia MT 7 Desember dr. Desta Nur Erwika Ardini 8 Desember dr. Evan Marulitua Sitorus 9 Desember dr. Arida Sumbayak 9 Desember dr. Dodi Hendradi, Sp.OG 9 Desember dr. Melva Desintha Sirait 9 Desember dr. Seri Ulina Barus 9 Desember dr. Rianita Keloko 10 Desember dr. Melissa Adriani Tjahyadi G, Sp.A 12 Desember dr. Christi Angelia Arung Labi 14 Desember dr. Sisca N Siagian, Sp.JP 15 Desember dr. Desmida Artaria Gultom 15 Desember drg. Cynthia Deborah Kusnadi 16 Desember dr. Gerry Christian 16 Desember drg. Eveline M. Liman, Sp.KG 17 Desember dr. Lukas Daniel Leatemia, M.Kes, M.Pd.Ked, M.Sc 17 Desember dr. Viola Irene Winata 17 Desember Ns. Rita Astuti Sormin 17 Desember drg. Bobby Ricardo G 18 Desember drg Setiawan Kusuma 19 Desember Ns. JD Dian Kristika Kudadiri 19 Desember dr. Dessy Setiawati 20 Desember dr. Purnama Nugraha, M.Kes 20 Desember dr. Gladies Steissy Kembuan 20 Desember dr. Lucky Sarjono Buranda 21 Desember dr. Ade Henka Sinurat 22 Desember 50

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Antar Kita dr. Budiani Christina N.M 22 Desember dr. Jeremia Mone 22 Desember drg. Sri Rahayu Soetedja, Sp.Perio, MARS 22 Desember dr. Bagus Setiawan Joseph Pattiwael 22 Desember drg. Marceliana 22 Desember dr. Merry Anne Natalina S 23 Desember dr. Natanael Untario 23 Desember Ns. Dorkas Natalia Niken Wulandari 25 Desember dr. Messia Paramita Raharjo 25 Desember dr. Indah Puspajaya 26 Desember dr. Herfina Yohanna Nababan 27 Desember Ns. Ratnawati 28 Desember dr. Sapto Harry Kriswanto, MARS 28 Desember dr. Christy Abigael Wulandari 28 Desember dr. Dermaida Simamora 29 Desember drg. Esther Rotiur Regina Ria Hutagalung 29 Desember dr. Gloria Tanjung 30 Desember dr. Amanda Jane Pricilla 30 Desember dr. Tony Tatambihe, Sp.OG 30 Desember dr. Artono Isharanto, SpB, SpBTKV 2 Januari dr. Jessy Ansye Caroles 2 Januari dr. Verawaty Simorangkir 2 Januari dr. Daniel Huri 3 Januari dr. Sandra Olivia Frans 3 Januari dr. Dewi Citra Puspita 5 Januari drg. Setiawan Surjawidjaja 6 Januari dr. Yenny Sinambela 6 Januari

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

51


Antar Kita drg. Melkior Pancasiyanuar 6 Januari drg. Sienny Santoso 7 Januari dr. Yenny Tanoyo 7 Januari dr. Yos Bungalangan 7 Januari dr. Jack Poluan 7 Januari dr. Chandralina Pakpahan 8 Januari dr. Yoan Sara Mose 9 Januari dr. Veradita Sitorus 9 Januari dr. Biliater Sinaga, Sp.OG 10 Januari dr. Ernest Eugene Gultom 10 Januari dr. Enda Esthy Latheresia Siteou, IPTU 10 Januari dr. Janeline Rivana Sefty Tengor 10 Januari dr. Jeffrey Wibowo 10 Januari dr. Raissa Vaniana Hartanto 11 Januari dr. Trijanto Agoeng Noegroho, M.Kes, Sp.KK 12 Januari dr. Yohana Elisabeth Gultom 12 Januari dr. Susi 12 Januari dr. Fernando Rumapea, Sp.A, MPH, M.Kes 13 Januari dr. Julfreser Sinurat 13 Januari dr. Mariana Nicolina Sompie, MPH 13 Januari dr. Hery Lenardo Gultom 13 Januari drg. Iiyani Henyda Tarigan 14 Januari dr. Lovina Ria Rumata Pane 14 Januari dr. Sri Sjamsudewi, Sp.Rad 15 Januari dr. Christine Verawaty Sibuea, M.Biomed 15 Januari Frida Ervina D.Sitorus, SKM 15 Januari drg. Noryken Sitorus 16 Januari drg. Kristina Silaban 16 Januari dr. Anti Mangi Mangampa 17 Januari drg. Evawanti Sihotang 18 Januari drg. Debora Herawati Sadrach 18 Januari dr. Astuti. H. Toban 20 Januari drg. Natalia B. L. Soriton 21 Januari Ns. Rhista Christanti S. Putri 21 Januari dr. Heriyannis Homenta, M.Biomed 22 Januari dr. Widodo Raharjo, Sp.PD 22 Januari drg. Eva Lestari Hutapea 23 Januari dr. Nona Notanubun, K.M.Kes 23 Januari dr. Susanti Trisnadi 24 Januari dr. Jahja Zacharia, Sp.A 24 Januari dr. Margaretha Kendenan, Sp.PD 25 Januari dr. Thressia Hendrawan 26 Januari dr. Kristellina S. Tirtamulia, Sp.A 27 Januari dr. Lasmauli Situmorang 27 Januari dr. Irna Indri Keles 27 Januari dr. Kezia Sondang Mukti 27 Januari dr. Herawati Lianto 30 Januari 52

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Antar Kita Ns. Marthalena Siahaan 1 Februari dr. Chandrawati Santoso 2 Februari dr. Vera Diane Tombokan 2 Februari dr. Cristian Risky Pirade 2 Februari dr. Andreas Andoko 3 Februari dr. Ellen Roostaty Sianipar, Sp.A 3 Februari dr. Lidya Heryanto, Sp.KJ 3 Februari dr. Helendra Taribuka 3 Februari dr. Prasarita Esti Pudyaningrum 4 Februari dr. Henni Tipka 4 Februari dr. Ermawaty Karo-Karo 5 Februari dr. Eveline Ndraha 5 Februari dr. Ingried Sira 6 Februari dr. Victor Florencia Ferdinand Joseph, Sp.JP 7 Februari dr. Bernard Theodore Ratulangi, Sp.PK 8 Februari dr. Monalisa L. Tobing 8 Februari drg. Eventina Doriska Tambunan 8 Februari dr. Andre Reppi 9 Februari Ns. Rizkia Felisanny Pical 9 Februari dr. Candra Sari Kusumaningrum 9 Februari dr. Vekky Sariowan 9 Februari dr. Erly Rahayu 10 Februari Ns. Ice Hendriani S 10 Februari dr. Anita Ratnawati, SpKFR 10 Februari dr. Ruth Nindya Yessica Tambunan 10 Februari Ns. Fitriany Saragih 11 Februari drg. Missy Mercia 11 Februari dr. Imelda Rosmaida Siagian 13 Februari dr. Westri Elfilia Arthanti, Sp.Rad 13 Februari drg. Linda Nieck 13 Februari dr. Elisa Feriyanti Pakpahan, Sp.JP 14 Februari dr. Lady Margaretha Febriany Sirait 15 Februari dr. Ronald Sitompul 16 Februari dr. Eko Wulandari, Sp.PK 17 Februari drg. Marice Herlina 17 Februari dr. Heri Sutrisno Prijopranoto, Sp.PD 17 Februari dr. Helda Andriany Mangayun 18 Februari dr. Sanggam Sinambela, Sp.JP 20 Februari drg. Lidia Kartika Perangin – angin 21 Februari drg. Rusmawati Sianturi 21 Februari dr. Kartika Cindy Fibrian 22 Februari dr. Amalia Berhimpon 23 Februari Pdt. drg. Barkah, Sp.KG 23 Februari dr. Kurniawan, M.Sc, Sp.PK 23 Februari dr. Elius T. Butarbutar, Sp.Rad 23 Februari dr. Sisilia Dewanti 23 Februari dr. Tine Tombokan 24 Februari SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

53


Antar Kita dr. Linda Kartika Sari, Sp.KJ 25 Februari dr. Atmajaya N. Tamba 25 Februari Ns. Estefina Makausi 26 Februari dr. Suryana Aruan 26 Februari dr. Atalya Vetta Widarto 26 Februari dr. Marisa Perucana Sinambela 27 Februari dr. Hendra Ginting 1 Maret dr. Martha Handoko 1 Maret dr. Anugrah Riansari, M.Kes 2 Maret dr. Satria Mula Habonaran Simatupang 2 Maret dr. Elizabeth Thea Rahmani 2 Maret drg. Jenny Megawati, Sp.KGA 3 Maret dr. Nungky Nugroho Wibisono, Sp.OG 3 Maret drg. M. Grace Lumempouw, Sp.Pros 5 Maret dr. Boni Aditia Ginting 5 Maret dr. Stephanie Pangau, MPH 5 Maret dr. Lianda Tamara 6 Maret dr. Togu Johanes 7 Maret dr. Anggiat Silaen 7 Maret dr. Samuel Sih Reka Prawidya 9 Maret dr. Petriana Primiastanti, Sp.PK 10 Maret dr. Erni Gultom, MHSM 11 Maret dr. Menny Sri M. Saragih 11 Maret dr. Indah Maria Adistana 11 Maret Ns. Arny Merylani Kurnia Sinlae 12 Maret dr. Veronica Djunaedi 12 Maret dr. Lusiana Batubara 12 Maret dr. Frans M. Pasaribu 13 Maret Ns. Tisan Meily Runtu 13 Maret drg. Deo Develas 13 Maret dr. Diana Adriani Banunaek 14 Maret dr. Milana W 14 Maret dr. Sigit Kusuma Jati 14 Maret dr. Novian Wibowo, Sp.S 14 Maret Sri Paulina R.U. Kaban, SKM 14 Maret dr. Alva Juan 14 Maret dr. Cornelia Barbalina Parinussa 15 Maret dr. Masye Kalendesang 15 Maret dr. Grace Duma Mawarni Hutahaean 15 Maret dr. Yeni Marlina Nababan 15 Maret drg. Marisa Thimang 15 Maret Ns. Nurlena 15 Maret dr. Surya Abadi Kristyoadi 16 Maret dr. Andreas Tedi Suryanta Karo-Karo 17 Maret Ns. Luli Hanna Restina Panjaitan 17 Maret dr. Renny Marlina Toreh 17 Maret 54

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Antar Kita dr. Sorta Rosniuli Sianturi 17 Maret dr. Rachmat Purwata, Sp.KJ 18 Maret dr. Erika Yohana Hutagalung 18 Maret dr. Marlina Butar-Butar 18 Maret dr. Iswahyudi, Sp.B 22 Maret dr. Lenny Senduk 22 Maret drg. Martini Rotua Nainggolan 22 Maret dr. Alsapan Thengkano 24 Maret dr. Mario Marbungaran Hutapea, Sp.M 24 Maret dr. Wieka Budhiwidayanti 24 Maret dr. Stephanie Darda Susilowati 25 Maret dr. Arnold Radjagukguk 26 Maret dr. Roy Maret Tarigan 26 Maret dr. Merki Rundengan, MKM 26 Maret dr. Ritha Mariati Sembiring, M.Ked.K.J 26 Maret dr. Fanny Listiyono 27 Maret dr. Grace Kambey 28 Maret dr. Andy Samuel Saragih 29 Maret dr. Rismauli Veronika P. Aruan 30 Maret dr. Benyamin Sihombing, MPH 30 Maret dr. Thadea Odilia Tandi 30 Maret dr. Carolina Damayanti Marpaung, Sp.Pros 31 Maret

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.� Mazmur 90:12

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

55


Antar Kita SEGERA! Kamp Medis Nasional Mahasiswa XXI Bandung, Kamis-Selasa 2-7 Agustus 2018

Tema: Rebuild, Renew, Restore umat perjanjian, dan merestorasi kehidupan sosial bangsanya. Rebuild…Renew…Restore....

A Call to all Medical, Dental and Nursing Students….

K

ualitas kepemimpinan yang baik sangatlah penting dimiliki oleh tenaga medis Kristen saat berkarya di tengah-tengah bangsanya. Sejak dini mahasiswa FK/FKG/FKep perlu dilatih dan didorong untuk mengembangkan ketrampilan kepemimpinan mereka, yang kelak akan menolong mereka memiliki standar kepemimpinan yang baik dalam dunia profesi. Ketrampilan kepemimpinan ini dapat ditumbuhkan melalui penggalian dari prinsip-prinsip dasar Alkitab, latihan-latihan perumusan visi, perencanaann, pembuatan rencana kegiatan, pengelolaan masalah dan solusinya, serta latihan kepemimpinan Kristen lainnya yang berdasarkan pada teladan karakter Kristus. Kamp Medis Nasional Mahasiswa XXI Bandung kali ini akan mengekspos kepemimpinan Kristen melalui Eksposisi Tokoh Nehemia. Nehemia adalah potret seorang pemimpin yang memiliki beban yang besar dan hati yang hancur terhadap kondisi bangsanya. Ia adalah sosok pemimpin yang sangat konsisten dalam berdoa dan berpuasa bagi bangsanya. Berani, kreatif, menyusun strategi, memiliki perencanaan yang matang, dan memiliki daya tahan serta kemampuan menyelesaikan berbagai masalah dari dalam dan dari luar merupakan karakteristik kepemimpinannya. Nehemia adalah pemimpin yang membangun kembali tembok pertahanan yang hancur untuk menghindarkan umatnya dari ketercelaan, memperbaharui komitmen bangsanya sebagai

56

Pokok Doa: • Berdoa agar Tuhan sendiri yang memimpin Panitia KMdNM XXI dan panitia dapat bersatu hati menyelaraskan hati dan pikiran kepada kehendak Tuhan • Kesatuan hati dan kerjasama yang baik antara Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana • Penyusunan acara yang sedang dilakukan agar terdiri dari muatan-muatan acara yang baik dan memberkati para peserta • Kebutuhan orang-orang yang mau bertekuk lutut dan mendoakan KMdNM XXI serta orang-orang yang mau menabur untuk mendukung kebutuhan biaya-biaya yang dibutuhkan dalam persiapan KMdNM XXI • Para Staf di daerah dan PMK-PMK agar dapat menangkap tujuan Allah dalam KMdNM XXI dan dapat memobilisasi setiap mahasiswa untuk dapat berpartisipasi di dalam KMdNM XXI.

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Pesan Natal Run with Endurance

Oleh: dr. Lineus Hewis, Sp.A

J

ika saya bertanya ke beberapa teman dan sanak keluarga mengenai Jembatan Suramadu yang menghubungkan kota Surabaya dan pulau Madura, maka komentar mereka hampir sama, itu jembatan yang indah, layaknya Jembatan San Francisco dengan terpaan angin yang sangat kuat, terutama ketika dilalui dengan kendaraan bermotor. Saya setuju dengan pengalaman mereka. Namun jembatan ini memiliki makna yang berbeda buat saya ketika saya harus melaluinya dengan berlari. Dua minggu yang lalu, saya diberikan kesempatan ikut sebuah event lari, yang mengambil rute Surabaya – Madura (pergi pulang) dengan melintasi Jembatan Suramadu. Keceriaan di tengah ribuan pelari yang dihadirkan saat tembakan tanda start dimulai perlahan-lahan sirna dan berubah menjadi kerja super keras dan keluhan saat menuju pertengahan jembatan, karena kami harus melewati tanjakan yang lumayan curam dan panjang. Ada banyak peserta yang akhirnya harus berjalan bahkan berhenti untuk menarik nafas. Perjuangan menjadi jauh lebih berat ketika selesai mengitari sebagian pulau Madura dan harus kembali ke Surabaya melalui tanjakan yang sama dari sisi berbeda untuk menyelesaikan perlombaan ini. Tidak sedikit peserta yang mengalami kram otot dan harus tertatih-tatih mencapai garis finis. Di bagian akhir lintasan saya juga tergoda untuk menyerah, namun pacer (pelari yang menjadi acuan kecepatan) dan para cheerleader, serta banyaknya pelari lain yang terus SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

berlari walau sudah lelah bahkan kram, menolong saya untuk bertahan dan menyelesaikan lomba. Jembatan Suramadu sesaat berubah dari sebuah pemandangan yang indah, menjadi sebuah tantangan yang sulit ditundukkan karena kecuraman tanjakannya. Masa pra natal selalu membuat kita kembali mengenang kota Jerusalem dan Betlehem, walaupun mungkin hanya segelintir orang yang pernah sungguh-sungguh mengunjunginya. Buat sebagian orang mungkin kota-kota ini adalah kota yang indah. Bagi media massa mungkin kota-kota ini selalu hangat untuk diberitakan karena sering menjadi sumber konflik akibat saling klaim dari Israel dan Palestina. Namun bagi Maria dan Yusuf, juga orang-orang Majus dari Timur, perjalanan ke Betlehem tentulah memiliki makna yang berbeda. Mengeksplor lebih detail perjalanan mereka membuat saya kagum akan kegigihan mereka menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepada mereka. “Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, — karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud — supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.� (Lukas 2:4-7). 57


Antar Kita Bagian Alkitab ini seakan menjadi ayat-ayat wajib dalam setiap perayaan natal, namun saya seringkali hanya fokus kepada kesulitan Maria menemukan tempat persalinan yang layak, sehingga melewatkan bagian yang tidak kalah pentingnya dari peristiwa ini yaitu perjalanan Maria dan Yusuf dari Nazaret ke Betlehem. Jarak Nazaret ke Yerusalem adalah sekitar 129 km dan dari Yerusalem ke Betlehem adalah sekitar 9,6 km. Jadi total perjalanan tersebut adalah hampir 139 km atau setara dengan jarak Jakarta-Bandung. Kemungkinan besar Maria dan Yusuf akan mengambil jalur tenggara Lembah Yisreel, lalu menyusuri Lembah Yordan, terus turun ke kota Yeriko yang terletak di dataran rendah untuk kemudian mendaki kota Yerusalem dan Betlehem yang terletak di puncak perbukitan. Hal ini untuk menghindari jalur selatan yang lebih lurus tapi sulit untuk ditempuh Maria dalam kondisi hamil karena medannya berbukit-bukit dan harus langsung melewati pemukiman orang Samaria yang saat itu tidak bersahabat dengan orang Israel. Mereka biasanya melakukan perjalanan secara berkelompok karena alasan keamanan. Diperkirakan pada masa itu rata-rata kecepatan orang berjalan dengan keledai ataupun tidak adalah sekitar 4,5 km per jam. Biasa diperlukan 30-an jam atau total 5 hari bila berjalan 6 jam seharinya. Dalam kasus Maria yang sedang hamil tua kemungkinan besar diperlukan waktu yang jauh lebih lama. Apalagi bagian akhir perjalanan mereka adalah yang paling berat karena dari Lembah Yeriko yang terletak paling rendah menuju Betlehem di puncak bukit, dimana mereka harus mendaki ketinggian 3.500 kaki!!! (atau sekitar 1.050 meter). Seharusnya, Maria pantas mendapat penginapan yang layak saat tiba di Betlehem. Saya membayangkan bagaimana berkali-kali Maria harus berhenti terengah-engah sembari mengusap-usap rahimnya yang berkontraksi. Saya yakin Yusuf juga tidak kalah lelah dan tegang ketika harus berkali-kali berhenti menolong Maria dan meyakinkannya untuk melanjutkan perjalanan mereka. Demikian juga rekan-rekan seperjalanan mereka, mungkin saja mereka menyemangati mereka dengan yel-yel: “Ayo Maria, kamu bisa!”. 58

Saat memasuki kota Betlehem, saya bisa membayangkan bagaimana sukacitanya mereka bahwa akhirnya mereka sampai juga ke tujuannya, walau Maria dan Yusuf harus kembali sibuk mencari penginapan dan tempat bersalin. “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” (Mat. 2:1-2). Orang-orang majus juga tidak kalah berjuangnya untuk dapat melihat “sang calon raja orang Israel”, menyembah-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Alkitab tidak menjelaskan dengan terperinci siapa yang dimaksud dengan orang majus ini, berapa jumlahnya, dari mana tepatnya asal mereka, dan apa profesi mereka. Kenyataan bahwa mereka bisa singgah ke istana Herodes, menunjukkan kemungkinan mereka juga terlibat dalam transaksi ekonomi. Namun dari teks di atas jelas bahwa mereka menguasai ilmu perbintangan dan memiliki intepretasi terhadap perubahan rasi-rasi bintang. Kebanyakan ahli meyakini bahwa mereka berasal dari daerah di sekitar Persia atau Babilonia yang berjarak sekitar 1.500 km dari Betlehem dan bila mereka berangkat sebagai rombongan maka diperkirakan akan menghabiskan waktu lebih SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Antar Kita dari 1 bulan untuk bisa tiba di Yerusalem dan lalu ke Betlehem. Kalau seorang pelari pemula harus berjuang keras untuk menyelesaikan lari full marathon (42,195 km) dalam waktu sekitar 6 jam, maka rombongan ini menjalani “full marathon” setiap hari selama lebih dari 1 bulan!. Perjalanan yang pasti tidak mudah dan melelahkan karena jarak dan medan yang berat, serta membutuhkan banyak dukungan informasi karena apa yang mereka yakini saat itu bukanlah sesuatu yang umum. Bahkan dibutuhkan diskusi semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi untuk menemukan dimana Mesias dilahirkan, yang difasilitasi oleh seorang raja Herodes yang sangat terganggu dengan pesan yang disampaikan orang-orang majus. “Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” (Mat. 2:10-11). Dalam versi lain dituliskan sebagai “When they saw the star, they rejoiced with exceeding great joy”(Mat.2:10, NKJV). Saya bisa membayangkan besarnya suka cita orang-orang majus saat mereka akhirnya menyelesaikan misi mereka, yang buat saya seperti sebuah “mission impossible”. “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu

merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (Ibr. 12:1). Sahabat-sahabat PMdN, masing-masing kita sedang menyelesaikan misi yang Tuhan percayakan dalam hidup kita. Pasti ada banyak pergumulan, kebingungan, kelelahan, keringat dan air mata saat melalui semuanya. Pasti ada banyak individu atau pihak yang Tuhan tempatkan di sepanjang perjalanan kita yang mendukung dan menyemangati kita mencapai tujuan yang ditetapkan Tuhan untuk kita. Kita bisa memaknai perjalanan hidup kita secara berbeda dengan orang lain karena memang kita melaluinya secara berbeda, namun kita memiliki Tuhan yang sama, yang setia memimpin Yusuf dan Maria serta orang-orang majus menyelesaikan misi mereka. Mari kita bersyukur setiap hari untuk kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan dan terus berlari dengan seluruh kemampuan menyelesaikan lomba yang disiapkan Tuhan bagi kita semua. “…let us run with endurance the race that is set before us,…” Heb.12:1 ( NKJV). Di akhir dari renungan ini saya mewakili seluruh pengurus PMdN mengucapkan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru kepada seluruh Sahabat PMdN, dan terima kasih yang tulus untuk semua dukungan dan kerjasamanya selama ini. Kiranya Tuhan terus pakai kita untuk membawa terang injil kepada pasien-pasien dan orang-orang yang kita layani, bahkan sampai ke seluruh pelosok Indonesia dan mencapai bangsa-bangsa lain. (dr. Lineus Hewis, Sp.A, Ketua PMdN)

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017

59


COVER

60

SAMARITAN | Edisi 3 Tahun 2017


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.