Samaritan edisi 2 tahun 2017

Page 1

COVER

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

1


RESENSI DOKTER YANG MENELADANI YESUS Judul Oleh Halaman Penerbit

B

eberapa buku membahas tentang kesehatan tubuh saja. Lainnya bicara tentang kesehatan pikiran. Lebih sedikit lagi yang menceritakan kisah nyata dan menyentuh jiwa. Buku Jesus MD merangkum kelebihan – kelebihan itu dengan mengambil kisah – kisah Alkitab dan menceritakan pengalaman nyata seorang dokter misionaris di pedalaman Kenya untuk memperlihatkan kebenaran yang mengubah hidup. Buku ini tidak hanya ditujukan untuk praktisi medis namun untuk orang awam juga agar dapat mengikuti sikap, prinsip dan prioritas pelayanan Yesus selama di muka bumi. Buku karangan Ketua CMA AS ini terdiri dari 12 bab. Bab 1 menceritakan pengalamannya menghadapi kasus pertamanya sebagai dokter misionaris. Kasus yang membuat penulis melakukan tindakan penyelematan nyawa yang tidak pernah

2

: Jesus M.D. (A Doctor Examines the Great Physician) : Oleh: David Stevens M.D. & Gregg Lewis : 255 halaman : Zondervan – CMF USA

dilakukannya bahkan diajarkan saat pendidikannya. Momen itu membuatnya sadar bahwa Tuhan yang memanggil dan memampukannya menjadi dokter misionaris yang dapat melakukan lebih daripada yang penulis pikirkan. Bab ini juga mengingatkan bahwa teladan sang Tabib Agung tidak hanya untuk praktek medis namun juga untuk kehidupan iman kita sehari-hari. Bab 2 menceritakan pengalamannya saat menjadi residen di program kedokteran keluarga. Salah satu aspek pendidikan yang penting adalah Round. Dalam konteks Indonesia, Round dapat diartikan bertemunya calon dokter ataupun dokter spesialis dengan supervisor (dokter penanggung jawab pasien) untuk membicarakan rencana pengobatan maupun perkembangan kesehatan pasien. Round menjadi tempat pembelajaran yang berarti bagi seorang calon dokter. Yesus pun mengambil waktu untuk bertemu dengan Bapa-Nya dan memberi waktu untuk murid – murid-Nya. Seorang calon dokter yang dididik pasti mengerti betapa pentingnya kesiapan diri (mental dan hati) saat bertemu supervisor. Begitu pula dengan sikap diri kita saat menghadap Tuhan. Tuhan melalui firman-Nya sanggup memeriksa diri kita, sama seperti kita dikoreksi oleh supervisor ketika merawat atau mengikuti pengobatan seorang pasien. Sikap hati yang ingin terus belajar dan bisa diajar menjadi penting ketika dididik oleh supervisor, begitu pula Tuhan Yesus dengan firman-Nya yang mengkoreksi hidup kita. Bab 3 menceritakan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


bahwa kehidupan residen (calon dokter spesialis) menyerupai proses mentoring. Yesus mengajak kedua belas manusia biasa untuk mengikutinya. Proses mentoring Yesus mempunyai 5 prinsip yaitu mengikut Yesus kemanapun, ajaran yang bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan kalimat tanya dengan efektif, mentoring jangka panjang serta prinsip “see one, do one, teach one�. Bab 4 menceritakan walaupun Yesus tidak bergabung dengan otoritas kedokteran ataupun asosiasi dokter saat itu, Yesus dicari oleh banyak orang karena kemampuannya menyembuhkan orang sakit (Matius 4:24). Panggilan untuk menjadi dokter menurut versi Yesus tidak hanya untuk menyembuhkan seseorang namun juga menyelamatkan jiwanya. Bab 5 menjelaskan pentingnya sentuhan dalam hubungan dokter dengan pasien. Sentuhan tidak hanya menolong dalam proses diagnosis (palpasi dan seterusnya), namun juga menolong kita melihat kondisi jiwa seseorang. Bab 6 menceritakan salah satu aspek dari pekerjaan medis yaitu on call. Jika kita dipanggil menjadi petugas on call saat itu maka sikap hati yang penting untuk kita miliki adalah meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita sendiri. Seringkali, dokter terganggu dengan begitu banyaknya janji dengan pasien. Tidak hanya dokter, Yesus pun dicari banyak orang dan tidak ada janji yang dibuat terlebih dahulu untuk bertemu dengannya. Bab 7 mengambil fokus, bahwa pasien bukanlah masalah dari seorang dokter melainkan tujuan dari dokter itu sendiri. Bab 8 menceritakan bahwa Yesus merupakan seorang tabib dengan kemampuan diagnostik yang menakjubkan. Yesus tidak hanya mendiagnosa penyakit fisik (yang tampak mata), Ia mendiagnosa juga yang tidak tampak mata yaitu dosa. Yesus menekankan pentingnya kesembuhan dari dosa yaitu meninggalkan perilaku yang jahat dan mengarahkan hati kepada anugerah keselamatan. Dokter (orang Kristen) masa kini dapat melakukan yang Yesus lakukan. Tidak hanya mengobati penyakit, namun membawa seseorang kepada Yesus untuk dipulihkan dari dosa – dosanya. Bab 9 menggamSAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

barkan pentingnya belas kasih. Berbelas kasih seringkali lebih penting daripada pengobatan itu sendiri dan punya efek terapeutik kepada pasien. Tindakan belas kasih diwujudkan dalam 3 “T� yaitu Touch, Time dan Temperament. Bab 10 menceritakan pengalaman penulis tentang cuci tangan yang benar sebelum melakukan suatu tindakan kedokteran. Cuci tangan dianalogikan dengan tindakan pembersihan diri kita oleh Yesus. Jika seorang dokter perlu rutin mencuci tangannya agar tidak terkontaminasi, kita pun perlu terus dibasuh oleh Yesus agar tetap murni dan sadar bahwa Tuhan yang kita sembah adalah kudus. Bab 11 menceritakan bahwa karya Yesus tidak hanya berdampak pada dunia saat itu, namun untuk kehidupan kekal. Untuk melalukan hal yang tidak mungkin, kita perlu untuk tidak membatasi kuasa Tuhan dengan sumber daya kita yang terbatas. Visi, Iman dan Perencanaan adalah hal dasar yang kita perlukan untuk melakukan hal yang tidak mungkin. Di akhir bukunya, penulis mendorong kita untuk menjadi rekan kerja Yesus dalam melayani pasien ataupun orang di sekitar kita. Karya keselamatan dan pemulihan yang ditunjukkan Yesus tidak berhenti 2000 tahun yang lalu namun terus dibutuhkan oleh dunia saat ini. Maukah kita menjadi pembawa pesan keselamatan dan pemulihan itu? Oleh: dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu

3


Samaritan diterbitkan sebagai sarana informasi dan pembinaan bagi mahasiswa dan tenaga medis Kristen Penerbit Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Pemimpin Umum dr. Lineus Hewis, Sp.A Redaksi DR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC dr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN Ir. Indrawaty Sitepu, MA dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad drg. Karmelia Nikke Darnesti dr. Benyamin Sihombing, MPH Naomi Fortuna Kaber, ST, MCM dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu Redaksi Pelaksana Thomas Nelson Pattiradjawane Sekretaris Redaksi Christie Tiarmalia Limbong Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey Alamat Redaksi Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5 Jakarta 10710 Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170 email: pmdn_perkantas@yahoo.com FB: Medis Nasional Perkantas Twitter: @MedisPerkantas Cover & Layout Hendri Wijayanto Percetakan Bintang Timur Offset Bagi sahabat PMdN yang rindu mendukung PMdN melalui majalah SAMARITAN, dapat mentransfer ke BCA, KCU. Matraman Jakarta Rek. 342 256 6799 a.n. Eveline Marceliana Bukti transfer mohon dikirim melalui fax atau email dengan nama dan alamat pengirim yang lengkap 4

DAFTAR ISI: RESENSI - Dokter yang Meneladani Yesus

2

DARI REDAKSI

5

ATRIUM - Are You Well Equipped?

6

VISI MISI PMdN

8

FAKTUAL - Tidak Meenolak

8

FAKTUAL - Bukan Suara Namun Bergema

11

FAKTUAL - Hidup Seturut Panggilan-Nya

14

FAKTUAL - Mereka yang Terpilih

16

UNTAIAN FIRMAN - Memperlengkapi

18

KESAKSIAN - Tuhanlah yang Melengkapi Pelayanan Kita

21

KESAKSIAN - Pause and Poundering Seperti Yunus

23

INFO MEDIS - Macam-macam Teknik Penjahitan

26

INFO MEDIS - Buah Bagore, untuk Obat Malaria

29

LAPORAN - Apa Itu Saline Proses?

31

LAPORAN - Konsultasi Nasional Pelayanan Medis 2017

33

LAPORAN - Kondisi Demografi dan P1-P4 36 PMK Medis LAPORAN - Panggilan Allah untuk Menyembuhkan

39

LAPORAN - Healing For The Nations

43

DARI SUKU KE SUKU - Suku Sula

45

TEROPONG DOA

48

HUMORIA

50

DARI SANA SINI - Apakah Profesi Kedokteran akan Punah?

52

DARI SANA SINI - Dokter Diperlengkapi dengan Tekwondo

53

HISTORIA - Dari Kina ke Artemisia

54

ANTAR KITA - Selamat Ulang Tahun

56

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


DARI REDAKSI “Biasakan menulis!� merupakan sebuah anjuran atau nasihat yang kerap kita dengar. Kegiatan mencatat atau menulis, kelihatannya sepele. Itu pelajaran yang sudah kita dapat sejak Sekolah Dasar. Namun, jangan diremehkan. Tulisan menyumbangkan perubahan sangat besar dalam diri dan kehidupan manusia – itu memberi perbedaan amat besar. Bayangkan jika Anda buta huruf pada zaman secanggih ini? Apa istimewanya kegiatan menulis? Dunia baca-tulis mengubah wajah dunia. Allah memberikan hukum tertulis di Sinai. Para Rasul dalam Perjanjian Baru membina jemaat melalui surat-surat tertulis, yang kemudian dibacakan dalam pertemuan-pertemuan jemaat. Reformasi gereja diiringi oleh penerjemahan Alkitab. Ternyata, buku (bacaan) mendidik dan mengubah cara pandang orang. Banyak tokoh besar punya kebiasaan menulis buku harian. Tulisan menanamkan pengaruhnya ke mana-mana. Apalagi di era informasi ini. Minat dan kebiasaan baca-tulis sangat baik ditumbuhkembangkan. Selamat membaca Samaritan dan kami menunggu tulisan-tulisan Anda. Sungguh.

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

5


Atrium Are You Well Equipped?

Oleh: dr. Lineus Hewis, SpA

S

aat kita membuka laman-laman Christian Medical Fellowship dari berbagai negara, maka kata “equipping” merupakan salah satu kata yang paling sering muncul ketika tiba pada bagian misi organisasi ataupun tujuannya. Equipping biasa diterjemahkan sebagai pembekalan ataupun memperlengkapi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas tertentu. Entahlah, ketika kata ‘pembekalan’ disebut, secara refleks saya merasakan nuansa urgensi dan aroma latihan dengan tempaan yang keras seperti tentara yang bersiap-siap memasuki medan pertempuran. Dan kalau saya pikir-pikir kembali, setiap dari kita yang menjalani pendidikan profesi, baik kedokteran maupun kedokteran gigi, sesungguhnya memang sedang bersiap-siap memasuki lapangan pekerjaan, yang layaknya sebuah medan pertempuran, dimana tidak sedikit yang gagal untuk bertahan baik dalam kecakapan profesi maupun integritas. Diperlukan pembekalan yang cukup bagi para alumni medis Kristen untuk tidak sekedar survive ditengah derasnya arus zaman, namun mampu menjadi berkat bagi sesamanya dan menjadi terang dan garam di tengah generasinya. Bicara tentang equipping atau pembekalan dalam slogan misi PMdN, maka pertanyaan yang muncul adalah “5W1H”: siapa yg diperlengkapi, mengapa harus diperlengkapi, untuk apa mereka diperlengkapi, dengan apa mereka diperlengkapi, kapan sebaiknya mereka diperlengkapi, dimana mereka diperlengkapi, serta bagaimana memperlengkapinya. Sesuai dengan visi dan misi PMdN maka yang harus diperlengkapi adalah para mahasiswa medis hingga alumni medis Kristen yang bersedia terlibat dalam program pelayanan PMdN melalui Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan Persekutuan Medis Kristen Kota (PMdK) yang

6

berjejaring dengan PMdN. Mengapa mereka masih harus diperlengkapi, bukankah ini merupakan tanggung jawab dari institusi pendidikan tempat mereka belajar? Bila terkait dengan kompetensi medis dalam menjalankan profesi mungkin institusi pendidikan merupakan tempat yang tepat. Namun panggilan untuk menjadi dokter dan dokter gigi bukanlah sekedar terampil dalam profesi. Sebagai murid Kristus kita harus melihat profesi medis sebagai bagian yang utuh dari panggilan kita sebagai orang Kristen untuk memuliakan Tuhan. Profesi medis sangatlah potensial dalam menyaksikan kasih Kristus bagi sesama, baik dengan mendemonstrasikannya melalui pelayanan kesehatan yang utuh kepada masyarakat maupun dengan memproklamirkan Kabar Sukacita Injil kepada pasien dan keluarga yang dilayani. Sepanjang jaman, profesi medis memiliki banyak kesempatan istimewa dalam menyaksikan kasih Kristus, diantaranya: • • • • • •

tenaga medis dapat diterima secara luas, tanpa memandang suku, agama, dan ras. pelayanan medis dibutuhkan baik dalam situasi damai maupun perang, suasana tenang maupun bencana. dalam kondisi sakit, manusia akan lebih terbuka kepada perkara-perkara rohani fasilitas kesehatan hampir selalu menjadi terminal terakhir orang sebelum hidupnya berakhir jauh lebih banyak orang yang mengunjungi fasilitas kesehatan dan tenaga medis dari pada gereja dan rohaniawan profesi medis di berbagai daerah masih sangat dihormati dan dijadikan panutan dalam berbagai aspek hidup Peluang bermisi melalui dunia medis sangat SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Atrium terbuka mulai dari daerah rural dengan suku-suku terabaikan yang belum terjangkau Injil. Misi urban di tengah kompleksnya masalah perkotaan, mulai dari masalah hunian hingga kelompok masyarakat marginal yang memiliki akses pendidikan dan kesehatan yang terbatas. Dunia pendidikan dan penelitian, struktural dan pengambil kebijakan, manajemen kesehatan dan kesehatan masyarakat, serta pelestarian alam juga terbuka untuk para alumni berperan di dalamnya. Disamping itu semakin berkembangnya dunia kedokteran di tengah bertambah kompleksnya masalah medis maka sangatlah dibutuhkan kehadiran para alumni medis Kristen baik dalam keahlian profesi maupun dalam menyuarakan kebenaran Firman Tuhan ketika berhadapan dengan masalahmasalah etik yang kontroversial. Semua kesempatan ini akan menjadi sia-sia bila para alumni medis tidak dipersiapkan sejak dari masa mahasiswa untuk memiliki beban dan ketrampilan dalam melayani. Untuk ini diperlukan proses pemuridan yang berjalan dengan baik sejak masa mahasiswa di PMK hingga masa alumni di PMdK, yang menolong para mahasiswa medis dan alumni medis bertumbuh dalam pengenalannya akan Tuhan dan menemukan panggilannya. Selain itu mereka juga harus difasilitasi untuk mendapatkan pembekalan dan paparan sebelum terjun ke dunia pelayanan yang digelutinya. Karena itu diperlukan suatu kurikulum pelayanan mahasiswa dan alumni medis serta jejaring dan kelompok minat yang melibatkan alumni lokal dan regional bahkan global. Pembekalan untuk bermisi tidak dapat dipisahkan dengan pembekalan dalam menjaga integritas diri, mengingat semakin kuatnya tarikan dari pihak-pihak yang bersentuhan dengan profesi medis yang dapat mempengaruhi integritas diri seorang tenaga medis. Disamping itu, pembekalan dalam berkeluarga juga menjadi sangat penting mengingat banyaknya tenaga medis Kristen yang cemerlang dalam karir namun tidak diikuti dengan kesaksian baik mereka dalam membina keluarga yang takut akan Tuhan. Seberapa mendesaknya proses pembekalan ini? Mengingat rata-rata mahasiswa medis menghabiskan 3,5 – 4 tahun di kampus dan 2-2,5 tahun SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

di rumah sakit sebagai ko-ass, maka bila mereka berkomitmen untuk menyerahkan waktu 2 jam dalam seminggu untuk proses pembinaan, maka mereka hanya memiliki sekitar 80 jam dalam setahun. Waktu yang tidak banyak, untuk dapat mempersiapkan para mahasiswa medis dengan begitu banyak perlengkapan saat memasuki dunia profesi. Pembinaan di masa alumni juga menjadi tantangan tersendiri mengingat kesibukan kerja dan banyaknya kewajiban yang harus dipenuhi di masa profesi. Menjadi tanggung jawab siapakah proses pembekalan ini? Apakah mahasiswa dan alumni bisa membekali diri mereka sendiri? Jelas diperlukan suatu sinergi antara PMK di kampus-kampus medis dan PMdK di kota-kota di seluruh Indonesia dengan PMdN untuk menyiapkan suatu kurikulum pembinaan yang dibuat dengan perspektif yang melampaui kemampuan mahasiswa dalam melihat dunia profesinya kelak, guna membekali mereka memasuki dan menjalani dunia profesi mereka. Seminggu yang lalu saya baru mendapat kabar bahwa ada 3 alumni baru, yang berangkat untuk melayani suku terabaikan di ujung Timur Indonesia. Saya kagum dengan semangat adikadik ini yang memutuskan untuk taat kepada panggilan Tuhan untuk mereka. Namun jika mengamati rekam jejak mereka, maka tampak bahwa ini tidak terjadi dengan spontan, mereka adalah individu-individu yang telah bertahuntahun dibina di PMK dan mengikuti berbagai kegiatan pembekalan dan berjejaring dengan banyak alumni dan organisasi pelayanan. Bicara kesiapan untuk memenuhi panggilan Tuhan, maka kita juga harus bicara tentang proses pembekalannya. “Are you well equipped?�

7


VISI MISI PMdN VISI PMdN Menjadi dokter/ dokter gigi Kristen yang memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Tuhan sehingga menjadi tenaga medis yang: 1. mengintegrasikan iman ke dalam profesi 2. melayani manusia ciptaanNya secara utuh 3. menyuarakan kebenaran Firman Tuhan dalam etika medis dan profesi, dan berkontribusi secara aktif bagi gereja, bangsa dan dunia MISI PMdN 1. Menguatkan pemuridan di kalangan mahasiswa dan alumni medis (Discipleship) 2. Memperlengkapi mahasiswa dan alumni medis untuk meneladani Kristus dalam mengerjakan profesinya (Equipping) 3. Memfasilitasi dan membangun jejaring untuk berkontribusi bagi gereja, bangsa dan dunia (Facilitating and Networking) LANDASAN MISI Umum: Melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus sebagaimana terdapat dalam Matius 28: 19-20 yang berbunyi, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Khusus : Meneladani Yesus dalam melayani sesama sebagaimana terdapat dalam Mat 9:35-36 yang berbunyi: “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” 8

Faktual TIDAK MENOLAK

(Menaati Panggilan Tuhan Dalam Dunia Kerja) Oleh: dr. Merki Rundengan, MKM*

S

ejak pindah tugas ke Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan, awal 2008, saya sudah tidak berniat pindah tugas lagi. Apalagi setelah saya terlibat dalam pelayanan di gereja GPIB Trinitas Kota Wisata Cibubur dan Perkantas Medis Nasional. Ternyata, pada 13 Maret 2014 saya diminta lagi memegang jabatan struktural eselon III (Kepala Bidang Pelayanan) di RSUP Ratatotok Manado. Ini adalah permintaan ketiga, sebelumnya selalu saya tolak. Saat itu saya berpikir apakah saya akan mengalami cerita Yunus, kalau saya menolak lagi. Akhirnya saya menjawab: “saya coba (hari Kamis)”, dengan harapan ada waktu berpikir untuk menolak lagi. Ternyata sehari setelah itu (Jumat) SK jabatan struktural saya sudah ada (saya tidak percaya, kaget…), dan pada hari Selasanya saya dilantik dan dua minggu setelahnya saya sudah berada di Ratatotok. RSUP Ratatotok sebagai RS tipe C dikelola langsung oleh Kementerian Kesehatan RI dibawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan merupakan RS Hibah dari Yayasan Pembangunan Sulut Berkelanjutan (eks PT Newmount Minahasa Raya). Terletak di Kabupaten Minahasa Tenggara, berjarak 125 Km (4 jam perjalanan dari Manado). Sebagai RS hibah yang dibangun karena kompensasi ke masyarakat secara demografi untuk RS Tipe C belum memenuhi syarat, karena areal pelayanan sekitar RS yang mencakup Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kab Bolaang Mongondow Timur, jumlah penduduk tidak lebih dari 30.000 jiwa, dengan akses transportasi yang sulit dan letak desa-desa lain di pedalaman. Sebagai Kepala Bidang Pelayanan, saya langsung membawahi kepala seksi pelayanan medik, kepala seksi keperawatan dan kepala seksi penunjang medik. Saat itu dari 164 pegawai RS, SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


FAKTUAL

104 ada dibidang pelayanan. Selama 2 minggu pertama saya mempelajari kondisi RS dan bidang pelayanan. Cara yang dilakukan adalah klasik yaitu mengadakan pertemuan bersama kepala seksi, kepala instalasi dan penanggung jawab; berjalan dari ruangan ke ruangan pelayanan untuk melihat fasilitas dan kondisi pelayanan; mempelajari ketersediaan dan kompetensi SDM pelayanan; berkoordinasi dengan stakeholder yang ada dalam hal ini Kepala Bagian Administrasi. Sebelum saya, kepala bidang pelayanan sempat 2 tahun tidak ada yang mengisi jabatan. Rumah Sakit ini pernah memiliki 2 kepala bidang pelayanan sebelum saya, dengan masa jabatan yang tidak sampai setahun. Sementara ini, banyak hal yang saya harus kerjakan. Mulai dengan membuat dan merevisi format-format pelayanan, berupaya menambah tenaga teknis pelayanan terutama, menambah sarana dan prasara pelayanan. Melihat kondisi dan data disiplin kerja maka memotivasi dan menjadi role model staf bekerja sangat penting. Puji Tuhan sampai semester 1 tahun 2017 semuanya sudah tertata, bahkan awal masuk belum ada spesialis menetap di RS kami, saat ini sudah ada 6 spesialis dasar yang menetap, serta 1 kunjungan, demikian juga dengan tenaga-tenaga fungsional pelayanan lain sudah terisi. Bersyukur juga RS kami bisa dijadikan wahana program pemerintah yaitu penempatan dokter internship dan dokter spesialis program WKDS (program ini lebih ditujukan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

untuk RS Daerah). Dalam hal disiplin pegawai bersyukur untuk apel pagi yang awalnya hanya belasan pegawai sekarang ini yang hadir paling sedikit 30-an orang dan apel pagi sudah dirasakan sebagai kebutuhan. Kehadiran kerja sudah semakin baik dengan makin kurangnya konfirmasi mau pemberian surat peringatan karena pelanggaran disiplin. Untuk BOR RS sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan akses ke RS, diawal saya masuk masih belum mencapai 20% sekarang sudah lebih dari 30%. Saya juga kebagian peran sebagai Ketua Panitia Akreditasi RS yang efektif aktif awal tahun 2015, dengan hanya mengaktifkan 50 tempat tidur, kami dimasukan dalam akreditasi program khusus (4 standar dasar). Awal mempersiapkan akreditasi adalah memotivasi dan menyemangati panitia dan pihak terkait, karena permasalahan SDM, sarana prasarana, metode baru akreditasi dan anggaran. Puji Tuhan 1 Juni 2016 kami sudah menerima sertifikat akreditasi perdana 4 Standar dan pada Mei 2017 kami sudah diverifikasi 10 pelayanan. Dan saat ini saya lagi memimpin untuk mencapai akreditasi paripurna (15 standar pelayanan) sesuai dengan Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS) tahun 2017, dengan keyakinan kalau Tuhan sudah tolong sampai 10 standar, Dia juga akan menolong untuk paripurna karena akreditasi bertujuan meningkatkan mutu dan keselamatan pelayanan baik pasien maupun petugasnya. Pencegahan korupsi Sebagai pegawai yang pernah mengabdikan diri di Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan (Auditor Kesehatan) tahun 2008 sampai 2014, semangat anti korupsi tetap terpelihara. Gerakan anti pungli dalam memberikan pelayanan dan anti gratifikasi terus saya gelorakan melalui pembinaan di apel pagi dan rapat-rapat bidang pelayanan. Syukurlah semangat itu akhirnya berbuah dengan dibentuknya Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) dan saat ini berkembang menjadi Tim Persiapan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Tim Anti Fraud (Kecurangan) RSUP Ratatotok, saya sendiri ditunjuk direktur sebagai ketuanya. Dalam hal anti gratifikasi saya berusaha juga menjadi role model (agent of change) dengan tidak menerima 9


FAKTUAL

pemberian apapun dan dari siapapun dan juga tidak memberi kepada atasan yang bermotif mempengaruhi kewenangan. Kalaupun saya menerima buah tangan dari pegawai yang pulang dari jalanjalan, yang diterima cuma dalam bentuk makanan, itu pun untuk dimakan bersama pegawai lain. Pada tahun 2014 saya mengikuti sertifikasi pengadaan barang dan jasa, puji Tuhan saya langsung lulus. Sertifikat pengadaan itu membuat saya dilibatkan dalam pengadaan sejak tahun 2015 bahkan taun 2017 ini saya diminta menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) RS, suatu jabatan yang rawan terhadap bujukan gratifikasi dan segala hal yang berbau korupsi. Berat namun karena diminta pimpinan saya tidak menolak. Dengan asas keterbukaan, koordinasi dan no gratifikasi saya memimpin pengadaan RS. Kepada rekanan RS diingatkan terus bahwa kerja benar, sesuai prosedur dan tanpa gratifikasi. Pejabat, dokter dan beberapa pegawai tinggal di kompleks rumah dinas RS. Sebelum kehadiran saya, tidak ada ibadah RS, dan sejak Juni 2014 sampai sekarang ini ibadah RS telah rutin dilak-

10

sanakan setiap minggu. Dengan demikian ibadah RS semakin tertata. Keikutsertaan saya pada Diklat PIM III tahun 2015 melahirkan program Kelompok Belajar Mandiri (KBM) sebagai program belajar bersama pegawai RS yang disiapkan oleh kelompok yang dibentuk RS, sebagai wahana peningkatan kompetensi dan keilmuaan pegawai RS. Puji Tuhan, awalnya saya ingin menolak bertugas di RSUP Ratatotok Buyat namun saat ini saya bersyukur untuk karya Tuhan yang boleh saya kerjakan di RSUP Ratatotok Buyat. *Dr. Merki Rundengan,MKM, Kepala Bidang Pelayanan RSUP Ratatotok Buyat, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


FAKTUAL

Bukan Suara Namun Bergema

Oleh: dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC

B

eberapa tahun yang lalu kalangan pemerhati pendidikan dokter dan mungkin juga banyak dari para dokter prihatin ketika media memuat hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran UI. Penelitian itu menunjukkan bahwa 35 persen mahasiswa baru masuk dalam kategori tidak disarankan menjadi dokter oleh karena hasil tes psikometri menunjukkan empati yang terlalu rendah untuk menjadi dokter. Bahkan ketika test yang sama dilakukan lagi pada tahun keempat masa kuliah, jumlah mahasiswa yang kurang memiliki empati naik menjadi 54 persen. Dr. Ratna SpM selaku Dekan FKUI ketika itu menyatakan bahwa untuk mengatasi hal tersebut FKUI mengembangkan program Empati, Komunikasi dan Bioetika untuk pengembangan Pribadi dan Profesi Kedokteran. Salah satu caranya adalah mewajibkan mahasiswa tahun pertama hingga ketiga menjadi relawan di RS Cipto Mangunkusumo. (Kompas, 24 Februari 2012) Sebenarnya, banyak penelitian serupa dilakukan baik di dalam maupun luar negeri dan menunjukkan hasil yang mirip, bahwa empati pada mahasiswa kedokteran dinilai kurang dan cenderung semakin menurun. Hal ini membuat kalangan dunia pendidikan memikirkan metoda yang efektif untuk meningkatkan empati (dan atau compassion) di kalangan mahasiswa kedokteran SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

dan dokter-dokter muda. Elisabeth Paice dalam tulisannya yang dimuat di Jurnal BMJ dengan judul How important are role models in making a good doctor?, memaparkan bahwa role model berdasarkan risetnya merupakan hal yang penting dalam proses belajar para mahasiswa kedokteran dan dokter yunior. Role model merupakan sosok yang mereka ingin tiru, menjadi seperti dia ataupun memiliki karir seperti dia. Dalam suatu penelitian yang dilakukan Wright S, dkk. dilaporkan bahwa kualitas terpenting yang dicari dari seorang role model dokter adalah : sikap mereka terhadap dokter yunior/mahasiswa, belas kasihan terhadap pasien dan integritas. Namun Elisabeth Paice menambahkan untuk menjawab harapan dan nilai-nilai di masyarakat yang berubah seiring dengan kemajuan ilmu dan dunia professional maka role model tidak cukup. Untuk menghasilkan dokter yang berempati, integritas dan kompeten secara ilmu dan ketrampilan maka diperlukan dokter-dokter senior (dosen, pembimbing, konsultan) menjadi mentor bagi dokter-dokter yunior. Sebuah teori menyebutkan adanya istilah “empathic mirrors�, yang berkembang dari teori mirror neuron. Mirror neuron merupakan hasil pengamatan pada hewan primata. Mirror neuron akan teraktifasi ketika seekor hewan melakukan 11


FAKTUAL sesuatu atau ketika hewan itu melihat hal yang sama dilakukan oleh hewan lain. Para peneliti di bidang cognitive neuroscience dan psikologi kognitif berspekulasi bahwa mirror neuron ini juga terdapat pada manusia. Mereka berargumentasi bahwa neuron ini penting untuk memahami tindakan orang lain dan mempelajari keterampilan baru dengan cara meniru. Seorang ahli neuroscience, Marco Lacoboni (UCLA) berpendapat bahwa sistem mirror neuron pada manusia memampukan manusia memahami tindakan dan niat dari orang lain dan merupakan dasar dari kemampuan emosi termasuk dalam berempati. Empathic mirrors ini dicetuskan ketika kita mengalami suatu emosi dan ketika kita melihat seseorang mengalami emosi yang sama. Ada banyak pendapat pro dan kontra mengenai kebenaran teori ini pada manusia. Namun bila kita merujuk pada firman Tuhan maka jika pada hewan primata saja ditemukan kemampuan ini, sudah pasti menusia diciptakan Tuhan dengan kemampuan yang jauh lebih sempurna dari itu. Ada banyak teori, ada banyak penelitian ada benyak metode intervensi yang tentunya bukan kapasitas penulis membahasnya. Tapi mari kita melihat dari kisah beberapa tokoh dunia kedokteran Kristen.

Para Rasul Hanya beberapa hari ketika sang guru sudah pergi. Petrus dan temannya Yohanes berkata pada seorang pengemis lumpuh di pintu gerbang Bait Allah: “Emas dan perak tidak ada padaku, tapi apa yang kupunya kuberikan padamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazareth itu, berjalanlah!” (KPR. 3: 6-9) Dia melakukan persis seperti gurunya, si Tabib Agung itu lakukan: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” (Yoh. 5: 8) Setiap membaca kisah ini, selalu membuat saya kagum dengan bagaimana Petrus dan Yohanes dapat mengimitasikan sang Guru. Petrus dan temannya hidup bersama sang guru, Sang Tabib Agung, selama tigapuluhan tahun, berjalan bersama, mendengarkan-Nya mengajar, melihat sang Tabib berbelas kasihan pada yang sakit, lelah dan terlantar, melihat bagaimana sang guru cepat berespon pada penderitaan manusia, melihat bagaimana kesembuhan demi kesembuhan ter12

jadi melalui jamahan dan kuasa sang guru. Yah, mereka tidak hanya mendengar, tapi melihat dan mengalami role model yang sempurna dari sang Guru.

Dr Paul Brandt Dokter spesialis bedah orthopedi kenamaan di masanya ini telah melakukan banyak inovasi di bidang Hand surgery khususnya di bidang bedah korektif kecacatan akibat penyakit kusta. Tidak hanya kemampuan bedah korektifnya yang diakui dunia kedokteran internasional tetapi juga empati dan kasihnya yang dia tunjukkan pada pasienpasiennya menjadi teladan bagi banyak orang. “Saya sangat mengidolakan ayah saya” begitu dia bercerita di buku Diciptakan dengan Dahsyat dan Ajaib,” Ayah saya seorang misionaris dan selalu memberi respon pada setiap kebutuhan manusia yang dia temui.” Ada kejadian yang tidak pernah dr. Paul Brand lupakan. Saat dia berusia tujuh tahun, ketika tinggal di India. Pernah, ada 3 orang pria yang berjalan tertatih-tatih memasuki halaman rumah mereka dengan kaki yang penuh luka. Mereka ternyata adalah penderita kusta. Walau dengan rasa takut yang sangat jelas terpancar di wajah ayah dan ibunya, tapi dia melihat bagaimana sang ayah mencuci kaki orang-orang itu, membubuhkan obat di luka mereka dan membalutnya. Si Ibu datang menyiapkan sekeranjang makanan bagi mereka. Kejadian ini sangat membekas di ingatan seorang Paul kecil sampai berpuluh tahun setelahnya. Seorang penderita kusta di India, bernama Sadan, takjub ketika sepasang tangan menyentuh kaki kustanya untuk pertama kali setelah puluhan tahun dia tidak pernah merasakan sentuhan tangan manusia. Jangankan menjamah, mendekat pun tidak ada yang mau. Banyak dokter yang dia kunjungi hanya melihatnya dari jauh. Tapi malam itu, sepasang tangan Paul Brand menyentuhnya, memeriksanya bahkan mengijinkannya menginap di beranda rumahnya karena tidak ada penginapan yang bersedia menerimanya menginap. Seperti suara yang bergema, ternyata tindakan, ekspresi kasih, rasa belas kasihan pun bergema oleh teladan sang ayah dan ibu yang dilakukannya puluhan tahun kemudian. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


FAKTUAL Al Weir, MD Ketika ditanya, siapa yang menginspirasinya menjadi dokter Kristen yang penuh kasih dan pengabdian, maka tanpa ragu dia akan menjawab: ayah! Berjalan menyusuri Rumah Sakit menemani sang ayah visitasi di bangsal ketika dia masih kanak-kanak, merupakan kenangan yang sangat mengesankan baginya. Bagaimana sang ayah menyentuh dan menyembuhkan pasien-pasiennya dengan kesungguhan hati dan penuh kasih menjadi dorongan baginya untuk menjadi dokter Kristen. Professor Hematologi dan Onkologi yang pernah bekerja sebagai dokter misi di Eku Nigeria itu dan kemudian menjadi staf CMDA (Christian Medical & Dental Association) masih terus belajar untuk menjadi dokter Kristen yang berdampak. Dia berpendapat bahwa seharusnya dokter-dokter senior terus mengembangkan kemampuannya dan menjadi mentor bagi para dokter-dokter yunior.

Penutup Seorang dokter pembimbing klinis di salah satu rumah sakit pendidikan melakukan ronde bangsal dengan sepuluh orang dokter muda dan beberapa mahasiswa kedokteran. Mereka sedang memperhatikan salah seorang dari dokter muda sedang melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada seorang pasien wanita. Si dokter muda setengah berlutut dengan posisi tubuh persis seperti yang diajarkannya. Dia melihat bagaimana jari-jarinya menekan perut wanita itu dengan lembut sambil mengajukan beberapa pertanyaan pada si pasien. Tiba-tiba si dokter pembimbing terpana memperhatikan ekspresi wajah si dokter muda tersebut. Alis kirinya yang terangkat, sementara alis kanannya menekuk kebawah, seulas senyum kecil di bibirnya dan kepalanya yang dimiringkan ke satu sisi, semuanya itu mengingatkannya pada seseorang. Ekspresi si dokter muda ini sangat mirip dengan ekspresi Profesornya dulu di Inggris ketika dia masih mahasiswa. Dia seperti melihat si Profesor dalam ekspresi si dokter muda tersebut. Namun yang lebih mengejutkan lagi adalah ketika semua dokter muda dan mahasiswa yang hadir di bangsal itu mengatakan bahwa ekspresi SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

yang ditunjukkan oleh teman mereka tersebut adalah ekspresi dan senyuman yang persis dengan ekspresi dan senyuman si dokter pembimbing. Teladan ternyata memiliki resonansi yang jauh lebih kuat dari suara untuk bergema. Teladan dari seorang guru, pembimbing, orang tua, dokter senior dan mentor dapat bergema dengan sama kerasnya menembus batas waktu dan tempat. Bagaimana mempersiapkan dokter klinisi yang memiliki empati dan karakter Kristus? Tidak banyak mahasiswa kedokteran dan dokter muda seberuntung dr Paul Brand dan dr Al Weir memiliki orang tua dokter yang dapat menjadi role model/mentor mereka. Jadilah role model dan mentor rohani bagi para orang muda, mahasiswa atau dokter yunior. Tidak harus menjadi dosen pembimbing atau menjadi ayah untuk dapat menjadi role model dan mentor bagi mereka. Sebagai dokter yang lebih senior kita dapat menjadi role model dan mentor dalam hal integritas, belas kasihan Kristus dan kompetensi bagi para mahasiswa dan dokter yunior. Ada banyak hal yang dapat dilakukan misalnya dengan rutin mengadakan pertemuan dengan mereka (kelompok KTB atau kelompok PA), membuka pintu rumah kita mengundang mereka datang menikmati persekutuan dengan kita, mengajak mision trip bersama saat libur kuliah atau mengijinkan mereka menjadi pengamat (magang) saat kita praktek di rumah sakit. Mari kita juga belajar berkata seperti Paulus berkata: “Imitate me just as I also imitate Christ� (1 Cor. 11:1,NKJV) Kepustakaan: 1. Paice E, Heard S, Moss F. How important are role models in making good doctors. 2002;325 : 707-9 2. Brandt P, Yancey P.2001. Sesuai GambarNya. Interaksara 3. Al Weir MD. What is a Christian Doctor? Today’Christian Doctor-Spring 2005

13


Faktual Hidup Seturut Panggilan-Nya Oleh: drg. Carolina Damayanti Marpaung, SpPros*

S

eperti juga profesi lainnya, seorang dokter gigi harus memahami panggilan hidupnya. Dengan pemahaman yang benar itulah, seseorang, sejak mahasiswa dapat mempersiapkan segala sesuatu untuk memperlengkapi diri menjadi dokter gigi Kristen yang profesional. Seharusnya, begitu. Apakah itu yang terjadi? Sepertinya sih, jika melihat hidup penulis sendiri, TIDAK. Sebagian besar mahasiswa FKG masuk sebagai pilihan kedua atau pilihan orang tua. Akibatnya hal umum yang terjadi adalah: tahun pertama merupakan tahun penuh pergumulan: Pindah, belajar, atau bertahan. Sebagai seorang dokter gigi, kita juga terus menerus dihadapkan dengan persoalan untuk membantu pasien mendapatkan perawatan yang terbaik dan memberikan filter ke mata kita untuk tidak menjadi “hijau” karena uang perawatan. Jadi bagaimana dong? Tulisan ini dibuat singkat dan akan dibagi menjadi 2 bagian. Pertama, masa mahasiswa sebagai masa persiapan; kedua, masa dokter gigi sebagai masa pergumulan dan pembuktian. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang mahasiswa kedokteran gigi adalah:

Percaya Ya, percaya bahwa Tuhan, yang adalah pemilik hidup, akan memelihara hidup. Kalau kita buka alkitab kita, maka kita akan kembali melihat bahwa semua orang yang dipanggil Tuhan dituntut untuk percaya penuh. Abraham dituntut untuk percaya bahwa Tuhan akan menolong Ia dan Isak. Elia dituntut percaya bahwa Tuhan akan memelihara fisiknya melalui burung gagak. Sekolah kedokteran gigi itu mahal, dan sistem yang ada di Indonesia menuntut mahasiswa klinik “memburu” pasien untuk penyelesaian persyaratan 14

kelulusan dengan susah payah. Tetapi perlu diingat: We are not the only one. Sudah banyak senior-senior terdahulu yang lulus menjadi dokter gigi. Pasti ada jalan.

Tanggung Jawab Seringkali pekerjaan mahasiswa menjadi terlantar karena mahasiswa tidak bertanggung-jawab terhadap waktu. Tugas menjadi terlantar, tidak ada ilmu yang “menyangkut” di otak, pasien janji menumpuk, dan akhirnya ketika menghadapi ujian, yang keluar adalah: aaaaaaa… mmmhhmmm. Dalam tugas saya sebagai dosen, saya selalu meminta dan memohon mahasiswa untuk membuat jadwal topik-topik yang harus dikuasai tiap hari; mempersiapkan setiap hal yang akan dikerjakan di klinik. Saya ingat akan teman yang selalu membuat ringkasan langkah-langkah pekerjaan di klinik, alasannya, dan referensi diktat atau buku. Hingga sekarang, saya meniru persiapan teman saya, bahkan ketika sudah menjadi dokter gigi belasan tahun. Itu adalah tanggung jawab kita kepada pasien, dan tentunya tanggung jawab pada profesi yang diberikan oleh Tuhan.

Kerja Keras Mari kita buka Markus 1:35. Kita akan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Faktual membaca bahwa Tuhan Yesus bangun di siang hari. Benar? TIDAK. Pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap, Tuhan bangun dan pergi ke tempat sunyi dan berdoa. Atau mungkin kita mau buka perjanjian lama, melihat hidup Amos yang suka melamun dan tidur. Benar? TIDAK. Amos dipanggil ketika masih aktif menjadi gembala dan petani pohon ara. Tuhan tidak pernah memanggil orang malas, yang dituntutnya adalah berusaha maksimal sesuai bekal (baca: talenta) yang Ia berikan. Ilmu kedokteran gigi adalah perpaduan antara ilmu kedokteran murni, ilmu komunikasi, keahlian tangan, dan tehnologi bahan. Semua ini membutuhkan studi dan latihan keterampilan terus menerus. Pintar teori saja tidak cukup, harus langsung dapat mentransferkan teori ke ujung jari kita. Ya, kerja keras dituntut untuk mempersiapkan diri sebagai dokter gigi, dan untungnya Alkitab selalu mengajar kita untuk kerja keras. Hal-hal yang harus selalu melekat di diri dokter gigi:

Percaya Ketika Tuhan telah menuntun kita menjadi seorang dokter gigi, pasti Tuhan memelihara kita untuk menekuni profesi kita secara maksimal. Ada 2 jalur yang dapat dijalani dalam profesi dokter gigi. Pertama, praktisi, dan kedua, peneliti/ pengajar. Keduanya saling berhubungan dan membutuhkan. Seorang praktisi membutuhkan perkembangan baru yang dihasilkan oleh peneliti/ pengajar. Seorang peneliti membutuhkan praktisi untuk mengetahui problem apa yang perlu dan dapat dipecahkan melalui riset. Mana yang menjadi pilihan kita? Pastinya tergantung dari pilihan Tuhan. Bagaimana cara kita mengetahuinya? ASK!! Satu hal yang saya pelajari dari perintah Tuhan Yesus untuk murid-murid adalah: perintah yang diberikan adalah per-momen dan singkat-singkat. Tidak pernah Tuhan memberikan perintah secara detail dan panjang. Kenapa? Karena Tuhan mengenal manusia sebagai mahluk bodoh dan punya ingatan seperti Dori, sahabat Nemo. Jadi jangan kuatir, Tuhan pasti arahkan per tugas, sesuai kapasitas kita.

Tanggung Jawab Yang sering menjadi perdebatan di dunia SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

kedokteran gigi adalah kompetensi dokter gigi. Tidak sedikit dokter gigi mengerjakan kasus-kasus yang di luar kompetensinya. Misalkan saja: kasus yang seharusnya dapat dikuasai setelah 3 tahun belajar, ternyata, dapat dikerjakan, setelah 3 jam bertanya-tanya teman. Nah, seorang dokter gigi harus terus menerus bertanya: 1. Apakah saya dapat melihat ujung dari perawatan saya? 2. Apakah saya dapat menentukan prognosis dari keadaan pasien yang saya rawat? 3. Apakah saya mampu melakukan perawatan ini dengan maksimal, sesuai SOP yang benar? Ketika kita melakukan perawatan yang bukan merupakan kompetensi kita: apakah motivasi di belakangnya? Kalau jawabannya adalah uang, pertanyaan selanjutnya adalah: percayakah kita bahwa Tuhan mampu mencukupkan kebutuhan kita tanpa kita harus melanggar standar kompetensi dokter gigi?

Kerja Keras Perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi semakin cepat. Banyak pemahaman yang kita pelajari saat menjadi mahasiswa, tidak lagi berlaku saat kita menjadi dokter gigi. Jadi bagaimana caranya supaya kita menjadi dokter gigi yang bertanggung jawab kepada pasien? Belajar secara konstan. Saya sangat kagum melihat dokter-dokter gigi senior yang rajin mengikuti continuing dental education. Itu adalah bentuk tanggung jawab kita terhadap profesi yang Tuhan berikan. Dengan perkembangan tehnologi informasi saat ini, banyak pula media-media online yang memberikan tambahan ilmu dan keahlian bagi para dokter gigi. Tanpa banyak cakap, satu hal yang dapat dan selalu harus kita ingat adalah: Tuhan menuntut seorang yang dipanggil-Nya untuk hidup seperti Dia. Taat akan panggilan, percaya pada Sang pemberi tugas, bertanggung jawab akan panggilan, dan memberikan hidup dengan kerja keras dalam menyelesaikan tugas panggilan kita. *drg. Carolina Damayanti Marpaung, SpPros, bertugas di Departemen Prosthodontic Universitas Trisakti Jakarta 15


Faktual

Mereka yang Terpanggil

B

anyak orang menganggap dokter merupakan orang yang hidup bukan untuk dirinya sendiri. Mereka sering kali tidak makan, dan harus bekerja 24 hingga 36 jam berturut-turut. Berikut 5 contoh dokter yang menganggap kesehatan masyarakat merupakan panggilan hidupnya.

daerah pertambangan. Kebanyakan pertambangan tidak terdeteksi dari desa tertinggal, sawah dan hutan, sehingga membuat para petani dan warga desa rentan terkontaminasi. Sekarang, Dr. Chhoeurn bekerja di Rumah Sakit Anak Nasional di Phnom Penh, mengobati kasus komplikasi trauma, dan dikenal sebagai pemberi pertolongan medis gratis.

Profesor (Kolonel) Jon Clasper dan Dr Vuthy Chhoeurn

Dr Waheed Arian

Sekitar 15.000 hingga 20.000 orang di dunia dibunuh dan dibuat cacat. Negara berkembang saat perang tidak memiliki infrastruktur, tenaga kesehatan terlatih, sumber finansial dan teknis yang cukup untuk memberi terapi ke korban ledakan bom. Profesor Jon Clasper yang memimpin Royal British Legion Centre untuk Blast Injury Studies di Imperial College, melayani sebagai pemberi pelayanan medis di Irak dan Afganistan dengan mengajarkan dokter teknik spesialisasi dokter garis depan. Salah satu dokter yang ikut serta adalah Dr. Vuthy Chhoeurn dari Kamboja, di salah satu daerah paling terkontaminasi di dunia karena 16

Di usia 15 tahun, Waheed Arian berimigrasi ke Inggris dari Afganistan. Ia kemudian dipanggil kembali sekitar tahun 1990an karena orangtuanya mengatakan kepadanya, “Kamu akan belajar sedikit bahasa Inggris, dan kamu akan menjadi seorang sopir dan kemudian tukang bersih-bersih – itulah pengalaman kami semua.� Meskipun demikian, ia memiliki mimpi yang lebih besar, ia mengejar gelar kedokteran di Universitas Cambridge. Perjalanannya di Inggris penuh dengan tantangan, khususnya tantangan Bahasa. Meskipun demikian, ia mendapat nilai A saat ujian masuk, dan lulus masuk ke Cambridge. Ingin melayani ke masyarakat, ia membentuk Teleheal, dimana dokter Inggris sukarela memberi saran medis melalui Skype mengenai trauma, SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Faktual cedera dan situasi gawat darurat lain. Hari ini, 50 dokter ikut serta dalam pelayanan ini dengan menggunakan Teleheal. Ia kemudian diundang untuk menjadi pembicara di Royal College of Emergency Medicine, World Health Organisation, Medecins Sans Frontières (MSF), dan bahkan menerima penghargaan dari Presiden Afganistan tahun lalu.

Dokter yang berani di daerah konflik Syria (Suriah) Karena adanya krisis kemanusiaan di Syria, dokter yang memutuskan untuk menetap dan menghabiskan sisa hidupnya di tengah-tengah perang harus masuk ke dalam daftar ini. Dalam sembilan fasilitas kesehatan di Aleppo, sebuah kota dengan 300.000 warga dan tujuh ambulans, seorang dokter spesialis neurologi dan dokter spesialis jantung, mereka bekerja setiap hari tanpa tidur, tanpa makan, sambil melihat hancurnya komunitas di sekeliling mereka. Sejak 2011, lebih dari 725 personel medis terbunuh, dan dua belas fasilitas kesehatan yang didukung oleh MSF telah hancur. Pada November 2016, semua rumah sakit di Aleppo Timur hancur akibat serangan udara. Para ahli juga mengatakan bahwa dokter yang ada sekarang tidak memiliki lisensi – mereka merupakan mahasiswa kedoteran yang sedang belajar. “Mereka harus membuat keputusan sulit setiap hari, saat mereka harus pergi bekerja dan menghadapi risiko terbunuh, atau menetap di rumah dengan keluarga mereka, atau terbang ke luar negeri,” kata Susannah Sirkin, seorang ahli kebijakan Dokter untuk Hak Asasi Manusia.

Dr. Lim Chin Siah “Saya lebih memilih untuk dibom dan langsung mati. Jangan membuat saya kehilangan anggota tubuh atau apapun itu. Saya akan sangat sedih,” kata Dr. Lim Chin Siah. Ia merupakan seorang konsultan dalam Departemen Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Singapura tetapi menghabiskan waktu bekerja tanpa digaji di daerah korban bencana, epidemik, dan di daerah konflik. Dengan 12 tahun pengalaman, ia menjadi salah satu partisipan dalam ketiga misi tersebut, SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

dan telah mengorbankan banyak kehidupannya selama tiga bulan di Yamani saat dimana ia menghadapi influks mendadak pasien, 50 orang di satu waktu yang sama. Ia juga harus menghadapi ancaman bom di luar. Meskipun menghadapi stres, Dr. Lim menyatakan bahwa tingkat stres yang dihadapi staf medis lokal lebih buruk dari yang ia hadapi. “Jika MSF tidak ada di sana, orang-orang ini tidak memiliki kesempatan untuk menolong. Tetapi setidaknya dengan adanya kami di sana, kami bisa memberi kesempatan. Kami tidak bisa menyelamatkan semua orang, tetapi setidaknya kami telah memberikan yang kami bisa.”

Dr. Nason Tan Dokter Malaysia, Dr. Nason Tan pertama kali merasakan nikmatnya bekerja sebagai sukarelawan ketika menemani orangtuanya membantu para lansia di panti jompo. Sekarang ia, memberikan bantuan medis gratis ke daerah miskin dengan klinik bergerak Pertiwi Health Services, bekerjasama dengan MSF, memberi terapi dan saran mengenai masalah kesehatan seksual ke komunitas LGBT, dan mengedukasi masalah kesehatan ke para pengungsi. “Mudahnya, saya menemukan karena ada stigma, banyak tenaga kesehatan tidak mengetahui bagaimana cara menghadapi komunitas LGBT, dan ini merupakan hal penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan seksual. Dengan demikian, ada kebutuhan di sana,” jelasnya. Ia sekarang juga menjadi wakil presiden dari Badan MSF Hongkong, dan merupakan dokter Malaysia pertama yang terpilih. Tahun 2015, krisis kapal Rohingya menjadi katalisis baginya, dan tiga lainnya di Bangkok, Hong Kong dan Indonesia untuk menciptakan Southeast Asia Refugees Support Network, sebuah platform media sosial untuk individu dan kelompok masyarakat untuk menciptakan inisiatif untuk membantu para pengungsi. Sumber: MIMS

17


Untaian Firman Memperlengkapi Oleh: Krisna Yogi Pramono, S.T.*

S

alah satu fungsi dasar PMK adalah sebagai lembaga kader. Sebagai lembaga kader, PMK bukan sekedar wadah bagi mahasiswa untuk beribadah di kampus namun wadah pembentukan agar para mahasiswa memiliki persekutuan yang karib dengan Allah, mampu mengintegrasikan iman ke dalam profesinya, memiliki belas kasihan untuk melayani manusia ciptaan Allah secara utuh, berani menyuarakan kebenaran Firman Tuhan dalam etika medis dan profesi, dan berkontribusi secara aktif bagi gereja, bangsa, dan dunia. Tujuan ini tentu saja hanya akan menjadi utopia apabila dalam pengelolaannya PMK terjebak menjadi event organizer semata namun kehilangan fokus pada upaya memuridkan dan memperlengkapi mahasiswa secara sengaja dan berkelanjutan. Realitanya banyak PMK-PMK medis yang demikian. Mungkin salah satu alasannya adalah memuridkan dan memperlengkapi adalah pelayanan pribadi ke pribadi yang jauh dari hingar bingar. Ini adalah jalan sunyi. Namun Allah melakukannya. Dalam kesunyian di padang gurun Allah menyingkapkan visi besar bagi Musa, hamba-Nya yang penuh kerapuhan. Tidak berhenti pada tindakan memanggil, Allah kemudian memperlengkapi Musa dengan tiap hal yang dibutuhkan untuk menggenapi visi tersebut. Dan Allah berhasil mencapai tujuan-Nya melalui Musa.

Teladan Allah Tindakan Allah untuk memperlengkapi tiap orang yang dipanggil-Nya, nampak dalam beragam kisah di Alkitab. Salah satu kisah yang paling menonjol adalah kisah perjumpaan Musa dengan Allah di padang gurun. Allah memanggil Musa untuk satu tugas yang spesifik: menghadap Firaun untuk membawa umat Tuhan, Israel keluar dari tanah Mesir (Keluaran 3:10). Namun yang mengejutkan adalah Musa menolak panggilan tersebut, padahal Tuhan sendiri yang berbicara kepada Musa secara langsung. 18

Penolakan Musa dapat dimengerti namun tidak dapat diterima. Sebelumnya Musa pernah merasakan panggilan untuk menjadi pembebas bagi bangsanya. Namun dia gagal dalam usaha pertamanya. Tertolak oleh bangsanya sendiri dan menjadi buronan dan pelarian di negeri asing maka citra diri sebagai seorang yang gagal terbentuk dalam diri Musa. Sebab itu selama 40 tahun masa hidup berikutnya Musa hanya berusaha menjalani hidup yang ‘biasa’ dengan menggembalkan kambing domba milik mertuanya, Yitro. Latar belakang kehidupannya itulah yang membuat Musa menolak dengan berbagai alasan panggilan Tuhan baginya, tidak peduli itu Tuhan sendiri yang secara langsung memanggilnya. Allah yang memanggil Musa adalah Allah yang mengenal Musa (Kel 3:4). Allah yang mengasihi Israel juga adalah Allah yang mengasihi Musa. Dalam kasih dan kesabaran-Nya yang besar itulah, Allah bertindak menolong Musa memahami panggilannya dengan jelas, membimbing Musa agar mengetahui yang harus dilakukan langkah SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


demi langkah, dan memberi perlengkapan yang dibutuhkan Musa untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. Masing-masing perlengkapan ditujukan untuk menangani setiap aspek kerapuhan Musa. Sapaan Allah yang begitu personal dan karib kepada Musa telah memenuhi kebutuhan Musa akan pengakuan. Selanjutnya saat Musa meragukan dirinya, Allah memberikan jaminan penyertaan-Nya. Saat Musa berprasangka bangsa Israel tidak akan mempercayai bahwa benar dia diutus oleh Tuhan, Allah Israel, maka Tuhan memampukan Musa membuat tanda dan mujizat sebagai bukti nyata bahwa Musa benar-benar diutus oleh yang Ilahi. Saat Musa berfokus pada kelemahan dirinya, Tuhan, Allah Israel menjanjikan menyertai lidahnya dan memampukannya berbicara. Dan ketika Musa habis alasan dan dengan terang-terangan menolak, Allah menunjukkan otoritas-Nya dan memberikan Harun sebagai penolong, rekan, dan juru bicara bagi Musa. Sampai akhirnya taatlah Musa pada panggilan Allah. Musa kemudian memulai perjalanan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Suatu perjalanan yang bukan saja membentuk Israel menjadi umat yang dikehendaki Allah, namun juga membentuk Musa menjadi hamba Tuhan yang lemah lembut dan rendah hati. Perjalanan dalam ketaatan itu sendiri merupakan latihan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

seumur hidup Musa.

Meneladani Tindakan Allah Membentuk generasi ini agar dapat menjadi pembebas bagi Indonesia sama sukarnya seperti ketika Allah memanggil Musa untuk membebaskan Israel. Karena itu penting sekali meneladani tindakan Allah dalam membimbing Musa agar dapat membimbing generasi ini untuk terlibat dalam mencapai visi yang Tuhan percayakan bagi pelayanan medis.

Mengenal secara pribadi. Sama seperti Allah mengenal Musa secara pribadi dan memanggil Musa secara pribadi pula, maka seorang pelayan bagi mahasiswa generasi ini haruslah mengenal mereka secara pribadi dan melayani secara pribadi pula. Generasi mahasiswa sekarang ini adalah generasi milenial yang dicirikan dengan pragmatisme, keterasingan dan ketidakpercayaan yang besar akan otoritas. Mereka sangat mengharapkan pengalaman mendahului keyakinan, kedalaman relasi mendahului rasa percaya, dan keterlibatan mendahului penyerahan diri. Sebab itu pendekatan pemuridan sebagai metode inti dalam memperlengkapi mahasiswa bagi visi haruslah pemuridan yang personal. Pengajaran, pelatihan, dan pendampingan harus dilakukan secara pribadi demi pribadi. Unik dan 19


Untaian Firman khusus. Sebab itu mari menjauhkan pemikiran bahwa tenaga medis yang professional dan missioner dapat dihasilkan melalui produksi masal. Tidak! Tenaga medis yang demikian hanya dapat dihasilkan melalui pemuridan dan pelatihan yang bersifat personal.

Tindakan memperlengkapi Allah mengenal setiap sisi kerapuhan Musa dan memberikan perlengkapan tepat seperti yang dibutuhkan Musa agar mampu melakukan panggilan-Nya. Generasi inipun membutuhkan pola pendekatan ‘memperlengkapi’ yang sama. Tindakan memperlengkapi yang unik untuk tiap individu. Namun pola dasar perlengkapan yang diberikan secara umum adalah sama seperti yang diberikan Allah kepada Musa. Generasi ini membutuhkan pengenalan yang benar akan Allah. Mereka perlu ditolong untuk mengalami jaminan penyertaan Allah. Mereka perlu ditolong untuk mendengar bimbingan Allah. Mereka perlu ditolong untuk mengalami kuasa Allah dan sekaligus cara menyatakan kuasa Allah itu dalam pelayanan medis yang mereka kerjakan kelak. Mereka membutuhkan ketrampilan praktis untuk dapat ‘berbicara’ yaitu untuk memberitakan Injil. Mereka membutuhkan peneguhan atau afirmasi. Dan mereka juga membutuhkan rekan yang dapat menjadi penolong. Semua perlengkapan ini semestinya telah dimiliki oleh para alumni PMK medis. Karena itu sangatlah penting para alumni medis yang telah memujudkan karya yang profesional dan misioner bersedia kembali ke PMK-PMK dan menjadi mentor bagi para mahasiswa dan memperlengkapi mereka. Tak jarang kita mendengar ataupun membaca berita tentang suramnya dunia layanan kesehatan di Indonesia. Kabar tentang ketiadaan tenaga medis di pedalaman sampai berita tentang terenggutnya nyawa karena matinya belas kasihan di rumah sakit-rumah sakit di perkotaan sangat terasa miris. Jelas bahwa bangsa ini membutuhkan lebih banyak tenaga medis yang profesional. Kampus alias pendidikan formal akan memenuhi kebutuhan itu. Tentu saja masih banyak hal yang perlu dibenahi dari sistem pendidikan di Indonesia. 20

Namun persoalan utamanya adalah matinya nurani, bukan hanya di dunia medis saja namun diseluruh bidang kehidupan. Membentuk nurani tidak dapat dilakukan oleh pendidikan formal. Bagian ini hanya dapat dibentuk melalui pelayanan PMK. Sebab itu PMK-PMK medis haruslah semakin giat memuridkan dan memperlengkapi mahasiswa-mahasiswa Kristen agar dapat menjadi jawaban dari kebutuhan besar bangsa ini akan tenaga medis yang dapat memberikan layanan yang terbaik sekaligus menyatakan belas kasihan yang besar. Dengan demikian seorang yang sakit bukan saja disembuhkan namun juga merasakan aliran kasih Allah melalui tangan para tenaga medis yang melayani mereka dengan hati yang penuh belas kasihan. *Penulis adalah staf Perkantas Malang.

“Membentuk generasi ini agar dapat menjadi pembebas bagi Indonesia sama sukarnya seperti ketika Allah memanggil Musa untuk membebaskan Israel. Karena itu penting sekali meneladani tindakan Allah dalam membimbing Musa agar dapat membimbing generasi ini untuk terlibat dalam mencapai visi yang Tuhan percayakan bagi pelayanan medis.”

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Kesaksian

Tuhanlah yang Melengkapi Pelayanan Kita Oleh: dr. Yohanes Robertus Halim, SpPD

“Allah yang tidak terbatas mau bekerja melalui manusia yang terbatas”. Saya belajar meresapi dan menghidupi pernyataan ini secara pribadi sebagai seorang dokter. Ketika Dia memanggil saya masuk ke ladang-Nya, Dia juga yang melengkapi dan menguatkan saya dalam menjalani berbagai tahap pelayanan ini. Panggilan ini bermula saat saya masih di SMA. Saat dimana saya sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi. Saya menyadari bahwa hidup ini bukan untuk diri sendiri melainkan untuk Tuhan. Kesadaran itulah yang menggiring saya berpikir serius tentang jurusan kuliah yang akan diambil agar kelak dapat menjalani profesi yang memuliakan nama-Nya. Akhirnya saya terpanggil menjadi seorang dokter. “Menjadi dokter Kristen yang misioner” begitulah tekad saya pada waktu itu dan tidak pernah berubah sampai sekarang. Seorang yang sedang sakit cenderung lebih terbuka terhadap Injil. Dia menyadari dirinya lemah dan membutuhkan pertolongan pihak lain. Maka saat mengobati pasien, saya memiliki jalan masuk untuk menyampaikan tentang Tuhan Yesus sebagai SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

Juruselamat. Bersyukur kepada Tuhan, tekad saya direstui-Nya. Dia memberikan kesempatan besar agar saya dapat melakukannya dalam pelayanan di RSU Bethesda Serukam, sebuah rumah sakit misi di pelosok Kalimantan Barat. Inilah poin pertama dan yang terutama dalam equipping, yaitu kerinduan (passion) yang Tuhan tanamkan dalam hati saya untuk melayani Dia sebagai dokter. Berbagai pengetahuan telah dipelajari untuk melengkapi saya sebagai dokter umum dan berlanjut sampai spesialis penyakit dalam. Namun selama pengalaman praktek, saya makin menyadari bahwa perjalanan sakit pasien itu tidak bisa diprediksi sepenuhnya. Ada pasien yang diperkirakan tidak akan bertahan hidup, namun ternyata Tuhan memberikan kesembuhan. Begitu pula sebaliknya, mereka yang diperkirakan bisa pulang dalam kondisi baik, ternyata terus memburuk dan akhirnya meninggal. Semua itu mencelikkan mata saya bahwa kehidupan dan kesembuhan setiap pasien ada di dalam tangan Tuhan. Kita tidak akan pernah bisa “playing God” dalam menjalani praktek sebagai seorang dokter. Saat kita mulai menjadi sombong dan merasa bisa 21


Kesaksian

menguasai segala keadaan, saat itulah kita akan jatuh. Kita tidak lagi memuliakan Tuhan sebagai Sang empunya hidup manusia. Secara pribadi saya belajar dari hal ini untuk makin bersandar kepada-Nya. Hal itu jugalah yang saya terapkan kepada para pasien. Saya mengajak mereka untuk berdoa dan berharap kepada Tuhan saja dalam semua proses perawatan dan pengobatan yang dijalani. Kerendahan hati (humble) adalah poin kedua yang perlu diresapi dalam equipping seorang dokter Kristen. Bukan kita yang menentukan perjalanan penyakit pasien, tetapi Tuhan. Bukan kita yang menyembuhkan pasien, tetapi Tuhan. Dalam menjalani profesi ini saya juga dituntut untuk terus melayani setiap pasien dengan cermat. Namun dokter juga adalah seseorang yang terbatas. Dokter tidak selalu bisa memiliki performa terbaik dalam pelayanannya. Saat jumlah pasien begitu banyak dan terdapat beberapa yang berada dalam kondisi tidak stabil, kita harus belajar menyusun prioritas penanganannya. Hal itu tentu saja tidak mudah untuk dilakukan. Saya mengalami saat jatuh bangun dalam semangat dan juga kekuatan fisik dalam melayani. Saya belajar untuk tetap setia melayani mereka dengan mengingat kembali tekad saya saat dipanggil menjadi seorang dokter, itu pun tidak selalu bisa berhasil. Namun kekuatan itu muncul justru pada saat saya mengingat kesetiaan Tuhan yang bisa diandalkan. Saat berjuang untuk setia dalam melayani, saya menyadari bahwa saya tidak bisa tetap setia, Dialah yang tetap setia. Tuhan mau memanggil kita yang terbatas ini untuk menjalani profesi mulia yang bersentuhan langsung dengan hidup manusia. Dia juga yang selalu setia melengkapi dan menyertai kita dalam pelayanan ini. Kesetiaan (faithful), 22

itulah poin ketiga yang saya dapatkan sebagai seorang klinisi. Kita belajar tetap setia dengan bergantung pada kesetiaan Allah yang akan melengkapi kita dalam pelayanan. Ketiga poin equipping yang telah saya bagikan ini diharapkan dapat menjadi perenungan kita bahwa semuanya berpusat pada Allah (God-centered). Kerinduan kita untuk melayani berasal dari Dia, kerendahan hati kita dalam pelayanan dibentuk oleh Dia, dan tentu saja kesetiaan kita menjalani pelayanan juga bergantung kepada Dia. Roma 11: 36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!� *dr. Yohanes Robertus Halim, SpPD, bertugas di RS Bethesda Serukam Kalimantan Barat

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Kesaksian Pause and Poundering seperti Yunus Oleh: dr. R.D. Tiopan Napitupulu

S

uatu anugerah yang besar bagi saya, bisa datang ke Bali untuk menghadiri SEAMMC (South East Asia Medical Mission Confrence) 2017. Pada kesempatan itu saya berhenti dari rutinitas kegiatan Puskesmas dan mengevaluasi diri setelah hampir satu tahun menjalani program Nusantara Sehat di Puskesmas Miyah, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Jujur, saya sangat membutuhkan berdiam diri untuk mengevaluasi apakah yang saya kerjakan selama satu tahun ini, berjalan sesuai kehendak TUHAN atau tidak. Setelah SEAMMC ditutup, saya mengambil waktu untuk mengevaluasi diri. Berdiam diri di hadapan TUHAN, datang ke hadapan-Nya yang Maha Kudus. Aku merasa kering dan gersang. Saya bertanya kepada TUHAN, apa yang membuatku kering dan gersang. Menangis, bersujud di kaki-Nya dan mengaku dosa. Dia menunjukkan segala yang kukerjakan selama ini. Saya gagal mendengar suara-Nya dan lebih peka suara manusia dan keinginan diri sendiri. Saya gagal melakukan hukum kasih, gagal menaati janji saya kepada-Nya, dan gagal memberi yang terbaik. Arti kegagalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketidakberhasilan (bisa membuat frustasi) dan berasal dari kata gagal yang artinya tidak tercapainya sesuatu (tujuan). Seperti itu lah kegagalan menaati kehendak Allah yaitu tidak tercapainya tujuan Allah (visi dari Allah). Pernahkah saudara mengalami kegagalan dalam hidup? Apa yang saudara rasakan ketika mengalami kegagalan? Kita bisa marah, kecewa, tidak bisa menikmati sesuatu dengan baik, putus asa, ingin mengakhiri segera, lari dari kenyataan, dan berbagai yang lain. Seperti siapakah saya samakan keadaan saya ini? Yunus, mengingatkan akan kegagalanku. Tuhan memanggil Yunus untuk pergi ke Niniwe, kota yang besar itu. Tapi dia pergi ke Tarsis menjauh dari hadapan TUHAN. Yunus tidak bertanya SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

dr. Tiopan saat mengikuti SEAMMC di Bali

kepada TUHAN, apakah pergi berlayar ke Tarsis itu kehendak TUHAN atau tidak? Tentu itu bukan kehendak TUHAN karena TUHAN memanggilnya pergi ke Niniwe memberitakan pertobatan (Yunus 1: 1-3). Selama di dalam kapal perjalanan ke Tarsis, mereka menghadapi badai besar. Tuhan membuat masalah besar bagi mereka karena ketidaktaatan Yunus (Yunus 1: 4-16). Tuhan memaksa Yunus untuk berdiam diri dan bertobat. Atas penentuan Tuhan datang seekor ikan besar menelan Yunus dan Yunus berdiam diri selama tiga hari tiga malam di dalam perut ikan (Yunus 1: 17). Yunus berdiam diri di dalam perut ikan. Dia berseru kepada TUHAN apa yang dialaminya. Seperti Yunus berdiam diri di perut ikan selama tiga hari tiga malam, begitulah kehidupanku datang ke Bali. Datang dua hari lebih awal dan pulang dua hari lebih lama saat mengikuti SEAMMC. Berdiam diri untuk mengevaluasi diri kegagalan sebagai murid TUHAN. 23


Kehendak Tuhan atau tidak Ternyata, melayani melalui program Nusantara Sehat, saya gagal mendengar apakah ini kehendak TUHAN atau tidak. TUHAN mengikuti kehendakku, bukan aku yang ikut kehendak-Nya. Seharusnya, Dia berotoritas dalam hal apa pun dalam hidupku. TUHAN memperbolehkan aku lulus Nusantara Sehat walaupun secara syarat aku tidak memenuhi. Aku mendaftar Nusantara Sehat tanpa STR definif. Aku tidak bersabar menunggu proses yang Allah izinkan. Yang secara persyaratan saya pun tidak memiliki syarat. Yang paling fatal adalah saya tidak datang menghadap TUHAN, bertanya apakah ini kehendak-Nya atau tidak. Saya buru–buru mengambil keputusan tanpa mendengar suara-Nya dengan jelas. TUHAN sedang menunjukkan, Dia berkuasa atas apa pun. Sesuatu Dia izinkan terjadi walaupun itu bukan kehendak-Nya. Saya termotivasi atas gaji yang tinggi dan penghargaan melanjutkan sekolah spesialis setelah Nusantara Sehat. Padahal Tuhan tidak mau seperti itu. Tuhan mau saya digerakkan oleh kehendak-Nya untuk mengambil keputusan. Selama menjalani tugas Nusantara Sehat, saya mengalami banyak masalah dan tantangan. Hal ini membuatku tidak damai sejahtera. Saya banyak mengeluh terhadap apa yang kujalani. Godaan untuk berbuat dosa sangat besar. Saya sering jatuh dalam dosa kemarahan.

Tidak taat seperti Yunus Pada tahun 2015, saya mengikuti Medical Mission Course X. Pada saat itu saya mengambil komitmen untuk melayani di Unreach People 24

Group. Saya berdoa untuk itu dan Tuhan menjawab. Saya menjalani internship dan melayani selama satu tahun di salah satu suku tersebut. Tetapi saya pergi meninggalkan tempat itu setelah internship dan tidak taat panggilan TUHAN. Saya lebih mengikuti keinginan diri. Tergiur akan gaji yang tinggi dan sepertinya ada kesempatan besar untuk sekolah spesialis jika sudah selesai Nusantara Sehat. Semuanya membuatku hampa dan gersang. Tetapi TUHAN baik. Dia adalah gembala yang tahu domba-Nya, Dia tidak mau domba jauh dari-Nya. Saya jadi mengingat Mazmur 139: 7, “Kemana aku dapat pergi menjauhi dari rohMu, kemana aku dapat lari dari hadapan-Mu.� Sebagai dokter yang sudah menjadi murid Kristus, bukan gaji yang tinggi dan punya peluang sekolah spesialis yang membuat sukacita dan bahagia. Tetapi menaati panggilan Allah, memikul salib, dan mempunyai hubungan intim dengan Allah sukacita yang besar.

Kasih yang pudar ketika dihianati Ketika teman-temanku (Tim Nusantara Sehat Miyah) menghianatiku diawal pembentukan tim ini, saya sangat marah. Pada awalnya saya dipilih jadi ketua tim. Tetapi tanpa sepengetahuanku mereka memutuskan memilih seorang ketua dan menggantikanku. Temanku mempunyai motivasi yang salah untuk menjadi ketua. Di dalam kemarahan itu, saya bertanya, mengapa mereka tidak diskusi terlebih dahulu dengan saya. Apa yang membuat mereka seperti ini? Bukankah kalau sudah bekerja secara tim harus terbuka. Ini membuatku sulit berkerjasama dan selalu oposisi di dalam tim. Jadi hampir satu tahun pertama ini tim SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Kesaksian kami tidak kompak. Selalu ada curiga satu sama lain. Saya jadi ingat pepatah orang Batak, “salah mandasor, sega luhutan“ artinya salah dari awal, bisa menghancur semuanya. Saya jadi sombong dan ingin menunjukkan siapa saya yang pernah mereka khianati. Saya ambisius mengkoordinir semuanya. Ternyata, ketika dihianati, mengampuni menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Tetapi, sebagai murid TUHAN tidak seharusnya saya melakukan itu. Seharusnya saya memandang kepada Kristus yang telah lebih dahulu mengampuni segala dosa dan kekurangan saya. Saya gagal mendengar suara TUHAN. Saya gagal mengasihi mereka dalam satu tahun penugasan kami.

Mana Tarsis kita dan Mana Niniwe kita? Saya mengimani bahwa Allah mengasihi umat di Niniwe maupun di Tarsis. Begitu pun saat ini Allah pasti mengasihi masyarakat STA (Suku Terabaikan) maupun masyarakat Papua. Karena setiap jiwa berharga di mata Allah. Allah menginginkan anak –anak-Nya mengumulkan mana “Tarsis” kita mana “Niniwe” kita. Ketika saat ini saya memiliki sisa 1 tahun lagi melayani masyarakat Papua, saya mengimani bahwa Allah mengingini saya untuk mengabarkan Kabar Baik yang menyelamatkan itu kepada masyarakat Papua. Oleh karena itu, kita sebagai anak-anak Allah harus sungguh-sungguh bergumul apakah panggilan Allah bagi kita dan dimana “Niniwe kita“ yang telah disediakan Allah untuk melayani secara maksimal. Bukan masalah Papua atau tempat yang lain. Bukan masalah suku itu merupakan suku terabaikan (STA) atau tidak. Bukan masalah ikut Program Nusantara Sehat atau tidak. Tetapi panggilan adalah masalah bergumul sungguh- sungguh bersama Allah dan mentaati kehendak Allah.

TUHAN mendengar dan menjawab Yunus, dalam jiwa yang letih lesu berdiam diri dan datang kepada TUHAN. ‘’Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada – Mu, ke dalam bait – Mu yang kudus“ (Yunus 2:7). Lalu, TUHAN menjawab dan mendengar Yunus yang mengalami kesusahan. “Dalam kesusahannku aku berseru kepada SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah– tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suarku” (2:2). Datang ke Bali untuk mengikuti SEAMMC 2017 adalah kesempatan untuk pause and poundering; merenungkan jiwa yang letih lesu. Saya menangis dan mencurahkan segala apa yang saya rasa dan alami. Sujud di kaki-Nya yang kudus, mengaku dosa dan kesalahan (tidak sungguhsungguh bertanya akan kehendak TUHAN, memilih pekerjaan dan pelayanan dimotivasi karena gaji yang tinggi serta peluang untuk sekolah spesialis, tidak taat dalam panggilan TUHAN, tidak mengasihi). Saya duduk dan berdiam diri. Dia adalah Allah yang setia mendengar dan mengampuni. Saya mengalami pemulihan dan merasakan kedekatan bersama TUHAN.

Ucapan Syukur dan komitmen Yunus ditolong TUHAN dan dikeluarkan dari kesusahan dan kesesakannya (Yunus 2: 10). Setelah mengalami semuanya, Yunus mengucap syukur dan bernazar kepada TUHAN. “Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada MU; apa yang kunazarkan akan kubayar,” Dan taat akan panggilan Nya ke Niniwe memberitakan pertobatan (2:9). Lalu, Niniwe bertobat (Yunus 3). TUHAN luar biasa mengajari saya. Dia meningatkanku akan apa yang pernah saya doakan. Dulu, saat saya masuk ke Fakultas Kedokteran USU (Universitas Sumatera Utara), saya pernah berdoa, “TUHAN, Jika Engkau mengizinkanku masuk ke fakultas kedokteran dan menjadi dokter, pakailah hidupku melayani orang yang belum pernah mengenal nama-Mu”. Saya menyerahkan di hadapan TUHAN. TUHAN punya rencana yang besar bagi anak-anak-Nya dan kita harus taat kepada kehendak-Nya. Seperti Yunus yang mempersembahakan korban ke hadapan TUHAN, seperti itulah kiranya Allah memelihara saya dalam mempersembahkan pelayanan yang terbaik dalam sisa satu tahun Nusantara Sehat. Dan, saya dan partner akan tetap terus bergumul untuk panggilan Allah ke depannya dan kerinduan akan orang-orang yang belum pernah mendengar nama Tuhan Yesus (pergi untuk melayani di Unreach People Group). 25


Info Medis Macam-Macam Teknik Penjahitan Oleh: drg. Albert Juanda, SpPerio dan drg. Raymond Utomo Salim, SpPerio* Tujuan penjahitan adalah untuk menutup luka dan mempercepat penyembuhan luka. Benang jahit yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat seperti harus cukup kuat; tidak atau sedikit menimbulkan iritasi dan reaksi pada jaringan; dapat digunakan dan dibuat simpul dengan mudah; dapat disterilkan tanpa mengubah sifat-sifat dari bahan; memiliki elastisitas dan kekuatan ketika disimpul; memiliki ketebalan tertentu (Modi M, 2009).

Surgeon’s Knot Paling sering digunakan saat pembedahan, merupakan modifikasi dari square knot, yang terdiri dari 2 putaran searah jarum jam ditambah satu putaran berlawanan.

Jenis Simpul Suuare Knot/Simpul Persegi Simpul ini merupakan simpul yang paling sederhana, terdiri dari 2 arah putaran benang yang berlawanan dan sebaiknya tidak digunakan pada benang monofilamen.

Teknik Penjahitan

Slip/Granny Knot

SIMPLE LOOP

Simpul ini terdiri dari 2 perputaran benang yang searah, mudah terlepas jika berdiri sendiri dan memerlukan tambahan satu putaran berlawanan lagi.

26

Jarum selalu masuk dari jaringan yang lebih bergerak terlebih dahulu. Jarum jahit hanya boleh dipegang dengan menggunakan needle holder. Jarum dipenetrasikan ke jaringan dengan tekanan searah dengan arah lengkung jarum. Flap tidak boleh memucat setelah dijahit Jahitan tidak boleh terlalu dekat dengan batas flap (2 sampai 3 mm). Jarum harus diletakkan beberapa mm dari ujung needle holder. Ada 2 teknik penjahitan yaitu single loop dan matras. Merupakan teknik penjahitan yang paling sering dilakukan pada bidang kedokteran gigi.

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Info Medis FIGURE 8 Merupakan modifikasi simple loop. Dilakukan pada daerah yang sulit dilakukan simple loop.

TEKNIK MATRAS Biasa digunakan untuk menjaga flap pada tempatnya lebih kuat dan stabil; untuk kasus terapi regeneratif. Teknik ini juga dapat membentuk papila dan menstabilkannya Terdiri dari 3 jenis jahitan: matras vertikal, matras horizontal, dan sling mattress. Matras vertikal

Matras horizontal

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

27


Info Medis TEKNIK SLING Digunakan apabila flap hanya dilakukan pada satu sisi saja. Teknik ini dapat digunakan minimal melibatkan 2 papila interdental. Biasa digunakan pada kasus coronally repositioned flap atau laterally repositioned flap.

TEKNIK CROSS (CRISSCROSS) Merupakan variasi dari teknik mattress Biasa digunakan pada penjahitan paska ekstraksi gigi dan socket preservation

Daftar Pustaka: Silverstein LH. Principles of Dental Suturing: The Complete Guide to Surgical Closure. Mahwah, NJ: Montage Media. 1999 Carranza, dkk.Clinical periodontology. 2006. *drg. Albert Juanda, SpPerio dan drg. Raymond Utomo Salim, SpPerio, bertugas di RS Pantai Indah Kapuk, Jakarta Barat.

28

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Info Medis

Buah Bagore, untuk Obat Malaria

B

uah bagore (Caesalpinia crista, L), yang sejak lama dikenal masyarakat Sulawesi Selatan sebagai obat tradisional, terbukti mengandung senyawa berkhasiat mencegah dan menyembuhkan malaria. Di Indonesia buah ini memiliki beberapa nama, seperti bagore, kelengkeng, lengkeng, kutuk, tinglur, aroi mata hi yang. Di Malaysia: gorek, kuku tupai, rentang; Inggris: bonduc nut, demam nut; Thailand: wat, wiet; India: kanchaki, sagargota, kutuk raja; Arab: akit, makit; Persia: khayahe; Prancis: yeux de chat; Portugis: noz de bonduque. Nama Caesalpina Crista merupakan penghormatan kepada dokter dan filsuf Andrea Cesapino (1519-1603), ahli botani. Cesalpino lahir di Arezzo, Tuscany, tahun 1519. Filsuf Italia ini wafat 23 Februari 1603. Buah bagore (Caesalpinia crista, L), sebagai obat tradisional, terbukti mengandung senyawa berkhasiat mencegah dan menyembuhkan malaria. Tiga senyawa baru antimalaria telah ditemukan melalui uji laboratorium. Penelitian terhadap khasiat buah bagore sebagai antimalaria pernah dilakukan oleh Dr Faisal Attamimi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

Caesalpinia Crista

Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Dari serangkaian uji laboratorium yang dilakukan Faisal di Fakultas MIPA Unhas, Lembaga Eijkman Jakarta, dan Toyama Medical and Pharmaceutical University (Jepang), Faisal berhasil memetakan struktur senyawa antimalaria. Senyawa-senyawa baru yang berhasil diisolasi dari ekstrak buah bagore dinamakan Norhastoypin A, Norhastoypin B, dan Norhastoypin C. Ketiga senyawa ini adalah isomer satu dengan yang lain. Faisal menjelaskan, penelitian tersebut membuktikan bahwa ekstrak bagore memiliki aktivitas antimalaria yang cukup berarti, dengan efek supresi di atas 80 persen pada konsentrasi 10 mg/ kg dan 100 mg/kg bobot mencit dalam tiga hari. Mencit telah diinfeksi Plasmodium berghei. Literatur lain menyebutkan, kandungan fitokimia biji gorek, famili fabaceae/caesalpiniaceae, diketahui banyak memiliki kandungan obat s ehingga telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Kandungan yang umumnya terdapat pada famili ini yaitu alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid (Singh dan Raghav, 2012). Beberapa kandungan fotokimia utama Biji 29


Info Medis Gorek (Caesalpinia bonducella) yaitu: pertama, Alkaloid Ekstrak alkaloid mampu menghambat aktivitas enzim alfa glukosidase sebesar 61,88% pada konsentrasi 2000 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak alkaloid aktif sebagai inhibitor alfa glukosi dase (Pamungkas, 2012). Beberapa jenis alkaloid yang mempunyai efek antidiabetes antara 20 lain conophylline, piperine, pipernanoline, dehydropipernanoline (Coman dkk.,2012). Kedua, Flavonoid Bioflavonoid banyak terkandung dalam tanaman secara alamiah telah diketahui mempunyai banyak aktivitas biologis termasuk sebagai antidiabetes. Efek antidiabetesnya didapatkan dengan menurunkan absorpsi glukosa, atau meningkatkan toleransi glukosa. Diketahui juga bahwa flavonoid dapat meningkatkan produksi insulin atau insulinmimetik, kemungkinan dengan mempengaruhi mekanisme pleiotropik untuk mengurangi komplikasi diabetes. Obat obatan yang mengandung flavonoid diketahui dapat menstimulasi ambilan glukosa pada jaringan perifer dan deregulasi aktivitas atau ekspresi enzim-enzim tertentu yang terlibat dalam jalur metabolisme karbohidrat (Brachmachari, 2014). Aktivitas antidiabetes dari biji Gorek (Caesalpinia bonducella) dihasilkan dari adanya kandungan flavonoid yang diketahui sebagai antioksidan alami yang melindungi sel β dari kerusakan akibat radikal bebas.

Obat tradisional Bagore merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di daerah pantai Indonesia, India, dan Amerika. Secara tradisional, masyarakat Sulawesi Selatan mengenal buah bagore sebagai obat malaria, obat cacing, obat kejang perut, dan obat batuk. Berbagai penelitian telah mengungkapkan kandungan zat aktif buah bagore, yakni glikosida guilandin, bonduselin, asam palmitat, asam linoleat, asam oksalat, asam oleat, dan asam-asam amino. Menurut Faisal, secara tradisional buah bagore diolah menjadi antimalaria dengan sangat sederhana. Sebelum dikonsumsi, buah bagore ditumbuk hingga halus lalu dibungkus daun jambu biji. Sumber: www.kompas.com/*tnp

30

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Laporan Apa Itu Saline Process? Oleh: dr. Tiur Enita

P

elatihan Saline Process memperlengkapi para pekerja untuk menjadi saksi-saksi Kristus dalam situasi klinis mereka. Kata “Saline” mengacu pada cairan salin, sebuah larutan air garam yang digunakan pada pelayanan kesehatan. Menggunakan dosis yang salah dapat menyebabkan ketidakefektifan atau bahkan berpotensi menyebabkan kematian pada pasien. Konsentrasi garam pada infus saline adalah ilustrasi yang tepat pada keseimbangan kebenaran dan kasih yang dibutuhkan. Sebagai pelayan kesehatan Kristen, kita diingatkan untuk menjadi keseimbangan yang tepat antara kebenaran dan kasih dalam kehidupan bersama baik di dalam maupun di luar dunia kesehatan. Nama “Saline Process“ adalah sebuah metafora tentang bagaiamana kita memberi pengaruh spiritual dengan keseimbangan yang tepat di tempat kerja. Kata “Process” ditambahkan kepada pelatihan “Saline Process” untuk menunjukkan bagaimana pekerjaan Allah terus berlangsung di dalam hidup kita dan sesama. Saline Process memuridkan, melatih dan membimbing pekerja layanan kesehatan untuk menilai kondisi spiritual pasien dengan penuh percaya diri dan terampil. Melalui berbagai alat praktis, Saline Process memungkinkan peserta untuk mempersonalisasi pendekatan dalam membagikan kasih Yesus sesuai dengan kebutuhan pasien. Pengajaran berdasar pada Alkitab yang relevan dengan berbagai budaya dan situasi SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

pelayanan kesehatan di berbagai benua. Data penelitian ditampilkan yang menghubungkan antara spiritualitas dan dampak positif pada kesehatan pasien. Ayat-ayat kunci menunjukan peran para tenaga medis Kristiani yang terpanggil oleh Allah untuk membagikan kasih Yesus Kristus kepada pasien dan kolega. Metode belajar melalui pengalaman, seperti role-play dan studi kasus, digunakan untuk mengeksplor: • Prinsip dari iman dan pengetahuan alkitabiah • Strategi untuk mengalahkan halangan pada layanan spiritual • Tekhnik untuk membangun hubungan spiritual • Metode untuk mendorong pasien menceritakan tentang iman mereka • Arti dari membicarakan harapan kepada pasien Saline Process tidak ditujukan untuk digunakan sebagai materi acara pelatihan satu hingga dua hari saja. Proses ini ditargetkan pada pengembangan keterampilan dan kepercayaan diri lewat latihan sepanjang waktu. Setelah mengikuti Saline Process, peserta diharapkan dapat menilai sikap pasien terhadap Kristus dan tahu bagaimana meresponinya dengan tepat, mengaplikasikan prinsip etika ijin, sensitifitas dan penghargaan. Yang terpenting adalah, Saline Process mempersiapkan tenaga medis untuk menjadi bagian dari pekerjaan Allah di dunia sebagai garam, 31


Laporan terang dan saksi sehingga Allah Bapa dimuliakan. (lihat Kis. 1: 8; Mat. 5: 13-16; Mat. 28: 19-20; Yoh. 4: 39-41). Sesuai dengan acuan program dari IHS Global, Saline Process memiliki 4 macam pelatihan, yaitu:

Saline telah melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga misi seperti: PMDN, HCFI dan berbagai komuntas medis Kristen lainnya. Berikut adalah beberapa kegiatan Saline Process di Indonesia.

Training the Witness

Melalui PMdN Perkantas, Saline Process telah diadakan sebanyak 3 kali di Indonesia. Dua kali pelatihan bertempat di Jakarta dan satu kali pelatihan bertempat di kota Makasar. Jumlah peserta berkisar antara 15 – 18 orang dengan latar belakang bervariasi, antara lain: koas, alumni medis, perawat, analis laboratorium hingga fisioterapis.

• Pelatihan ini ditujukan kepada mahasiswa fakultas rumpun kesehatan hingga tenaga kesehatan profesional yang telah lahir baru dan direkomendasikan oleh tempat pelayanan yang menaunginya. • Pada pelatihan ini, peserta disiapkan untuk menjadi saksi melalui berbagai metode dan pengajaran selama 2 – 3 hari. Training the Trainers

1. Training the Witness

2. Training the Trainers dengan Training the Master Trainers

• Pelatihan ini ditujukan kepada mahasiswa fakultas rumpun kesehatan hingga tenaga kesehatan profesional yang telah mengikuti training the witness, terpanggil untuk menjadi pelatih dan direkomendasikan oleh tempat pelayanan yang menaunginya. • Pada pelatihan ini, peserta disiapkan untuk menjadi pelatih melalui berbagai metode dan pengajaran selama 2 – 3 hari Training the Master Trainer • Pelatihan ini ditujukan untuk mencetak master trainer yang merupakan pelatih dari para trainer. • Pelatihan ini dilakukan bersamaan dengan diadakannya training the trainers. Para calon master trainer melatih para calon trainer secara tandem dengan master trainer yang sudah ada.

Peserta Training the Trainers

Bagaimana Saline Process di Indonesia? Indonesia telah membuka diri terhadap pelatihan Saline sejak tahun 2009. Ketika itu, dr. Julius Surjadi, seorang dokter misioner yang membaktikan hidupnya di Bugalaga, Papua, bertemu dengan founder Saline dan kemudian beliau membawanya ke Indonesia. Saline pertama kali diadakan di Indonesia pada bulan April 2016 di Rumah Sakit Misi Bethesda, Serukam, Kalimantan Barat dengan peserta 19 orang. Hingga saat ini, dr. Julius bertindak selaku koordinator nasional Saline Process dan terus mengembangkan Saline ke berbagai kota. 32

Keempat master trainer yang mengajar para calon trainer sekaligus mencetak master trainer berikutnya (dr. Julius Surjadi dan dr. Edi Tehuteru Sp.A (K))

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Laporan

Konsultasi Nasional Pelayanan Medis 2017 Oleh: Raoulian Irfon (CMF Bali)

D

alam KNPM 2016, diputuskan, bahwa KNPM akan dilaksanakan tiap tahun. Puji Tuhan, tahun 2017 KNPM telah dilaksanakan pada tanggal 4-6 Agustus 2017 bertempat di Sentul Bogor. Peserta yang mengikuti KNPM berasal dari Medan hingga Ambon, mereka terdiri dari pengurus-pengurus PMK Medis, orang-orang kunci pelayanan, serta staf Perkantas sebagai pendamping. KNPM dibuka pada Jumat, 4 Agustus sore, dengan renungan singkat yang dibawakan oleh dr. Lydia Gunadi yang terambil dari Matius 11: 28-30. Renungan ini mengingatkan kembali kepada kita pelayan-pelayan Tuhan untuk mengikut Tuhan dalam pelayanan kita, mau belajar pada Tuhan dan berjalan bersama Dia, bukan dengan kekuatan kita. Setelah itu, Konsultasi dilanjutkan dengan pembahasan pertama mengenai visi, misi dan sejarah pelayanan misi. Dalam sesi ini peserta kembali dibukakan bagaimana peranan penting dan posisi strategis pelayanan medis dalam mengerjakan misi Allah. Peserta KNPM juga diajak untuk kembali mengingat pentingnya visi SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

dan misi dalam pelayanan medis. Setiap PMK atau pelayanan harus memiliki visi dan misi yang jelas agar dapat berkembang dan bertumbuh dan tidak kehilangan arah. Visi dan misi tidak hanya secara tertulis, tetapi harus tertanam dan dihidupi oleh setiap kita, pengurus, dan pelayan medis. Hari kedua KNPM, peserta KNPM kembali diajak untuk melihat strategi dan pola pelayanan medis, yang dimulai dari mahasiswa hingga pada akhirnya menjadi alumni yang siap diutus. Pola dan strategi itu adalah dengan Penginjilan, Pemuridan, Pelipatgandaan, dan Pengutusan. Peserta diajak untuk mengevaluasi bagaimana pelaksanaan 4P di PMK masing-masing, dimana ketika penginjilan dan pemuridan itu berjalan dengan baik, maka dapat dihasilkan alumni-alumni yang siap diutus. Berdasarkan temuan dari survei untuk KNPM 2017, PMK-PMK harus mulai kreatif dalam menggiatkan kembali mengenai penginjilan dan pemuridan. Seiring dengan perkembangan jaman, tentunya gaya hidup modern dan kesadaran akan pentingnya pertumbuhan rohani mulai memudar, sehingga semangat penginjilan dan 33


Laporan

pemuridan mulai turun. Hal yang mendapat perhatian adalah bahwa pentingnya kerjasama dan peranan alumni untuk membimbing dan menjadi contoh dalam PMK. Pada hari kedua peserta juga diingatkan kembali bagaimana peranan pelayanan medis kota (PMdK) untuk menjaga kesinambungan pelayanan medis. Hari kedua ditutup dengan talkshow mengenai sinergi pelayanan medis nasional. Konsultasi hari ketiga, diawali dengan ibadah minggu. Peserta diingatkan kembali mengenai pentingnya kesatuan hati dalam mengerjakan pelayanan dan tentunya sebagai pelayan Tuhan, dimana kita harus meneladani karakter Kristus. KNPM diakhiri dengan perumusan dan diskusi action plan dari masih-masing PMK dan daerah setelah belajar banyak hal dari KNPM 2017. Pada KNPM 2017, telah disepakati pembentukan sister PMK, dimana PMK yang dinilai sudah berkembang dengan baik, dapat membimbing dan mendampingi PMK yang masih perlu bimbingan untuk bertumbuh. Suatu kesempatan yang luar biasa, Tuhan 34

ijinkan mengumpulkan pelayan-pelayan Tuhan dari PMK Medis dari berbagai penjuru Indonesia. Kiranya kita boleh semakin semangat, bersatu hati, dan tetap setia untuk mengerjakan pelayanan yang Tuhan percayakan.

“Hal yang mendapat perhatian adalah pentingnya kerjasama dan peranan alumni untuk membimbing dan menjadi teladan dalam PMK. “

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Laporan

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

35


Laporan

KONDISI DEMOGRAFI DAN P1-P4 PMK MEDIS

Permasalahan terbesar dalam penginjilan di PMK (setiap PMK menyatakan 3 permasalahan terbesar yang dihadapi)

Oleh: dr. Christine Verawaty Sibuea, M.Biomed PMdN bersama-sama dengan pelayanan medis di daerah bersama-sama mengerjakan pelayanan medis secara bersinergis untuk mencapai visi pelayanan medis secara nasional. PMdN hadir sebagai rekan bagi pelayanan medis yang ada di daerah dalam mengembangkan pelayanannya melalui kerjasama secara nasional untuk saling membangun pelayanan dalam pelayanan medis. Untuk membangun kerjasama ini, diperlukan adanya data tentang kondisi pelayanan medis di daerah, baik kondisi demografi maupun kondisi P1-P4 pelayanan medis di daerah. Maka dilakukan suatu survey dengan menggunakan Google Form yang disebar pada setiap PMK yang memiliki pelayanan medis di daerahnya. Ada 19 PMK (responden) yang sudah mengisi kuesioner tersebut yang mewakili PMK pelayanan medis yang ada di Indonesia. Berdasarkan data demografi, terdapat rata-rata jumlah AKK adalah 50% dari total mahasiswa Kristen, dan jumlah KK yang aktif adalah 26-50% dari total keseluruhan KK. Selain KK, dilakukan kebaktian besar dengan frekuensi yang bervariasi di setiap PMK (frekuensi 1-4 x/bulan) dengan jumlah kehadiran AKK 26-50% dan jumlah kehadiran PKK 26-50%. Berdasarkan data pengisian kuesioner tentang kondisi pemetaan P1-P4 (Penginjilan, Pemuridan, Pelipatgandaan dan Pengutusan) yang menjadi strategi utama pelayanan medis, terdapat beberapa poin pertanyaan pada P1-P4 yang dapat dilihat pada diagram berikut ini:

36

Kegiatan Penginjilan di PMK (Setiap PMK menyatakan 3 kegiatan PI yang sering dilakukan)

Training PI yang pernah dilakukan di PMK (Setiap PMK menyatakan 3 Training PI yang paling sering dilakukan)

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Laporan Terdapat 15 PMK yang menyatakan bahwa permasalahan terbesar dalam penginjilan yang dihadapi adalah lemahnya kerinduan PI dan lemahnya pertumbuhan rohani dari anggota persekutuan; serta lemahnya teladan dalam ber-PI, kurangnya follow up PI dan kurangnya follow up PI dalam KTB. Kegiatan penginjilan yang sering dilakukan adalah PI dalam KK (16 PMK), dan training PI yang paling sering dilakukan adalah training EE (9 PMK). Permasalahan terbesar dalam pemuridan di PMK (Setiap PMK menyatakan 3 permasalah terbesar yang dihadapi)

Pengertian tentang profil pemuridan dan kurikulum KK yang berbasis profil di PMK

Kegiatan untuk meningkatkan kualitas AKK dan PKK di PMK

Waktu, kesibukan studi mahasiswa dan prioritas studi yang ketat menjadi kendala terbesar dalam pemuridan KK. Terdapat 84,2% PMK yang mengerti tentang profil pembinaan pemuridan dan 78,9% PMK yang mengerti tentang kurikulum pembinaan pemuridan. Dan sebagian besar PMK memilih KTB/PA berdasarkan kurikulum/bahan yang teratur merupakan cara yang dilakukan oleh PMK-nya untuk meningkatkan kualitas AKK dan PKK (10 PMK). Permasalahan terbesar dalam pelipatgandaan di PMK (Setiap PMK menyatakan 3 permasalahan terbesar yang dihadapi)

Permasalahan terbesar dalam pelipatgandaan adalah waktu dan studi yang padat.

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

37


Laporan Permasalahan terbesar dalam bermisi di PMK (Setiap PMK menyatakan 3 kendala yang dihadapi)

Bentuk kegiatan misi di PMK

Kendala terbesar dalam bermisi di PMK adalah belum adanya pembinaan khusus tentang misi oleh PMK dan kerinduan yang semakin memudar di PMK. Bentuk kegiatan misi yang sering dilakukan di PMK adalah teladan alumni bermisi. Hasil survey ini merupakan informasi yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh 19 PMK di seluruh Indonesia, dan merupakan gambaran pelayanan medis di daerah. Kiranya data-data ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan pelayanan medis di daerah dan dalam mengerjakan 4 pilar sebagai strategi utama pelayanan medis, sehingga akan semakin banyak dihasilkan dokter/ dokter gigi/ tenaga medis Kristen yang memiliki hidup takut akan Tuhan dan berintegritas dalam profesinya. Bagi Tuhan, pemilik pelayanan ini lah segala puji, hormat dan kemuliaan. 38

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Laporan

Dari Pertemuan ICMDA

Panggilan Allah untuk Menyembuhkan Oleh: drg. Theodorus Hedwin Kadrianto, SpPM

S

ejak Oktober 2016 yang lalu, saya mendapatkan anugerah Tuhan untuk mulai bergabung dalam pelayanan ICMDA (International Christian Medical and Dental Association), dan dipercaya sebagai ASJGEO (Associate Student and Junior Graduate Executive Officer) yang bertanggung jawab untuk mengembangkan pelayanan mahasiswa dan alumni muda medis di Asia Tenggara. Selama termin pertama yang berlangsung selama 10 bulan (Oktober 2016 – Agustus 2017), Tuhan telah mengizinkan saya untuk mengadakan perjalanan pelayanan ke Singapura, Malaysia (Penang), Thailand (Bangkok dan Chiang Mai), Laos, dan Brunei Darussalam. Bersyukur sekali melihat berbagai perkembangan pelayanan mahasiswa/ alumni medis yang ada di berbagai negara tersebut, dengan tantangan yang juga tidak mudah di setiap negaranya. Pada bulan Agustus yang lalu, saya mendapatkan kesempatan berharga untuk mengikuti pertemuan ICMDA di Bristol, Tennessee, Amerika Serikat, tepatnya tanggal 23-27 Agustus 2017, mewakili regional Asia Tenggara. Dalam tulisan kali ini, saya akan banyak bercerita soal berkat-berkat yang saya dapat selama di sana. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

Berkat pertama yang saya nikmati adalah persahabatan. Dalam waktu 5 hari 4 malam, saya sangat menikmati persahabatan dengan perwakilan dari berbagai regio dunia ini. Yang menggembirakan, semua regional dunia terwakili dengan baik dalam pertemuan ini: • Asia-Oseania: Dr. Vinod Shah dari India (CEO), Dr. Vijay Aruldas dari India (Treasurer), Dr. Santosh Mathew dari India (Regional Secretary South Asia), Dr. Herng-Der Chern dari Taiwan (Regional Secretary East Asia), Dr. Nurgul Mamyrova dari Kyrgyzstan (ASJGEO untuk wilayah Eurasia), dan Dr. Bill Hague dari Australia (Regional Secretary Oceania). • Afrika: Dr. Ehab Fahmi Ayoub dari Mesir (Regional Secretary METNA – Middle East, Turkey, and North Africa), Dr. Alex Bolek dari South Sudan (Regional Secretary East Africa), Dr. Dansou Jean-Paul dari Togo (mewakili Afrika Barat dan Francophone Africa atau negara-negara berbahasa Perancis di Afrika), Dr. Tygie Nadesan dari Afrika Selatan (Regional Secretary Southern Africa), Dr. Mfanelo Sobekwa dari Afrika Selatan, dan Dr. Augustin Lutakwa dari Afrika Selatan (ASJGEO untuk 39


Laporan

Sub-Sahara Afrika). • Eropa: Dr. Rick Paul dari Belanda (Regional Secretary Eurasia), Dr. Paul Nandrean dari Romania (mewakili regional Balkan), Dr. Anna Gurbanova dari Azerbaijan (mewakili regional Caucasian), Dr. Alexander Kreschenko dari Ukraina (mewakili Eropa Tengah). • Amerika: Dr. Mike Chupp dari CMDA USA, Dr. Mike Soderling dari USA (Center for Health in Mission – Lausanne Movement), Dr. Elmer Thiessen dari Kanada (Chairman of ICMDA Board), Dr. Reyna Duron dari Honduras (Regional Secretary Central America), Dr. Mario Ruiz dari Panama, Dr. Mario Euceda dari Guatemala, Dr. Haniel Eller dari Brazil, dan Dr. Jorge Patpatian dari Uruguay (Regional Secretary South America). Salah satu momen terseru dalam pertemuan ini, adalah kesempatan untuk olahraga bersama dengan bersepeda gunung di Virginia Creek Trail. Ini pertama kalinya saya bersepeda gunung. Awalnya cukup takut karena sudah lama sekali tidak naik sepeda, dan saya takut terjadi kecelakaan sebelum acara SEAMMC 2017 di Bali minggu depannya. Tetapi Dr. Vinod meyakinkan para peserta: “Bahkan saya saja yang berusia 66 tahun sangat menikmati kegiatan ini karena sangat mudah dan menyenangkan.” Akhirnya saya memutuskan un40

tuk ikut, dan ternyata sangat menikmatinya. Bisa berbincang santai dengan teman-teman sepanjang bersepeda, sambil menikmati udara yang sejuk, sungai yang jernih, pepohonan yang rindang, dan track sepeda yang tidak sukar. Pengalaman yang saya belum pernah nikmati sebelumnya di Indonesia. Berkat berikutnya yang saya dapat dalam pertemuan ini adalah tempat pertemuan, yakni di kantor pusat CMDA USA. Saya begitu kagum melihat kantor CMDA USA yang sangat indah, berada di sebuah kompleks yang sangat luas, rindang, layaknya sebuah tempat retreat. Dalam kantor yang besar ini terdapat 54 staf penuh waktu, dari total sekitar 75 staf (termasuk staf lapangan di berbagai kota di Amerika Serikat). Di dalam kantor ini ada gudang alat/ obat untuk mission trip, kantor pelayanan mahasiswa, perpustakaan, tempat broadcast video untuk televisi, tempat pelayanan radio, ruang doa pribadi, ruang konferensi, tempat fitness, ruang rapat, ruang istirahat, track untuk jogging atau outbound, dapur/ pantry/ snack room, dan toko buku. Saya begitu kagum melihat pekerjaan Tuhan yang luar biasa bagi CMDA USA, yang saat ini memiliki 17.000 anggota di negara tersebut. CMDA USA juga secara aktif menyuarakan nilainilai kebenaran dalam dunia medis, baik di media SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Laporan

cetak maupun elektronik, juga dengan berbagai masukan kepada pemerintah. Mereka juga memiliki berbagai unit pelayanan misi, seperti Global Health Outreach, Global Health Relief, Medical Education International, Commission on Human Trafficking, dan lain-lain. Kita berdoa supaya Tuhan juga mengembangkan PMdN sedemikian rupa, bukan untuk membangun kerajaan PMdN, tetapi untuk memperluas shalom Allah di dunia medis Indonesia. Satu hal yang saya syukuri dari pelayanan medis di Indonesia, setelah melihat majunya pelayanan CMDA USA, adalah bahwa pelayanan medis di Indonesia bisa cukup maju juga meskipun mengandalkan para sukarelawan, baik pengurus maupun para alumni di daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan dikerjakan karena Injil, bukan semata karena gaji ataupun fasilitas. Berkat selanjutnya yang saya dapatkan adalah materi yang didiskusikan sepanjang pertemuan ini. Saya pikir secara garis besar ada 2 hal penting yang dibicarakan, yakni core values dari ICMDA dan bagaimana meresponi tantangan dunia medis global pada saat ini. Topik-topik yang dibicarakan terkait core values ICMDA adalah bagaimana menjadi saksi Kristus yang efektif dalam pelayanan medis, topik panggilan hidup, kepemimpinan, misi, dan etika medis Kristen. Sedangkan tantangan dunia medis global yang dibicarakan SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

diantaranya adalah underdeveloping world, tekanan sekularisasi, dan melibatkan generasi muda yang cenderung skeptis/apatis dalam pelayanan. Dalam anugerah Tuhan, saya berkesempatan membawakan materi juga mengenai how to understand and bridge generation gap. Selain materi-materi tersebut, ada juga kesempatan untuk mendengarkan laporan perkembangan pelayanan medis dari berbagai regional dunia. Sungguh menguatkan hati melihat bagaimana Allah kita bekerja secara luar biasa di berbagai belahan dunia, bahkan di tempat-tempat tersulit sekalipun. Dalam topik bagaimana menjadi saksi Kristus yang efektif dalam pelayanan medis, Dr. Mike Chupp mengajak peserta membahas 6 kunci penting dari singkatan PREACH, yakni Priority/Prayer, Readiness, Excellence of work, Attitudes, Collaboration, dan Humility. Dalam topik panggilan, diingatkan bahwa medis bukanlah karir tetapi panggilan Allah untuk menyembuhkan. Dr. Rick Paul menyampaikan secara unik berbagai penyimpangan dari panggilan, misalnya pemisahan kehidupan rohani hanya pada aktivitas spiritual saja, atau terlalu fokus pada panggilan sampai kehilangan fokus kepada Tuhan yang memanggil. Panggilan itu kosong pada dirinya sendiri, karena yang penting adalah Siapa yang memanggil kita. Kita juga diingatkan bahwa the right path belum tentu the easiest path. Dr. Rick 41


Laporan juga mengingatkan bahwa kita dipanggil untuk sesuatu yang lebih besar daripada kapasitas diri kita, sehingga mengharuskan kita bergantung penuh pada Tuhan dalam mengerjakannya. Hati-hati juga terhadap special calling yang bisa saja ternyata hanya ego dan ambisi pribadi kita belaka. Tandanya adalah ketika tidak ada akuntabilitas, dan ketika kita hanya mau dikelilingi orang-orang yang lebih junior yang mengagumi kita dengan panggilan tersebut. Selanjutnya dalam topik kepemimpinan, Dr. David Stevens menjelaskan mengenai esensi kepemimpinan yang bukan hanya sekedar manajemen, tetapi influence/ pengaruh, yaitu bagaimana taking people from where they are to where they need to go. Ia mengingatkan pentingnya kita untuk invest on people! Terjadi diskusi yang menarik saat membahas poin-poin penting dari seorang pemimpin, kelemahan pemimpin, kesalahan-kesalahan umum dalam memimpin, dan tantangan terbesar dalam menjadi pemimpin. Juga dibahas cukup dalam tentang servant leadership dan mentoring. Dalam sesi ini, setiap peserta dibagikan buku tulisan beliau tentang servant leadership. Bersyukur sekali! Pembahasan tentang misi oleh Dr. Mike Soderling menekankan pada pentingnya pendekatan holistik yang mendatangkan shalom. Kesehatan adalah bagian dari shalom tersebut. Ia membahas kaitan antara misi dengan worship, juga bagaimana memperjuangkan shalom dengan memperhatikan kultur budaya masyarakat setempat. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi, karena tidak mungkin 1 orang bisa mencukupi semua kebutuhan holistik dari seseorang. Juga didiskusikan manfaat dan bahaya, serta bagaimana melakukan short term mission trip yang efektif. Sesi tentang etik oleh Dr. David Stevens membahas keberadaan manusia sebagai makhluk yang serupa dan segambar Allah sejak dari embrio, dan berbagai argumentasi yang menentang aborsi, embryonic stem cell, modifikasi genetik, kloning, dan physician assisted-suicide. Bersyukur sekali karena CMDA USA telah menghasilkan berbagai dokumen pernyataan pandangan kekristenan terhadap berbagai isu-isu penting terkait etika medis. Tentu ini tidak bisa dijadikan patokan absolut/ 42

final, tetapi saya yakin akan cukup membantu kita ketika kita menghadapi dilema tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai praktisi medis. Silakan buka https://cmda.org/issues/page/cmdas-ethics-statements untuk menelusurinya lebih lanjut. Ada juga 1 sesi yang dikhususkan untuk membahas buku-buku yang baik untuk dibaca oleh mahasiswa dan alumni medis. Saya juga bersyukur mendapatkan kesempatan untuk membeli buku “Practice by the Book�, yang adalah buku bacaan wajib saya sebagai associate staff ICMDA. Buku ini saya beli dalam jumlah cukup banyak, untuk kemudian dibagikan kepada negara-negara Asia Tenggara dan 12 kota di Indonesia. Banyak juga rekan-rekan pelayanan medis yang ikut membeli buku melalui saya. Bersyukur untuk minat baca buku yang tinggi. Total saya membawa pulang lebih dari 50 buku. Sungguh bersyukur untuk semua pengalaman yang luar biasa selama mengikuti pertemuan ICMDA ini. Kiranya berkat yang saya bagikan melalui tulisan ini boleh menginspirasi kita semua untuk semakin memberi diri dipakai Allah dalam mengerjakan visi-Nya di dunia medis. Tuhan Yesus memberkati.

“CMDA USA secara aktif menyuarakan nilai-nilai kebenaran dalam dunia medis, baik di media cetak maupun elektronik, dan memikirkan berbagai masukan kepada pemerintah.�

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Laporan

Dari SEAMMC Bali

HEALING FOR THE NATIONS Oleh: Naomi Fortuna Kaber, ST, MCM

B

ersyukur untuk SEAMMC (South East Asia Medical Mission Conference) pada tanggal 31 Agustus-3 September 2017 di hotel Quest San, Denpasar Bali. Acara ini dihadiri oleh 206 peserta dari berbagai negara, diantaranya : Indonesia (94 orang), Singapura (28 orang), Brunei (1 orang), Kamboja (28), Myanmar (15 orang), Laos (7 orang), Filipina (8 orang), Thailand (6 orang), Vietnam (3 orang), Timor Leste (2 orang) dan perwakilan negara lain seperti Australia, Bangladesh, Hongkong dan Swiss. Bersyukur untuk kehadiran peserta dari berbagai Negara di acara ini yang memperkaya dalam berbagi pengalaman satu dengan yang lain. Dalam sesi Eksposisi 1 berbicara tentang Holistic Healing, yang dibagikan oleh dr. Louis Sutton yang bekerja di World Wide Evangelisation for Christ (WEC). Dr. Louis Sutton berbagi pengalamannya ketika melayani sebagai dokter di Chad Afrika. Ia bersama keluarganya melayani di sana selama 13 tahun. Ia sempat melayani sebagai satu-satunya dokter di wilayah tertentu dan menolong puluhan tentara yang terluka akibat perang pada masa itu. Dr. Louis menekankan pentingnya pelayanan yang holistik baik fisik dan rohani seperti dalam pelayanan Yesus. Yesus yang masuk ke dunia orang yang dilayani, melihat orang itu secara utuh, merasakan kebutuhan mereka secara mendalam (compassion), dan respon terhadap kondisi mereka. Dalam konferensi ini, juga ditampilkan country sharing dari negara-negara South East Asia tentang kondisi pelayanan medis, juga kesaksian SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

(fresh stories) dari beberapa lembaga dan orang yang bermisi tentang pelayanan yang mereka kerjakan melalui platform yang berbeda-beda. Selain itu data-data kondisi terkini SEA juga ditampilkan, dan panggilan medis Kristen untuk membawa shalom di tengah berbagai tantangan dan kondisi yang ada di negara masing-masing. Sesi doa menjadi sesi yang cukup panjang dan berkesan dengan setiap peserta mendoakan negara-negara SEA, juga suku-suku UPG SEA, persekutuan-persekutuan medis yang ada di SEA (national movement), saling mendoakan satu dengan yang lain, juga “I have a dream� yang dimiliki oleh para peserta yang ditempelkan di dinding aula utama. Interest Group terbagi ke dalam beberapa sesi diantaranya : Community Development, Urban Missions, HIV AIDS, Mission through Creation Care, Unreached People Groups, Mission Hospitals, dan Crisis Relief . Juga diadakan pertemuan khusus bagi national leaders untuk membicarakan arah kegerakan pelayanan medis SEA ke depan. Diputuskan untuk mengadakan SEA leaders meeting di tahun depan dan SEAMMC berikutnya 3 tahun ke depan. Acara SEAMMC semakin berkesan dengan adanya Vision Trip ke area-area tertentu bekerja sama dengan yayasan Gerasa yang didirikan oleh Andy Prawira di sekitar Denpasar dan Tabanan Bali. Di hari terakhir dr. Lineus membawakan eksposisi dari Lukas 5:17-26 tentang penyembuhan orang lumpuh yang dibawa oleh 4 orang temannya yang menggambarkan pentingnya kesatuan iman dalam melayani di SEA. Di sesi 43


Laporan

pengutusan Triawan Wicaksono (SekJen Perkantas) mengingatkan bahwa Tuhan membangkitkan generasi baru dalam mengerjakan misi-Nya, yang taat dalam panggilan dan berserah pada Tuhan, yang tidak mudah menyerah, tidak mudah kecewa dan tidak berjalan sendiri tetapi bekerjasama dengan orang percaya lain dalam kesatuan sebagai bagian dalam tubuh Kristus, gereja-Nya. SEAMMC telah berakhir. Ketika setiap peserta

44

kembali ketempat asal masing-masing dan membagikan berkat yang telah dialami, marilah belajar sambil bergandeng tangan untuk mengerjakan berkat yang telah dialami itu. Yaitu mewujudkan KerajaanNya, shalom, sambil terus bertumbuh kearah Dia - yang adalah Kepala.

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Dari suku ke suku Suku Sula

Sulit Bersaing

O

rang Sula, sebagian besar mendiami pulau Sula, sebagian lainnya tinggal di pulau Mangole. Kedua pulau ini termasuk dalam provinsi Maluku Utara. Ada tiga dialek dalam bahasa Sula. Pertama dialek Fasei yang digunakan di desa-desa bagian selatan pulau Fasei. Kedua, dialek Falahu, digunakan oleh masyarakat desa Falahu dan Bega di Sulabesi dan juga beberapa kelompok masyarakat di pulau Mangole. Ketiga, dialek Fangudu, digunakan di desa-desa di ujung timur dan barat pulau Mangole.

Potensi Besar Seperti umumnya wilayah kepulauan Maluku, Sula pun merupakan daerah agraris, khususnya perkebunan. Dari tanah Sula dihasilkan kelapa, cengkeh, pala, dan kakao, selain produk tanaman pangan seperti padi ladang, ubi kayu dan ubi jalar yang produksinya tergolong besar. Kecamatan Sanana dan Taliabu Timur adalah penghasil utama kelapa yang produk akhirnya berupa kopra. Sementara untuk komoditas perkebunan lain seperti cengkeh, pala dan kakao banyak ditanam di Kecamatan Sanana dan Taliabu Barat. Selain hasil bumi dari daratan, Sula masih menyimpan potensi lain, baik dari laut maupun yang masih terpendam di dalam bumi. Seperti wilayah lain yang termasuk Kepulauan Maluku, SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

Sula juga dicirikan dengan potensi hasil lautnya. Mata pencaharian penduduk yang utama selain berkebun memang mencari ikan. Dengan luas lautan mencapai kurang lebih 14.500 km² atau 60% dari total wilayahnya dan secara geografis mengelilingi wilayah-wilayah daratannya, bisa dikatakan kabupaten ini menyimpan potensi perikanan yang cukup besar. Potensi sumber daya alam Kabupaten Kepulauan Sula meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, pertambangan, industri dan pariwisata. Potensi unggulan pada saat ini bertumpu pada sektor kehutanan dan perikanan mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah. Menurut data Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula, pengembangan pertanian tanaman pangan meliputi sayur-sayuran, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan pengembangan agrowisata untuk komoditas buah-buahan meliputi durian, langsat, manggis dan mangga. Sampai dengan tahun 2005 luas lahan untuk usaha pertanian tercatat 24.743,56 Ha dengan produksi sebesar 33.608,62 ton/tahun. Potensi kehutanan di Kabupaten Kepulauan Sula berupa hutan alam yang berdasarkan Peta Paduserasi RTRWP dengan TGHK memiliki luas hutan 471.951,53 Ha yang terdiri dari Hutan Lindung 46,426,70 Ha, Hutan Suaka alam 45


Dari suku ke suku 12.683,53 Ha, Hutan Produksi Tetap 24.250,00 Ha, Hutan Produksi Terbatas 55.014,00 Ha, Hutan Produksi dapat dikonversi 281.077,70 Ha, Areal Penggunaan Lain 52.499,60 Ha. Usaha perikanan di Kabupaten Kepulauan Sula adalah perikanan rakyat. Produksi perikanan sangat beragam dengan kesediaan potensi 80.547,81 ton/tahun dan potensi lestari sebesar 40.273,91 ton/tahun dengan standing stock pelagis (permukaan) 33.060,94 ton/ tahun serta ikan demersal (dasar) 16.875,61 ton/tahun di mana pemanfaatan untuk kedua komoditas ini baru mencapai 11.506,53 ton/tahun atau 22,8 persen dari potensi lestari.

Kaya Bahan Galian Di Kabupaten Kepulauan Sula terdapat beberapa indikasi sumber bahan galian golongan A, B dan golongan C, yaitu tambang emas terdapat di Kecamatan Mangoli Timur (Desa Waitina dan Kawata). Kemudian tambang batubara terdapat di terdapat di sepanjang semenanjung Kecamatan Sulabesi Barat (Desa Fuata) dan Kecamatan Taliabu Timur (Desa Sahu dan Tabona) serta Kecamatan Sanana (Desa Wai Ipa) dengan perkiraan cadangan 10.400.000 m. Tambang minyak dan gas terdapat di Kecamatan Mangole Barat (Desa Falabisahaya, Minaluli, Modapuhi, Modapia dan Saniahaya), Cekungan Sula (Memanjang dari perbatasan Kabupaten Banggai hingga sebelah Utara Pulau Taliabu dan Mangoli) dan Cekungan Sula Selatan di sebelah Selatan Pulau Taliabu. Bahan galian non logam: pasir dan batu (sirtu) terdapat di Kecamatan Taliabu Barat (Desa Nunca, Gela, Bappenu dan Pancado); Pasir Kwarsa di Kecamatan Taliabu Barat (Desa Jorjoga dan Gela); Zeolit di Kecamatan Sanana dan Kecamatan Mangoli Timur (Desa Orifola); Kapur di Pulau Taliabu; Granit di Pulau Mangole dan Taliabu; Lempung di Pulau Mangole (Desa Waisakai) dan Pulau Taliabu; Andesit di Pulau Taliabu; Skist di Pulau Taliabu; dan Koalin di Pulau Mangole dan Taliabu. Industri di Kabupaten Kepulauan Sula umumnya adalah industri kecil yang didominasi oleh industri rumah tangga, disamping itu terdapat industri kayu lapis (PT. Barito Pasifik Timber Group) di Falabisahaya, Kecamatan 46

Mangole Barat (perusahaan tersebut sudah tutup) dan beberapa industri sawmill yang tersebar di beberapa kecamatan. Di bidang pariwisata, ditunjang dengan sejumlah objek wisata, baik wisata alam maupun wisata sejarah. Obyek wisata alam antara lain pantai Wai Ipa, pantai Manaf di Kecamatan Sanana, taman laut Pagama di Kecamatan Mangole Timur, Pulau Hamparan dan sumber air panas di pantai Losseng Kecamatan Taliabu Timur, Selat Capalulu di Kecamatan Mangole Barat dan Pasir Anjing yang berada di pulau Taliabu, tepatnya di perbatasan desa Jorjoga dan Mintun. Sedangkan untuk objek wisata sejarah antara lain meliputi: Air Kalimat dan Pasir Anjing di Jorjoga, Gunung Kukusang dan Goa Mananga di Kecamatan Taliabu Barat, Fat Fina Koa (Batu Nona) di Kecamatan Mangole Timur dan Benteng Alting/Dever Watching peninggalan bangsa Portugis di Sanana.

Penyebaran HIV/AIDS Problem pokok dalam bidang kesehatan akhir-akhir ini lebih cenderung pada semakin tingginya, penyebaran virus HIV/AIDS dan penyakit-penyakit menular lainnya. Penanganan dan penyelesaiannya bukan saja dilakukan dalam bentuk tindakan medis tapi juga diperlukan pendekatan pelayanan untuk menyakini dan menyadarkan masyarakat terhadap ancaman dan bahayanya. Pencegahan dan pendeteksian dini terhadap berbagai ancaman penyakit sudah harus dilakukan secara terstruktur dengan melibatkan seluruh stakeholder di masayarakat. Khusus masalah HIV/AIDS dan Narkoba, fenomena ini terlah menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan secara baik. Masyarakat perlu dikuatkan melalui pembinaan spritualitas iman, agar mereka terhindar dari ancaman kesehatan yang dapat merengut nyawa mereka sewaktu-waktu. Berdasarkan realitasnya penyebaran berbagai fasilitas kesehatan ditambah dengan ketersediaan tenaga medis belum memadai. Di samping itu juga ada kebiasaan hidup masyarakat (khususnya umat Tuhan) yang justru kurang merespon baik program-program pemerintah yang diselenggarakan oleh dinas terkait. Fenomena ini menimbulkan sebagian besar umat lalu tidak terlayani SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Dari suku ke suku

Layanan Kesehatan di Talibu [google.com]

secara baik, dan memungkinkan tingginya angka kematian dialami. Terlihat pula warga gereja masih tergantung pada pemakaian ramuan daun-daunan dan pengobatan alternatif. Di sisi lain tidaklah bisa disangkali bahwa kesadaran umat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terasa masih sulit untuk menciptakan derajat kesehatan masyarakat yang berkualitas. Hal ini terlihat pada kondisi warga gereja di lingkup jemaat-jemaat pada wilayah klasis pulau-pulau Sula yang kenyataannya tidak memiliki sarana MCK, yang memungkinkan sebagian besar warga gereja masih terbiasa membuang hajat tidak pada tempatnya. Bahkan untuk air yang dimanfaatkan untuk minum sehari pun banyak yang bersumber pada sumur galian.

Masih Miskin Pergumulan gereja untuk mengentaskan kemiskinan merupakan bagian dari usaha memaknai pembebasan dan sukacita ke arah pemberdayaan masyarakat agar mampu melawan ketidakadilan yang secara kontinyu mengorbankan sebagian besar umat. Persoalah kemiskinan, khususnya yang digumuli Gereja Protestan Maluku adalah persoalah strategis, ideologis, praksis, teologis, dan beriman menghadapi gempuran kapitalisme yang telah menggurita dalam berbagai implementasi pembangunan yang dijalankan oleh negara dan pihak swasta. Peluang usaha produktif yang bernilai ekonomi tidak ditunjang dengan kemampuan dan kualitas pengetahuan yang memadai sehingga sulit untuk berkembang. Masyarakat daerah SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

Kepulauan Sula

pedesaan dengan pendidikan rendah, umumnya tidak memiliki skill usaha, serta tidak ditunjang dengan manajemen usaha yang baik dan ini sangat berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan keluarga. Pada daerah pedesaan, keunggulan potensi sumber daya alam cukup besar namun kemampuan umat untuk mengelola dan memanfaatkan sebagai sumber keluatan ekonomi keluarga belum dapat dilakukan secara optimal. Masalah utama yang dihadapi selain pengetahuan yang terbatas, juga akses pasar yang terbatas. Berbagai produk unggulan yang juga telah diusahakan namun kenyataan yang dihadapi masyarakat, ternyata proses pemasaran hanya pada pasar lokal (lingkungan pemukiman) sehingga usaha-usaha produktif yang bernilai ekonomis sulit bersaing untuk memperoleh pasar yang luas. Pada daerah pedesaan, sumber daya alam yang menonjol dan memiliki prospek pasar antara lain perkebunan (pala, cengkeh, kelapa), kehutanan (kayu), pertanian dan tanaman holtikultura, serta perikananan dan kelautan. Potensi ini dapat dikelola dan dikembangkan secara optimal sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat, namun perlu pendampingan dan pembinaan secara kontinyu dari berbagai kepentingan di daerah. Untuk mengatasi kesulitan dan mengembangkan potensi sumber daya yang cukup besar ini, amat dinantikan bantuan dan pembinaan dari gereja maupun LSM. Yuk! [Bahan tulisan diambil dari berbagai sumber/*tnp]

47


Teropong Doa Kesetiaan dalam doa dan pemahaman Alkitab diperlukan bagi pertumbuhan rohani kita pribadi dan bagi kekuatan kita dalam pelayanan. Saatnya kita berdoa. Allah ingin memperlengkapi kita untuk menjalani kehidupan di bumi ini. Bagaimana caranya Ia memperlengkapi kita? Ternyata, di dalam Alkitab, kita mengetahui “alat-alat” yang dipergunakan Allah untuk mendewasakan dan memperlengkapi anak-anak-Nya. Ia menggunakan firman Allah (2 Timotius 3: 16-17) dan DOA (1 Tesalonika 3: 10) dalam persekutuan dengan jemaat setempat (Efesus 4: 11-12). Ia juga menggunakan orang-orang percaya secara pribadi unuk memperlengkapi kita dan memperbaiki kita (Galatia 6:1). Tetaplah berdoa! Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas/ Christian Medical and Dental Fellowship of Indonesia (CMDFI) Bersyukur: • Untuk Konsultasi Pelayanan Medis Nasional (KNPM 2017) yang telah berjalan dengan baik di Santorini Sentul City, tanggal 4-6 Agustus 2017 dengan peserta dan fasilitator sebanyak 69 orang; peserta yang hadir dari daerah Yogyakarta, Semarang, Malang, Bandung, Bali, Samarinda, Medan, Purwokerto, Jakarta, Ambon, Palangkaraya, Manado dan Pontianak. • Terlaksananya South East Asia Medical Mission Conference ( SEAMMC 2017), tanggal 31 Agustus – 3 September 2017 di Hotel Quest San Denpasar Bali dengan 276 peserta termasuk pembicara dan panitia, datang dari dari 11 negara South East Asia dan 6 negara di luar South East Asia. Doakan: • Berdoa untuk tindak lanjut KNPM ke depan; untuk pengembangan pelayanan medis di daerah- daerah. • Doakan tindak lanjut SEAMMC di 11 negara yang menjadi peserta SEAMMC yang lalu, dan doakan juga team tindak lanjut agar tetap semangat dalam mengerjakan pelayanannya 48

• Doakan Panitia Pengarah dan Panita Pelaksana KMdN Mahasiswa XXI 2018, doakan setiap persiapan; baik tema, materi dan dana. Juga, doakan kesehatian panitia dalam mempersiapkan Kamp Medis Mahasiswa ini. • Doakan Pembuatan Buku RENSTRA PMDN (2017 – 2022) yang sedang dikerjakan dan diharapkan bisa diselesaikan di tahun 2017, doakan Tim yang sedang mengerjakan, agar tetap semangat. Pokok Doa Christian Medical Fellowship (CMF) Bali Bersyukur: • Bersyukur untuk Pelaksanaan SEAMMC berlangsung dengan baik dan Pembubaran Panitia SEAMMC • Bersyukur untuk Alumni CMF yang memberi diri untuk bermisi di suku terabaikan di Kalimantan • Bersyukur untuk banyak anggota CMF yang tahun ini memberi diri menjadi Member Care Utusan Lintas Budaya • Bersyukur untuk Mahasiswa baru di Kedokteran Bali dan bersedianya beberapa orang menjadi pemimpin KTB di CMF Berdoa: • Berdoa untuk tindak lanjut SEAMMC di berbagai daerah di Asia Tenggara, secara khusus di desa desa (Bali) yang dikerjakan oleh CMF Bali. Kiranya Tuhan memberi kepekaan akan langkah yang harus dikerjakan. • Berdoa untuk Alumni dan Mahasiswa CMF yang diutus bermisi di kampus/ RS/ Klinik dan suku terabaikan agar semangatnya tidak pudar ditengah desakan dari berbagai pihak untuk berhenti melayani Tuhan • Berdoa untuk pelatihan–pelatihan penginjilan dan pembinaan yang sedang terus dikerjakan, kiranya boleh memperlengkapi lebih banyak SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Teropong Doa orang untuk menjangkau jiwa bagi Kristus • Berdoa untuk semangat pemuridan di CMF agar kiranya memperlengkapi para pengikut Kristus bisa menjadi contoh dan kesaksian bagi yang belum percaya Pokok Doa Pelayanan Medis Pontianak Kalimantan Barat Bersyukur: • Bersyukur untuk HPDT, HPDS, Kesehatian, Komitmen, Kesehatan pengurus dan jemaat • Bersyukur untuk terlaksananya kebaktian penyambutan maba pada tanggal 30 September 2017 • Bersyukur terbentuknya panitia Retreat Berdoa: • Berdoa untuk HPDT, HPDS, Kesehatian, Komitmen, Kesehatan pengurus dan jemaat • Berdoa untuk Mahasiswa Baru (MaBa) yang telah dipercayakan Tuhan sebanyak 36 jiwa kiranya mereka semua bisa dimenangkan untuk Tuhan • Berdoa untuk Pemuridan di PMdK baik KK maupun PIPA kiranya sama–sama bertumbuh didalam Tuhan • Berdoa untuk persiapan Retreat PMDK yang akan dilaksanakan pada tanggal 24 – 26 November 2017 • Berdoa untuk senior dan alumni tetap rindu untuk melayani dan bertumbuh bersama di dalam Tuhan melalui PMdK

• Doakan untuk Pengurus PMK - agar bisa maksimal mengelola acara persekutuan dan pembinaan dan berharap bisa melengkapi proses pemuridan di KTB. Doakan hikmat dan kerjasama dapat senantiasa terjalin. • Doakan saat ini pihak fakultas membatasi aktifitas persekutuan di kampus dan doakan dosen Pembina dan pengurus yang ada bisa meemukan solusi komunikasi pada pihak kampus • Doakan kebutuhan dan kinerja pengurus yang ada, agar diberikan kesatuan hati untuk mengerjakan pelayanan. • Doakan pemuridan PMKK (PKTB dan AKTB) • Doakan Alumni yang ada, agar tetap rindu membantu dan turut ambil bagian pelayanan di PMKK serta komitmen alumni dalam pelayanan • Doakan Pembina PMKK dr. Lukas Leatemia dan dr. Loly

Pokok Doa Pelayanan Medis Samarinda Kalimantan Timur Berdoa: • Berdoa untuk masa penjangkauan mahasiswa baru lewat kelas PIPA/ PHB selama satu semester ini. Doakan 20 Maba tersebut dapat dilayani dengan baik dan mengalami pembaharuan hidup dan visi supaya dapat intens dibentuk dalam pemuridan dimana masa kuliahnya cukup pendek (7 semester sudah koas) • Doakan untuk PKTB yang ada, agar senantiasa setia dan kuat dalam memimpin beberapa orang yang sudah koas SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

49


Humoria Ini Telepon Umum Seorang lelaki dalam keadaan terdesak dan harus menghubungi seseorang melalui telepon umum. Namun, boks telepon umum sedang diisi seorang wanita yang sedang membolak-balik buku daftar alamat. Setelah menunggu lebih dari dua puluh menit, lelaki itu membuka pintu boks telepon dengan sopan dan bertanya apakah ia dapat membantu mencarikan nomor telepon yang dibutuhkan wanita itu. “Saya bukan sedang mencari nomor telepon,” sahut wanita itu. “Saya sedang melihat-lihat nama yang cocok untuk bayi saya.”

Bius Impor Di kamar praktik dokter gigi, seorang selebritis menolak dibius lokal. “Saya minta dibius impor, dok! Saya mampu membayar berapa pun harganya!,” ujarnya.

Oleh-oleh Seorang nenek menelepon temannya yang ada di luar kota. Ia ingin memberitahukan cara menuju apartemennya. “Aku di apartemen nomor 14 T. Nanti, di pintu gerbang, gunakan sikutmu, tekan bel untuk memanggil satpam. Lalu masuk lift dan tekan tombol 14 dengan sikutmu. Kemudian, tekan bel pintu kamarku dengan sikutmu.” “Mengapa saya harus menekan tombol dengan sikutku?” tanya temannya heran. “Tanganmu ‘kan penuh dengan oleh-oleh,” jawab si nenek penuh harap.

50

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Humoria Lukisan Saya dan istri saya sedang melihat pameran lukisan di sebuah galeri. Salah satu lukisan yang dipajang adalah sesosok wanita telanjang yang hanya ditutupi selembar daun di bagian vitalnya. “Jelek sekali selera pelukis ini,” ujar istri saya. Saya terus menatap lukisan itu sambil berpikir mengenai komentar istri saya. “Kenapa kamu terus menatapnya? Apakah kamu menunggu sampai musim gugur tiba?” ujar istri saya dengan kesal.

Baby Siang itu kantor tempatku bekerja menggelar acara makan siang bersama untuk memperingati hari ulang tahun perusahaan. “Ssstt...Jangan mengambil lauk daging yang di tengah,” cegah temanku saat aku mengantre di meja prasmanan. “Ada babinya.” “Kok, Mbak bisa tahu makanan itu ada babinya?” kataku sambil menyantap martabak Mesir. “Karena di tiap menu ada nama makanan. Di lauk daging itu ada tulisan ‘cah daging baby kailan,”

Mau Sehat, Malah Terhina... Partisipan Bike to Work beristirahat di warung. Penjaga warung: “Mau ke mana, Mas?” Pengendara sepeda: “Ke kantor.” Penjaga warung: “Kantornya di mana?” Pengendara sepeda: “Di Cibubur.” Penjaga warung: “Wah, jauh, yaa? Saya doain, deh, dapet duit banyak biar bisa beli mobil.”

Smile A man and woman were traveling in a train. Woman: Every time your smile, I feel like inviting you to my place Man: Awwww...Are you single? Woman: No, I am a Dentist... Dari beberapa sumber/*tnp

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

51


Dari Sana-sini Apakah Profesi Kedokteran akan Punah? of Medicine mengestimasikan bahwa kesalahan diagnosis menyebabkan hingga 10% kematian pasien, dan hingga 17% komplikasi di rumah sakit. Di antara 12 juta orang, sekitar 5% orang dewasa pernah mendapat diagnosis yang salah setiap tahunnya. Tricorder X – Saat fiksi ilmiah menjadi realita

I

ndustri kesehatan saat ini terus mengalami kemajuan, mulai dari didukung oleh kemajuan teknologi hingga kemajuan ilmu pengetahuan. Berbagai kemudahan banyak ditawarkan industri kesehatan demi tujuan meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup manusia. Banyak aplikasi dan website menawarkan jasa pelayanan konsultasi dokter gratis atau transaksi pembelian obat atau penebusan resep dari rumah. Hal ini memunculkan satu pertanyaan penting, “Apakah profesi dokter akan tersisih dari persaingan pasar medis sekarang ini?� Mungkin pertanyaan ini tidak hanya berlaku untuk dokter, tetapi juga termasuk apoteker, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Lebih dari 20% pasien pernah mengalami salah diagnosis Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Mayo Clinic di Minnesota menemukan bahwa lebih dari 20% pasien yang mencari opini kedua pernah mendapat kesalahan diagnosis dari dokter pertamanya. Tahun lalu, penelitian kontroversial yang dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins mengatakan bahwa kesalahan medis, termasuk kesalahan diagnosis, merupakan penyebab ketiga kematian di rumah sakit, setelah kanker dan penyakit kardiovaskular di AS. Sementara itu, laporan dari National Academy

52

Setelah lebih dari lima tahun mendesain, membentuk, dan menguji alat kesehatan portabel, Qualcomm Tricorder X Prize berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka berhasil mengembangkan alat scan yang berasal dari film Star Trek. Alat ini disebut-sebut merupakan alat scan yang hanya seukuran telepon genggam, dan bisa terus memonitor lima tanda vital manusia, mendiagnosis 13 status penyakit (12 penyakit dan tidak ada penyakit), dan bisa digunakan oleh semua masyarakat publik. Lima tanda vital meliputi tekanan darah, kecepatan jantung, saturasi oksigen, kecepatan pernapasan dan suhu. Selain itu, 13 status penyakit mencakup penyakit seperti anemia, atrial fibrilasi, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), diabetes, leukositosis, pneumonia, otitis media, apnea tidur, dan infeksi saluran napas. Dengan adanya alat ini, pasien tidak perlu lagi mengantri seharian di rumah sakit, memeriksakan diri dan berkonsultasi ke dokter, serta mendapat diagnosis yang salah. Terlebih lagi, karena harganya yang murah, dalam beberapa tahun saja diperhitungkan hampir semua orang di dunia bisa mendapatkannya. Jika saat tersebut benar-benar muncul, apakah sistem tenaga kesehatan masih bisa bekerja seperti sekarang? Sumber: MIMS Today - 17 Juli 2017

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Dari Sana-sini Dokter Diperlengkapi dengan Taekwondo Mereka mengabulkan permintaan kami untuk mengadakan kelas taekwondo di klub AIIMS gymkhana.”

S

eiring dengan semakin tingginya angka kejahatan pada tenaga kesehatan di India, sekitar 15.000 dokter di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS), salah satu rumah sakit pemerintah terbesar, akan diberikan pelatihan bela diri di ruang olahraga rumah sakit mulai dari 15 Mei dan seterusnya. “Kami sangat khawatir akan keselamatan kami,” ungkap Vijay Gurjar, presiden asosiasi dokter residen, yang menyarankan pelatihan bela diri di rumah sakit universitas. “Pemerintah tidak memberikan solusi” Menurut Gurjar, meskipun sudah banyak kejadian kekerasan pada dokter, pemerintah juga tidak mengambil langkah penting untuk mengatasinya. “Mencegah lebih baik daripada mengobati, dan jika pemerintah tidak memberikan keamanan yang cukup, maka Anda harus bergerak untuk melindungi diri Anda dan organ penting Anda,” tambahnya. Di bulan Maret, serangan pada tenaga kesehatan di India menyebabkan terjadinya demi di Maharashtra begitu juga dengan protes dari tenaga kesehatan yang menuntut perlindungan pada tenaga kesehatan dan pembatasan jumlah pengunjung rumah sakit umum. “Kami mendukung sejawat kami di Mumbai yang mengenakan helm saat berpraktek di bulan Maret. Tindakan ini diambil karena kami sangat khawatir mengenai keamanan kami,” ungkap Gurjar. “Dengan pola pikir yang sama, kami meminta AIIMS untuk mengatur kelas bela diri untuk kami. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

Kurangnya rasa percaya antara dokter-pasien Menurut sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2016, 40% dokter residen di rumah sakit Delhi pernah mengalami penyerangan di tempat kerja dalam periode waktu 12 bulan. Selain itu, Indian Medical Association (IMA) melaporkan bahwa 75% dokter pernah menghadapi kekerasan fisik atau verbal sepanjang karir mereka. Serangan terhadap perawat dan pegawai rumah sakit lain juga seringkali muncul, tetapi sering ditutuptutupi. “Dokter dipaksa untuk mengurangi jumlah waktu mendengarkan pasien atau perawat mereka. Konsep pengambilan keputusan bersama seringkali tidak terjadi. Rata-rata pembicaraan yang terjadi antara dokter dan pasien hanya berlangsung selama beberapa detik,” ungkap Dr Vijay Nath Mishra, seorang profesor neurologi di Rumah Sakit Sir Sunderlal di Varanasi. Untuk mengatasi masalah ini, IMA akan meluncurkan sistem pendaftaran kekerasan dimana dokter bisa melaporkan kasus kekerasan bersamaan dengan bukti seperti video, foto, rekaman CCTV dan potongan koran. “Hal ini akan membantu kami memahami mengapa kekerasan terjadi, dan kami mencoba memprediksikan saat kekerasan mungkin terjadi dan melihat apa yang harus dilakukan untuk menghindari kejadian demikian,” ungkap Dr KK Agarwal, presiden IMA. Di kesempatan lain, IMA menjalankan program edukasi untuk mendorong dokter menghabiskan lebih banyak waktu dan mengadakan komunikasi yang lebih baik dengan pasien mereka. Sumber: MIMS Today – 19 September 2017

53


Historia Dari Kina ke Artemisia

Para buruh bekerja mengepak kulit kina (kiri). Tanaman Artemisia vulgaris (kanan).

Berabad lamanya kina jadi penghalau malaria. Kini, setelah plasmodium kebal, muncullah Artemisia.

L

embaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), April 2013, merilis hasil penelitiannya mengenai kandungan Artemisia annua, tumbuhan yang dapat menggantikan kina sebagai obat malaria. Menurut peneliti LIPI, Wiguna Rahman, kadar artemisinin, zat yang terdapat dalam tanaman Artemisia, terbukti lebih mujarab mengobati malaria ketimbang zat yang dihasilkan kina. Karenanya, Artemisia sanggup menggantikan kina. “Apalagi menurut WHO (World Health Organization), banyak temuan plasmodium (parasit penyebab malaria) mulai resisten terhadap kina,� ujar Wiguna. Wabah malaria telah menyebabkan kina dibudidayakan dan diproduksi secara besarbesaran untuk obat. Di Hindia Belanda, terutama Batavia, nyamuk malaria menjadi musuh yang ditakuti. Setidaknya selama 53 tahun, antara 17141767, sebanyak 72.816 penduduk Eropa di Batavia meninggal karena penyakit malaria. Tak heran

54

Batavia sempat berjuluk Het graf van het Oosten atau kuburannya negeri timur. Bertahun-tahun setelahnya malaria masih sulit ditanggulangi. Pada pertengahan 1800-an, Menteri Jajahan Seberang Lautan Belanda Ch. F. Pahud memulai proyek besar menanggulangi malaria. Dia mengutus Karl Haskarl, ilmuwan berkebangsaan Jerman, untuk membudidayakan kina yang dia selundupkan dari Peru. Kala itu Peru dan negara-negara Amerika Selatan adalah penghasil kina terbesar. Mereka memonopoli dan melarang ekspor kina ke luar negeri. Tugas Karl Haskarl berhenti ketika dia harus kembali ke Eropa. Penggantinya, Franz Wilhelm Junghuhn, naturalis terkemuka berkebangsaan Jerman, melakukan pembudidayaan kina di Jawa pada 1857. Diam memindahkan lokasi budiaya tanaman kina dari Cibodas yang dinilai kurang tepat ke lereng Gunung Malabar, Pangalengan. Mulai saat itulah budidaya kina mengalami kejayaan. Pengolahan kina sangat menguntungkan pemerintah. Untuk mengolah kulit batang kina menjadi serbuk, pemerintah Hindia Belanda mendirikan pabrik kina di Bandung pada 1896, SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Bandoengsche Kinine Fabriek NV – kini jadi pabrik Kimia Farma. Perkebunan kina Hindia Belanda bisa menghasilkan rata-rata 11.000 ton kulit kering per tahun atau setara dengan 33.000 ton kulit basah per tahun. Dari jumlah tersebut, 4.000 ton diolah di Bandung dan sisanya dieskpor dalam bentuk kulit kina. Jumlah tersebut membuat Hindia Belanda memasok 90% pasar kina dunia. Bahkan setelah era kemerdekaan pamor penghasil kina terbesar masih dipegang Indonesia. Namun, setiap makhluk hidup memiliki ambang batas resistensi terhadap racun, termasuk plasmodium. Kini, makhluk renik yang berinang di dalam tubuh nyamuk dan darah manusia itu mulai kebal terhadap kina. Maka, Artemisia bisa menggantikan kina. Sebenarnya penggunaan zat Artemisia sebagai obat bukanlah hal yang baru. Di Cina, Qinghaosu nama setempat untuk Artemisia – telah digunakan untuk melawan sejumlah keluhan penyakit sejak era dinasti Han pada abad kedua sebelum masehi. Sebuah penelitian yang dimulai pada 1960 di China mendapatkan artemisinin sebagai obat yang mampu mempunyai reaksi tercepat dibanding obat lain sepanjang sejarah dalam membersihkan parasit malaria dari dalam tubuh pasien. Namun sepanjang penggunaannya untuk obat malaria di dunia, dibandingkan kina, Artemisia memang kalah populer. SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

Daun Artemisia dipercaya mengandung artemisinin yang paling banyak. Upaya yang terus dilakukan oleh para ahli adalah meningkatkan kadar artemisinin yang diekstraksi tersebut. Makin tinggi kadarnya, makin sangkil menghalau malaria. “Tapi sementara pengobatan mesti dikombinasikan antara kina dengan Artemisia. Khawatir kalau Artemisia saja, plasmodium juga bisa resisten,� kata Wiguna. Data WHO menyebutkan tahun 2010 terdapat 544.470 kasus malaria di Indonesia, dimana tahun 2009 terdapat 1.100 kasus klinis dan tahun 2010 meningkat lagi menjadi 1.800 kasus dan telah mendapat pengobatan. Jumlah tersebut masih tergolong tinggi. Karenanya menurut para peneliti LIPI, budidaya Artemisia masih potensial untuk dikembangkan. Kini, budidaya tanaman ini tidak hanya di Kebun Raya Cibodas, namun mulai ditanam pula di daerah Tawang Mangu, Jawa Tengah. Artemisia banyak dibudidayakan di China, Vietnam, dan India. Indonesia menyusulnya, mengikuti jejak budidaya kina yang melegenda. Sumber: Historia.id/ Historia Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia

55


Antar Kita Segenap redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Mengucapkan :

Selamat Ulang Tahun dr. Flora Mindo Panjaitan, MKed (ped), SpA 1 Juni dr. Toar Jean Maurice Lalisang, SpB KBD 1 Juni dr. Yuyun Romaria Simanjuntak 1 Juni dr. Efilda Silfiyana 1 Juni dr. Fransisca Janne Siahaya 3 Juni dr. Albinus Y. Cobis, SpAn 3 Juni dr. Junita Eirene Katihokang 3 Juni drg. Ani Widiastuti 4 Juni dr. Juniarti Marheini Sembiring 4 Juni dr. Theresia Tatie Marksriri 4 Juni dr. Verury Verona Handayani 5 Juni dr. Henny Erina Saurmauli Ompusunggu, M.Biomed 5 Juni dr. Vivy Bagia Praja 6 Juni dr. Berlian N Situmeang 6 Juni dr. Deni Rahayu Marpaung 8 Juni dr. Jeris S. Paonganan 8 Juni dr. Tiolyna Doloksaribu 8 Juni dr. Venita Eng 9 Juni dr. Roy Akur Pandapotan 9 Juni dr. Astrid Manuputty 10 Juni dr. Josephine Diony Nanda 11 Juni dr. Jerry Ferdinand Haposan Saragih, SpAn 12 Juni drg. Ronal 12 Juni dr. Jeane Trifosa Ussu 13 Juni dr. Joshi Indriane Nelwan 15 Juni dr. Kathleen Juanita Soenario 15 Juni dr. Herbert Erwin Yunismar 15 Juni dr. Reschita Adityanti 16 Juni dr. Hendra Jemmy Rompas 16 Juni dr. Michael Caesario 17 Juni dr. Silka Samanta 17 Juni dr. Siska Kristina Sari 17 Juni dr. Greta J.P. Wahongan, M.Kes 18 Juni dr. Hendra Sulaiman 18 Juni dr. Andrew William Tulle 19 Juni dr. Imanuel Eka Tantaputra 19 Juni drg. Andreas Adyatmaka, MSc 20 Juni dr. Loly R D Siagian, M.Kes, SpPK 21 Juni 56

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Antar Kita dr. Tuan Juniar Situmorang, M.Kes 21 Juni dr. Venny Pungus, SpKJ 22 Juni dr. Elida Junita Purba 22 Juni dr. Tonny Eko Hartono, SpP 23 Juni dr. Merry M H Languju 24 Juni drg. Rudy Setiawan 25 Juni dr. Hendra Sihombing, SpP 25 Juni drg. Merry Yunita Pademi Munthe 26 Juni dr. Linna L. J. Minggu 26 Juni dr. Jenny Joan Caroline Pandaleke 27 Juni dr. Alberthina Suripatty 28 Juni dr. Yonius Sudan, MARS 28 Juni dr. Adiyana Esti 29 Juni dr. Sajuni Widjaya 29 Juni dr. Christine Rosalina Butarbutar 30 Juni dr. Edison Simarmata, SpRad 30 Juni dr. Kurnia Baraq 30 Juni dr. Rosari Endang Siadari 1 Juli dr. Ronaningtyas Maharani 1 Juli drg. Theodorus Hedwin Kadrianto 3 Juli dr. Hesty Dwi Handayani 3 Juli dr. Katherine T. N. Bangun 4 Juli dr. Charles Ronny Jafet 4 Juli dr. Sulastri C. Panjaitan, SpRad 4 Juli dr. Rosdiana H. Silaban 5 Juli drg. Agus Susilo 7 Juli dr. Theo K. Liow 7 Juli dr. Hilda Kurniawidjaja 7 Juli dr. Alhairani Koni Londa Manu Mesa 9 Juli dr. Grace Pangendahen 9 Juli drg. Riani Suhendra 9 Juli dr. Priscilia Pratami Intan 9 Juli

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

57


Antar Kita dr. Frendy Wihono 10 Juli dr. Renal Hutabarat 10 Juli dr. Juliana Siajadi 11 Juli dr. Herry Purwadi, SpKK 11 Juli dr. Vina Tamara 12 Juli dr. Puteri Nastiti Krisma 12 Juli drg. Edi Giarso 13 Juli dr. Ferdy Royland Marpaung 13 Juli Ns. Karina J.Sinulingga 14 Juli dr. Dumaria R Damayanti 14 Juli dr. Edy Ariston Lubis, SpM 15 Juli dr. Eva Nirmala Tantaputra, SpPK 16 Juli drg. Yuliana Ziliwu, SpOrt 16 Juli dr. Julia K. Kadang, SpA 17 Juli dr. Sarlin A. Ananggia 17 Juli dr. Melani Muljadi 18 Juli dr. Estica Tiurmauli Kristiana Sihombing 19 Juli dr. Helmawati Perangin – Angin 20 Juli drg. Ina Julita Sitepu 20 Juli dr. Sri Haryati 20 Juli dr. Victor Eka Nugrahaputra, M.Kes 20 Juli dr. Yohanes Libut 20 Juli dr. Prima Heptayana Nainggolan 21 Juli dr. Astrid Julistina Tampubolon 21 Juli dr. Laura Juliana Haloho 21 Juli Ns. Ria Ulina 22 Juli dr. Deddi Ekaputra Rangan 23 Juli dr. July Yane Gultom 23 Juli dr. L. Titin Secapramana 23 Juli dr. Sisca Wiguno 23 Juli dr. Leonard P. Pardede, SpPD 25 Juli drg. Fiefi Pangestu 25 Juli drg. Liesje Veronica 26 Juli drg. July Medyahta Perangin - Angin 27 Juli drg. Julvan G.M. Nainggolan 27 Juli dr. Leonardo Verdy Sagay 28 Juli dr. Samuel Halim, SpPD 29 Juli dr. Yulinar Siringo-ringo 30 Juli drg. Lasminar Hotmaida Sipahutar 31 Juli dr. Omega Mellyana, SpA 31 Juli dr. Susanna Erika Shintauli Sihaloho 31 Juli dr. Taruli Olivia Agustina Napitupulu 1 Agustus dr. Agnita Imelda Tumbol 2 Agustus dr. Agustina Puspitasari 2 Agustus dr. Erik Parulian Sihotang 2 Agustus dr. Bambang Budi Siswanto, SpJP 2 Agustus 58

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Antar Kita dr. Finish Fernando 3 Agustus dr. Ronald Jonathan, MSc 3 Agustus dr. Sunoto Pratanu, SpJP, FIHA 4 Agustus dr. Lineus Hewis, SpA 4 Agustus dr. Marleni Parapat 6 Agustus dr. Andri Susanto 7 Agustus dr. Kusnadi 11 Agustus drg. Ester Augustine Sembiring 12 Agustus dr. Dewi Doris Pangaribuan 13 Agustus dr. Emanuel Elisabeth Wantania 13 Agustus dr. Betty Sihombing, Sp.Rad 15 Agustus dr. Agustincye Hariawang 16 Agustus dr. Cherry Chaterina Silitonga 16 Agustus dr. Intan Renata Silitonga, SpOG, M.Kes 16 Agustus dr. Leonard A. Laisang, SpB 17 Agustus dr. Nugroho Sarwono Putro 17 Agustus Ns. Arience Sae 17 Agustus dr. Agustina 18 Agustus dr. Yelli Kartini Rares 18 Agustus dr. Filjordan Lulupoy 18 Agustus dr. Bellina Arum Wijaya 20 Agustus dr. Pitah Haloho 20 Agustus Ns. Ersida Saragih 20 Agustus drg. Dewi H. Pramono, SpPros 20 Agustus dr. Ivan Reynaldo Lubis 21 Agustus drg. Ines Augustina Sumbayak 23 Agustus dr. Widyanto Pangarso Adhy 24 Agustus dr. Cleopas Martin Rumende, SpPD-KP 24 Agustus dr. Ariyanti Yusnita 24 Agustus Ns. Dina Siahaan 25 Agustus dr. Rosmawaty Novera Munthe 27 Agustus dr. Steven David Panggabean 27 Agustus dr. Guntur, MKT 28 Agustus DR. dr. Lydia Pratanu, MSC 28 Agustus drg. Agnes Pratiwi 28 Agustus dr. Ralf Richard Pangalila 29 Agustus dr. Linda Stefanie Atmadja 29 Agustus dr. Agusteivie Albert Jefta Telew, M.Kes 31 Agustus Ns. Ineke Patrisia 31 Agustus Ns Tantri Mawarni Rambe 31 Agustus dr. Helen A. Manoe, SpM 1 September dr. Josef W.Wattimury 2 September dr. Irwan Silaban 3 September dr. Susanty Sitinjak 3 September dr. Andre Dasta Sinulingga 4 September dr. Tju Fandi Yefta 5 September SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

59


Antar Kita dr. Herdiana Elisabeth Situmorang 6 September dr. Suga T. Anggawidjaja, SpPA 6 September dr. Octavianus Tambunan 7 September dr. Angelia Septiane Beandda 7 September drg. Dewi Ruth 7 September dr. Jimmy Falmer Sembiring 7 September Zusana Tulak, SKM 9 September dr. Nita Fadli 9 September Ns. Dian Rati Herlina Lopo 9 September drg. Rio Simanjuntak 10 September dr. Elisabeth Levina Sari Setianingrum 11 September dr. Karuniawan Purwanto, SpOrt 11 September dr. Etha Rambung 12 September dr. Jolanda Wijoyo 13 September dr. Tommy Marisi Silalahi 14 September drg. Lusiana Beatrice 14 September drg. Ponty Romaida Hutapea, SpKG 14 September dr. Laura Anasthasya Siahaan 15 September dr. Pantja Wibowo, SpAn 15 September dr. Leonardo Alfonsius Paulus Lalenoh 15 September dr. Anugerah Nunu, MKKK 15 September dr. Dewi 15 September dr. Setiady Permana Hardjo 15 September dr. Reni Indrastuti 19 September dr. Wirta Hernika 19 September dr. Dewi Riana Siburian 19 September dr. Yosephine Virginie Pingkan Matindas 19 September dr. Kornelis Aribowo 19 September dr. Maria Francisca Ham, SpPA, PhD 20 September dr. Setiani Muliadikara 20 September dr. Merry Gracia Nasution 20 September dr. Ratna Indriana Donggori 21 September dr. Herdyati Salama 22 September

60

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Antar Kita dr. Christanti Sulistyo 22 September dr. Fushen, MARS 23 September dr. Yohana Puji Dyah Utami 23 September dr. Christina Saputro 24 September dr. Cory Artika Jeliana Manurung 25 September drg. Shinta Samadi Tanumihardja 27 September dr. Steven Aristida 27 September dr. Maria Irawati Simanjuntak, SpPD-KIC 27 September dr. Anita Septiana Maria K Manurung 27 September dr. Yohan Alamsyah Prasetyo 28 September dr. Joviel Simatupang, SpRM 28 September dr. Irene Hintan Putung 29 September dr. Jeng Yuliana 29 September dr. Istianto Kuntjoro 29 September dr. Eva Sontora Nainggolan 29 September dr. Andi Putra Siregar 30 September dr. Michael Septian Sihombing 30 September drg. Doris Sandrawati 2 Oktober dr. Yemima W. Christiani 2 Oktober dr. Oktamina Fransiska Pinem 2 Oktober dr. Rodearni Sri Ningsih Haloho 2 Oktober dr. Herman Gandi, SpA 3 Oktober dr. Sondang Whita Kristina Tambun 3 Oktober drg. Mula Batiswa Hutagaol 5 Oktober dr. Pua Librana, SpOG 5 Oktober dr. Karina Samaria Santosa 6 Oktober dr. Lusi Ana 7 Oktober dr. Yetty O.Hutahaean 7 Oktober dr. Abraham Adiwijaya 8 Oktober dr. Ratih Rahayu Astuti Gunadi 8 Oktober dr. Meryta Oktaviane Rondonuwu 9 Oktober dr. Alva Sinung Anindita 10 Oktober Prof. Dr. TaralanTambunan, SpA(K) 10 Oktober dr. Cahyo Novianto, MSi.Med, SpB (K) Onk 11 Oktober Meryani Naingolan, Am.Keb 12 Oktober dr. Rony Oagay 13 Oktober drg. Lanny Aryani 13 Oktober dr. Hendra Gorbi Tito Manurung 13 Oktober dr. Farah Noya, MHPEd 14 Oktober dr. Martin Koamesah, MMR, MMPK 16 Oktober drg. Sally Grecia Octavia Panjaitan 17 Oktober dr. Vika Cokronegoro 17 Oktober dr. Dina S Purba 18 Oktober dr. Filly Mandalie 19 Oktober dr. Eva Oktavia Karolina Simatupang 19 Oktober dr. Ristarin Paskarina Zaluchu 20 Oktober SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

61


Antar Kita dr. Rosalyn Angeline Manurung 20 Oktober dr. Ivana Sajogo, SpKJ 21 Oktober dr. Berlian Beatrix Rarome 21 Oktober dr. Joel Herbet M.H Manurung 21 Oktober dr. Franky Zepplin Pasaribu 21 Oktober dr. Maruli Tua Sianipar 22 Oktober dr. Kristiyan Wong 22 Oktober Agnescia Clarissa Sera 23 Oktober dr. Dedi Tedjakusnadi, MARS 23 Oktober dr. Fiora Octrin Purba 24 Oktober dr. Syndi Nurmawati 26 Oktober dr. Reksaudi Sianturi 27 Oktober dr. Saulina Sembiring, M.Ked(Neu), SpS 28 Oktober drg. Eduin 29 Oktober dr. Oktavian Tamon 30 Oktober drg. Susy Fransica Hasugian 30 Oktober dr. Morasela Wattimena 30 Oktober dr. David Sahat Mangasi Sibuea 31 Oktober dr. Nisan Soehaeri, SpPD 31 Oktober dr. Magdalena Tobing, SpKK 1 November dr. Edward Suryanta Sembiring Meliala, SpTHT-KL 2 November dr. Imelda Sastradibrata 3 November dr. Fajar raditya 3 November dr. Abraham Laisina 3 November dr. Agus Sinatrawan 4 November dr. Charles Christian Ratulangi, SpOG 5 November dr. Jefferson Nelson Munthe, M.Kes, SpOG 5 November dr. Ivan Sumenda Marthen 6 November dr. Andreas Infianto, MM 7 November dr. Yulia Engelina Krones 7 November dr. Rita Astriani Noviati, M.KM., MH.Kes 8 November dr. Terang Meliala 8 November dr. Delia Krisnawaty Marpaung 8 November dr. Handy Intan, SpOG 8 November drg. Yanti Leosari 8 November Mastiur Nopelinda Girsang 8 November dr. Novika Pristiwati 9 November dr. Ida Yudiati SpKFr 9 November drg. Lisbeth Nora Fransiska Sitorus 9 November Ns. Malianti Silalahi 10 November dr. Novalia Kuntardjo 11 November drg. Hilda Suherman 11 November dr. Evelina 12 November dr. Wico Hartantri 12 November drg. Eunike Nabasa Sianturi 12 November dr. Marson Rubianto Eka Putra 12 November 62

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Antar Kita dr. Filemon Sureyawan Handjaya 13 November drg. Irenia Tamany Silaen 13 November drg. Bernard Anthony Pasaribu 14 November drg. Hanny Christina W 15 November dr. Pulo Raja Soaloon Banjarnaho, SpTHT-KL 16 Nopember dr. Erlyn Limoa, SpKJ 17 Nopember dr. Ervinaria Uly 17 Nopember dr. Karlince Sitanggang 18 Nopember dr. Eddy Kristianto 18 Nopember dr. Nora Netty Margaretha Silalahi 19 Nopember dr. Zwingly C. J. Gerard Porajow 20 November dr. Agra Dhira Narendraputra 20 November dr. Nova Juliana Sagala 21 November dr. Levina S. Pakasi 21 November dr. Hans C. Dharma 21 November dr. Angelica Maurene Joicetine Wagiu, SpB 21 November drg. Evie Dewijanti Manuhutu 25 November dr. Donna Pandiangan 25 November dr. Judy F. Sengkey, M.Kes 26 Nopember dr. Stella Margaretha 27 November dr. Elizabeth Manuela Kartika Sari 28 November dr. Siska Friscilia Wungow 29 November drg. Lim Metty 29 November dr. Danu Adi Prakosa Darmawan 29 November dr. Lucy Nofrida Siburian 29 November dr. Edy Turu’ Allo 30 November

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017

63


COVER

64

SAMARITAN | Edisi 2 Tahun 2017


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.