Samaritan edisi 1 tahun 2018

Page 1

COVER

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

1


RESENSI

KESETIAAN MENGIKUT KRISTUS

Judul : Iman di Saat Krisis – Tetap Setia Mengikut Yesus Oleh : Paul Tokunaga (editor), Kevin Blue, Amy Brooke, Robbie Castleman, Bobby Gross, dan Jon Tran Halaman : 197 halaman Penerbit : Literatur Perkantas

M

enjadi murid Kristus adalah proses belajar yang tidak pernah berhenti. Namun, sadarkah kita bahwa kerinduan kita untuk mengenal Allah mudah sekali teralihkan oleh realitas sehari-hari. Buku ini berbicara tentang kesetiaan untuk mengikut Yesus di dalam situasi “krisis” - tidak hanya krisis dalam arti waktu yang sulit, namun juga dalam arti keadaan yang penuh godaan, kesibukan yang serba menekan, dan halhal yang kita jumpai sehari-hari, yang terkadang membuat kita lupa untuk menyerahkan hal-hal tersebut ke dalam pimpinan Allah. Yang menarik, buku ini ditulis oleh enam orang yang sangat berbeda – etnis, geografis, usia, jenis kelamin, keterlibatan denominasi, dan seterusnya, dan bisa menunjukkan kepada kita tentang perspektif yang luas dan beraneka tentang manusia dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Iman di Saat Krisis mewakili tahun-tahun terkumpulnya hikmat dari para penulis yang telah mencari Tuhan secara setia dan tekun, untuk membagikan kepada kita tentang arah yang benar untuk melanjutkan langkah serta menguatkan kita sepanjang proses menjadi murid. Keenam penulis di atas ingin membagikan kepada kita mengenai beberapa pergumulan dalam pengalaman hidup mereka, diantaranya mengenai: pengambilan keputusan, relasi dan berpacaran, penderitaan, mengalami Allah, mengasihi orang tua, kesembuhan emosi, manajemen waktu, penginjilan sehari-hari, dan pengharapan di saat

2

gagal. Karena dirancang terutama untuk mahasiswa sampai dengan orang-orang yang sedang mulai masuk kedalam dunia kerja, maka buku ini disusun dan diterjemahkan menggunakan gaya penulisan yang menyenangkan dan mudah dipahami. Tentunya buku ini juga tetap menarik untuk dibaca oleh generasi di atas maupun dibawahnya. Para penulis menceritakan dengan cara dan bahasanya sendiri, sehingga memudahkan kita dalam melihat gambaran sesungguhnya tentang penerapan prinsip mengikut Tuhan dalam situasi yang sedang mereka alami. Keseluruhan isi buku ini berisikan tiga bagian penting. Bagian pertama berjudul Berakar dalam Kristus (bab 1-5) menceritakan tentang siapa kita “di dalam Kristus”. Bagian berikutnya: Berkomitmen dalam Relasi (Bab 6-11) berkaitan dengan siapa kita “di dalam relasi dengan sesama”. Bagian ketiga: Mengganggu Dunia (bab 12-18) berfokus pada bagaimana kita berelasi “di dalam dunia”. Dalam setiap bab-bab pendek yang disusun para penulis, ada buku-buku yang direkomendasikan bagi pembaca yang ingin menggali lebih lanjut. Iman di Saat Krisis disajikan dalam dua puluh empat bab-bab pendek yang tidak akan memberatkan mahasiswa maupun profesional muda yang sangat sibuk. Salah satu alasan mengapa sang editor menyusunnya sedemikian, agar buku ini juga dapat digunakan sebagai sarana diskusi mingguan untuk kelompok kecil selama satu semester. Semoga saja, dengan menyimak buku ini, kita didorong untuk melangkah keluar dari zona-zona kenyamanan kita, dan mengembangkan iman, di saat krisis. Oleh: dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Samaritan diterbitkan sebagai sarana informasi dan pembinaan bagi mahasiswa dan tenaga medis Kristen Penerbit Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Pemimpin Umum dr. Lineus Hewis, Sp.A Redaksi DR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC dr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN Ir. Indrawaty Sitepu, MA dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad drg. Karmelia Nikke Darnesti dr. Benyamin Sihombing, MPH Naomi Fortuna Kaber, ST, MCM dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu Redaksi Pelaksana Thomas Nelson Pattiradjawane Sekretaris Redaksi Christie Tiarmalia Limbong Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey Alamat Redaksi Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5 Jakarta 10710 Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170 email: pmdn_perkantas@yahoo.com FB: Medis Nasional Perkantas Twitter: @MedisPerkantas Cover & Layout Hendri Wijayanto Percetakan Bintang Timur Offset Bagi sahabat PMdN yang rindu mendukung PMdN melalui majalah SAMARITAN, dapat mentransfer ke BCA, KCU. Matraman Jakarta Rek. 342 256 6799 a.n. Eveline Marceliana

DAFTAR ISI: RESENSI - Kesetiaan Mengikut Kristus

2

DARI REDAKSI

4

ATRIUM - Identitas yang Kuat

5

FAKTUAL - Faktor Percaya Kepada Dokter

7

FAKTUAL - Jangan Lupa Jadilah Garam dan Terang

9

UNTAIAN FIRMAN - Berakar di dalam Dia, Dibangun di atas Dia

12

KESAKSIAN - Tuhan Sudah Memberikan Jalan

13

INFO MEDIS - Stunting: Dimulai dari Kandungan Ibu

15

INFO PERAWAT - Empat Cara Mempertahankan Kompetensi Klinis

20

INFO - Tanaman Jahe, Hangat dan Bermanfaat

22

KMdNM XXI - Rebuild, Renew, Restore

25

INFO - Di Sumut lah kita Kamp Medis Nasional Alumni

26

ETIKA KOLEGIAL - Rekayasa Data Medis Pasien

28

LAPORAN - Era Digitalisasi dalam Bidang Kesehatan Gigi

30

LAPORAN - Aborsi dan Implikasinya Terhadap Tenaga Kesehatan

32

LAPORAN - Mampu Mengerjakan Misi Holistik

36

DARI SUKU KE SUKU - Suku Bonai: Ada yang belum Percaya Puskesmas

38

TEROPONG DOA

40

HUMORIA

43

DARI SANA SINI - Cody, Dokter Muda yang Tak Malu Nyambi Ojek Online

46

DARI SANA SINI - Dokter yang bertahan ‘sampai menit akhir’ di Ghouta Timur, Suriah

47

HISTORIA - Beraksi Mengatasi Epilepsi

50

ANTAR KITA - MEDICAL MISSIONS COURSE (MMC) 2019

52

ANTAR KITA - Selamat Ulang Tahun

56

BAHAN PA - Tuhan masih Melakukan Perbuatan yang Ajaib

61

Bukti transfer mohon dikirim melalui fax atau email dengan nama dan alamat pengirim yang lengkap SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

3


DARI REDAKSI Konon, digitalisasi diklaim akan menumbangkan bisnis-bisnis yang dikelola secara tradisional, kecuali kalau bisnis itu mampu beradaptasi dengan cepat. Tak terkecuali bagi para penerbit media cetak, seperti majalah maupun surat kabar. Namun, benarkah online bakal menggantikan seratus persen media cetak? Rupert Murdoch, pemilik News Corporation perusahaan media terbesar dan paling berpengaruh di dunia, pernah suatu ketika meramalkan pada sepuluh tahun ke depan, media cetak akan mati. Lalu, sepuluh tahun berlalu, media cetak tetap ada. Jadi, jawabannya tidak. Ternyata, media yang tidak berbenah karena perubahanlah yang akhirnya menyerah. Sementara, yang berbenah justru terus tumbuh. Media online dengan media cetak punya platform yang berbeda, khususnya dalam penyajian konten. Di media online, informasi cepat terpenuhi. Tapi, media cetaknya menawarkan versi analisis dan kedalaman. Nah, Samaritan mencoba berbenah. Contohnya, dalam edisi kali ini ada rubrik baru yaitu Pemahaman Alkitab. Kami masih menantikan respon pembaca, entah itu saran atau kritik yang bikin kami terus berbenah. Kami tunggu. Selamat membaca.

4

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Atrium

Identitas yang Kuat

Oleh: drg. Karmelia Nikke Darnesti dan dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu “We cannot please God with any practical success if we are not spiritually well grounded�

A

pa yang dibutuhkan sebuah gedung pencakar langit? Dasar yang kuat. Apa yang dibutuhkan sebuah pohon untuk tegak berdiri? Akar yang kuat. Apa yang dibutuhkan seorang Kristen agar tetap kuat berdiri di tengah badai dunia? Di dunia yang penuh cemar; antara sesamamu Hiduplah saleh dan benar; nyatakan Yesus dalammu. (Di Dunia Yang Penuh Cemar, NKB No. 204) Tentunya cuplikan syair lagu di atas bukanlah lagu yang asing bagi kita. Lagu ini seringkali kita nyanyikan, tetapi berapa banyak dari kita yang merenungi kata demi kata dalam syair lagu tersebut. Dunia yang kita hidupi saat ini memang penuh kecemaran dengan dosa yang merajalela. Pergeseran dan perubahan banyak terjadi, mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi sampai cara pandang yang dimiliki setiap orang. Sadar atau tidak, kita diarahkan untuk hidup manja dengan pola hidup yang serba instan dan menambah kenyamanan. Sejauh mana kita ikut dalam perubahan yang dunia tawarkan? Dimana stand point (posisi) kita saat ini? Masihkah kita hidup saleh dan benar di dalam Kristus? Profesi dokter adalah profesi yang mengharuskan kita untuk belajar seumur hidup. Kita diminta mengikuti seminar, bukan hanya untuk menamSAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

bah SKP melainkan untuk membaharui ilmu dan menyesuaikan dengan perkembangan dunia kedokteran. Hal ini menjadi bukti bahwa dunia memang terus berubah dan berkembang. Menjadi seorang Kristen juga harus terus belajar Firman Tuhan, karena kitab Kolose 2:6-7 menyatakan, bahwa kita tidak hanya sampai menerima Kristus, tetapi juga harus berakar dan bertumbuh di dalam Dia agar dapat menjadi pribadi yang kokoh. Oleh karena itu, sebagai seorang dokter Kristen kita diminta untuk mengerjakan lifelong study dan menjadi lifelong disciple. Kekristenan tanpa hidup dalam Kristus adalah kekristenan tanpa pemuridan dan Kekristenan tanpa pemuridan adalah Kekristenan tanpa Kristus. (The Cost of Discipleship, 1995). Sebagai seorang dokter Kristen, kita memiliki identitas sebagai murid Kristus yang berarti kita hidup di dalam Dia. Identitas ini juga penting untuk menentukan stand point kita, yaitu rada di dalam Allah sebagai anak Allah yang dipilih dan dikuduskan untuk memberitakan perbuatan-Nya yang besar (1 Petrus 2:9). Dengan mengetahui stand point (posisi) kita di dalam Allah, cara pandang kita dalam memandang sesuatu akan berubah. Kita akan melihat dengan cara pandang kristiani, yaitu bagaimana Yesus memandang segala sesuatu. Dengan kata lain, Allah telah memberi kita identitas agar identitas-Nya dapat diproklamasikan dan kemuliaan Tuhan terlihat dalam diri kita. Oleh karena itu, identitas sebagai murid Kristus perlu kita tanamkan dalam menghadapi dunia yang 5


Atrium cemar ini agar tidak mudah diombang-ambingkan oleh apa pun yang menimpa. Sebagai seorang murid Kristus yang telah ditebus dan diselamatkan, maka tidak ada jalan lain selain mengikut jalan Yesus. Mengikut Yesus harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam pendidikan maupun profesi kedokteran kita saat ini. Lalu, bagaimana cara mengikut Yesus? Gene Rudd M.D. dan Al Weir M.D dalam buku Practice by the book: A Christian Doctor’s Guide to Living and Serving membagikan empat disiplin sebagai perisai dan pedang dalam perjalanan iman. Pertama, doa. Banyak pelajaran dari Alkitab yang bisa ditemui tentang doa dengan cara bertekun dalam firman Tuhan dan mendengarkan khotbah pendeta di gereja, tetapi pelajaran yang terbaik tentang doa adalah Tuhan menggunakan doa sebagai cara untuk membawa kita kepada-Nya. Tuhan menginginkan hati kita seutuhnya. Ya benar, kita berdoa dalam iman, secara pribadi, dan dalam persekutuan. Kita bukan hanya berdoa terus-menerus, tetapi juga harus berdoa dengan seluruh hati kita. Kedua, studi Alkitab. Jika seseorang mengamati hari demi hari Anda, minggu demi minggu, bahkan tahun demi tahun kehidupan Anda, adakah orang lain mendapati bahwa Alkitab benar-benar merupakan esensial di dalam hidup yang kita bangun, ataukah orang lain melihat bahwa Alkitab hanya pilihan atau bagian superfisial saja dalam hidup Anda? 1 Petrus 2: 2 mengatakan kita harus terus haus akan firman-Nya sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni. Ketiga, persekutuan dengan orang percaya. Bukan hal baru sejak menjadi mahasiswa, calon dokter diharuskan untuk kuliah dari pagi hingga sore. Begitu pula saat menjalani peran sebagai koas di rumah sakit ataupun puskesmas. Saat melayani pasien pun, waktu dokter terbatas karena berbagai macam hal. Kesibukan sudah melekat dalam profesi dokter. Namun sebagai dokter dan dokter gigi Kristen, kita diminta untuk menyediakan waktu bersekutu bersama orang percaya lainnya. Ibrani 10: 24-25 meminta kita untuk saling memperhatikan supaya orang percaya saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Tuhan 6

tidak akan mengubah peraturan-Nya karena kita adalah seorang yang sibuk. Persekutuan dengan orang percaya lainnya harus memainkan peran penting dalam hidup kita. Bagian terakhir adalah penyembahan. Penyembahan kepada Tuhan adalah pengakuan siapa Tuhan itu: Pencipta, Pemelihara, Penebus, Dia yang ada, dan yang sudah ada dan akan datang. Tuhan adalah Alfa dan Omega (Wahyu 1:8). Beberapa dari kita lebih nyaman untuk menyembah Tuhan sendiri, namun Tuhan ingin juga agar kita datang bersama sebagai satu tubuh orang percaya yang mencari dan mengasihi-Nya. Tuhan telah meletakkan kita di gereja masing-masing, ini saatnya mengambil bagian dalam komunitas tersebut. Rutinitas yang ditawarkan dunia seringkali mencuri waktu kita bersama Allah. Ketika kita tidak lagi memiliki waktu bersama Allah, lama-kelamaan kita akan melupakan identitas kita. Kita menjadi nyaman dengan diri sendiri, terlarut dalam kesibukan, dan melakukan banyak kompromi yang akhirnya menjauhkan kita dari Tuhan. Doa, Firman Tuhan, Persekutuan dan Penyembahan adalah tanda dan sumber dari kekuatan kita mengikuti Kristus. Hidup kekristenan yang benar, life – changing, kingdom – building, God – glorifying, tidak bisa hidup tanpanya. Waktu pribadi bersama Tuhan juga momen yang penting untuk kita berhenti sejenak ditengah padatnya kegiatan dan cepatnya waktu berlalu. Hal ini menjadi sebuah keharusan bagi seorang murid Kristus yang mana waktu disediakan untuk belajar Firman Tuhan. Di tengah dunia yang terus berubah ini, hanya ada dua pilihan yang dapat dibuat. Kita mengambil disiplin spiritual tersebut dan berjalan mengikut jalan yang sudah Tuhan tunjukkan atau mengklaim kita di jalan Tuhan namun sebenarnya mengikuti jalan dunia ini dan nyaman tinggal di dalamnya. Akhirnya, kita bisa berkontemplasi sejenak untuk kembali mengenali identitas kita sebagai murid Kristus dan mulai bertanya kepada diri kita: Hidupmu kitab terbuka dibaca sesamamu; apakah tiap pembacanya melihat Yesus dalammu? (Di Dunia Yang Penuh Cemar, NKB No. 204). SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Faktual

Faktor Percaya Kepada Dokter

Oleh: dr. Handrawan Nadesul*

Dokter berbeda dengan montir mobil karena pasien tidak hanya punya badan. Jiwa dan roh yang bisa bikin pasien belum tentu sembuh walau obat yang dokter berikan sudah tepat buat menyembuhkan penyakitnya. Faktor percaya pasien memegang peran besar untuk kesembuhannya. Tak cukup hanya obat. Tak pula tepatnya diagnosis dokter. Kalau dokternya judes, pasien kemungkinan bisa batal sembuh.

P

ak Sur, kapok berobat ke dokter tetangganya karena tidak mau menjawab kalau ditanya. Yang sama dikeluhkan Bu Mus. Setiap ditanya apa penyakitnya dokter tidak menyahut. Yang lain mengeluh karena dokternya tidak ramah. Faktor nonmedis memegang peran tidak kecil buat kesembuhan. Makna dokter bertangan dingin, lebih karena dokternya menguasai apa seluruh kebutuhan pasien. Dokter menguasai bagaimana menyambungkan kebutuhan jiwa dan roh pasien, selain kebutuhan menyembuhkan badannnya. “Expectant Faith� Ya, dalam dunia penyembuhan banyak faktor ikut bekerja. Tak semata obat. Segelas air putih bisa berperan sebagai obat kalau pasien yakin itu bisa menyembuhkan. Otosugesti betapa kuat. Air putih yang diberikan seorang profesor bisa sangat sugestif dibanding obat yang tepat kalau yang memberikannya dokter anak sendiri. Ibu umumnya kurang percaya pada anak sendiri. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

Untuk sembuh perlu ada kepercayaan yang kuat terhadap si penyembuh. Tak soal apakah penyembuhan medis, terlebih penyembuhan nonmedis. Maka tampilan penyembuh nonmedis memanfaatkan ritual agar semakin kelihatan meyakinkan, semakin kuat sugesti menyembuhkannya. Asap kemenyan, keris, batu akik, menambah kuat rasa percaya pasien. Buat seorang dokter bukan perlu ritual melainkan tampilannya sebagai seorang dokter yang profesional. Karena kalau tampilannya tidak meyakinkan pasien, bagaimana rasa percaya dalam berobat pasien itu bisa terbangun. Hanya bila dokternya tampil bersih, berwibawa, tertata tutur katanya, rasa percaya pasien untuk berobat terbangun. Pasien menjadi terganggu rasa percaya berobatnya bila dokternya tidak terampil sebagaimana layaknya figur dan citra seorang dokter. Di kamar praktik pakai celana jeans, dan kuku jemari tangannya panjang lagi kotor melunturkan rasa percaya pasien. Lebih dari itu, pasien meragukan bonafiditas dokternya kalau dokter ke tempat praktik naik ojek, atau mobilnya sudah tak layak dipakai. Bagaimana pasien bisa yakin dokternya pantas menjadi dokter yang layak dipercaya kalau rumahnya masih kontrakan. Profil seperti itu buat pasien mencerminkan dokter yang praktiknya tidak laku. Di mata pasien, tidak laku bisa identik dengan tidak pintar.Pesona Dokter Untuk didengar nasihat, wejangan, dan anjurannya dokter perlu punya citra. Studi baru-baru 7


FAKTUAL

ini menyebutkan pentingnya faktor pesona dokter. Artinya dokter yang harus tampil profesional sebagai dokter. Tampilan, gestikulasi, bahasa tubuh, sikap hidup, cara berbicara, dan tentu isi yang dibicarakannya lebih tertata, punya nuansa berbudi, dan tentu terasa wibawanya. Maka profesi dokter memang perlu dilengkapi dengan itu semua. Tak cukup naluri apa adanya. Profesi dokter perlu dipoles. Tidak semua dokter apik karakternya. Tidak semua elok motivasi profesinya. Maka dokter bertangan dingin lebih pada seberapa cantik karakternya. Yang ramah, yang cerdas menjalin komunikasi dengan pasien, seperti itu kunci sukses dokter. Tak cukup pintar akademisi belaka. Yang lulus cum laude tapi tidak cakap berkomunikasi, bukan dokter bertangan dingin. Karena pasien punya jiwa, maka pasien memerlukan penyambung komunikasi. Hanya bila dokternya mampu menyambungkannya, pasien merasa terobati, dan diobati. Pasien juga punya roh. Hanya bila dokternya juga menyambungkan tali roh pasiennya, pasien merasakan ada chemistry dengan dokternya. Untuk sembuh memerlukan pendekatan menyeluruh tak terpisahkan antara badan, jiwa, dan roh. Dokter yang sukses, dokter yang cakap mendekati pasien untuk secara holistic seperti itu. Kesembuhan pasien itu sebuah proses. Awalnya diperlukan rasa percaya juga. Citra pesona dokter sebagai seorang profesional itu yang mendukung kesembuhan pasiennya. Maka pesona itu perlu dipelihara, bahkan ditingkatkan. Kerancuan Profesional Bukan rahasia lagi kalau tak sedikit pasien mengeluh terhadap dokter yang memeriksanya. Alih-alih menyembuhkan, malah muncul rasa antipati, sikap kurang bersimpati melihat bagaimana dokter berpenampilan, bersikap, berbicara, dan berpraktik. Rasa percaya pasien terganggu bila dokter juga 8

masih merokok. Bila dokter juga masih gendut, Bila dokter juga hidupnya slebor. Apa yang dokter minta pasien melakukannya demi kesembuhan, menjadi sesuatu yang mustahil. Mana mungkin pasien mau mendengar anjuran berdiet langsing kalau dokternya sendiri gembrot. Nasihat, anjuran, wejangan dokter juga bagian penting dari proses kesembuhan pasiennya. Bila pasien tidak mematuhi apa yang dokter katakan, bagaimana penyakit pasien bisa menyembuh sempurna. Terlebih penyakit yang menahun, penyakit yang memerlukan berubahnya gaya hidup. Tercatat jelas dalam studi baru-baru ini, bahwa dokter yang tidak utuh sikap berprofesinya, tidak didengar oleh pasiennya. Alih-alih menyembuhkan, malah muncul rasa antipati kalau dokternya tampil, bersikap, beremosi bukan layaknya sebagai seorang profesional dokter. *Handrawan Nadesul, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Lulus ujian negara di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1981. Pengasuh rubrik kesehatan di surat kabar, tabloid, dan majalah. Pembicara di sejumlah seminar dalam dan luar negeri. Menulis buku sejak tahun 1972. Tahun 2000, memperoleh Piagam Penghargaan dari Menteri Kesehatan RI, Dr. Achmad Sujudi sebagai Penulis Surat Kabar Peduli Kesehatan. Tulisan ini ada di buku Cara Sehat Dr. Handrawan Nadesul Obat Bisa Salah, Cerdas & Bijak Mengonsumsi Obat, Penerbit Kompas, 2014; halaman 45-49.

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Faktual Jangan Lupa, Jadilah Garam dan Terang Oleh: dr. R. Septiani Windyasari*

D

i masa kini, mahasiswa sering diperhadapkan dengan kondisi yang menuntut mereka untuk menyelesaikan studi lebih cepat. Salah satu sebabnya adalah perubahan kurikulum pembelajaran. Dulu, untuk mencapai sarjana kedokteran, seorang mahasiswa harus studi 5-10 tahun, sekarang telah “dipadatkan” menjadi 3,5-4 tahun. Saya pernah mendengar cerita dari salah seorang mahasiswa. Ia baru saja masuk kuliah semester empat Fakultas Kedokteran, namun sudah dikondisikan untuk mulai memikirkan judul skripsi. Bayangkan, mahasiswa semester empat sudah harus mulai memikirkan apa yang akan ia tulis pada tugas akhir! Nah, banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran yang beranggapan, semakin cepat mereka menyelesaikan skripsi sebelum modul akhir preklinik, itu semakin baik. Bahkan ada yang sudah memulainya sejak semester tiga. Tak hanya itu. Banyak mahasiswa yang berlomba-lomba lulus kuliah dengan cepat. Hal ini sebenarnya tidaklah salah, namun kurang tepat. Banyak mahasiswa yang hanya mementingkan hasil bukan proses, sehingga tak jarang menggunakan segala cara untuk mencapainya. Ada yang asal ambil judul skripsi, asal mengerjakan skripsi yang sebenarnya bukan minatnya, bahkan sebenarnya tidak dikuasai, dan itu semua sekadar hanya untuk memperoleh nilai dan supaya studi SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

bisa cepat selesai. Yang penting mendapat nilai. Yang penting selesai. Hal ini dapat berdampak pada kualitas dan kompetensi lulusan program medis. Kurangnya pemahaman terhadap bidang keilmuan. Bukan hanya itu. Masa studi untuk pendidikan profesi dokter pun juga relatif lebih cepat. Secara umum terdapat perbedaan yang mencolok antara pembelajaran dahulu dan pembelajaran sekarang. Proses pembelajaran dahulu berfokus pada pembentukan karakter, namun sungguh amat disayangkan bila proses pembelajaran sekarang lebih berorientasi pada hasil. Minimnya penekanan pada pembentukan karakter pada proses pendidikan sekarang serta ditambah dengan “gempuran” isme-isme yang berkembang pada masa kini telah dan akan mempengaruhi kehidupan mahasiswa medis. Harry Limanto dalam tulisannya menuliskan, ”Isme yang saya rasakan paling besar pengaruhnya sebagai semangat zaman masa kini adalah ATEISME PRAKTIS (pikiran, tingkah laku, dan gaya hidup yang seakan tidak ada Tuhan walaupun masih beragama), yang memakai topeng banyak bentuk isme lainnya.” Kondisi-kondisi yang demikian dapat dengan mudahnya mempengaruhi mahasiswa menjadi serupa dengan dunia, sehingga banyak mahasiswa Kristen mulai kehilangan identitas diri, lupa akan panggilannya menjadi garam dan terang dalam kehidupan kampus sehingga sulit mempertahankan nilai-nilai Kristiani. Salah satu contoh perilaku buruk yang banyak mempengaruhi mahasiswa medis adalah kebiasaan “copy paste” tugas-tugas kuliah. Kebiasaan ini tumbuh subur karena tuntutan banyaknya tugas-tugas kuliah dan adanya fenomena dosen killer. Mahasiswa terobsesi ingin cepat selesai dan mendapat nilai yang terbaik, sehingga segala cara dilakukan “yang penting selesai”. Selain tuntutan studi yang berat, semakin mahalnya biaya kuliah di program studi medis telah “memaksa” seorang mahasiswa medis untuk berprinsip ekonomi. Banyaknya biaya kuliah yang telah dikeluarkan harus bisa kembali dan kalau bisa dalam waktu yang cepat. Cara berpikir yang demikian telah banyak mempengaruhi cara pandang seorang 9


FAKTUAL lulusan medis terhadap hal materi dan kepemilikan. Hal itu bisa mendorong lulusan medis berorientasi pada uang, kenyamanan (hidup mewah), konsumtif dan hedonis. Oleh karena itu, tak jarang kita amati tenaga medis Kristen pun terseret dalam arus pemikiran duniawi. Pola pikir demikian juga akan mempengaruhinya bagaimana memandang pasien. Kurangnya empati terhadap pasien. Memandang pasien sebagai “objek” bukan “subjek”. Pengaruh lainnya yang dapat ditimbulkan adalah kurangnya integritas diri dan sifat egois mementingkan diri sendiri. Sebagai mahasiswa Medis Kristen, kondisi di atas perlu diwaspadai dan mendapat perhatian. Tentu kita tidak ingin menjadi orang yang “seolah-olah” Kristen alias orang Kristen yang serba palsu, ikut terjerumus dengan arus dunia tetapi kita bisa menunjukkan identitas kita sebagai orang Kristen, jadi garam dan terang secara khusus di dunia kampus mempertahankan nilai-nilai Kristiani. Demi tidak menjadi bagian dari orang yang “seolah-olah”, Rasul paulus, dalam suratnya II Timotius 3:1-9 mengajak Timotius, anak dan murid kesayangannya melakukan dua hal: “Membaca arah zaman” dan “memelihara kesejatian kemuridan”. Ungkapan “pada hari-hari terakhir” dalam II Timotius 3:1, mengacu kepada keseluruhan Zaman Mesianis – yaitu periode waktu mulai dari kedatangan Kristus yang pertama kali sampai dengan kedatangan-Nya kembali. Itu berarti termasuk zaman Timotius hidup dan termasuk juga zaman kita hidup saat ini. Orang Kristen yang tidak mau dan mampu membaca arah zaman pasti akan digilas oleh zaman. Dia akan dengan mudah dipengaruhi, diarahkan, dibentuk, diubah, dan pada akhirnya digeser oleh zaman. Sebaliknya, orang Kristen yang mau dan mampu membaca arah zaman akan mawas diri. Dia tidak akan membiarkan dirinya dengan mudah dipengaruhi, diarahkan, dibentuk, diubah, apalagi digeser oleh zaman dia akan mempersiapkan dan memperlengkapi diri sebaik-baiknya, taat pada Firman untuk menghadapi segala macam dan bentuk tantangan zaman. Lebih dari pada itu, dia akan berusaha untuk mengerti rencana Allah atas zaman, dan dengan pertolongan Roh Allah dia akan berjuang untuk mempengaruhi, mengarahkan, membentuk, mengubah, dan pada akhirnya menggeser zaman. 10

Perwujudan untuk menunjukkan identitas diri, menjadi garam dan terang dapat diwujudkan salah satunya melalui Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK). Dalam Alkitab, cukup banyak tokoh-tokoh intelektual yang dipakai Allah dalam mewujudkan kehadiran Kerajaan Allah untuk pemulihan kondisi bumi yang telah rusak karena dosa, antara lain Musa, Daniel, Yusuf (dapat menempati kedudukan tinggi dalam pemerintahan Mesir, tentu karena Yusuf memiliki intelektual yang baik), Paulus, Matius mantan pemungut cukai (dapat menjadi pegawai pemungut cukai tentulah melalui proses pendidikan tertentu). Tidak dapat dipungkiri, ketika TUHAN berkarya dalam dan melalui kelompok intelektual, pengaruh yang di berikan bagi dunia ini sangat besar. Dalam perjalanan sejarah pelayanan mahasiswa terbentang pembaharuan besar dalam gereja dan dunia. Apa yang Tuhan karyakan dalam diri para intelektual seperti Martin Luther, Calvin, John Mott, The Seven Cambridge, meninggalkan sejarah manis bagi pembaharuan gereja yang berdampak bagi dunia. Bagaimana Visi dari Allah melihat kaum intelektual pada akhirnya juga menggugah seorang dr. Isabelo Magalit sehingga ia punya mimpi yang besar bagi dunia mahasiswa, yaitu “Saya memimpikan bahwa dari dunia mahasiswa bangsa ini akan muncul secara terus menerus pria dan wanita yang mengasihi Tuhan Yesus lebih dari apapun dan membenci dosa lebih dari apapun.” Kiranya Visi dari Allah tersebut juga mendasari PMK-PMK Medis yang ada dalam menjalankan perannya di kampus. Hal-hal konkrit yang PMK Medis bisa kerjakan rangka memberi asupan rohani bagi mahasiswa menghadapi kondisi yang telah dipaparkan diatas, antara lain: 1. Pentingnya menganalisis SWOT Setiap PMK Medis memiliki kondisi dan permasalahan yang spesifik walaupun secara umum juga ada, maka dari itu dalam menjalankan perannya PMK Medis juga perlu cermat menganalisa SWOT masing-masing PMK agar tahu apa yang menjadi permasalahan dan bagaimana cara menanganinya. Dengan analisa SWOT yang tajam, PMK tidak terjebak dengan program-program turunan dan hanya sekedar SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


menjalankan rutinitas belaka, akan tetapi dapat menghasilkan program-program yang membentuk karakter Kristus di dalam diri mahasiswa. 2. Kuat dalam Pembinaan/Pemuridan Meski Penginjilan, Pembinaan, Pelipatgandaan dan Pengutusan memiliki porsinya masing-masing dalam PMK, namun pembinaan punya porsi yang lebih besar. Pembinaan-pembinaan yang dikerjakan bisa kolaborasi antara pembinaan umum dan pembinaan yang sesuai dengan bidang medis sehingga ada aplikasi langsung yang bisa dikerjakan, seperti mengangkat dan membahas isu-isu medis yang sedang berkembang. Pembinaan bisa dalam Kelompok Besar maupun Kelompok Kecil. Melihat kondisi pemuridan yang terjadi saat ini, PMK juga harus giat membangun kembali dan mengupayakan pemuridan terjadi di kampus sehingga terbentuklah karakter Kristus yang siap menghadapi dunia medis 3. Membangun kemitraan pelayanan Melihat kebutuhan yang besar dan kondisi yang ada pentingnya kemitraan pelayanan untuk saling mendukung dalam pelayanan medis, tentu saja tidak sembarang menjalin kemitraan tetapi dilihat dari visi dan kebutuhan yang ada. Antar PMK Medis juga bisa saling bekerja sama sehingga terjalin relasi yang baik dan saling dukung, PMK medis yang sudah stabil bisa membantu PMK medis yang baru merintis PMK. 4. PMK Medis yang berdampak Penting juga hadirnya PMK medis di kampus bisa ambil bagian terhadap kondisi-kondisi yang ada di kampus, tidak hanya mementingkan hal intern PMK. Orang-orang yang dibina di dorong ambil bagian dalam keorganisasian atau kegiatan di kampus, seimbang dalam iman dan ilmu, jadi SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

teladan di dalamnya, menerapkan nilai-nilai Kristiani sehingga boleh berdampak lebih luas. Dunia medis adalah ladang pelayanan yang sangat potensial. Perlu orang-orang yang bisa menerapkan nilai-nilai Kristiani jadi garam dan terang di dalamnya. Sejak dini mahasiswa perlu dibina melalui pelayanan mahasiswa. Maju mundurnya sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas iman dan ilmu para mahasiswanya. Oleh karena itu sangat vital pelayanan mahasiswa diperjuangkan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan yang dimiliki. Karena setiap alumni yang merupakan buah pelayanan mahasiswa yang diperjuangkan dengan segenap doa dan karya dalam anugerah Tuhan akan menjadi alumni-alumni yang dapat menunjukkan identitas diri sebagai orang Kristen, menjadi garam dan terang, mendatangkan Kerajaan Allah di bangsa ini. Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22: 6) Kepustakaan: 1. Erick Sudarma dalam tulisan “Membaca arah Zaman”. 2. Harry Limanto dalam tulisan “Isme-isme yang mempengaruhi zaman ini”. 3. Buku Our Heritage terbitan Perkantas 4. Materi OS, “Peran Pelayanan Mahasiswa” *dr. R. Septiani Windyasari adalah Associate Staf Pelayanan Medis dari Perkantas Pontianak

11


Untaian Firman Berakar di dalam Dia, Dibangun di atas Dia

A

(Kolose 2:6-8)

pakah sudah cukup bagi seseorang untuk memiliki iman, tanpa memedulikan apa isi dari iman tersebut? Apakah pemahaman yang benar terhadap iman kita kepada Yesus Kristus adalah sesuatu yang penting? Bagi Paulus, isi dari iman maupun pemahaman terhadap iman adalah hal yang penting sekali. Buktinya, ia segera bertindak ketika iman jemaat Kolose kepada Yesus mulai diisi oleh pemahaman yang keliru. Paulus menyebut, “pemahaman” itu sebagai filsafat yang kosong dan palsu yang berasal dari tradisi turun temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak sesuai dengan ajaran Kristus (Kolose 2:8). Menerima Yesus Kristus sama artinya dengan percaya bahwa Yesus telah mati untuk menebus dosa dan bangkit untuk memberi hidup yang kekal kepada kita. Kita menerima karya Yesus itu dengan iman, yaitu kemauan untuk memercayakan pengampunan dosa kita hanya kepada karya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus saja. Kita tidak lagi mengandalkan keselamatan kita pada segala perbuatan dan amal ibadah menurut pikiran atau versi kita sendiri. “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita.” Awal yang baik dan itu keputusan yang hebat! Tidak semua orang mau menerima Kristus. Amat sulit. Namun ini saja belum cukup. “Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” Ini penting sekali. Iman bukan seperti arloji yang cukup dengan ganti baterai, lalu jalan sendiri, melainkan seperti orang yang lari maraton. Banyak rintangan dan kita kudu bertahan! Tidak boleh berhenti atau mundur. Ini artinya juga, jemaat Kolose harus memiliki hidup yang tetap di dalam Yesus Kristus. Mereka tidak boleh memiliki kepercayaan yang lain di luar Yesus. Jemaat Kolose harus menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka selamanya. Hidup mereka maupun hidup kita semua, baik di dunia maupun di dalam kekekalan harus diserahkan kepada Yesus, karena Dialah yang memiliki dan memberi hidup kita. “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia.” Ini berarti bertumbuh ke dalam. Pohon boleh

12

bertumbuh ke atas, tetapi akar mesti kuat. Kalau tidak, maka pohon itu akan tumbang. Akar mencari makanan dari dalam tanah. Di mana akar kita? Akar kita harus berakar di dalam Yesus Kristus. Hanya dengan itu kita dapat bertahan. Mengapa banyak pelayan Tuhan tidak awet? Mengapa banyak hamba Tuhan imannya gugur? Karena akarnya bukan Kristus. Jadi, semakin lama sebagai orang Kristen, kita harus berpaut lebih erat kepada Kristus. Kristus di dalam kita dan kita di dalam Kristus. “Dibangun di atas Dia dan bertambah teguh dalam iman.” Ini berarti bertumbuh ke atas. Naik kelas. Apa artinya? Semakin gigih, tidak mudah patah. Semakin punya nilai lebih. Berubah semakin baik. Setiap keputusan dalam hidup, perilaku, dan cara berpikir kita harus sesuai dengan Kristus karena Dia adalah dasar hidup kita. Jika kita dengan setia selalu mencari makanan hidup kita dari Yesus maka niscaya iman kita pun akan semakin kokoh. “Hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” Bertumbuh ke samping. Ini ukuran kedewasaan yang penuh. Melimpah dengan syukur. Menjadi berkat yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin orang! Menjadi orang Kristen yang dewasa itu artinya tidak hanya mengharapkan berkat, tetapi membagi berkat, menyalurkan berkat. Karena itu, bukan orang Kristen yang manja dan cengeng; minta terus! Menggerutu terus. Mengeluh terus. Tidak puas terus! Jadi, mereka (baca: tenaga kesehatan) yang berakar dan dibangun di dalam Dia, tidak akan dibentuk oleh kebiasaan masyarakat, sekalipun tampaknya benar. Mereka kuat secara rohani dan mampu bertahan dalam kesukaran. Bagi orang seperti itu Firman Allah itu bukan hanya dipelajari, atau diketahui, atau dikutip, tapi digemari dan direnungkan siang dan malam. Firman itu menjadi makanan, penuntun, inspirasi dan sukacita, yang membentuk pikiran dan hati untuk bertindak dengan adil dan bekerja untuk kepentingan pasien dan masyarakat.

*/tnp.

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Kesaksian Tuhan Sudah Memberikan Jalan Oleh: drg. Kartini Rustandi, M.Kes Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI*

D

unia ini terus mengalami perubahan. Dalam amatan saya, perubahan pertama adalah ilmu pengetahuan. Peralatan makin canggih dan obat-obatan makin berkembang. Nah, ada hal menarik, perubahan itu berbeda. Contohnya, dahulu ada pelajaran budi pekerti. Saat ini, ada sih pelajaran itu, namun berbeda. Perbedaan ini dapat terjadi karena budaya barat yang terlalu didewakan yang mungkin tidak cocok dengan budaya timur. Perubahan juga mengakibatkan orang makin permisif. Permisif ini dibungkus dengan toleransi. Ambil contoh, dulu banci dijauhi dan dilempari. Saat ini makin terbuka. Apa yang aneh dianggap normal dan dianut semua orang. Ada pergesesaran nilai-nilai di masyarakat. Namun kita tidak perlu heran karena Alkitab telah mengatakannya. Di tengah dunia yang berubah itu, saya melihat masih ada kok orang-orang yang punya dedikasi, bekerja sungguh-sungguh dan berpikir positif. Walaupun terkadang oleh orang lainnya dianggap sebagai sesuatu yang aneh. Prinsip saya, kita harus mempertahankan idealisme kita. Contohnya adalah disiplin waktu. Jika saya komitmen datang pagi, maka akan saya pastikan hal itu tercapai. Contoh lainnya adalah minat mengabdi ke masyarakat, maka harus terus dihidupkan. Seringkali orang tidak suka hal yang benar. Namun menurut saya, orang yang “aneh� ini seringkali adalah orang yang berhasil. Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), saya berSAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

syukur bertumbuh di dalam keluarga Kristen, bisa mengecap pendidikan, ada kesempatan menjadi guru sekolah minggu, dan dibentuk juga saat bertugas di Papua (dahulu Irian Jaya). Salah satu yang disyukuri lagi adalah saat SMP dan SMA diajarkan disiplin, komitmen dan tanggung jawab. Orang tua saya mendidik saya dengan baik. Nilai-nilai yang diajarkan sebelumnya nampak dalam kehidupan saya saat ini. Ada masa ketika sibuk sekali, saya lupa membaca Alkitab. Tapi tetap saya memaksa diri untuk membaca Alkitab setiap hari. Karena seringkali jawaban atas masalah kita muncul saat kita membaca Alkitab. Penyertaan Tuhan juga saya rasakan melalui teman saya yang mengirim firman Tuhan setiap pagi. Pernah, ada satu ayat yang dikirimkannya. “Siapa yang lekas naik darah berlaku bodoh. Tetapi orang bijak berlaku sabar.� Artinya, saya diingatkan pagi itu untuk belajar menahan diri. Ada rasa marah namun saya belajar menahan diri. Kalaupun saya marah, saya tidak akan menyimpan marah itu. Hanya satu kali dan tidak dibawa seterusnya. Jika pun saya marah, tujuan saya untuk memperbaiki orang tersebut agar lebih baik daripada saya. Sementara itu, ada grup yang terdiri dari pasien-pasien penyakit kronis (kanker), yang saya aktif di dalamnya. Walaupun saya tidak bisa mendampingi atau mengunjungi pasien lainnya, saya berusaha tiap harinya untuk memberikan dukungan dengan mengirim pesan doa dan 13


Kesaksian semangat di grup chatting tersebut. Ada pasien kanker baru. Saya pikir sayalah yang akan memberikan penguatan. Tetapi, kadang-kadang malah saya yang diberi kekuatan oleh dia. Saat ini, saya menjabat Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga. Pekerjaan ini adalah bagian dari tugas yang Tuhan berikan. Saya harus menyatakan karya Tuhan di dalam tugas-tugas saya itu. Pemerintah itu khan ditetapkan oleh Tuhan. Jika saya dimasukkan dalam kelompok pemerintah, maka pekerjaan saya juga adalah pengabdian kepada Tuhan. Maka harus kita kerjakan dengan baik. Seringkali kita harus membedakan boleh dan benar. Tidak semua hal-hal yang boleh adalah benar. Dan itu salah satu tantangan dalam pemerintahan. Walaupun peraturan memperbolehkan, namun belum tentu itu benar. Jabatan saat ini pun sepertinya sudah direncanakan oleh Tuhan. Tahun 2006, saya mengikuti diklat dengan teman-teman Kementrian Tenaga Kerja (Kemenaker). 10 tahun kemudian, saya ditugaskan menjadi direktur dari Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. Hubungan yang dibangun 12 tahun lalu ini menjadi bekal untuk dapat bekerja sama dalam program kesehatan kerja antara Kemenkes dan Kemenaker. Perubahan zaman harus dimaknai sebagai suatu kebaikan. Untuk generasi jaman now, yang penting adalah, bagaimana kita menyikapi perubahan. Tuhan sudah memberikan jalan yang harus diikuti. Alkitab yang memandu jalan, ada teman yang selalu mengingatkan, dan kita harus membangun persekutuan. Pandai lah untuk memilih mana yang hendak kita pakai. Yang kedua, lebih bahagia untuk memberi daripada menerima. Dan yang terakhir, jangan berkutat hanya di kawan-kawan seiman saja, waktunya untuk berbagi dan bersaksi untuk orang lain. *Hasil wawancara dengan dr. Yeremia PM Runtu

14

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Info Medis

Stunting: Dimulai dari Kandungan Ibu Oleh: Helena Ullyartha, SKM, M.Biomed

Di Indonesia, sekitar 37,2% (hampir 8,9 Juta /satu dari tiga anak) anak balita mengalami stunting (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013) Indonesia adalah Negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar Prevalensi stunting Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%).

M

enurut WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan karena keadaan gizi buruk pada anak. Anak yang mengalami gizi buruk memiliki risiko meninggal 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. Kegagalan pertumbuhan linear adalah bentuk yang paling umum dari kekurangan gizi secara global. Sekitar 165 juta anak-anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting (pengerdilan) dan dinyatakan sebagai prioritas utama kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012, Resolusi the World Health Assembly Resolution 65.6 mengesahkan rencana pelaksanaan yang komprehensif tentang gizi anak ibu, bayi dan anak remaja, yang menetapkan enam target nutrisi global untuk 2025. Policy brief mencakup target pertama: pengurangan 40% jumlah anak di bawah 5 tahun yang stunting Tujuan dari policy brief ini adalah untuk meningkatkan perhatian, investasi, dan satu set intervensi dan kebijakan membantu negara anggota dan mitranya dalam mengurangi angka stunting pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun.

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

Status gizi adalah gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh. Status gizi seseorang dapat dinilai dengan mengukur dimensi tubuh (antropometri), yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, serta tebal lemak di bawah kulit. Ketika anak-anak kurang mendapat asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi, gizi buruk pun rentan mereka alami. Sayangnya, gizi buruk yang dialami anak bisa diperparah akibat kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi buruk dan cara menanganinya. Gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan terutama di negara miskin dan negara berkembang, seperti Indonesia Ada 3 tipe malnutrisi protein –energi pada anak: Tipe

Tampilan Fisik

Penyebab

Maltnutrition Akut

Wasting atau kurus

Nutrisi yang tidak memadai akut menyebabkan penurunan berat badan yang cepat atau kegagalan untuk mencapai berat badan yang normal

Malnutrision Kronis

Stunting atau pendek

Nutrisi yang tidak memadai dalam jangka waktu panjang menyebabkan kegagalan pertumbuhan

Maltnutrition Akut dan Kronis

Underweight/ gizi kurang

Ukuran Kombinasi oleh karena itu bias terjadi akibat dari wasting (kurus), stunting atau akibat keduanya

15


Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun Anak dengan stunting memiliki IQ 5-10 poin lebih rendah dibanding dengan anak yang normal. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006 nilai z-scorenya kurang dari -2SD (stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted) (Kepmenkes 1995/MENKES/SK/XII/2010). Pada anak-anak, tiga indeks antropometrik yang paling umum digunakan untuk menilai status pertumbuhan mereka adalah berat badan per tinggi badan, tinggi badan per usia dan berat badan per usia. Indeks antropometrik ini dapat diartikan sebagai berikut:

16

Rendahnya Berat per tinggi badan: Wasting (kurus) menunjukkan kasus berat sering dikaitkan dengan kelaparan akut dan atau penyakit berat lainnya. Namun, kurus juga bisa merupakan hasil dari kondisi kronis yang serius. Asalkan tidak terjadi kelaparan/kekurangan makanan yang parah, prevalensi kurus biasanya di bawah 5%, bahkan di negara-negara miskin. Namun di India, di mana prevalensi lebih tinggi ditemukan merupakan pengecualian yang penting. Prevalensi yang melebihi 5% merupakan peringatan akan meningkatnya kematian. Pada indeks keparahan, prevalensi antara 10-14% dianggap serius, dan di atas atau sama 15% sebagai batas kritis. Biasanya, prevalensi berat badan rendah yang tinggi menunjukkan puncak pada tahun kedua kehidupan. Kurangnya data wasting dalam populasi tidak berarti tidak adanya masalah gizi saat ini, stunting dan masalah malnutrisi lainnya. Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Panjang

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Info Medis Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis “Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median. Sedangkan anak didiagnosis gizi kurang jika “BB/PB atau BB/TB < - 2 SD atau 80% median”. Meskipun kategori stunting atau kerdil diidentifikasi dengan membandingkan TB/U, kondisi tubuh yang pendek biasanya tidak sendirinya menjadi bermasalah. Sebaliknya, kondisi ini sebagai ‘sindrom stunting’ di mana beberapa perubahan patologis yang ditandai oleh retardasi pertumbuhan linear meningkatkan morbiditas dan mortalitas dan mengurangi fisik, perkembangan saraf dan kapasitas ekonomi. Sekuel pendek, menengah dan panjang stunting, dibahas di Gambar 1. Stunting adalah proses siklus karena wanita yang mengalami kekerdilan pada masa kanak-kanak cenderung memiliki keturunan kerdil/stunting, menciptakan siklus kemiskinan antargenerasi dan mengurangi pendapatan yang sulit untuk dihindari meskipun jendela peluang potensial telah diidentifikasi.

Jalur kuning : periode antara usia 2 tahun dan pertengahan masa kanak-kanak dan selama percepatan pertumbuhan remaja dan saat pertumbuhan linear dapat terjadi, meskipun efek penyebab lain dari sindrom stunting (misalnya kognitif dan fungsi kekebalan tubuh) tidak jelas. Jalur kuning pendek sebelum. Konsepsi mencerminkan bukti bahwa intervensi diet fokus bagi wanita stunting selama periode pra-konsepsi meningkatkan hasil kelahiran. Jalur merah : periode ketika sindrom stunting muncul tidak responsif terhadap intervensi. Kotak biru : mencantumkan faktor penyebab atau pemicu usia tertentu. Kotak putih : gambarkan hasil umum spesifik usia SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

hasil khusus usia yang umum. Antara 2 tahun dan dewasa, jalur-jalurnya yang terkait dapat dilihat:. Garis putus-putus : anak yang stunting yang lingkungannya berlebihan makanan menyebabkan kenaikan berat badan yang berlebihan; Garis tegas: anak yang kerdil yang lingkungannya tetap terbatas sumber makanan. Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi Stunting dan meningkatkan standar sanitasi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional telah menargetkan penurunan angka Stunting anak di bawah lima tahun menjadi 32% pada 2015. Dengan angka stunting anak balita pada 2013 yang masih 37%, artinya masih ada 5% penurunan yang perlu dikejar dalam waktu dekat. Indonesia 17


menetapkan Penurunan angka stunting menjadi target percepatan perbaikan gizi, dari angka 32,9% menjadi 28% di tahun 2019. Saat ini prevalensi stunting pada balita sudah mencapai 26%, namun masih perlu percepatan sehingga penurunannya signifikan. Untuk itu telah dilakukan penurunan stunting terintegrasi. Akhir tahun 2017 sudah dilakukan di 8 Kabupaten prioritas. Tahun 2018 pelaksanaannya diperluas pada 100 Kabupaten/ Kota. Selanjutnya tahun 2019 lokasi intervensi secara berkala diperluas menjadi 60 kabupaten/kota sehingga mencakup semua kabupaten/kota. Secara bersamaan dilakukan pula kegiatan Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) pada 64 Kabupaten oleh Millenium Challenge Account (MCA)-Indonesia. Ada tiga upaya untuk melaksanakan kegiatan penurunan stunting terintegrasi terutama di 100 Kabupaten/Kota, yaitu: (1) peningkatan komitmen pimpinan daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi; (2) peningkatan kemampuan aparat daerah terkait penurunan stunting; dan (3) penyiapan pemberdayaan masyarakat serta keluarga dalam penurunan stunting. Untuk mencapai hal itu maka Bappenas telah menyelenggarakan Stunting Summit. Acara yang didukung oleh MCA Indonesia dan IMA World Health akan diadakan pada tanggal 28 Maret 2018 di Hotel Borobudur, Jakarta. Dalam rangkaian Stunting Summit, akan dilaksanakan pula Rembuk Stunting Tahap 2, pada tanggal 26-27 Maret 2018.Tujuan Stunting Summit ini untuk meningkatkan komitmen kepala daerah terutama pada 100 kab/kota prioritas intervensi penurunan stunting terintegrasi. Juga meningkatkan kemampuan pimpinan OPD di kabupaten/ kota dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan pemantauan dan evaluasi intervensi penurunan stunting terintegrasi. 18

Stunting Bisa Dicegah dengan: 1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal mereka harus minimal mengkonsumsi 90 tablet selama kehamilan. 2. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. 3. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan. 4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. Pada bulan September 2012, Pemerintah Indonesia meluncurkan “Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupanâ€? yang dikenal sebagai 1.000 HPK. Gerakan ini bertujuan mempercepat perbaikan gizi untuk memperbaiki kehidupan anak-anak Indonesia di masa mendatang. Gerakan ini melibatkan berbagai sektor dan pemangku kebijakan untuk bekerjasama menurunkan prevalensi stunting serta bentuk-bentuk kurang gizi lainnya di Indonesia. Pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya telah menyepakati sejumlah intervensi gizi spesifik, atau langsung, untuk mencegah dan menanggulangi stunting antara lain: • Promosi ASI dan Makanan Pendamping ASI yang bergizi, • Pemberian tablet zat besi-folat atau multivitamin dan mineral untuk ibu hamil dan menyusui, SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Info Medis • Pemberian zat penambah gizi mikro untuk anak, • Pemberian obat cacing pada anak, • Pemberian suplemen vitamin A untuk anak balita, • Penanganan anak dengan gizi buruk, • Fortifikasi makanan dengan zat gizi mikro seperti Vitamin A, besi dan yodium, • Pencegahan dan pengobatan malaria bagi ibu hamil, bayi dan anak-anak. Selain itu, intervensi juga dilakukan dalam sektor-sektor lain untuk menanggulangi penyebab tidak langsung terjadinya kurang gizi, seperti lingkungan yang buruk, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan berkualitas, pola asuh yang tidak memadai serta permasalahan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Contoh dari intervensi-gizi sensitif atau tidak langsung ini meliputi: • Intervensi pola hidup bersih sehat (PHBS) seperti cuci tangan pakai sabun dan peningkatan akses air bersih, • Stimulasi psikososial bagi bayi dan anak-anak • Keluarga Berencana, • Kebun gizi di rumah/di sekolah, diversifikasi pangan, pemeliharaan ternak dan perikanan, • Bantuan langsung tunai yang digabungkan dengan intervensi lain seperti pemberian zat gizi dan pendidikan terkait kesehatan dan gizi

Masalah utama stunting atau tinggi badan anak tidak sesuai usia terjadi akibat kekurangan asupan gizi. Gizi menjadi salah satu komponen yang harus dipenuhi dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, terutama pada periode seribu hari pertama kehidupan. Dimulai dari dalam kandungan ibu, gizi yang sehat dan berimbang harus mulai menjadi perhatian. Pencegahan stunting sebaiknya dimulai sejak pasangan pengantin menikah, atau bahkan beberapa hal sebelum itu. Pencegahannya harus sudah dilakukan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Kepustakaan: 1. Stunting dan Masa Depan Indonesia, MCA-Indonesia 2. The stunting syndrome in developing countries Andrew J. Prendergast, Jean H. Humphrey , Paediatrics and International Child Health 2014 VOL . 34 NO . 4 3. Stunting Summit Jakarta, 28 Maret 2018 4. Data Source: 2010 National Report on Basic Health Research, unless noted otherwise 5. The use of epidemiological tools in conflict-affected populations: open-access educational resources for policy-makers, http://conflict.lshtm.ac.uk 6. WHA Global Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief 7. Putting an end to childhood malnutrition http://blogs. worldbank.org/health/putting-end-childhood-malnutrition

Stunting yang disebabkan kurangnya asupan gizi menyebabkan anak gampang sakit dimana dipengaruhi oleh anak yang memiliki imunitas yang rendah. Bahkan anak akan rentan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung koroner, stroke mudah diderita saat anak tersebut sudah berusia dewasa-lansia. Anak yang stunting juga memiliki postur tubuh yang tidak proporsional saat dewasa. Impikasinya, anak dengan stunting secara psikilogis merasa minder dari teman-teman seusianya. Selanjutnya dapat berakibat hambatan dalam bersosialisasi. Selain itu perkembangan kognitif penderita stunting juga lebih lambat dibanding anak normal sehingga akan memiliki tingkat pendidikan yang tidak memadai. Akhirnya, anak stunting mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

19


Info perawat Empat Cara

Mempertahankan

Kompetensi Klinis

K

ompetensi dari perawat selalu menjadi perhatian utama dari profesi ini. Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perawat tentunya mengharapkan suatu kompetensi dalam diri perawat yang bertanggung jawab mengurus diri mereka. Walaupun terdapat banyak faktor yang dibutuhkan untuk menentukan kompetensi perawat, hal ini merupakan tanggung jawab perawat untuk memastikan dan mempertahankan kompetensi klinis mereka. Berikut 4 langkah kunci bagi perawat untuk terus meningkatkan kompetensi klinis dan memberikan standar pelayanan yang lebih tinggi. 1. Komitmen untuk belajar sepanjang hidup Bidang keperawatan merupakan karir dengan kebutuhan untuk belajar seumur hidup demi meningkatkan kompetensi seiring dengan praktik keperawatan terbaru. Asosiasi perawat internasional telah mengeluarkan standar regulasi bahwa melanjutkan pendidikan formal merupakan hal yang penting bagi perawat untuk mempertahankan kompetensi klinis mereka. Dalam sebuah laporan tahun 2011, Institute of Medicine merekomendasikan pada tahun 2020, sebanyak 80% perawat yang telah melakukan praktik kerja sebaiknya memiliki gelar sarjana dalam ilmu keperawatan. Hal ini menandai bahwa pendidikan formal merupakan hal yang signifikan dalam 20

kompetensi klinis perawat. 2. Menghadiri konferensi dan seminar Para perawat sebaiknya memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk menghadiri konferensi keperawatan. Walaupun fokus perhatian dan topik utama konferensi dapat bervariasi, tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah untuk memperoleh pengetahuan baru dalam perawatan, penanganan serta edukasi terkait kesenjangan dalam bidang kesehatan. Konferensi memberikan kesempatan bagi perawat untuk bertemu dengan para pembicara, ahli, dan profesional dari berbagai bidang spesialisasi keperawatan dan latar belakang. Perawat juga selanjutnya dapat membangun koneksi dengan perawat lain dan profesional di bidang pelayanan kesehatan yang menghadiri konferensi. Mereka juga dapat saling bertukar pikiran dan memiliki pengetahuan terbaru mengenai inovasi dalam bidang keperawatan dan pendidikan. 3. Mendapat sertifikat spesialisasi Sertifikat resmi dalam suatu bidang spesialisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi klinis perawat. Sertifikasi seringkali disertai dengan ujian khusus yang melibatkan standar terbaru dalam bidang keperawatan sehingga dapat memberdayakan perawat untuk menjadi lebih ahli dan up-to-date dalam bidang SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Info perawat “Bidang keperawatan merupakan karir dengan kebutuhan untuk belajar seumur hidup demi meningkatkan kompetensi seiring dengan praktik keperawatan terbaru.�

tersebut. Pasien juga akan memiliki kepercayaan lebih terhadap keahlian dan kemampuan perawat yang memiliki sertifikasi dalam spesialisasinya. Perawat yang memiliki sertifikasi juga akan dapat lebih meyakinkan untuk diterima saat melamar kerja, terutama apabila sertifikasi tersebut merupakan bidang spesialisasi yang dicari sebab sertifikat tersebut merupakan bentuk validasi dari pengetahuan perawat dan menunjukkan inisiatif mereka dalam mengurus pendidikan. 4. Peran dari atasan dan pemerintah Walaupun tanggung jawab untuk meningkatkan kompetensi klinis terletak pada diri perawat itu sendiri, dukungan dari atasan dan pemerintah dapat memberikan dorongan yang besar dan membantu mereka mempertahankan kompetensi klinis. Para atasan bertanggung jawab untuk menciptakan suatu mekanisme yang dapat membantu mempromosikan kualifikasi perawat atas pengetahuan, keahlian, dan kemampuan personal yang mereka butuhkan dalam bidang keperawatan. Selain itu, para atasan juga sebaiknya mempertahankan lingkungan berkualitas yang mendukung perawat untuk terus meningkatkan kompetensi dan berpartisipasi dalam program-program yang dapat membantu mereka meningkatkan level SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

kompetensi mereka lebih lanjut. Serupa dengan hal yang telah disebutkan di atas, pemerintah juga memainkan peran besar dalam mendorong perawat untuk meningkatkan kompetensi klinis mereka. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan program-program keperawatan untuk mendukung perawat meningkatkan kompetensi klinis yang selanjutnya akan memfasilitasi kolaborasi antar perawat, institusi pendidikan serta Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan. Mempertahankan kompetensi klinis dalam praktik keperawatan mutlak merupakan tanggung jawab perawat. Seorang perawat seharusnya tetap mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang pekerjaan mereka dan mengambil peluang untuk mengembangkan kompetensi mereka tanpa memandang posisi atau tingkat karir mereka. Sumber: MIMS Today 11 April 2018

21


Info Tanaman Jahe, Hangat dan Bermanfaat

S

iapa yang tak kenal dengan tanaman yang satu ini? Jahe. Dibalik rasanya yang “pedas pedas sadapâ€?, terdapat banyak sekali khasiat dan manfaat yang ada didalamnya. Salah satu manfaat jahe adalah untuk menghangatkan dan mengembalikan stamina tubuh kita. Jahe yang dalam bahasa Latin disebut dengan nama Zingiber Officinale, dalam bahasa Inggris Ginger, berasal dari dataran Asia, kemudian menyebar keberbagai penjuru dunia karena manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Jahe merupakan jenis tanaman yang buahnya berada dibawah tanah, sama seperti singkong, kentang, wortel, kunyit dan umbi umbian lainnya, serta masuk kedalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Tanaman ini memiliki tinggi sekitar 25-50 cm. Pada saat musim penghujan (cuaca dingin) atau daerah yang memiliki cuaca dingin, tumbuhan ini menjadi konsumsi sehari hari karena senyawa zingeronyang memberikan rasa pedas pada tanaman tersebut. Sehingga berefek untuk menghangatkan tubuh dari hawa dingin. Masyarakat di Asia sudah mengkonsumsi jahe sejak ribuan tahun lalu (Âą3000 SM). Semua itu berkat khasiatnya untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti batuk, saluran pernapasan, dan lain lain. Di Indonesia, tanaman jahe tumbuh subur serta menjadi bahan rempah rempah utama untuk olahan makanan dan minuman. Jahe menjadi komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan untuk wilayah yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Kandungan Gizi Jahe Jahe memiliki berbagai nutrisi, gizi, mineral serta senyawa lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan.

22

Jenis-jenis Jahe 1. Jahe Merah

Jenis jahe yang popular dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah Jahe merah. Tanaman yang satu ini memiliki rasa yang paling pedas dibandingkan dengan jenis jahe yang lainnya, karena memiliki kadar minyak asteri (istilah lainnya minyak esensial atau aromatik) sebanyak 4% sampai 9% dari berat kering. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Info Kadar minyaknya ditentukan dari usia jahe merah tersebut, semakin tua usia jahe merah, semakin banyak juga kandungan minyak atsiri yang terdapat didalamnya. Oleh sebab itu tanaman ini sering dipakai untuk bahan utama pembuatan obat dan minyak jahe oleh para produsen. Selain menjadi jahe yang popular di kalangan masyarakat Indonesia, ternyata jahe ini memiliki harga yang cukup tinggi dibandingkan jenis jahe lainnya, harga tersebut bergantung dari kualitas yang didapatkan. Sifatnya musiman sehingga dalam 1 tahun panennya tidak bisa banyak, tergantung oleh iklim atau cuacanya. Permintaan jahe merah berkualitas dipasar cukup tinggi, sehingga hal inilah yang membuat harganya lebih tinggi. Untuk mereka yang memiliki penyakit maag kronis disarankan untuk tidak mengkonsumsi jenis jahe yang satu ini. Karena sifat pedasnya yang keras berbahaya untuk kesehatan lambung kamu. 2. Jahe Emprit

3. Jahe Gajah

Sesuai dengan namanya yaitu jahe gajah, jenis jahe ini berukuran lebih besar dari jenis jahe lainnya. Bagian dagingnya memiliki warna putih kekuningan, biasa juga dikenal dengan nama jahe kuning dikalangan masyarakat kita. Rasanya tidak sepedas jahe merah atau emprit sehingga jenis jahe ini cocok untuk bahan pembuatan permen jahe atau minuman (wedang) jahe, karena sifat dagingnya yang tebal, tapi biasa juga digunakan untuk rempah pada masakan. Manfaat Jahe Untuk Kesehatan Berikut ini, manfaat Jahe untuk kesehatan atau penyembuhan berbagai penyakit yang biasa dialami masyarakat kita:

Jenis jahe ini merupakan jenis jahe yang paling sering kita temui di pasar-pasar. Bagian dagingnya memiliki warna putih bersih, dan memiliki bentuk yang emprit alias kecil dibandingkan jahe yang lainnya. Biasanya aroma jahe ini tidak terlalu menyengat tapi tetap memiliki rasa yang cukup pedas. Kandungan minyak astirinya sekitar 2% sampai 7% dari berat kering. Jahe ini kerap digunakan untuk penyedap makanan dan juga jamu jamuan.

1. Masalah Pencernaan Berbagai masalah pencernaan dapat diatasi oleh si mungil ini, mulai dari dispepsia, kolik dan lain sebagainya. Jahe juga mampu mengatasi masalah gas berlebih didalam perut. Kandungan senyawa phenolic yang ada didalamnya berfungsi untuk melancarkan air liur, menangani kontraksi dan meredakan iritasi didalam pencernaan. 2. Mencegah Peradangan Pada dasarnya tumbuhan yang memiliki minyak esensial dan kandungan gingerol memiliki manfaat untuk meredakan atau mencegah peradangan. Gingerol bertugas sebagai anti inflamasi yang dapat mencegah radang tenggorokan. Jahe juga diperkirakan dapat menghambat unsur yang berada didalam proses inflamatori tubuh seperti leukosit, kondrosit, kemokin dan sitokin. 3. Mengurangi Rasa Sakit Pada Otot

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

23


Info Manfaat jahe selanjutnya yaitu mengurangi rasa sakit pada otot seperti rematik. Mengkonsumsi jahe dapat mengurangi rasa sakit pada otot, setelah olahraga terkadang otot kita merasakan nyeri, nah mengkonsumsi jahe secara teratur dapat mengurangi rasa nyeri otot tersebut sampai 20% (menurut sebuah penelitian di Universitas Georgia). Begitu pula halnya dengan para wanita yang sedang menstruasi atau haid, biasanya pada saat “penyakit� tersebut datang mereka akan merasakan nyeri pada otot ototnya. Konsumsi jahe secara teratur bisa juga meredakan rasa nyeri tersebut hingga 59%. Jahe punya jenis nutrisi yang sifatnya inflamasi (membentuk otot baru). 4. Melindungi Anda dari Penyakit Kanker Manfaat lainnya dari senyawa gingerol adalah mencegah pertumbuhan dari sel kanker. Serta kandungan minyak asteri yang dapat mencegah masuknya penyakit radikal bebas, salah satunya penyakit kanker. Salah satu Universitas di Amerika Serikat pernah melakukan uji coba kepada 10 ekor tikus yang mengalami tumor, dimana sebagian tikus diberikan zat gingeriol dan sebagian yang lainnya tidak. Hasilnya cukup mengejutkan, setelah beberapa minggu, tikus yang tidak diberikan zat gingeriol terpaksa disuntik mati karena pertumbuhan tumornya lebih cepat dibandingkan tikus yang diberi zat gingeriol. Dari hasil penelitian tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa senyawa gingeriol berfungsi juga untuk mengurangi penyebaran sel tumor dalam tubuh baik yang belum maupun yang sudah dioperasi dan tidak dapat dioprasi (karena sudah memasuki stadium tertentu). 5. Menyembuhkan Batuk Rasa hangat pada jahe selain dapat meredakan radang tenggorokan, sekaligus menyembuhkan batuk. 6. Mengurangi Rasa Mual Pernah merasakan mual saat berkendaraan, nah, ada baiknya kita sediakan permen jahe saat bepergian. Jahe berguna untuk mengurangi dan menghilangkan rasa mual yang disebabkan oleh berbagai hal, bukan hanya saat berkendaraan saja, 24

bisa jadi saat sedang vertigo, morning sickness, dan rasa mual selepas operasi. 7. Membantu Detoksifikasi Ketika mengkonsumsi jahe, keringat tubuh akan terpicu untuk keluar (istilahnya diaphoretic), hal tersebut berguna untuk detoks (mengeluarkan racun) didalam tubuh kita. Aliran darah didalam tubuh juga bisa didetoks oleh jahe, karena senyawa gingerol bersifat antioagulan yang berguna untuk pencegahan darah menjadi gumpalan. Sehingga resiko penyumbatan pembulu darah dapat di antisipasi dan aliran darah menjadi lancar. 8. Mencegah Penyakit Kulit Keringat yang keluar berfungsi juga untuk melindungi kulit akibat infeksi yang disebabkan oleh mikro organisme. Menurut sebagian ahli kulit, protein dermicidin pada jahe dapat melindungi tubuh dari bahaya penyakit kulit seperti jamur, kadas, kurap, staphylococcus dan lain-lain. 9. Manfaat Jahe untuk Sakit Kepala Manfaat jahe lainnya adalah mengobati rasa sakit kepala atau pusing (Prostaglandin). Minyak esensial dalam jahe juga bisa untuk mengobati rasa sakit kepala, jika kepala kalian terasa penat oleh aktifitas harian yang padat atau hiruk pikuk pekerjaan, cobalah untuk mengkonsumsi permen jahe agar pikiran kamu kembali tenang dan rileks. 10. Menghilangkan Bau Mulut Bau mulut mengurangi rasa percaya diri, cobalah untuk rutin berkumur dengan air jahe minimal 1 hari sekali. Kandungan vitamin C yang ada didalamnya dapat mengurangi dan menghilangkan bau mulut. 11. Mengendalikan Kadar Kolesterol Dalam Tubuh Jahe berguna untuk mengendalikan kadar kolestrol dalam tubuh. Ada baiknya kita mengkonsumsi jahe secara rutin, baik sepekan 1-3 kali. Jahe berfungsi untuk mengurangi (hipertensi atau tekanan darah tinggi) dan menurunkan kadar kolesterol darah secara keseluruhan terutama kadar kolesterol “Jahat� atau Low Density Lipoprotein (LDL). */tnp, dari berbagai sumber

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Kamp Medis Nasional Mahasiswa XXI

“Rebuild, Renew, Restore�

Exploring Christian Leadership Through The Book of Nehemiah Bandung, 2-7 Agustus 2018 Oleh: drg. Eddie Nagadi (Ketua Panitia Pelaksana KMdNM XXI 2018)

K

amp Medis Nasional Mahasiwa pada tahun 2018 ini mengusung tema yang berlandaskan sejarah perjalanan bangsa Israel terutama dalam pembangunan kembali tembok Yerusalem yang tertulis didalam kitab Nehemia. Sejarah PL diakhiri dengan kitab Nehemia, ketika orang buangan Yahudi diizinkan kembali ke negeri mereka setelah pembuangan di Babel dan Persia. Bersama dengan kitab Ezra (dengannya kitab Nehemia membentuk satu kitab dalam PL Ibrani; kitab ini mencatat sejarah dari tiga rombongan yang kembali ke Yerusalem. Ezra meliput peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan dua rombongan pertama (538 SM; 457 SM), dan Nehemia mencatat aneka peristiwa selama kembalinya rombongan ketiga (444 SM). Bila fokus kitab Ezra adalah pembangunan kembali Bait Suci, maka fokus kitab Nehemia adalah pembangunan kembali tembok Yerusalem. Kedua kitab menekankan pentingnya pemulihan rohani dan komitmen kepada Allah dan Firman-Nya. Nehemia, yang hidup sezaman dengan Ezra, melayani sebagai juru minuman Artahsasta I (raja Persia) ketika ia menerima kabar bahwa orang buangan yang kembali ke Yehuda dari Babel dan Persia sedang dalam kesulitan dan tembok Yerusalem masih berupa puing. Setelah mendoakan keadaan Yerusalem, Nehemia diberi kuasa oleh Raja Artahsasta untuk pergi ke Yerusalem sebagai gubernur dan membangun kembali tembok-tembok kota. Selaku pemimpin yang diilhami, ia mengerahkan orang-orang sebangsanya untuk membangun kembali seluruh tembok kota dalam 52 hari saja sekalipun terjadi pertentangan yang gigih. Nehemia menjadi gubernur selama 12 tahun; setelah kembali beberapa waktu ke Persia, ia menjadi gubernur Yehuda untuk masa bakti kedua (bd. Neh 2:1; Neh 13:6-7). Tema ini secara teologis akan dieksposisi oleh Pdt. Benny Solihin, M.Th, D.Min, seorang dosen hermeunetika dan homiletika dari Sekolah Tinggi SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

Teologi Seminari Alkitab Asia Tenggara (STTSAAT) selama 21 tahun, dan sekarang merintis pelayanan baru yang dikenal dengan Indonesia Preaching Ministry. Beliau menyelesaikan studi Master of Theology (M.Th) konsentrasi preaching di Calvin Theological Seminary, USA dan mengambil studi Doctor of Ministry (D.Min) konsentrasi preaching di Gordon Conwell Theological Seminar, USA. Peserta juga akan diperlengkapi lebih lagi dengan berbagai Seminar, Talkshow, Workshop bahkan Outbound yang akan membahas seputar leadership secara praktikal dan juga membahas isu-isu PMK, Pemuridan, Patient Care dan Misi Lintas Budaya. Berbagai narasumber telah menyatakan kesediaannya untuk mensharingkan kehidupannya dalam acara-acara pilihan ini serta lembaga-lembaga seperti Leimena Institute dan Kardia Foundation dari USA akan turut serta membekali para peserta Kamp Medis ini. Nehemia terbeban besar dan hancur melihat kondisi bangsa Israel, dia terpanggil untuk berdoa puasa bagi bangsa Israel. Sifatnya yang berani, kreatif, menyusun strategi, memiliki perencanaan yang matang dan daya tahan yang tinggi serta kemampuan menyelesaikan masalah ini diharapkan dapat menjadi figur bagi tiap peserta agar terjadinya kebangunan kualitas kepemimpinan yang baik di kalangan mahasiswa medis untuk berkarya ditengah-tengah bangsa Indonesia. Sehingga akan melahirkan tenaga medis yang bukan hanya semata-mata memikirkan pekerjaan klinis saja, tetapi juga turut andil dalam mendoakan, dan menyelesaikan masalah masalah bangsa Indonesia khususnya dalam bidang kesehatan. Mewakili segenap panitia Kamp Medis Nasional Mahasiswa XXI, kami mengundang segenap mahasiswa medis dari kalangan FK-FKGFKep sekalian untuk bisa hadir dalam kamp ini. Kiranya pelaksanaan KMdNM XXI dapat membawa setiap calon tenaga medis untuk memilih dan taat kepada panggilan ilahi dari Allah. Soli Deo Gloria‌. 25


Info Di Sumut lah kita Kamp Medis Nasional Alumni 2019 Oleh: dr. Benyamin Sihombing, MPH dan dr. Henny Ompusunggu, M.Biomed

D

ua belas September 2016 lalu, Kamp Medis Nasional Alumni (KMdN Alumni) Perkantas diakhiri dengan teatrikal pemberian tongkat estafet dari Panitia Pengarah ke Panitia Pelaksana, yang merupakan simbolisasi penerusan pelayanan KMdN Alumni. Demikianlah Kamp Medis dipelihara Tuhan mengarungi zaman, dari generasi yang satu ke generasi berikutnya, sejak tahun 1995, yang merupakan KMdN Alumni I sampai dengan KMdN Alumni XI tahun 2016. Melihat ke belakang tempat pelaksanaannya, ternyata, kamp ini dilaksanakan di seputaran Pulau Jawa, yakni Jawa Barat/Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Masukan dari peserta 3 kamp terakhir juga menyinggung hal ini, yakni, perlu dipikirkan tempat kamp yang berbeda dari yang sebelumnya. Melalui pimpinan Tuhan, akhirnya Perkantas Sumbagut disepakati menjadi tuan rumah KMdN Alumni XII yang akan dilaksanakan pada tanggal 5-8 September 2019. Ini adalah KMdN Alumni pertama yang dilakukan di luar Pulau Jawa. Tantangan didepan mata yang dihadapi saat lokasi Kamp bergeser ke ujung Barat Indonesia adalah soal komunikasi dan koordinasi panitia lokal dan PMdN, sebagai penanggungjawab kegiatan Kamp;

26

serta biaya transportasi calon peserta, khususnya dari Indonesia bagian Timur. Namun PMdN dan PMdK Medan optimis dengan pemeliharaan Tuhan, tantangan di atas akan bisa diatasi. Diskusi perdana antara PMdN dan Perkantas Sumut yang diwakili oleh perwakilan BPC, PAK, PMdK Medan, dilaksanakan pada Minggu, 25 Februari 2018 di rumah persekutuan Perkantas Medan. PMdN mensharingkan visi-misi pelayanan medis, sejarah Kamp Medis Nasional Alumni dan rencana kerja KMdNA XII, yang dilajutkan dengan brainstorming persiapan pembentukan panitia kamp. Tindak lanjut dari diskusi ini adalah PMdK Medan dan Staf Pendamping Alumni telah merampungkan formasi panitia pelaksana dan panitia pengarah pada tanggal 27 April 2018. Komposisi panitia yang terdiri dari dokter, dokter gigi dan perawat merefleksikan unsur tenaga medis yang melayani dan yang dilayani dalam Kamp ini. Dukungan staf Perkantas yang juga berada dalam kepanitiaan ini mencerminkan dukungan Perkantas diluar unsur medis yang diperlukan. Pelantikan panitia yang dilaksanakan di Medan pada tanggal 6 Mei 2018 dan susunan kepanitiaan KMdN Alumni XII adalah sebagai berikut: SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Info Panitia Pengarah: dr. Benyamin Sihombing, MPH Naomi Fortuna, ST, M.C.M dr. Tuan Juniar Situmorang, M.Kes dr. Bobby Herman Simarmata Ir. Indrawati Sitepu, MA drg. Juli Medyahta Peranginangin dr. Henny Erina Saurmauli Ompusunggu, M.Biomed dr. Evraim Hutagalung, M.Kes Ketua : dr. Karolind Adriani Damanik Sekretaris : Astika Irmawaty Sigalingging, Ners Bendahara: drg. Nancy Hutagalung Sie. Acara: dr. Ristarin Paskarina Zaluchu, M.Med.Ed dr. Ade Pryta Simaremare, M.Biomed Tantri Mawarni Rambe, Ners dr. Nora Netty Margaretha Silalahi Sie Dana: drg. Nisdanawati Manalu dr. Ritha Mariati Sembiring, M.Ked(KJ), Sp.KJ dr. Fiora Octrin Purba Sie. Publikasi, Registrasi & Dokumentasi: drg. Debora Wong Sinaga dr. Jogiana Manalu dr. Guntur, MKT Sie. Akomodasi, Transportasi, Perlengkapan & Konsumsi: dr. Bangun Lumbangaol drg. Haspeni Simanjuntak Sie. Doa: Ernawati Sitorus, Ners Leliana Sijabat, Ners dr. Elfrida Sinambela Mari kita dukung panitia Kamp ini – kiranya Kamp yang akan berlangsung tahun depan ini bisa menghasilkan tenaga medis yang misioner untuk kesejahteraan bangsa dan kemuliaan Tuhan. Sampai jumpa di Kamp Medis Nasional Alumni (KMdN Alumni) tahun depan. Horas!

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

27


Etika kolegial

Rekayasa Data Medis Pasien Fushen, Oleh: dr. M.H.,M.M.,FISQua

B

eberapa waktu yang lalu santer berita mengenai rekayasa data medis pasien yang melanggar peraturan. Sebenarnya hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru, mungkin kita juga pernah mendengar mengenai pembuatan surat keterangan sakit yang dipalsukan atau dibuat untuk kepentingan yang lain padahal pasien tidak benar-benar sakit. Apakah hal-hal tersebut dibenarkan? Bagaimana seharusnya kita bersikap? Sebagai profesi yang mulia, seorang dokter telah membaktikan hidupnya dengan sumpah yang ia lafalkan. Beberapa hal yang dilafalkan dalam sumpah tersebut yang menjunjung tinggi kejujuran dan integritas adalah: • Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran • Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam • Saya akan berikthiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial, dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien

28

• Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia Lafal sumpah dokter tersebut juga diikuti dengan pasal 3 Kode Etik Kedokteran Indonesia yang menyatakan: (1) Setiap dokter memiliki moral dan tanggung jawab untuk mencegah keinginan pasien atau pihak manapun yang sengaja atau tidak sengaja bermaksud menyimpangi atau melanggar hukum dan/atau etika melalui praktek/pekerjaan kedokteran. (15) Setiap dokter wajib mendukung program anti korupsi, kolusi, dan nepotisme dari pemerintah, organisasi profesi atau pihak manapun juga. Kemudian, Pasal 7 KODEKI 2012 menegaskan, seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya sebagai berikut: (1) Dalam memberikan surat keterangan medis/ ahli atau ekspertis dan pendapat ahli apapun bentuk dan tujuannya, dokter wajib mendasarkan isinya pada fakta medis yang diyakininya benar sesuai dengan pertanggungjawaban profesinya sebagai dokter. (2) Surat keterangan dokter dan/atau pendapat/ SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


keterangan ahli wajib dibuat dengan penuh kejujuran, kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian berdasarkan sumpah jabatan, sesuai ketentuan perundang-undangan dan sedapat mungkin bebas dari konflik kepentingan. Berdasarkan lafal sumpah dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia itu, jelas, bahwa rekayasa data medis pasien merupakan hal yang tidak benar. Tidak ada kondisi pengecualian yang dapat membenarkan hal tersebut. Bagaimana dengan firman Tuhan? Belajar dari pemazmur melalui Mazmur 25:21, dinyatakan keinginan pemazmur, “Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau.� Pemazmur berharap ketulusan dan kejujuran mengawal kehidupannya. Hal tersebut dapat dipandang melalui 2 perspektif. Pertama, pemazmur mengharapkan hidup yang senantiasa tulus dan jujur. Namun, perspektif kedua juga dapat menyatakan bahwa untuk hidup dengan ketulusan dan kejujuran merupakan hal yang sulit untuk dilaksanakan walaupun hal tersebut merupakan hal yang sangat diharapkan oleh pemazmur. Bukan berarti kita tidak dapat hidup tulus dan jujur, tetapi ada waktu-waktu tertentu kita mengalami tantangan untuk bisa mempertahankan integritas kita di tengah dunia ini. Hal menarik lainnya yang juga kita pelajari dari pemazmur adalah latar belakang untuk hidup tulus dan jujur karena ia menanti-nantikan Tuhan. Penantian kita terhadap kasih Kristus yang begitu indah merupakan motivasi besar untuk menjaga integritas hidup. Dengan menyadari anugerah SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita, maka tidak layak bila integritas kita digadaikan untuk kepentingan duniawi yang tidak sebanding nilainya. Seorang tenaga kesehatan memiliki otoritas yang tinggi bukan semata-mata hanya pada apa yang ia tulis, tetapi ia memiliki otoritas yang dapat berdampak pada kehidupan orang lain. Sebagai seorang tenaga kesehatan Kristen rekayasa data medis pasien bukan hanya melanggar sumpah dan etik kedokteran, tapi juga menodai kekudusan hubungan kita dengan Tuhan. Menjaga integritas memang bukanlah hal yang mudah, seringkali hubungan pertemanan, pertimbangan finansial, maupun tawaran duniawi yang menggiurkan menjadi tantangan dalam hidup kita. Namun, pemaknaan kita terhadap Kristus yang kita nantikan akan menjadi motivasi yang besar untuk menjaga integritas di tengah berbagai godaan. Kiranya ketulusan dan kejujuran mengawal setiap langkah hidup kita, karena kita menanti-nantikan Tuhan.

29


Laporan Era Digitalisasi dalam Bidang Kesehatan Gigi Oleh: drg. M. Grace Lumempouw, Sp.Pros

S

aya bersyukur, mendapat kesempatan mengikuti seminar Greater New Dental Meeting di New York, 24-29 November 2017. Seminar ini diikuti peserta dari seluruh dunia. Berdasarkan registrasi tahun 2016, ada 54.890 peserta dari 151 negara, yang terdiri dari: dokter gigi dan spesialis, Hygienists, Dental Assistents, Tehniker Dental Lab, Office Administrator. Seminar ini diadakan di Jacob K, Javits Convension Centre, di pusat kota New York, Amerika Serikat. Dalam seminar ini, ada juga pameran Dental yang melibatkan distributor besar dari banyak negara-negara di dunia. Yang menarik, pada saat saya mengikuti seminar ini, untuk mendapat informasi lengkap tentang seminar, cukup membaca informasi dari Google. Registrasi secara online dan

30

kita bebas memilih topik mana yang kita minati. Tidak perlu mengikuti semua acara, seperti yang biasa diadakan di Indonesia, walaupun kita tidak berminat ikut. Seminar membahas semua bidang spesialisasi gigi dan kesehatan gigi lainnya, oleh karena itu dalam setiap topik seminar, ada penjelasan bisa diikuti oleh siapa saja, misal: untuk dokter gigi, perawat, tehniker dan lain-lain. Hal ini memudahkan kita untuk memilih topik seminar sesuai kebutuhan masing-masing. Selain topik seminar berbayar, ada pula acara seminar dan live demo yang semua peralatan, bahan yang digunakan menggunakan sponsor tertentu, sehingga acara ini diadakan gratis, tetapi tetap mendapat angka kredit utk CME (ConSAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Laporan tinuing Medical Education), seperti topik-topik seminar lainnya yang tidak gratis. Dalam Live demo, membahas topik-topik yang sedang trend sekaligus mempromosikan alat dan bahan-bahan terbaru dan didukung nara sumber yang terkenal, handal serta profesional. Ruang pameran untuk Dental sangat besar dan banyak Dental supplier, sehingga butuh waktu beberapa hari untuk melihat pameran ini. Seminar yang saya ikuti ini, hampir semuanya membahas penanganan secara digital. Misalnya, untuk pemeriksaan pasien di bidang Oral Diagnostik, sudah menggunakan Oral Digital Camera, yang sudah secara terperinci dapat menunjang dalam mendiagnosa kelainan di mulut. Sebagai Spesialis Prosthodonti, saya sangat kagum dengan perkembangan perawatan gigi tiruan yang sudah menggunakan digitalisasai. Seperti yang saya ikuti, untuk pembuatan Jacket Crown atau mahkota tiruan - setelah dilakukan preparasi gigi, tidak perlu dilakukan pencetakan gigi seperti yang biasa dilakukan tekniker gigi, karena sudah menggunakan alat scanner dengan oral camera yang terkoneksi program komputer, kemudian langsung di proses untuk pembuatan Mahkota Tiruan secara digital. Begitu juga untuk pembuatan gigi tiruan penuh. Digitalisasi untuk pengelolaan klinik gigi,

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

sudah semakin lengkap, sehingga upaya paperless (tidak menggunakan kertas) pun dapat terwujud dan ini membantu pelayanan dokter Gigi. Di Indonesia, hal ini juga yang sudah mulai diterapkan di rumah sakit dan klinik-klinik gigi yang maju. Hal lain yang menarik selama mengikuti seminar ini adalah, biasanya kalau saya mau melihat acara, topik seminar dan lain-lain, itu bisa dilihat dalam buku acara. Di acara ini, hal itu sudah dibuat dalam bentuk aplikasi yang bisa di unduh melalui handphone yang bisa dilihat setiap waktu karena di lokasi seminar di dukung oleh wi-fi yang sangat baik. Hal ini membuat saya betah mengikuti seminar dan pameran dari pagi – pukul 09.00 sampai acara selesai pukul 17.00 sore, ditambah lagi dengan kemudahan untuk mencetak sertifikat topik seminar yang diikuti pada hari itu, pada komputer yang tersedia, atau bisa juga dengan menggunakan aplikasi seminar langsung cetak sertifikat seminar keseluruhan di rumah, sehingga tidak perlu antri sertifikat setelah selesai seminar seperti yang saya biasa terjadi di Indonesia. Dengan mengikuti seminar ini, saya termotivasi untuk bekerja dan melayani sebagai dokter gigi yang profesional dan menjadi berkat bagi pasien yang dilayani.

31


Laporan Aborsi dan Implikasinya Terhadap Tenaga Kesehatan Oleh: dr. Benyamin Sihombing, MPH dan dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu

P

elayanan Medis Nasional Perkantas menyelenggarakan workshop dengan topik Aborsi dan Implikasinya Terhadap Tenaga Kesehatan pada Sabtu 27 Januari 2018, di Aula RS PGI Cikini.Topik ini diangkat dilatar belakangi munculnya revisi 2006 terhadap Deklarasi Oslo oleh World Medical Association (WMA) yang merupakan afirmasi dokter terhadap kehidupan sejak konsepsi (unborn child) dan aborsi hanya dilakukan atas indikasi terapeutik. Dalam revisi itu juga ditegaskan bahwa dokter bisa menolak tindakan aborsi namun tetap memastikan keberlangsungan perawatan medis untuk pasien tersebut. Namun revisi versi WGAP (Working Group on Abortion Policy) menyatakan bahwa dokter yang keberatan (dengan aborsi) harus merujuk pasien tersebut untuk mendapatkan tindakan aborsi, walaupun bila dokter tersebut meyakini rujukan itu tidak etis. Bila revisi versi WGAP itu ditetapkan menjadi kebijakan World Medical Association, maka akan menjadi acuan oleh para dokter, institusi kesehatan dan juga negara-negara. Ketika WMA teguh menolak aborsi non terapeutik, beberapa negara malah sudah melegalisasi nya dalam regulasi negaranya. Untuk kasus ini bila WMA sudah mendukung versi diatas maka dampak bagi dokter akan merugikan dan dampak moralnya semakin banyak unborn child dicabut hak hidupnya oleh tenaga kesehatan professional. Untuk menyikapi perkembangan yang sedang terjadi di WMA ini maka PMdN merasa perlu mengadakan workshop untuk mendalami isu aborsi ini secara komprehensif, dilihat dari perspektif teologis, medis, dan budaya. Pembicara yang hadir dalam workshop ini adalah narasumber yang kompeten dan sangat relevan dengan topik diatas, yakni antara lain: Pdt. Arision Harlim (Hagai Institute), dr. Mahesa Paranadipa (PB IDI), dr. Ar-

32

thur Ferdinand, MPH, MARS (Prolife Indonesia) dan Dr.dr. Lydia Pratanu, MS (PMdN Perkantas). Ancaman Aborsi adalah upaya pengakhiran kehamilan dengan mengeluarkan janin dari uterus dan mengakibatkan kematian janin tersebut (induced abortion), dan ini masih tetap menjadi isu dan perdebatan global dimana bersinggungan tidak hanya pada dimensi agama dan moral, tapi juga budaya, politik dan kesehatan masyarakat. Menurut WHO ada sekitar 56 juta induced abortion terjadi tiap tahunnya di dunia. Hampir 25 juta diantaranya adalah unsafe abortion yang terjadi di negara berkembang, yang mana ini merupakan ancaman pada kesehatan dan keselamatan ibu. Namun angka ini juga menyatakan bahwa tiap tahunnya ada 25 juta unborn child yang terbunuh oleh orang-orang tertentu, baik ibu, dukun ataupun tenaga medis. Di Indonesia sendiri angka aborsi mencapai 2,4 juta per tahun dan terjadi peningkatan sekitar 15% setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 800.000 kasus aborsi di antaranya dilakukan oleh remaja putri berstatus pelajar (BKKBN, 2014). Perspektif Medis Kapan kehidupan dimulai? Ini merupakan pertanyaan esensial yang sering diperdebatkan karena sangat berkaitan sekali dengan justifikasi tenaga medis melakukan terminasi kehamilan. Dari perspekti budaya termasuk agama, didapatkan angka 120 hari, 49 hari, 40 hari, 14 hari atau 0 hari. Namun text book-text book dan referensi ilmiah mengindikasikan bahwa kehidupan dimulai sejak pembuahan (zigot) dengan argumentasi SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Laporan bahwa zigot memiliki jumlah kromosom sama dengan manusia yaitu 46 buah, 23 buah kromosom sel sperma dan 23 buah kromosom sel telur. Dengan kemajuan teknologi kedokteran saat ini tanda kehidupan telah terdeteksi pada: • • • •

Usia 18 hari : jantung mulai berdetak Usia 4 minggu : mulai terasa nyeri Usia 6 minggu : gelombang otak terdeteksi Usia 8 minggu : organ vital terbentuk dan sidik jari sudah ada

Di Barat, salah satu penyebab seringnya aborsi adalah cacat bawaan lahir (birth defect). Kecacatan bawaan lahir adalah ganguan fisik atau fungsi dari satu individu. Beberapa diantaranya dimulai sebelum kelahiran dan mungkin terlihat jelas pada saat kelahiran atau dapat ditemukan dikemudian waktu. Menurut National Down’s Syndrome Cytogenetic Register (NDSCR) di Inggris dan Wales, tahun 2004 terjadi aborsi pada 937 janin Down Syndrome dibanding 657 dilahirkan hidup; dan Down’s Syndrome Association melaporkan bahwa 62% Down Syndrome terdiagnosa saat masih didalam rahim dan 92% dari jumlah ini di aborsi. Isu yang tak kalah penting selain dari tindakan aborsi itu sendiri, adalah bagaimana solusi bagi keluarga ketika bayi yang cacat itu lahir kedalam dunia, diantaranya adalah: • Genetic counseling: ini untuk antisipasi yang berujung pada perencanaan matang • Kelompok Tumbuh Kembang Anak dikhususkan untuk intervensi dini • Support groups • Sekolah reguler dengan bantuan khusus • Sekolah reguler dengan penyesuaian Perspektif Hukum Dari Global Abortion Summary tahun 2000-2010 dan 2012, dilaporkan bahwa ada 1.039.000 aborsi per bulan, yang sama dengan 35.000/hari, yang sama dengan 1.443/jam, yang sama dengan 24 aborsi /menit. Di seluruh dunia, ada 5 tipe negara terkait dengan hukum aborsi: • Negara yang sama sekali tidak melegalkan aborsi untuk alasan apapun • Negara yang tidak melegalkan aborsi atau hanya legal untuk alasan medis tertentu yang membahayakan ibu. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

• Negara yang melegalkan aborsi untuk kasus tertentu, seperti perkosaan, inses (hubungan seks dengan saudara sendiri) atau janin yang cacat. • Negara yang melegalkan aborsi untuk alasan sosial, seperti ibu tidak sanggup membiayai anaknya atau melindungi ibu dari gangguan kesehatan mental • Negara yang melegalkan semua aborsi pada usia kandungan berapa pun dan dengan alasan apapun. Indonesia termasuk kedalam tipe negara poin b, sebagaimana dijelaskan dalam UU No 36/2009 Tentang Kesehatan dan PP No 61/2014 Tentang Kesehatan Reproduksi, dimana aborsi dilarang kecuali pada: kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, serta bagi korban perkosaan. Argumentasi pihak yang setuju aborsi (Pro Choice) mengkampanyekan bahwa setiap wanita harus memiliki control terhadap tubuhnya sendiri; kebebasan reproduktif adalah hak azazi. Namun terjadinya aborsi meyakinkan kita bahwa (di Amerika Serikat) 650,000 wanita tiap tahunnya tidak memiliki kontrol terhadap tubuhnya. Dari lafal Sumpah Dokter butir 6 yang masih di junjung tinggi oleh dokter di Indonesia dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IBI) ditegaskan bahwa, “Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan” dan ini didukung Pasal 11 Kode Etik Kedokteran Indonesia yang menyatakan “Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya dalam melindungi hidup makhluk insani” dimana dalam penjelasannya disebutkan bahwa seorang dokter dilarang terlibat atau melibatkan diri ke dalam abortus, euthanasia, maupun hukuman mati yang tidak dapat dipertanggung jawabkan moralitasnya dan bahwa seorang dokter dilarang menggugurkan kandungan (abortus provocatus) tanpa indikasi medis yang membahayakan kelangsungan hidup ibu dan janin. Sehingga sampai saat ini IDI masih tetap dalam posisi mengkritisi 2 produk perundang-undangan diatas yang menyatakan aborsi dilarang kecuali pada kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, serta bagi korban perkosaan. Pertanyaan kritisnya adalah bagaimana memastikan adanya tindakan 33


Laporan pemerkosaan? Bagaimana jika pernyataan penyidik berbeda dengan hasil akhir persidangan? Apa saja kondisi trauma psikologis yang dikatakan indikasi aborsi dan bagaimana jika kondisi tersebut dapat diterapi? Bagaimana perlindungan hukum dan hak-hak bagi dokter yang ternyata di kemudian hari terbukti kehamilan bukan akibat pemerkosaan? Perspektif Teologis “Bukankah Engkau yang mencurahkan aku seperti air susu, dan mengentalkan aku seperti keju? Engkau mengenakan kulit dan daging kepadaku, serta menjalin aku dengan tulang dan urat. Hidup dan kasih setia Kaukaruniakan kepadaku, dan pemeliharaan-Mu menjaga nyawaku.” (Ayub 10:10-12). Pernyataan Ayub yang hidup ribuan tahun sebelum Masehi ini mengindikasikan bahwa kehidupan dimulai saat terjadinya konsepsi dalam rahim ibu. Sebelum USG ditemukan dalam iman dan pengetahuannya Ayub mengetahui perkembangan fetus dalam rahim seorang wanita dan bahwa disitu telah ada kehidupan yang merupakan karunia dari Allah. Jelas sekali ungkapan Firman Tuhan lewat Nabi Yeremia, dimana Allah mengatakan, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yeremia 1:5). Jadi sejak konsepsi tiap individu memiliki narasi masing-masing yang ditetapkan Allah. Untuk itu setiap orang yang mengaku percaya kepada Allah, dia harus yakin bahwa Allah yang Mahakuasa adalah satu-satunya pemberi, pemelihara, dan pengambil hidup itu. Hilangnya pengakuan tentang ha prerogatif Allah inilah yang merupakan cikal bakal runtuhnya penghargaan terhadap hidup manusia khususnya dalam isu aborsi. Untuk itu tenaga medis Kristen harus menyuarakan suara kebenaran untuk mempertahankan kehidupan orang yang dilayani dengan segenap, hati dan kemampuan akal budinya, sebagai suatu pengejawantahan mengasihi sesama seperti dirinya sendiri. Sebagai orang percaya dia tidak akan pernah menyarankan pada pasiennya untuk melakukan aborsi apa pun penyebabnya. Dia dapat menjelaskan situasi yang terjadi dengan 34

proporsional tanpa agenda yang tersembunyi untuk kepentingan pribadi. Idealnya tidak ada wanita yang melakukan aborsi dengan pertolongan tenaga medis Kristen. Untuk itu sudah seharusnya tenaga medis Kristen tidak playing God dengan memutuskan siapa yang berhak hidup siapa yang tidak. Melaksanakan sumpah kedokteran dengan profesionalitas tinggi demi kemurahan Allah. Bahkan saat Sumpah Hipokrates terus direvisi atas nama HAM, tenaga Medis Kristen tetap harus mengasihi dan mempertahankan kehidupan sebagaimana yang Allah kehendaki. Karena, esensi tenaga medis Kristen adalah, ia bertanggungjawab untuk setiap tindakannya yang berdampak pada kekekalan kepada Allah. Sebagai penutup, PMdN, melalui dr. Lineus Hewis, Sp.A, menyampaikan kesimpulan dari pemaparan dan diskusi: 1. Setiap tindakan medis terhadap kehamilan harus mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi 2. Motivasi dari tindakan medis terhadap kehamilan haruslah selalu untuk life saving dan bukan atas indikasi humanisme yang sempit 3. Kehidupan dimulai sejak masa konsepsi sehingga kehidupan harus dihargai sejak saat itu dan segala tindakan untuk mengakhiri kehamilan haruslah ditolak 4. Mengatakan “tidak” pada aborsi tidaklah cukup. Hal ini haruslah diikuti dengan tindakan advokasi dengan keterlibatan dalam organisasi profesi untuk menyuarakan kebenaran Firman Tuhan di tengah-tengah masyarakat 5. Penolakan terhadap tindakan aborsi haruslah diikuti dengan edukasi kepada orang tua dan remaja serta memberikan dukungan dan pendampingan kepada Ibu hamil Sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, PMdN telah mengirimkan surat ke PB IDI yang isinya meminta Ikatan Dokter Indonesia yang merupakan anggota WMA (World Medical Association) menolak amandemen Deklarasi Oslo (2006) versi WGAP dan mendukung revisi versi WMA Secretariat dalam sidang WMA yang akan diadakan bulan Oktober 2018 nanti (surat terlampir). SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Laporan

Kiranya workshop ini menjadi salah satu peran Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas dalam menyuarakan kebenaran Firman Tuhan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kita terus menerjemahkan nilai-nilai Alkitab dalam keseharian hidup, mulai dari menghargai kehidupan. Lampiran: Surat PMdN ke PB IDI Kepada Yth: Ketua Pengurus Besar IDI Di JAKARTA Menyikapi tentang sedang berlangsungnya amandemen Deklarasi Oslo tentang Aborsi Terapeutik (2006) yang sedang dalam pembahasan di World Medical Association (WMA), dimana revisi yang disusun oleh Working Group on Abortion Policy (WGAP): • secara eksplisit menuntut rujukan untuk kasus aborsi dan menuntut dokter yang sekalipun tidak setuju aborsi karena pertimbangan hati nurani, harus memberikan rujukkan ke penyedia layanan aborsi, dan • di beberapa bagian kalimat dari Deklarasi Oslo yang asli frasa “unborn child” telah direvisi menjadi “fetus”. WGAP mengabaikan pembedaan aborsi terapeutik dan elektif dalam revisinya dimana pembedaan ini krusial untuk mengidentifikasi kewajiban etis dan profesional dari dokter. Menurut kami perubahan dalam revisi ini dimaknai sebagai paksaan bagi dokter untuk melakuSAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

kan tindakan yang dipandang tidak etis dan merupakan diskriminasi terhadap dokter yang berkeberatan merujuk. Disisi lain, penggantian frasa unborn child menjadi fetus menghilangkan makna yang seharusnya, yakni suatu individu atau suatu kehidupan yang akan dilahirkan. Pada dasarnya kami memandang dua poin revisi diatas bertentangan dengan prinsip dasar etika kedokteran Indonesia yakni melarang dokter memfasilitasi prosedur yang bertentangan etika dan moral. Hal tersebut juga bertentangan dengan: • Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 7a, yakni “… memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya,..” • Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 7d, yakni “… kewajiban melindung hidup mahluk insani…” • Lafal Sumpah Dokter Indonesia, yakni: “… akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan. Untuk itu kami meminta agar Ikatan Dokter Indonesia yang merupakan anggota WMA menolak amandemen Deklarasi Oslo (2006) versi WGAP dan mendukung revisi versi WMA Secretariat dalam sidang WMA yang akan diadakan bulan Oktober 2018 nanti. Hormat kami, dr. Lineus Hewis, SpA Ketua Pelayanan Medis Nasional Perkantas 35


Laporan Mampu Mengerjakan Misi Holistik

*Dari Training Community Development, 6-8 April 2018 Oleh: drg. Theodorus H.K., Sp.PM

P

ada tanggal 6-8 April yang lalu, Divisi Misi PMdN Perkantas menyelenggarakan Training Community Development, di Wisma YAPKI Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Training ini dilatarbelakangi kerinduan kami untuk memperlengkapi mahasiswa dan alumni medis untuk bisa mengerjakan misi holistik di masyarakat. Seperti Yesus Kristus, setiap kita diharapkan untuk tidak hanya melakukan pelayanan jasmaniah saja atau rohaniah saja, tetapi melayani secara menyeluruh/holistik untuk tubuh, jiwa, dan roh. Training ini secara khusus diselenggarakan bagi rekan-rekan yang memiliki panggilan khusus untuk melakukan pelayanan komunitas. Sedangkan bagi rekan-rekan yang panggilannya lebih ke arah menjadi klinisi full time di Rumah Sakit atau klinik, maka training Saline lebih cocok untuk diikuti. Dalam kenyataan di lapangan, kita melihat bahwa tidak sedikit dokter Kristen yang cukup bergumul dalam mencari pendekatan yang paling tepat untuk bisa masuk kepada masyarakat dan memulai pelayanan misi holistik. Training community development ini diharapkan bisa menolong dan mempersiapkan tenaga medis mengetahui cara terbaik dalam melakukan pendekatan pelayanan misi secara holistik kepada masyarakat, dengan cara-cara yang memandirikan masyarakat, bermultiplikasi dan bersifat berkesinambungan (sustainable). Pelatihan ini disebut juga training KTB UKM (Kelompok Tumbuh Bersama Usaha Kecil Menengah), karena di dalamnya peserta diajarkan juga bagaimana mengembangkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai usaha perbaikan ekonomi skala kecil dan menengah. Ada 4 bagian dari training ini: • Bagian 1. Entering community • Bagian 2. Pengembangan karakter masyarakat • Bagian 3. Pengembangan kesejahteraan masyarakat (bisnis dan pengembangan UMKM) • Bagian 4. Pelayanan kerohanian masyarakat,

36

melalui pembahasan tujuan hidup dan sharing iman. Training ini dihadiri 18 mahasiswa dan alumni medis dari 10 kota, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Purwokerto, Yogyakarta, Bali, Manado, Makassar, dan Tobelo. Kami sangat bersyukur untuk antusiasme berbagai mahasiswa dan alumni medis dari berbagai kota tersebut. Namun, jumlah tersebut belum mencapai target kuota peserta medis yang diharapkan yaitu 30 peserta, sehingga kami memutuskan untuk membuka training ini bagi peserta mahasiswa/ alumni Perkantas non-medis, maupun sejumlah perwakilan gereja dan lembaga misi. Alhasil, kami sangat bersyukur dan meyakini bahwa Tuhan lah yang mengintervensi keputusan ini. Begitu banyak peserta dari berbagai ladang misi dari Indonesia Barat sampai Timur, betul-betul memperkaya diskusi dalam training 3 hari 2 malam ini. Kami juga bersyukur untuk dr. Eddy Kristianto sebagai pengajar training, yang terus didampingi istrinya drg. Renny Limarga. Kami bersyukur untuk antusiasme dan dedikasi pasangan ini yang sangat memberkati peserta. Training berlangsung cukup padat, dan semuanya difasilitasi oleh dr. Eddy dan drg. Renny. Dalam training ini, peserta mendapatkan kesempatan istimewa untuk belajar beberapa skill untuk memproduksi beberapa produk kesehatan yang memiliki berbagai manfaat yang sangat baik, seperti coconut oil, sabun kesehatan, teh moringa, kapsul curcuma (temulawak), serta sedikit juga mempelajari proses pembuatan pakan ternak yang sangat mudah. Semua pembelajaran mengenai produk-produk ini memberikan suatu keyakinan pada para peserta bahwa sebenarnya produksi itu sangat mudah, dan akan sangat berguna untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dalam training ini, peserta juga mempelajari 30 bab bahan ajar KTB UKM, yang menolong masyarakat belajar mengenai tujuan hidup, paradigma sehat sakit, kebiasaan dan kebudayaan yang sehat, SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Laporan

menentukan prioritas, memanfaatkan waktu, pergaulan, membedakan bantuan dan pengembangan, serta mempelajari berbagai karakter seperti ketekunan, kejujuran, menghargai orang lain, dan lain-lain. Ada juga beberapa bab tentang memulai usaha yang kreatif meskipun modal terbatas, cara bekerjasama dengan pemerintah, cara membuat analisa usaha, serta berbagai cara mengenali dan mengatasi berbagai kendala dalam pengembangan usaha tersebut. Sesi pengutusan dari Sekjen Perkantas Ir. Triawan Wicaksono, M.Div mengobarkan semangat peserta untuk bermisi, meneladani Kristus yang terus setia sampai akhir dalam panggilan misi-Nya meskipun Dia menghadapi begitu banyak kendala. Tetapi satu hal yang Yesus harus alami agar kita tidak perlu mengalami tantangan ini, yaitu keterpisahan dengan Allah Bapa. Sampai

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

kapanpun, Tuhan Yesus menyertai kita dalam bermisi, termasuk dalam menghadapi berbagai tantangan seberat apapun di ladang misi. Kami sangat bersyukur untuk training yang telah menjadi berkat secara luar biasa bagi peserta. Kami berharap training ini bisa terus diadakan ke depan, baik dalam skala nasional maupun regional/daerah, sehingga alumni-alumni medis yang kita hasilkan akan memiliki dampak yang lebih luas lagi di berbagai komunitas tempat mereka melayani. Kiranya nama Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa dimuliakan.

37


Dari suku ke suku Suku Bonai:

Ada yang belum Percaya Puskesmas

O

rang Bonai, pernah dianggap salah satu masyarakat terasing atau terisolir di provinsi Riau. Namun dalam perkembangannya, orang Bonai tidak dianggap suku terasing karena sudah mau tinggal menetap di pemukiman yang layak dan mulai mengikuti pendidikan seperti masyarakat pada umumnya. Konon, nama “Bonai” berasal dari kata Manai dalam bahasa Bonai yang berarti pemalas. Ada juga pendapat lain yang mengatakan, nama Bonai diambil karena dahulu di wilayah pemukiman mereka banyak ditumbuhi pohon bonai. Orang Bonai tinggal di beberapa desa sekitar aliran sungai Rokan Kiri dan Rokan Kanan di Kecamatan Tanah Putih, Kepenuhan, Kunto Darusallam, Rokan IV Koto dan Bonai di Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Bonai, yang menurut para ahli bahasa dikelompokkan ke dalam rumpun bahasa Melayu. Bahasa Bonai sekilas mirip dengan bahasa Melayu, tetapi beberapa perbendaharaan kata juga mirip dengan bahasa Batak Mandailing dan bahasa Minangkabau. Sumber mata pencaharian utama masyarakat suku Bonai adalah sebagai nelayan penangkap ikan khususnya di sepanjang sungai Rokan Kanan. Terknologi yang digunakan masih tradisional seperti “siapang” (tomba mata tiga), “kayo” (pancing yang dipasang malam dan akan diambil pagi hari), lukah dan jaring. Hasil tangkapan ikan mereka, kebanyakan digunakan untuk konsumsi sendiri, dan sebagian dijual untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Karena bergantung terhadap tangkapan ikan, jika di tempat mereka tinggal sebelumnya ikan tak ada maka mereka mencari tempat pemukiman baru, agar tangkapan ikan mereka bisa memadai dan bisa menghidupi keluarganya. Selain dari sektor perikanan, mereka juga petani dan pengumpul hasil hutan serta berkebun, khuhusnya tanaman ubi, jeruk dan tanaman muda lainnya yang tidak

38

mendapatkan perawatan. Mengakui dukun Pada saat ini, kepemimpinan tradisional sudah semakin memudar dalam komunitas suku Bonai, mereka hanya mengakui keberadaan “bomo” (dukun). Dalam kesehariannya, masyarakat suku Bonai memang hidup berdampingan dengan “bomonya”. Jika “bomo” pindah rumah ke pemukiman lain, kecenderungan akan diikuti oleh sebagian besar komuniktas suku Bonai. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan hidup serta intensitas interaksi mereka dengan masyarakat di sekitar cukup tinggi, mereka menjadi semakin terbuka terhadap berbagai hal yang baru dalam kehidupannya. Terlebih lagi ketika masuk program Inpres Desa Tertinggal (IDT pada tahun 1996). Percaya animisme Semula, orang Bonai menganut kepercayaan animisme, namun seiring makin terbukanya suku Bonai, maka masuklah Islam ke dalam masyarakat. Masuknya agama Islam membuat mereka terbagi menjadi beberapa kelompok yang diakui oleh kerapatan adat Luhak kepenuhan, yaitu Molayu Panjang, Suku Molayu Bosa, Kandangkopuh, Bono Ampu, Kuti dan Moniliang. Tradisi suku Bonai berpengaruh dari tradisi Islam suku Melayu, yang kemudian membawa mereka memeluk agama Islam dan sampai saat ini SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


mayoritas masyarakat suku Bonai telah memeluk agama Islam. Muncul kesadaran Provinsi Riau dikenal memiliki potensi alam melimpah, minyak bumi serta hutan yang luas dan lebat. Kehadiran berbagai perusahaan serta berkembangnya berbagai industri di Riau menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat pendatang dari daerah lain bahkan mancanegara untuk mengadu nasib di provinsi tersebut. Tidak bisa dielakkan kehidupan masyarakat Riau berkembang lebih epat, lebih modern dan konsumtif. Hal ini membuat masyarakat adat Bonai mau tidak mau harus berbaur dengan kehidupan lain di luar kehidupan mereka sebelumnya. Dulu cukup dengan mengandalkan alam seperti bertani, berburu dan berladang, mereka bisa melangsungkan hidupnya. Kini mereka harus berhadapan dengan para pendatang yang notabene memiliki pengetahuan dan modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka. Pola kehidupan yang berubah ini membuat masyarakat adat Bonai harus berjuang mengejar ketertinggalannya agar dapat bertahan di kehidupan sekarang yang cenderung lebih kompetitif. Saat ini, sebagian masyarakat adat Bonai menyadari bahwa mereka harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup untuk bertahan. Muncul kesadaran bahwa mereka tidak hanya sekedar lulus pendidikan dasar, tapi juga kudu meningkatkan taraf hidup dan mampu bertahan di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi di Riau. Terlihat, anak-anak-anak suku Bonai yang antusias mengecap pendidikan di madrasah dan sekolah dasar negeri. Puskesmas belum mampu Ternyata, keberadaan pusat kesehatan masyarakat belum bisa meyakinkan masyarakat. Lihat saja kebiasaan warga suku (hutan) Bonai di SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

Kecamatan Kunto Darussalam, Rokan Hulu, Riau. Mereka masih menggelar ritual magis “Badewo Lancang Kocik�, tarian pengusir roh jahat dan penyakit. Padahal, tak jauh dari pemukiman mereka, berdiri tegak pusat kesehatan masyarakat. Sejauh ini, keberadaan Puskesmas yang berjarak satu kilometer dari permukiman mereka, belum mampu meyakinkan warga suku Bonai. Itu sebabnya, mereka masih menjalankan Badewo Lancang Kocik untuk mengusir penyakit yang dideritanya. Sebelum tarian digelar, warga mengumpulkan damar, jeruk nipis, dan anyaman pucuk daun pohon ibung. Selepas itu, dukun-dukun yang berhias daun pucuk ibung tersebut menarikan Badewo Lancang Kocik sambil membacakan mantra untuk mengusir penyakit. Menurut Bakiak, seorang dukun Badewo, semua penyakit yang bersumber dari roh jahat akan sembuh, bila ritual ini dijalankan secara benar. Selain Badewo, Suku Hutan Bonai juga kerap menarikan “Kunok�. Tarian yang berarti membuai anak ini ditarikan ketika anak rewel lantaran ditinggal kedua orang tuanya pergi berburu. Menurut beberapa kalangan, suku (hutan) Bonai tak mempan dengan program permukiman suku terasing yang telah lima kali dijalankan pemerintah. Bahkan, suku (hutan) Bonai lebih memilih tinggal di hutan ketimbang pemukiman yang telah disediakan pemerintah. Kendati demikian, keberadaan mereka di hutan tak membahayakan ekositem di sana. Sebab, mereka sangat bersahabat dengan lingkungan sekitarnya. Mereka sangat memusuhi orang yang menebang pohon di sekitar Danau Raja. Bahan tulisan: Profil Suku-suku Terabaikan di Indonesia, IPN/*tnp

39


Teropong Doa Amanat untuk berdoa bukan hanya suatu perintah ilahi tetapi juga merupakan suatu undangan yang agung dan mulia. Dalam Ibrani 4:16 disebutkan, “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” Yuk! Kita berdoa. Kita gunakan kesempatan untuk menerima rahmat dan kasih karunia Allah. Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas/ Christian Medical and Dental Fellowship of Indonesia (CMDFI) Doakan: • Persiapan pelaksanaan Kamp Medis Nasional Mahasiswa XXI di Bandung Tanggal 2 - 7 Agustus 2018; pencarian dana yang sedang dikerjakan, baik oleh panitia pengarah maupun panitia pelaksana; peserta agar bisa sesuai dengan target yang ditentukan; dan doakan setiap narasumber yang akan mengisi KMdN M XXI Bandung agar mempersiapkan diri dan materi dengan baik, kelak, menjadi berkat buat peserta; juga doakan kerjasama yang baik di antara panitia pengarah dan panitia pelaksana. • Panitia KMdN Alumni 2019 Medan yang sudah dilantik pada tanggal 6 Mei 2018 lalu, diberi hikmat dan kekuatan untuk mempersiapkan KMdN Alumni 2019 di Medan. Doakan kerjasama yang baik antara panitia pengarah dan panitia pelaksana.

naran akan firman Allah. • Untuk Alumni dan mahasiswa CMF yang diutus untuk memberitakan firman Tuhan baik kampus/ RS/ Klinik agar semangatnya tidak pernah pudar walau banyak rintangan dalam pelayanan. • Pelatihan-pelatihan penginjilan dan pembinaan yang sedang dikerjakan agar dapat memperlengkapi lebih banyak orang untuk memberitahukan kabar baik-Nya. • Teman-teman yang terlibat Pemuridan di CMF - ditengah kesibukan kuliah dan organisasi, agar mereka dapat terus menjadi terang dan panutan bagi orang-orang di sekitar mereka.

Christian Medical Fellowship Bali (CMF Bali) Bersyukur: • Terbentuknya panitia weekend (penjangkauan mahasiswa baru) tahun 2018 • Kegiatan D’Village (desa binaan CMF berjejaring dengan Gerasa) yang masih berjalan dengan baik, yakni, bidang kesehatan, pendidikan dan sosial ekonomi Berdoa: • Persiapan weekend CMF. Kesiapan hati setiap panitia, tempat, susunan acara dan dana yang dibutuhkan. • Selama berlangsungnya kegiatan D’Village, Roh Kudus berkenan turut berkerja baik kepada panitia maupun kepada warga-warga di desa agar mereka tertarik untuk mengetahui kebe40

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Teropong Doa Pelayanan Medis Semarang Doakan: • Anak-anak Tuhan yang tinggal di Semarang dan bekerja di bidang Medis (dokter/dokter gigi, perawat, ahli gizi dan apoteker) supaya tetap berintegritas dan menjadi saksi Kristus dalam pekerjaan mereka. • Kesehatian anak-anak muda untuk takut akan Tuhan dan tetap dapat menjadi garam dan terang di media social, terutama dalam menghadapi isu toleransi • PMK/ FK yang terus bertumbuh dalam Tuhan melalui setiap berbagai sarana persekutuan yang diadakan di Semarang • Hati pengurus setiap PMK FK yang diperbaharui kembali dalam menjalankan tugas pelayanan • Persiapan Retreat PMK FK 2018 agar berjalan dengan pimpinan Tuhan. • Persiapan hati masing-masing panitia retreat agar dapat mengerjakan setiap tugas dan tanggung jawab dengan baik. • Banyak jiwa dapat semakin mengenal dan bertemu Kristus secara pribadi dalam retreat.

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

Pelayanan Medis Bandung • Doakan regenerasi pengurus Medis Bandung, kiranya Tuhan memberikan pengurus yang Tuhan panggil untuk melayani dengan baik • Doakan KTB Mahsiswa dan Alumni Medis bisa berjalan dengan baik dan semakin diberi kerinduan mempelajari firman Tuhan dan bertumbuh bersama dalam KTB • Doakan persiapan panitia pelaksana Bandung dalam persiapan KMdN Mahasiswa XXI 2018 kiranya setiap panitia boleh bekerjasama dengan baik

41


Teropong Doa Pelayanan Medis Pontianak Bersyukur: • Untuk penyertaan Tuhan dalam pelayanan Medis yang ada di Pontianak. Sejauh ini baru ada pelayanan medis untuk mahasiswa dengan nama PMK-nya “PMdK” (Persekutuan Medis Kristen) FK Untan yang telah ada selama 11 tahun. Sedangkan untuk alumni belum ada secara khusus masih ikut dalam PAK Perkantas. Bersyukur untuk rangkaian acara HUT Paskah PMdK FK Untan 28 April 2018 lalu, yang telah dilaksanakan, berupa seminar penginjilan, outbond, dan ibadah puncak yang diisi oleh drg. Hedwin. Bersyukur pula untuk kegiatan-kegiatan sepanjang kepengurusan periode Juli 2017-Juni 2018 yang boleh terlaksana.

mendampingi pelayanan medis di Pontianak, saat ini sedang intership di tempat yang memerlukan waktu tempuh 2,5-3 jam untuk ke Pontianak, dan hanya bisa ke Pontianak dua minggu sekali di weekend untuk pembinaan atau pertemuan dengan adik-adik PMdK. Kiranya Tuhan taruhkan terus beban dalam memperhatikan dan mendampingi, serta dikuatkan untuk bisa jadi teladan.

Doakan: • Proses regenerasi PMdK yang sedang berlangsung; ada 14 calon pengurus yang sedang bergumul dan dibina, kiranya calon pengurus bisa bergumul dengan baik dan Tuhan sediakan orang-orang untuk melanjutkan tongkat estafet pelayanan PMdK. • Persekutuan Fakultas terakhir di periode kepengurusan yang sekarang pada tanggal 2 Juni 2018. Doakan persiapan LPJ kepengurusan periode Juli 2017-Juni 2018. • Proses pemuridan di PMdK baik dalam kelompok besar maupun kelompok kecil. Sebagian kelompok kecil tidak berjalan dengan baik, kiranya PKK dan AKK dapat terus berjuang dalam kelompok kecil mereka. • Persiapan Medis Pontianak - rencananya akan mengikuti Finisher dan KMdN serta Xtrip Serukam namun terkendala dengan jadwal kuliah yang tidak menentu, kiranya dengan keikutsertaan dalam kegiatan tersebut, dapat menunjang perkembangan pelayanan medis di Pontianak. • Ada rencana membangun persekutuan medis untuk alumni. Di sini masih susah, belum banyak alumni, sebagian besar alumni dari daerah lain yang mengikuti ikatan dinas di Pontianak dan kelak harus kembali ke daerah asalnya. Doakan pula penyusunan warta medis kedua. • Doakan saya (dr. R. Septiani Windyasari) yang 42

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Humoria Satu sampai Dua belas Ibu mertua saya memutuskan ikut kursus membaca dan menulis untuk orang dewasa. Dia cukup berhasil dalam pelajarannya, kecuali untuk penulisan angka-angka Romawi. Suatu hari, guru di kelasnya meminta kepada murid-murid untuk menuliskan angka Romawi dari 1 hingga 50. Mereka mulai mengerjakan tugas itu tanpa hambatan, dan juga tanpa melihat dari buku. Saat waktu telah habis, sang guru melihat hasil kerja mertua saya. “Emilia, kenapa Anda hanya menulis angka 1 sampai 12?” tanya sang guru keheranan. “Bukan salah saya, sebab jam di belakang Ibu hanya mencantumkan angka 1 hingga 12,” jawab ibu mertua saya. “Jika saja angkanya sampai 50, pasti saya bisa menuliskannya.”

Makanan Berwarna Selama makan malam saya menjelaskan manfaat kesehatan dari makanan yang berwarna kepada anggota keluarga. “Lebih banyak warna, lebih banyak nutrisi,” jelasku. Sambil menunjuk pada makanan, saya bertanya, “Berapa banyak warna yang kalian lihat?” “Enam,” jawab anak perempuanku. “Tujuh, jika bagian yang gosong juga dihitung.”

Uang Guru: “Jika kamu punya uang lima ribu Rupiah dan kamu minta uang lima ribu Rupiah lagi pada ayahmu, berapa uangmu sekarang?” Murid: “Lima ribu Rupiah.” Guru: “Kamu tidak bisa berhitung” Murid: “Bapak tidak kenal ayah saya, sih.”

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

43


Humoria Facial Ketua himpunan (cowok): “Acaranya keren!” Tengkyu, yak.” (jabat tangan dengan seorang mahasiswa) Mahasiswa: “Makasih. Gila, tangan lo halus banget. Ketauan gak pernah kerja di rumah.” Ketua himpunan: “Nggak, kali. Gue Cuma sering facial aja.”

Es yang Lain Istri: (terlambat datang) “Yang, kamu tadi pesan apa?” Suami: “Escargot.” Istri: (kepada pelayan) “Saya pesan itu juga, tapi esnya jangan banyak-banyak, ya. Lagi agak flu.”

Lift Turun Di sebuah apartemen... PRT: (setelah lift turun untuk beberapa saat) “Waduh! Ini turun, ya? Duh saya salah!” (panik) Penghuni: “Loh, emang Mbak mau ke mana?” PRT: “Mau ke basement.”

44

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Humoria Tergelincir Dua orang lelaki mendaki gunung yang sangat terjal. Tiba-tiba salah seorang dari pendaki itu tergelincir dan jatuh di sebuah jurang sedalam 100 meter. “Berto, bagaimana keadaanmu?” tanya temannya yang ada di atas. “Masih hidup, syukurlah,” teriak yang di bawah. “Nih, peganglah tali ini,” katanya seraya melempar tali ke bawah. “Tangan saya patah, saya tidak dapat memegangnya.” “Baiklah, lilitkanlah pada kakimu!” “Kaki saya juga patah!” “Kalau begitu gigitlah tali itu!” Maka Berto menggigit tali itu, dan temannya mulai menariknya pelan-pelan ke atas. 10 meter....20 meter... 30 meter... 60 meter... Lalu sang teman memanggilnya. “Baik-baik saja, Berto?” “Yaaaaaa...hh...hh.” Gubrak!

Pasukan Tuhan Seorang teman berada di depan saya ketika suatu hari minggu kami keluar dari gedung gereja, dan pendeta sedang berdiri di pintu untuk berjabat tangan dengan jemaat. Pendeta itu meraih tangan teman saya dan menariknya ke samping, lalu berkata kepadanya, “Kamu perlu bergabung dengan pasukan Tuhan.” Teman saya menjawab, “Saya sudah berada dalam pasukan Tuhan, Pak.” Jadi pendeta itu bertanya, “Lalu mengapa saya tidak melihatmu kecuali pada hari Natal dan Paskah?” Teman saya berbisik kembali, “Saya bekerja di Dinas Rahasia.” Dari beberapa sumber/*tnp

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

45


Dari Sana-sini Cody, Dokter Muda yang Tak Malu Nyambi Ojek Online

S

eorang dokter muda asal Palembang, Sumatera Selatan, Ahmad Nabhan, menjadi perbincangan dan jadi viral di media sosial. Sebab, Nabhan merupakan dokter muda dan merangkap pekerjaan sebagai driver ojek online. Meskipun saat ini masih menjalani tahap magang alias koas di salah satu rumah sakit di Kota Palembang, pria yang lebih akrab disapa Cody ini ternyata tak malu jika harus menjadi seorang driver Go-Jek. Bagi Cody, bekerja sambil kuliah tidaklah mudah. Selain harus mengatur waktu untuk mengerjakan tugas skripsi, Cody harus mengatur waktu istirahat. Beban terberat adalah dia harus mendapat penolakan dari pihak keluarga saat pertama kali bergabung dengan PT Gojek Indonesia. Penolakan keras didapat dari ibu kandungnya, Rodiah. Saat itu, Rodiah tidak ingin putranya melakoni pekerjaan yang dapat mengganggu waktu kuliah. Apalagi menjadi driver ojek yang dinilai Rodiah memiliki risiko besar di jalan. “Dari awal saya gabung sampai sekarang itu ditolak sama keluarga. Tidak boleh saya narik Go-Jek. Tapi saya jelaskan kalau apa yang saya lakukan ini untuk melatih kemandirian saya,” kata Cody lagi.

46

“Saya tidak pernah merasa malu. Karena ngojek juga hasilnya halal kan. Tidak ada yang salah saya mahasiswa kedokteran atau sedang koas dengan narik ojek,” katanya. Kini Cody harus sembunyi-sembunyi jika akan menarik penumpang. Bahkan jaket dan helm ‘hijau’ miliknya sengaja dititipkan di tempat teman kos agar tak diketahui keluarganya. Pada awal Februari lalu, dia pun berhasil menyelesaikan ujian skripsi dengan IPK 3,00 dari Universitas Muhammadiyah Palembang. Meskipun terbilang cepat karena hanya kuliah 3,5 tahun, Cody kini harus menjalani koas dan menjadi dokter muda. “Kalau narik sampai sekarang masih, tapi tidak seperti dulu. Sekarang saya cari penumpang sekalian jalan pulang saja. Lumayan uangnya bisa buat beli pulsa dan paket internet. Tidak harus minta sama orang tua lagi,” sambung pria kelahiran 23 tahun silam ini. Sementara itu, anak pasangan Abdul Aziz dan Rodiah ini pun tak menyangka foto-foto yang diunggahnya di akun media sosial Instagram menjadi viral. Padahal foto itu hanya di-posting untuk menceritakan aktivitas keseharian. “Saya kaget saat foto saya pakai baju praktik kedokteran dan Go-Jek itu viral. Padahal tidak ada maksud apa-apa, cuma ingin mengabadikan momen saja. Saya juga banyak ambil hikmah dari Go-Jek. Ternyata cari uang itu tidak mudah,” kata Cody mengakhiri pembicaraan. Sumber: detiknews - 16 Maret 2018

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Dari Sana-sini Dokter yang bertahan 'sampai menit akhir' di Ghouta Timur, Suriah Di tengah pengepungan dan serangan udara di kawasan Ghouta Timur, sejumlah dokter dan paramedis memilih bertahan untuk menyelamatkan korban luka-luka. Lantaran takut diincar, mereka meminta BBC menyamarkan nama dan lokasi mereka.

S

eluruh anggota keluarga dokter Hamid kini tinggal di sebuah ruangan yang sesak dan temaram. Ruangan itu adalah garasi yang menempel pada bekas rumah mereka. Bangunan yang terletak di pinggiran Ghouta Timur, dekat Damaskus, itu kini hanya menyisakan puing-puing setelah dihantam serangan pemerintah Suriah bulan lalu. Bagaimanapun, di tengah kondisi demikian, dokter Hamid masih pergi tiga kali sehari ke rumah sakit terdekat untuk menjalankan tugasnya. Setiap kali meninggalkan rumah, pria berusia 50 tahun itu mencium istri dan kelima anaknya sembari mengusir bayangan yang hinggap di pikirannya bahwa ciuman itu mungkin adalah yang terakhir kalinya. Pada Kamis (15/3), Suriah memasuki tahun kedelapan perang sipil. Lebih dari 400.000 orang diyakini telah tewas atau hilang. Tiga anak dokter Hamid, dan banyak anak lainnya yang dibawa ke rumah sakit, tidak pernah menemukan kedamaian. Anak yang tiba di rumah sakit acap kali mengalami luka tembak, organ tubuh hilang, luka bakar parah, atau kadang kala tidak terlihat cedera fisik namun terbujur kaku dengan bau gas yang menempel pada tubuh mereka. “Kebanyakan anak yang tewas terkena serpihan bom di kepala atau cedera di perut. Dalam beberapa kasus saya bahkan menyaksikan luka yang menembus jantung,” ujar dokter Hamid. “Anak-anak ini perlu dokter spesialis bedah dan tujuh hingga 14 hari dalam perawatan intensif. Banyak yang bisa diselamatkan. Di London mereka bisa diselamatkan. Di Ghouta, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami coba menghentikan pendarahan dan membuat mereka nyaman, SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

setelah itu kami biarkan mereka meninggal dunia.” Disokong serangan udara Rusia, pasukan pro-pemerintah Suriah mengetatkan kepungan di sekitar Ghouta Timur, salah satu kubu terakhir pasukan pemberontak. Sedikitnya 1.100 warga sipil telah tewas sejak rezim Bashar al-Assaf meningkatkan frekuensi serangan udara bulan lalu dan memotong kawasan Ghouta Timur menjadi tiga bagian. Para pemberontak membombardir warga sipil di kawasan yang dikendalikan pemerintah dan, menurut PBB, menggunakan penembak jitu terhadap mereka yang berupaya kabur. Dalam wawancara melalui telepon, empat dokter dan beberapa staf medis menggambarkan bekerja di kawasan itu sebagai perjuangan keras tanpa henti untuk menyelamatkan orang dari kematian, tanpa ada ruang tersisa untuk menolong korban kehilangan organ tubuh, pandangan terbatas, atau infeksi fatal. Penanganan di rumah sakit diukur oleh dua kategori jelas, hidup atau mati. Pernah, seorang bocah lima tahun tiba di rumah sakit dengan beragam luka serta patah di kaki dan lengannya. Dokter Hamid menjahit luka-luka bocah itu, kemudian mengamputasi satu tangan dan satu kakinya di bagian paha atas. “Ini masa depan dia,” kata dokter Hamid. Bocah itu hidup, dan itu adalah kesuksesan. Pada hari yang sama, anak perempuan berusia 18 bulan tiba di rumah sakit dengan luka menganga di bagian paha sehingga pembuluh arterinya terpotong. Dengan susah payah dokter Hamid mencoba menyambungkan pembuluh di kakinya dan memulihkan aliran darah, namun dia tidak mampu menjahit pembuluh tersebut dengan baik. “Kita tidak tahu di masa depan apakah dia bisa berjalan atau kakinya hanya menjadi foto. Namun, dia hidup,” ujarnya. Itu, lagi-lagi dianggap kesuksesan. Kondisi tersebut tidak terjadi terus-menerus. Pekan itu, lima bocah yang ditangani dokter Hamid semuanya meninggal dunia. “Ketika kami menangani anak-anak, kami berharap Allah menjaga mereka,” ucapnya disertai helaan napas yang panjang dan 47


berat. “Maafkan saya, ini tidak bisa diungkapkan kata-kata.” Sekitar 50 pasien yang perlu penanganan medis darurat dievakuasi dari Ghouta Timur pekan ini. Sejumlah warga sipil di beberapa daerah juga mulai melarikan diri. Namun, PBB memperkirakan sedikitnya 390.000 orang masih terperangkap dan bersembunyi di tempat penampungan tidak resmi dengan makanan, air, sanitasi, dan perawatan medis yang terbatas. Memperparah keadaan, serangan langsung ke fasilitas kesehatan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, khususnya di Ghouta Timur, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sepertiga dari rumah sakit dokter Hamid mengalami kerusakan. Adapun bagian yang masih berfungsi disesaki korban cedera sehingga sulit bergerak. Akibatnya, ketika pengeboman berlangsung intens, ada sejumlah jenazah di lantai yang tidak bisa dipindahkan. Pekan lalu, staf rumah sakit tidak bisa memindahkan jenazah selama 48 jam. Di seluruh Ghouta Timur, staf medis lelah secara fisik dan emosional, kata Lorena Bilbao, koordinator organisasi Dokter Tanpa Perbatasan di Suriah. “Mereka sudah bekerja hampir tiada henti, hanya beberapa jam tidur tanpa makanan rutin, frustrasi terus-menerus, dan takut pengeboman,” sebut Bilbao. Menurut Atef, seorang ahli radiologi di rumah sakit bedah Ghouta Timur, peningkatan serangan dan senjata baru sejak Februari lalu menciptakan “kehororan jenis baru” berupa pasien-pasien dengan luka parah beragam. “Kami tidak terbiasa dengan luka separah ini. 48

Kami tidak bisa menolong mereka. Kalau Anda melihat di sekeliling kami, para staf mengalami keputusasaan,” kata pria berusia 36 tahun itu. Seperti kebanyakan penduduk Ghouta Timur yang bersembunyi, Atef pun bermukim di ruang bawah tanah di sebuah bangunan umum bersama istri, anak, dan 100 orang lain. Mohamed, mahasiswa kedokteran berusia 23 tahun yang terpaksa putus sekolah untuk menjadi paramedis, tinggal bersama keluarganya di ruang bawah tanah tetangganya. Di ruangan yang terbagi tiga itu, sebanyak 30 orang bersesakan tanpa listrik atau air. Untuk melewatkan waktu, para anggota keluarga berbincang di tengah kegelapan. Lima sepupu Mohamed meninggal dunia bulan lalu. Begitu pula dengan pamannya, dua kakak iparnya, dan seluruh keluarga dari salah satu kakak ipar. “Pasien-pasien ini adalah keluarga kami juga.Kami akan terus merawat mereka sampai semua obat habis. Sampai kita tidak punya apa-apa. Sampai menit terakhir.” Menurut WHO, rezim Suriah menyita 70% pasokan medis dari iring-iringan sebelumnya, termasuk P3K, perlengkapan bedah, dan insulin. Dokter Hamid memperkirakan rumah sakit hanya punya pasokan obat bius untuk beberapa pekan. Jika pasokan tidak kunjung datang, pasien terpaksa tidak mendapat anestesi guna meredakan sakit. “Kami menggunakan benang jahit bekas, sarung tangan yang seharusnya sekali pakai tapi kami pakai lagi, alat pengering paru yang sudah pernah digunakan untuk pasien lain. Kebanyakan luka akan terinfeksi sehingga perlu perban, tapi kami memakai perban bekas.” SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Dari Sana-sini Di rumah sakit tiada pula peralatan laboratorium untuk menguji keberadaan racun klorin, yang menurut paramedis dan aktivis oposisi digunakan sebagai senjata oleh pasukan pro-pemerintah. Pemerintah Suriah membantah menggunakan senjata kimia, namun kesimpulan PBB menyebutkan pemerintah memakai klorin setidaknya tiga kali pada 2014 dan 2015. Investigasi PBB terkini melaporkan penggunaan klorin pada Januari lalu di Ghouta Timur. “Kami menyaksikan bayi perempuan berusia tiga bulan dan bocah laki-laki berumur dua tahun. Bayi perempuan tersebut dirawat dengan alat bantu pernapasan selama sepekan dan dia selamat, namun bocah laki-laki meninggal dunia. Dia membiru dan jenazahnya bau klorin,” papar Mohammed. Selagi konflik Suriah melewati tahun ketujuh, kekejian di Ghouta Timur mencerminkan kondisi perang sipil di Suriah yang melebar. Pemerintahan Presiden Bashar al-Assaf mengatakan tengah membersihkan bangsa dari teroris, namun serangan tanpa kenal ampun telah membunuh puluhan ribu warga sipil. “Mereka mengatakan membunuh teroris, tapi kami bukan teroris. Orang yang saya lihat meninggal adalah perempuan dan anak-anak,” cetus dokter Hamid. Dia sedang menghitung persediaan antibiotik, obat bius, dan insulin yang kian menipis. Alat cuci darah pun nihil sehingga pasien gagal ginjal menghitung hari hingga meninggal dunia dengan siksaan. Kediaman tempat dokter Hamid lahir dan dibesarkan telah ditelantarkan walau penuh kenangan. Sebelum konflik meletus, rumah itu didatangi sanak saudara dari Damaskus untuk piknik di akhir pekan. “Mereka datang ke sini dari berbagai daerah untuk menghirup udara segar dan menikmati pepohonan serta sungai. Bagi saya, sudah seperti surga di bumi.” Kini, dia berdoa di tempat penampungan yang penuh sesak, bahwa anak-anaknya suatu hari bisa melihat tempat yang masih segar dan hijau dalam ingatannya. “Mungkin sudah terlambat untuk saya. Tapi, Insya Allah, anak-anak kami kelak mampu menatap hari itu.” Sumber: BBC News Indonesia – 18 Maret 2018

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

49


Historia Beraksi Mengatasi Epilepsi

L

epasnya muatan listrik di otak menjadi penyebab utama epilepsi. Tapi orang sering memandangnya sebagai penyakit kutukan. Irawaty Hawari, dokter spesialis saraf, mengenang pengalamannya berkunjung ke sebuah Rumah Sakit Jiwa beberapa tahun lalu. Dia kaget melihat Orang Dengan Epilepsi (ODE) masuk Rumah Sakit Jiwa. “Memasukkan ODE ke RSJ tindakan salah. Epilepsi bukan gangguan jiwa, melainkan gangguan pada sistem saraf otak,” kata Irawaty kepada Historia. Di Indonesia, salah kaprah mengenai epilepsi berjejak cukup panjang. Keterangan dalam Prasasti Waharu, bertitimangsa abad ke-9, menyebut epilepsi sebagai salah satu penyakit kutukan untuk pelaku kejahatan. Ini berarti epilepsi berhubungan dengan kekuatan gaib. Para leluhur di Nusantara mewariskan cara pandang demikian selama ratusan tahun. Sebagai pengobatannya, mereka biasa membacakan mantra dan mengusap kepala penderita epilepsi lalu memohon Yang Kuasa agar mencabut kutukan. Cara lain dengan memasung. Mereka menilai polah penderita epilepsi berbahaya, “di mana si pasien menunjukkan kecenderungan keras suka melompat ke air di samping gejala tertentu yang menyerupai ‘gerakan babi hutan’,” tulis Snouck Hurgronje dalam Aceh di Mata Kolonialis.

50

Snouck mempelajari rakyat dan adat-istiadat Aceh selama 1891-1905. Salah satu bahasannya tentang penyakit-penyakit di Aceh, termasuk epilepsi. Menurut Snouck, lantaran penderita epilepsi kerap bertingkah seperti babi, orang Aceh menamakan penyakit itu gila babi. Di Aceh, epilepsi juga punya nama lain saket droe. “Biasanya diperoleh orang pada waktu petang atau tengah malam. Orang ini jatuh pingsan, anggotanya tegang, kaku, dan mulutnya tertutup,” tulis Moehammad Hoesin dalam Adat Atjeh. Orang Aceh percaya penyakit ini berasal dari “hantu buru”, sejenis jin di rimba raya. Droe menyerang orang dewasa, anak-anak, dan bayi. Untuk mengusirnya, orang Aceh mengusap dahi dan dagu penderita dengan inggu (tumbuhan obat) sembari mengucap ayat-ayat Alquran. Di Pasundan, orang menyebut epilepsi dengan sawan. Anak-anak dan bayi rentan terserang penyakit ini. “Anak-anak yang kena penyakit sawan, terbelalak matanya dengan tak tentu sebabnya,” tulis A Prawirasuganda dalam “Adat Orang Mengandung Bersalin dan Bersunat di Tanah Pasundan”, termuat di Tjidschrift voor Indische taal-, land-, en volkenlunde 1952-1957, Volume 85. SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Historia Hindia Belanda tertinggal soal pengetahuan medis epilepsi. Terbitan berkala untuk ilmu kedokteran di Hindia Belanda, Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlansch-Indie, baru memuat laporan khusus dokter CL Bense tentang epilepsi berjudul “Jacksonische Epilepsie een Gevolg van Secundaire Syphilis” pada 1893. Padahal majalah itu terbit sejak 1852. Almarhum Slamet Iman Santoso menjadi pendorong mahasiswa kedokteran Indonesia untuk mempelajari epilepsi secara medis. Sadar masih banyak orang belum mengetahui epilepsi, Slamet tergugah. Dia membuka dan mengepalai Departemen Psikiatri dan Neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada 1950. Dia juga mengirim anak muda ke Amerika Serikat dan Belanda agar mereka bisa mendalami neurologi. Salah satunya Mahar Mardjono. Minat Mahar semula pada anatomi. Tapi dia bertemu dengan Slamet. Kepada Mahar, Slamet bilang ingin mendirikan pusat epilepsi. Mahar tahu itu sulit. Ahli epilepsi jarang di Indonesia. Tapi Mahar tertantang. Dia setuju mempelajari epilepsi, bahkan sampai ke Amerika Serikat pada 1956. “Saya khusus memperdalam pengetahuan saya di bidang epilepsi baik mengenai aspek-aspek neurofisiologi dan patologi maupun klinik,” tulis Mahar dalam Kiprah Dokter dalam Era 50 Tahun Indonesia Merdeka. Pulang ke Indonesia pada 1958, Mahar langsung menerapkan ilmunya. Dia mendatangkan bantuan perlengkapan untuk studi dan terapi epilepsi di FKUI. Dia bertekad mewujudkan gagasan Slamet tentang pusat epilepsi. Usaha Mahar berbuah pada 1964. “Pusat tersebut didirikan oleh Staf bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,” tulis Djaja, 6 November 1965. Mahar belum puas. Dia berpikir perlu ada organisasi penyuluhan di daerah. Maka, bersama kawan-kawannya, dia mendirikan Perhimpunan Penanggulangan Epilepsi Indonesia (Perpei) pada 1982. Berbeda dari pusat epilepsi, Perpei berdiri di tiap daerah dan berfokus pada pemberian inforSAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

masi mengenai epilepsi. Salah satu usaha paling menonjol Perpei terlihat pada 1991. Perpei pusat bersama Ciba Geiby, perusahaan farmasi obat epilepsi, merancang iklan layanan masyarakat tentang epilepsi secara nasional. Baik melalui televisi maupun media cetak Di televisi, iklan itu menampilkan seorang anak lelaki dengan epilepsi, bernama Adi, sedang bermain bola. Teman-temannya memperlakukannya secara wajar. “Adi main bola lagi, yok!” kata seorang temannya. Pesan iklannya jelas dan lugas. Penderita epilepsi bisa hidup normal. Dan orang harus menerima mereka apa adanya. “Iklan itu cukup kuat. Melekat pada masyarakat,” kata Irawaty Hawari. Tapi Irawaty sadar stigma negatif epilepsi belum sepenuhnya terhapus. Sekarang informasi mengenai epilepsi melimpah, tapi tantangan mengatasi epilepsi justru bertambah. Obat epilepsi murah kerap hilang dari pasaran. Pemerintah jarang terlibat penanganan epilepsi. Sementara pusat epilepsi rintisan Mahar dan kawan-kawannya kian mengendur. Kerja mengatasi epilepsi belum selesai. Sumber: https://historia.id/sains-teknologi/articles/beraksi-mengatasi-epilepsi

51


Antar Kita MEDICAL MISSIONS COURSE (MMC) 2019

R

ekan-rekan medis yang terkasih dalam Kristus. Sebagian dari rekan-rekan medis pembaca Samaritan tentu mengetahui program Medical Missions Course (MMC), yang telah Tuhan percayakan kepada PMdN Perkantas, khususnya Divisi Misi, selama 11 tahun, mulai dari 2006-2016. Kami bersyukur kepada Tuhan, yang telah menolong penyelenggaraan MMC selama 11 tahun, dan menghasilkan 96 alumni yang telah dipakai Tuhan untuk berkarya di berbagai ladang panggilan profesi medis. Selama 11 tahun tersebut pula, PMdN Perkantas telah bekerjasama dengan RSU Bethesda Serukam dan OMF untuk penyelenggaraan MMC. Kami sangat bersyukur dan mengapresiasi kontribusi yang tak ternilai dari RSU Bethesda Serukam, OMF, juga sahabat-sahabat staf Perkantas nasional. Kami yakin, tanpa RSU Bethesda Serukam, OMF, dan rekan-rekan staf, PMdN Perkantas sendiri tak akan mampu menyelenggarakan MMC selama 11 tahun tersebut. Secara khusus, kami berterimakasih kepada Tuhan untuk rekan sekerja kami terkasih, yakni seorang staf RSU Bethesda Serukam yang mendedikasikan diri luar biasa dalam tahun-tahun penyelenggaraan MMC, yakni dr. Irene Hintanputung, Sp.Rad. Dedikasi, hati, dan kegigihan beliau tak ternilai harganya dalam penyelenggaraan MMC, sehingga melalui tulisan ini, kami rindu memberikan apresiasi yang tulus bagi beliau. Masih banyak lagi alumni medis yang setia memberkati MMC setiap tahunnya, bahkan banyak juga pihak dari luar negeri yang telah membantu penyelenggaraan MMC. Kami sangat bersyukur untuk kesatuan ini, yang telah menjadi berkat bagi banyak alumninya. Setelah 11 tahun penyelenggaraan MMC, kami merasa perlu untuk melakukan proses Sabatikal program, agar penyelenggaraan MMC tidak hanya didasarkan pada rutinitas tahun demi tahun. Dalam 2 tahun vakumnya MMC yakni 2017-2018, kami berdoa memohon pimpinan Tuhan untuk penyelenggaraan MMC berikutnya. Kami juga

52

melakukan berbagai evaluasi terhadap program MMC, dan melakukan riset sederhana terhadap alumni MMC. Berikut ini hasilnya: • Sejumlah 63 alumni mengembalikan kuesioner yang telah diisi. • Dari 96 total alumni MMC, 73 peserta berjenis kelamin wanita (76%) sedangkan 23 peserta berjenis kelamin pria (24%). • 83 peserta berasal dari kampus kedokteran (86,5%), 11 peserta berasal dari kampus kedokteran gigi (11,5%), dan 2 peserta dari kampus keperawatan (2,1%). • Dari 94 data alumni yang terkumpul, berikut kami rangkum peringkat universitas dan provinsi/area pengirim peserta MMC terbanyak:

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Antar Kita

• Dari 63 alumni yang mengembalikan kuesioner, sebagian besar alumni tinggal di kota besar dan terbanyak berada di pulau Jawa. Berikut detail lebih lanjut mengenai domisili alumni MMC di bulan pengembalian kuesioner (Juni-Agustus 2016):

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

53


Antar Kita • Dari 56 alumni MMC yang terdata, 30,4% terlibat di rural mission saja, 21,4% terlibat di urban mission saja, sedangkan 48,2% pernah terlibat di keduanya, baik urban maupun rural mission. • Dari 49 alumni MMC yang terdata, tempat bekerja terbanyak adalah di RSUD/RSUP, yakni sebanyak 26,5%. Berikut detail lebih lengkap:

• Bila harus memilih 1 hal selama MMC yang paling memberkati, maka sebagian besar menjawab pengalaman (32,3%), teladan hidup (30,6%), baru diikuti dengan materi (19,4%). Berikut hasilnya lebih lanjut:

tuk bekerja di tempat sekuler (bukan institusi Kristiani) dan dalam konteks perkotaan. • Sedangkan evaluasi terbanyak untuk penyelenggaraan MMC sebelumnya adalah jadwal acara yang terlalu padat. Adapun hampir semua peserta MMC merindukan agar MMC tetap dilanjutkan oleh PMdN Perkantas, karena begitu banyak manfaat yang sangat berdampak bagi para pesertanya. Tentu masih banyak lagi hasil penelitian sederhana dari para alumni MMC, yang tidak dapat kami publikasikan seluruhnya. Kami berusaha mengevaluasi program MMC sebaik dan se-obyektif mungkin, di tengah-tengah keterbatasan dan kesibukan kami. Selanjutnya, kami juga berusaha mengakomodasi berbagai masukan peserta yang disampaikan melalui kuesioner, sambil terus berdiskusi dengan berbagai mitra pelayanan MMC, untuk membangun kualitas MMC yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Beberapa pertemuan untuk membahas MMC telah diselenggarakan dalam kurun waktu 2 tahun ini: • Rapat antara PMdN Perkantas, RSU Bethesda Serukam, YAPKI/OMF, dan PPA, pada hari Senin tgl 22 Agustus 2016. • Rapat antara PMdN Perkantas dan pimpinan RSU Bethesda Serukam di hari pertama Kamp Medis Nasional Alumni, 9 September 2016. • Rapat internal PMdN Perkantas dan khususnya Divisi Misi sepanjang 2017. Dari berbagai hasil diskusi yang cukup panjang, kami menyepakati beberapa perubahan dalam penyelenggaraan MMC 2019:

• Selanjutnya, usulan terbanyak untuk MMC selanjutnya adalah diberikannya lebih banyak waktu untuk training PI/misi (termasuk CPM dan community development). Dari bidang medis, permintaan tertinggi adalah training mengenai manajemen RS. Usulan lainnya adalah agar MMC mempersiapkan alumni un54

1. Perpindahan wahana MMC dari RSU Bethesda Serukam ke RS Mardi Waluyo dan RS Imanuel Lampung. Setelah tim Divisi Misi PMdN Perkantas melakukan survey ke RS Mardi Waluyo dan sekaligus bertemu dengan sejumlah alumni yang bekerja di RS Imanuel Lampung pada akhir bulan Januari 2018, tim semakin diteguhkan untuk menyelenggarakan MMC di Lampung. Kerinduan kami untuk membekali alumni MMC dengan suasana pelayanan perkotaan serta proyek-proyek pelayanan yang berdampak pada masyarakat sekitar, dan itu kami imani akan terjawab dengan SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Antar Kita situasi pelayanan RS Mardi Waluyo. Tuhan telah memakai pelayanan ekstramural-nya RS Mardi Waluyo secara luar biasa, dengan berbagai macam pelayanan holistik kepada masyarakat, mulai dari daerah-daerah binaan (pendampingan, penyuluhan), home care setiap minggu, bakti sosial, pembinaan pemuda, pelayanan ke lapas dan panti asuhan, pelayanan kelompok depresi di Tulang Bawang, bedah rumah, peningkatan infrastruktur di sejumlah desa binaan, pertemuan mitra, rumah belajar, pemberian beasiswa pada pemuda lokal, dan masih banyak lagi. Alumni MMC nantinya akan banyak belajar dari berbagai kegiatan ekstramural tersebut, termasuk belajar bagaimana mengelola berbagai program agar dapat terus berjalan dengan kualitas terbaik, dan pendanaan yang berkesinambungan. Selain pelayanan ekstramuralnya yang sangat baik, RS ini juga sangat unggul dalam akreditasi, manajemen, dan pelayanan BPJS, yang sangat vital untuk dipelajari oleh para alumni MMC masa kini. Adapun RS Imanuel memiliki kekuatan dalam pelayanan pastoral dan bed-side teaching, yang juga kami yakini akan memberkati para alumni MMC masa kini. Kami sangat bersyukur bahwa RS Mardi Waluyo dan RS Imanuel menyambut baik program ini dan siap bekerjasama dalam penyelenggaraan MMC ke depan. Adapun kerjasama dengan RSU Bethesda Serukam akan tetap dilanjutkan, dalam bentuk dukungan pada program Xplore Trip yang diadakan oleh RSU Bethesda Serukam. Kami juga tetap membuka diri apabila Tuhan memimpin MMC di tahun-tahun berikutnya untuk kembali ke Serukam.

garaannya dibagi dalam 4 tahap: • Tahap I: 4 minggu materi misi medis di Jakarta • Tahap II: 1 minggu di RS Imanuel Lampung untuk mempelajari pelayanan pastoral dan bedside teaching • Tahap III: 3 minggu di RS Mardi Waluyo Lampung, termasuk mengikuti berbagai pelayanan ekstramural RS • Tahap IV: 1 minggu di lokasi pelayanan community development. *Jadwal masih dapat berubah. Jadwal final akan kami berikan dalam publikasi resmi MMC. Kami mengundang rekan-rekan untuk mempersiapkan diri menjadi peserta MMC, dan terus berkoordinasi dengan rekan-rekan staf atau associate staff medis di Perkantas setempat. Peserta MMC 2019 tetap dibatasi maksimal 10 orang. Kami berdoa Tuhan yang akan memilih peserta-peserta terbaik untuk program ini. Mohon doakan juga kami di PMdN yang akan terus mempersiapkan MMC 2019 ini. Kerinduan kita semua, Tuhan semakin dimuliakan di berbagai area pelayanan medis di Indonesia, melalui alumni-alumni program MMC, bahkan alumni PMK medis secara umum. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Divisi Misi PMdN Perkantas

2. Materi kemampuan medis akan kami tiadakan, karena kami berharap kebutuhan tersebut dapat terjawab di universitas masing-masing dan berbagai seminar kedokteran/kedokteran gigi yang akan rutin dijalani semua alumni di Indonesia. Hal ini akan mengurangi kepadatan MMC, sehingga peserta akan lebih fokus menikmati 2 hal terbaik dari MMC, yakni pengalaman dan teladan hidup. MMC 2019 akan diselenggarakan pada tanggal 10 Februari sampai 14 April 2019, dan penyelengSAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

55


Antar Kita Segenap redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas Mengucapkan :

Selamat Ulang Tahun

56

dr. Asrina Veranita dr. Dina Elizabeth Sinaga dr. Fransiska Sutrisno dr. Imelda Mandagi dr. Cindra Paskaria, MKM dr. Arlin Nopalina Hutagalung drg. Herlina Darusman drg. Goei Sian Tjoe dr. Lydia Linggawaty dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu dr. Nilawaty dr. Husein Basri, MSc, M.Kes dr. Hertina Silaban drg. Jeng Seriana dr. Yudhi Handoko Gejali, SpAK dr. Easter Taruli Veronica dr. Luszy Arijanty dr. Apriani Oendari dr. Aprinando Tambunan dr. Alfiane Indri Kaunang dr. Benyamin Lukito, SpPD dr. Dolarina De Breving, M.Kes dr. Dahlia Bunjamin dr. Gian Christian Kasim dr. Jubilate E Iruanto Tambun dr. Immanuel Jeffri Paian Parulian dr. Karta Sawenda dr. Reyni L. Panjaitan dr. Mawartih Susanty drg. Onny Surya drg. Yohana Roselinda Manurung

2 April 3 April 3 April 4 April 6 April 7 April 7 April 8 April 8 April 9 April 10 April 11 April 13 April 14 April 14 April 15 April 16 April 17 April 19 April 20 April 20 April 21 April 23 April 24 April 24 April 25 April 25 April 27 April 28 April 30 April 30 April

dr. Saut Monang Silitonga dr. Eka Yudha Lantang, Sp.An, M.Min, MM dr. Suleman dr. Lilis Pratiwi dr. Fitriyani Simangunsong dr. Asriany Paranoan drg. Muktar Hutasoit dr. Ireine S. C. Roosdy dr. Maniur Imanda Tobing

dr. Grenda A Sinuraya Ns. Meylona Verawaty Zendrato dr. Rut Hanna Barail dr. Amelia Louisa Kristiani Ns. Adolfina Emilia Wamaer dr. Dede Budiman, SpPD

1 Mei 1 Mei 1 Mei 2 Mei 3 Mei 4 Mei

dr. Kristo Kurniawan drg. Renny Limarga

dr. Suzanna P. Mongan, Sp.OG dr. Novian Sollina Eoh dr. Priska Karina Gunadi dr. Tjhan Mei Fa dr. Ermasanti Puspito drg. Andrey Setiawan dr. Christha Zenithy Tamburian drg. Marzia Magdalena Tetelepta dr. Indra Ariesta Eko Setiawan dr. Ivone Debby Bentelu dr. Valentina Yanti Ruliana T dr. Muina Jong dr. Prapti Utami

dr. Harpina Somba dr. Sri Anggia Meilyta Hutagalung dr. Pujianto, MKes SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Antar Kita dr. Willy Steven, SpKJ dr. Hendry Roy, SpB dr. Eirine Megawati Saap dr. Alice Sutedjo drg. Frinsca Meithy Pattiasina dr. Herald Hotma P. Napitupulu, Sp.B dr. Imelda Ritunga dr. Naomi Patioran Panggalo, SpM dr. Elfrida Pinta Sinambela dr. Medha Paramitajati dr. Romi Beginta dr. Ie Mien dr. Devi R.M. Tarigan dr. Antonius Wibowo dr. Debora Widiansa Making dr. Benutomo Rumondor, SpB dr. Marthen L. Wattimena, SpS dr. Yessica Meliany dr. Evi Douren dr. Maya C. L. Malaiholo dr. Amelia Juliana Adam dr. Frans Susanto, SpAK MSc.,Akp.,SpGK dr. Johanes Dwi Meiyanto dr. Adrian Gunawan, Sp.PK Ns. Irma Sari Sugiyanto dr. Prionggo Mondrowinduro, SpPD dr. Langi Surjani dr. Diana Samara, MKK dr. Nina I. S. H. Supit, Sp.Rad

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

5 Mei 6 Mei 7 Mei 8 Mei 8 Mei 9 Mei 10 Mei 10 Mei 11 Mei 12 Mei 12 Mei 13 Mei 14 Mei 15 Mei 16 Mei 17 Mei 18 Mei 19 Mei 20 Mei 20 Mei 21 Mei 21 Mei 21 Mei 22 Mei 22 Mei 22 Mei 23 Mei 24 Mei 24 Mei

dr. Michael Dwinata drg. Koanitalina Masa dr. Brillyan Christopher L dr. Frisca Finlania Agan dr. Meilany Feronika Durry, SpPA dr. Zepri Parten Sitorus drg. Meliskah drg. Nisa Mariana Gulo dr. Rudy Hartawan dr. Mauritz Silalahi, SpP dr. Sugi Suhandi Iskandar, SpOG dr. Linda Kaseger dr. Novita Patresia Amba dr. Indri Sondang Fransiska Sihotang dr. Max Nathanael Wangsaseputra drg. Erlisa Sembiring dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, dr. Susi Saptawarni dr. Ester Lianawati Antoro, SpPA drg. Lenny M Sitorus dr. Paran Bagionoto, SpB drg. Monica Ruth Nirmala

57


Antar Kita

58

dr. Galuh Martin Maytasari 25 Mei dr. Rina Simamora 26 Mei dr. Clarissa Wiryadi 27 Mei drg. Maya Marisa 27 Mei drg. Chitra Meilani Badudu 28 Mei dr. Herdaru Pramuditio 28 Mei dr. Anindya Kristanti 29 Mei IBCLC dr. Redhy Sindharta, SpAn 29 Mei dr. Chrisna Hendarwati, Msi.Med, SpA 30 Mei dr. Debbie Latupeirissa, SpA(K) 31 Mei

dr. Meivie Jeanne Tumiwa

dr. Efilda Silfiyana, Sp.OG Ns. Herfiany Loan Lotus dr. Yuyun Romaria Simanjuntak dr. Albinus Y. Cobis, Sp.An dr. Junita Eirene Katihokang drg. Ani Widiastuti dr. Theresia Tatie Marksriri Ns. Catherina Bannepadang MBiomed dr. Verury Verona Handayani dr. Berlian N Situmeang dr. Yuselin Taopan dr. Deni Rahayu Marpaung drg. Rebecca Azary Kuncoro dr. Tiolyna Doloksaribu dr. Roy Akur Pandapotan dr. Venita Eng dr. Astrid Manuputty dr. Josephine Diony Nanda drg. Ronal dr. Jeane Trifosa Ussu dr. Herbert Erwin Yunismar dr. Kathleen Juanita Soenario dr. Hendra Jemmy Rompas dr. Michael Caesario dr. Siska Kristina Sari dr. Greta J.P. Wahongan, MKes dr. Andrew William Tulle drg. Andreas Adyatmaka, MSc dr. Loly R D Siagian, MKes, SpPK dr. Elida Junita Purba dr. Venny Pungus, SpKJ dr. Tonny Eko Hartono, SpP dr. Merry M H Languju

dr. Flora Mindo Panjaitan, MKed (ped), SpA dr. Toar Jean Maurice Lalisang, SpB.KBD

1 Juni 1 Juni 1 Juni 3 Juni 3 Juni 4 Juni 4 Juni 5 Juni 5 Juni 6 Juni 6 Juni 8 Juni 8 Juni 8 Juni 9 Juni 9 Juni 10 Juni 11 Juni 12 Juni 13 Juni 15 Juni 15 Juni 16 Juni 17 Juni 17 Juni 18 Juni 19 Juni 20 Juni 21 Juni 22 Juni 22 Juni 23 Juni 24 Juni

dr. Hotber Pasaribu dr. Ruth Tabitha Puspito Usodo dr. Enita Tiur Rohana Simanjuntak dr. Joseph Hiskia Simanjuntak dr. Edi Setiawan Tehuteru, SpA, MHA, dr. Ridwan Adisurya dr. Stephen Kuswanto

dr. Fransisca Janne Siahaya dr. Juniarti Marheini Sembiring dr. Henny Erina Saurmauli Ompusunggu, dr. Vivy Bagia Praja dr. Jeris S. Paonganan dr. Rina Napitupulu dr. Vanni Indah Chrisdiana dr. Nila Kentjana Sahir dr. Jerry Ferdinand Haposan Saragih, SpAn dr. Joshi Indriane Nelwan dr. Theofilus Ardy Pradhana dr. Reschita Adityanti dr. Silka Samanta dr. Hendra Sulaiman dr. Imanuel Eka Tantaputra dr. Tuan Juniar Situmorang, MKes dr. Lely Christine Sihombing

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Antar Kita dr. Hendra Sihombing, Sp.P drg. Rudy Setiawan dr. Linna L. J. Minggu dr. Jenny Joan Caroline Pandaleke dr. Alberthina Suripatty dr. Adiyana Esti dr. Christine Rosalina Butarbutar dr. Kurnia Baraq

25 Juni 25 Juni 26 Juni 27 Juni 28 Juni 29 Juni 30 Juni 30 Juni

dr. Henry Kolondang, SpB

dr. Ronaningtyas Maharani dr. Christian Julio Suhardi dr. Hesty Dwi Handayani drg. Andini Tri Wijayati dr. Katherine T. N. Bangun dr. Rosdiana H. Silaban drg. Agus Susilo dr. Hilda Kurniawidjaja dr. Alhairani Koni Londa Manu Mesa dr. Priscilia Pratami Intan dr. Frendy Wihono dr. Herry Purwadi, SpKK dr. Yusak B. Ibrahim, MSc, SpOK dr. Puteri Nastiti Krisma drg. Eddy Giarso drg. Andrea Indra Sari dr. Dumaria R Damayanti drg. Dyah Suryo A dr. Eva Nirmala Tantaputra, SpPK

1 Juli 3 Juli 3 Juli 4 Juli 4 Juli 5 Juli 7 Juli 7 Juli 9 Juli 9 Juli 10 Juli 11 Juli 11 Juli 12 Juli 13 Juli 14 Juli 14 Juli 15 Juli 16 Juli

dr. Rosari Endang Siadari drg. Theodorus Hedwin Kadrianto, SpPM

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

drg. Merry Yunita Pademi Munthe dr. Monica Anggra Irawan dr. Yonius Sudan, MARS dr. Sajuni Widjaya dr. Edison Simarmata, SpRad

dr. Charles Ronny Jafet dr. Sulastri C. Panjaitan, SpRad dr. Dean Arityanti dr. Theo K. Liow dr. Grace Pangendahen drg. Riani Suhendra dr. Renal Hutabarat dr. Juliana Siajadi dr. Vina Tamara dr. Ferdy Royland Marpaung, SpPK dr. Dame Ainjelina Sitorus Ns. Karina J.Sinulingga dr. Edy Ariston Lubis, SpM drg. Yuliana Ziliwu, SpOrt

59


Antar Kita dr. Indah Arina Purba dr. Sarlin A. Ananggia dr. Daniel Jeffry Leksono dr. Estica Tiurmauli K. Sihombing dr. Helmawati Perangin-Angin dr. Sri Haryati dr. Yohanes Libut dr. Astrid Julistina Tampubolon dr. Prima Heptayana Nainggolan Ns. Ria Ulina dr. Deddi Ekaputra Rangan dr. Lay Titin Secapramana drg. Fiefi Pangestu drg. Liesje Veronica drg. July Medyahta Perangin–Angin dr. Leonard P. Pardede, SpPD dr. Andreas Pramudito dr. Samuel Halim, SpPD dr. Yulinar Siringo-ringo dr. Ardiani Khrisna Maruti dr. Omega Mellyana, SpA

17 Juli 17 Juli 18 Juli 19 Juli 20 Juli 20 Juli 20 Juli 21 Juli 21 Juli 22 Juli 23 Juli 23 Juli 25 Juli 26 Juli 27 Juli 27 Juli 28 Juli 29 Juli 30 Juli 31 Juli 31 Juli

dr. Julia K. Kadang, SpA dr. Melani Muljadi drg. Ina Julita Sitepu dr. Victor Eka Nugrahaputra, MKes dr. Laura Juliana Haloho dr. July Yane Gultom dr. Sisca Wiguno drg. Julvan G.M. Nainggolan, SpOrt dr. Leonardo Verdy Sagay drg. Lasminar Hotmaida Sipahutar dr. Susanna Erika Shintauli Sihaloho

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Mazmur 90:12

60

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Bahan PA Tuhan masih Melakukan Perbuatan yang Ajaib Oleh: dr. Lineus Hewis, Sp.A Bacaan: Yosua 3:1-17 Pengantar: Pernah, saya mendapat kiriman video yang berisi himbauan supaya berhati-hati bila berwisata ke area sungai di saat airnya surut. Dalam video tersebut ditayangkan bagaimana orang-orang berjalan di atas bebatuan dan berfoto-foto di sungai yang kering sampai tiba-tiba peristiwa yang menakutkan pun akhirnya terjadi. Sungai perlahan -lahan mulai dialiri air lagi dan para wisatawan berusaha menuju ke tepi, namun dalam waktu singkat arus air dari hulu sungai menjadi sangat kuat dan menghanyutkan sebagian wisatawan yang awalnya mencoba untuk bertahan dengan bergandengan tangan di tengah sungai. Kejadian menegangkan tersebut mengingatkan saya kepada peristiwa ribuan tahun silam ketika bangsa Israel yang dipimpin oleh Yosua harus menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki negeri yang dijanjikan Allah dengan sumpah kepada nenek moyang mereka. Rombongan ini harus melintasi dengan berjalan kaki di sungai yang lebarnya berkisar 400-3.000 meter dalam kondisi air sungai yang sedang meluap. Sungai Yordan memiliki arus yang sangat deras karena hulu sungainya ada di Gunung Hermon dengan ketinggian 9.000 kaki di atas permukaan laut dan bermuara di Laut Mati yang berada 1.400 kaki di bawah permukaan laut. Menggali Kebenaran: Setelah mengelilingi padang gurun selama 40 tahun, bangsa Israel akhirnya bersiap memasuki negeri yang dijanjikan Tuhan. Masa berkabung karena wafatnya Nabi Musa baru saja berakhir dan kini bangsa Israel berada di bawah kepemimpinan Yosua. Sebagai mantan abdi Musa, Yosua pasti sudah menyaksikan sendiri betapa beratnya Musa memimpin bangsa Israel dan kini saatnya tongkat kepemimpinan beralih kepadanya. Allah sungguh mengenal Yosua dan Allah berkali-kali mengingatkan Yosua: “… kuatkanlah dan SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

teguhkanlah hatimu…” dan menyatakan bahwa seperti Dia menyertai Musa, demikian juga Dia akan menyertai Yosua. (Yos.1:1-9). Kepemimpinan Yosua diresponi dengan sepenuh hati oleh segenap bangsa Israel (Yos. 1: 10-18). Pengintaian ke kota Yerikho yang disertai dengan drama pertemuan dengan Rahab yang menyembunyikan kedua pengintai dari kejaran Raja Yerikho, berakhir dengan membawa kabar gembira: “TUHAN telah menyerahkan seluruh negeri ini ke dalam tangan kita, bahkan seluruh penduduk negeri itu gemetar menghadapi kita.” (Yos. 2). Sekarang tibalah saatnya buat Yosua untuk mengeksekusi perintah Allah dengan memimpin seluruh bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan. 1. Menarik menyadari bahwa ketika bangsa Israel keluar dari Mesir untuk menuju tanah perjanjian, mereka juga harus melintasi Laut Teberau (Kel. 14:15-31) yang secara logika manusia sangatlah mustahil, dan kini ketika mereka bersiap memasuki tanah perjanjian, mereka juga harus menyeberangi Sungai Yordan. Perhatikan apa yang mirip dari kedua peristiwa ini? Mengapa penting bagi bangsa Israel untuk menjaga jarak dengan Tabut Perjanjian? (Yos. 3:1-4). [1 hasta = 45 cm] 2. Apakah bangsa Israel dan para imam yang mengangkat Tabut Perjanjian sudah tahu bagaimana mereka akan menyeberangi Sungai Yordan yang sedang sebak dan meluap tersebut? Apa yang harus bangsa Israel lakukan sebelum menyaksikan perbuatan Allah yang ajaib diantara mereka? Apa yang dilakukan oleh para imam setelah menerima perintah dari Yosua? (Yos. 3:5-6, 15) 3. Perhatikanlah bagaimana Allah berbicara secara personal dan menguatkan Yosua. Mengapa tantangan ini justru menjadi ajang Allah meneguhkan kepemimpinan Yosua di hadapan bangsa Israel saat itu? Siapa yang membesarkan nama Yosua dan apakah tujuan akhirnya? (Yos. 3:7) 61


Bahan PA 4. Setelah dikuatkan Tuhan, sekarang giliran Yosua menguatkan bangsa Israel. Tantangan apa saja yang menanti bangsa Israel selain dari menyeberangi Sungai Yordan? Bagaimana Yosua menyadarkan bangsa Israel akan kehadiran Allah di tengah-tengah mereka yang menjadi fokus kekuatan mereka? (Yos. 3:8-13) 5. Ketika para imam pembawa Tabut Perjanjian menginjakkan kakinya di Sungai Yordan, apakah air sungai langsung terbelah dan menjadi kering? Bandingkan dengan kejadian ketika bangsa Israel melintasi Laut Teberau (Kel. 14: 21-22). Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk meyakini bahwa Allah benar-benar akan mengeringkan sungai itu untuk mereka menyeberang? Kota Adam, lokasi dimana Allah membendung air Sungai Yordan, yang dicatat sebagai “jauh sekali” tersebut diperkirakan berjarak sekitar 45 km dari tempat mereka berdiri? (Yos. 3:14-16). 6. Perhatikan posisi Tabut Perjanjian yang dipikul para imam. Dimanakah posisi Tabut Perjanjian sebelum, pada saat, dan setelah proses penyeberangan? Bandingkan dengan posisi tiang awan pada saat bangsa Israel berjalan melintasi Laut Teberau (Kel. 14:19-20)? Adakah kedua fakta ini berbicara tentang kehadiran dan penyertaan Tuhan? Peta Sungai Yordan dan kota-kota sekitarnya. 3 4 1 2

Refleksi: 1. Seberapa seringkah kita menghadapi “laut yang tidak dapat kita seberangi” dalam studi, karir, keluarga dan aspek-aspek kehidupan lainnya? • Sebagai profesional medis bukankah Allah sering membawa kita kepada sebuah pengalaman baru, “jalan yang tidak pernah kita lalui sebelumnya”, dalam hidup kita? • Adakah bagian Firman Tuhan ini mengingatkan kita untuk tetap fokus terhadap pimpinan Tuhan ketika mengerjakan panggilan-Nya? • Bagaimana justru akhirnya ketidakberdayaan kita dan ketergantungan sepenuhnya kepada pertolongan Tuhanlah yang meletakkan tonggak bersejarah dalam hidup kita? 62

1. Kota Sitim 2. Kota Yerikho 3. Kota Adam 4. Sungai Yordan

2. “Menguduskan diri”, pada saat itu kemungkinan besar selain tindakan seremonial pembersihan tubuh dan mencuci pakaian, juga memiliki makna pertobatan, mengarahkan hati kepada Tuhan, dan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. (Kel. 19:10-15). Hal ini menjadi sangat penting ketika kita bersiap melihat intervensi Tuhan dalam perkara yang sedang kita hadapi. Adakah kita melhat hal ini sebagai prioritas di saat menghadapi tantangan yang besar dalam perjalanan hidup bahkan ketika kita belum tahu jalan keluar yang akan Tuhan sediakan? 3. Bukankah seringkali tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Bahan PA dalam dunia profesi, justru menjadi kesempatan Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya melalui kita? • Seberapa sering keberhasilan kita menyelesaikan kasus-kasus sulit yang diijinkan Tuhan kita hadapi, menjadi peneguhan Tuhan atas tugas-tugas yang dipercayakan-Nya kepada kita? • Allah-lah yang punya kuasa “membesarkan nama seseorang” dan tujuan akhirnya bukanlah untuk kemuliaan diri melainkan “supaya mereka tahu” SIAPA yang menyertainya. • Penyertaan Allah atas Yosua bukanlah tanpa syarat (Yos. 1:1-9, khususnya ay. 8). Ketika kita berharap melakukan perkara-perkara besar bersama Tuhan, adakah kita juga siap membayar harga untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada-Nya? 4. Betapa penting kehadiran Tuhan dalam kehidupan seorang pemimpin. Ketika dia terlebih dahulu dikuatkan Tuhan, dia mampu meyakinkan kehadiran Allah di tengah-tengah orang yang dipimpin atau dilayaninya. Adakah hal ini juga dirasakan oleh rekan-rekan sekerja kita, para anggota keluarga kita dan pasien-pasien yang kita layani?

Kiranya Tuhan berbicara secara pribadi kepada kita masing-masing di saat kita menggali bagian Firman Tuhan ini. Selamat bertumbuh, tetaplah bertahan di tengah banyaknya pergumulan dan setia mengerjakan panggilan-Nya.

Referensi: 1. Chan E. Growing Deep in Faith. Covenant Evangelical Free Church. 2010; pg 27-32 2. Commentary on Joshua 3:1-17 di https://www. biblestudytools.com/commentaries/ jamieson-fausset-brown/joshua/joshua-3.html 3. Commentary on Joshua 3:1-17 di http:// biblehub.com/commentaries/joshua/3-17.htm 4. Commentary on Joshua 3:7-17 di https://www. workingpreacher.org/preaching.aspx?commentary_id=2214

5. Cara Tuhan berkerja tidak selalu sama. Pertolongan Tuhan juga tidak selalu instan, bahkan mungkin belum terlihat sama sekali. Bagaimanapun juga, Allah yang mempercayakan pelayanan-Nya kepada kita adalah Allah yang sudah menyelesaikannya bagi kita. Masalahnya adalah apakah kita bisa melihat pertolongan-Nya dengan mata iman kita, bahkan bila Allah memulainya dari tempat yang “jauh sekali”? 6. Penyertaan Allah adalah sempurna. Dia hadir mulai dari awal, pertengahan, hingga akhirnya. “Tiang Awan” dan “Tabut Perjanjian” tidak lagi secara kasat mata menyertai perjalanan kita. Allah yang berjanji kepada Yosua: “…TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.” (Yos. 1:9), adalah Allah yang sama, yang menyertai perjalanan anakanak-Nya saat ini. Adakah kenyataan ini semakin menguatkan kita untuk terus maju mengerjakan panggilan-Nya? SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018

63


COVER

64

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2018


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.