3 minute read

Warga Resah Penipuan Berkedok Sumbangan Pesantren

Surakarta – Meskipun tidak berimbas secara langsung kepada warga di Dukuh Tegalrejo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, tetapi kemunculan oknum pencari donasi yang mengatasnamakan salah satu pondok pesantren di Madura ini mulai menimbulkan keresahan. Pasalnya, kebenaran dari adanya yayasan ini masih belum diketahui hingga sekarang. “Kebanyakan itu yang datang memang dari Sumenep, tapi untuk nama pondok pesantrennya sendiri saya tidak begitu ingat,” ujar Juminah (52), warga Dukuh Ngesrep pada Minggu (18/12/2022).

Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, oknum pencari donasi yang datang baru-baru ini ke Dukuh Tegalrejo diyakini berasal dari Pondok Pesantren (Ponpes) Mishbahul Munir, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sebagaimana yang tertera pada daftar donatur yang dibawa ketika mengunjungi rumah-rumah warga, Pondok Pesantren Mishbahul Munir dikabarkan sedang melakukan proses pembangunan. Donasi yang terkumpul dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan talangan biaya karena minimnya anggaran yang dimiliki oleh ponpes. Juminah menambahkan, pencari donasi bahkan tidak hanya mendatangi satu rumah sekali saja. Beberapa diantaranya seolah pura-pura lupa, kembali mendatangi rumah yang sama dan memaksa tuan rumah untuk tetap memberi donasi.

Advertisement

Melalui penelusuran rekam-rekam digital, rupanya beberapa warganet juga mengeluhkan hal serupa. Dikutip dari laman ulasantempat.com, pengguna dengan username WERxxx mengeluhkan kecurigaannya melalui ulasan yang ia unggah.

“Tadi pagi sekitar pukul 09.00 WIB ada bapak2 bawa surat keterangan minta bantuan udah lecek dan kotor. Suratnya saya foto dan si bapak kelihatan agak cemas. Karena maraknya peminta2 mengatasnamakan lembaga Pendidikan dan agama sama kakak saya dikasih 2 ribu saja. Dan dia bilang “Bantuan apa 2 ribu?” Uangnya tidak diterima dan suruh saya hapus foto suratnya. Namun tidak saya hapus dan si bapak2 pergi. Dan ketika si bapak2 minta sumbangan di rumah. Ada seorang temannya nunggu di depan pagar rumah. Hahaha. Minta2 kok bawa rombongan. Unik sih tapi jaman sekarang juga orang ga bodoh2 amat yak.” Ulasan ini diunggah pada Selasa (20/12/2022) pukul 14.17 WIB.

Melalui ulasan yang lain, diketahui oknum pencari donasi yang mengatasnamakan Ponpes Mishbahul Munir Sumenep ini tidak hanya diterjunkan di daerah Boyolali saja. Beberapa pengulas lain juga menyebut daerah seperti, Jepara, Malang, Tasikmalaya, Batang, Gresik, Bandung, Denpasar, dan masih banyak daerah lainnya di sekitar Pulau Jawa dan

Bali. Bahkan tak hanya di Pulau tersebut, para pencari donasi ini tersebar hingga ke perbatasan antara Indonesia dengan Filipina, Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Hal ini disampaikan masih melalui laman yang sama oleh user Lixxxx pada 27 Oktober 2019 silam.

Ada Kesempatan

Kedatangan orang yang tidak dikenal terlebih mengatasnamakan sebuah yayasan untuk meminta sumbangan tentu memicu keresahan. Apalagi jika orang tersebut datang hampir setiap hari di tempat yang sama. Seperti halnya di Desa Tegalrejo, Ngemplak, Boyolali pada Minggu (18/12/2022) tepatnya pukul 13.00 WIB. Beberapa warga mengaku didatangi oleh seorang laki-laki berpeci yang meminta sumbangan dengan mengatasnamakan Pondok Pesantren Mishbahul Munir. Kedatangan orang asing tersebut ternyata tidak hanya pada hari itu saja, tetapi setiap satu minggu sekali akan selalu ada orang yang meminta sumbangan tersebut. Hal ini menimbulkan kecurigaan dari para warga yang merasa bahwa pelaku peminta sumbangan tersebut adalah penipu. Aksi penipuan ini ternyata sudah sering ditemui di beberapa daerah.

Mengatasnamakan sebuah yayasan atau melibatkan diri dalam proses penggalangan dana sumbangan tentu mengundang simpati dari masyarakat sekitar. Tak jarang pemberi sumbangan tersebut abai terhadap kejelasan dari aksi yang dilakukan. Pengawasan yang kurang ketat, bahkan ketidakpedulian untuk menguak maksud dari para pencari donatur membuka kesempatan bagi orang-orang yang berniat melakukan penipuan. Pengamat Sosial, Aris Arif Mundayat ikut buka suara terkait aksi penipuan yang mengatasnamakan sebuah yayasan. Menurutnya, kecurangan ini bisa muncul karena adanya kesempatan.

“Kejadian ini bisa dilihat dari teori Fraud Triangle yang menyebabkan orang berpikir bahwa kecurangan bisa dilakukan apabila dia melihat ada kesempatan. Dari kesempatan itu kemudian dirasionalisasikan untuk melakukan tindakan curang. Kesempatan muncul karena ada banyak orang yang tidak peduli terhadap kejelasan proposal yang diajukan. Jadi mereka hanya berpikir yang penting sedekah. Tidak melihat bahwa proses sedekah itu melanggar hukum,” ujar Aris pada Selasa (29/11/2022).

Aris juga menambahkan bahwa aksi peminta sumbangan ini merupakan sebuah tindakan kriminal karena mereka menggunakan nama sebuah yayasan untuk kebutuhan pribadi. Uang donasi yang disalahgunakan demi kepentingan pribadi ini bisa dikenakan Pasal 378 KUHP dengan kasus penipuan. Dimana pasal tersebut menjelaskan bahwa memakai nama palsu, martabat palsu, dengan tipu muslihat, maupun dengan rangkaian kebohongan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain sifatnya melawan hukum. Dalam penipuan terdapat motif atau tujuan pelaku adalah mencari keuntungan dengan cara curang atau memperdaya orang agar korban dapat memberikan atau menyerahkan suatu barang yang berharga. Pasal penipuan ini berisi berbagai unsur yang menyertainya, yaitu objek penipuannya berpindah secara melawan hukum dengan cara memperdaya korban agar memberikan atau menghapuskan hutang yang dalam hal ini tidak terbatas dalam bentuk uang atau barang.

This article is from: