5 minute read

Menguak Praktik Nakal SumbanganPesantrenPondok

Sengatan terik matahari pada Minggu (18/12/2022), tak membuat semangat seorang pria paruh baya untuk menyusuri tiap-tiap gang di Dukuh Tegalrejo surut. Mengenakan atribut lengkap khas entitas suatu agama tertentu, pria yang memiliki perawakan gempal dengan tangan yang sibuk menenteng tas, dengan sabar dan giat mengetuk pintu di setiap rumah yang ia lewati. Berpindah dari satu rumah ke rumah warga lain yang berada di Dukuh Tegalrejo, Ngemplak, Boyolali.

Suasana

Advertisement

Pondok Pesantren

Mishbahul Munir, Pragaan, Sumenep, Jawa Timur. (Dok. Misbahul Munir)

Mengatasnamakan Pondok Pesantren Mishbahul Munir asal Pragaan, Sumenep, Jawa Timur yang tertera pada lembar proposal donatur pembangunannya, kedatangan pria ini tentu menimbulkan keresahan bagi beberapa orang. Kerapnya pemberitaan terkait penemuan petugas-petugas peminta sumbangan nakal ini, membuat sebagian warga merasa ragu akan kebenaran dan keamanahan petugas tersebut.

“Kebanyakan datang memang dari Sumenep, tapi untuk nama pondok pesantrennya sendiri saya tidak begitu ingat,” ujar Juminah (52), warga Dukuh Tegalrejo pada Minggu (18/12/2022).

Tidak hanya datang sekali, petugas peminta sumbangan ini kerap datang pada hari libur atau menjelang lebaran. Petugas seperti ini biasanya tak sendiri, ia memiliki partner dalam menjalankan aksinya. Gerak-gerik yang sering ditunjukkan oleh petugas peminta sumbangan itu, menambah kecurigaan para warga terhadap kebenaran dari pondok pesantren tersebut. ran petugas di Pulau Jawa dan Bali untuk meminta sumbangan ke masyarakat.

“Mereka nggak cuma mendatangi satu rumah sekali aja, ada beberapa yang seolah pura-pura lupa, terus kembali mendatangi rumah yang sama dan maksa tuan rumahnya untuk tetap memberi donasi,” tutur Juminah.

Kecurigaan tersebut lantas membawa tim kami untuk menelusuri lebih lanjut terkait pondok pesantren yang digadang-gadang sedang berada pada proses pembangunan.

Dengan mengetikkan nama Pondok Pesantren Mishbahul Munir pada kolom mesin pencarian daring, munculah beberapa rekomendasi laman terkait. Salah satu laman yang cukup menarik perhatian kami adalah laman yang bernama ulasantempat.com. Pada laman itu terlihat bahwa sejak tahun 2018, Pondok Pesantren Mishbahul Munir telah mendapatkan ulasan yang memuat keluhan-keluhan dan keresahan warga yang pernah didatangi oleh para oknum petugas peminta sumbangan.

“Barusan juga ada di kabupaten wonosobo mengatasnamakan ponpes mishbahul munir cabang sumenep, idk ini bener/tidaknya. Tapi skrg parno aja sama yg begituan, takut penipuan,” tulis pengguna bernama an×××× pada (16/11/2022).

Tidak berhenti sampai disitu, kejadian dan keresahan masih terus bergulir hingga sekarang. Pasalnya, terdapat ulasan terbaru yang ditulis pada 20 Desember 2022 oleh pengguna bernama WER×××.

“Tadi pagi sekitar pukul 09.00 WIB ada bapak2 bawa surat keterangan minta bantuan udah lecek dan kotor. Suratnya saya foto dan si bapak kelihatan agak cemas. Karena maraknya peminta2 mengatasnamakan lembaga Pendidikan dan agama sama kakak saya dikasih 2 ribu saja. Dan dia bilang “Bantuan apa 2 ribu?” Uangnya tidak diterima dan suruh saya hapus foto suratnya. Namun tidak saya hapus dan si bapak2 pergi. Dan ketika si bapak2 minta sumbangan di rumah. Ada seorang temannya nunggu di depan pagar rumah. Hahaha. Minta2 kok bawa rombongan. Unik sih tapi jaman sekarang juga orang ga bodoh2 amat yak.” Unggah WER××× pada pukul 14.17 WIB.

Dikutip dari kebumentalk.com, polisi menangkap pria yang meminta sumbangan dengan mengaku sebagai petugas dari salah satu ponpes pada Kamis (30/12/21). Kasus serupa juga terjadi di Madiun.

Dikutip dari suaramabes.com pada Selasa (24/5/22), sosok laki-laki berbekal berkas-berkas pesantren ditangkap warga saat menjalankan aksinya. Pelaku yang berusia 46 tahun tersebut mengaku sudah menjalankan modus ini selama 3 tahun dan dana yang terkumpul digunakan untuk kepentingan pribadi. Anehnya, orang-orang yang terlibat dalam aksi penipuan ini kebanyakan berasal dari Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Adanya pemberitaan dan puluhan ulasan pada laman ulasantempat.com yang secara eksplisit mengungkapkan keresahan, kecurigaan, dan kekesalannya, menyalakan semangat tim kami untuk bergegas mencari kebenaran.

“Kami dari pondok pesantren tidak sembarangan mengutus orang, untuk mendapatkan donatur kami mengeluarkan surat tugas, berisi dana operasional, dan dokumen lain. Jadi kalau tidak ada surat-surat tersebut berarti itu bukan dari kami,” jelasnya pada sambungan telepon, Senin (19/12/22).

Taufiq juga mengaku bahwa pihaknya dalam satu minggu dapat memperoleh donasi untuk pembangunan sebesar kurang lebih 10 juta rupiah. Dana tersebut diperoleh dari bantuan pemerintah, swadaya masyarakat, dan donatur tetap. Tidak hanya itu, Taufiq juga membeberkan pendirian pondok pesantren yang disinyalir telah berdiri sejak tahun 2002 dengan total 138 santri.

Meskipun telah dijelaskan beberapa informasi terkait Pondok Pesantren Mishbahul Munir, masih terbesit kecurigaan di benak kami. Selang beberapa jam, kami pun memutuskan untuk mencari nomor pondok pesantren pada laman web yang ada. Nomor itu pun berhasil terhubung dengan orang yang sama yakni Taufiqurrahman. Anehnya, ia justru menjelaskan bahwa pendirian pondok pesantren sudah dimulai sejak tahun 2008 dengan total 174 santri. Bukan hanya itu, ia juga menyebut bahwa persebaran wali santri atau peminta sumbangan hanya berada di pulau Jawa. Meskipun beberapa informasi lain masih sama, tetapi poin-poin tersebut menimbulkan tanda tanya besar. Apakah benar Pondok Pesantren Mishbahul Munir memang ada? Siapakah Taufiqurrahman sebenarnya? Apakah ia termasuk salah satu orang yang bermaksud untuk melakukan penipuan dengan mengatasnamakan sebuah yayasan?

Validitas Dokumen Pondok Pesantren

Ilustrasi : Rista

Pada Senin (19/12/2022) tim kami mengkonfirmasikan sejumlah pertanyaan pada pihak pesantren terkait, melalui nomor telepon yang tercantum di kop surat pada lembar daftar donatur yang sempat ia bagikan di Dukuh Tegalrejo pada Minggu (18/12/2022).

Dalam sambungan telepon tersebut, kami terhubung dengan Taufiqurrahman selaku pengurus dan pengasuh Pondok Pesantren Mishbahul Munir. Ia menuturkan adanya kebenaran terkait penyeba- kasi yang telah dilakukan terhadap pihak terkait, dugaan adanya pondok pesantren fiktif ini pun beralih pada adanya penyalahgunaan kepentingan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan pondok pesantren.

Untuk memastikan kebenaran dari keberadaan Pondok Pesantren Mishbahul Munir. Kami pun mencoba menelusuri beberapa laman web terkait dan surat-surat yang dikirimkan secara cuma-cuma oleh Taufiqurrahman.

Dari beberapa dokumen penting pesantren yang dikirim, sempat terbesit kecurigaan tentang keaslian yayasan. Munculah berbagai spekulasi bahwa pesantren tersebut fiktif dan tidak ada eksistensinya. Hal itu karena pada beberapa dokumen yang dirasa terdapat hal-hal janggal dan patut untuk dipertanyakan kevalidannya.

Beralih ke laman web mishbahulmunir.com, struktur organisasi yang bertanggung jawab pada pembangunan yayasan tersebut tidak tercantum nama Taufiqqurahman. Sedangkan pada laman web mishbahulmunir2002.blogspot.com, nama Taufiqurrahman memang tercantum, tetapi terdapat nama pengurus lain yang berbeda yakni Ketua Pembangunannya. Dalam website tersebut tertulis Moh. Hidayat, sedangkan pada surat pengesahan pendirian yayasan yang dikeluarkan oleh Menkumham tertulis Hidayatullah. Selain itu, nama Taufiqurrahman pada surat tersebut juga terpisah yakni Taufiqur Rahman. Berdasarkan data-data yang terkumpul tersebut, terbukti bahwa terdapat penyalahgunaan uang hasil sumbangan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Maraknya sumbangan mengatasnamakan pondok pesantren yang kian meresahkan ini pun, menuntut masyarakat untuk tidak gegabah dalam merespon setiap orang yang menggalakan dana sumbangan. Mencari tahu kebenaran yayasan dan memastikan petugas memberikan surat tugas beserta dokumen pendukung adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap maraknya aksi penipuan ini. tersebut juga tidak rata dengan kalimat sebelumnya. Padahal seharusnya penulisan dokumen asli harus memperhatikan font dan tanda baca yang benar. Bukan hanya itu, pada piagam tersebut dengan nyata tercantum nama “Misbahul Munir” bukan “Mishbahul Munir”. Padahal dalam akta pendirian tanah, surat pengesahan pendirian yayasan, dan laman web tertulis “Mishbahul Munir”. Hal ini yang menimbulkan keanehan karena dirasa surat-surat yang ada hanya rekayasa.

Tak berhenti disitu, kami pun mencoba untuk mengecek ulang ke laman daring Pangkalan Pondok Pesantren dan Administrasi Hukum Umum (AHU). Hasilnya diluar dugaan, ternyata ditemukan bahwa nama Pondok Pesantren Mishbahul Munir sudah secara legal berdiri dengan nomor AHU-0014917. AH.01.12. Kemudian ada NPWP dengan rincian nomor 757276118608000 atas nama Mishbahul Munir Pragaan yang status wajib pajaknya terbukti valid.

Terkumpulnya berbagai macam data dan verifi-

This article is from: