2 minute read

Imbas Praktik Nakal Pencari Donasi, Yayasan Legal Mesti Rela Kehilangan Simpati

Surakarta – Bermodal rasa iba dengan menjual skenario-skenario palsu, oknum yang tidak bertanggungjawab menjadikan aksi mulia sebagai celah dalam melancarkan penipuan. Tak bisa dipungkiri bahwa hal ini akan berdampak pada yayasan sosial lain yang telah mengantongi bukti legalitas lembaga.

Keluhan terhadap kasus ini salah satunya diutarakan oleh pengurus Yayasan Insan Muda

Advertisement

Mulia Surakarta, Suroso. Terlebih karena yayasan yang dikelolanya masih terbilang unit kecil dengan SDM yang sangat terbatas. Saat ini, Yayasan Insan Muda

Mulia Surakarta, bahkan belum memiliki kantor pusat sendiri dan masih menyewa sebuah rumah tinggal di Dukuh Nayu, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari. Anak asuh yang dikelola juga masih tinggal bersama orang tuanya akibat keterbatasan finansial yayasan. “Mau menyediakan tempat juga bagaimana, lha wong kantor pusat saja ini kami masih sewa,” ujar Suroso saat diwawancarai di kantor, Jumat (9/12/2022).

Meski demikian, kegiatan yang berhasil dilaksanakan oleh yayasan ini terbilang cukup beragam. Sejak berdiri tahun 2011, yayasan ini memiliki kegiatan rutin seperti Nglarisi Mbagei yang merupakan bantuan bagi para pedagang kecil, dimana barang dagangannya akan diborong oleh pihak yayasan dan digratiskan kepada masyarakat yang membutuhkan. Ada pula Garage Sale dimana para pengurus yayasan mengumpulkan pakaian bekas layak pakai dan dijualkan dengan harga termurah. Tak hanya itu, beberapa kegiatan besar juga dilaksanakan setiap tahunnya seperti khitanan massal dan try out gratis untuk siswa setingkat SMP. Ketika ditanya soal sumber dana dari kegiatan ini, Suroso menyebut sumbernya bisa dari mana saja. Termasuk melalui relasi para pengurus yayasan. “Lewat media sosial juga kami lakukan, tapi hasilnya tidak begitu efektif. Oleh orang-orang kan hanya digunakan sebagai bahan bacaan saja,” tambahnya.

Kepala Bidang Pendidikan dan Literasi ini menyampaikan bahwa selalu ada pemasukan dari donatur tetap. Akan tetapi, pemasukan itu tidak bisa menutup kebutuhan yayasan sehingga tetap dibutuhkan pencarian donasi dari sumber lainnya.

“Fenomena yang terjadi, saya kurang tahu juga ya ini oknum atau gimana, ada semacam penyalahgunaan. Termasuk yang kemarin booming, infaq untuk pergerakan yang ada tanda kutip,

‘pondok keras’. Itu jelas berimbas kepada yang lain, termasuk kami. Jadi menambah kecurigaan mas yarakat juga tho ya perizinan dari Kesbangpol Balai Kota Solo, nomor Kemenkumham dari pusat kami juga punya,” ucapnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Sundari, salah satu pengurus Yayasan Peduli Tali Bangsa (YPTB) Surakarta.

“Kalau perlakuan tidak menyenangkan dari masyarakat tentu ada, kami dikira menyalahgunakan dananya lah, dibilang malas kerja lah,” ujarnya saat sedang mencari donatur di SPBU Blulukan, Karanganyar.

Sundari menyebut perlakuan dipandang sebelah mata karena masih ada pihak-pihak tidak bertanggungjawab yang melakukan aksi penipuan galangan sumbangan dana.

Yayasan yang bermarkas di Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar ini merupakan organisasi sosial legal yang bergerak untuk menyalurkan donasi para dermawan ke anakanak yatim dan dhuafa. “Yayasan kami pusatnya ada di Jakarta dan seluruh donasi yang kami kumpulkan sebagiannya akan dikoordinir oleh tim pusat,” kata Sundari pada

Kamis (1/12/2022) sekitar pukul 14.00 WIB.

Mengakhiri perbincangan siang itu, dengan yakin Sundari mengatakan setiap rezeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa sehingga sebagai manusia berbudi kita tidak boleh mempermasalahkan apa yang didapat dan harus senantiasa mensyukurinya. Suroso mengatakan hal ini sepatutnya tidak menjadikan semangat untuk berkontribusi dalam kebaikan menjadi surut. “Berjalan sesuai kapasitas sajalah, kalau bisa jangan sampai berhenti. Kalau bukan kita yang bergerak, nanti justru orang-orang di luar sana yang bergerak,” pungkasnya.

This article is from: