
1 minute read
Diduga Akibat Mobilitas Warga Selama Arus Mudik Dua Desa Terserang Chikungunya
TULUNGAGUNG (GN) - Kasus demam chikunguya kembali merebak di Kabupaten Tulungagung. Kali ini menimpa dua desa, yakni Desa Samir, Kecamatan Ngunut dan Desa Jatimulyo, Kecamatan Kauman. Merebaknya demam chikungunya ini diduga akibat tingginya mobilitas penduduk dari luar daerah yang masuk Tulungagung selama arus mudik.
Untuk memutus mata rantai penularan kasus tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung telah melakukan pengasapan atau fogging di dua desa tersebut. “Kami berharap, setelah fogging tidak ada lagi nyamuk dewasa yang menjadi vektor penyebaran demam chikungunya,” terang Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Tulungagung, Didik Eka, Rabu (3/5/2023).
Advertisement
Didik menambahkan, demam chikungunya disebabkan virus chikungunya yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Masa inkubasi virus ini cukup pendek, sekitar 4 hari saja.
Sementara jangkauan terbang nyamuk dewasa hanya sekitar 100 meter. “Jadi kalau ada kasus dengan radius lebih dari 100 meter, diperkirakan ada carrier virus. Ini dimungkinkan manusia yang melakukan mobilitas antar daerah,” ungkap Didik.
Dalam kasus di Desa Jatimulyo ditemukan 21 orang penderita dan di Desa Samir ada 13 warga yang terserang demam chikungunya. Dari data epidemiologi yang sudah dilakukan, para pasien ini menyebar sehingga menguatkan adanya orang pembawa virus.

Hal ini memungkinkan terjadi, karena banyak warga dari berbagai kota pulang kampung ke Tulungagung saat arus mudik lebaran. “Carrier ini tidak harus sakit, bisa saja dia kondisinya sehat tapi membawa virus di tubuhnya. Saat ada nyamuk yang menjadi vektor, maka virusnya akan menyebar,” papar Didik.
Selain melakukan fogging, Dinkes juga meminta warga melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN). Pada awal April 2023 kasus chikungunya sudah mereda, karena saat itu curah hujan sudah jarang. Namun menjelang akhir April curah hujan kembali meningkat, sehingga banyak tempat berkembang biak nyamuk.
Untuk itu, PSN perlu dilakukan untuk menghilangkan tempat perkembang biak nyamuk, seperti kaleng yang terisi air hujan, atau tempat-tempat yang menampung air. Jika tak ada tempat berkembang biak, diharapkan tidak ada nyamuk baru yang bisa menyebarkan virus chikungunya.
“Jadi kalau pun ada yang membawa virus chikungunya, tapi nyamuk yang menjadi vektor tidak ada, maka virusnya juga tidak bisa menular. Karena penularannya bukan manusia ke manusia secara langsung,” pungkas Didik. Sebelumnya, sejumlah desa di Kecamatan Ngunut telah mengalami serangan demam chikungunya, seperti Desa Ngunut, Gilang dan Pulosari. Sementara Desa Jatimulyo, Kecamatan Kauman sebelumnya sudah pernah mendapat serangan chikungunya. Virus chikungunya menyebabkan penderitanya merasa demam, ruam di kulit dan nyeri persendian di sekujur tubuh. Bahkan banyak di antaranya yang sampai lumpuh sementara. trb