
2 minute read
Dinkes Membantah, Polisi Turun Tangan
TRENGGALEK (GN) – Kasus kematian bayi yang diduga usai menerima imunisasi TT (Tetanus Toksoid) oleh bidan desa pada Selasa (21/3/2023), mendapat perhatian berbagai pihak. Bahkan kasus ini mendapat atensi dari Polres setempat. Dalam kesaksian orang tua korban, Mukono (46) dan Adelia (17), bayi bernama Muhammad Arif Okta Ramadan yang berusia 5 bulan ini, mengalami demam tinggi hingga kejang-kejang usai menerima imunisasi.
Padahal sebelumnya, anak tersebut dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan adanya gejala sakit tertentu. Mendapati anaknya demam tinggi pasangan suami istri tersebut membawa ke bidan desa. “Di bawa ke bidan, di situ katanya sudah biasa, diimunisasi ya kayak gitu risikonya, dikasih obat dan saya bawa pulang,” jelas Mukono, warga Desa Gembleb, Pogalan ini, Rabu (29/3/2023). Setelah mendapatkan obat, demam anaknya tetap tidak kunjung mereda, bahkan kondisinya semakin tidak terkendali. Keesokan harinya Mukono membawa anaknya kembali ke bidan desa. “Pagi dibawa ke bidan, kemudian dirujuk ke Puskemas Pogalan, diinfus dikasih obat. Keadaan anakku saat itu sudah kritis. Puskemas Pogalan menganjurkan dibawa ke rumah sakit,” jelasnya. Saat menjalani perawatan di rumah sakit mendapatkan penanganan intensif. Saat itu kondisi anaknya semakin mengkhawatirkan hingga mengalami koma. “Setelah dirawat 1,5 hari anak saya meninggal dunia,” kata Mukono.
Advertisement
Merasa ada kejanggalan atas kematian anaknya tersebut, akhirnya Mukono dan keluarga memberanikan diri untuk mengadukan kasus tersebut ke Polres Trenggalek. “Jangan sampai terjadi pada anak yang lain,” imbuhnya.
Mukano menyebut setelah anaknya meninggal dunia, pihak bidan hanya menyampaikan belasungkawa. Padahal ia dan istrinya masih merasa terpukul dengan kehilangan anaknya. Sementara itu, Kasatreskrim Polres Trenggalek Iptu Agus Salim membenarkan adanya laporan tersebut. Namun, yang melaporkan kejadian itu adalah kakek sang bayi, Sugeng. “Kakek korban telah melaporkan secara resmi dan telah terbit laporan polisi, saat ini kami sedang menyusun rencana untuk melakukan penyelidikan,” kata Agus.
sahur on the road Melanggar, Polisi
Amankan Sound System
TULUNGAGUNG (GN) - Jajaran Polres Tulungagung membuktikan janjinya untuk menertibkan Sahur On The Road (SOTR) yang menggunakan pengeras suara (sound system). Satu set perangkat pengeras suara, disita dari sekelompok anak muda yang melakukan SOTR. Karena dinilai telah mengganggu kenyamanan masyarakat. Sejumlah pemuda yang membawa perangkat pengeras suara itu juga dimintai keterangan. “Ada tujuh pemuda yang kami minta keterangan, karena aktivitas mereka sudah mengganggu ketertiban masyarakat,” terang Kasi Humas Polres Tulungagung, Iptu M Anshori, kemarin. Tujuh pemuda yang melakukan SOTR dengan membawa pengeras suara ini berasal dari Desa Aryojeding, Kecamatan Rejotangan. Mereka adalah MIW (20), MIA (20), MRS (19), YF (19), MID (20), MF (21) dan MZN (20). Pikap Daihatsu Gran Max AG 8520 AI yang dipakaia membawa pengeras suara tersebut, dihentikan di dekat Warung Titin Desa Aryojeding, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung. “Mobil beserta perangkat pengeras suara, termasuk genset kami amankan. Kami kenakan tilang kepada orang yang mengemudikan mobil itu,” sambung Anshori. trb
LegisLatiF
Satreskrim Polres Trenggalek telah membentuk tim yang beranggotakan personil dari unit pidana khusus, serta unit perlindungan perempuan dan anak untuk mendalami laporan itu. “Untuk terlapornya masih lidik, sedangkan pasal yang digunakan adalah 359 KUHP yaitu kelalaian yang menyebabkan kematian,” jelas Agus.
Untuk tahap pertama, Satreskrim akan melakukan penyelidikan untuk mengetahui apakah peristiwa tersebut terdapat tindak pidana seperti yang disangkakan atau tidak. det,trb