4 minute read

life ST yle Meski Terus Melandai, Tetap Waspadai Covid

Grafik yang menunjukkan data kasus konfirmasi, angka hospitalisasi, dan angka mortalitas COVID-19 per 26 Feb 2023 kita yang semakin baik dan terkendali.

Baru-baru ini muncul kabar status pandemi Covid-19 bakal berubah menjadi endemi pada Agustus tahun ini. Hal ini lantas menjadi sebuah pertanyaan hangat pasca pencabutan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 30 Desember 2023.

Advertisement

Menanggapi kabar itu, epidemiolog dari Universitas Airlangga, Dr dr Windhu Purnomo MS, mengatakan kita tidak perlu menggunakan istilah fase “endemi”, karena pengertian endemi adalah kondisi kasus penyakit yang sudah rendah dan stabil dalam periode waktu yang panjang berturut-turut tanpa ada kenaikan dengan Rt (bilangan reproduksi efektif) yang terus <=1, tanpa boleh ada lonjakan sekecil apa pun. “Selama virus SARSCoV-2 masih ada, maka selalu ada kemungkinan lonjakan (meski kecil) akibat munculnya varian/ subvarian baru,” ujarnya pada Global News, Rabu (1/3/2023).

“Jadi yang penting adalah fase terkendali seperti saat ini, di mana angka rawat inap sangat rendah (menunjukkan bahwa Covid-19 sudah tidak berbahaya lagi). Demikian pula angka kematiannya yang juga sangat rendah, ini semua berkat angka imunitas penduduk yang sangat tinggi (sudah lebih dari 98% penduduk mempunyai kekebalan terhadap SARS-CoV-2),” terang Windhu.

Melihat kondisi saat ini dan tren yang ada, bulan Agustus 2023 memang Indonesia diharapkan sudah benar-benar terkendali sehingga bisa saja status darurat kesehatan masyarakat dicabut.

Dalam kondisi demikian, apakah vaksin booster masih dibutuhkan? Menurut Windhu, vaksinasi booster pertama untuk penduduk/masyarakat umum tetap dibutuhkan dan perlu terus dikejar karena cakupannya masih 30%. “Booster 1 ini sudah cukup untuk melindungi masyarakat, asal cakupannya tinggi. Kalau booster kedua, sebetulnya cukup diprioritaskan bagi lansia, yang punya komorbid, dan mereka yang berisiko tinggi seperti para tenaga kesehatan,” katanya.

Grafik yang menunjukkan data kasus konfirmasi, angka hospitalisasi, dan angka mortalitas COVID-19 per 26 Feb 2023 kita yang semakin baik dan terkendali.

Dia menyebut, dari data kasus konfirmasi, angka hospitalisasi, dan angka mortalitas Covid-19 per 26 Februari 2023 di negeri ini makin baik dan terkendali.

Tunggu WHO

Sejak 2021, politisi dan pejabat kesehatan di beberapa negara mengatakan kalau Covid -19 sudah mengarah ke kondisi atau fase endemi. Ini termasuk Kamboja, Finlandia, Indonesia, Malaysia, Meksiko, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Menurut spesialis penyakit dalam dari RSUD dr Soetomo, Dr dr Gatot Soegiarto SpPD-KAI FINASIM, grafik kasus di Indonesia memang rasanya mengarah ke situ (fase endemi). “Tetapi mungkin semua negara itu akan menunggu lampu hijau dan pernyataan resmi dari WHO,” ujarnya, Rabu (3/1/2023).

Sebelumnya, Menteri Kesehatan

Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan kalau pihaknya sudah berbicara dengan Dirjen Organisasi kesehatan Dunia (WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tak hanya berbicara dengan

WHO, pihak Kementerian Kesehatan juga nantinya akan berkonsultasi dengan negara-negara lain yang juga ingin menetapkan status endemi di negaranya. Beberapa di antaranya adalah Jepang dan Amerika Serikat.

“Teman-teman sudah bicara dengan di bawahnya Pak Tedros sudah bisa dapat masukan beberapa kita sekarang konsultasi sama negara-negara lain yang juga akan rencananya mau mendeklarasikan endemi tahun ini itu Jepang dan Amerika,” kata Menkes.

Terpisah, Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril , juga sempat menyinggung wacana pencabutan status pandemi menjadi endemi pada Agustus tahun ini. Menurutnya pencabutan status kedaruratan pandemi Covid-19 tersebut merupakan kewenangan dari WHO.ret

Terpisah, pakar imunisasi dewasa Dr dr Gatot Soegiarto SpPD-KAI FINASIM mengatakan, kita tidak boleh meremehkan virus SARS-CoV-2. “Perilaku virus SARS-CoV-2 menunjukkan kemungkinan kecil virus itu akan benar-benar tereradikasi dalam waktu dekat. Vaksin Covid-19 yang ada saat ini, juga tidak memberikan kekebalan jangka panjang terhadap infeksi,” ujarnya saat dihubungi Rabu (1/3/2023).

Dijelaskan, rata-rata setelah 6-8 bulan titer antibodi yang diperoleh dari vaksinasi (dengan vaksin platform apapun) akan menurun hingga akhirnya berada di bawah level perlindungan. Selama ada orang yang tidak punya kekebalan yang cukup, maka virus SARS-CoV-2 masih bisa menginfeksi (kombinasi dari 2 hal: titer antibodi yang menurun dan varian virus baru yang bisa meloloskan diri dari respons imun yang beredar di masyarakat). “Selama virus bisa menginfeksi manusia dan bisa bereplikasi (memperbanyak diri), maka selama itu juga akan ada kemungkinan dan kesempatan untuk lahirnya varian-varian baru karena proses copy-paste kode genetik yang tidak sempurna pada virus SARS-CoV-2,” ungkapnya.

“Karena proses mutasi itu adalah sesuai yang random, sehingga kita tidak pernah bisa memprediksi apakah varian virus yang baru itu akan lebih lemah, atau lebih ganas, lebih lincah meloloskan diri dari respons imun,” lanjut Gatot.

Meski situasi di Indonesia situasinya lebih baik, dalam arti Covid-19 sudah terkendali, Gatot mengimbau semua harus optimistis. “Sebaiknya tidak meninggalkan kehati-hatian dan kewaspadaan. Sebelum kondisi endemik benarbenar tercapai, maka saya sendiri dan saya imbau kepada seluruh anggota masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan di tempat umum. Setidaknya tetap memakai masker dengan benar dan menghindari kerumunan yang tidak perlu,” ujarnya.

Sementara untuk mengejar cakupan booster pertama yang baru 30%, menurut Windhu salah satunya bisa dengan kebijakan persyaratan perjalanan. “Tidak perlu tes apa pun, tapi harus sudah vaksinasi booster pertama untuk orang dewasa usia 18 tahun ke atas,” pungkasnya.ret

PeduliLindungi Bertransformasi Jadi ‘SATUSEHAT’

Transformasi digital kesehatan di Indonesia kembali memasuki babak baru. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi mentransformasikan PeduliLindungi menjadi aplikasi kesehatan masyarakat bernama SATUSEHAT Mobile. Staf Ahli Teknologi Kesehatan sekaligus Chief Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes, Setiaji mengatakan PeduliLindungi yang bertansformasi menjadi SATU SEHAT Mobile tersebut bisa dimanfaatkan sejak 1 Maret. Hanya saja, untuk tahap awal perbaharuan aplikasi ditujukan bagi pengguna IOS. “Sementara untuk pengguna Android akan segera tersedia dalam waktu dekat,” ujarnya seperti dikutip website sehatnegeriku.kemenkes, Selasa (23/2/2023).

Dijelaskan, mereka yang telah mengunduh PeduliLindungi sebelumnya hanya perlu memper- barui aplikasi melalui Play Store maupun App Store, baik secara otomatis maupun manual. Setelah memberikan persetujuan syarat dan ketentuan di SATUSEHAT Mobile, pengguna hanya perlu login dengan nomor ponsel atau email yang telah terdaftar. “Profil anggota, sertifikat dan tiket vaksin Covid-19 juga akan tersinkronisasi secara otomatis. Jadi, setelah memberikan persetujuan, pengguna SATUSEHAT Mobile tidak perlu repot membuat akun baru untuk mulai menggunakan SATUSEHAT Mobile,” kata Setiaji.

Selain fitur-fitur yang ada sebelumnya di PeduliLindungi, seperti vaksinasi Covid-19, hasil tes antigen dan PCR, dan pindai QR code saat check-in, dalam waktu dekat juga akan tersedia fitur baru bernama ‘diari kesehatan’ yang dapat mencatat sekaligus memonitor kondisi kesehatan diri dan orang-orang terdekat.

Ada empat kondisi yang akan bisa dicatat pada fitur tersebut, yaitu pengukuran tubuh (tinggi dan berat badan), tekanan darah, gula darah dan detak jantung. Setelahnya, akan muncul berbagai informasi seperti kurva kesehatan, analisis, serta rekomendasi untuk tindakan lebih lanjut. “Dengan adanya fitur diari kesehatan tersebut, SATUSEHAT Mobile dapat membantu dan memberikan informasi hingga memantau kesehatan sesuai dengan kondisi tubuh pengguna, dan hal tersebut dapat diakses di mana saja dan kapan saja,” kata Setiaji.

Dalam rencana pengembangannya, SATUSEHAT Mobile secara bertahap akan menambahkan beragam fitur penunjang kesehatan personal lainnya yang datanya bersumber dan terintegrasi dengan rekam medis elektronik (RME) melalui SATUSEHAT Platform. “Dari urusan imunisasi anak, antre ke rumah sakit, hasil pemeriksaan, hingga data pembelian obat nanti akan dapat diakses dan terintegrasi melalui SATUSEHAT Mobile,” kata Setiaji.ret

Banjir Masih Menggenangi Lamongan

This article is from: