
1 minute read
Otak Atik Lagi, Harga BBM Pertamax Naik per 1 Maret 2023
JAKARTA (GN) - PT Pertamina
(Persero) resmi melakukan penyesuaian harga BBM mulai 1 Maret 2023. Khususnya harga BBM non subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Turbo. Penyesuaian harga dilakukan guna mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/ MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62
Advertisement
K/12/MEM/2020 tentang Formula
Harga Dasar Dalam Perhitungan
Harga Jual Eceran Jenis Bahan
Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan
Melalui Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum.
Dalam keputusan tersebut, setidaknya harga dua jenis BBM non subsidi mengalami perubahan per 1 Maret 2023 yakni Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo (RON 98).
Di DKI Jakarta misalnya, harga
Pertamax naik menjadi Rp 13.300 per liter, naik dari sebelumnya Rp
12.800 per liter. Pertamax Turbo tercatat menjadi Rp 15.100 per liter dari sebelumnya Rp 14.850 per liter.
Sementara itu, harga Dexlite turun menjadi Rp 14.950 per liter dari sebelumnya Rp 16.150 per liter, dan Pertamina Dex turun menjadi
Rp 15.850 per liter dari sebelum- nya Rp 16.850 per liter. Harga
BBM di SPBU Jakarta pada Rabu (1/3/2023) yakni Solar Rp 6.800 (tetap), Pertalite Rp 10.000 (tetap).
“Saat ngisi Pertamax di SPBU baru tahu harga berubah lagi. Sempat kaget, tapi mau gimana lagi.
Namanya juga BBM non subsidi.
Kalau mau pakai BBM dengan harga di bawahnya khawatirnya nanti mesin lebih sering masuk bengkel," ujar Bambang, Rabu (1/3/2023).
Ketua Pengurus Harian Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan pemerintah telah menetapkan
BBM penugasan atau BBM PSO, seperti Pertalite dan Solar. Jenis
BBM PSO inilah yang harganya diintervensi oleh pemerintah selaku regulator.
Menurut Tulus harga BBM non
PSO yang fluktuatif sepertinya sudah menjadi hal yang biasa bagi konsumen, relevan dengan harga minyak mentah dunia. BBM non subsidi memiliki RON yang lebih tinggi. BBM dengan RON yang tinggi sebenarnya lebih menguntungkan konsumen karena kandungan kalorinya lebih tinggi. "Lagi pula pengguna BBM non-PSO kan tipe konsumen yang daya belinya lebih baik dari pada pengguna BBM PSO," katanya.
Dr Wisnu Wibowo SE MSi, Pengamat Ekonomi Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Unair mengatakan masyarakat harga memang terus mengikuti harga minyak dunia karena Indonesia saat ini adalah negara pengimpor minyak. Dan tentunya harus mengikuti harga dunia, apalagi fluaktuasi terjadi karena banyak faktor mulai dari ketersedian pasokan dari negara penghasil minyak mentah hingga kondisi geopolitik pun mempengaruhi.
Di Indonesia ada 2 jenis BBM yang dijual, BBM subsidi dan non subsidi. Fluktuasi harga dilakukan untuk penyesuain dan Pertamina selaku operator memang harus segera menyesuaikan harga agar saat terjadi kenaikan harga minyak dunia, harga lama tak membebani operatornya. jef, ins