RADAR LAMPUNG | Kamis, 9 Juli 2009

Page 1

KAMIS, 9 JULI 2009

32 HALAMAN/Rp3.000,-

WNI di Malaysia Antusias

Akhirnya, SBY Menang Satu Putaran

KELOMPOK penyelenggara pemungutan suara luar negeri (KPPSLN) berupaya ekstra agar warga negara Indonesia (WNI) di Malaysia bisa memberikan hak suaranya pada Pilpres 2009 kemarin. WNI yang berada di Malaysia, baik yang berstatus TKI, sekadar melakukan kunjungan, atau meCatatan reka yang tinggal sementara karena sebagai aparatur pemerintah RI yang ditugaskan di sana, sangat antusias menyambut pemilu presiden. Saya yang keN I Z W A R marin berada di Redpel Radar Lampung Kuala Lumpur, DARI MALAYSIA Malaysia, untuk tugas kantor, juga merasakan begitu antusiasnya masyarakat Indonesia di sana dalam menyambut pilpres. Rabu pagi (8/7), sejak pukul 07.00, petugas KPPSLN di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sudah mempersiapakan proses pemilihan. Mulai meja registrasi ulang, kotak suara, hingga bilik suara. Kantor yang berlokasi di Jl. Tun Razak No. 233, Kuala Lumpur, itu memiliki empat tempat pemungutan suara (TPS). Dua di halaman depan dan dua lainnya di lantai I gedung KBRI tersebut.

Laporan Wartawan JPNN - Editor: Suprapto JAKARTA - Bila hasil quick count (penghitungan cepat) sejumlah lembaga survei akurat, maka Pilpres 2009 ini akan tuntas dalam satu putaran untuk kemenangan SBY-Boediono. Bukan hanya karena pasangan bernomor urut dua itu memperoleh suara 50 persen plus satu, tapi distribusi suaranya mendominasi hampir seluruh provinsi di Indonesia yang berjumlah 33. Semua quick count menempatkan pasangan SBY-Boediono meraup suara di kisaran 60 persen. Di antaranya quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI), SBY-Boediono meraih 60,15 persen, disusul pasangan Mega-Prabowo 27,36 persen dan posisi terakhir JK-Wiranto hanya 12,49 persen. Begitu juga quick count LP3ES, SBY-Boediono meraup 60,28 persen, Mega-Prabowo 27,53 persen, dan JK-Wiranto 12,19 persen (selengkapnya lihat grafis, Red). Pasangan SBY-Boediono juga sukses mendapatkan 20 persen suara di semua provinsi. Padahal, UU Pilpres No. 42/2008 hanya mensyaratkan minimal separonya atau 17 provinsi untuk bisa menang satu putaran. Direktur Eksekutif LSI Denny J.A. mengatakan, diperbolehkannya penggunaan KTP untuk memilih justru menguntungkan SBY-Boediono. ’’Karena secara langsung juga ikut memperluas potensi pemilih mereka,” ujarnya. Manager Public Affairs Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi menuturkan, SBY-Boediono memang berhasil memperoleh minimal 20 persen suara yang diperebutkan di semua provinsi. Bahkan, SBY-Boediono menjadi jawara di 30 provinsi. Kecuali Bali yang didominasi Megawati-Prabowo. Begitu juga Sulawesi Selatan dan Gorontalo yang dimenangkan JKWiranto. ’’Hampir seluruh pemilih di Aceh ternyata ke SBY-Boediono. Jumlahnya mencapai 93 persen,” kata Burhan –begitu dia akrab disapa. Perolehan SBY juga mencolok di Sumatera Barat (80 persen), Sumatera Utara (72 persen), DKI Jakarta (71 persen), dan Lampung (69 persen).

Baca WNI Hal. 7

Posisi JK di Golkar Langsung Digoyang Laporan Wartawan JPNN Editor: Suprapto JAKARTA - Hasil quick count (penghitungan cepat) yang menempatkan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto di nomor buncit menjadi alat mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung untuk mulai menggoyang posisi JK sebagai ketua umum DPP Golkar. Akbar yang terpental dalam bursa capres Golkar pada Pilpres 2009 ini lantas mengusulkan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar dipercepat. ’’Yah karena ternyata suaranya sangat buruk dan hanya menempati urutan ketiga, tentu Golkar harus secepatnya melakukan konsolidasi. Konsolidasi paling representatif adalah munas yang harus dilakukan lebih cepat lebih baik. Kalau memang bisa dilaksanakan bulan depan, kenapa tidak,” tegas Akbar tadi malam. Akbar bahkan secara terang-terangan sudah menyebut nama Surya Paloh dan Aburizal Bakrie yang akrab disapa Ichal sebagai tokoh yang layak melanjutkan estafet kepemimpinan JK di Golkar. Di mata Akbar, dua tokoh Golkar yang kini duduk di Dewan Penasihat DPP PG ini sudah mengisyaratkan keinginannya untuk maju memimpin Golkar. Baca POSISI Hal. 7

PDIP Siap Kembali Oposisi tidak kapok dengan pengalaman lima tahun terakhir menjadi oposisi. Bahkan, dia tidak khawatir PDIP akan ’’kehabisan napas’’ bila harus beroposisi lagi untuk lima tahun ke depan. ’’Saya pribadi siap,” tegas anggota Dewan Pembina Tim Kampanye Nasional Mega-Prabowo itu. Bagaimana Megawati? ’’Mbak Mega juga siap. Nggak ada masalah,” tegas orang dekat Megawati itu. Tentunya, kali ini PDIP tidak akan beroposisi sendirian, melainkan bersama-sama Partai Gerindra. Pram menambahkan, quick count merupakan bagian dari proses untuk membaca prediksi hasil pilpres secara ilmiah. Tapi, segala kemungkinan masih bisa terjadi. ’’Pegangan kami tetap penghitungan KPU. Quick count

Laporan Wartawan JPNN Editor: Suprapto JAKARTA - PDIP yang mengusung pasangan MegaPrabowo sudah mempersiapkan skenario bila hasil akhir pilpres nanti –hasil penghitungan manual KPU– sama seperti quick count, yakni SBY-Boediono menang satu putaran. Partai Hanura yang mengusung Wiranto sebagai cawapres Jusuf Kalla juga memastikan oposisi. ’’Ya, PDIP jadi oposisi lagi,” kata Sekjen DPP PDIP Pramono Anung di kediaman Megawati, Kebagusan, Jakarta Selatan, kemarin. Menurut Pram, begitu Pramono biasa disapa, PDIP

Baca PDIP Hal. 7

Perolehan Suara Versi Quick Count LEMBAGA

Mega-Prabowo LSI (1) LSI (2) LP3ES Puskaptis CIRUS LRI SMS KPU Metro TV

26,56% 27,36% 27,40% 28,16% 27,49% 27,02% 29,67% 26,32%

SBY-Boediono 60,85% 60,15% 60,28% 57,95% 60,20% 61,11% 60,27% 58,51%

JK-Wiranto 12,59% 12,49% 12,32% 13,89% 12,31% 11,87% 9,62% 15,18%

Keterangan: Data berdasar penghitungan hingga pukul 21.00. Khusus untuk KPU, dari SMS dari TPS-TPS se-Indonesia, hingga pukul 21.00, baru sekitar 4 juta suara yang masuk.

Kabinet SBY-Boediono Pendekatan Kompetensi Laporan Wartawan JPNN - Editor: Suprapto

FOTO JPNN

FOTO JPNN

MENANG DI TPS: Mega dan suaminya, Taufik Kiemas, menunjukkan surat suara setelah diconteng kemarin. Di TPS Mega, capres yang berduet dengan Prabowo ini menang.

KALAH DI TPS: Jusuf Kalla dan istri menunjukkan jari bertinta sebagai bukti telah menggunakan hak pilihnya. Namun, JK kalah di TPS-nya sendiri.

Mengunjungi Kampung Suku Baduy saat Pilpres 2009 (1)

Hafal Misi Capres, tapi Tidak Memilih demi Adat Ingar-bingar pemilihan presiden (pilpres) ternyata tak sampai ke wilayah pedalaman Indonesia. Ketika mayoritas warga negara menggunakan hak pilih untuk menentukan masa depan negeri, suku Baduy Dalam justru memilih tak terlibat. Laporan Zulham Mubarak, LEBAK Editor: Suprapto RABU pagi (8/7), suasana di Kampung Cibeo, tempat tinggal suku Baduy Dalam, terlihat hidup. Sekilas melempar pandang, tepat pukul 06.00 WIB, mayoritas penduduk mulai beraktivitas. Sebagian besar sibuk menyelesaikan urusan rumah tangga masing-masing. Ada juga yang terlibat komunikasi dan aktivitas kecil dengan para tetangga.

Baca AKHIRNYA Hal. 7

FOTO REUTERS

MINTA KAWAL SUARA: Calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (tengah), didampingi keluarganya, memberi keterangan terkait posisinya yang menurut semua quick count unggul di kisaran angka 60 persen. SBY meminta tim suksesnya terus mengawal suara hingga penetapan resmi oleh KPU.

FOTO JPNN

PERBATASAN: Perkampungan Baduy Luar terakhir di Ciboleger sebelum mencapai kawasan Baduy Dalam di Cibeo.

Mereka terlihat santai. Semua aktivitas dan pekerjaan dilakukan di sekitar rumah, yang rata-rata berbentuk pang-

Ingin Berlangganan, Hubungi: (0721) 782306 - 7410327

gung berukuran 10 x 10 meter. Rumah itu terbuat dari konstruksi kayu dan anyaman bambu. Padahal, biasanya,

setiap pagi suku Baduy Dalam sudah sibuk mempersiapkan alat-alat pertanian dan berladang. Namun, tepat pada hari pesta demokrasi (pilpres) kemarin, sebagian besar warga Baduy tidak pergi ke sawah. Mereka memilih menghangatkan diri di rumah. ’’Hari ini (kemarin, Red) kami banyak yang libur berladang karena menghormati pemilu,” ujar tokoh adat Badui Dalam Jaro Sami saat ditanyai koran ini. Menurut Jaro Sami, karena ketatnya peraturan adat, suku Baduy Dalam memang cenderung tidak ikut menconteng dalam pemilu. Mereka memiliki metode lain untuk menunjukkan dukungan terhadap pesta demokrasi itu. Mereka bersemadi dan berdoa kepada Yang Mahakuasa agar siapa pun yang menjadi pemenang dalam pemilu bisa mengemban amanat warga Indonesia. Baca HAFAL Hal. 7

JAKARTA – Meski pasangan SBY-Boediono tinggal menunggu penetapan dari KPU sebagai pemenang pilpres, Partai Demokrat masih menyimpan rapat-rapat soal bagi-bagi kursi di kabinet dengan para partai mitra koalisinya. Demokrat memastikan kabinet ke depan lebih mengutamakan pendekatan kompetensi, bukan perwakilan parpol. ’’Durung rek (belum, Red). Kami masih menunggu hasil final rekapitulasi manual oleh KPU,” kata Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Jakarta kemarin. Mereka juga masih fokus mengawal suara, mulai level TPS sampai berujung pada tabulasi nasional di KPU. Soal kabinet, Anas menegaskan, apabila mandat politik untuk periode kedua itu sudah diterima, SBY pasti berkomitmen menjalankan pemerintahan dengan lebih mantap, baik, dan produktif. ’’Jadi, kita tunggu saja hasil akhir di KPU yang biasanya tidak jauh berbeda dengan hasil hitung cepat,” ujar mantan ketua umum PB HMI itu. Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye SBY-Boediono, Bara Hasibuan, menjelaskan, SBY membawa komitmen untuk memurnikan sistem pemerintahan presidensial. Itu sudah tampak saat SBY memilih Boediono sebagai cawapresnya. ’’SBY ingin mengoreksi sistem presidensial, walaupun ada risiko-risiko politik dan resistensi dari parpol mitra politiknya,” kata Bara. Meski begitu, lanjut dia, dalam menyusun kabinet, SBY tetap memperhitungkan konsesi politik dengan parpol pendukungnya. Jadi, tidak mungkin bersih seratus persen dari Baca KABINET Hal. 7

ANAS URBANINGRUM

www.radarlampung.co.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.