RADAR LAMPUNG | Selasa, 3 November 2009

Page 31

PROOTONOMI SELASA, 3 NOVEMBER 2009

31

Pengembangan Hutan Mangrove

Mampu Hasilkan Bibit DESA Margasari, Kecamatan Labuhanmaringai, memang sangat layak dijadikan Lampung Mangrove Center (LMC). Saat ini, di Desa Margasari juga dapat dijumpai bibit mangrove. Mangrove-mangrove yang sebelumnya telah berhasil ditanam di desa itu, saat ini sudah bisa menghasilkan bibit. Namun, potensi itu belum dimanfaatkan desa-desa lain di sepanjang pantai timur. Pujo, salah satu tokoh masyarakat Desa Margasari, mengatakan, saat ini banyak keuntungan yang diperoleh masyarakat dari adanya pohon mangrove. Potensi ini kini terus dikembangkan dan diharapkan akan mampu memberikan kontribusi yang positif kepada masyarakat. ’’Banyak sekali keuntungan yang diperoleh masyarakat dengan adanya mengrove, namun ke depan, hal ini masih perlu ditingkatkan. Sehingga, keuntungan secara ekonomis bisa langsung dirasakan masyarakat,” terangnya. Saat ini untuk mencari udang dan kepiting, masyarakat

Masyarakat Dukung Penuh LMC

sudah tidak kesulitan lagi. Karena di bawah rindangnya pohon mangrove, banyak terdapat udang dan kepiting. Selain itu, saat ini masyarakat terlindungi dari ancaman ombak dan angin yang datang langsung dari laut.” Banyak manfaat yang dirasakan masyarakat, dan mudahmudahan ke depan manfaatnya akan bertambah,” terangnya. Desa Margasari sendiri, saat ini sudah menjadi daerah yang mampu menghasilkan bibit mangrove dalam skala besar. ’’Untuk bibit, sudah mampu dipenuhi dari pohon mangrove yang ada. Bahkan, masyarakat Desa Margasari juga menyediakan bibit mangrove bagi masyarakat lain yang akan menanam mangrove,” terang Pujo. Kesuksesan penanaman mangrove di Desa Margasari ini ternyata belum diikuti desa-desa lain di pantai timur. Di Desa Muaragadingmas misalnya, banyak pohon mangrove yang mati karena tidak terawat. (zulkarnain/adi p.)

FOTO-FOTO ZULKARNAIN

AKAR pohon mangrove yang kuat mampu mengatasi abrasi pantai.

Margasari Ditetapkan

sebagai LMC BIBIT pohon mangrove yang banyak terdapat di pesisir mempunyai potensi sebagai sentral pembibitan.

Prospek Baru Kerang Hijau KEUNTUNGAN lain yang didapat masyarakat dengan adanya pohon mengrove adalah terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk membuka mata pencaharian baru. Setelah ada mangrove di wilayah pantai timur, khususnya yang berada di sekitar Desa Margasari, mulai banyak bermunculan pengembangbiakan kerang hijau. Secara ekonomis, budi daya kerang hijau ini sangat menguntungkan karena harga jualnya cukup tinggi. Keberhasilan penanaman pohon mangrove di Desa Margasari mulai diikuti dengan perbaikan ekonomi masyarakat. Saat ini, pohon mengrove telah menyediakan mata pencaharain baru bagi masyarakat. Selain udang, kepiting, dan ikan, masyarakat

Desa Margasari mulai mencari penghasilan lain dengan mendirikan keramba-keramba untuk budi daya kerang hijau. Di sekitar pohon mangrove yang ada di Desa Margasari, saat ini sediktinya telah berdiri 40 keramba budi daya kerang hijau. Adanya keramba-keramba kerang hijau yang dibuat masyarakat ini tidak terlepas dari keberhasilan penanaman pohon mengrove. ’’Sebelum ada pohon mangrove, masyarakat tidak berani memasang keramba, karena ombaknya telalu besar,” terang Kepala Desa Margasari Nyoto Suswoyo kemarin. Dengan adanya pohon mangrove ini, masyarakat sangat trebantu sehingga dalam dua tahun terakhir banyak bermunculan keramba budi daya kerang hijau. (zulkarnain/adi p.)

HUTAN mangrove atau biasa disebut hutan bakau berfungsi sebagai peredam badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Ekosistem mangrove ini juga mampu menghasilkan zat-zat nutrient, baik organik maupun anorganik yang mampu menyuburkan perairan laut. Selain itu, mangrove berperan dalam siklus karbon, nitrogen, dan sulfur. Untuk mempertahankan hutan mangrove ini tidaklah mudah. Perusakan lingkungan pantai oleh manusia menjadi masalah utama, selain faktor alam seperti perubahan musim ataupun terjadinya bencana. Dibutuhkan sebuah langkah untuk mempertahankan sekaligus mengembangkan hutan mangrove. Itulah yang dilakukan Universitas Lampung (Unila) bekerja sama dengan masyarakat Desa Margasari, Kecamatan Labuhanmaringai; Pemkab Lampung Timur; Balai Pengelola Hutan Mangrove (BPHM) Wilayah II; dan Subsector Program on Mangrove Japan International Cooperation Agency (JICA). Kerja sama ini menetapkan Desa Margasari itu sebagai Lampung Mangrove Center (LMC). Di wilayah ini juga dibangun ge-

dung LMC. Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Haryadi usai membuka pelatihan dasar ekosistem hutan mangrove bagi fasilitator pendidikan lingkungan yang merupakan kerja sama Unila, Pemkab Lamtim, Masyarakat, BPHM wilayah II, dan Subsector Program on Mangrove JICA di balai Desa Margasari beberapa waktu lalu mengatakan, hutan mangrove mempunyai ekosistem yang khas, karena merupakan perpaduan antara ekosistem tawar dengan laut. Selain itu, hutan mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat. Menurut Sugeng, pembentukan LMC diawali dengan dibukanya jalan kerja sama nasional dan internasional oleh BPHM Wilayah II dan Subsector Program on Mangrove JICA. Kerja sama ini akhirnya berdasarkan nota kesepahaman antar BPHM Wilayah II dengan Unila No. SKB.42/BPHM.II/2/2009 dan 392/H26/KL/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang Model Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat di Desa Margasari, Kecamatan Labuhanmaringai. Progam ini didukung dari proyek Subsector Program on Mangrove JIPA. Bentuk kerja

KEBERADAAN pohon mangrove bisa dimanfaatkan masyarakat untuk mencari ikan.

sama yang telah disepakati berdasarkan karateristik hutan mangrove di Desa Margasari yang dijadikan LMC adalah mengenai pendidikan lingkungan. ’’Pendidikan lingkungan dan ekowisata ini diperlukan karena kondisi hutan mangrove dengan berbagai hasil hutan yang beradam pada LMC merupakan kawasan lindung yang perlu dilestarikan keberadaanya,” terang Sugeng. Upaya pelestarian hutan

mangrove merupakan tangung jawab semua pihak, termasuk juga dunia pendidikan. Melalui fasilitas BPHM wilayah II dan Subsector Program on Mangrov JICA, maka pusat penelitian pesisir dan kelautan Unila melakukan peningkatan kapasitas masyarakat melalui upaya peningkatan pendidikan lingkungan diawali dengan dibentuknya kelompok pendidikan lingkungan pada 25 April 2009. (zulkarnain/adi p.)

DITETAPKANNYA Desa Margasari, Kecamatan Labuhanmaringai, sebagai Lampung Mangrove Center (LMC) mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat setempat. Dukungan ini akan dilakukan masyarakat dengan partisipasi untuk menyukseskan LMC tersebut. ’’Sebelum dijadikan LMC, di Desa Margasari memang sudah dijadikan tempat penelitian hutan mangrove, baik oleh peneliti dari Unila maupun mancanegara,” jelas Kepala Desa (Kades) Margasari Nyoto Suswoyo kemarin. Menurut Nyoto, ditempatkannya LMC di Desa Margasari tidak terlepas dari keberhasilan penanaman hutam mangrove di desa tersebut. Keberhasilan Desa Margasari sebagai pusat studi hutan mangrove tidak terlepas dari keberhasilan masyarakat desa ini menjaga hutan mangrove, yang sebelumnya sudah ditanam pada 2006. Untuk menjaga tanaman mangrove, di Desa Margasari telah terbentuk kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai tugas untuk menjaga tanaman mangrove hingga tumbuh dengan baik. Diakuinya tidak semua tanaman mangrove yang ditanaman di desa itu berhasil hidup. ’’Meski ada yang mati, jumlahnya relatif kecil. Karenanya, kami jadikan pusat studi hutan mangrove,” terangnya. Hutan mangrove yang ditanam pada 2006 tersebut, saat ini sudah tumbuh dan mampu dijadikan pemecah ombak. Penanaman mangrove di Desa Margasari sudah dimulai sejak 1994. Karena penanaman pada tahun tersebut berhasil, pada 2006 dilakukan penanaman mangrove kembali di Desa Margasari. Di Desa Margasari sendiri, saat ini pantai sudah mundur 1,4 km (menjauh dari daratan). Mundurnya pantai ini tidak terlepas dari adanya hutan mangrove yang berhasil tumbuh dengan baik di pantai timur, khususnya di Desa Margasari. ’’Bila tidak ada penanaman hutan Mangrove, mungkin abrasi yang saat ini berlangsung sudah sampai ke rumah penduduk,” paparnya. Lebih jauh Nyoto mengatakan, untuk menyukseskan LMC di Desa Margasari, Unila, Pemkab Lamtim, BPHM wilayah II, dan Subsektoral Program on Mangrove Japan International Cooperation Agency (JICA) menggelar pendidikan lingkungan hutan mangrove berbasis masyarakat beberapa waktu lalu. Pelatihan ini sendiri diikuti oleh tokoh masyarakat, pemuda, guru, SD, SMP di Desa Margasari, dan tiga orang staf penyuluh Pemkab Lamtim ini, bertujuan selain meningkatkan keterampilan fasilitator peserta pelatihan dalam pemanfaatan hasil hutan mangrove yang ramah lingkungan. Juga, dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan kembali materi dan keterampilan yang telah di dapat dengan teknik penyuluhan ke sasaran. (zulkarnain/adi p.)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.