
2 minute read
Bapanas: 74 Daerah Masuk Kategori Rawan
BOGOR –Badan Pangan Nasional (Bapanas) meluncurkan peta ketahanan dan kerentanan pangan, atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA). FSVA telah memuat 74 kabupaten dan kota di 14 Indonesia, sebagai daerah rawan pangan yang dapat diakses hingga pemerintah daerah. Dari 514 daerah yang terpetakan, 74 di antaranya masuk kategori rawan pangan. Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edy menyebutkan, provinsi dengan IKP terbaik yaitu, Bali, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Kemudian Kabupaten terbaik Tabanan, Badung, dan Gianyar di Provinsi Bali. Sementara kota terbaik, yaitu Balikpapan, Denpasar, dan Salatiga.
Edy memaparkan, IKP didorong oleh penganekaragaman pangan, diukur melalui capaian komposisi pangan dan gizi seimbang yang parameternya dimuat dalam skor pola pangan harapan (PPH).
PPH merupakan suatu keragaman pangan berdasarkan proporsi keseimbangan enegi dari sembilan pokok pangan, dengan mempertimbangkan segi daya terima ketersediaan pangan, ekonomi dan agama.
“Tentunya banyak hal-hal yang harus kita lakukan, termasuk di dalamnya bagaimana kita dapat memetaan daerah-daerah rawan pangan dan secara bertahap akan kita selesaikan, sehingga daerahdaerah rawan pangan itu, secara bertahap bisa kembali ke daerah-daerah yang normal pangan,” ungkapnya.
Untuk menangani itu, kata dia, Bapanas melakukan program kegiatan penganekaragam pangan, agar ke depan bagaimana kenyang itu tidak harus nasi. Hal itu karena, IKP tidak terpisahkan dari FSVA yang merupakan indeks untuk mengevaluasi capaian pangan dan gizi di wilayah kabupaten, kota dan provinsi.
Oleh karena itu, Bapanas juga melakukan pembinaan terhadap UMKM untuk melakukan industri pangan. Mengolah dari bahan baku yang banyak tumbuh di Indonesia, dan jadi bahan pangan alternatif, pengganti nasi.
Edy juga menyebutkan tanaman asli Indonesia yang memiliki kandungan karbohidrat ada 71 jenis, itulah yang harus kompak diolah masyarakat untuk mengganti nasi, sehingga energi itu tidak harus nasi, mengingat bahan baku semakin sangat terbatas. Sementara, jumlah penduduk Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu, lanjutnya, masyarakat Indonesia harus dapat menyeimbangkan komposisi makanan untuk ketahanan pangan Indonesia. Sarwo Edy menerangkan, bahwa peta ketahanan dan kerentanan Ppangan atau FSVA dan skor PPH merupakan bagian dari sistem informasi pangan dan gizi yang sangat penting, bagi pusat dan daerah. Juga menjadi indikator kinerja pembangunan pangan nasional dan daerah, sesuai UU Pangan nomor 18 tahun 2012 tentang pangan. Bapanas sendiri, lanjutnya, berperan dalam penyedia, dalam penyusunan, sistem informasi pangan dan gizi, termasuk FSVA dan skor PPH dan memberikan bimbingan serta supervisi dalam penyusunan FSVA dan PPH di daerah. Sehingga, kata Sarwo Edy, peluncuran FSVA dAN skor PPH bertujuan untuk menyosialisasikan hasil dari pemetaan dan skor yang dihasilkan kepada seluruh pihak dan stakeholder terkait. Sehingga dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan, dalam upaya membangun sistem pangan nasional yang adaptif, tangguh dan berkelanjutan.
“Tentunya saya mengapresiasi kepada provinsi dan kabupaten, kota yang sudah berprestasi dan sudah mendapatkan penghargaan pada acara ini,” tandas dia.(ded/c) penghargaan ini bukanlah tujuan yang utama.
“Di Jawa Barat tidak banyak kota atau kabupaten yang naik peringkat. Tadi ada beberapa saja,” ujar Sekda. Untuk ke depan, diakuinya, reformasi birokrasi ini akan lebih berat lagi, karena tidak hanya delapan area perubahan, tetapi ditambah reformasi birokrasi tematik.
“Jadi kita nanti akan koordinasi lagi dengan tim,” katanya. (ded/b)
Ubah Arah Lalu Lintas
Sambungan dari Hal 12
“Ring satu itu sengaja diprioritaskan, karena akses Presiden Joko Widodo,” jelas dia, kemarin.
Rekayasa yang dimaksud adalah kendaraan dari arah
Tol Jagorawi, bisa berbelok ke kanan, melewati Terminal Baranangsiang, mengarah ke
Tugu Kujang, dan lurus ke Jalan
Pajajaran. “Di depan RS PMI akan dibuat dua arah, seperti zaman dulu sebelum ada SSA. Nanti kami pasang pembatas jalan menggunakan water barrier,” beber Eko.
Setelah itu, kendaraan dari
Jalan Pajajaran, depan RS PMI Bogor, diarahkan turun ke Jalan
Jalak Harupat, lalu ke Simpang Denpom, dan masuk ke Jalan Sudirman arah Air Mancur. Jalan Jalak Harupat menuju simpang Denpom akan dibuat satu arah. “Dari arah RS PMI Bogor tidak bisa terabas langsung ke arah
MCD Lodaya, harus ke kiri semua, supaya tidak terganggu atau tidak terjadi crossing,” ungkap dia.
Sementara untuk menuju Warung Jambu, bisa lewat Jalan Pangrango. Sedangkan Jalan Suryakencana, akan diubah menjadi arah sebaliknya. Sehingga kendaraan bisa menuju ke Jalan Ir H Juanda, Jalan Kapten Muslihat, dan Paledang. Akan tetapi,