Cinta Liar dibawah Payung Hitam. Setiap kamis, menjelang sore didepan Istana Negara. Sekumpulan orang berkumpul, tentu mereka memliki sebab. Sebab yang hingga saat ini tak pernah ada jawaban. Sudah ber-tahun lamanya aksi tersebut digelar. Dimulai dari 3 orang hingga saat ini tumbuh dan berkembang menjadi ratusan. Dan bahkan aksi Kamisan tidak hanya dilakukan di depan Istana Negara, namun mereka tumbuh dan mengakar layaknya gulma disetiap daerah. Yogyakarta, Malang, Surabaya, Makassar, Kalimantan Timur dan masih banyak tersebar didaerah Indonesia. Aksi ini merupakan aksi damai menuntut keadilan atas segala pelanggaran HAM berat yang pernah terjadi di Indonesia, namun naasnya negara tak pernah selesai untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM berat tersebut. Mulai dari pelaku pembunuhan Munir Saib Thalib, peristiwa Trisaksi, peristiwa Semanggi I dan II, dan masih banyak lagi pelanggaran HAM berat yang dilakukan negara kepada rakyatnya. 17 tahun sudah sejak 2003 aksi ini dilakukan, tak pernah henti, tak pernah lelah. Mereka para penyintas korban pelanggaran HAM terus dan akan selalu merawat ingatan mereka, mereka akan selalu melawan lupa atas kejahatan negara yang pernah dilakukan kepada orang tersayang mereka. Dibawah payung hitam mereka para keluarga korban tetap akan menagih keadilan dan merawat ingatan mereka. Maria Katarina Sumarsih, atau yang akrab disapa Ibu Sumarsih salah seorang keluarga Korban tragedi Semanggi I tetap akan terus merawat ingatannya, walau getir namun ia akan selalu merawatnya. “Bagaimanapun yang namanya korban itu kan berjuangnya tidak hanya berjuang menuntut penyelesaian kasus tapi kan juga berjuang untuk bangkit, anak yang dicintai meninggal dalam waktu sekejap itu sakit rasanya” ungkap Ibu Sumarsih. Dilansir dari Goodnewsfromindonesia Ibu Sumarsih merupakan salah satu pemrakarsa Aksi Kamisan, sudah ratusan kali Ibu Sumarsih melakukan Aksi Kamisan dan sudah selama itulah pelaku pembunuhan anaknya masih belum ditangkap dan diadili, pelaku itu masih terus hidup dan berkeliaran diantara kita, sedangkan Ibu Sumarsih masih terus