
Pada bulan Juni 2022 lalu, Personal Growth mengadakan survei mengenai pandangan masyarakat muda Indonesia terhadap keputusan childfree .
TOTAL PARTISIPAN JENIS KELAMIN

16,3 % laki-laki
83,7 % PEREMPUAN
312 responden
18-35 tahun
September 2022



Pada bulan Juni 2022 lalu, Personal Growth mengadakan survei mengenai pandangan masyarakat muda Indonesia terhadap keputusan childfree .
TOTAL PARTISIPAN JENIS KELAMIN
16,3 % laki-laki
83,7 % PEREMPUAN
312 responden
18-35 tahun
September 2022
NETRAL 79,2 %
POSITIF 16,7 %
NEGATIF
4,2 %
Mayoritas atau 79,2% (247) dari total responden menjawab bahwa keputusan childfree adalah
hal yang netral. Sementara 16,7% (52) menjawab positif, dan 4,2% (13) lainnya negatif.
N =312 responden
Q =Menurutmu, apabila sepasang suami-istri memilih untuk menjalani hubungan pernikahan childfree, bagaimana kamu menilai keputusan ini?
September 2022
KARENA:
Punya anak atau tidak merupakan
pilihan subjektif, bergantung pada prinsip masing-masing individu;
Punya anak membutuhkan
tanggung jawab besar dan memerlukan pertimbangan matang;
Keputusan tersebut merupakan
bentuk kesepakatan suami dan istri, dengan pertimbangan dari
kedua belah pihak.
N =312 responden
Q =Apa alasan dibalik penilaianmu sebelumnya?
September 2022
Setiap orang mempunyai
pandangan dan prinsipnya masing masing, saat orang memiliki 1 prinsip selama
tidak merugikan orang lain belum tentu hal itu positif, bisa saja tidak rugi dan tidak untung.
— A, responden survei
1.
KARENA:
Childfree berpotensi memiliki manfaat
bagi lingkungan secara makro — mengurangi overpopulasi, mereduksi angka kemiskinan, dan lain sebagainya;
Jika dirasa tidak bisa
2.
Childfree memberikan waktu luang yang
lebih banyak untuk diri dan pasangan;
3.
Childfree merupakan keputusan positif
karena pada kenyataannya, tidak semua orang fit untuk menjadi orang tua.
bertanggung jawab dalam membesarkan seorang manusia ya lebih baik tidak usah punya anak. Punya anak butuh tanggung jawab dan kesiapan yang matang baik secara mental maupun keuangan. Kembali ke individu masing masing, orang lain pun tidak berhak menjudge atau membully pasangan childfree. Hal tersebut adalah hak mereka dan tidak merugikan orang lain.
— R, responden survei
N =312 responden
Q =Apa alasan dibalik penilaianmu sebelumnya?
September 2022
Tujuan menikah adalah untuk punya anak – seperti memenuhi eskpektasi sosial, melanjutkan keturunan, dan mengikuti ajaran agama;
Menurut saya keputusan untuk childfree merupakan pemikiran yang masih sekedar “ketakutan”
Childfree dapat merugikan lingkungan
secara makro – apabila mayoritas masyarakat Indonesia childfree, kelak, kita tidak adak punya garis keturunan lagi.
belaka. Mungkin setiap orang punya alasan dan latar belakang tersendiri dalam mengambil keputusan, tapi bagi saya ketakutan yang belum terjadi
sepertinya masih bisa disupport dengan hal-hal positif sehingga dapat mengubah/meminimalisir ketakutannya. Karena saya berpegang dengan ajaran agama
saya yang menganjurkan tujuan menikah untuk melanjutkan keturunan.
— V, responden survei
N =312 responden
Q =Apa alasan dibalik penilaianmu sebelumnya?
September 2022
Childfree/Berencana
Childfree
34,6 % 65,4 %
Berencana Punya Anak/ Tidak Childfree
Dari 312* responden, 34.6% (108 orang)
diantaranya berencana untuk tetap childfree setelah menikah.
Kira-kira apa ya yang mendasari keputusan ini?
Rupanya, 5 faktor berikut menjadi pendukung paling signifikan atas keputusan tersebut:
1.
Kecukupan finansial (74 jawaban, 67.9%)
Kepercayaan bahwa responden tidak akan menjadi orang tua yang ideal bagi anak-anak mereka (68 jawaban, 62.4%)
Gaya hidup (seperti menjadi tidak bebas traveling bersama pasangan, dan lain sebagainya) (58 jawaban, 53.2%)
Karir (56 jawaban, 51.4%)
5.
Pengetahuan pribadi dan pasangan tentang parenting (55 jawaban, 50.5%)
N =312 responden
Q =Faktor-faktor apa saja yang mendukung keputusanmu untuk tetap childfree setelah menikah?
September 2022
Dari 108 responden yang berencana tetap childfree, mereka menyatakan mendapat sejumlah konsekuensi berikut dari orang di sekitar mereka:
Komentar negatif tentang pilihan mereka untuk
tidak punya anak (64 jawaban, 58.7%)
Diberi tekanan untuk punya anak oleh keluarga, kolega, atau lingkungan (50 jawaban, 45.9%)
Hanya 31,2% (34 jawaban) yang menyatakan mendapat dukungan dan dorongan dari keluarga, kolega, atau teman atas keputusan childfree mereka.
N =108 responden
Q =Apakah kamu pernah mendapat sejumlah konsekuensi negatif dan positif dari orang-orang di sekitarmukarena pilihanmu untuk
September 2022
Mereka yang memutuskan childfree menyatakan sejumlah manfaat dan kerugian dari keputusan ini:
Manfaat Childfree Kerugian Childfree
Bebas (dapat melakukan kegiatan yang diinginkan kapanpun)
Fokus pada diri dan pasangan
Dapat punya lebih banyak waktu untuk
menjalankan hobi bersama pasangan
Fokus meniti karir
Tidak memberi penderitaan pada anak
1. Konflik dengan keluarga
Konflik dengan lingkungan sekitar
Bertentangan dengan norma sosial atau agama
Kesepian di hari tua kelak
Tidak dapat meneruskan keturunan
September 2022
Survei ini juga menemukan bahwa partisipan yang memutuskan
childfree secara keselurahan menilai dirinya lebih rendah dalam
segi kesehatan fisik, kesehatan emosional, dan kesiapan finansial dibandingkan dengan partisipan yang ingin punya anak.
Menjadi orangtua perlu kesiapan yang matang. Begitu pun
keputusan untuk tetap childfree, juga perlu pertimbangan matang.
I'm completely happy not having children. I mean, everybody does not have to live in the same way. And as somebody said, "Everybody with a womb doesn't have to have a child any more than everybody with vocal cords has to be an opera singer.
- Gloria SteinemIngat, keputusan punya anak atau childfree adalah pilihan
masing-masing individu — tidak ada benar atau salah. Jadi, kita perlu menghormati apapun keputusan orang lain ya, Growthmates!
Terutama mereka orang-orang terdekat kita.
September 2022