dengan mata basah saat kalah bertanding. Emosinya juga sering meledak-ledak. Carter dengan sabar mendampingi, membesarkan hati, dan mengasah kepribadian Roger.
Suatu malam, Carter menelepon ayahnya,
Bob, di Australia. “Dad, aku punya seorang murid yang sangat menjanjikan. Dia masih 12–13 tahun,” ujarnya, “tapi rasanya dia nantinya akan berlaga di berbagai turnamen utama di dunia.”
Carter hampir tiap hari terus melatih
Roger tentang tenis dan kehidupan. Tahun demi tahun berlalu, tak terasa sudah sepuluh tahun lebih persahabatan luar biasa terbentuk di antara mereka berdua. Roger mulai berlaga di turnamenturnamen internasional. Peringkatnya melesat, tapi masih belum masuk sepuluh besar dunia. Dia juga belum pernah menjuarai Grand Slam.
60
EXTRAORDINARY DISCIPLES
NAFIRI MAR 17 FINAL.indd 60
3/30/17 5:36 PM