memorandum.co.id memorandumredaksi @gmail.com
DEWI RENGGANIS
JUMAT PAHING, 14 AGUSTUS 2020 HALAMAN 11
MELIPUTI WILAYAH JEMBER. KEPALA BIRO: Edi Winarko . WARTAWAN: Marjuni, Abdus Syukur. ALAMAT: Jl. Dr Soetomo V/110 Jember. CP: 085335103739
Rayakan Kemerdekaan dengan Jember Runners 75 Km Jember, Memorandum Memperingati HUT ke75 Kemerdekaan RI, digelar lari 75 kilometer dengan melibatkan 9 pelari secara estafet. Acara ini dilaksanakan Minggu (16/8) malam dan berakhir di Alun-Alun Jember, Senin (17/8). Komandan Kodim 0824/ Jember Letkol Inf La Ode M Nurdin mengatakan dalam perayaan kemerdekaan kali ini berbeda karena ada pandemi Covid-19. Maka, pihaknya tetap menggelorakan semangat berjuang menghadapinya secara bersama-sama agar virus corona ini lekas hilang. “Sungguh sangat tepat sekali dengan berolahraga. Ini sebagai salah satu cara menjaga imun tubuh agar tetap sehat untuk mencegah sebaran pandemi Covid-19,” tegas dia, Kamis (13/8) Sedangkan Ketua Komunitas Media Sosial Info Warga Jember (IWJ) Slamet, menyatakan dalam menyambut dan memperingati Hari Kemerdekaan yang sekaligus milad IWJ ke-6, pihaknya mendukung acara Jember Runners 75 KM. Ia juga mengajak masyarakat untuk tetap disiplin terhadap protokol kesehatan dengan menggunakan masker, jaga jarak, dan sering cuci tangan. Masih lanjut dia, kegiatan ini berupa lari sejauh 75 Km dari Koramil Kencong menuju Jember
diberangkatkan pada Minggu 16 Agustus pukul 24.00. Dengan rute pos 1 di persimpangan tiga Pasar Balung, pos 2 di pertigaan pohon
bringin Blater, Kecamatan Tempurejo. Pos 3 persimpangan tiga Wirowongso Bandara, Kecamatan Ajung. Ini berlanjut menuju
“Seratus meter sebelum memasuki finish para pelari akan disambut oleh bertangan bendera merah putih dan ratusan anggota IWJ dengan mengibarkan bendera merah putih. Ini untuk
memberikan dukungan para pelari yang membawa bendera merah putih hingga finish dan potong tumpeng,” beber dia. Slamet menambahkan, Jember Runners 75 KM ini di-
JalanTidar Secaba masuk kampus ke Jalan Karimata, ke persimpangan Jalan PB Sudirman, menuju finish di Alun-Alun Jember.
Kegiatan lari 75 kilometer memperingati HUT ke-75 Kemerdekaan.
Jaksa Belum Eksekusi Ketua DPD Ferari jelas Kosdar kepada Memorandum, Kamis (13/8). Lanjut Kosdar, semua masyarakat semua sama di atas hukum. Siapapun yang diputus bersalah, wajib dilaksanakan. “Apakah dia (Heri Basuki, red) hanya karena oknum advokat,” jelasnya. Tambahnya, putusan pengadilan sudah jelas, bahwa dia terbukti bersalah melakukan penggelapan meski di pengadilan pertama (Pengadilan Negeri Surabaya) hanya divonis enam bulan penjara dengan masa percobaan seta-
Sambungan dari halaman 1
hun. “Tapi di tingkat banding diputusa satu tahun. Dan kasasi di MA, hukuman semakin tinggi,” pungkas Kosdar. Sementara itu, Kasi Pidum Kejari Surabaya Farriman Isandi Siregar mengatakan, bahwa pihaknya tidak ada maksud untuk menunda eksekusi terhadap terdakwa. Namun, hanya karena kendala administrasi di PN Surabaya sehingga belum bisa melakukan eksekusi tersebut. “Eksekusi bukan kita nenunda, tapi mematangkan kelengkapan administrasi. Jangan sampai tiba di rutan atau
lapas tidak diterima karena soal status penahanannya,” ujarnya. Ditegaskan Farriman, bahwa selama ini bunyi putusan di PN Surabaya, tingkat banding, dan kasasi hanya penahanan. “Kami akan dorong pengadilan untuk mencari salinan putusan. Karena waktu di kejaksaan, ditahan kota. Di pengadilan juga tahanan kota, tapi tidak ada salinan putusannya,” tegas Farriman. Disinggung soal adanya uang yang diterima kejaksaan, Farriman membantahnya. “Demi Allah tidak ada. Di
riwayat penahanan juga tidak ada soal uang-uang itu,” pungkas Farriman. Sedangkan, Robert Mantinia, kuasa hukum Heri Wibowo mengatakan, bahwa pihaknya sampai hari ini belum menerima salinan putusan dari MA. “Salinan putusan MA belum turun dan belum menerima. Nanti, saya pelajari putusan dulu. Persiapan peninjauan kembali (PK), apalagi Pak Heri punya riwayat sakit jantung,” ujarnya. Robert menjelaskan, bahwa kliennya bukan pelaku. Karena waktu dilaporkan ada yang meninggal, akhirnya
di SP-3. “Fakta hukum, putusan pn percobaan. Pelaku meninggal, dan Pak Heri dikaitkan dalam pengurusan tanah tersebut,” pungkas Robert. Seperti diketahui, perkara itu berawal saat terdakwa akan menjual tanah milik Raden Gusti Anwar Sidiq di Jalan Khairil Anwar kepada Ronny Wijaya, warga Pradah Permai, seharga Rp 2,2 miliar. Atas penjualan tanah tersebut, terdakwa menerima uang muka sebesar Rp 100 juta pada 26 Juli 2913, dan Rp 900 juta pada 30 Juli 2013 dengan
menunjukkan surat-surat. Setelah menerima pembayaran Rp 1 miliar, selanjutnya uang dibagi dua, Raden Gusti menerima Rp 500 juta dan terdakwa Rp 500 juta. Namun, saat tanah di Jalan Khairil Anwar tersebut akan dibangun oleh Ronny Wijaya, ternyata di klaim oleh Bambang Sugiharto yang mengaku sebagai pemilik tanah dan bangunan hasil pembelian melalui lelang Bank Bumi Daya Cabang Surabaya Jembatan Merah pada 30 Agustus 1994 dengan bukti hak yang dimiliki. (fer/nov)
Cak MA Silaturahmi Bersama Kader Jumantik Tembok Dukuh Sebab setiap minggunya mereka hanya mendapat honor Rp 28.000. “Kasihan penghargaan terhadap jumantik belum maksimal. Jika nanti saya memimpin
ikuti 9 atlet di antaranya, Bambang Margono, Akhmad Nizar, Dellabas Firdaus, Vicky, Mahfud Baini dan didampingi pelari secara estafet masuk finish sekitar pukul 12.00. (edy/udi)
Kota Surabaya, maka kesejahteraan jumantik kita tingkatkan,” tandas Machfud Arifin. Machfud menyebutkan, kader jumantik bertugas se-
Peragakan 25 Adegan Rekonstruksi tersangka dengan memerankan beberapa adegan,” kata Kanitjatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Agung Kurnia Putra, kemarin Dari 25 adegan yang diperankan Yusron, polisi memastikan apa yang ada dalam berkas BAP sesuai dengan apa yang dilakukan tersangka. “Semuanya sesuai yang tertuang dengan BAP,” tandas alumni Akpol 2013 itu. Selain pihak kepolisian, rekonstruksi perkara itu juga dihadiri perwakilan Kejari Tanjung Perak. Dalam reka adegan, terlihat Yusron membekap
Ikut Hajar Korban Subiyantana menjelaskan, peran tersangka dalam pengeroyokan yang berujung tewasnya Ariski yakni melakukan pemukulan. Selain itu, tersangka juga sempat memukul rekan korban. “Dia ikut menghajar korban (Ariski) hingga tewas. Selain itu, tersangka juga memukuli rekan korban hingga mengalami luka,” ujar kapolsek. Di hadapan penyidik, Bambang mengaku jika aksinya itu dilakukan lantaran mabuk akibat pengaruh minuman keras (miras). Sebelum kejadian, dia dan teman-temannya sedang pesta miras jenis cukrik di sekitar lokasi kejadian. “Saya kondisi mabuk waktu mengeroyok.
Adu Akting Sinetron garapan Multivision Plus ini, Tiwi berperan sebagai Willa. Seorang wanita yang dinikahi Agung (Teddy Syach) secara siri. Tiwi mengatakan, bisa terlibat di sinetron Belenggu Dua Hati menjadi pintu rejeki di tengah pandemi. Apalagi, selama pandemi ini juga, job-job nyanyi terpaksa dibatalkan. “Saya disini sebagai Willa. Menerima karena saya menganggap ini sebagai sebuah rejeki disaat pandemi. Karena untuk kegiatan menyanyi off air keluar kota banyak yang dihentikan. Jadi ambil kesempatan pertama saya di sinetron,” kata Tiwi saat dihubungi Kapanlagi.com pada Kamis (13/8). Di sinetron ini, Tiwi beradu akting dengan artis senior yang sudah berpengalaman di dunia sinetron, yakni Teddy Syach. Sebagai anak baru di dunia seni peran, Tiwi mengaku sangat senang bisa beradu akting dengan pemain lainnya. Apalagi,
bagai edukator kepada masyarakat dan melaporkan kondisi kesehatan masyarakat. Mantan Kapolda Jatim ini, sangat paham kondisi warga Kota
Sambungan dari halaman 1
korban. Setelah itu, Yusron melayangkan empat tusukan di leher hingga Monic meregang nyawa. “Tersangka emosi saat korban menyulut rokok ke lengannya,” terang Agung. Selanjutnya Yusron memasukkan jenazah korban dan mencoba membakarnya dengan kompor portable meski akhirnya diurungkan. Setelah itu, pemuda ini melarikan diri ke rumah saudaranya di kawasan Ngoro Mojokerto. “Kami amankan dengan kooperatif di rumah saudaranya,” pungkas Agung. (fdn/nov)
Sambungan dari halaman 1 Padahal tidak tahu masalah apa yang terjadi antara teman-teman dan korban. Setelah tahu ada keributan, saya langsung mendekati ,” ujar Bambang. Saat ini, polisi masih memburu dua pelaku lain yang juga ikut dalam pengeroyokan tersebut. Seperti diketahui setelah kejadian pada Minggu (2/8) lalu , petugas langsung mengamankan dua pelaku yang usianya masih di bawah umur. Mereka adalah ITJ (17) dan MAP (16). Keduanya ternyata residivis kasus penganiayaan. Dari pengakuan MAP, korban tewas akibat ditusuk pisau lipat di perutnya. (iah/nov)
Sambungan dari halaman 1 Tiwi juga mendapat banyak ilmu, terutama akting. “Sangat menyenangkan. banyak belajar karena gak pelit ilmu. Diskusi bangun suasana supaya emosinya nggak putus. Seneng karena pemain Belenggu Dua Hati semuanya menyenangkan,” kata Tiwi. Memang Tiwi baru pertama kali bermain sintron. Tetapi, masalah akting sendiri, Tiwi ternyata pernah mendapat pelajaran dasar dalam berakting ketika ikut ajang pencarian bakat AFI 2005. Meski begitu, Tiwi tetap terus belajar demi mengasah kemampuannya berakting. Sinetron Belenggu Dua Hati tayang mulai 6 Agustus 2020 di ANTV. Selain Tiwi dan Teddy Syach, sejumlah artis ikut terlibat di sinetron tersebut. Mereka adalah Rosiana Dewi, Raquel Katie, Andi Arsyil, dan masih banyak yang lainnya. (kpl/nov)
Sambungan dari halaman 1 Surabaya. Apalagi Machfud Arifin merupakan asli Arek Suroboyo. “Perhatian terhadap jumantik menjadi salah satu tugas penting. Agar kinerja ibu-ibu pejuang kesehatan ini bisa dirasakan masyarakat,” tegas Machfud Arifin. Pada kesempatan itu, Ibu Lita Machfud Arifin menjelaskan, sebagai pengurus dekranas pusat berjanji akan memaksi-
malkan pelaku UMKM di Kota Surabaya. Bahkan pengalaman selama 29 tahun berorganisasi, dan duduk di Bhayangkari, dirinya yakin akan membantu memajukan PKK Kota Surabaya. “Beri kesempatan pada kami untuk memajukan PPK sebagai ujung tombak kemakmuran warga Kota Surabaya,” tandas Lita. Sementara itu, Ibu Sholihatin, Ketua RW di wilayah
Kelurahan Tembok Dukuh menjelaskan ratusan ibu-ibu Jumantik merupakan wujud kepedulian terhadap upaya Pak Machfud Arifin yang mencalonkan sebagai Wali Kota Surabaya. Mereka berharap ke depan Surabaya jauh lebih maju dan makmur warganya. “Pak Machfud Arifin, calon wali kota yang sangat peduli terhadap kebutuhan warga,” tutur Sholihatin.
Setubuhi Gadis Kenalan di Medsos Fauzy menjelaskan, aksi bejatWahyu bermula dari perkenalannya melalui media sosial facebook (FB) awal Juli 2020 lalu. Dari sana, keduanya semakin intens berkomunikasi melalui direct massage (pesan pribadi, red). Beberapa hari kenal, gadis asal Jalan Kedondong itu akhirnya memutuskan untuk memberi nomor HP ke tersangka. “Dari saling mengirim pesan itu, muncul niat jahat tersangka. Dia mengajak korban untuk bertemu dengan alasan agar hubungan semakin erat,” tandas Fauzy.
Namun ajakan tersangka beberapa hari sempat ditolak DA. Hingga pada pertengahan Juli 2020, korban menuruti kemauan WPR untuk bertemu. Remaja putus sekolah itu akhirnya menjemput DA di sekitar tempat tinggalnya. “Korban diajak ke rumahnya yang saat itu sedang kosong. Di sana, tersangka merayu untuk berhubungan layaknya suami istri. Meski sempat menolak, gadis itu tidak berdaya hingga menurutinya,” terang Fauzy. Tidak hanya sekali,WPR melancarkan aksi
Sambungan dari halaman 1 bejatnya sebanyak dua kali di hari yang sama. Setelah puas menikmati tubuh DA, tersangka sempat berbincang sebentar dan mengantarkannya pulang. “Korban lalu menceritakan kejadian yang menimpanya ke ayah kandungnya,” pungkas alumni terbaik Akpol 2015 itu. Di hadapan penyidik, WPR mengaku khilaf melakukan aksi bejat tersebut. Dia berkilah, jika birahinya mendadak memuncak saat melihat kenalannya tersebut. “Saya khilaf Pak, karena terpengaruh film porno,” ujar Wahyu. (fdn/nov)
Tubuh Ibrahim Dilontarkan Manjaniq Masuk Kobaran Api Raksasa Ghadi mempertajam penglihatan dan pendengaran. Dia ingin mengetahui apa yang terjadi. Bersamaan dengan putusnya tali pelontar, Ghadi mendengar lelaki yang terikat kuat di manjaniq berucap, “Hasbunallah wa ni’mal wakil.” “Siapa lelaki itu?” tanya Ghadi. “Ibrahim anak Azar, pembuat patung dewa kita. Dia pasti hangus dan lebur jadi abu.” “Belum tentu,” kata Ghadi lirih. Orang-orang menoleh mengawasi. “Tunggu saja. Dia akan keluar dari kepungan api dalam kondisi segar,” imbuh Ghaadi sambil melangkah pergi. Langkahnya diikuti tatapan heran orang-orang. Sebuah memori berikutnya mencacat pengalaman saat dia berdiri di bibir pantai Laut Merah bersama rombongan yang ketakutan karena sedang dikejar pasukan kerajaan. “Siapa yang mengejar kita?” tanya Ghadi kepada seseorang. “Firaun dan pasukannya. Kita tidak bisa menghindar lagi. Jalan buntu. Di belakang
ada musuh, di depan terbentang lautan. Kita bakal tersusul dan dibantai,” jawab orang itu. Dari jauh terlihat kepulan debu mengangkasa. Teriakan-teriakan pasukan Firaun terdengar mengerikan bagai gelombang teror. “Ini salah Musa. Andai kita tidak menuruti dia,” kata seseorang dengan rasa takut yang memuncak. Kalimat saling menyalahkan, kalimat penyesalan, dan kalimat berpengharapan berloncatan. Entah dari mulut siapa. Tidak jelas. Saat itulah, dari kejauhan Ghadi melihat seorang lelaki gagah mengayunkan tongkat. Pada saat bersamaan aliran air laut bagai terbelah. Menyibak dan memperlihatkan dasarnya. Orang-orang segera lari menyeberang. Sampai tuntas. Ghadi lari paling belakang. Ketika semua orang sampai ke bibir pantai seberang, air laut menutup. Bala tentara Firaun yang sedang berada di dasar lautan dikejutkan belahan air yang kembali menyatu. Glegar! Mereka tenggelam-lam-
Pada kesempatan itu, Machfud Arifin bersama ratusan ibu-ibu jumantik juga merayakan ulang tahun, Ibu Muji, seorang kader jumantik. Muji Rahayu mengaku tidak menyangka pertemuan dengan Machfud Arifin berbarengan dengan ulang tahun dirinya yang ke- 45. “Terima kasih, semoga Pak Machfud Arifin menjadi Wali Kota Surabaya,” kata Muji Rahayu. (day/nov)
Sambungan dari halaman 1
-lam-lam. Ghadi istirahat. Duduk di atas batu. Di sampingnya terlebih dulu duduk seorang lelaki gempal berkulit cokelat kehitam-hitaman. “Maaf, siapa nama Kisanak?” tanya Ghadi. “Samiri,” kata lelaki tadi. “Ghadi,” kata Ghadi sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Samiri acuh tak acuh. Dia malah berdiri dan melihat sekeliling. “Kita selalu diikuti Jibril. Dia menunggang kuda,” katanya. “Jibril?” tanya Ghadi. “Kau tidak bakalan tahu. Aku tahu karena masa kecilku pernah diasuh makhluk langit.” Setelah istirahat cukup, rombongan bergerak. Ghadi selalu memperhatikan Samiri. Termasuk ketika lelaki tersebut memunguti tanah. “Buat apa?” tanya Ghadi. “Ini tanah bekas jejak kuda Jibril. Suatu saat pasti berguna.” “Untuk apa?” “Kita lihat saja nanti.” (bersambung)