1 minute read

Ireng Ireng

Dawet Ireng sendiri berasal dari Purworejo Jawa Tengah, jika sedang berkunjung ke Purworejo rasanya kurang afdol bila tidak menikmati semangkuk sajian ini. Untuk mendapatkan rasa validasi yang autentik dari dawet ireng bisa menyambangi warung Dawet Ireng Jembut Kecabut. Ya, namanya agak nyeleneh memang frasa tersebut terasa ambigu dan terkesan jorok. Namun, sebetulnya itu hanyalah sebuah singkatan yang menerangkan lokasi warung dawet ireng tersebut. Jembut diambil dari singkatan Jembatan Butuh sedangkan kecabut diambil dari singkatan Kecamatan Butuh, jadi Dawet Ireng Jembut Kecabut merupakan Dawet Ireng yang berlokasi di Jembatan Butuh Kecamatan Butuh Purworejo, Jawa Tengah.

Dawet Jembut Kecabut sendiri merupakan pelopor dawet ireng yang sudah diteruskan hingga ke generasi ke-3 yang kini di pegang oleh Bapak Wagiman. Mengutip dari detikfood.com asal mula dari dawet ireng sendiri dipelopori oleh Mbah Ahmad Dansri pada tahun 1950 an mulanya minuman ini beliau buat untuk para petani ketika musim panen tiba. Beliau menjajakan dagangannya dengan berkeliling dari sawah ke sawah. setelah Mbah Ahmad Dansri meninggal usaha ini pun tetap dilestarikan oleh anaknya Nawon hingga sampai pada generasi ketiga yakni Pak Wagiman. Kini dawet tidak lagi dijajakan dengan berkeliling namun di sebuah warung sederhana yang tempatnya berada persis disebelah timur dekat Jembatan Butuh. Sampai saat ini jajanan tersebut masih menjadi jajanan yang selalu di cari ketika sedang bertandang ke

Advertisement

Purworejo, warungnya pun selalu ramai pembeli baik masyarakat sekitar maupun orang-orang bermobil yang sedang berkunjung.

Tidak seperti dulu, saat ini dawet ireng sudah tersohor di Purworejo bahkan hingga keluar Jawa Tengah. Kini sudah banyak orang yang menjual minuman tersebut. Jika kita masuk ke gerbang perbatasan Kebumen dan Purworejo maka akan langsung di sambut oleh para penjaja dawet ireng yang kini menjadi makanan khas dari Purworejo Jawa Tengah. Selain itu mulai bermunculan juga francise dan pedagang yang menjual dawet ireng di kota-kota besar Pulau Jawa seperti Kota Jakarta.

Walau dari bentuk dan tampilannya yang digadang gadang mirip dengan cendol, pada kenyataannya dawet sendiri memiliki bentuk yang lebih halus-halus. Selain itu dari bahan dasarnya pun dawet berbeda dengan cendol. Jika dawet menggunakan tepung beras maka cendol menggunakan tepung hunkwe sebagai bahan dasarnya. Itu sebabnya dawet memiliki tekstur yang halus dan lembut dibanding dengan cendol yang lebih kenyal.

Untuk warna hitam pada dawet ireng sendiri didapatkan dari pewarna alami yang berasal dari oman padi yang dijadikan arang kemudian ditumbuk hingga halus dan disaring hingga menjadi tepung. Hal tersebut yang menjadikannya berbeda dari dawet ayu banjarnegara yang memakai ekstrak daun suji atau daun pandan untuk pewarna hijaunya. Oleh sebab itu dinamai dawet ireng yang dalam bahasa Jawa berarti hitam.

This article is from: