MENGHAYATI KULINER NUSANTARA
Edisi 006 - Februari 2023

Tema: Kuliner

KATA PENGANTAR
Halo, pembaca setia Survivor Magazine!
Tidak terasa, akhirnya Survivor berhasil menerbitkan edisi keenam yang berjudul Panduan Menjelajah dan Menghayati Kuliner Nusantara. Tentu saja hal ini tidak luput dari bantuan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melancarkan seluruh proses pembuatan majalah dari awal hingga akhir. Serta para penulis dan layouter Survivor yang dengan tangan-tangan terampilnya mampu memoles Survivor Magazine dengan sangat indah dan berbobot.

Tentu saja majalah ini tidak serta merta sempurna. Apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan kami dari tim Redaksi Survivor mengucapkan mohon maaf dan kami menerima segala bentuk kritik yang membangun agar makin menciptakan majalah jurusan yang semakin baik kedepannya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih banyak dan selamat membaca. Semoga majalah ini dapat berkontribusi bagi kemajuan dunia antropologi kedepannya!
--Redaksi Survivor Magazine--


AKADEMIK
Susunan
Redaksi:
Penanggung
Jawab:
Dr. Phil., Dra. Toetik
Koesbardiati

Pimpinan Redaksi:
Fitria Novita Sari
Editor:
Mahesa Puncak Firmansyah
Putra Pradana Kusuma H

Hayah Nisrina Firdaus
Nokya Suripto Putri
Penulis:
Sayf Muhammad Alaydrus
Azzah Kania Budianto
Raihan Favian Azhar
M. Mustalichul Fu’at

M. Naqsya Riwansia
Rizqi Khoirunnisa
Layouter:

Devan Frisky Vizal Finanta

Puspita Sari
PANDUAN MENJELAJAH DAN MENGHAYATI KULINER NUSANTARA
GIGI DAN MAKANAN
Penulis : Sayf Muhammad Alaydrus (Antropologi 2021)


Editor : Fitria Novita Sari
Gigi adalah salah satu jenis tulang keras yang terdapat pada tubuh manusia, tepatnya di rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula). Manusia dewasa umumnya memiliki 32 gigi yang terdiri atas 8 gigi seri (incisor), 4 gigi taring (canine), 8 gigi premolar, dan 12 gigi geraham (molar). Ke-32 gigi inilah yang disebut dengan gigi permanen. Sebelum gigi permanen muncul, kanak-kanak memiliki gigi susu (deciduous) yang akan tanggal saat usia tertentu dan digantikan oleh gigi permanen. Rentang usia tanggalnya gigi biasanya dapat diklasifikasi secara umum, tetapi perlu dicatat bahwa pada esensinya, gigi itu sangat individual dan variatif. Pengetahuan mengenai rentang usia tanggalnya gigi dapat dimanfaatkan oleh antropolog forensik dalam mengestimasi usia individu tidak dikenal (Agustin, 2017; Artaria, 2008, 2009b; KBBI Daring, 2021; Nasution, 2008).

Menyadari bahwa gigi adalah suatu bagian Menyadari bahwa gigi adalah suatu bagian tubuh yang sangat informatif dan unik secara tubuh yang sangat informatif dan unik secara individu, antropologi berusaha untuk mengkaji individu, antropologi berusaha untuk mengkaji gigi dalam kaitannya dengan kehidupan manusia. gigi dalam kaitannya dengan kehidupan manusia. Adapun cabang antropologi yang mempelajari Adapun cabang antropologi yang mempelajari serba serbi mengenai gigi manusia dikenal serba serbi mengenai gigi manusia dikenal dengan antropologi dental. Antropologi dental dengan antropologi dental. Antropologi dental mempelajari odontogeni, variasi morfologi mempelajari odontogeni, variasi morfologi ((dental traits dental traits), hingga evolusi gigi manusia. ), hingga evolusi gigi manusia. Walaupun sangat sarat akan biologi, antropologi

Walaupun sangat sarat akan biologi, antropologi dental juga memerlukan pengetahuan sosial dental juga memerlukan pengetahuan sosial budaya (Hillson, 1996; Scott, 2018; Scott & budaya (Hillson, 1996; Scott, 2018; Scott & Turner, 1988) Hal ini disebabkan oleh adanya Turner, 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya praktik manusia yang menyebabkan terjadinya praktik manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan atau memunculkan karakteristik perubahan atau memunculkan karakteristik khusus tertentu pada gigi, misalnya budaya khusus tertentu pada gigi, misalnya budaya mengunyah sirih pinang, pangur gigi, kebiasaan mengunyah sirih pinang, pangur gigi, kebiasaan menyikat gigi, hingga pencabutan paksa (ablasi) menyikat gigi, hingga pencabutan paksa (ablasi) (Artaria, 2009a; Budisuari et al., 2010; Iptika, (Artaria, 2009a; Budisuari et al., 2010; Iptika, 2014; Kinaston et al , 2022; Koesbardiati & Murti, 2014; Kinaston et al., 2022; Koesbardiati & Murti, 2019). Bahkan, gigi juga dapat berubah seiring 2019). Bahkan, gigi juga dapat berubah seiring dengan pola konsumsi dan jenis makanan suatu dengan pola konsumsi dan jenis makanan suatu masyarakat. masyarakat.



Gigi berfungsi sebagai alat mastikasi atau Gigi berfungsi sebagai alat mastikasi atau pengunyah makanan bagi manusia. Artinya, pengunyah makanan bagi manusia. Artinya, sebelum makanan dicerna secara kimiawi di sebelum makanan dicerna secara kimiawi di lambung, makanan terlebih dahulu dihancurkan lambung, makanan terlebih dahulu dihancurkan secara mekanis oleh gigi. Akibatnya, gigi selalu secara mekanis oleh gigi Akibatnya, gigi selalu memiliki kontak langsung dengan makanan yang memiliki kontak langsung dengan makanan yang dikonsumsi manusia. Selain itu, gigi atas dan dikonsumsi manusia. Selain itu, gigi atas dan bawah tentu akan bertumpuk. Hal ini adalah bawah tentu akan bertumpuk. Hal ini adalah salah satu hal yang menyebabkan percepatan salah satu hal yang menyebabkan percepatan keausan pada gigi (Artaria, 2009a; Murti keausan pada gigi (Artaria, 2009a; Murti & Koesbardiati, 2019). & Koesbardiati, 2019).
Selain menyoal modifikasi gigi seperti yang
Selain menyoal modifikasi gigi seperti yang sudah dibahas sebelumnya, derajat keausan gigi sudah dibahas sebelumnya, derajat keausan gigi sangat bergantung pada jenis makanan yang sangat bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Berkaitan dengan budaya dikonsumsi seseorang. Berkaitan dengan budaya konsumsi makanan yang bervariasi di tiap-tiap
konsumsi makanan yang bervariasi di tiap-tiap masyarakat dari waktu ke waktu, maka masyarakat dari waktu ke waktu, maka masyarakat tertentu memiliki ciri khas masing- masyarakat tertentu memiliki ciri khas masingmasing. masing.
Masyarakat Eropa, misalnya, tentu berbeda
pola konsumsinya dengan masyarakat

Jawa Masyarakat Eropa yang terbiasa
mengonsumsi kentang yang ditumbuk
tentu memiliki keausan gigi yang lebih
rendah jika dibandingkan masyarakat Jawa
yang terbiasa mengonsumsi nasi jagung.
Penyajian protein seperti steak yang umum
dihidangkan di Eropa dan Amerika Serikat juga tentu berbeda dengan masyarakat
Jawa yang lebih menyukai daging yang dicincang dan di sate. Begitu pula dengan
konsumsi sayur-sayuran, di mana
masyarakat Jawa lebih menyukai
mengonsumsi gado-gado dengan bumbu kacang, sehingga derajat keausan giginya
tentu relatif lebih tinggi jika dibandingkan

dengan masyarakat Eropa dan Amerika
Serikat yang menyukai Caesar’s salad (Artaria, 2009a, 2009b; Hillson, 1996).


Terkait dengan waktu, masyarakat prasejarah juga memiliki perbedaan
keausan gigi dengan masyarakat modern Hal ini disebabkan oleh pengolahan
makanan yang jauh lebih sederhana di masa prasejarah, sehingga gigi terpaksa
untuk mengunyah makanan yang lebih keras Sebaliknya, di masa kini (lebih tepatnya setelah berkembangnya sistem agrikultur), manusia sudah mampu untuk memasak makanannya sampai empuk. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
pergesekan gigi dengan makanan dan berdampak pula pada berkurangnya
keausan gigi Pengetahuan ini dapat dimanfaatkan oleh antropolog dalam konteks paleoantropologi dan bioarkeologi. Temuan gigi di Situs Song Gentong, Kabupaten Tulungagung, memiliki derajat keausan 4 (dari skala 04). Maka, dapat diinterpretasikan bahwa situs tersebut dahulu merupakan tempat hunian bagi manusia yang bertahan hidup dengan berburu dan meramu. Hal tersebut juga didukung oleh banyaknya temuan rangka fauna. Bahkan, terdapat juga bukti-bukti yang mengindikasikan manusia Song Gentong di masa itu sudah bisa membuka kerang bivalvia dengan cara memanaskan atau membakarnya (Firdaus, 2019; Wisnuyana, 2019).
Keausan gigi juga bisa dikaitkan dengan usia dan penuaan. Mengingat bahwa konsumsi makanan merupakan salah satu kebutuhan paling mendasar manusia, tentu gigi juga akan terus bekerja untuk memproses makanan. Hal tersebut jika dilakukan secara rutin dan terus-menerus akan menyebabkan keausan gigi yang terus menerus pula. Maka, dapat disimpulkan bahwa seiring bertambahnya usia, keausan gigi pada manusia juga akan terus bertambah (Artaria, 2009a, 2009b)
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat dikonklusikan bahwa gigi dan makanan pada sejatinya saling memengaruhi. Hal ini terkait dengan fungsi gigi sebagai alat mastikasi guna mempermudah pencernaan makanan bagi manusia Pengetahuan mengenai relasi keausan gigi dengan makanan tentunya dapat dimanfaatkan oleh antropolog, baik itu dalam konteks antropologi forensik, antropologi dental, bioarkeologi, maupun paleoantropologi
Referensi
Agustin, A. N. (2017). Hypoplasia Gigi Anak-Anak Usia 8-13 Tahun SDN Buker I dan II Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura Universitas Airlangga
Artaria, M. D. (2008). Variasi Non-Metris pada Geligi
Manusia DENTA Jurnal KedokteraGigi FKG-UHT, 2(1), 32–37 https://www.academia.edu/1773289/Variasi NonMetris pada Geligi Manusia
Artaria, M. D. (2009a). Antropologi Dental (1st ed.). Graha Ilmu

Artaria, M. D. (2009b). Identifikasi Individu Tak Beridentitas di Indonesia In Perpustakaan UniversitasAirlangga AirlanggaUniversityPress
Budisuari, M A , Oktarina, & Mikrajab, M A (2010) Hubungan Pola Makan dan Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut (Karies) di Indonesia. Buletin Penelitian SistemKesehatan,13(1),8391
Firdaus, T. (2019). ATRISI PADA TEMUAN GIGI MANUSIA DARI SITUS SONG GENTONG(Studi Deskriptif Mengenai Atrisi Pada Temuan Gigi dari Situs Song Gentong,Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung) [Universitas Airlangga]
Hillson, S. (1996). Dental Anthropology (1st ed.). Cambridge University Press https://doi org/10 1017/CBO9781139170697
Iptika, A (2014) Keterkaitan kebiasaan dan kepercayaan mengunyah sirih Pinang dengan kesehatan gigi. Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 3, 64–69
KBBI Daring. (2021). gigi. KBBI Daring. https://kbbi web id/gigi
Kinaston, R. L., Koesbardiati, T., Suriyanto, R. A., Buckley, H R , Halcrow, S E , Foster, A ,Simanjuntak, T , Bedford, S , Murti, D. B., Putri, R. S., & Galipaud, J. C. (2022). Ritualtooth ablation and the Austronesian expansion: Evidence from eastern Indonesia and thePacific Islands Journal of Island and Coastal Archaeology, 17(1), 65–96.


Koesbardiati, T , & Murti, D B (2019) Konsumsi Sirih Pinang dan Patologi Gigi pada Masyarakat Prasejarah Lewoleba dan Liang Bua, di Nusa Tenggara Timur, Indonesia Berkala Arkeologi, 39(2), 121–138
Murti, D B , & Koesbardiati, T (2019) Mandibular anterior tooth wear of individuals from Liang Bua, Lewoleba, and Melolo: An indication of cultural activity related patterns.
Nasution, M I (2008) Morfologi Gigi Desidui dan Gigi Permanen. In USU Press. USU Press

Makanan
Sarana Pengenalan Identitas Budaya Paling Mendasar
Makanan merupakan salah satu unsur terpenting dalam diri manusia, makanan tidak hanya berfungsi sebagai cara manusia untuk bertahan hidup, tetapi makanan juga memiliki aspek kultural yang bisa menggambarkan bagaimana budaya dan kebiasaan manusia Berbicara tentang makanan, tentu tidak ada habisnya tanpa membahas bagaimana makanan bisa menjadi salah satu upaya awal pengenalan budaya oleh manusia ke manusia lainnya. Kajian mengenai makanan juga sangat berkaitan dengan kebudayaan, teknologi, organisasi sosial, dan juga kepercayaan masyarakat (Nurti, 2017). Makanan tidak akan memiliki makna apabila tidak dilihat dari kebudayaannya atau jaringan interaksi sosialnya.

Makanan sebagai identitas budaya dapat didefinisikan sebagai diri seseorang sebagai individu yang berbeda dan terpisah. Di dalamnya terdapat makna perilaku, kepercayaan, dan sikap seorang manusia (Multazam et al., 2022). Sehingga kita bisa melihat bagaimana makanan merupakan bagian yang sangat melekat di dalam diri individu dan bagaimana makanan dapat membentuk budaya masing masing manusia.

Sejak kecil, manusia sudah dikenalkan bagaimana makanan merupakan salah satu hal pertama yang dikenal manusia dan menjadi upaya awal pengenalan budaya ke dalam diri manusia. Makanan bayi misalnya, makanan bayi di setiap negara memiliki jenis yang berbeda-beda Di Indonesia contohnya, nasi merupakan makanan utama bagi penduduknya, maka makanan bayinya kebanyakan berbahan nasi, seperti nasi tim atau bubur. Sementara itu di Jepang, kebanyakan makanannya berupa sup atau makanan berkuah, maka bayinya juga diberikan makanan berkuah seperti sup miso dan makanan yang dikenal dengan istilah okayu (Lestari, 2015). Di India, makanannya erat dengan bumbu rempah-rempah, maka dari itu makanan yang diberikan kepada bayi mereka juga berhubungan dengan rempah-rempah
dikenal dengan nama khichdi

Dari makanan, manusia mengembangkannya menjadi suatu hal yang unik dan berkembang menjadi usaha kuliner yang di kemudian hari memegang peranan penting dalam mengenalkan budaya masing-masing negara ke kancah internasional. Kata “kuliner” yang menjadi sorotan dalam pembahasan tulisan ini, secara etimologis merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris culinary. Kata ini berasal dari bahasa Latin culinarius yang didapat dari kata ’culina’ yang berarti dapur, tempat memasak makanan Memasak memiliki makna universal, yaitu transformasi dari alam menuju ke budaya. Selain itu, memasak juga merupakan ’bahasa’ yang kita gunakan untuk berbicara tentang diri kita dan tempat kita berada di dunia. Mungkin kita bisa memetik ungkapan Descartes dan mengubahnya menjadi ”Saya makan, maka saya ada” (Woodward [ed.], 1999: 31-32) dan dikutip oleh (Utami, 2018)


Utami (2018) kemudian menambahkan bahwa apa yang kita makan menunjukkan banyak hal tentang siapa diri kita, serta tentang budaya dari keberadaan kita. Makanan adalah media dari masyarakat untuk menyatakan tentang dirinya.
Ungkapan we are what we eat dan we are what we don’t eat menunjukkan suatu identitas dalam budaya dari satu komunitas, bahkan secara lebih luas dapat menunjukkan identitas suatu bangsa Dari ungkapan di atas kita bisa melihat makanan dapat bersifat mengikat dan mempersatukan manusia Hal ini dapat terbukti ketika kita berada jauh dari rumah, makanan mempertautkan rasa memiliki dalam dunia yang asing (Utami, 2018).

Hal ini dibuktikan dengan kuliner saat era kemerdekaan di mana makanan Indonesia banyak yang dipengaruhi oleh Belanda. Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian dengan identitas budaya Indonesia sebagai suatu bangsa, sehingga Presiden Soekarno kala itu sering mendegungkan bagaimana makanan lokal juga tidak kalah enaknya dan menegur banyak pembantupembantu perempuannya yang lebih gemar menawarkan makanan khas Eropa.

Sementara di negara Barat makanannya identik dimakan dengan menggunakan sendok, garpu, atau pisau
sebagai alat untuk memotong daging. Dari sini bisa dilihat bagaimana makanan sebagai identitas budaya tidak hanya dari variasi dan jenisnya, tetapi juga melebar
sampai cara memakannya. Sehingga pada akhirnya bisa disimpulkan sifat dan karakteristik manusia yang beragam membuat makanan di setiap wilayah memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya terlihat unik dan menjadi identitas setiap budaya di masing-masing negara. Tiidak hanya dari variasi dan jenisnya, tetapi juga aspek-aspek lain seperti bagaimana cara memakannya.
Referensi:
Lestari, S. D. (2015, August 3). Enam Makanan Bayi di Berbagai Negara. Okezone.Com, 1–2.
Maksud dari ‘makanan lokal juga tidak
Maksud dari ‘makanan lokal juga tidak
multazam, d. i., zein, p. r., & joharis, m. (2022). strategi komunikasi lintas budaya dalam mempertahankan eksistensi kuliner sebagai identitas budaya. 5(1).www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
kalah enaknya’ seperti dikatakan Soekarno
kalah enaknya’ seperti dikatakan Soekarno
adalah kue-kue yang berbahan lokal seperti adalah kue-kue yang berbahan lokal seperti singkong, ubi, jagung, tepung beras, dan singkong, ubi, jagung, tepung beras, dan tepung ketan (Rahman, 2018). Makanan sebagai tepung ketan (Rahman, 2018) Makanan sebagai
identitas budaya juga tidak hanya dilihat dari identitas budaya juga tidak hanya dilihat dari
variasi jenis dan bentuk makanannya saja variasi jenis dan bentuk makanannya saja
Nurti, Y. (2017). Nurti-2017Jurnal Antropologi IsuIsu Sosial Budaya. JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 1-1, 19(1), 1–10.


tetapi juga dari cara memakannya. Negara- tetapi juga dari cara memakannya. Negaranegara di Asia seperti India dan Indonesia
negara di Asia seperti India dan Indonesia
misalnya, masyarakatnya tentu tidak asing
misalnya, masyarakatnya tentu tidak asing
makan dengan menggunakan tangan kosong
makan dengan menggunakan tangan kosong.
Biasanya akan dilakukan dengan mencuci
Biasanya akan dilakukan dengan mencuci
tangan terlebih dahulu di air kobokan yang di tangan terlebih dahulu di air kobokan yang di dalamnya dimasukkan potongan jeruk nipis. dalamnya dimasukkan potongan jeruk nipis.
Utami, S. (2018). Kuliner Sebagai Identitas Budaya. Journal of Strategic Communication Vol. 8, No. 2, Hal. 36-44. Maret 2018 Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pancasila, 8(2), 36–44.

Saat COVID-19 sedang
mewabah di Indonesia pada tahun
2020, masyarakat Yogyakarta
diramaikan dengan adanya pesan
berantai yang dianggap berasal dari
Sultan Hamengkubuwono X Pesan
tersebut berisi anjuran sultan agar
masyarakat memasak sayur lodeh

tujuh warna untuk menangkal virus
COVID-19. Faktanya, dari pihak
Sultan Hamengkubuwono X, Keraton Yogyakarta, maupun
Humas Pemda DIY sama sekali
tidak pernah membuat pesan
tersebut. Di samping kenyataan
bahwa itu merupakan hoaks belaka, pesan tersebut sesungguhnya
menunjukkan kearifan lokal
masayarakat Jawa dalam
menghadapi wabah atau yang
disebut sebagai pagebluk
Berita anjuran Sultan Yogyakarta


mengenai anjuran memasak sayur lodeh
juga pernah beredar pada 1931, yaitu pada masa Sultan Hamengkubowono VIII, ketika terjadi pagebluk pes bubonik selama lebih dari dua dekade (Rahiem dan Rahim, 2021).

Kepercayaan terhadap sayur lodeh sebagai sayur penolak bala menyebar dari

Yogyakarta ke Solo (Herlita, Darmastuti dan Kristiyani, 2021). Karena nilai yang sudah tertanam sejak turun-temurun, masyarakat pun mempercayai kebaikan dari sayur lodeh di masa pagebluk.
Kepercayaan sayur tolak bala tidak hanya ada di Yogyakarta dan Solo.
Masyarakat Blitar juga memiliki kepercayaan terhadap sayur tolak bala dengan memasak sayur lodeh untuk hidangan keluarga pada masa COVID-19 (Khusna, 2022). Selain itu, sayur lodeh juga termasuk salah satu makanan yang disajikan bersama ketupat dalam acara selametan pada masyarakat Malang
dengan tujuan agar pagebluk COVID-19 yang telah merenggut nyawa keluarganya segera berakhir (Lestari, Awaliyah dan Shofa, 2022).
Angka tujuh sering dijumpai dalam
berbagai tradisi dan ritual Jawa. Angka
tujuh dalam bahasa Jawa berarti pitu
Menurut Handayani dan Moro (2021) pitu
dimaknai sebagai pitulung atau
pertolongan dari Allah atas segala hal.
Agar sayur lodeh dapat memenuhi tujuan tolak bala, maka harus mengandung tujuh macam sayuran, yaitu buah kluwih, kacang panjang (cang gleyor), terong, kulit melinjo, labu (waluh), daun melinjo (godong so), dan tempe (Kurniawan dan Soeparno, 2020) Masing-masing sayur memiliki makna yang mendalam. Berikut ini makna dari setiap sayur (Supradewi, 2020; Syafril, 2020).

Buah kluwih: kaluwargo luwihono anggone gulowentah gatekne (lebih memperhatikan keluarga). Keluarga berperan penting dalam memberi perhatian dan nasihat bagi seseorang. Pada masa pagebluk, keluarga merupakan garda terdepan dalam melindungi anggotanya.
Kacang panjang (cang gleyor): cancangen awakmu ojo lungo-lungo (tetap di rumah, jangan bepergian). Pada masa pagebluk, sangat rentan terjadi penularan penyakit sehingga sebaiknya seseorang berdiam diri di rumah.
Terong: terusno anggone olehe manembah gusti ojo datnyeng, mun iling tok (selalu beribadah terhadap Tuhan, bukan saat ingat saja). Berdoa harus dilakukan secara konsisten supaya memperoleh ketenangan dan pertolongan dari
Tuhan

Kulit melinjo: Ojo mung ngerti njobone ning kudu reti njerone babakan pagebluk (jangan melihat luarnya saja, tetapi juga harus memahami pagebluk). Seseorang harus berpikir mendalam, misalnya mengenai bagaimana pagebluk bisa terjadi.
Labu (waluh): uwalono ilangono ngeluh gersulo (hilangkan sikap mengeluh dan menggerutu) Walaupun masalah ini menyebabkan kegundahan, lebih baik jika tetap berpikir positif dan bersemangat menjalani kehidupan.
Daun melinjo (godong so): golong gilig donga kumpul wong soleh sugeh kaweruh babakan agomo lan pagebluk (berkumpul dan berdoa bersama orang-orang saleh dan berpengetahuan). Pagebluk menyerang masyarakat dalam jumlah besar sehingga masyarakat perlu bersama-samaberikhtiar dan bertawakkal kepada Tuhan
Tempe: Temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah (Yakinlah dalam memohon pertolongan Allah dan yain bahwa Allah akan menolong).

Pemaknaan tujuh macam sayuran tersebut diurutkan berdasarkan tahapan tindakan yang idealnya harus dilakukan seseorang, mulai dari kluwih hingga tempe. Dalam budaya masyarakat Jawa, keluarga adalah harta paling berharga sehingga harus diprioritaskan. Permasalahan harus dihadapi dengan usaha yang maksimal dan disertai dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi, bukan sekadar meratap dan pasrah.
Sayur lodeh umumnya dimasak dalam jumlah besar sehingga memungkinkan masyarakat untuk mempererat solidaritas. Caranya yaitu dengan berbagi masakan sayur lodeh kepada tetangga yang sedang mengalami kesulitan. Selain itu, jika ditelaah dari aspek gizi, sayur lodeh yang terdiri dari beragam sayuran tentunya mengandung nutrisi yang melimpah sehingga dapat meningkatkan kesehatan tubuh di kala pagebluk.
Pemilihan sayur lodeh sebagai penolak bala tampaknya merupakan perilaku irasional dalam menangani pagebluk karena hanya didasarkan pada penafsiran makna. Namun, secara tidak langsung sayur lodeh yang dihidangkan di meja makan menjadi pengingat dan pengharapan bagi masyarakat. Dengan demikian, simbolisasi sayur lodeh merupakan optimisme masyakarat Jawa bahwa pagebluk ataupun bala yang mendera dapat diatasi dan suatu saat akan berakhir.
Referensi:
Handayani, N D dan Moro, H K E P (2021) ‘Analisis Potensi Hasil Penelitian Etnobotani Tradisi Kuthomoro di Makam Giriloyo Imogiri Bantul Yogyakarta sebagai Sumber Belajar Biologi SMA’, Journal of Biology Education,
Herlita, E S , Darmastuti, R dan Kristiyani, D N (2021) ‘City Branding Kota Solo Melalui Sayur Lodeh’, Jurnalisa, 7(1), pp 36–53 doi: 10.24252/jurnalisa.v7i1.20534.
Khusna, H Y A (2022) ‘Tradisi Tolak Balak Pandemi Corona di Desa Pojok Kabupaten Blitar’, Jurnal Impresi Indonesia, 1(7), pp 717–725. doi: 10.36418/jii.v1i7.211.



Kurniawan, Y dan Soeparno, K (2020) ‘Konsep Kejawen Ketika Menghadapi Pageblug (Wabah)’, in Ragam Ulas Kebencanaan Yogyakarta: Deepublish.
Lestari, R W , Awaliyah, S dan Shofa, A M A (2022) ‘Tradisi Selamatan Ketupat dan Serabi sebagai Tolak Bala di Masa Pandemi Covid-19 di Desa Ampelgading
Kabupaten Malang’, Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Rahiem, M. D. H. dan Rahim, H. (2021) ‘The Sultan and the Soup: A Javanese Cultural Response to COVID-19’, Journal of Ethnic and Cultural Studies, 8(1), pp 43–65







Ada Kopi dalam Darahku:

Memahami Ketergantungan Mahasiswa terhadap Kopi
Penulis : Azzah Kania Budianto
Editor : Putra Pradana Kusuma Hartas



Ketika meneguk es kopi yang kemahalan di sebuah kafe dekat kampus dengan dua orang teman, saya tertampar dengan kenyataan bahwa generasi saya memiliki kecemasan komunal yang tampaknya sangat tidak bisa dipahami oleh generasi lain. Obrolan kami terus tersaturasi dengan kekhawatiran akan masa depan. Dari pemanasan global, nasib studi lanjutan yang sangat mahal, hingga menu ayam yang bisa dimakan anak kos sebelum mati karena terlalu bosan. Seolah-olah tidak ada habisnya, tidak ada solusi; tidak selesai dengan satu kali sambat Tentu, tipikal dengan stereotipe generasi Z pada umumnya, kami banyak tertawa. Hanya entitas Maha Besar di atas yang paham kalau sebenarnya kami hampir gila, dan menangis bukan lagi opsi untuk melipur lara.
Terbentuklah sebuah pola tanpa ujung: cangkruk berkumpul, dalam istilah arek Surabaya yang ditopang dengan keinginan bersama untuk mengeluh dan mengomel sampai mulut berbusa. Tidak lupa, satu lagi penopang adiktif yang selalu terlalu dingin di genggaman tangan: es kopi. Entah itu dalam bentuk latte dengan bermacam sirup, americano, atau doppio untuk acara-acara spesial seperti ketika ada deadline mengejar. Cuaca di luar tidak pernah menghentikan kami untuk tetap memesan es! Hujan lebat atau panas terik, kami tidak peduli.
Bisa dibilang, budaya ngopi telah mengalami pergeseran makna di generasi Z. Dulunya, kopi dinikmati oleh orang-orang semata-mata karena itu kopi Orang menikmati kopi karena suka dengan rasanya, dan kopi hangat sesuai namanya juga digunakan untuk menghangatkan diri. Sekarang, terbentuk identitas kultural yang sangat melekat dengan tumbuh merebaknya kedaikedai kopi modern. Bahkan, sebuah penelitian di Jerman membuktikan bahwa pengkonsumsi kopi cenderung tidak suka, atau tidak peduli, dengan rasa kopi yang mereka minum.


Kebanyakan anak muda yang rutin mengkonsumsi kopi apabila ditanya akan mengamini bahwa kopi merupakan simbol interaksi sosial; simbol komunikasi. Dari bicara serius tentang pekerjaan, hingga bertemu teman lama, semua diawali dengan ajakan ngopi Ingin berkeluh kesah, mempertanyakan nasib nilai UAS, mengkhawatirkan masa depan? Ngopi!
Selain fungsi sosial yang diemban kopi belakangan ini, kopi juga membantu mahasiswa, atau siapapun itu, yang selalu dikejar tenggat waktu Ada meme yang sempat terlintas di akun Instagram saya, seorang anak kecil yang jelas diminta orang tuanya untuk membuat konten; Coffee is survival juice, katanya. Saya ingat saya tersenyum geli dan mengetuk layar smartphone saya dua kali Saya setuju dengan sentimen bocah itu.

Kopi, dengan segala bahayanya apabila kecanduan, mencegah kantuk yang datang tidak pada waktunya, karena kopi mengandung kafein di dalamnya. Kafein tersebut mudah diserap dan didistribusikan ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Cara kafein bekerja adalah dengan menutup reseptor adenosine, yang merupakan zat kimia pemicu tidur.

Biasanya, efek kafein akan terasa sekitar lima sampai tiga puluh menit setelah kopi diminum, dan akan bertahan efeknya selama empat hingga enam jam. Untuk mahasiswa seperti saya dan temanteman, empat hingga enam jam ini adalah jam yang berharga untuk membabat habis (satu demi satu, tentunya) gunungan tugas Selain itu, pendapat pribadi, saya sangat mengapresiasi varian-varian kopi yang dijajakan di coffee shop; alias enak.


Tentunya, sebagai pengkonsumsi kopi rutin, kita dituntut untuk meregulasi dosis kopi yang kita minum. Efek tidak bisa tidur mungkin berguna saat setelah makan siang, di tengah kelas perkuliahan 3 SKS di hari Senin; tetapi tidak begitu ketika jam menunjukkan angka dua puluh tiga. Selain itu, kandungan kafein di dalam kopi dalam dosis tinggi juga sangat mungkin untuk menimbulkan gejalagejala kecemasan Sehingga, untuk pejuang-pejuang masa depan dengan tingkat kecemasan tinggi, alias kita semua, jangan lupa untuk meregulasi caffeine intake, ya !

Penulis : M. Naqsya Riwansia

HARUSKAH MAKANAN TETAP AUTENTIK?
Berapa banyak sih cara
mengolah makanan yang kita
ketahui? Ada banyak cara seperti digoreng, dibakar, diasap,difermentasi, dibekukan, dan lain sebagainya. Cara-cara mengolah makanan tersebut
dapat manusia peroleh melalui
proses yang sangat panjang.
Seiring berkembangnya tubuh
manusia, pengetahuan manusia
juga turut berkembang. Yang
tadinya hanya memakan daging
mentah, kini perlahan berubah
dengan membakar daging
Cara-cara baru juga mulai
ditemukan setelah adanya
persebaran masyarakat--


dengan cara mereka sendiri--
menemukan cara untuk
memasak makanan mereka
sesuai dengan pengetahuan mereka.
Berbicara tentang persebaran, maka suatu hal yang pasti adalah adanya percampuran antar suatu unsur dengan unsur yang lain. Sangat sulit bagi suatu budaya untuk diterima oleh masyarakat lain tanpa dibumbui dengan hal-hal yang sesuai dengan masyarakat tersebut. Makanan pun tak terkecuali, bukankah kita mengenal cappucino cincau, spaghetti rendang, bakpia matcha, dan lain-lainnya? Makanan-makanan tersebut perlu dibumbui oleh makananmakanan asli Indonesia agar dapat menarik minat masyarakat Indonesia.
Setelah mengalami proses difusi, tentunya telah hilang rasa autentik di dalam makanan tersebut. Autentik sendiri sering diartikan sebagai asli, tidak ada perubahan, dan original. Berbanding terbalik dengan konsep difusi Makanan autentik cenderung tetap berada di daerah asal di mana makanan tersebut dikonsumsi. Makanan tradisional merupakan salah satu bentuk makanan autentik. Makanan tradisional pun kini tak sepopuler dan tak banyak dikonsumsi lagi oleh masyarakat saat ini.

Yang membuat makanan tradisional dapat eksis kembali adalah dengan menggabungkan makanan tersebut dengan makanan lain. Contohnya adalah dessert box klepon, bukankah hal tersebut terdengar menarik?

Tidakkah kalian juga ingin mencobanya? Ya begitulah sifat budaya, selalu dinamis, dan harus selalu menyesuaikan dengan zaman.

Dua tahun lalu, muncul sebuah karakter bernama Uncle Roger di media sosial, ia merupakan sebuah manifestasi dari seorang paman Asia yang strict apabila berhadapan dengan kultur Asia “Haiyaa”

merupakan salah satu kata unik yang dia ucapkan ketika melihat suatu masakan tidak sesuai dengan seharusnya alias tidak autentik.

Lantas muncul sebuah pertanyaan, haruskah makanan tetap autentik? Sejarah panjang terbentuknya suatu makanan tentu memiliki kesan tersendiri bagi masyarakat yang memiliknya. Namun, sekarang kita berada pada dunia di mana kebudayaan sudah tercampur aduk membentuk sebuah kebudayaan lintas nasional. Sudah banyak makanan yang ditinggalkan, hilang, dan bahkan tidak diketahui oleh masyarakatnya. Maka jawaban yang muncul atas pertanyaan tersebut adalah tidak.
Tidak harus bagi sebuah makanan untuk tetap orisinil dan autentik seperti saat pertama kali ditemukan. Makanan memerlukan hal yang lain untuk agar tetap eksis, kecuali makanan pokok. Seperti contohnya nasi, karena makanan pokok kita adalah nasi, maka olahan-olahan nasi lainnya akan masih tetap eksis hingga saat ini (lemper, rengginang, dan lainnya).

Makanan-makanan yang sering kita konsumsi adalah makanan-makanan pop alias tren. Kimchi, sushi, pizza, spaghetti, tteok-bokki, dan lainnya saat ini disertai dengan bumbu Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih suka terhadap sebuah percampuran, fusion, atau akulturasi dalam makanan mereka.
Lalu pertanyaan kedua yang muncul adalah perlukah makanan tetap autentik? Untuk pertanyaan ini, saya akan menjawab “ya”. Suatu makanan masih perlu untuk tetap autentik dalam mempertahankan suatu identitas kelompok Kita analogikan begini, ada sebuah restoran yang didedikasikan untuk suatu makanan. Artinya restoran tersebut membanggakan suatu makanan, maka makanan tersebut haruslah autentik sebagaimana sejarahnya. Maukah kalian makan di restoran bintang lima, tetapi yang kalian dapat hanyalah gabungan antara spaghetti rendang? Atau mungkin cappucino cincau? Tentu saja tidak. Kita pergi ke restoran bintang lima untuk mencicipi makanan autentik, asli, orisinil serta untuk ‘menikmati’ identitas suatu kelompok.
Akhir kata, makanan secara budaya merupakan suatu hal yang dinamis dalam skala besar. Namun, dalam skala kelompok itu sendiri, makanan haruslah dipertahankan sesuai dengan asal-usulnya. Kecuali jika kelompok tersebut memutuskan untuk tidak melanjutkan, maka hilanglah salah satu identitas mereka. Mungkin saja mereka dapat membuat suatu identitas baru, tetapi mereka memerlukan usaha untuk rebranding



SENI



EDISI 006 FEBRUARI 2023




Sekar M Rarasing
Oleh: Ki Kanjeng P
Myang andika kawula umijil / saking tan kuciwa manising sabumi / lir arum
Anyarira sega punar keksi / sinom pu prembayunta nyarira serabi / gelungira
Yen ngreremih adhuh jenang abrit / unggyane / jroning tilam tinaweng was
Jiwanigwang wong arungik-rungik / p grendhul raden / sun tetanya isine k langkung //



Tembang Macapat Mijil, Yang Selaras di Atas Nampan
Alih Bahasa: G.R.M. Suryokencono

Dengan dikau aku keluar dari dalam kediam bersuka ria. Tiada mengecewakan (duhai) manisnya wajik bercampur air gula
Tampak menjelma sebagai nasi kuning, rambu sayur-mayur, rebusan yang dicampur bumbu. Da serabi. Sanggulnya seolah kelapa di atas kue putu.
Jika merayu duhai sang bubur merah, di man tempat bercampurnya bubur putih? Di dalam pe yang indah, seolah kue nagasari terbuka daun (pemb
Jiwaku aduhai (yang bertubuh) mungil. Di mana t sumsum (dan) bubur grendhul wahai Raden? Aku isinya? Di mana adanya lemper? Dalamnya luar bias



TTERANCAM ERANCAM
Di warung Bu Mari ada menu
andalan yang sangat digandrungi
banyak pelanggan Terutama
bagi orang-orang yang merasa


jenuh dengan hidupnya dan
sedang terancam. Mereka bisa
memesan menu andalan dengan
harga terjangkau, tetapi dampak
yang tidak disangka bisa
dijangkau. Konon, usai makan
menu tersebut, ancaman yang



dihadapi seketika hilang. Entah
mantra apa yang dibubuhkan Bu
Marti ketika memasak menu tersebut.
Kali ini, Lira – gadis muda
yang sangat menyayangi adiknya
pergi ke warung Bu Marti. Lira
selalu tahu apa saja yang terbaik
untuk adiknya. Bahkan sebelum
adiknya berbicara, Lira sudah
mengetahuinya. Namun kali ini
Lira resah. Adiknya sudah

berhari-hari menangis. Tidak
ada sepatah kata pun yang ia lontarkan.
Kali ini, Lira – gadis muda ya ke warung Bu Marti. Lira selalu tahu apa saja yang terbaik untuk
adiknya. Bahkan sebelum adiknya berbicara, Lira sudah
mengetahuinya Namun kali ini Lira resah Adiknya sudah berharihari menangis Tidak ada sepatah kata pun yang ia lontarkan
“Permisi, Bu. Mau pesan menu andalan.” Ucap Lira setibanya di warung Bu Marti.

“Oh, Trancam?”
“Tidak Bu. Saya tidak sedang terancam. Saya hanya ingin beli makan.”
“Mbaknya mau beli trancam kan? Menu andalan warung saya?”
Bu Marti tidak heran dengan perkataan Lira. Ia sudah terbiasa dengan pelanggan seperti itu.
Setidaknya, dalam satu hari ada satu pelanggan yang baru mengenal
makanan khas Jawa Tengah
tersebut. Maklum, Bu Marti sendiri orang Jawa Tengah yang merantau karena ikut suaminya ke Jawa Timur.
Bu Marti tidak heran dengan perkataan Lira. Ia sudah terbiasa dengan pelanggan seperti itu.


Setidaknya, dalam satu hari ada satu pelanggan yang baru mengenal makanan khas Jawa
Tengah tersebut. Maklum, Bu Marti sendiri orang Jawa Tengah yang merantau karena ikut suaminya ke Jawa Timur.
“Iya, Bu. Katanya menu tersebut bisa menghilangkan ancaman ya, Bu?”
“Iya, namanya trancam.”

“Saya mau satu deh bu.”
“Katanya tadi sedang tidak terancam. Kok mau beli trancam?”
u Marti dengan cekatan h satu kotak di antara kan kotak untuk ukkan satu porsi
m.

“Ini, buat adik saya bu. Sebenarnya saya juga tidak tahu dia kenapa. Kok akhir-akhir ini nangis terus. Dia seperti gelisah gitu bu. Katanya menu andalan di sini bisa mengobati orang yang sedang gelisah ya bu?"

“Iya, kalau gelisahnya karena ancaman. Gelisahnya bisa terobati karena setelah makan, ancamannya hilang.”

Makin dibuat bingung Lira. kalau menghilangkan gelisah bisa saja. Lah kalau menghilangkan ancaman? Ini gimana ceritanya?


“Mirip urap ya, Bu. Bumbunya ada apa saja?”
“Oooh, ini ada kelapa sama bumbu-bumbu yang udah saya haluskan.”




“Adik saya suka gak ya. Dia kayaknya pemilih banget kalau soal makanan.”
“Biasanya suka makan apa adiknya, Mbak?”
“Apa ya, Bu. Dia sepertinya tidak suka makan. Badannya kurus sekali. Orang kurus kan tidak suka makan, jadi dia tidak saya beri makan. Tapi akhir-akhir ini dia terus menangis, jadi saya coba belikan makan. Eh tetap saja nangisnya tidak berhenti. Saya ke sini juga coba-coba meskipun sedikit tidak yakin apakah adik saya mau memakannya. Dia kurus, jadi tidak suka makan, Bu.”
Tapi malas berpikir juga Lira rupanya. Ia memperhatikan makanan yang dimasukkan Bu Marti ke dalam kotak. Di dalam kotak tersebut ada

Bu Marti menutup kotak yang sudah terisi trancam.
“Tidak perlu dia bicara juga saya bisa paham. Orang kurus kan tidak suka makan.”


“Saya bertahun-tahun buka warung. Ada yang kurus, gendut, sampai stunting juga semua makan, Mbak.”
Lira tidak mengacuhkan perkataan Bu Marti. Ia mengambil kotak yang berisi trancam dan menyerahkan lembaran uang Rp10.000 kepada Bu Marti.
“Sepanjang pengalaman saya di warung ini, saya temukan dua tipe alasan orang makan. Ada orang yang makan karena memang lapar. Ada orang yang makan karena mulutnya kesepian.”

Tertegun Lira mendengarnya.



“Saya beli dua porsi deh Bu. Ini dan nambah satu lagi”

“Adik Mbak yang bilang begitu?”
Bu Marti dengan cekatan meraih kotak untuk yang kedua kalinya di hadapan Lira. Seperti yangsebelumnya, ia menambahkan sayursayuran tersebut ke dalam kotak. Sembari mengambil porsi tambahan yang dipesan Lira, Bu Marti berkata,
“Ini buat Mbak sendiri ya? Tipe pembeli seperti Mbak ini adalah yang mulutnya kesepian. Kalau porsi pertama tadi untuk orang yang memang lapar.”


“Iya, terserah deh Bu.”

Lira tidak menggubris perkataan Bu Marti. Meski begitu, beliau justru memperlambat gerakannya mengambilkan porsi dan bercerita banyak kepada Lira. Bu Marti menyampaikan, kalau kemarin ada pelanggannya yang pegawai bank, diminta membagikan brosur sesuai target. Ia ditargetkan membagikan brosur 500 dalam satu hari.

Namun selama 2 hari ia tidak bisa mencapai target karena banyak orang yang menolak ketika diberi brosur. Bosnya menyampaikan kalau ia tidak lagi bisa memenuhi target maka siapsiap mendapat surat pernyataan dan diancam untuk dipecat. Petugas itu pun mencoba trancam di warung Bu Marti. Tanpa disangka, keesokan harinya ia sangat semangat bekerja dan mampu membagikan brosur sesuai target
Tapi itu hanya cerita biasa saja. Pernah suatu ketika pelanggan Bu Marti yang masih anak sekolah, datang dengan wajah datar dan sama sekali tampak tidak ada energi. Ia bicara kepada Bu Marti, bahwa ia tidak lagi memiliki tempat untuk menghirup napas tenang. Setiap tempatnya berdiri selalu dipenuhi ancaman. Di sekolah ia selalu kehilangan sepatu, buku, bahkan sebagian darahnya. Di rumah ia tidak memiliki kamar, karena seluruh kamar sudah ditempati wanita-wanita ayahnya. Di perkampungannya pun ia selalu dianggap anak sampah karena ayahnya yang gemar memaki orangorang di perkampungan. Entah karena efek mabuk atau memang
mulutnya yang gatal dikerumuni kecupan wanita. Anak itu saja jijik melihat ayahnya sendiri.

“Siapa nama anak itu, Bu?”
“Namanya Gina.”
“Apa yang dilakukan dia di sini, Bu?”
“Dia ingin beli trancam. Waktu itu dia tidak punya banyak uang. Jadi
dia hanya beli setengah porsi saja.
Seminggu kemudian dia datang lagi
tetapi tidak untuk beli makanan. Dia

hanya mengabarkan kalau ancaman
dalam hidupnya perlahan hilang, karena trancam yang dia makan minggu lalu. Dia terlihat sangat
sumringah. Jauh berbeda dengan






tempo hari ketika pertama kali kemari. Meskipun saya sadar kalau masih ada ancaman dan permasalahan yang harus dia hadapi. Saya sempat bertanya, bagaimana kabar ayahnya. Wajah
yang semula sumringah, dengan cekatan memudar.”
“Saya sekarang tidak tinggal bersama ayah lagi. Saya juga tidak pernah mendengar cacian dari para tetangga. Ini karena saya sudah tinggal dengan kakak di dekat sini. Setidaknya saya merasa lebih baik tinggal bersama kakak daripada dulu bersama ayah.”
jelas Gina waktu itu
Rupanya Bu Marti tanpa sadar memancing ketertarikan LiraBu Marti menimpali dengan pertanyaan







“Ah, Bu Marti menganggap saya seperti guru saja. Haha, saya tidak suka menilai seperti guru.”
Begitulah jawaban singkat yang diselipkan tawa supaya tidak tampak ada tekanan.
Bu Marti tersadar otehnya barusan. Ia enyerahkan kotak berisi trancam. an terjadi transaksi sebelumnya.
apa-apa bu. Saya dulu, Bu. Terima
Usai transaksi, Lira ikkan badannya dan dari warung Bu
“Apakah kakakmu orang yang baik?”
Sesampainya di rumah, ia teringat perkataan Bu Marti. Sepertinya benar juga yang dikatakan beliau. Lira selama ini memakan jatah makan adiknya bukan karena adiknya yang kurus dan tidak mau makan. Tetapi karena mulut Lira yang kesepian. Mengapa Lira baru menyadari hal tersebut? Lantas, benarkah adiknya ini lapar dan butuh makan? Sejauh pemahaman Lira, orang kurus tidak suka makan. Jadi Lira hampir tidak pernah memberikan adiknya makan. Kecuali saat-saat ia suka menangis. Itu pun adiknya tidak mau menerima.
Kali ini Lira menemui adiknya di dalam kamar. Adiknya tidak pernah keluar kamar. Ia selalu diikat di kursi supaya tidak pergi kemana-mana. Lira yang mengikat. Lira tidak suka adiknya keluyuran, selalu dihina orang, dan diperlakukan tidak baik di sekolah. Sudahlah dia diikat di dalam kamar saja. Lira merasa paham apa yang dirasakan adiknya dan apa yang terbaik untuk adiknya.
“Hai, Gina. Aku membawakanmu trancam.”


Ucap Lira setelah berada tepat di hadapan adiknya.



Lira membuka kotak makanan
dari Bu Marti. Ia mengambil satu sendok trancam dan menyuapkan pada adiknya. Gina yang sekujur
tubuhnya diikat tentu tidak bisa makan sendiri. Tangannya saja terikat di lengan kursi. Ketika

suapan pertama itu masuk, tangis
Gina berhenti. Ia mengunyah secara perlahan sampai bisa ditelan
dengan baik.
Saat yang dinantikan Akhirnya Gina berbicara setelah sekian lama
hanya menangis
“Aku ingin bebas.”
Hanya itu saja Beberapa detik kemudian, Gina kembali menangis

Tangisan tersebut seperti sedang melihat cahaya cerah Inikah tanda

ancaman memudar usai makan trancam?



Di i it ki i Li h I tid k b b


I N T E R M E Z Z O





Rekomendasi Lagu
Penulis : Raihan Favian Azhat


Editor : Hayah Nisrina Firdaus
Hai, Sobat Antropz! Kembali
lagi di rubrik Intermezzo, ya!
Kali ini kami akan memberikan



beberapa rekomendasi lagu Indie
atau Pop yang bisa menemani
kalian bersantai dan menikmati
1.YesI’mChanging TameImpala
Lagu Yes I’m Changing milik Tame Impala ini merupakan salah satu dari bagianalbumCurrents yang memiliki lirik yang bisa dibilang cocok untuk dinikmati soreharisambilbersantaiditemanisecangkirkopiataubiskuit.

Apalagi jika kawula muda sedang dilanda kesedihan atau kegalauan, maka laguiniakansangatcocokkarenamemilikimaknayangcukupdalammengenaisifat manusiayangakanberubahseiringberjalannyawaktudanbagaimanasetiaporang belumtentumenerimaperubahantersebut.Waduh,dalembangetyamaknanya!



2.Grace Adoy
GracemerupakansingledarialbumCatnipyangberisikanenamlagudan dinyanyikanolehbandbergenreindieelectronicsbernamaAdoy.Laguinimemilikilirik yangsangatindahuntukdidengardanpastinyarelatedengankehidupanpercintaan SobatAntropz,nih.Hehehe...



Selain lagu ini juga memiliki bisa menenangkan hati para pendengarnya, lagu ini juga cocok untuk dinikmati oleh Sobat Antropz ketika sedang mengerjakan tugas atau sedang membaca buku karena liriknya yang sangat santai dan easy listening

3.EverybodyHurts AliceBoman


LaguEverybodyHurtsinidinyanyikanolehAliceBomanyangmerupakan musisi asal Swedia. Lagu ini mengisahkan tentang pahitnya penolakan yang dirasakan saat ada seseorang yang sudah tidak dianggap menjadi bagian dari suatu kelompok dan membuat seseorang mempertanyakan mengenai harga diri, apa yangsekiranyaialakukanhinggamembuatdirinyaditolakdanberujungpadakepahitan.

Walaupun lagu ini memiliki makna yang sedih, tetapi Alice Boman membawakan lagu ini dengan lirik yang santai dan slow sehingga sangat nikmat untuk didengar saat sedang bersantai Lagu ini juga bisa menjadi pengantar tidur kalian,loh.Hehehe..

REKOMENDASI SERIAL TV

UNTUK DITONTON DI TAHUN 2 0 2 3

Selain rekomendasi lagu, kami juga punya banyak rekomendasi serial televisi yang menarikuntukditontonolehSobatAntropz! Lumayanbukanuntukmengisiwaktuluang kalian?Hihihi, apasajakahitu?Yuk, bacasampaiselesai!

1. House Of Cards

Serial House of Cards merupakan salah satu serial yang dirilis oleh Netflix saat awal memasuki bisnis streaming pada tahun
2013 Serial ini berkisah tentang seorang anggota dewan yang bernama Frank Underwood yang juga menjabat sebagai pemimpin mayoritas
anggota dewan yang sedang dikuasai oleh Partai

Demokrat
2013-2018




Serial ini mengisahkan bagaimana dirinya menjalankan intrik-intrik di dunia politik untuk melancarkan langkahnya dalam mempertahankan pengaruh serta keinginannya untuk bisa menjadi sebagai Presiden Amerika Serikat Serial ini juga berhasil mendapatkan banyak penghargaan, seperti Emmy Award’s Penasaran dengan perjalanan seorang Frank Underwood? Kalian bisa menyaksikan serial ini di Netflix!

2. The Sopranos
The Sopranos merupakan serial yang bergenre crime, drama, dan dark comedy Serial ini mengisahkan tentang seorang pria bernama

Tony Soprano yang berprofesi sebagai pemimpin mafia. Hal ini menyebabkan dirinya kesulitan untuk membagi waktu dengan
keluarganya karena pekerjaannya itu Lantas, apakah Tony dapat menyeimbangkan waktu
antara pekerjaan dengan keluarganya?


1999-2007



Serial ini berhasil mendapatkan rating 9,2/10 di IMDb dan dinobatkan sebagai salah satu serial terbaik di dunia oleh kanal BBC News Saat ini, kalian bisa menyaksikan serial The Sopranos melalui platform streaming HBO GO

3. The Crown

Serial The Crown merupakan serial paling populer saat ini yang banyak menyabet

penghargaan seperti Emmy dan Golden Globe, serial ini merupakan produksi dari Netflix yang

mengisahkan tentang kehidupan Ratu Elizabeth
II serta kejadian-kejadian bersejarah yang




terjadi selama masa pemerintahannya
Mulai dari kenaikan takhta dirinya akibat kematian ayahnya, sampai dengan peristiwa kecelakaan Putri Diana di terowongan di kota Paris, Perancis Serial ini berjumlah 5 musim dan berjumlah 10 episode di tiap
musimnya Musim terakhirnya, yakni musim 6 akan tayang pada tahun 2023 dan musim kelimanya yang baru saja tayang pada tahun 2022 bisa disaksikan di Netflix





Perjamuan Sri

Sultan HB VII
Dengan Residen
Belanda

Para Penari
Serimpi

Renggawati
Keraton
Yogyakarta
Ruang Makan
di Hotel Tugu

Yogyakarta

Kirab Ageng


(Kemungkinan
Upacara Garebeg)
di Era Sri Sultan

HB VII
Tiga Orang Perempuan
Sedang Membatik (Dua
Membatik Motif Lereng
dan Satu Motif Semen)I
Seorang Pembuat Keris

Sedang Memperlihatkan
Warangka Atau Sarung
Keris dan Beberapa Piranti
Pembuatnya

Tiga Arca
Peninggalan Kerajaan Hindu
Kumpeni Berpose


di Samping Arca

Dwarapala


Relief Karmawibhangga
dari Kaki Candi Borobudur
(Panel 17)
Relief Karmawibhangga
dari Kaki Candi Borobudur
(Panel 52)
Relief Karmawibhangga
dari Kaki Candi Borobudur (Panel 3)
Relief Karmawibhangga






dari Kaki Candi Borobudur
(Panel 31)
PANDUAN MENJELAJAH

