Majalah Insight: Organisasi Mahasiswa, Berbenah atau Punah? | Edisi November 2022

Page 1

Halo, Insight Mate! Akhir kekadang tidak melulu dimaknai sebagai kesuda han. Sebaliknya, di balik hal-hal yang berkesudahan tersebut biasanya akan lahir dan tumbuh hal baru. Begitu kira-kira ungkapan yang sama untuk majalah kebang gaan Ikatan Mahasiswa Muham madiyah (IMM) Ciputat: Insight. Edisi terakhir majalah Insight yang ter-rekam dalam jejak digital dipublikasi tahun 2014. Kini, setelah sewindu, Majalah Insight kembali hadir di hadapan pemba ca dengan serentetan pembaharu an dan inovasi. Majalah Insight, dengan penuh syukur, bangkit dari tidur lama untuk merespon isu-isu terkini seputar kemahasiswaan maupun isu lain di bumi Indone sia.

Sebagai awal yang baru, proses untuk membangun kem bali habitus dan sistem dalam penyusunan majalah ini tidak lah sederhana. Tim Majalah Insight terlebih dahulu melakukan kon sultasi kepada banyak pihak dan melewati serentetan diskusi untuk tema edisi pertama ini. Setelah panjang proses tersebut kami, Tim Majalah Insight akhirnya bersepa

kat untuk mengangkat organisasi mahasiswa sebagai tema dalam edisi kali ini.

Hal tersebut dilakukan bukan tanpa alasan. Pasalnya, menurut survey sederhana yang dilakukan oleh Tim Majalah Insight, terjadi penurunan tren bagi mahasiswa baru untuk mengikuti organisasi mahasiswa--baik intra maupun ekstra kampus.

Dua alasan yang paling domi nan ialah karena ketidakrelevanan dan karena intrik politik yang rumit yang membuat mahasiswa lebih tertarik untuk mengem bangkan keterampilannya di luar wadah-wadah tersebut.

Maka, merespon ini seha rusnya aktivis mahasiswa dan organisatoris sejati perlu melaku kan pembenahan dalam struktur dan kultur wadah berkembang nya masing-masing. Hanya ada dua pertanyaan: Berbenah? atau punah?

Kami berusaha sebaik mun gkin untuk menyajikan tulisan dan reportase terbaik kami untuk Insight Mate yang budiman. Lebih lanjut, melalui Majalah Insight edisi pertama ini, kami mencoba menawarkan kepada pembaca

untuk secara kritis memperhatikan wacana kemahasiswaan yang ten gah berkembang sebagai bentuk mawas diri dan evaluasi. Rubrik Isu, Kabar dari Ciputat, Opini, dan Serba-serbi kami hadirkan untuk dinikmati Insight Mate.

Mudah-mudahan sajian se derhana dari kami bisa memantik nalar kritis Insight Mate dalam membaca persoalan—dan sekali lagi menimbang-nimbang per tanyaan yang kami ajukan sebagai aktivis dan organisatoris: Berben ah? atau punah?

Billahi fii sabilil haq, Fastabiqul khairat.

Penanggung Jawab Farhan Effer Dalimunthe | Pemimpin Umum Muhamad Bukhari Muslim | Pimpinan Redaksi Brilliant Dwi Izzulhaq | Editor Abdurrauf Said, Ahmad Faris Mu’tashim | Reporter Ainun Ilma | Layouter Brilliant Dwi Izzulhaq | Desainer muhammad rafi alhafizh, Hamzah yahya Alamat redaksi : Jl. Ir H. Juanda No.16, Pisangan, Kec. Ciputat Timut, Kota Tangerang Selatan, Banten 15419
sekacip pinang

isu

kabar dari ciputat

DAD PK.FISIP dan PK.FSH IMM Ciputat: Meneguhkan Karakter Ikatan Berkemajuan Pelaksanaan Masa Ta’aruf (MASTA) IMM Ciputat Hadirkan Nafas Segar Perkaderan

Pelantikan PC IMM Ciputat 2022-2023: Ger akan Transformatif Menuju Syiar Ikatan Berkemajuan Gelar Pelantikan, PK.FDK IMM Ciputat Rapatkan Barisan SIAP BERTUGAS! sejumlah KOMISARIAT IMM CIPUTAT LANGSUNGKAN PELANTIKAN

5
ISI
DAFTAR
organisasi mahasiswa, berubah atau punah?
opini Bujuk Rayu Organisasi Mahasiswa Tantangan Gen Z: Organisasi dan Pengembangan Skill Abad 21 KASET KUSUT PERUNDUNGAN ANAK DI SEKOLAH serba-serbi apa itu cancel culture? TIPS MENGHADAPI RESESI 2023 ALA MAHASISWA! KOLOM PAKAR riset dan inovasi qna paham keagamaan kader 6 11 12 13 14 15 18 20 22 26 28 32 36

Organisasi Mahasiswa, Berubah Atau Punah?

Merupakan tradisi setiap tahunnya, ketika me masuki tahun ajaran baru kampus, organisasi ekstra mahasiswa berbondong-bondong mendekati dan mempromosikan diri kepada mahasiswa baru. Berbagai macam cara dicoba. Dari yang paling low hingga yang paling high. Semua itu tak lain demi memikat mahasiswa baru agar tertarik masuk ke organisasi ekstra.

Akan tetapi, diakui atau ti dak, minat mahasiswa hari ini ter hadap organisasi mahasiswa kian menurun dan melemah. Organisa si mahasiswa hari ini dinilai tidak semanarik dulu. Di mata maha

siswa baru organisasi mahasiswa telah ketinggalan zaman. Apalagi dalam proses atau upaya merekrut kader baru, organisasi mahasiswa masih mempertahankan cara-cara lama. Padahal zaman telah be rubah. Dunia telah berkembang dengan demikian pesatnya. Kare na itu, organisasi-orgnisasi ma hasiswa idealnya juga up to date dengan perkembangan zaman. Sebab hari ini mahasiswa yang rata-rata merupakan gen erasi Z memiliki akses yang begitu terbuka dan luas terhadap informasi. Mengimbangi hal ini, organisasi mahasiswa dituntut dapat mengembangkan gaya baru. Organisasi mahasiswa “dipaksa”

kreatif untuk menghadirkan halhal baru yang menarik bagi maha siswa. Jualan-jualan lama tentang leadership ataupun berpikir kritis sudah harus lebih dielaborasi. Yakni sesuai dengan kebutuhan zaman. Hal ini harus benar-benar diperhatikan. Sebab jika tidak, mereka akan ditinggalkan sebagai resikonya.

Mengembangkan Gaya Baru

Di antara beberapa gaya lama yang perlu dibenahi dari organ isasi mahasiswa ialah: pertama, organisasi mahasiswa terkesan kaku. Sebagaimana pepatah yang

6 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
ISU
Dok: Medkom IMM Ciputat

lazim kita dengar, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Artinya jika kita ingin membuat mahasiswa-mahasiswa baru tertar ik dengan organisasi kita, sudah seyogianya cara yang digunakan adalah cara-cara yang sesuai den gan kondisi dan karakter mereka. Yakni cair, fleksibel dan meng gembirakan. Seperti contoh disku si atau kajian. Diskusi atau kajian memang penting. Tapi apakah itu menarik? Belum tentu. Apalagi umumnya kajian-kajian yang dia dakan oleh organisasi mahasiswa cenderung berat. Ini sangat jauh dari karakter mahasiswa baru atau generasi Z yang cenderung senang pada hal-hal ringan.

Gaya kedua yang harus dibenahi dari organisasi mahasiwa ialah cenderung birokratis. Koor dinasi yang berbelit akan sangat dibenci oleh generasi Z. Sebab generasi Z adalah generasi yang tidak mau repot. Mereka akan lebih memilih cara yang cepat dan instan atau dalam istilah hari ini, sat-set-sat-set. Karena dalam beberapa kasus yang berkembang di organisasi, budayanya ialah jika kita memiliki suatu ide, kita diminta untuk koordinasi dan meminta restu lebih dulu dengan senior ini dan itu. Itu kalau disetu jui. Bagaimana kalau tidak? Tentu akan lebih berbelit lagi. Karena mereka harus memikirkan cara lain untuk melobby “sang pemberi restu” agar memberikan restun ya. Budaya feodal dan birokratik semacam ini sudah waktunya dipangkas. Budaya yang harus dikembangkan ialah jika ada ide, diskusikan. Setelah didiskusikan dan ditemukan formula yang matang terhadap ide tersebut, segera dieksekusi dan dilak sanakan. Jangan sampai ada kesan

bahwa orang yang mempunyai ide segar dicurigai dan dimusuhi secara komunal. Sebuah ide, khu susnya ide yang baik, harus dihar gai dan diapresiasi. Di antara cara mengapresiasinya ialah dengan menjadikan ide tersebut berkaki atau dapat diwujudkan.

Adapun yang ketiga, ini yang umumnya dipertahankan habis-ha bisan, terlalu banyak konflik dan drama. Organisasi-organisasi ma hasiswa lebih senang berkonflik daripada membuat program dan kerja-kerja revolusioner. Mereka mengatakan bahwa konflik harus dipertahankan sebagai bagian dari dinamika berorganisasi. Mereka terpaku bahwa yang dinamai dina mika berorganisasi adalah konflik dan kericuhan. Padahal ada ban yak dinamika-dinamika lain yang lebih subtansial dan esensial.

Oleh karenanya dibanding berlarut-larut dalam dinamika semacam itu, penulis lebih men ganjurkan untuk menyelami din amika-dinamika lain yang lebih bermanfaat. Seperti contoh dina mika dalam menjalankan eventevent besar. Menjalankan event besar bukanlah hal yang mudah. Karena kita akan dihadapkan pada berbagai macam tantangan. Mulai dari mencari funding (pendanaan) kegiatan hingga mengerahkan massa untuk berpartisipasi secara aktif dan turut andil dalam proses suksesi acara. Dinamika semacam ini bagi penulis lebih disarankan dan dianjurkan daripada dinami ka-dinamika yang sensasional dan bombamtis.

Kemudian gaya terakhir yang mesti dipangkas ialah orientasi organisasi mahasiswa. Banyak yang menganggap bahwa orien tasi organisasi mahasiwa hari ini kurang jelas arah dan tujuannya.

Kurang diketahui secara pasti manusia seperti apa yang akan mereka bentuk. Padahal organi sasi-organisasi mahasiswa ekstra ada banyak yang memiliki lembaga profesi. Seperti lembaga yang berfokus pada dunia jurnalistik, advokat, pendidikan, ekonomi dan lain-lain. Hanya saja mereka tidak fokus pada arah yang dirumuskan sejak awal.

Lembaga-lembaga profesi itu umumnya hanya berfokus mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya by order, dan ti dak memperhatikan proses yang akan membentuk kader-kadernya. Dalam banyak kasus, dibanding membekali kader-kader skill yang berfungsi bagi mereka dalam menjajaki hari-hari depan, para kader lebih banyak dijadikan sebagai “sapi merah” yang sewak tu-waktu jika ada acara dikerah kan untuk menghadiri dan sekedar meramaikan. Karena itu salah satu kritik yang kerap kita dengar terhadap organisasi mahasiswa hari ini ialah polanya yang lebih berorientasi dan berfokus pada hasil dibanding proses. Kualitas dan kapasitas kader yang harus nya dapat dikembangkan sudah tidak lagi menjadi prioritas. Ada banyak kader hari ini yang merasa tidak mendapat apa-apa ketika mengikuti organisasi. Mereka hanya merasa dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya momentuman.

Memenuhi kebutuhan dasar mahasiswa

Sebagaimana disampaikan dimuka, mahasiswa yang hari ini baru memasuki kampus rata-rata merupakan generasi Z. Generasi ini tentunya memiliki standar dan

7 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER
2022
ISU

karakter yang berbeda dengan generasi sebelum-se belumnya. Mereka yang dinamai generasi Z adalah mereka yang tumbuh ketika teknologi mulai berkem bang dengan cepat. Mereka adalah generasi yang akrab dengan internet dan perkembangan digital. Yang menarik dari generasi Z ialah mereka terbuka dengan berbagai macam perkembangan dan san gat up to date terhadap pelbagai isu yang sedang berkembang. Karakter generasi Z yang seperti ini ha rus diimbangi oleh organisasi-organisasi mahasiswa jika ingin tetap dilirik. Dari karakter mereka yang demikian, organisasi mahasiswa harus merumuskan program-program apa yang cocok bagi mereka? Organisasi mahasiswa harus memetakan motif apa yang sekiranya mendorong dan memotivasi maha siswa atau generasi Z untuk masuk ke sebuah organ isasi.

Untuk memetakan hal tersebut, teori tiga motif sosial yang dirumuskan oleh David C. McClelland

lumayan dapat membantu. Teoritisasi psikologi asal Amerika itu mengatakan ada tiga motif yang men dorong seseorang memasuki sebuah organisasi: Pertama, motif untuk berprestasi (achievement motive). Kedua, motif untuk bersahabat (afflia tion motive). Ketiga, motif untuk berkuasa (power motive). Dalam hal ini, merujuk pada tiga motif tersebut, organisasi harus mampu menjadi wadah bagi pengembangan skill mahasiswa-mahasiswa baru. Organisasi diharap bisa menjadi ekosistem yang mendorong kadernya menjadi mahasiswa yang prestatif. Sebab organisasi yang demikianlah yang kini digemari oleh mahasiswa. Makanya dalam beberapa kasus, mahasiswa umumnya lebih tertar ik masuk komunitas dibanding organisasi. Sebab seperti disebut di muka, organisasi mahasiswa dinilai cenderung kaku dan tidak memiliki orientasi yang jelas. Sedangkan komunitas atau kelompok-kelom pok minor dirasa lebih cair, asyik, produktif dan

8
Insight | EDISI NOVEMBER 2022
Majalah

lebih terarah. Selain juga dirasa dapat memberi mereka skill yang dapat menjadi bekal mereka dalam menjalani dan menghadapi tantangan di masa depan.

Oleh karenanya cara yang paling sederhana dalam mendorong mahasiswa menjadi mahasiswa yang berprestasi adalah senantiasa memberikan mer eka kesempatan untuk berkembang. Salah satunya ialah dengan aktif melaksanakan event atau kegiatan yang programatik. Dalam bahasa lain, produktifitas harus dijunjung tinggi di sini. Apatah artinya sebuah organisasi tanpa ada aktivitas di dalamnya. Karena hanya melalui aktivitas-aktivitas itulah para kader atau mahasiswa digembleng, dilatih, dan digodok menjadi insan yang berkualitas dan bernilai.

Iming-iming yang diberi organisasi kalau mereka menawarkan benefit berupa relasi yang luas dan kemampuan leadership yang handal tidak boleh sekedar menjadi slogan semata dan sementara. Dua hal itu tetap penting bagi mahasiswa, khususnya bagi

mereka yang tetap akan berkarir di organisasi yang lebih besar. Akan tetapi yang perlu diingat, kepemi mpinan yang diperlukan mahasiswa dalam mengha dapi masa depan bukan hanya kepemimpinan politis. Dalam arti memimpin organisasi masyarakat atau pun politik. Melampaui itu generasi hari ini membu tuhkan kepemimpinan manajerial yang bermanfaat bagi mereka dalam mengelola perusahaan atau bisnis startup di kemudian hari.

Kebutuhan dasar (basic need) dari mahasiswa atau generasi Z ini harus diperhatikan secara serius jika organisasi mahasiswa masih ingin terus eksis dan bertahan. Selain misalnya menimbang beberapa perkembangan zaman yang positif. Sebab jika tidak, maka organisasi mahasiswa hanya akan dihadapkan pada dua pilihan: Berubah atau punah?

9 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
Dok: Medkom IMM Ciputat

DAD PK.FISIP dan PK.FSH

IMM Ciputat: Meneguhkan

Karakter Ikatan Berkemajuan

Pimpinan Komisariat Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (PK FISIP) dan Pimpinan Ko misariat Fakultas Syariah dan Hu kum (PK FSH) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat menjalankan agenda tahunannya yaitu Darul Aqram Dasar (DAD) yang diselenggarakan di SD Mu hammadiyah 37 Pondok Cabe, Ju mat-Minggu (14-16/10/22). DAD merupakan pengakderan utama atau inti dari IMM pada tingkat dasar, tujuannya ialah membentuk kader-kader yang sesuai dengan spirit IMM.

Ketua Umum Pimpinan Komisariat Syariah dan Hukum, Nirwansyah mengatakan kegia tan ini dilaksanakan tiga hari dua malam dengan peserta yang dibatasi yaitu 20 orang, “Peserta yang mengikuti pengkaderan ini memang sengaja dibatasi, mak simal 20 orang. Alhamdullilah, jumlah yang mengikuti DAD ini sudah memuaskan,” ucapnya.

Tema yang diambil adalah “Menjadi IMM: Meneguhkan Ika tan Berkemajuan” tema ini diru muskan dengan sedemikian rupa. Pesan yang hendak disampaikan dalam tema tersebut ialah menjadi kader IMM tidak cukup hanya dengan mengikuti kegiatan DAD

ini, atau perkaderan sejenisnya. Melainkan menjadi kader adalah sebuah proses yang terus-menerus tanpa henti hingga akhir hayat.

Nirwansyah mengatakan peserta sangat antusias mengikuti kegiatan, dikarenakan kegiatan sebelumnya dilaksanakan secara daring karena adanya pandemic, “ Euforia pengkaderan sangat menggembirakan, para peserta sangat antusias mengikuti DAD luring ini, yang sebelumnya lazim dilaksanakan secara daring karena adanya pandemi,” jelasnya.

Ketua Umum PK FSH itu juga berpesan kepada kader untuk tidak merasa puas setelah mengi kuti kegiatan IMM ini, “Jangan pernah merasa puas karena telah mengikuti pengkaderan-peng kaderan IMM, apalagi merasa paling tahu, karena sejatinya pengkaderan adalah proses Pan jang yang tidak sekali jadi”.

Dia juga menantikan kolaborasi lain dengan PK FISIP di masa depan, “Tentu saja spirit kolaborasi ini mesti terus dirawat, semoga ke depannya akan lebih banyak lagi kolaborasi-kolabora si apik yang menggembirakan,” ungkapnya.(ainun)

Pelaksanaan Masa Ta’aruf (MASTA)

IMM

Ciputat Hadirkan Nafas Segar Perkaderan

Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muham madiyah (IMM) Ciputat melaksanakan kegia tan MASTA (Masa Ta’aruf) yang merupakan salah satu program kerja dari Pimpinan Cabang IMM Ciputat yang dilaksanakan di Bogor, Jum’atMinggu (28-30/10/22).

Ketua Bidang Perkaderan Pimpinan Cabang IMM Ciputat, Salman Ahmad Syahireza mengung kapkan tujuan dari program kerja MASTA, “Kegia tan ini diselenggarakan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan dan saling berkenalan baik itu antara peserta dengan peserta, atau panitia dengan peserta”.

Program Kerja MASTA ini dilaksanakan selama tiga hari dengan peserta yang berjumlah tiga puluh tiga orang, “Kegiatan MASTA ini dilaksanakan di Bogor selama tiga hari, dimulai dari Jum’at tanggal 28 sampai dengan hari Ahad tanggal 30, untuk ke seluruhan peserta berjumlah tiga puluh tiga orang,” jelas Reza.

Para kader baru juga menyambut kegiatan ini dengan baik, “Alhamdullilah para kader menyambut acara MASTA ini dengan antusiasme yang tinggi,” ungkapnya.

Kegiatan MASTA Pimpinan Cabang IMM Ciputat merupakan gerbang pertama pengenalan mahasiswa baru terhadap organisasi Ikatan Maha siswa Muhammadiyah. Tema yang diambil untuk kegiatan ini adalah “Tumbuhkan Rasa, Satukan Asa, Gembira bersama” ditentukanya tema ini karena Pimpinan Cabang IMM Ciputat ingin menumbuhkan rasa kekeluargaan, menyatukan asa atau harapan dan bergembira bersama-sama.

Ketua Bidang Perkaderan Pimpinan Cabang IMM Ciputat Salman Ahmad Syahireza juga men yampaikan pesan kepada kader Pimpinan Cabang IMM Ciputat, “Seorang pemimpin yang baik dilihat dari seberapa banyak ia mampu menciptakan sosok pemimpin baru,”.(ainun)

12 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
Dok: Masta IMM Ciputat kabar dari ciputat

Pelantikan PC IMM Ciputat 2022-2023:

Gerakan Transformatif Menuju Syiar Ikatan Berkemajuan

Dengan mengusung tema “Gerakan Transforma tif menuju Syiar Ikatan berkemajuan” Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadi yah (IMM) Ciputat mengadakan pelantikan kepengurusan periode 2022-2023 di Aula Fastabiqul Khoirat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (19/10/2022).

Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Ma hasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Ari Aprian Harahap memi mpin pembacaan naskah pelan tikan yang diikuti oleh Badan Pimpinan Harian Cabang Ciputat Ikatan Mahasiswa Muhammad iyah terpilih periode 2022-2023 yang disaksikan oleh tamu undan gan yang hadir.

“IMM DKI Jakarta berharap IMM Cabang Ciputat kedepanya akan terus berjalan menuju kearah kebaikan dan dapat mensyiarkan dakwah-dakwah Muhammadiyah

khususnya di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” ucap Ari Aprian Harahap pada saat diwaw ancarai oleh tvMU.

Ketua Umum DPD IMM ini juga mengatakan akan men dukung pergerakan dan kegiatan yang akan dijalankan oleh kepen gurusan baru Pimpinan Cabang IMM Ciputat di masa depan. ”IMM DKI Jakarta mendukung segala pergerakan dan kegiatan yang diinisiasi oleh Pimpinan Cabang IMM Ciputat kedepanya,” ucapnya.

“Di zaman serba digital kita perlu berkolaborasi, sudah bukan saatnya kita berkompetisi atau saling menjatuhkan satu sama lain tetapi kita perlu berjalan bersama, saling rangkul untuk mewujudkan suatu kebaikan sesuai dengan ci ta-cita yang kita harapkan bersa ma,” Pesan Ari Aprian Harahap pada wawancaranya.

Perwakilan anggota De

wan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tangerang Selatan Ricky Yuanda sebagai tamu undangan mengucapkan selamat kepada Ketua Umum terpilih Pimpinan Cabang IMM Ciputat periode 2022-2023 Farhan Effer Dali munthe. Beliau juga berpesan pemimpin baru harus mempunyai karakter sehingga dapat berkolab orasi bersama antar kader demi kemajuan Pimpinan Cabang IMM Ciputat ”Kepemimpinan kedepan harus mempunyai karakter yang harus kita bangun bersama,” pe san beliau pada Ketua Umum baru saat wawancara tvMU.

Perwakilan DPRD Tangerang Selatan itu juga mengatakan “Tidak mungkin seorang pemi mpin sendirian membangun atau mendirikan Pimpinan Cabang IMM Ciputat, tetapi perlu gotong royong kemudian bahu membahu dan juga berkolaborasi bersama dengan semua pihak”. (ainun)

13 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
Dok: Medkom IMM Ciputat

Gelar Pelantikan, PK.FDK

IMM Ciputat

Rapatkan Barisan

Pimpinan Komisariat Fakul tas Dakwah dan Komunika si (PK.FDK) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IMM) Cipuatat periode 2022-2023 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjalankan Pelantikan sekaligus Rapat Kerja di Aula Fascho pada hari Jum’at (11/11/22).

Pelantikan ini bertujuan untuk mengesahkan sekaligus memperkenalkan para pengurus baru PK FDK IMM Ciputat peri ode 2022-2023, rapat kerja sendiri juga bertujuan untuk meren canakan program kerja yang akan dilaksanakan oleh pengurus PK FDK IMM Ciputat selama satu tahun periode kedepan.

Ketua Umum PK FDK IMM Ciputat, Aulia Putri menga takan antusias dari pengurus yang besar dalam menjalankan kegia tan Pelantikan dan Rapat Kerja ini, “Antusias pengurus, kader dan tamu undangan cukup besar dilihat dari kehadiran yang on time dan mengikuti acara sampai selesai”.

Aulia Putri juga memberi tahu nama-nama yang ada pada pembukaan kegiatan ini mulai dari Farhan Effer Dalimunthe selaku Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Ciputat yang sekaligus

membuka acara, selanjutnya mer eka juga mengundang Pimpinan Komisariat IMM se-Ciputat, Pimpinan Organisasi Ekstra Kampus, astra/i, para senior dan alumni.

Pelantikan dan Rapat Kerja ini mengambil tema “Reak tualisasi Nilai-nilai Ikatan dalam Kepemimpinan yang Bersine gri” alasan mengangkat tema ini adalah sebagai salah satu bentuk harapan dan tujuan agar pimpinan komisariat saat ini mampu men gaktualisasikan kembali nilai-nilai ikatan dalam bentuk tindakan nyata di kehidupan sehari-hari se bagai semangat perjuangan dalam memegang amanah kepengurusan.

PK FDK IMM Cipu tat periode 2022-2023 dilantik langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Cipu tat, Fathan Effer Dalimunthe. Setelah dilantik, para pengurus melangsungkan acara serah terima jabatan yang disaksikan oleh 4 orang saksi.

Ketua Umum PK FDK IMM Ciputat, Aulia Putri menyampaikan pesan kepada pimpinan IMM Ciputat dan kader untuk menciptakan PK FDK yang lebih baik.(ainun)

“Saya sangat berharap adanya kontribusi, dukungan, dan kerjasama dari pimpinan serta kader untuk menciptakan kegiatan-kegiatan yang positif demi Komisariat Dakwah yang lebih baik.”

14 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
kabar dari ciputat

Sekumpulan komisariat yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah langsungkan pelantikan dalam waktu yang berdekatan. Pimpinan Komisariat Distekpertum pada Se

lasa (15/11/22), Pimpinan Komis ariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Senin (14/11/22), Pimpinan Komisariat Adab dan Humaniora pada Senin (21/11/22), dan disu sul dengan banyak komisariat lain.

15 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
Pelantikan PK.FDK IMM Ciputat
BERTUGAS! sejumlah KOMISARIAT IMM CIPUTAT
Pelantikan PK.FEIS IMM Ciputat
SIAP
LANGSUNGKAN PELANTIKAN
“Seorang pemimpin yang baik dilihat dari seberapa banyak ia mampu menciptakan sosok pemimpin baru” “
IMM
Serah-terima jabatan PK. Distekpertum
Ciputat kabar dari ciputat

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah pramoedya ananta toer

Foto oleh Leah Kelley

Bujuk Rayu

Organisasi Mahasiswa

Berebut. Hal ini lazim terjadi pada organisasi kemahasiswaan tatkala banyak ‘darah segar’ yang baru memasuki gelanggang kampus. Darah segar tersebut adalah mahasiswa baru. Pere butan ini wajar belaka, sebab setiap organisasi maha siswa membutuhkan stok-stok darah segar demi bertahan hidup. Akan tetapi, yang tak wajar ialah perebutan yang tercela: iming-iming palsu, saling menjelekkan satu sama lain, dan sejenisnya.

Bujuk Rayu

Kehadiran mahasiswa baru adalah tanda bah wa tahun ajaran baru telah tiba. Iklim yang terjadi saat momen tersebut menarik diulas. Karena, nafsu berahi semakin membuncah terutama bagi mahasiswa yang sudah lebih dahulu menjejakkan kakinya di kampus dan ngakunya militan dalam berorganisasi. Laksana iman, berahi juga mengalami naik-turun. Pada tahun ajaran baru inilah nafsu berahi itu memuncak. Hal ini dapat dilihat dari oknum pada setiap organisasi mahasiswa yang bersolek dan melakukan bujuk rayu kepada para mahasiswa baru. Bujuk rayu tersebut tentu saja bukan tanpa tujuan.

Seorang filsuf Perancis, Jean Baudrillard da lam karyanya berjudul BeRAHi menyatakan bahwa “Bujuk rayu telah menjelma menjadi segala hal yang terselubung.” Selain itu, bujuk rayu juga sarat akan kepalsuan dan menjadi sebuah pemujaan atas “manfaat” jahat tanda-tanda, sebuah persekongkolan tanda-tanda.

Lantas, apa kaitannya dengan organisasi kema hasiswaan? Ketika memasuki tahun ajaran baru, di

saat yang bersamaan juga terjadi pergulatan tan da-tanda atau simbol-simbol dari berbagai organisasi mahasiswa yang banyak berseliweran di berbagai tempat dan media sosial. Beragam kegiatan atau aktivitas yang sebelumnya lumpuh—diskusi, pelati han-pelatihan, dan sebagainya—mendadak aktif dan menjamur kembali dengan membawa misi “suci”, yakni merekrut para mahasiswa baru sebagai anggo ta.

Di samping itu, perekrutan atau bujuk rayu juga dilakukan melalui berbagai cara dan saluran. Misalnya, melakukan personal chat atau membuat grup gelap di berbagai aplikasi (WhatsApp dan lain sebagainya), menyelenggarakan aktivitas yang sifatnya hura-hura bahkan ada yang bernuansa keagamaan, dan seterusnya. Last but not least, yakni mengagung-agungkan senior yang sudah menjadi tokoh, artis, hingga status atau posisi mentereng lainnya.

Dengan menga gung-agungkan senior tersebut, terselip isyarat: “Mereka bisa sehebat dan segagah itu, karena dulunya ber gabung dengan organisasi kita, loh. Kalau pengin seperti itu juga, ayo gabung!” Padahal organisasi bukanlah penentu, melainkan hanya seba tas pembantu. Faktor penentu utama ialah individu masing-masing.

Beragam cara seperti yang telah dikemukakan di atas menjadi sia-sia dan merupakan sesuatu yang kosong makna. Sebab, makna dan pesan digantikan oleh berahi yang terbungkus rapi dalam bujuk rayu yang penuh kepalsuan, ilusi, dan penampakannya (Baudrillard, 2018). Lebih lanjut Baudrillard menya takan bahwa “Apa yang ditampilkan rayuan adalah

18
NOVEMBER 2022
Majalah Insight | EDISI nirwansyah | Ketua Bidang Hikmah, Politik dan Kebijakan Publik PC IMM Ciputat 2022-2023
opini

kepalsuan dan kesemuan. Apa yang diinginkan diinginkan rayuan bukanlah sampainya pesan dan makna-makna, melainkan munculnya keterpesonaan dan gelora nafsu.” Jadi, “Rayuan (seduction) tak pernah berhenti pada tanda. Ia beroperasi melalui pengelabuan. Ia me nenggelamkan manusia selamanya ke jurang kes emuan. Itulah amoralitas rayuan. Ia menggelincirkan orang dari kebenaran karena tergoda penampakan.” “Menjadi” IMM

Dalam konteks Ikatan Mahasiswa Muhammad iyah (IMM), penulis berusaha memosisikan diri se bagai kader yang mencintai IMM. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan tidak ingin menjadi kader yang terlalu ekstrem dengan menahbiskan IMM sebagai organisasi mahasiswa par excellence yang terbebas dari segala kelemahan.

Meminjam istilah Erich Fromm sebagaimana disitir Ahmad Fuad Fanani dalam bukunya Re-Imag ining Muhammadiyah, kita bisa memilih “to be (menjadi)” IMM, dan bukan “to have (memiliki)” IMM.

Seseorang yang “menjadi”, akan berusaha untuk senantiasa tidak berpuas diri dan memberikan kon tribusi kepada organisasinya, sekecil apa pun itu. Sementara itu, orang yang merasa “memiliki” lebih condong dan terobsesi untuk menguasai, memanipu lasi, dan memonopoli.

[1] Baudrillard, Jean. 2018. Berahi. Yogyakarata:; Jakarta : PT. Buku Seru: NARASI. [2] Fanani, Ahmad Fuad. 2018. Reimagining Mu hammadiyah: Islam Berkemajuan dalam Pemikiran dan Gerakan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

2022

19
Majalah Insight | EDISI NOVEMBER
opini

Tantangan Gen Z: Organisasi dan Pengembangan Skill Abad 21

Apa iya organisasi itu hanya berpegang pada cara-cara kuno? Apa iya organisai justru menghambat pengembangan kemampuan kader yang semestinya mampu berir ingan dengan arus digitalisasi? Atau justru sebenarnya organi sasi mampu menjadi lapak yang efektif, namun oleh sebab para pengurus atau pemimpin organi sasi itu masih beriorientasi pada program-program yang klasik sehingga mengesampingkan nilainilai digitalisasi?

Akhir-akhir ini per tanyaan-pertanyaan itu sering kali terngiang di benak saya. Terlepas karena salah seorang sobat karib bertanya perihal opini saya ten tang organisasi dan generasi Z, dan bukan juga oleh sebab melihat orang-orang mencerca demikian di hadapan saya atau berkeliaran di media sosial, namun memang sepertinya itu menjadi fenomena sosial yang secara tidak sadar menjadi polemik baru di dunia organisasi.

Orang-orang memang meng gunakan gadget, aplikasi konfe rensi elektronik seperti Google Meet, Skype, atau Zoom Cloud Meetings. Para organisatoris–da lam hal ini adalah dalam ruang lingkup mahasiswa–memang berusaha memaksimalkan betul penggunaan dunia digital–terlebih media sosial–pasca masa marakn

ya virus Covid-19 dua hingga tiga tahun lalu demi melaksanakan program kerja mereka. Akan tetapi, dalam pandangan penulis, mereka hanya beriorientasi pada program-program klasik yang didukung oleh fasilitas-fasilitas modern yang bahkan bisa jadi hanya sebagian dari mereka yang betul-betul menguasai fasilitas digital itu. Ataupun empat kompe tensi di abad ke-21 yang dikenal dengan sebutan 4C (Communi cation, Collaboration, Critical thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation) ti dak dipandang sebagai kompetensi dasar yang wajib dikuasai oleh perorangan dalam berorganisasi, melainkan hanya alat bantu bagi yang memiliki dalam menjalankan roda kepemimpinan organisasi atau bahkan menjadi tulisan yang menghiasi poster dan banner masa rekrutmen.

Mari coba kita ulik kembali makna organisasi. Sebagaimana yang pernah oleh penulis ataupun pembaca simak atau pelajari da lam sebuah latihan dasar kepemi mpinan atau semacamnya, bahwa organisasi merupakan sekumpu lan orang yang bergerak secara sistematis guna menggapai tujuan dan cita-cita yang sama. Maka menjadi keniscayaan yang besar dalam pengasahan digital skill dan empat kompetensi Abad 21 secara intensif jika organisasi yang

dibentuk adalah organisasi yang memang fokus pada pengemban gan kemampuan digital seperti sebuah platform, forum belajar digital, atau semacamnya. Akan tetapi, bagaimana dengan organi sasi yang tidak berorientasi pada pengembangan skill digital secara intens, misalnya organisasi mas yarakat, organisasi mahasiswa, organisasi intra sekolah dan kam pus, dan lain semacamnya?

Tipikal organisasi yang penulis sebutkan barusan memang tidak berkewajiban secara tertulis dalam Anggaran Dasar ataupun Anggaran Rumah Tangga mereka, namun perlu dipahami bahwa penguasaan kemampuan digital seyogyanya dimiliki oleh pero rangan khususnya para manusia generasi Z. Lantas bagaimana mereka (organisasi yang tidak berorientasi pada pengemban gan kemampuan digital) mampu menjadikan anggota organisasi mereka menjadi melek teknologi, mengasah potensi yang searus dengan digitalisasi, serta tetap berjalan pada tujuan dan cita-cita masing-masing organisasi?

Pertama, perlu adanya kes adaran dalam tiap diri pengurus organisasi atau setidaknya para pemimpin dalam organisasi terse but bahwa di sekitar mereka telah ada banyak sekali hal-hal digital yang perlu dikuasai, yang perlu diadaptasi, yang perlu dimaksi

20 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
Dhani Wahyu Maulana | Kabid perkaderan pk. ushuluddin imm ciputat
opini

malkan secara penuh guna selain membantu terlaksananya program kerja atau modifikasi serta inovasi dalam program kerja, juga mem berdayakan anggota organisasi yang lain untuk menguasai te knologi atau teknik digital mas ing-masing yang sekiranya cocok dan mengisi satu sama lain.

Kedua, sebuah organisasi semestinya telah memberikan atau menyediakan program kerja yang memang mampu mening katkan digital skill dan 4C secara terang-terangan. Entah dibentuk dalam satu program kerja perdi visi atau bahkan dibentuk divisi khusus terkait hal-hal digital and 21st century skill development.

Karena saya mengamini bahwa dalam divisi apapun itu, banyak skill digital kala ini yang memang perlu dikuasai dalam menunjang proses pencapaian visi misi. Saya juga mengamini bahwa dalam program-program ataupun aksi yang dilakukan oleh sebuah or ganisasi dapat menerapkan dan mempergunakan alat bantu digi tal. Tapi yang perlu penulis garis bawahi dalam poin ini adalah bahwa pengurus organisasi tidak semestinya hanya memandang teknologi digital sebagai alat bantu yang dengan mudah dirasa puas dalam membantu proses berjalan nya program, namun perlu juga dipandang sebagai instrumen yang memang wajib dikuasai oleh organisasi tersebut dengan tanpa adanya rasa puas dan tetap men coba dan mencari teknologi digital yang tingkatannya lebih tinggi, lebih bermanfaat, lebih modern, dan lebih dapat digunakan secara masif.

Ketiga, tak dapat dipungkiri memang bahwa terdapat faktor yang menghambat akses organisa

si kepada suatu teknologi digital yakni fasilitas. Tidak semua or ganisasi memiliki pendanaan yang cukup dalam membangun sebuah fasilitas yang berbasis teknologi digital, maka organisasi tersebut hendaknya berusaha menutupi kekurangannya itu entah beru pa bekerja sama dengan pihak lain, melakukan fundraising yang sedikit demi sedikit mampu membantu meningkatkan mutu dan kualitas organisasi dalam mendapatkan fasilitas yang layak. Atau jika itu adalah organisasi yang memiliki struktur hierarki ke dalam tiap wilayah, daerah, hingga ruang lingkup yang lebih kecil, maka pemimpin kalangan atas memiliki kewajiban besar dalam pemerataan fasilitas bawa hannya yang dalam hal ini adalah sumber daya manusia dan sumber daya alat yang keduanya berbasif teknologi sebagai pemeran aktif dan pasif.

Mungkin masih ada beber apa hal atau masih ada banyak lagi poin-poin penting yang mampu menjadikan organi sasi tak hanya sebagai pemer satu cita-cita tapi juga sebagai ladang dalam menjadikan anggotanya melek teknologi, mengasah potensi yang searus dengan digitalisasi, serta tetap berjalan pada tujuan dan cita-ci ta masing-masing organisasi. Akan tetapi, mungkin hal-hal tersebut jauh lebih bisa disadari oleh diketahui oleh pelaku dalam masing-masing organisasi kare na mereka lah yang lebih paham akan ruang lingkup mereka sendiri.

Akhir kalimat, penulis ingin sekali lagi menegaskan bahwa dalam hal ini organisasi tak ha nya mampu beradaptasi dengan

digitalisasi, namun juga mampu memberdayakan potensi anggo ta dalam menguasai teknologi serta memaksimalkan aktualisasi organisasi dalam melaksanakan program kerja dengan berbasis te knologi digital. Karena organisasi tidak hanya sebagai wadah manu sia-manusia dalam meraih tujuan dan cita-cita yang sama, tapi juga mampu menjadi wadah untuk menumbuhkan potensi, mengasah kompetensi, dan memaksimalkan aktualisasi per individu dalam proses mewujudkan visi-misi organisasi.

21 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
opini

KASET KUSUT PERUNDUNGAN ANAK DI SEKOLAH

Kasus perundungan kian hari kian sering bermunculan. Ia sep erti nafas yang ditarik lalu dihem buskan—selesai lalu muncul lagi. Menurut laporan UNESCO pada bulan Oktober 2018 berdasarkan Global school-based Student Health Survey (GSHS) yang meli batkan 144 negara, terdapat 16.1% anak-anak yang pernah menjadi korban perundungan fisik. Se mentara itu di Indonesia khusus nya, KPAI melaporkan bahwa terdapat 226 kasus perundungan pada tahun 2022 yang meliputi kasus kekerasan fisik, psikis, juga termasuk perundungan. Tetapi tentu, seperti banyak kasus, pe rundungan hanya satu dari sekian masalah pendidikan di Indonesia. Perundungan hanya pucuk dari gunung es kekerasan yang terjadi pada anak di sekolah.

Lantas mengapa perundungan terjadi? Bagaimana sesungguhn ya cara kita mengurai persoalan perundungan ini? Perundungan, juga masalah pendidikan kita yang lain, adalah perkara yang multidimensional. Oleh sebab itu penyelesaiannya pun tidak cukup dari satu sektor—sekolah.

Perundungan dan Relasi Kuasa

Alat baca persoalan perund ungan akan lebih mudah dilihat dari sudut pandang relasi kuasa sebab setidak-tidaknya ada dua

masalah utama yang menyebab kan perundungan terjadi. Pertama, ketimpangan dan relasi kuasa. Kedua, penyalahgunaan kekua saan (abuse of power).

Focault dalam karyanya menyebut bahwa relasi kuasa um umnya dapat terjadi tanpa disadari dan dengan bentuk yang sangat beragam. Bisa karena alasan fisik, popularitas, otoritas kecerdasan, aspek sosial-budaya dalam kelu arga, ras, maupun faktor lain yang mungkin acap disepelekan (Balle rina & Immanuel, 2019). Hal ini lah yang barangkali menyebabkan perilaku perundungan terjadi secara terus menerus dan berkelan jutan. Sebab pelaku perundungan tidak merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya. Anak kadang menormalisasi perund ungan karena alasan bercanda, sudah akrab dengan korban, atau motif yang lain—meskipun tidak jarang ditemukan kasus dimana anak melakukan perundungan karena bentuk otoritas kekuasaan di kelas. Tetapi yang jelas bentuk perundungan dengan motif apa pun tidak dapat dibenarkan. Seharusnya perundungan dapat diminimalisir apabila ter dapat edukasi maksimal dari pada pendidik dan tenaga pendidik di sekolah untuk bersama-sama menciptakan ruang belajar yang inklusif dan egaliter. Dimana setiap anak berdiri setara den

gan ciri khasnya masing-masing. Dimana anak berani teriak lantang untuk membela temannya yang sedang mengalami ketertindasan dalam bentuk apa pun. Ketika edukasi dilakukan, maka perlahan kita bisa mengurai benang kusut perundungan. Mengingat korban, saksi, dan pelaku perundungan seringkali mengambil langkah yang tidak tepat dalam perund ungan akibat dari rendahnya pengetahuan dan edukasi soal perundungan itu sendiri (Ballerina & Kumara, 2015).

Tetapi tentu saja hal tersebut bukan satu-satunya cara untuk kita bisa mengurai kasus perundungan anak di sekolah. Selain lingkun gan sekolah, keluarga adalah faktor lain yang patut kita beri perhatian serius sebagai upaya menghentikan perundungan.

Kembali ke rumah

Penelitian yang dilaku kan oleh Mayasari, Hadi, dan Kuswandi (2019) menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif dari lingkungan rumah dan keluar ga maupun lingkungan perteman an merupakan penyebab dominan terjadinya perundungan.

Logika ini mudah dipaha mi. Ketika orang tua secara tidak sadar melakukan perundungan verbal maupun fisik kepada anak, anak punya potensi tinggi untuk

22 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022 opini

menormalisasi dan melakukan hal yang sama kepa da temannya di sekolah. Siklus itu berputar. Iklim keluarga yang tidak baik dapat menjadi gambaran perilaku anak di sekolah. Begitu pun dengan pertem anan—sebagaimana kita sering mendengar sebuah ungkapan: Kalau mau wangi, jangan berteman dengan pandai besi. Berteman lah dengan tukang parfum.

Maka tentu selain dari sudut pandang sekolah, keluarga—terutama orang tua—punya andil besar untuk menghentikan rantai perundungan. Sedari dini di rumah anak harus diajarkan untuk menerima perbedaan dan bersikap legowo terhadap keputusan yang mungkin tidak diinginkan. Anak juga perlu dia jarkan untuk bersikap adil sehingga ia tidak menggu nakan kuasa untuk berperilaku semaunya.

SEKOLAH BUKAN TEMPAT SERVIS KEPRIBADIAN

Orang tua punya kewajiban yang lebih utama untuk membina akhlak anak daripada siapa pun, sekali pun gurunya. Fenomena yang terjadi di In donesia menyedihkan: Anak semacam diserahkan penuh ke sekolah untuk dibina akhlaknya sementara orang tuanya di rumah tutup mata dan telinga.

Sekolah seolah-olah tempat servis kepribadi an. Anak bermasalah ya solusinya ‘dilempar’ ke sekolah. Orang tua cukup anteng duduk di rumah, menyeruput kopi atau teh di teras, dan menikmati hari sebagai orang sibuk yang tidak peduli dengan moral dan akhlak anak.

Sebagai penutup saya ingin mempertegas bah wa: Anakmu itu urusanmu dan urusan bangsa, maka urusi dan sayangi mereka sebagaimana kamu juga menyayangi anak lain dimanapun dan kapanpun. Bina akhlaknya sebab sekolah bukan tempat servis kepribadian!

sekolah bukan tempat servis kepribadian!

apa itu cancel culture?

Pernahkah kalian menemu kan artis atau public figure yang dikucilkan setelah melakukan kesalahan di sosial media atau terekspos ke internet? Jika ya, itu adalah contoh sederha na dari cancel culture.

Call-out culture atau cancel culture adalah istilah kontemporer untuk budaya aksi pemboikotan massal atas sesuatu atau seseorang baik secara online maupun offline. Kata “cancel” diambil dari bahasa Inggris yang berarti “membatal kan” atau “memutuskan”. Namun dalam konteks ini, cancel merujuk pada istilah populer tahun 80-an di Amerika Serikat yang diartikan sebagai putus hubungan dengan kekasih. Setelah kehadiran inter net, arti “cancel” meluas menjadi memutus hubungan dengan siapa pun. Oleh karena itu, seseorang yang dikucilkan di sosial media disebut sebagai orang yang telah di-cancel.

Sementara istilah “call-out” yang berarti “memanggil” digu nakan karena aksi cancel biasanya dipelopori oleh seorang atau se kelompok pengguna sosial media yang mengunggah postingan atau

mengajukan petisi berupa ajakan untuk ikut memboikot orang terse but. Motif dari aksi cancel ini juga cukup beragam, mulai dari hal sepele seperti perbedaan pendapat hingga isu-isu serius seperti ke kerasan seksual dan rasisme. Salah satu contoh cancel cul ture yang sempat ramai di Indo nesia adalah penyanyi dangdut Saipul Jamil yang muncul kembali ke TV setelah bebas dari penjara pada 2021 lalu atas kasus pelecehan seksual yang mendapat re spons negatif oleh netizen dan beber apa public figure yang menolaknya kembali ke dun ia hiburan hingga saat ini. Kemudian YouTuber Deddy Corbuzier yang ke hilangan 100.000 subscribers aki bat mengundang pasangan homoseksual ke acara podcast yang dianggap oleh sebagian besar masyarakat Indonesia

26 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
serba-serbi

mendukung dan mempromosikan LGBT.

Cancel culture sebagai fenomena populer di era digital ini masih menjadi perdebatan publik. Sebagian menganggapnya sebagai alat kendali moral di hadapan publik, sebagian lagi mengang gapnya mengancam demokrasi karena sering kali digunakan sebagai instrumen untuk memar ginalisasikan sebuah individu atau kelompok.

“Operasi dari cancel culture ini ialah dengan cara memotret, mempertontonkan, melabel dan mempermalukan orang tersebut di hadapan publik, melalui medi um teknologi media sosial,” kata peneliti komunikasi sosial dan budaya dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, dilansir dari VOA Indonesia.

Di negara-negara Barat tidak sedikit yang kehilangan karir aki bat fenomena ini. Pasalnya, cancel culture di sana tidak terbatas pada netizen atau ko munitas di sosial media saja, bahkan perusahaan-peru sahaan pun ikut turut serta dalam pemboikotan. Salah satu yang viral be lakangan ini adalah Kanye West yang didepak dari indus tri hiburan dan plat form media sosial setelah memposting ujaran anti-sem itisme. Sejumlah merek ternama seperti Adidas pun ikut memboikotnya dengan memutus kontrak kerjasama dengan rapper itu untuk memproduksi sneakers

Majalah

Yeezy. Mantan kickboxer Andrew Tate juga di-cancel karena komen tar-komentarnya yang dianggap misoginistik atau ujaran kebencian terhadap perempuan. Tidak hanya dia, semua video cuplikan yang menampilkan Tate juga ditangguhkan oleh YouTube, Tik Tok, Facebook, dan Instagram. Sementara itu, cancel culture di Indonesia relatif masih baru. Fenomena sosial ini mulai pop uler di Indonesia pada Agustus 2019 dengan pusat kon sentrasi di Jakarta menurut statistik Google Trends. Jadi, dapat dika takan sebagian besar netizen yang suka meng-cancel dan orang yang di-cancel sebagian besar tinggal di Jakarta. Terlebih perspektif mas yarakat terhadap “cancel culture” sebagai sebuah tren membuat aksi pengucilan seseo rang karena kesalahan yang mereka perbuat, terbukti atau tidak, dinormalisasi.

Terdapat beberapa aksi can cel yang dianggap terlalu cepat menilai dan menindak seseorang yang belum terbukti bersalah. Misalnya Gofar Hilman yang dituduh sebagai pelaku pelece han seksual dan diboikot bahkan sebelum terbukti tidak bersalah. Walaupun namanya telah kembali bersih, Gofar terlanjur mundur sebagai penyiar radio di Prambors FM dan didepak dari PT. Lawless Jakarta Indonesia.

| EDISI NOVEMBER 2022

SERBASERBI

Seiring maraknya fenomena ini di Indonesia, Guru Be sar Sosiologi Universitas Gadjah Mada, Sunyoto Usman, mengingatkan pentingnya literasi digital bagi masyarakat untuk mencegah dampak yang lebih merugikan yang “kalau dibiarkan, bisa kacau.” (rauf)

27
Insight
Dok: UMY | Sunyoto Usman

TIPS MENGHADAPI RESESI 2023 ALA MAHASISWA!

Sempat menjadi perbincangan yang mengge gerkan ketika seorang salah satu founder dari sebuah financial startup bernama “Ternak Uang” membuat video youtube terkait krisis gelap yang akan terjadi pada 2023. Hal ini tentu menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat, terlebih yang bersangkutan memiliki influence tersendiri dalam hal investasi dan keuangan. Tapi sebelum masuk ke pembahasan, resesi itu apa sih? Apakah itu sejenis umbi-umbian? Mari kita bahas sejenak.

DEFINISI RESESI

Resesi merupakan sebuah istilah yang digu nakan untuk menggambarkan keadaan dimana perputaran ekonomi suatu negara berubah men jadi lambat atau buruk. Perputaran ekonomi yang melambat ini bisa berlangsung cukup lama bahkan tahunan akibat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara menurun selama dua kartal dan berlangsung secara terus menerus. So, inti dari penyebab resesi ini disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Karena masyarakat cenderung menahan konsumsi akibat kewaspadaan sebagaima na teori motif memegang uang pada teori makro prudensial.

BEBERAPA PENYEBAB RESESI

Pertama, inflasi. Bisa dibilang, ini merupakan suatu keadaaan kondisi naiknya harga secara terus menerus, baik itu harga barang maupun jasa. Adanya kenaikan harga ini berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat yang nantinya diikuti juga dengan penurunan produksi barang dan jasa. Jika dibiar kan dalam waktu lama, hal ini akan mengakibatkan tingginya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) secara ma

sal, kemiskinan, dan terjadi resesi. Kedua, deflasi. Seperti halnya inflasi, defla si juga bisa membawa pengaruh yang buruk dan memicu terjadinya resesi. Deflasi adalah sebuah kondisi dimana harga barang dan jasa turun dari waktu ke waktu yang akhirnya berimbas pada upah yang dibayarkan mengalami penurunan.

Deflasi juga ditandai dengan adanya penundaan pembelian barang atau jasa sampai harga terendah. Hal ini tentunya sangat beresiko bagi pemilik usaha. Sebab, meskipun daya beli masyarakat kemungkinan akan naik, nyatanya pemilik usaha harus menekan biaya produksi yang berujung pada ruginya suatu bisnis. Jika masyarakat atau unit bisnis berhenti untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti mem belanjakan uangnya, bukan tidak mungkin kondisi ekonomi yang ada akan rusak. Karena hal ini sangat

28
serba-serbi

Lalu, apa yang mesti kita lakukan sebagai mahasiswa? Berikut tips buat pembaca sekalian: Stay chill dan tetap keep calm nggak usah terbawa hype untuk menahan uang kas karena yang semestinya begitu dalam konteks kondisi ekonomi Indonesia adalah orang dengan kondisi menengah keatas karena memang resesi adalah sahabat orang yang ingin memiliki aset dibawah value pasarnya.

Tetap melakukan konsumsi, jangan panik. Terlebih salah satu indikator fundamental ekonomi Indonesia yaitu PDB pada kuartal tiga tahun 2022 sebesar 50% disumbangkan oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5% sebagaimana dilansir oleh Badan Pusat Statistik beberapa waktu lalu. Apabila konsumsi terhambat maka roda ekonomi Indonesia yang sebagian besar digerakan oleh ekonomi skala menengah kebawah.

Jadi begitu readers, semoga cukup memban tumu untuk melewati hari-hari yang penuh dengan ancaman resesi padahal nggak ada resesi sekalipun duitmu tetap akan ha bis. (faris)

“Jika kondisi tidak membaik, maka kombinasi rentetan harga produk yang meroket, inflasi yang meningkat, bunga acuan kredit yang naik, serta pelemahan mata uang lokal pada akhirnya akan berisiko menyebabkan terjadinya krisis ekonomi,”

ungkap I Wayan Nuka Lantara Ph.D., selaku Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

29
YANG BISA KITA LAKUKAN SEBAGAI MAHASISWA
serba-serbi
kolom pakar

riset dan inovasi

Pada beberapa kesempatan, L. T. Handoko, se laku Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan tiga arah lembaga yang dipimpinnya sejak 28 April 2021. Ketiga arah itu adalah: pertama, konsolidasi sumber daya (manusia, infrastruktur, dan anggaran) iptek. Kedua, mencip takan ekosistem riset standar global, terbuka (inklu sif), dan kolaboratif. Ketiga, menciptakan fondasi ekonomi berbasis riset yang kuat dan berkesinam bungan.

Apa yang diharapkan dengan konsolidasi sum ber daya iptek itu? Yaitu terciptanya atau adanya peningkatan “critical mass, kapasitas dan kompeten si riset Indonesia dalam menghasilkan invensi dan inovasi sebagai fondasi Indonesia maju 2045”.

Dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Singapura dan Malaysia, riset dan inovasi di Indonesia tergolong rendah. Padahal, dulu Malaysia banyak belajar dan mengimpor dosen

dari Indonesia. Demikian pula dengan Korea Sela tan dan India yang juga maju pesat dalam riset dan inovasi. Di sini bisa dilihat kemungkinan adanya sesuatu yang tidak beres dalam tradisi ilmiah atau tradisi riset dan inovasi kita dan mungkin juga dalam kelembagaannya.

Dana yang dikeluarkan negara untuk litbang setiap tahun pun tak terbilang kecil, yaitu sekitar Rp 37 triliun. Mestinya, dengan dana sebesar itu ada banyak riset dan inovasi yang dihasilkan. Pernyataan penting yang perlu dicatat dari Handoko terkait ini adalah, “saya tak ingin hanya membenarkan sebuah tradisi, tetapi saya ingin mentradisikan yang benar di BRIN” (Kompas, 17/5/2021).

Nah, salah satu persoalan yang sering disebut sebagai penghambat riset dan inovasi nasional ada lah jebakan teknokrasi. Makna dari teknokrasi di sini adalah ilmuwan yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk urusan birokrasi, administrasi, dan

32 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022
kolom pakar
prof. ahmad najib burhani | PROFESOR RISET DAN KETUA ISSH DI BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL (BRIN) Foto oleh Lukas

pelayanan terhadap berbagai permintaan pemerintah. Sementara hanya sedikit waktu yang tersisa untuk benar-benar bekerja di ranah ilmu pengetahuan. Da lam teknokratisme itu, administrator lebih dihargai daripada ilmuwan, struktural lebih dikejar daripada fungsional.

Dalam buku The Floracrats: State-Sponsored Science and the Failure of the enlightenment in In donesia (2011), Andrew Goss menyebut para ilmu wan teknokrat itu sebagai “desk scientists”. Mereka ini adalah orang-orang yang, “dari meja kantor administrasi, mereka terus-menerus menangani segudang tanggung jawab –kepada negara, bangsa, rakyat Indonesia, komunitas ilmiah lokal, dan juga kepada sains internasional—dan sekaligus mene tapkan agenda untuk displin keilmuan yang mereka tekuni” (h. 142). Kondisi ini yang membelenggu

akan menjadi “rumah besar” yang menggabung kan berbagai lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK) ristek, seperti LIPI, BATAN, LAPAN, dan BPPT. Tantangannya, ini akan menjadikan BRIN sebagai “superagency” dan dengan beragam bidang serta disiplin yang dimiliki para penelitinya akan bisa membuatnya bersifat “overarching”.

Selain persoalan yang terkait pengelolaan dan kelembagaan atau birokrasi, ada persoalan yang bersifat kultural dalam riset dan inovasi di Indone sia yang perlu diperhatikan. Tulisan ini hanya akan menampilkan tiga hal saja, yaitu terkait publikasi ilmiah internasional, gelar dan penghargaan kesar janaan, dan kepercayaan kepada ilmu dan riset itu sendiri.

Perguruan tinggi dan lembaga riset telah men jadikan publikasi internasional sebagai persyaratan kelulusan kuliah program doktoral, kenaikan pangkat, pengusulan menjadi profesor, dan untuk mendapat tunjangan gaji. Ketika publikasi interna sional atau “scopusisasi” itu digalakkan, banyak ilmuwan dan peneliti kita yang mengambil jalan pintas. Sebagian terjerat pada Scopus bodong atau menerbitkan naskah dalam predatory journals. Bukan proses ilmiah yang diambil, tapi membayar puluhan juta rupiah untuk bisa menerbitkan tulisan di jurnal yang klaimnya terindeks Scopus atau

Maka bermunculanlah calo-calo Scopus yang bisa membantu memenuhi persyaratan akademik dengan sejumlah bayaran. Dengan calo ini, orang yang tak punya naskah atau pene litian pun tiba-tiba bisa memiliki naskah yang kemudian terbit di “jur nal internasional”. Pada kenyataannya, dari sekian publikasi internasional terindeks Scopus yang dihasilkan para sarja na Indonesia, mungkin hanya separuh atau kurang yang betul-betul merupakan tulisan den gan standar akademik baik. Ini adalah penyakit di dunia

33 Majalah Insight
kolom pakar

ilmiah kita. Padahal tujuan digalakkannya publikasi internasional adalah agar karya-karya dari Indone sia dibaca, direview, dinilai, dan kemudian dirujuk oleh peer atau kolega yang terdiri dari ilmuwan lain dari berbagai belahan dunia.

Budaya riset dan inovasi kita juga dicemari oleh adanya obral gelar akademik dengan cara yang super gampang, termasuk berbagai pemberian gelar doktor honoris causa dan profesor honoris causa. Gelar kesarjanaan adalah semacam bukti keilmuan, kepakaran, dan kerja akademik yang dilalui se lama beberapa waktu. Ia juga semacam license untuk bergabung dan berbicara secara otoritatif dalam disiplin tertentu. Jika ia diperoleh dengan cara yang tidak benar, maka ia bisa merusak tatan an atau membuat lalu-lintas semrawut. Sedihnya, seperti ditulis Herlambang Wiratraman (Kompas, 21/12/2020), “kampus-kampus di Indonesia kian terpolitisasi kekuasaan”. Mereka tak berdaya di hadapan partai politik dan pejabat pemerintah atau bahkan menjual diri mereka ke kekuasaan.

Sumber: Kompas, 3 Juli 2021

Persoalan kultural berikutnya adalah tidak dija dikannya riset dan ilmu sebagai landasan kebijakan atau bersikap. Presiden Joko Widodo, misalnya, tak sekalipun menghadiri undangan kegiatan yang diadakan oleh Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI). Terkait dengan penanganan Covid-19, komentar atau kebijakan pemerintah juga lebih banyak berdasar politik daripada riset. Jawa Timur yang memiliki angka kematian tertingi akibat Covid-19 itu dulu disebut seorang pejabat negara sebagai daerah yang selamat dari pandemi karena selalu melakukan doa qunut.

Tulisan menarik yang mengkritik kebijakan Indonesia dalam menangani Pandemi di antaranya adalah “Military Politics in Pandemic Indonesia” (2020) oleh Jun Honna. Jika negara lain men gandalkan riset dan ilmuwan dalam penanganan Covid-19, di Indonesia militer lebih banyak men gambil peran. Pandemi ini bahkan, seperti ditulis Honna, menjadi alat kembalinya militer dalam berbagai peran non-pertahanan dan keamanan.

kolom pakar

paham keagamaan kader

Q:Saat ini ada gejala di akar rumput persyarikatan, khususnya di IMM, paham keagamaan kader berbeda atau bahkan bertentangan dengan paham keagamaan Muhammadiyah. Dari mereka ada yang condong pada gerakan Islam tarbiyah dan Islam khilafah.

A:Berkaitan dengan hal itu, yang harus diketahui oleh warga Persyarikatan maupun yang ada di dalam Organisasi Otonom ter masuk di dalamnya Ikatan Ma hasiswa Muhammadiyah bahwa pertama, Muhammadiyah terma suk di dalamnya Ortom sangat menghargai ragam perbedaan, baik agama, budaya, dan lain-lain. Penghargaan terhadap keragaman itu merupakan nilai-nilai yang dianut oleh warga Persyarikatan yang dibakukan dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadi yah (PHIWM). Di dalam PHIWM pada Bagian Kehidupan Bermas yarakat ditegaskan bahwa ”Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan ke baikan dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya masing-mas ing dengan memelihara hak dan

kehormatan baik dengan sesama muslim maupun dengan non-mus lim. Hal ini menegaskan bahwa Muhammadiyah sangat terbuka dalam membangun relasi dengan kelompok yang berbeda. Penge jawantahan pernyataan ini tam pak pada kehadiran Universitas Muhammadiyah Kupang, Univer sitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, STKIP Muhammadiyah Kalabahi, yang mahasiswanya mayoritas nonmuslim. Ini adalah contoh tindakan yang bukan seka dar menghargai perbedaan namun juga bergerak bersama meraih ke majuan bersama kelompok yang berbeda.

Kedua, dalam sifat Muhammadiyah ditegaskan bahwa Muhammadiyah “Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah.” Dalam konteks

ini, meskipun Muhammadiyah dan Ortomnya menghargai perbe daan, tetap saja perlu memperha tikan hal-hal yang prinsip dalam konteks kebangsaan maupun keindonesiaan. Dalam hal ini, Mu hammadiyah dan Ortomnya tidak boleh memberi kesempatan pada siapapun untuk tumbuh menjadi perongrong Pancasila sebagai fal safah negara, yang dalam Muham madiyah, Indonesia ini disebut sebagai Darul Ahdi wa Syahadah.

Perbedaan paham keagamaan ‘kader’ dengan paham keagamaan Persyarikatan perlu diperhatikan secara serius. Bila ini dibiarkan tentu akan mengganggu maksud dan tujuan dari Persyarikatan dan ortomnya. Namun, kondisi yang demikian ini perlu juga dicari tahu apa sebabnya, agar pengambilan langkah dan pendekatannya dapat dilakukan secara tepat.

36 Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022 QNA
Bagaimana Anda melihat fenomena ini?

Sebagai organisasi kader, kita tidak dapat menyalahkan orang yang mau bergabung di IMM karena memang kita membutuhkan anggota yang kemudian akan menjadi kader penggerak organisasi. Motif mereka yang hendak bergabung boleh jadi beragam. Nah, tugas organisasilah untuk meluruskan motif-motif yang berag am itu, utamanya bidang perkaderan. Sepanjang motif sesuai dengan tujuan organisasi, maka perlu difasilita si. Tapi, bila tidak sesuai dengan tujuan organisasi, dalam hal ini IMM misalnya, tentu IMM, melalui bidang perkaderan perlu melakukan pembenahan.

A:Saya kira IMM tinggal meman faatkan apa yang sudah ada saja. Misalnya, pertama, pelaksanaan perkaderan formal, DAD, DAM, DAP. Kedua, perlunya fasilitasi kajian dan pengajian yang intensif dengan materi-materi yang bersi fat ideologis, maupun wawasan. Namun upaya-upaya ini perlu disesuaikan dengan kondisi gener asi milenial, misalnya metode dan media pelatihannya harus mem buat mereka tertarik.

Q:

Lantas, bagaimana menurut Anda cara yang efektif untuk menginternalisasi pemahaman keagamaan Muhammadiyah kepada kader-kader IMM?

Q:Apakah gaya beragama di luar Muhammadiyah kader IMM itu ada pengaruhnya dengan trend beragama saat ini?

A:Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Pilihannya ya mempen garuhi atau dipengaruhi. Dan hal yang seperti ini wajar terjadi, ter lebih di tengah situasi yang sangat terbuka sebagai konsekuensi dari kemajuan teknologi informasi. Pemahaman keagamaan apapun mudah disebarluaskan sekaligus mudah diakses. Pertarungan pe mahaman keagamaan secara ter buka ini tentu akan berpengaruh ke berbagai kelompok masyarakat termasuk dunia kemahasiswaan.

Nah, kondisi yang terbuka ini kan sulit juga diatur. Yang mungkin kita lakukan adalah

penguatan diri, penguatan kader, dan penguatan organisasi. Infor masi yang sangat terbuka ini kan seperti virus yang bisa menyerang kapan saja dan di mana saja. Tapi ia tidak akan berdampak buruk bagi yang memiliki imunitas atau daya tahan tubuh yang baik. Begitu juga dengan trend keag amaan yang ada ini tidak akan berpengaruh kepada kader bila ia memiliki imunitas ideologis yang baik. Penguatan imunitas atau daya tahan itu dapat melalui perk aderan, kajian, dan lain-lain yang membuat kader nyaman secara sosiologis dan psikologis.

qna 37
Majalah Insight | EDISI NOVEMBER 2022

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.