Edisi
XXXV / Maret 2015
Email: lpm.institut@yahoo.com / redaksi.institut@gmail.com
LAPORAN UTAMA
LAPORAN KHUSUS
Simalakama Statuta Baru
Terbit 16 Halaman
WAWANCARA
Terjegal Tim Konsinyering
Hal.
Telepon Redaksi: 08978325188 / 085693706311
Dongkrak Mutu Layanan Mahasiswa
Hal.
LPM INSTITUT - UIN JAKARTA
Hal.
@lpminstitut
www.lpminstitut.com
Drama Derma Mahasiswa
Dana Bidikmisi Ditahan Erika Hidayanti Bantuan yang seharusnya meringankan malah menjadi simalakama. Dana yang ditunggu pun antara ada dan tiada. Sudah hampir delapan bulan Agung Hidayat tak lagi menerima beasiswa yang menjadi haknya. Ia pun harus mencari uang tambahan dengan bekerja di sela-sela waktu kuliah. Bahkan, sempat beberapa kali ia terpaksa meminjam uang kepada temannya. Gali lubang tutup lubang, kira-kira itu gambaran kehidupannya saat ini. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aqidah Filsafat ini merupakan salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdaftar sebagai penerima Bidikmisi. Selama pembinaan di asrama bulan Maret dan
April 2014 kehadiran Agung kurang dari 70%. Hal ini menyebabkannya tak menerima uang saku pada dua bulan itu. “Bulan berikutnya, saya sudah memperbaiki kehadiran tetapi tetap tidak mendapatkan uang saku sampai saat ini,” paparnya, Jumat (20/3). Sama halnya Agung, uang saku Bidikmisi Bunga (bukan nama sebenarnya) pun pernah mengalami penahanan dan pemotongan. Ia mengaku, uang sakuya sempat dua kali dipotong dan satu kali ditahan. “Waktu itu pernah dua kali dipotong Rp300 ribu dan satu kali lagi tidak turun sama sekali,” katan-
ya, Senin (16/3). Tidak terpenuhinya beban kehadiran saat pembinaan juga menjadi alasan dipotongnya uang saku Bunga. Namun, Bunga tak tahu kenapa jumlah pemotongan uang sakunya berbeda. “Saya gak ingat berapa kali gak hadir pembinaan, tapi paling sehari atau dua hari, gak pernah sampai full satu bulan,” jelas nya. Lain lagi dengan Wildian Fajrin Nur Rahman. Selama semester ganjil kemarin Wildian mendapat uang saku untuk empat bulan saja. Padahal, pada semester genap ia mendapatkan uang
saku untuk enam bulan. “Menurut pihak kemahasiswaan, perbedaan jumlah ini karena selama bulan Juli dan Agustus kami tidak tinggal di asrama jadi tidak dihitung,” ungkapnya, Rabu (18/3). Padahal, menurut Petunjuk Teknis (Juknis) Penyelenggaraan Program Biaya Pendidikan Bidikmisi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Tahun 2014, mahasiswa penerima Bidikmisi berhak mendapatkan uang saku sebesar Rp3,6 juta per semester atau Rp600 ribu per bulan. Terkait peraturan pembinaan, sejak
awal UIN Jakarta sebagai Perguruan Tinggi Penyelenggara (PTP) membuat syarat bagi mahasiswa penerima Bidikmisi untuk tinggal di asrama dan mengikuti pembinaan. Tata tertib asrama UIN Jakarta pun menyebutkan, penerima Bidikmisi yang tidak hadir dalam pembinaan minimal 70% dari keseluruhan pertemuan, tidak akan mendapat uang saku. Saat ini, sedang ada perumusan peraturan baru terkait sanksi bagi mahasiswa yang tak memenuhi syarat 70% Bersambung ke hal. 15 kol. 2