COVID-19 : SELAIN KESEHATAN, PEREKONOMIAN JUGA HARUS DIJAGA

Page 1

ECorner EDISI AGUSTUS 2020

Covid-19: Selain Kesehatan, Perekonomian Juga Harus Dijaga


ECorner Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi

Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan

kata resesi karena di tengah pandemi COVID-19 ini, resesi ekonomi hampir menimpa seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sebenarnya, apa itu resesi ekonomi? Mengutip dari laman Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Menurut beberapa ahli, resesi ekonomi dapat terjadi ketika Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, meningkatnya pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi pendapatan manufaktur untuk jangka waktu panjang. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya resesi ekonomi, yaitu mulai dari guncangan ekonomi yang terjadi secara mendadak, inflasi yang berlebihan, deflasi yang tidak terkendali, investasi menurun, utang yang terlalu banyak, dan terjadinya perubahan teknologi.

Resesi ekonomi tentunya merupakan hal yang selalu dihindari oleh setiap negara karena memiliki dampak negatif bagi kemakmuran warganya. Salah satu dampak negatif yang disebabkan oleh resesi ekonomi, yaitu dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang berimbas pada kemerosotan bisnis. Kemerosotan bisnis ini akan menyebabkan beberapa perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya sehingga jumlah pengangguran meningkat secara signifikan. Saat pengangguran meningkat maka produksi barang dan jasa juga akan menurun dan dapat menyebabkan PDB suatu negara menurun atau bernilai negatif. Oleh karena itu, dalam menghadapi resesi ekonomi ini kita harus mempunyai cara atau strategi untuk dapat mengatasinya, seperti mempersiapkan tabungan atau dana darurat, segera melunasi utangutang, menunda pengeluaran besar, meningkatkan investasi, membangun aset intelektual, dan dapat melakukan side job. (PTRY/MRA/IKS)


ECorner Resesi : Wujud Nyata Kontraksi Ekonomi Negara

P

andemi COVID-19 menjadi bencana dan sumber ketakutan bagi seluruh dunia. Pasalnya, hal tersebut dapat berdampak pada penyusutan ekonomi yang membuat Produk Domestik Bruto (PDB) turun. Seperti yang dilansir CNBC Indonesia bahwa tercatat hingga 22 Agustus 2020 sudah ada 22 negara yang tergelincir ke dalam jurang resesi. Negara tetangga yaitu, Malaysia dan Singapura telah masuk ke dalam kelompok negara yang mengalami resesi. Berdasarkan catatan Trading Economics, ekonomi Malaysia tercatat -16,5% (QtQ) pada triwulan kedua 2020. Di kuartal I, ekonomi sebelumnya -2%. Secara basis tahunan (YoY) ekonomi -17,1%. Namun, di kuartal I ekonomi masih positif 0,7%. Konsumsi rumah tangga merosot hingga 18,5% sementara investasi turun 28,9. Karena konsumsi rumah tangga yang menurun ini membuat PDB Malaysia menjadi negatif. Sedangkan, Singapura telah memprediksi perkiraan pertumbuhan ekonominya di tahun 2020 mengalami kontraksi antara 5%—7%.

Masih negara tetangga yang termasuk dalam kawasan Asia Tenggara, yaitu Filipina dan Thailand juga mengalami hal serupa. Pada tahun 2020 ini, kondisi ekonomi Filipina menjadi kondisi resesi pertama selama 29 tahun terakhir. Sedangkan Thailand yang dikenal akan destinasi pariwisata serta ekspor produknya sangat terpukul dengan kondisi pandemi ini. Dilansir dari Reuters.com, pada kuartal II-2020, ekonomi Thailand -12,2% dibanding kuartal yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini merupakan kontraksi ekonomi terbesar sejak krisis 1998. Tidak hanya negara berkembang yang mengalami resesi, di antaranya Jepang, Korea Selatan, Inggris, dan Jerman juga masuk dalam jajaran negara yang mengalami kontraksi ekonomi. (ORT/ASA/IKS)


ECorner Indonesia Terancam Resesi Akibat Pandemi Dengan prediksi tersebut, ia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2020 akan berada di kisaran minus 1,1% hingga positif 0,2%. Angka pertumbuhan positif itu dapat dicapai bergantung pada seberapa berhasilnya penyaluran dan realisasi anggaran penanganan COVID-19 yang sudah dijalankan pemerintah sejak bulan Juni.

Sebagian besar negara maju dan berkembang berpotensi mengalami resesi pada perekonomiannya, tak terkecuali Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 mencapai minus 5,32%.

Resesi diperkirakan akan berdampak secara riil pada masyarakat dalam hal penurunan pengeluaran konsumsi masyarakat yang akan mengakibatkan banyak perusahaan mengalami gulung tikar. Imbasnya, banyak pekerja yang di-PHK sehingga dapat meningkatkan angka pengangguran dan mendorong potensi penambahan penduduk miskin.

Jika pada kuartal III-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih minus, maka secara otomatis Indonesia akan memperpanjang deretan negara yang masuk ke jurang resesi. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, memprediksi pertumbuhan kuartal III-2020 berkisar 0% hingga minus 2%.

Menkeu sendiri mengatakan ada dua variabel yang harus diperhatikan agar Indonesia terhindar dari resesi, yaitu konsumsi dan investasi. Kedua variabel tersebut mampu menyumbangkan hampir mendekati 90% dari keseluruhan ekonomi Indonesia.

Ekonomi global melemah akibat pandemi COVID-19.

Pemerintah telah mengalokasikan APBN untuk berbagai program bantuan langsung agar bisa mengembalikan daya beli dan meningkatkan konsumsi masyarakat. Selain itu, belanja negara juga akan digunakan untuk mengembalikan kepercayaan pada dunia usaha dan sektor perbankan sehingga kredit usaha tetap berjalan dan dunia usaha masih bisa bergulir kembali. (FA/NIS/IKS)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.