Buletin Edisi Kedua, Mei 2017

Page 1

ECorner

ECorner

Edisi Mei/2017


ECorner Ebook Marak, Apa Kabar Buku Cetak?

D

igitalisasi informasi adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Efek dari kondisi saat ini berpengaruh besar pada perubahan cara hidup manusia. Dengan laju informasi yang begitu pesat dan padat, memaksa orang untuk melakukan adaptasi terhadap berbagai aspek kehidupan, salah satunya buku. Buku yang kita jadikan sebagai gudang ilmu, pengetahuan, dan informasi tidak bisa mengelak dari imbas yang diakibatkan efek digitalisasi. Imbas dari era digitalisasi informasi terhadap buku, lebih ke arah munculnya versi baru dalam bentuk digital atau biasa disebut Electronic Book (E-book). Seperti dilansir kompasiana.com, E-book memiliki banyak manfaat, diantaranya praktis dan mudah dibawa kemanapun karena tidak memerlukan wadah penyimpanan fisik, harga yang lebih murah dibandingkan buku versi cetak, dan ramah lingkungan. Namun, E-book pun menmbawa dampak negatif antara lain dapat kehilangan informasi yang telah dibaca, karena cenderung memecah

konsentrasi akibat rangsangan untuk membuka kegiatan lain seperti facebook atau twitter, mengganggu waktu tidur karena mereka tertahan lama untuk membaca sehingga memiliki waktu tidur sedikit, dan memengaruhi tingkat stres sehingga menyebabkan kelelahan,dilansir cnnindonesia. com Serbuan E-book ini secara langsung berpengaruh besar pada eksistensi buku versi cetak. Penjualan buku cetak digadang-gadang sedang mengalami penurunan. Hal ini karena masyarakat banyak yang beralih membaca E-book. Namun, apakah demikian? Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) meyakini masyarakat masih lebih banyak memilih buku cetak daripada buku digital atau e-book. Sebab penjualan E-book masih relatif sedikit. Rata-rata E-book yang diunduh adalah gratis. Jika harus membeli, masyarakat masih memilih buku fisik. Masyarakat lebih nyaman membaca berita di media digital, tetapi tidak untuk membaca buku. Karena saat memerlukan bacaan yang mendalam dan lengkap, buku cetak masih menjadi pilihan. Menurut riset di

Amerika Serikat, ternyata ada sensasi membaca buku cetak yang belum bisa digantikan oleh media digital, misalnya sentuhan tangan untuk membalikkan halaman, bau atau aroma buku dan interaksi mata yang berbeda antara buku dan layar. Meskipun buku cetak belum tergantikan oleh buku digital, tetapi interaksi masyarakat dengan internet banyak berpengaruh terhadap penurunan penjualan buku. Minat baca meningkat, tetapi melalui media online, bukan buku cetak. “IKAPI melihat minat baca meningkat, tetapi interaksinya sudah multimedia bukan hanya buku. Ada peningkatan minat baca tetapi berbasis daring.� Kata Wakil Ketua Bidang Humas, Riset, dan Informasi IKAPI Pusat, Indra Laksana, seperti dilansir tirto.id Materi yang ada pada buku lebih mudah ditemukan di internet. Dengan memasukkan kata kunci di mesin pencari, informasi yang diperlukan sudah terpampang di layar komputer atau perangkat genggam tanpa perlu membolak-balikkan halaman buku. Karena itu,


ECorner dilihat dari sisi penerbit, volume penerbitan dan jumlah toko buku mengalami penurunan. Melansir okezone.com, Selasa (25/4/2017), Indra Laksana mengungkapkan “Bahkan toko buku modern seperti Gramedia pun saat ini sudah berubah menjadi toko gaya hidup, bukan sekedar toko buku. Buku hanya mengisi 40 persen ruangan sementara 60 persen diisi produk lain.� ungkapnya. Meskipun secara umum penjualan buku mengalami penurunan, penerbit masih terbantu dengan pembelanjaan pemerintah yang dialokasikan melalui anggaran pendidikan, sebagian digunakan untuk membeli buku, baik buku pelajaran, pendamping maupun koleksi perpustakaan. Menurut IKAPI belum ada data yang pasti mengenai volume penerbitan buku di Indonesia karena ada beberapa jenis buku yang penjualannya tidak terlalu terbuka karena melalui jalur-jalur dinas seperti langsung didistribusikan melalui sekolah-sekolah. Berdasarkan data yang dimiliki Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), jumlah buku yang dijual tiap tahunnya hanya berkisar di angka

60-70 juta eksemplar. Tren penjualan buku pun tidak selalu meningkat. Contohnya pada tahun 2013, jumlah penjualan eksemplar toko buku mencapai 69,76 juta. Namun, pada tahun setelahnya penjualan menurun hingga 62,65 juta buku. Hal ini bukan berarti penurunan penjualan buku menurun dikarenakan adanya e-book. Walaupun penerbit buku digital mendorong munculnya berbagai toko buku digital sedang tumbuh berkembang di tengah masyarakat, penjualan e-book masih kurang dari 2 persen pada pasar buku lokal. Jadi, dapat terlihat bahwa penjualan E-book masih tertinggal jauh oleh penjualan buku versi cetak sehingga e-book tidak berpengaruh terhadap penjualan buku. Hanya saja, konsumsi masyarakat terhadap internet sangat berpengaruh terhadap penurunan tingkat penjualan dari tahun ke tahun. Kemudahan yang ditawarkan internet tanpa harus membolak-balikan halaman buku membuat masyarakat kini beralih. Terkait penurunan penjualan buku karena maraknya penggunaan internet, faktor lain adalah rendahnya minat baca

di Indonesia. Minat baca bangsa Indonesia memang sangat memprihatinkan, meski dilaporkan sudah ada peningkatan. Menurut survei UNESCO minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dalam seribu hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca. Kita berharap budaya membaca kaum muda Indonesia meningkat dalam bentuk apapun, buku versi cetak ataupun buku versi digital. Pemerintah sebaiknya memberikan insentif, misal dengan memberikan penambahan anggaran pendidikan, dan memperbanyak e-book gratis di internet guna mempermudah mencari ilmu pengetahuan dan informasi dalam membangun pendidikan di Indonesia. (WY)


ECorner Nasib Koran Kini Sekarat

K

oran adalah media massa yang sangat berpengaruh dan sudah lama beredar di tengah masyarakat sebagai media penyebar informasi. Tanpa koran, masyarakat tidak akan mengetahui kejadiankejadian di luar jangkauan pergaulannya. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin maju dan berkembang pesat, kini muncul surat kabar online yang berdampak pada menurunnya minat membaca koran. Masyarakat lebih memilih membuka internet untuk mendapat berita terkini yang sedang menjadi pembicaraan hangat. Munculnya smartphone juga memberi kemudahan dalam mengakses berita melalui internet. Ditambah lagi dengan harga smartphone dan paket data internet yang cukup terjangkau untuk berbagai kalangan masyarakat. Keinginan masyarakat yang ingin lebih cepat dan luas dalam mendapat informasi terpenuhi dengan adanya aplikasi surat kabar online yang bisa diakses dimanapun dan kapanpun, asalkan tersedia jaringan.

Di Indonesia, para penerbit yang tergabung dalam Serikat Perusahaan Surat Kabar (SPS) menyadari bahwa bisnis media cetak semakin berat. Jangankan di Indonesia, di negara-negara maju sekalipun, satu persatu media cetak tumbang. Alasan utama dari runtuhnya media cetak adalah karena berkembangnya media baru yaitu internet, selain itu harga kertas juga semakin mahal. Alasan tersebutlah yang membuat surat kabar besar, seperti Republika, Tempo, bahkan Kompas sekalipun yang dikenal sebagai rajanya Koran, mengurangi produksi cetaknya. Salah satu surat kabar tertua di Indonesia, Sinar Harapan akhirnya pun gulung tikar, harian sore yang terbit perdana 27 April 1961 tersebut menyatakan tak lagi terbit per tanggal 1 Januari 2016. Berbeda dengan zaman dahulu sebelum gencarnya surat kabar online, koran sangat diminati dan laku keras saat dijual, selain itu juga banyak orang yang berlangganan koran setiap harinya untuk dikirim ke rumahnya. Namun, sekarang

keadaan telah berubah seiring dengan perubahan kebiasaan membaca masyarakat yang beralih dari media cetak ke media online. Melihat orang sedang membaca koran, apalagi di kendaraan umum, sekarang merupakan peristiwa langka. Para penjual koran yang biasa berjualan di tempat umum seperti pinggir jalan, terminal, stasiun, atau kampus, sekarang sulit untuk mendapat pembeli. Terkadang ada orang yang membeli koran hanya karena merasa kasihan. Agen atau penjual koran eceran pun sudah banyak yang beralih profesi. Namun, ada juga yang tetap bertahan berjualan koran karena tak memiliki keahlian yang cukup untuk mencari pekerjaan lain. (RDM, ARF)


ECorner Ketertarikan Mahasiswa/i FE UNJ pada penggunaan Media Online dan Tradisional

D

i era modern ini, manusia selalu membutuhkan informasi untuk kelangsungan hidupnya. Informasi tersebut bisa didapatkan melalui membaca yang hampir setiap hari dilakukan semua orang. Ada dua sumber membaca, yaitu media online yang menyampaikan informasi melalui teks, foto, video, dan suara yang dapat diakses melalui internet, dan media tradisional yang menyampaikan informasi secara tertulis. Kami mengkaji ketertarikan mahasiswa/i FE UNJ terhadap penggunaan media online dan tradisional. Dari 85 responden, 100% responden lebih tertarik membaca melalui media online, dengan 63.5% biasa membaca jenis tulisan berupa artikel atau berita, sementara 16.5% memilih Wattpad. Alasan responden tertarik membaca di media online pun beragam, yaitu 49.4% responden beralasan tulisan lebih mudah diakses, 23.5% karena informasi yang disampaikan lebih update, 15.3% menyukai fitur dan pilihan berita lebih beragam,

serta 10.6% beralasan desain tulisan lebih menarik. Sementara itu, hanya sebesar 78.8% dari 85 responden yang tertarik membaca melalui media tradisional. Sebesar 38.4% merespon biasa membaca media tradisional berupa novel, 31.5% majalah, 9.6% buku bahan ajaran, dan 15.1% memilih dan lain-lain seperti koran dan sebagainya. Alasan ketertarikan terhadap media tradisional pun juga beragam. 43.8% menjawab karena jenis tulisan di media tradisional dapat dibaca berulang kali, 17.8% tertarik karena informasi yang disajikan memiliki analisis yang lebih tajam dan detail, 16.4% karena informasi yang didapat bisa disimpan secara nyata, dan yang terakhir sebanyak 13.7% responden menjawab dan lain-lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada era modern ini mahasiswa/i FE UNJ lebih tertarik membaca melalui media online dibanding dengan media tradisional. Seiring perkembangan zaman, teknologi telah memudahkan akses informasi serta penyebarluasan berita ke segala penjuru. Keadaan ini

tentu dapat menjadi peluang terkait budaya berliterasi mahasiswa/i FE. Melalui media online, tulisan yang memiliki beragam manfaat dapat disajikan dengan gaya dan desain yang lebih modern sehingga menarik minat anak muda untuk membaca tulisan tersebut. Namun, media tradisional juga dapat menggunakan desain yang lebih menarik tradisional. Tidak semua mahasiswa terpaku terhadap perkembangan teknologi yang ada, mereka lebih memilih membaca melalui media tradisional sedari dulu hingga saat ini. Kita sebagai mahasiswa patut berbangga dengan adanya perkembangan teknologi tetapi juga tidak melupakan media lama yang sudah ada sejak dulu. (YN, WWW)


ECorner Renita Sukma Pambela D3 Sekretaris B 2016

Zidni Ilman Navi’a S1 Akuntansi C 2016

Tim Buletin Edisi Mei Pelindung Tuhan Yang Maha Esa Konselor Setyo Ferry Wibowo, SE, M.Si Pemimpin Umum Auliadi Ahmad Penanggung Jawab Arti Yuliani (Pend. Akun B 2014)

Sarah Nurbaitillah S1 Pend. AP A 2015

Pemimpin Redaksi Shiva Perdana Faisal (D3 Akuntansi B 2015) Redaktur Arti Yuliani (Pend. Akun B 2014), Miftahul Raudah (Pend. EKOP B 2015), Larasati Indah L (Pend. AP A 2015), Rhesa Pramudita S.B (D3 Manajemen Pemasaran 2015), Kholifaturrokhmah (Pend. TN A 2014) Penulis Yadiva Nicauri (S1 Akun B 2016), Risky Dian Maulana (S1 Akun 2016), Wahyuni (Pend. TN 2016) Editor Amira Rohandiana F (S1 Akun B 2014), Dea Oktapia N (Pend. AP B 2016), Shafira Rizky U (Pend. Akun A 2016) Layouter Indah P.S Piani (Pend. EKOP B 2015) Distribusi Tim Humas EconoChannel


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.