BULETIN EDISI JUNI 2021 : CORONA KEMBALI MENINGKAT

Page 1

ECorner

Corona Kembali Meningkat

EDISI JUNI 2021


ECorner Penyebab COVID-19 Kembali Meningkat

S

aat ini kasus COVID-19 kembali meningkat. Seperti yang kita ketahui, COVID-19 sudah ada di Indonesia selama 1 tahun lebih. Kasus penularan COVID-19 di bulan Januari 2021 hingga bulan Maret 2021 sudah mengalami penurunan, dilihat dari data yang diberikan oleh Kementrian Kesehatan dan Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Kasus COVID-19 kembali mengalami peningkatan perlahan di pertengahan bulan Mei 2021 dan puncaknya ada di pertengahan bulan Juni 2021, minggu keempat setelah libur panjang Idulfitri. Seperti yang kita ketahui, pemerintah sudah memberi kebijakan bahwa tidak diperbolehkan mudik dan harus menghindari kerumunan.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan (SATGAS) COVID-19, Wiku Adisasmito, memberi penjelasan mengenai lonjakkan kasus COVID-19. Ia mengatakan bahwa hingga 13 Juni 2021, terjadi kenaikan kasus positif sebesar 38,3 persen secara perhitungan nasional. Peningkatan kasus penularan COVID-19 ini diperkirakan karena adanya libur panjang lebaran. Hal tersebut dibuktikan karena data peningkatan kenaikan kasus COVID-19 pada pekan keempat setelah libur Idulfitri 2021 menunjukkan adanya penambahan kasus COVID-19. Faktor dari kerumunan juga menjadi penyebab naiknya kasus COVID-19.

Pemerintah terus mengimbau agar masyarakat selalu menerapkan gerakan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selain itu, pemerintah juga mengimbau untuk menghindari kerumunan demi keselamatan dan kesehatan kita bersama. Upaya lain dari pemerintah saat melihat lonjakan kasus COVID-19, yaitu dengan mengadakan vaksinasi secara massal kepada masyarakat. (ARF/RAH/TSA)


ECorner Penuhnya Rumah Sakit Akibat COVID-19 Meningkat

Melonjaknya kasus COVID-19 pascalibur lebaran 2021, membuat rumah sakit kesulitan dalam menghadapinya. Bahkan, tak hanya pasien COVID-19, tetapi pasien nonCOVID-19 juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan ruang perawatan. Lalu, sejumlah rumah sakit rujukan COVID-19 juga mulai penuh hingga menyebabkan antrean pasien. Dilansir dari CNBCIndonesia.com, rumah sakit rujukan pasien COVID-19 di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) telah terisi 100% berdasarkan data laporan COVID-19. Alasan rumah sakit rujukan pasien COVID-19 telah penuh disebabkan tidak semua rumah sakit siap untuk menangani pasien COVID-19. Dilansir dari BBC.com, Sekjen Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), Lia G. Partakusuma, menjelaskan bahwa masih banyak yang harus dikejar dari segi sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Karena dengan kondisi yang terbatas akan menyebabkan pelayanan kurang maksimal sehingga beberapa daerah seperti berikut membuat alternatif sebagai rumah sakit penanganan COVID-19:

Jakarta

Purbalingga

Perubahan fungsi RS Wisma Atlet. Dilansir dari Kompas.com, Arifin selaku Komandan RSDC Wisma Atlet menegaskan bahwa RS Wisma Atlet sejak awal tak didesain untuk menampung pasien Covid-19 dengan gejala berat. Hal ini terlihat dari fasilitas RS Wisma Atlet yang tidak memiliki ruang ICU. RS Wisma Atlet hanya memiliki 45 tempat tidur High Care Unit (HCU) serta 5 tempat tidur ICU transisi sehingga pasien dengan gejala berat di RS Wisma Atlet umumnya mengalami saturasi oksigen yang rendah.

Pemerintah Kabupaten Purbalingga menyiapkan gedung SMPN 3 Purbalingga sebagia ruang isolasi darurat bagi pasien COVID-19 tanpa gejala. Hal ini dilakukan karena mengingat ruang isolasi di rumah sakit rujukan telah penuh.

Semarang Pemerintah Kabupaten Semarang meminta dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menyediakan ruang isolasi bagi pasien COVID-19. Dukungan tersebut diperlukan karena rumah singgah untuk isolasi yang tersedia saat ini sudah overload sehingga aset Pemprov Jateng yang akan digunakan sebagai ruang isolasi, yaitu gedung Pusat Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (P2PNFI) yang mempunyai 50 tempat tidur dan gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) yang mempunya 200 tempat tidur. Selain dua gedung tersebut, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) juga ikut menjadi tempat isolasi dengan pasien yang mempunyai gejala ringan. (FKH/TAR/TSA)


ECorner Isu Sekolah Tatap Muka Dilaksanakan atau Tidak

Sudah satu tahun lebih pembelajaran tatap muka di sekolah tidak dilaksanakan, karena adanya wabah COVID-19 yang melanda hampir sebagian negara di dunia termasuk Indonesia. Pembelajaran daring dilakukan untuk mengantisipasi adanya penyebaran virus COVID-19 di Indonesia. Namun, pada kenyatannya penyebaran virus ini lebih cepat menyebar secara cepat, karena adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang kurang peduli serta kurang mematuhi anjuran protokol kesehatan di lingkungan umum sehingga berdampak luas kepada semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia, termasuk pembelajaran di sekolah. Dilansir dari detik.com, menurut Dirut SD Kemendikbudristek Sri Wahyuningsih, pembelajaran tatap muka di sekolah tetap dilakukan karena berdasarkan hasil survei yang dilakukan, menunjukan adanya kejenuhan peserta didik dalam melakukan pembelajaran di rumah secara daring. Pembelajaran daring juga menimbulkan banyaknya permasalahan yang timbul karena tidak menemukan solusi dari permasalahan dengan baik dan benar. Beliau juga mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka secara langsung di sekolah harus segera dimulai dengan berbagai peraturan dan tetap menjalankan protokol kesehatan dengan baik serta perlu adanya faktor pendukung dari orang tua peserta didik untuk menekankan adanya konsekuensi berdasarkan keputusan yang akan diambil jika anaknya mengikuti pembelajaran daring ataupun tatap muka di sekolah. Kasus COVID-19 tidak dapat diprediksi, baru-baru ini perkembangan penyebaran COVID-19 mulai melonjak lagi. Sekolah diwajibkan untuk melakukaan pendataan atas kesesuaian fasilitas pendukung dalam pembelajaran tatap muka di sekolah, dimulai dari adanya data zonasi lingkungan yang aman, kemudian kapasitas kelas yang memadai sampai diperuntukan adanya satgas dan memiliki pelayanan kesehatan yang lengkap. Jika pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan ,sebaiknya sekolah menggunakan kurikulum khusus yang sudah dibuat oleh satuan pendidikan, karena sudah adanya penyederhanaan pada materi pembelajaran yang berfokus pada tujuan kompetensi pembelajaran dan melakukan pengetatan pada penggunaan protokol kesehatan dengan bijak. (RMO/UKH/TSA) Referensi: https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5608356/covid-melonjak-kemdikbudristek-ptm-terbatas-digelar-dengan-prokes-ketat


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.