17 minute read

MEMBENTUK KESIAPAN KARIER YANG KOMPREHENSIF

Bagi Mahasiswa Dalam Program Merdeka Belajar

Oleh: Funnyscha memang menjadi kekuatan untuk meraih masa depan yang cerah bagi mereka yang mau belajar dan membuka peluang untuk mengeksplor pengalaman baru. Namun, tidak bagi orang-orang yang bermalas-malasan dan memandang eksplor diri itu tidak penting. Program MBKM ini menjadi suatu kesempatan baik bagi mereka yang mau belajar dan ingin terjun langsung ke lapangan. Kesempatan ini diberikan tidak semata untuk pengetahuan tentang kurikulum yang ada di perguruan tinggi namun juga memberikan pengalaman baru tentang keahlian, potensi dan bakat yang ada dalam diri mahasiswa.

Advertisement

Pendidikan

Inilah yang menjadi persoalan dan tantangan Universitas.

Dengan adanya budaya mahasiswa yang sering Over thinking dan serba eksis membuat perubahan jauh lebih mudah menerima hoaks di berbagai sistem informasi ataupun berbagai sumber. Keunikan menerima, memperoleh dan mencerna perubahan kini menjadi dorongan mahasiswa untuk meningkatkan skill mahasiswa dalam menjadi Agen Of change. Lalu bagaimana hubungan program MBKM dengan kesiapan karir mahasiswa?

Mengapa harus mahasiswa yang menjalankan program dari Mendikbudristek tersebut?

Alasannya karena kita tahu bahwa mahasiswa adalah calon-calon yang siap terjun langsung ke lapangan dengan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki atau didapatkan selama proses menjadi seorang mahasiswa. Dimasa sekarang, mahasiswa menjadi harapan bangsa sebagai Agen Of Change (Agen Perubahan), dimana mahasiswa dapat menjadi penggerak perubahan kearah yang lebih baik.

Bagaimana cara menjadi penggerak perubahan?

Melalui ide gagasan, bakat atau keterampilan yang dimiliki. Maka dari itu, perlu adanya pengembangan skill sekaligus menambah wawasan baru serta membekali diri untuk kesiapan terjun langsung ke dunia karir. Pada saat sosialisasi program yang dilakukan oleh dosen, banyak sekali keluh kesah dan ketakutan karena logika dan cara berpikir yang tersesat. Oleh sebab itu, banyak mahasiswa yang berfikir MBKM itu menyulitkan bagi diri sendiri. Logikanya hanya sebatas lulus dengan cepat dan mendapatkan ijazah.

“Kebutuhan dunia industri terhadap permintaan tenaga kerja yang kompeten dibidangnya”.

Hal ini dilihat seiring dengan lambannya penurunan angka pengangguran. Semakin banyak angka pengangguran maka, semakin tinggi tingkat kemiskinan yang ada di masyarakat. Terus bagaimana cara mengurangi angka pengangguran yang tinggi serta kemiskinan yang ada? Seiring dengan perubahan zaman dan permintaan industri yang ada sekarang 4.0 sudah menuntut kita untuk mempunyai skill yang sesuai dengan permintaan industry masyarakat.

Menurutnya, melihat situasi sekarang walaupun masih dikatakan belum sempurna tetapi suasana pertemanan dengan teman di kelas berbeda dan nanti mahasiswa akan diberikan materi-materi mengenai kebudayaan yang berbeda, materi kebhinekaan, dan lain sebagainya. Yang terpenting kebhinekaannya tetap terpelihara dalam Pertukaran Mahasiswa Merdeka ini.

Jadi, tidak terlihat apakah itu perguruan tinggi swasta, apakah itu perguruan tinggi besar maupun perguruan tinggi kecil semuanya akan sama.

Program ini merupakan program kolaboratif antara para mitra dari perusahaan, organisasi, institusi pemerintahan atau startup dan kemendikbudristek yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa tingkatakhir atau mulai semester 5 untuk dapat menyelami, merasakan dunia kerja yang sesungguhnya. Model pembelajaran yang sesuai dengan revolusi industri 4.0 memberikan peluang fleksibelitas yang luas bagi mahasiswa untuk bisa menyiapkam dirinya memasuki profesi yang bersama-sama kita ciptakan dengan dunia kerja, yaitu sesuai dengan prinsip operasionalnya.

“Tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan insan yang merdeka dan berbudaya. Insan merdeka yang nomor satu adalah mandiri, berdikari, tidak bergantung pada orang lain, dan mampu untuk merancang dan menentukan masa depannya sendiri. Itulah yang diterjemahkan dengan konteks kekinian di era revolusi industri 4.0 ini.”

Ki Hajar Dewantara

Apakah juga termasuk era hilangnya sopan santun?

Dalam kondisi sekarang ada faktor eksternal yang terealisasikan secara realita kebudayaan yang terus berubah karena banyaknya budaya barat yang masuk dan mempersulit mempertahankan sopan santun dimanapun dan kapanpun. Bahkan juga ada yang tidak sopan terhadap orang yang lebih tua dengan caranya, ketika memanggil tidak menyebut nama melainkan dengan sebutan kasar misalnya “woi, coy, bro, bray, dst”. Ada lagi dengan budaya era perubahan ini, anak muda jaman sekarang menirukan gaya budaya barat yang memang kurang cocok untuk di contoh. Pengetahuan sopan santun yang memang kurang dari orang tua dan tidaknya memperhatikan etika melainkan hanya untuk menyandang trend yang ada.

Berdasarkan kondisi tersebut, terlihat mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Dunia pendidikan sebagai suatu sub sistem kehidupan masyarakat. Perlu menyikapi dengan terbuka berbagai karakteristik yang ada dalam dunia pendidikan maupun yang terjadi dalam kehidupan, sebagai upaya mengintegrasikan agar dapat mencapai suatu kondisi pendidikan yang tidak tertinggal dengan perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai akibat akumulasi perubahan.

Perubahan-perubahan yang terjadi untuk menghadapi industri 4.0. Pendidik meyakini bahwa segala tuntutan dalam dunia pendidikan yang merupakan suatu keharusan untuk selalu dicermati perubahan-perubahan yang terjadi. Lalu apa peran pendidik yang membedakan dari gawai cerdas di genggaman mereka? Melalui gawai itu tanpak lebih efektif. Benarkah sepenuhnya demikian? Bagaimanapun ternyata peran guru dan dosen sepenuhnya tidak bisa digantikan dengan teknologi. Karena, guru dan dosen bukan sekedar sumber ilmu pengetahuan melainkan, menjadi contoh dan teladan yang mentransfer adab dan tata nilai.

Hal yang perlu direfleksikan adalah penting dalam hidup untuk mempunyai rasa tanggung jawab, kedisiplinan, empati kepada orang lain, jujur, kerja keras, saling menghormati, mencintai sesama manusia, kesederhanaan, keikhlasan dan lain-lain yang tidak bisa ditemukan bahkan dalam gawai yang smart sekalipun. Hal itu hanya didapat dari keteladanan dan pembiasaan karakter.

Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Layaknya sebuah perkampungan kecil yang sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi dan budaya.

Krisis Kepercayaan Terhadap Oknum Pejabat Negara

dalam Penegakan Hukum

Oleh: Jorgi Cahya

Hukum yang menjadi semboyan sekarang semakin amburadul karena adanya oknum yang berkeliaran dalam negara ini, penegak hukum berperan sangat penting dalam mengembalikan citra keterpercayaan masyarakat terhadap sebuah pemerintahan.

Kasus oknum penegak hukum yang sampai hari ini masih menjadi perbincangan hangat di media nasional, penegakan hukum di Indonesia merupakan permasalahan yang cukup serius, banyak orang merasa bahwa hukum di negeri ini tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Dalam hal ini, seharusnya penegakan hukum tidak pandang pilih dan harus memberikan rasa keadilan bagi semua masyarakat.

Penegakan hukum harusnya bisa bertanggung jawab, memberikan kepastian kepada setiap masyarakat, tidak memihak, dan tidak mudah di intervensi. Dengan dapat dikatakan bahwa hukum berfungsi sebagai mekanisme untuk melakukan integrasi terhadap berbagai kepentingan masyarakat baik saat terjadi konflik atau tidak terjadi konflik, bahkan setelah terjadi konflik dalam kehidupan bermasyarakat.

Masalah utama dalam penegakan hukum di Indonesia bukanlah pada produk sistem hukumnya, melainkan pada kualitas manusia yang menjalankan hukum (oknum). Dengan seperti ini peranan manusia dalam menajalankan hukum (penegak hukum) memiliki tempat yang strategis. Masalah transparansi penegakan hukum sangat berkaitan dengan kinerja badan-badan hukum atau lembaga pengak hukum yang ada. Lemahnya mentalitas penegak hukum di Indonesia mengakibatkan penegakan hukum tidak berjalan dengan mekanismenya.

Sistematis tawar-menawar dan suapmenyuap dalam proses penanganan kasus hukum adalah bagian mekanisme klasik yang tertata rapi. Biasanya yang ingin beperkara perlu menyiapkan amplop-amplop bermata uang non-asing maupun asing sesuai dengan pesanan pendakwa pasal-pasal siluman dan pengambil keputusan akhir atau yang biasanya disebut dengan tangan kanan Tuhan di dunia. Ketidakpastian dan kekacauan hukum ini menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap proses penegakan dalam lingukungan penegak hukum. Bukankah ini berbanding terbalik penegak hukum namun menegakkan hukum sesuai pesanan?

Realitas penegakan keadilan ini sangat memengaruhi kehidupan masyarakat yang meliputi kehidupan sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan kesejahteraan rakyat. Jika seperti ini apakah Pancasila masih bisa diterapkan? Jika banyak oknum yang memainkan pegangan dan pedoman hidup bersama dalam sebuah negara berpredikat hukum.

Fenomena yang terjadi bisa dilihat dari tindakan penghinaan terhadap oknum (jasa dan hakim) dan lembaga penegak keadilan di ruangan sidang pengadilan masih berlangsung. Nikita Mirzani tiba-tiba mengamuk di ruang sidang (19/12/2022), Pemukulan hakim sunarso di pengadilan negeri jakarta pusat (18/7/2019), pelemparan hakim di sikka (4/7/2022), dan masuknya sejumlah oknum anggota brimob ke dalam ruang sidang kasus kanjuruhan (2023), lalu terjadinya putusan pengadilan terhadap jaksa pinangki akan kasus pencucian uang dan suap-menyuap dilingkup penegakan hukum dengan hasil putusan yang sangat ringan (14/6/2021), dari semua itu bisa diilustrasikan akan kekecewaan masyrakat akan penegakan keadilan.

Apakah penegakan keadilan seperti ini terus? Apakah Menkopolhukam berbicara akan kasus yang terjadi baru penegakan keadilan berjalan dengan transparan? Situasi ini, terjadi tampak dari sikap Kemenko Polhukam yang dengan terang-terangan mencetuskan pendapatnya sebelum vonis atas kasus hukum Ferdy Sambo dan kasus terbaru Mario lewat media sosial.

Campur tangan (kepedulian) atas seorang menteri dalam konteks ini tentu berdampak kepada pertimbangan dan pengambilan vonis yuridis yang adil atas kasus yang sedang ditangani.

Dalam kondisi ini, patut dipertanyakan keintregritasan seorang hakim dalam menghadapi sebuah intervensi sebelum vonis? Keadaan semacam ini yang banyak mengundak beberapa pihak untuk memperjualbelikan hukum, KKN itu nyata adanya! Belum muncul data yang akurat tentang berapa para oknum yang dilingkup pejabat kekuasaan yang menjadi ATM penegak hukum. Kasus-kasus mereka sengaja dipelihara dan dirawat oleh oknum polisi, jaksa, dan hakim supaya “tabungan” ini dapat mereka gunakan sewaktu-waktu oleh para pembuat fatwa dakwaan.

Kepercayaan sosial masyarakat akan bangkit terutama melalui transparansi penerapan hukum positif di Indonesia. Transparansi ini akan sangat memengaruhi sikap dan pandangan warga masyarakat sipil serta mengembalikan sikap kepercayaan terhadap penegak hukum. Selama ini penerapan hukum kita masih diselimuti kerahasiaan antara oknum polisi, jaksa, hakim, tersangka, dan pengacara. Kapan masyarakat dapat bisa langsung menyaksikan penanganan kasus hukum yang sungguh transparan, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan dengan hati nurani yang benar dan sehat.

Lalu, bagaimana cara memperbaiki masalah penegakan hukum di Indonesia?

Yang pertama, yaitu bagaimana sikap serta tindakan dari para sarjana hukum untuk lebih memperluas pemahaman atau menganalisis permasalahan yang terjadi saat ini. Dalam hal ini dibutuhkan pemikiran dan pandangan yang kritis akan makna atau suatu arti penting penegakan hukum yang sebenarnya. Selain itu, juga dibutuhkan ilmu-ilmu sosial yang mendukung dalam mengidentifikasikan suatu persoalan hukum yang terjadi saat ini dalam masyarakat agar dalam pembuatan hukum ke depannya menjadikan sebuah kegagalan yang terjadi di masalalu sebagai sebuah pembelajaran. Dalam persoalan ini juga perlu adanya kesadaran dalam pelaksanaan hukum serta kaadilan tanpa memandang suku, ras, serta agama seperti yang terkandung di dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

Kemudian yang kedua, cara menyelesaikan berbagai permasalahan terkait hal tersebut, yaitu bagaimana tindakan para aparat penegak hukum mulai dari polisi, hakim, jaksa, serta pengacara dalam setiap menangani sebuah perkara atau kasus hukum yang dilandasi dengan nilai-nilai kejujuran, sadar akan keadilan, serta melakukan prosesproses hukum secara transparan dan sesuai dengan undang-undang negara kita.

Hukum seharusnya tidak ditegakkan dalam bentuknya yang paling kaku atau arogan. Tetapi harus berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya mengikuti hukum dalam konteks perundang-undangan hitam putih semata. Karena hukum yang ditegakkan hanya berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan menghasilkan keputusan yang kontroversial dan tidak memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya. Penegakan hukum menjadi sangat penting untuk ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga dapat menciptakan keharmonisan, keadilan, ketentraman, dan keamanan dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara.

Upaya penegakan hukum yang ketiga, yaitu menyiapkan program jangka panjang yang perlu dilakukan, yaitu penerapan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan. Dan juga perlu memberikan penghargaan kepada hakim atau jaksa yang telah melakukan tugasnya dengan baik dan berprestasi untuk memberikan trobosan dalam penegakan hukum yang ada di Indonesia. Dengan adanya pengembangan karakter pada setiap jenjang pendidikan serta memberikan penghargaan kepada para penegak hukum yang berprestasi diharapkan nantinya generasi penerus bangsa tidak salah langkah dalam mengambil keputusan, serta hakim dan jaksa juga diharapkan dapat meberikan trobosan yang bermanfaat bagi penegakan hukum di Indonesia yang lebih baik lagi kedepannya.

Yayasan Kakak Pendorong Kampung Bebas Rokok di Kota Surakarta

Oleh: Dinda Anjar Kinanti, Diyah Ayu Putri Wulandari, Febriana Saputri

Kampung Bebas Asap Rokok (KBAR) diinisiasi oleh Dinas Kesehatan terkait dengan Gerakan Masyarakat (Germas) sekitar tahun 2017 hingga 2018. Melalui Germas, banyak ditemukan masyarakat yang masih merokok sembarangan. Mulai dari merokok di dalam rumah hingga di dekat anakanak. Dari situlah muncul ide untuk membuat

Kampung Bebas Asap Rokok (KBAR). Dengan KBAR ini, diharapkan para perokok tidak merokok sembarangan lagi, melainkan dapat merokok pada tempat yang sudah ditentukan.

Seiring berjalannya waktu Yayasan

Kakak mulai ikut serta mendampingi program tersebut. Pada mulanya, KBAR mulai diterapkan pada 8 kampung di Solo sebagai percontohan kampung-kampung lainnya.

Kampung-kampung tersebut adalah RW

9 Kelurahan Mojosongo, RW 19 Kelurahan

Mojosongo, RW 7 Kelurahan Pucang

Sawit, RW 9 Kelurahan Karangasem, RW 3

Kelurahan Mangkubumen, RW 13 Kelurahan

Sondakan, RW 2 Kelurahan Tegalharjo, dan

RW 6 Kelurahan Tegalharjo. Akhirnya, KAKAK mempunyai indikator bernama Indikator

Bebas Asap Rokok. Di mana Indikator KBAR ini mulai diterapkan sejak tahun 2021. Setiap

KBAR memiliki struktur kepengurusan masing-masing. Mulai dari Ketua, Wakil Ketua, Seksi Humas, Seksi Program,dan lain sebagainya.

KBAR tidak serta-merta melarang orang untuk merokok. Program ini menyediakan tempat tersendiri bagi masyarakat yang ingin merokok, namanya Saung Rokok. Saung Rokok dapat didirikan sendiri maupun berada di Pos Ronda. Asalkan, saung tersebut memuat syarat-syarat sebagai berikut: (1) jauh dari pemukiman; (2) terbuka; (3) terdapat papan aturan-aturan; serta (4) terdapat posterpostet edukasi. Program KBAR juga tidak melarang warung-warung untuk menjual rokok. Hanya saja, ada beberapa kampung yang menerapkan aturan untuk tidak menjual pada anak-anak.

KBAR menuai pro dan kontra. Masyarakat yang setuju adalah masyarakat yang peduli akan kesehatan anak-anak dan lingkungan yang bersih. Sedangkan masyarakat yang tidak setuju datang dari para perokok yang merasa kesulitan untuk merokok. Mereka merasa bahwa KBAR ini membatasi kebebasan mereka untuk merokok.

KBAR menuai pro dan kontra. Masyarakat yang setuju adalah masyarakat yang peduli akan kesehatan anak-anak dan lingkungan yang bersih. Sedangkan masyarakat yang tidak setuju datang dari para perokok yang merasa kesulitan untuk merokok. Mereka merasa bahwa KBAR ini membatasi kebebasan mereka untuk merokok.

Kini, sudah ada 94 kampung yang menandatangani deklarasi KBAR. Deklarasi tersebut dihadiri oleh Camat, Lurah, Kepala Puskesmas lalu ditandatangani bersama. Isi Deklarasi tersebut antara lain; tidak boleh merokok dalam rumah, tidak boleh merokok selama pertemuan, tidak boleh membuang puntung rokok sembarangan, dan lain sebagainya. Berbagai sanksi diterapkan jika ada yang melanggar. Mulai dari denda dan juga sanksi sosial. Sanksi sosial ini biasanya masih sebatas mengingatkan dan mengedukasi.

Berbagai tantangan dihadapi oleh Yayasan Kakak dalam menjalankan program

KBAR tersebut. Kepatuhan masih menjadi tantangan yang utama. Tingkat kepatuhan untuk tidak merokok di dalam rumah dinilai belum maksimal. Selain itu, belum semua kampung di Solo adalah Kampung Bebas Asap Rokok. Ada salah satu kampung yang justru RW-nya sendiri menentang dan ada beberapa kampung yang memang belum bersedia. Sehingga, mereka masih kesulitan untuk menciptakan lingkungan yang bersih tanpa asap rokok. Sampai sekarang asap rokok masih menjadi penyumbang tertinggi faktor stunting pada anak. “Harapannya karena salah satu penyumbang stunting itu adalah asap rokok. Harapannya adalah semua kampung di Kota Solo ini menjadi kampung bebas asap rokok, karena dengan kampung bebas asap rokok kita bisa menekan angka stunting, angka perokok anak, angka orang yang mempunyai penyakit tidak menular itu menjadi hal yang penting kita bisa menekan angka-angka itu dengan adanya kampung bebas asap rokok”, ujar Noor Hidayah selaku pengurus Yayasan Kakak.

Gedung Djoeang

Pemanfaatan Tempat Bersejarah untuk Tempat Wisata

Oleh: Aisyah Juniar Salma, Hidahlia Shayla Deska Putri Adhitya, Mini Aprilia

Kapan Gedung Djoeang direnovasi dan apa tujuan gedung ini direnovasi?

Gedung Djoeang mulai direnovasi pada tahun 2018. Tujuan utamanya adalah karna gedung ini termasuk salah satu cagar budaya tempat bersejarah, sehingga harus dilestarikan dan dirawat. Lalu setelah direnovasi, gedung ini dialih fungsikan sebagai tempat wisata dan dikelola oleh pihak swasta, di bawah naungan Manajemen BTC, nama pihak pengelolanya adalah PT. Andalan Propertindo.

Bagaimana upaya dalam pemeliharaan dan perawatan Gedung Djoeang ini?

Pemeliharaan dan perawatan Gedung Djoeang ini selalu dilakukan. Namun, untuk penggantian kami harus izin dulu ke kantor dinas cagar budaya, karena penggantian itu seperti mengubah bentuk bangunan. Jadi, harus ada izin terlebih dahulu dan biaya untuk pemeliharaan disponsori oleh pihak pengelola.

Dahulu saat awal dibuka pengunjung masuk kawasan gedung masih gratis, mengapa sekarang harus bayar dengan membeli es krim dahulu?

Gedung Djoeang dikelola oleh pihak swasta. Dalam pengelolaannya pasti mengeluarkan banyak biaya, sehingga mereka butuh income biaya lagi, istilahnya agar ada timbal balik. Kalau dahulu itu sebenarnya bukan gratis tapi memang Gedung Djoeang saat itu belum resmi dikelola oleh pihak swasta, saat itu tahap renovasi belum selesai sehingga pengunjung masih dibebaskan.

Apakah hotel di dalam juga termasuk kawasan Gedung Djoeang?

Hotel di dalam bukan termasuk kawasan Gedung Djoeang hotel tersebut masuknya ke kawasan BTC, tetapi masih satu pengelola dengan Gedung Djoeang.

Adakah keluhan yang disampaikan oleh pengunjung dan bagaimana tanggapan pihak pengelola?

Keluhan yang sering disampaikan yaitu seperti pelayanan lumayan lama. Hal ini karena faktor pengunjung yang banyak sehingga menyebabkan antre. Namun, pihak pengelola sudah berupaya untuk memberikan pelayanan semaksimal mungkin.

Hal unik apa yang membuat Gedung Djoeang dibuka untuk wisata?

Gedung Djoeang memiliki keunikan yang membuatnya dijadikan tempat wisata.

Bangunan Gedung Djoeang terbilang sangat klasik dan unik karena bangunan ini sudah lama dan masih asli. Hal ini bisa dilihat dari adanya jendela yang masih asli bawaan tidak diubah. Aula di Gedung Djoeang bisa disewa untuk resepsi, rapat, dan acara lainnya.

Apa dampak yang didapat setelah Gedung Djoeang dibuka sebagai tempat wisata?

Adanya Gedung Djoeang ini memberikan dampak positif untuk Kota Solo. Karena, banyak orang luar kota yang datang ke Solo dan menjadikan gedung ini menjadi objek wisatanya. Bahkan, sepertinya Gedung

Djoeang ini termasuk salah satu ikon Kota Solo yang paling terkenal.

Bagaimana Gedung Djoeang dapat membantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sejarah perjuangan Indonesia?

Di tembok ruang tengah Gedung Djoeang sudah dipajang keterangan tentang sejarah serangan tiga hari Solo yang bermula dari sini. Gedung ini dahulu dijadikan tempat untuk perencanaan serangan dan merupakan markas besar prajurit Brigadir Jenderal TNI

Ignatius Slamet Riyadi. Jadi, gedung ini erat sekali hubungannya dengan perjuangan masyarakat Solo pada zaman dahulu. Dahulu gedung ini juga pernah dijadikan kantor Brigif

6. Jadi, Brigif 6 yang ada di Palur itu merupakan cikal bakal yang berasal dari Gedung Djoeang.

Sehingga, hal itulah yang menjadi alasan Gedung Djoeang menjadi tempat yang menjadi salah satu tonggak sejarah perjuangan.

Foto oleh: Mini Aprilia/LPM Apresiasi

Bagaimana peran masyarakat dan pemerintah dalam memperkenalkan Gedung Djoeang sebagai tempat wisata?

Peran masyarakat, dinas pemerintah kota, dinas pariwisata selama ini baikbaik saja. Bahkan waktu itu pernah dinas pariwisata se-Solo raya bertujuan ingin mengangkat daerah pariwisata yang ada di Solo raya dan sekitarnya yang salah satunya adalah Gedung Djoeang dijadikan sebagai destinasi wisata baru yang wajib dikunjungi saat bermain ke Solo.

Apa saja tantangan yang dihadapi dalam membangun Gedung Djoeang dan bagaimana cara mengatasi tantangan tersebut?

Kalau untuk tantangan pasti banyak, apalagi ini gedung tua yang dimana untuk biaya perawatannya pasti mahal. Untuk itu jalan keluar dari kami adalah membatasi akses pengunjung, seperti gedung yang bagian atas itu kami kosongkan tidak untuk pengunjung, di sana masih rawan karena lantainya masih kayu. Nah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, termasuk untuk menghindari perawatannya yang memerlukan biaya tidak sedikit, maka tidak kami buka untuk pengunjung atau umum. Jadi ya seperti itu cara kami mengatasinya.

Bagaimana upaya promosi dalam memperkenalkan Gedung Djoeang?

Promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan Gedung Djoeang yaitu bisa dilakukan dengan membuat promosi melalui media sosial. Seperti instagram kami yang bernama @gedungdjoeang45solo dan akun gelato kami yaitu @gelatokusolo

Bagaimana keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola Gedung Djoeang untuk keberlanjutan pariwisata?

Penanggung jawab utama dari pengelolaan Gedung Djoeang adalah pihak pengelola, yaitu pihak swasta. Jadi, masyarakat sekitar hanya mendukung saja misalnya seperti dukungan dari pihak kelurahan setempat.

Pengunjung paling jauh itu datang dari daerah mana?

Pengunjung yang datang berasal dari beberapa bagian daerah Indonesia, entah itu karena kebetulan dia kuliah di sini atau memang ingin sekedar berkunjung saja karena kebetulan sedang ada di Solo. Gedung Djoeang biasanya ramai saat weekend dan malam hari.

Sebagai pengunjung bagaimana tanggapannya terhadap Gedung Djoeang ini?

Kesan dibukanya wisata Gedung Djoeang ini sangat bagus dan menarik, karena bangunannya unik dan cukup klasik. Jadi, gedung ini cocok buat spot foto yang kece. Saat malam hari, Gedung Djoeang ini terlihat sangat bagus karena ada banyak lampu yang unik, cocok buat tempat nongkrong serta berfoto.

Adakah saran dan masukan?

Saran dan masukan yang diberikan yaitu Gedung Djoeang ini bisa lebih dikembangkan lagi agar Gedung Djoeang semakin menarik dan memiliki banyak spot foto. Bisa juga ditambah beberapa tenda-tenda agar suasana siang hari tampak sejuk dan tidak terlalu panas.

Tempatnya bagaimana?

Gedung Djoeang memiliki kondisi tempat yang bagus, unik, dan klasik. Tempat ini cocok digunakan anak zaman sekarang. Misalnya, berfoto untuk memenuhi kebutuhan sosial media karena tempat ini memiliki keindahan tersendiri.

Apakah harga tiketnya sudah sesuai dengan fasilitas?

Harga tiket yang diberikan sesuai kantong pelajar dan kalangan umum. Tiket masuk tersebut berupa membeli 1 item gelato per orang, jadi bisa digunakan sebagai camilan dingin.

Harapan untuk Gedung Djoeang di masa depan?

Di masa mendatang, Gedung Djoeang diharapkan untuk bisa lebih berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas. Dimana ketenaran dan popularitasnya tidak hanya di sekitar Solo, tetapi juga dikenal dikancah nasional maupun internasional. Sehingga bisa memajukan pariwisata Kota Solo.

Peran Pers Terhadap Budaya Batik

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang belakangan ini mulai berkuramg eksistensinya, sedangkan peran media dalam pengembangan dan pelestarian batik masih sangat terbatas, beberapa media yang ada di Solo hanya mengangkat masalah batik pada event atau jika ada isu tertentu, hal tersebut cukup membuktikan jika pers masih kurang diperhatikan dalam budaya salah satunya batik, padahal banyak hal menarik dari batik, tidak cuma memberitakan tentang model batik saja, tetapi pers seharusnya juga menyoroti hal dibalik industri batik mulai dari regenerasi pembatik yang macet atau tidak berjalan dengan baik dan kurang dihargai, padahal ketika hasil batik yang dibuat oleh seniman batik bisa dijual dengan harga yang cukup tinggi, sedangkan mereka sebagai seniman batik malah mendapat upah yang bisa dibilang kurang layak.

Solo sendiri dikenal sebagai salah satu pusat batik selain Pekalongan, namun di pasar kita akan sering menjumpai batik cap yang dianggap bisa mematikan industri batik tulis, hal ini menjadi pro dan kontra ketika batik cap mulai menjamur dan batik tulis mulai terlupakan, “ini menjadi ironi di mana kita ingin mengenalkan batik ke banyak masyarakat melalui batik cap yang harganya terjangkau, tetapi di lain sisi kita mematikan industri batik tulis”, Ujar Chrisna selaku Jurnalis dari AJI Solo.

Di Solo sendiri media sekarang kurang memperhatikan eksistensi industri batik, sebenarnya banyak hal yang bisa diliput seperti bagaimana perkembangan industri tersebut atau pengembangan kawasannya, kampung batik ada salah satu kawasan sebagai cagar budaya yang sebenarnya bisa diangkat isu yang ada di sana, dalam periode ini gibran memiliki 16 program prioritas dan tidak ada satupun yang menyentuh kampung batik, hal tersebut sangat disayangkan karena potensi batik kita yang cukup besar namun belum tersentuh.

Pers sendiri sebenarnya bisa mengangkat isu batik melalui seniman batik yang sebenarnya mereka akan memiliki banyak cerita, bisa dimulai dari cerita pembatik sepuh yang menghidupi keluarganya melalui karya batiknya, di Sragen juga ada salah satu pemuda yang peduli dengan batik dan mengembangkan batik di daerahnya, namun iklim pers sendiri masih belum berarah ke masalah batik, mereka lebih berfokus kepada pembangunan yang ada di Solo.

Mungkin kurangnya minat dari media di Solo dalam meliput tentang batik dikarenakan banyaknya jenis dan filosofi dari batik tersebut misal di Taman Pracima Pura Mangkunegaran ada salah satu jenis batik yang dilarang digunakan di sana karena alasan tertentu jadi media harus mencari informasi dahulu agar bisa mengetahui sedikit informasi tentang hal yang akan diwawancara, batik sendiri memiliki banyak filosofi yang meliputi dari kita lahir sampai kita meninggal, hal tersebut bisa dijadikan pers sebagai materi liputan yang mengedukasi masyarakat.

Anak muda sekarang banyak yang lebih memilih menggunakan pakaian casual yang tidak ada sedikitpun motif batiknya, seharusnya influencer bisa memperkenalkan penggunaan batik melalui akun mereka yang mana akan memengaruhi banyak orang, namun hal tersebut kembali lagi ke pribadi setiap orang yang menerima pesan tersebut, pemerintah pun juga sudah melakukan upaya dengan memberi peraturan jika setiap hari jumat harus menggunakan batik, namu apakah hal tersebut akan membuat orang berpikir tentang industri batik dan isu yang ada di dalamya atau hanya sekadar menggunakan batik sebagai bentuk taat peraturan saja, padahal isu dibalik industri batik juga harus diperhatikan seperti upah pembatik yang dibayar murah, masalah tersebut sebenarnya masalah rumit yang tidak bisa diatasi oleh satu dua orang ataupun pers, ketika industri batik sudah berkembang menjadi lebih besar mereka akan lebih berfokus membikin batik yang lebih efisien.

Media sosial sebenarnya bisa menjadi jembatan agar masyarakat lebih peduli terhadap batik, bisa dengan mengunggah motif-motif batik, filosofi dibalik motif tersebut, dan masih banyak lagi hal yang bisa diunggah untuk membagikan informasi di media sosial, dibandingkan majalah atau buku, sosial media lebih diutamakan untuk membagikan informasi yang ringan dan mudah diterima masyarakat dan ketika masyarakat mulai tertarik dengan sisi lain dari dunia batik mereka bisa beralih ke majalah, buku, ataupun hasil liputan yang disediakan oleh media.

Batik sudah go Internasional dan diakui sebagai warisan budaya, jadi sebenarnya promosi yang dilakukan terkait batik sudah tidak kurang dan di luar negeri pun batik juga banyak dipakai, namun hal itu balik lagi ke masyarakat kita yang lebih memilih menggunakan pakaian casual, satu hal yang sedang menjamur belakangan ini adalah thrifting yang bisa merusak industri batik, salah satu pengusaha batik juga pernah menuturkan kalau thrifting tersebut bisa merusak industri pakaian lokal tidak hanya batik saja, padahal hal tersebut merupakan tidakan ilegal atau tidak melalui jalur resmi, mungkin pengusaha batik bisa melakukan inovasi agar batik sendiri lebih dikenal lagi oleh masuarakat yang mana peran pemuda pemudi sangat dibutuhkan di situ.

Mungkin pers bisa membantu meningkatkan eksistensi atau daya tarik batik dengan cara meningkatkan intensitas liputan tentang batik atau pers bisa memberikan satu program yang berkelanjutan membahas tentang batik, bukan hanya membahas batik ketika hari batik ataupun ketika ada masalah tentang batik baru dibahas, hal tersebut tidak salah namun jika kita ingin meningkatkan eksistensi batik tersebut dengan cara meningkatkan intensitas agar masyarakat lebih mengetahui tentang batik.

Pesan dari AJI Solo untuk anak muda kita, sebagai anak muda yang masih banyak penasaran dan rasa ingin tahu yang besar kita harus menambah literasi tentang batik, tidak harus menggunakan batik setiap hari, tetapi pemahaman kita tentang batik sendiri lebih penting sehingga kita bisa menjaga warisan budaya tidak hanya secara fisik, tetapi juga dari pola pikir kita, itu yang harus digagas oleh anak muda kita, atau juga bisa membuat diskusi tentang batik agar banyak orang yang mengetahui kalau batik masih banyak digagas oleh orang, jika dilihat dengan 10-20 tahun yang lalu anak muda sekarang sudah lebih peduli terhadap batik jika dilihat zaman dahulu mungkin anak muda akan memandang batik sebagai pakaian yang kuno akan tetapi sekarang batik sudah mulai diterima oleh anak muda.

This article is from: