
3 minute read
SOLO BATIK CARNIVAL
Oleh: Arthamevia N
Batik
Advertisement
adalah salah satu warisan budaya yang selalu mengalami perkembangan seiiring berkembangnya zaman. Terutama pada zaman modern ini batik mulai dimodifikasi ke dalam berbagai rupa dan bentuk serta motif yang berkembang sesuai tren masyarakat. Hal tersebut memampukan batik untuk diolah tidak hanya sebagai pakaian batik biasa namun dapat dikemas, bahkan dijadikan ajang pelestarian batik melalui event budaya seperti Solo Batik Carnival.
Solo Batik Carnival (SBC) merupakan acara tahunan yang diadakan pemerintahan Kota Surakarta (Solo) dengan menggunakan batik untuk bahan utama pembuatan kostum. Awal acara ini dilaksanakan sejak Juni 2008 yang berlokasi di jalan Slamet Riyadi mulai dari Purwosari hingga ke Balaikota Solo. Para peserta Solo Batik Carnival ini membuat kostum dengan berbagai macam tema serta mengenakan kostum tersebut dan berjalan di atas catwalk yang berada di jalan Slamet Riyadi.
Kerajinan batik sebagai fokus utama pada acara ini sehingga dapat menjadikan momen untuk memperkenalkan budaya dan tradisi yang menjadi ciri khas dari Kota Solo. Setiap tahunnya acara ini mengusung tema yang memiliki makna khusus sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk menciptakan kostum yang istimewa. Dalam pembuatan kostumnya tidaklah sembarangan karena diperlukan perencanaan yang matang agar filosofinya dapat diaplikasikan dengan baik pada kostum Solo Batik Carnival.
Solo Batik Carnival ini diadakan karena berdasarkan dari latar belakang Kota Solo yang di mana identik dengan batik sehingga memiliki julukan sebagai Kota Batik. Selain itu, batik telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Terdapat dua daerah yang memang dimodifikasi secara khusus dan dijadikan sebagai pusat batik, yaitu
Kampung Batik Kauman dan Kampung Batik Laweyan. Secara tidak langsung membuat warga yang tinggal pada dua daerah tersebut perekonomiannya bergantung pada hasil penjualan kerajinan batik.
Pertama kali Solo Batik Carnival dilaksanakan pada tanggal 13 April 2008 yang dibuka oleh Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu. Saat itu diawali oleh kelompok Jember Fashion Carnaval yang berjumlah 52 orang kemudian disusul para peserta dari Kota Solo berjumlah 247 orang yang terdiri dari mahasiswa, pelajar, dosen, seniman, ibu rumah tangga, hingga anak-anak. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kostum tidak hanya batik saja, namun juga memakai terpal, jaring, kertas karton, keeping CD, gelas plastik, balon tiup, hingga bulu ayam sesuai kreativitas masing-masing peserta yang mendesain kostumnya.
Solo Batik Carnival yang kedua digelar pada 28 Juni 2009 dengan tema “Topeng” dan diikuti sekitar 300 peserta. Terdapat tiga jenis topeng tradisional yang dipakai, yaitu Panji, Kelana, dan Gecul. Panji melambangkan raja atau ratu. Kelana melambangkan kesatria atau raksasa. Gecul melambangkan Punakawan atau hamba sahaya.
Solo Batik Carnival yang ketiga diselenggarakan pada tanggal 23 Juni 2010 dengan tema “Sekar Jagat” dan diikuti kurang lebih 300 peserta. Pada Solo Batik Carnival yang keempat berbeda dari edisi sebelumnya karena pelaksanaanya pada malam hari yang diterangi lampu di sepuluh titik sepanjang jalan Slamet Riyadi, tanggal 25 Juni 2011. Acara tersebut diikuti sekitar 325 peserta dan ditonton oleh puluhan ribu orang. Solo Batik Carnival yang keempat ini mengusung tema “Keajaiban Legenda”, dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Andhe-Andhe Lumut, Rara Jongrang, Ratu Pantai Selatan, dan Ratu Kencana Wungu.
Solo Batik Carnival kelima diadakan 30 Juni 2012 dengan tema “Metamorfosa”, yang diaman menekankan pada penciptaan kreasi kostum dengan konsep daur ulang, tetapi tetap menggunakan motif batik sebagai dasarnya. Edisi SBC keenam dilaksanakan 29 Juni 2013 yang bertema “Earth to Earth”, memiliki subtema Memayuhayuning Bawono yang diartikan kehidupan manusia tidak lepas dari elemen dasar, yaitu api, air, angin, dan tanah. Diikuti sekitar 143 peserta.
Edisi Solo Batik Carnival ketujuh mengusung tema “The Majestic Treasure” yang di mana maksud dari harta karun tersebut ialah batik. Peserta yang mengikuti kurang lebih 725 orang terdiri dari peserta berkostum SBC, prajurit, penari, serta peserta tamu berasal dari Kalimantan Timur.
Pada edisi kedelapan tanggal 13 Juni 2015 bertemakan “Papat Kiblat Lima Pancer”. Papat Kiblat ialah menggambarkan empat penjuru mata angin, selain itu Lima Pancer merupakan pusat kelima yaitu diri manusia sendiri. Acara ini diikuti 600 orang peserta.
Edisi Solo Batik Carnival kesembilan pada tanggal 24 Juli 2016 dengan tema “Mestika Jawa Dwipa” berartikan mestika dari pulau Jawa yang di mana mempresentasikan keris, gamelan, lampu dan candi. SBC kesepuluh mengusung tema “Astamurti Kawijayan” artinya Kemuliaan Budaya Jawa. Pada edisi ini memunculkan kembali tema-tema kostum sebelumnya, yaitu Sekar Jagat, Ratu Pantai Selatan, Mustika Jawa Dwipa, Wayang, Topeng dan Jatayu (defile baru). Untuk edisi kesebelas ini bertema “Ika Pramarta” diambil dari bahasa Sanskerta dengan menampilkan delapan devile yang mewakili delapan provinsi di Indonesia, yaitu Sumatra, Kalimantan, Irian, Bali, Nusa Tenggara, Jawa dan DKI Jakarta. Solo Batik Carnival ke duabelas diikuti sebelas delegasi negara Asia Tenggara yang terdiri dari Indonesia, Filipina, Malaysia, Myanmar, Brunei Darussalam, Laos, Vietnam, Kamboja, Timor Leste, Thailand dan Singapura. Acara ini diselenggarakan tanggal 27 Juli 2019. Dengan diikuti dari 11 delegasi negara maka akan heboh dan meriah.