Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

Page 6

LIPUTAN KHUSUS FORUM MAHASISWA

Burjo Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa Siapa tak kenal burjo? Tempat makan ini begitu familiar, khususnya bagi mahasiswa. Bahkan, burjo telah berubah menjadi gaya hidup. Apa yang membuat burjo begitu istimewa? foto: Agung/Manunggal

Burjo Motekar yang terletak di bilangan Baskoro merupakan salah satu warung burjo yang ramai dikunjungi mahasiswa. PARA pelaku usaha burjo memiliki cara tersendiri untuk menarikpara pelanggan. Burjo Motekar, misalnya. Burjo yang terletak di jalan Galang Sewu, Baskoro, ini menawarkan jasa antar pesanan ke tempat tujuan tanpa ongkos tambahan.Ini menyebabkan burjo tersebut kebanjiran pelanggan. Menurut Puzi, salah seorang pekerja di burjo Motekar, menu favorit pelanggan adalah Ayam Bali. Burjo yang telah buka sekitar empat tahun di Tembalang ini mampu menghabiskan lima belas hingga delapan belas kilogram ayam perharinya. “Makanannya enak,” begitu jawab pemuda asal Darma, Kuningan, Jawa Barat, saat ditanya keunggulan burjo Motekar. Salah satu pelanggan burjo Motekar, Sri Ayu Winda, mengaku lebih senang memesan menu burjo ketimbang memasak sendiri, padahal kosnya telah dilengkapi dengan fasilitas dapur. “Kan kalau pesen burjo enak, langsung dateng sendiri makanannya ke kos,” ungkap mahasiswa Undip yang bertempat tinggal di PerumdaTembalang itu. Meski demikian, menurut Winda, kekurangan dari burjo langganannya adalah waktu antar makanan yang cukup lama.“Tapi ngerti juga sih, kan si Aa (Sunda: panggilan kepada laki-laki yang dituakan, red) nungguin pelanggan lain juga, jadi

6

mereka nganter muter-muter”. Disadari atau tidak, konsumsi burjo seakan telah menjadi gaya hidup bagi mahasiswa di lingkungan kampus Undip. Praktis dan terjangkaunya harga membuat burjo cukup digemari. Hal senada juga diungkapkan oleh ‘Mas Londo’, pemilik Burjo Londo yang terletak di kawasan Baskoro.“Burjo memang identik dengan lingkungan kampus, anak kost khususnya,” ujarnya. Banyaknya Pesaing Menjamurnya burjo membuat semakin ketatnya persaingan di antara pengusaha warung burjo. Namun hal ini membuat Mas Londo tidak khawatir. Ia justru memandang hal itu sebagai sebuah tantangan untuk terus berinovasi agar warung burjonya tetap bertahan di tengah banyaknya kompetitor. “Rezeki sudah ada yang mengatur. Tinggal kita saja yang kreatif agar pelanggan tidak bosan,” ujarnya. Untuk menyiasati pelanggan agar tidak bosan, Mas Londo menambah ragam menu di Burjo Londo. Salah dua menu andalannya adalah Ayam Bali dan Mie Dok-Dok. Menu ini berbeda dari kebanyakan menu yang ada di burjo lain sekitar Undip, yang hanya menyediakan menu standar seperti mie instan, bubur kacang ijo, dan nasi omelet.Burjo Londo memang

terkenal dengan ayam balinya, seperti yang juga diungkapkan oleh pemiliknya.“Di sini, memang Ayam Bali yang paling laris,” kata Mas Londo. Karena Ayam Balinya, Mas Londo mengatakan bahwa semakin hari semakin banyak pelanggan berdatangan.Banyak pelanggannya yang memberikan komentar positif atas rasa masakan di Burjo Londo. Dari usaha yang berdiri sejak tahun 2010 ini, Mas Londo mendapat penghasilan sebesar sepuluh juta tiap bulannya. Sejarah Burjo Burjo berasal dari daerah Kuningan. Sampai sekarang, masih banyak burjo yang tumbuh subur di kawasan Jawa Barat tersebut. Konsep asli yang ditawarkan adalah warung sederhana yang menjual bubur kacang ijo dan mie instan. Menu-menu tersebut yang menjadi alasan mengapa warung jenis ini laris didatangi mahasiswa, khususnya anak kost, yang tidak memiliki cukup waktu untuk memasak dan lebih menggemari makanan praktis. Identik dengan Salah Satu Produk Mie Instan Mengenai interior warung burjo yang dipenuhi oleh spanduk-spanduk milik salah satu produk mie instan, Mas

Londo mengatakan bahwa burjo memang memiliki hubungan merger dengan produsen mie instan tersebut. Diakuinya bahwa burjo memiliki andil dalam memperkenalkan produk-produk mie instan itu. Sebagai timbal balik, setiap tahun sekali, perusahaan pemilik merek tersebut mengadakan mudik gratis, bazaar, dan kegiatan gathering bagi seluruh pengusaha warung burjo. Burjo Sebagai Gaya Hidup Kepraktisan dan menjamurnya burjo menjadikannya pilihan yang mudah dijangkau, baik dari segi harga maupun lokasi.Hampir semua menu di burjo ditarif dengan harga yang ramah dengan kantong mahasiswa. Ditambah lagi kebanyakan burjo menyediakan menu makanan ringan seperti gorengan dan snack. Tak heran, mayoritas mahasiswa memilih burjo sebagai tempat makan sehari-hari. Burjo telah terlihat lebih sebagai gaya hidup, tempat makan dan tempat nongkrong yang pas bagi mahasiswa.Di Tembalang, lokasi burjo hampir merata di semua tempat.Hal tersebut yang menjadi faktor ramainya pengunjung burjo selain harganya yang relatif murah dan jarak yang dekat dengan tempat tinggal mahasiswa. (Klaudia, Gina, Selli)

Manunggal Manunggal -- Edisi Edisi IIII tahun tahun XIV XIv Januari Januari 2015 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015 by LPM Manunggal - Issuu