:: LAMPUNG POST :: Senin, 3 maret 2014

Page 22

±

±

CMYK

Senin, 3 maret 2014 LAMPUNG POST

CMYK

±

INSPIRASI 22

Husmiyati Syohmin,

Sang Aktivis Kependudukan MENCIPTAKAN penduduk tumbuh seimbang atau biasa disebut dengan zero population growth (ZPG) menjadi impian tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga bagi Husmiyati Syohmin.

W

alaupun sudah pensiun, komitmen mantan pegawai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Lampung untuk membantu pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk ini patut diacungi jempol. Kegiatan ini dilakukan dilandasi keprihatinannya dengan makin membengkaknya jumlah penduduk di Indonesia dari hasil sensus penduduk 2010 mencapai 237,6 juta jiwa. Angka ini menduduki peringkat empat dunia setelah China (1,3 miliar jiwa), India (998,1 juta jiwa), dan Amerika Serikat (276,2 juta jiwa). Tak dapat dimungkiri laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang dihitung berdasarkan jumlah kelahiran dari wanita usia subur dalam kurun 10 tahun terakhir tidak pernah turun. Mengacu data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2012, laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,5%, jauh dari angka ideal yang semestinya di bawah 1%. Memang dalam 10 tahun lalu, lewat program Keluarga Berencana (KB) sudah ada upaya menekan rata-rata jumlah anak yang lahir dengan mengurangi rata-rata kelahiran usia wanita subur 15—29 tahun atau total fertility rate (TFR) pada berkurang dari 2,6 menjadi 2,1. Sayangnya, cita-cita tersebut pupus karena pada 2013 angka TFR masih pada kisaran 2,6. Angka ini tidak bergerak sejak 10 tahun yang lalu. “Bayangkan, dengan angka jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai sebesar 240 juta. Jika trennya masih seperti ini, diperkirakan pada 2030 jumlah penduduk kita mencapai 340 juta—400 juta,” kata perempuan energik yang gemar ber­ organisasi ini, kemarin. Akibatnya tidak hanya masalah kesehatan,

pada masa mendatang pastinya ledakan penduduk yang tidak wajar akan menciptakan berbagai persoalan pelik, seperti krisis pangan, keterbatasan lahan tempat tinggal, kerusakan lingkungan, dan tingginya angka kriminalitas. Menurut dia, untuk menciptakan penduduk tumbuh seimbang dengan pertumbuhan yang lain, terutama masalah perekonomian dan lingkungan, perlu mendapat perhatian. “Jika angka kelahiran bisa kami tekan dan sesuai pertumbuhan ekonomi, hal ini akan menjadikan tumbuhnya penduduk yang berkualitas dan ideal. Sebab, jumlah penduduk yang besar bila tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai tidak akan pernah menjadi modal pembangunan, justru menjadi beban pembangunan,” ujar Wakil Ketua LSM Sekar Sewu Provinsi Lampung ini. Atas dasar itulah Ketua ZPG Provinsi Lampung ini bekerja keras membantu pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dan mewujudkan penduduk tumbuh seimbang. Ia malang melintang memberikan berbagai penyuluhan dan menyebarkan informasi membantu pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut. Tidak kepada siswa-siswa SMA sederajat, mahasiswa, masyarakat, bahkan jika ketika bersua dengan tetangga, teman, hingga kerabat, ia sempatkan untuk menyelipkan kata-kata akan pentingnya Keluarga Berencana (KB) dalam pembincangan akrabnya. Bahkan, ia kerap menyampaikan masyarakat di perdesaan dengan membuat berbagai kelompok KB Lestari. Di sini, ia tidak hanya memberikan penyuluhan tentang pentingnya akan ber-KB, tetapi juga keterampilan untuk pemberdayaan ekonomi keluarga. Memang tidak muluk-muluk, Direktur Lembaga Pengembangan Sosial Ekonomi Perdesaan (EPSEP) Provinsi Lampung ini hanya berharap mereka bisa melek dan tahu akan pentingnya program KB sehingga bagi remaja dan mahasiswa, misalnya, menjadi paham tentang masalah kependudukan. Karena itu, nantinya mereka bisa me­ rencanakan dengan baik bila berkeluarga.

Kemudian bagi mereka yang sudah berkeluarga agar ikut ber-KB sehingga tercipta keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Hasil kerjanya tidak sia-sia, partisipasi masyarakat Lampung untuk ber-KB tinggi. Menurut aktivitis kependudukan ini, penduduk tumbuh seimbang bila jumlah kematian dan kelahiran nol. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut tidak gampang. Pasalnya, masalah kependudukan ibarat bola panas. Ketika dimensi bola panas ini kecil seperti kele­ reng, bola itu kurang diperhatikan. Namun, ketika bola panas itu membesar, efeknya seperti domino menyebar ke mana-mana. Sebab itu, persoalan kependudukan jika tidak ditangani serius akan berdampak ke masalah lain, seperti pendidikan, lingkungan, ekonomi, kesehatan, sosial, dan lain-lain. Ia mengakui program KB saat ini mengalami hambatan struktural karena perhatian pemerintah mulai berkurang terhadap program KB. Berbeda pada era 1970-an selama masa Orde Baru berkuasa, program KB begitu bergaung. Sejak otonomi daerah kurang fokus siapa yang menangani tentang KB di daerah. Karena itu, perlu ada badan khusus dan berdiri sendiri yang menangani program KB sampai ke tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Bila badan khusus ini terbentuk, bukan hal yang musNama tahil program ini kembali Lahir bergelora seperti di era 1970Ayah an lalu. (S3) Ibu Alamat

BIODATA

wiwikhastuti@lampungpost.co.id

±

kesehatan. Aktivitas sosialnya pun makin menjadi-jadi saat masuk ke bangku perguruan tinggi. Kegiatan seolah menjadi menu sehari-hari bagi mantan anggota Kohati (Korps HMI-Wati)—Badan Khusus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Provinsi Lampung ini. Apalagi sekarang ini LSM Sekar Sewu Provinsi Lampung, ia banyak mengadvokasi orang-orang yang menderita penyakit parah seperti kanker, lumpuh layu, hydrocephalus, dan

masih banyak lagi dari berbagai penjuru daerah Lampung untuk diobati, tak hanya dirujuk ke rumah sakit di Lampung tapi juga di Jakarta. Ia membantu banyak orang dengan ikhlas. Semua semata-mata untuk mencari rida dari Sang Khalik. Ia pun bersyukur, pekerjaan yang lakukan dengan hati tersebut berbuah manis. Semua jerih payahnya terbayar di antara mereka banyak yang pulih dan kembali bisa beraktivitas kembali. (S3) n Wiwik Hastuti

Hj. Husmiyati Syohmin saat melaksanakan kegiatan sosialnya.

CMYK

: SR 6 Tanjungkarang SMPN 2 Tanjungkarang SMAN 1 Tanjungkarang S-1 Fakultas Hukum Universitas Lampung

Organisasi : 1. Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Lampung 2. Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Lampung 1973—1977 3. Wakil Ketua KNPI Provinsi Lampung 1981—1984 4. Direktur Lembaga Pengembangan Sosial Ekonomi Perdesaan (EPSEP) Provinsi Lampung 1994—sekarang 5. Ketua Forum Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Provinsi Lampung 6. Ketua Umum Zero Population Growth (ZPG) Provinsi Lampung 7. Ketua Himpunan Wanita Karya Provinsi Lampung 8. Wakil Ketua DPD Golkar Provinsi Lampung

Bekerja dari Hati HIDUP adalah ibadah. Inilah yang menjadi prinsip hidup bagi Husmiyati Syohmin. Putri pertama pasangan almarhum Mayor H. Syohmin dan Husna Juwita dalam mengisi kehidupan ini semata-mata karena Allah swt. Ia paham hidup di dunia ini akan terkait dengan kehidupan di akhirat nanti. Sebagai anak yang dari keluarga yang taat beragama, Husmiyati gemar berorganisasi sosial dan keagamaan. Hampir sepanjang hidupnya diisi dengan berbagai kegiatan sosial guna membantu banyak orang. Sifat sosialnya ini menurun dari sang ayah Mayor (alm.) Syohmin yang dulu merupakan ketua DPRD -GR (Gotong Royong) pertama di Provinsi Lampung. Saat itu, Husmiyati kerap diajak sang ayah bertandang ke kampungkampung. Dari situlah, ia mengenal tentang berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat, mulai dari ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial. Saat itu ia merasa miris ketika melihat orang tua di perdesaan belum bisa membaca dan menulis ataupun belum mendapat layanan kesehatan dengan baik. Tak pelak, perempuan yang pernah kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini saat masih duduk di SMA sudah getol menggelar kegiatan sosial. Ia kerap memberi pelatihan-pelatih­ an kegiatan belajar bagi ibu-ibu dan menyosialisasikan masalah

Pendidikan

: Hj. Husmiyati Syohmin, S.H. : Tanjungkarang, 27 Juli 1949 : Mayor H. Syohmin (alm.) : Hj. Husna Juwita (almh.) : Jalan P. Diponegoro No. 169, Bandar Lampung

±

Concern dengan Forhati SEBAGAI seorang organisatoris dengan segudang aktivitas, ia sangat concern pada Forum Alumni HMI Wati (Forhati) Cabang Provinsi Lampung. Wanita yang didapuk menjadi ketua umum periode 2010—2015 ini berkomitmen terhadap organisasi tersebut. Walaupun jabatannya baru berakhir 2015, saat ini ia tengah melakukan kaderisasi untuk memilih calon penggantinya. Forhati sebagai organisasi yang latar belakangnya adalah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi yang sejak zaman dulu menjadi mesin untuk melahirkan pemimpin-

pemimpin besar Indonesia. Menurut ia, kini memang ia sudah menggantongi beberapa calon yang sudah sejak setengah bulan lalu tim Forhati dari pusat ke Lampung untuk melakukan penjaringan terhadap calon-calon tersebut. Ia berharap dari penjaringan ini akan menghasilkan calon ketua umum Forhati Lampung yang memiliki visi-misi yang andal, sehingga menjadikan organisasi ini makin solid di masyarakat. Ia menjelaskan sesuai amanah untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridai Allah belum menempuh pengukuran dari khitah dan perjuangan selama ini. Mesti terus diperjuangkan, sudah seharusnya kita mengukur diri demi perbaikan masa berikutnya. Maka itu, ia menegaskan bagaimana menokohkan alumni Forhati menjadi tokoh perempuan indonesia yang berkarakter dan berakhlak mulia. Organisasi ini juga menekankan akan pentingnya aspek ekonomi. Sebab, menurutnya, selama ini bidang enterpreneur kerap ditinggalkan. Sudah saatnya kita berpikir untuk bergerak di bidang entrepreneur, sehingga menjadi alumnus Forhati juga wirausahaan yang andal. (S3) n Wiwik Hastuti

CMYK

±


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.