:: LAMPUNG POST :: Selasa, 13 Januari 2015

Page 1

±

±

CMYK

± facebook.com/lampungpost @lampostonline @buraslampost

I

24 Hlm. selasa 13 jANUARI 2015

TERUJI TEPERCAYA

i TAHUN XL Terbit Sejak 1974 i Rp.3000 No. 13371

www.lampost.co

±

Pedagang Lawan Pemkot

n LAMPUNG POST/ZAINUDDIN

BONGKAR SEGEL. Sejumlah pedagang yang rukonya disegel Pemerintah Kota Bandar Lampung membuka segel secara paksa, Senin (12/1). Hal ini dilakukan berdasarkan ketetapan PTUN yang dituangkan dalam surat keputusan Nomor 35/PEN/2014/PTUN BL.

Pihak Pemkot Bandar Lampung mengumpulkan robekan segel, gembok ruko, dan foto-foto sebagai bukti melaporkan pedagang ke polisi. Eka Setiawan

±

±

S

EBANYAK 25 pemilik ruko di Pasar Tengah membuka paksa segel di depan pintu ruko mereka, Senin (12/1), sekitar pukul 10.00. Saat puluhan petugas Satpol PP berkeliling dari satu lokasi ke lokasi lain, satu per satu pedagang di Jalan Bengkulu, Jalan Palembang, Jalan Pang­ kal Pinang, Jalan Sibolga, dan Jalan Padang membuka paksa segel dan gembok ruko. Kericuhan sempat terjadi saat tim Satpol PP yang di­pimpin Meidi Karsiami itu kembali ke lokasi dan menemukan segel dalam kondisi rusak. Petugas menanyakan siapa yang mem­ buka segel dan gembok ruko. Beberapa karyawan ruko acuh dan tetap menggelar dagangan di depan ruko. “Ini siapa yang buka segel? Kami mau bantu buka toko untuk mengeluarkan dagang­ an untuk kemudian disegel kembali, tapi kok malah buka paksa seperti ini. Seharusnya ada rekomendasi dulu dari Wali Kota untuk membuka segel,” kata Meidi kepada para pedagang. Salah satu pedagang balas menggertak. “Pokoknya tanya ke PTUN saja, saya enggak tahu pokoknya tanya ke PTUN saja.”

Dari 28 ruko yang dise ­ gel Pemkot karena menolak membayar retribusi hak guna ­bangunan (HGB), 25 di antara­ nya membuka paksa segel tersebut. Beberapa pemilik ruko yang membuka segel, yakni Mega Motor, Buana Jaya, Asia Teknik, Sumber Plastik, Toko Kiky, Maju Makmur Mo­ tor, Hendra Jaya, Sinar Jaya, Idola, Fajar Baru, dan bebera­ pa ruko lainnya.

Kami akan laporkan mereka ke polisi atas dasar perusakan segel. Wan Abdurahman Kabag Hukum Sekretariat Pemkot Salah satu pedagang di Jalan Sibolga, Yuli, mengatakan me­ reka membuka segel berdasar­ kan keputusan Ketua PTUN Bandar Lampung. “Kan PTUN sudah memenangkan kami (menunda penyegelan, red), jadi ya sudah dong kami buka. Malahan berdasarkan surat keputusan PTUN kemarin, kami sudah boleh buka dari tanggal 9 Januari,” katanya. Pedagang suku cadang ken­ daraan bermotor ruko Mega

Motor mengatakan hanya mengikuti instruksi dari pemi­ lik ruko yang disewanya. “Eng­ gak tahu juga saya, silakan aja tanya dengan pengacara. Kami disuruh buka (ruko) ya kami buka,” kata dia. P e d a g a n g d i r u ko A s i a Teknik, juga enggan berbicara mengenai pembukaan segel. “Saya enggak berhak ngomong, baru ini kami buka, tanya yang lain aja,” ujarnya. Petugas Satpol PP memungut robekan segel, gembok, dan police line yang dibuka paksa peda­ gang. Mereka juga memotret be­ berapa pedagang yang dicurigai merusak segel ruko. Kabag Hukum Sekretariat Pemkot Wan Abdurahman menegaskan pihaknya sudah menyiapkan langkah hukum untuk melaporkan para peda­ gang ke kepolisian. “Kami akan laporkan mereka ke polisi atas dasar perusakan segel. Saat ini laporan sudah kami siap­ kan, bersama bukti-bukti di antaranya foto-foto dan bukti fisik berupa segel yang diru­ sak,” kata Abdurahman. Informasi yang didapat Lampung Post, Kepala Satpol PP Cik Raden ditarik oleh Polda Lam­ pung untuk berdinas kembali di Polda. “Saya belum men­ erima laporannya, tapi kalau memang Cik Raden ditarik ke Polda lagi saya juga belum tahu dia akan ditempatkan di posisi mana,” kata Humas Polda Lampung Sulistiyaning­ sih. (*9/K1)

Kadinsos Kota Dibui KEJAKSAAN Negeri (Kejari) Bandar Lampung menje ­ bloskan Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kota Bandar Lam­ pung Akuan Effendi ke Rutan Way Huwi, Jatiagung, Lam­ pung Selatan. Akuan ditahan terkait dugaan tindak pidana korupsi (tipikor) dana hibah santunan kematian 2012 senilai Rp2,26 miliar. Kepala Kejari Bandar Lam­ pung Widiyantoro menjelas­ kan Akuan diusulkan untuk langsung ditahan usai men­ jalani pemeriksaan sekitar 2,5 jam, Senin (12/1). Tersangka akan mendekam di Rutan Way Hui selama 20 hari. Selama pemeriksaan, Akuan diberikan 15 pertanyaan. Peran tersangka, kata Widi­ yantoro, memerintahkan ben­ daharawan Kadinsos Tinneke untuk menyerahkan uang kepada tenaga kerja sukarela (TKS) M. Sakum yang tidak memiliki kewenangan. Sa­ kum dan Tinneke telah lebih dahulu ditahan kejaksaan. “Kesalahannya (Akuan) tidak memverifikasi dokumendokumen yang diperlukan

sehingga pertanggungjawa­ bannya tidak sesuai prosedur. Selain itu, ada penyimpangan lainnya,” kata Widiyantoro di ruang kerjanya, kemarin.. Usai menahan Akuan, Kejari segera memeriksa saksi ahli dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Lam­ pung. Setelah itu akan dilakukan pemberkasan untuk dilimpah­ kan ke persidangan. “Sebelum 50 hari diupayakan sudah ke jaksa. Kalau tidak, perkara ini lepas demi hukum,” kata dia. Mengenai kemungkinan tersangka baru, ia mengaku masih mendalaminya. “Masih akan kami cross check dulu. Setelah itu baru bisa diketahui ke mana aliran dananya.” Kuasa hukum Akuan Ef­ fendi, Yuzar Akuan, mengaku tidak menduga agenda peme­ riksaan berujung penahanan dan akan mengajukan surat penangguhan pada Selasa (13/1) atau Rabu (14/1). Menu­ rut Yuzar, kliennya hanya membuat pertanggungjawab­ an setelah akhir masa peng­ gunaan dana hibah santunan kematian. (BOY/K3)

Jennifer Aniston Kesal Dibandingkan dengan Angelina Jolie... Hlm. 16

ekasetiawan@lampungpost.co.id

±

TAJUK

Raskin Salah Alamat HIDUP layak menjadi hak konstitusional setiap warga negeri ini. Oleh karena itu, sesuai konstitusi pula, negara wajib mengupayakan berbagai kebutuhan hidup yang layak itu bagi seluruh penduduk. Salah satunya, subsidi pangan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah berupa beras untuk keluarga miskin (raskin). Tujuannya, meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan sosial pada rumah tangga sasar­ an. Program ini makin dibutuhkan dan dirasakan manfaatnya seiring naiknya harga BBM dan kebutuhan pokok lainnya. Keberhasilan dari program ini bisa diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6T, yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Selama ini distribusi raskin diserahkan kepada Perum Bulog yang berfungsi sebagai stabilisator harga pangan pokok. Idealnya, Bulog dapat membeli hasil produksi petani pada saat panen raya. Sebaliknya, akan menjualnya pada saat paceklik dengan harga wajar. Dengan begitu, Bulog berperan sebagai penyangga, di samping fungsi komersial dapat berjalan dengan baik. Di Lampung, pada 2014 lalu sebanyak 8.600 ton beras tiap bulan dibagikan selama 12 bulan dengan tingkat penyaluran 100%. Sedangkan untuk tahun ini, jumlah rumah tangga sasar­ an penerima raskin di Lampung tidak bertambah, sebanyak 573 ribu RTS dengan pembagian 8.600 ton tiap bulannya. Namun, berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, distribusi raskin tersebut ternyata tidak tepat sasaran. Selain itu, jumlah raskin yang diterima pun menjadi berkurang. Seharus­ nya 15 kg per bulan, tapi rata-rata hanya 5,63 kg per bulan. Permasalahan ini perlu kita cermati dan cari solusinya ber­ sama. Apalagi dalam pengelolaannya Perum Bulog tidak berdiri sendiri. Sebab, distribusi beras raskin yang dilakukan Bulog hanya dari gudang sampai desa atau sampai titik distribusi. Untuk pembagiannya atau titik bagi diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah melalui musyawarah desa/kelurah­ an. Musyawarah inilah menjadi kekuatan utama program untuk memberikan keadilan bagi sesama rumah tangga miskin. Di sinilah perlunya koordinasi semua pihak dalam menge­ lola program ini. Sebab, Bulog tidak akan mampu menyalur­ kan raskin kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTSPM) tanpa dukungan pemerintah daerah. Demikian pula pentingnya keakuratan data yang dilaku­ kan BPS tentang siapa warga miskin yang berhak menerima subsidi pangan tersebut. Sensus atau update data tentang warga miskin di daerah perlu terus dilakukan. Jangan sampai warga yang tadinya merupakan masyarakat berpenghasilan rendah, kini telah berubah statusnya menjadi warga mampu atau warga miskin tersebut ternyata sudah meninggal dunia. Jika ini yang ter­ jadi, bisa dipastikan penerima raskin menjadi salah sasaran. Apalagi, kriteria kemiskinan bersifat dinamis dan relatif. Kita jangan terjebak drama perdebatan kriteria kemiskinan yang digunakan. Yang terpenting adalah bagaimana upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dapat tercapai. Untuk itu, jangan sampai masalah distribusi raskin ini muncul kembali sehingga masyarakat miskin tidak mene­ rima subsidi beras. Kalau raskin salah alamat, ketahanan pangan yang dituju tak sampai-sampai. Kasihan si miskin tak juga beranjak. n

oasis

Stres Tingkatkan Risiko Diabetes WANITA yang menderita stres pascatrauma (PTSD) dua kali lipat lebih mungkin terkena diabetes tipe 2. Hal ini diketahui setelah para ilmuwan di Universitas Columbia dan Universitas Harvard melakukan penelitian. Untuk studi ini, para peneliti menghimpun data survei yang diberi­ kan kepada hampir 50 ribu wanita AS dari 1989 sampai dengan 2011. Para peneliti menemukan peningkatan risiko diabetes yang disebab­ kan antara lain oleh penggunaan obat antidepresan (34%) dan makan berlebihan, serta peningkatan indeks massa tubuh (14%). Studi juga menemukan semakin banyak gejala PTSD yang dimiliki seorang wanita, semakin besar pula risiko terkena diabetes tipe 2. Sekitar satu dari sembilan wanita mengalami PTSD. Tidak hanya menghancurkan kesehatan mental, PTSD juga diketahui berpengaruh pada kondisi fisik seseorang. Penelitian ini dimuat dalam jurnal JAMA Psychiatry. (MI/U1)

Alibi Penggangsir Pasir Anak Krakatau

n LAMPUNG POST/PERDHANA WIBYSONO

KAPAL PENYEDOT PASIR GAK. Tongkang bersandar di Teluk Bekhak, Pulau Sebuku, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, menghindari amarah nelayan karena aktivitas mereka menyedot pasir Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, Senin (12/1).

±

CMYK

MATAHARI terik di Dermaga Canti, Kecamatan Rajabasa, Lam­ pung Selatan, pada Kamis, awal Desember 2014. Satu tim bersiap mengikuti ekspedisi promosi pariwisata Gunung Anak Kraka­ tau (GAK) yang di­prakarsai Di­ nas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Selatan. Lampung Post menjadi salah satu peserta dari puluhan ang­ gota tim dari berbagai elemen masyarakat yang diharapkan peduli terhadap pariwisata dan kelestarian lingkungan. Empat jam menunggu keda­ tangan kapal, akhirnya rom­ bongan diangkut dengan Kapal Motor Damar Laut menuju Desa Tejang di Pulau Sebesi

sebagai tujuan pertama. Dua jam perjalanan, tim sampai ke pulau penghasil pisang dan kelapa itu untuk bermalam. Keesokan paginya, rombong­ an diantar tiga kapal motor menuju Gunung Anak Kraka­ tau (GAK). Dua jam perjalanan, hamparan pasir hitam eksotis menyambut seolah minta sen­ tuhan. Di pantai tersebut ter­ pasang plang yang bertuliskan ‘Kawasan Konservasi Alam. Dilarang Membawa Benda dan Makhluk Apa pun dari GAK’. Selama dua jam lebih rom­ bongan menikmati setiap sudut dan lekuk tubuh gunung berapi tersebut. Tak lupa, berpose mengabadikan diri

±

±

dengan kamera dan telepon selulernya. Perjalanan dilanjutkan ke Teluk Bekhak yang berada di Pulau Sebuku. Diperlukan 2,5 jam perjalanan dari GAK. Sam­ pai di teluk yang amat tenang ombaknya dan berwarna biru, rombongan sempat heran melihat satu unit tongkang bersandar di teluk tersebut. “Oh itu tongkang yang me­ nyedot pasir besi di seputar­an Krakatau (GAK),” kata Su­ laiman (29), salah seorang rombongan ekspedisi yang tergabung di dalam kelompok sadar wisata, Kecamatan Raja­ basa. (R6) n Perdhana Wibysono

BERSAMBUNG ke Hlm. 5

±

±


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.