:: LAMPUNG POST :: Rabu, 24 September 2014

Page 1

Sirkulasi: (0721) 788999 Layanan Umum: (0721) 783693 Iklan: (0721) 774111 SMS: 0815 4098 5000 Redaksi (0721) 773888 SMS: 0812 7200 999

@lampostonline, @buraslampost

www.lampost.co

T E R U J I T E PERC AYA

rabu, 24 september 2014 facebook.com/lampungpost

Atlet Butuh

H

kan tidak selamanya. Kami butuh masa depan. Saat itu, saya khawatir karena belum ada tawaran kerja, jadi saya putuskan pindah,” ujar pria yang akrab disapa Helmi itu. Peraih gelar juara se-Suma­ tera pada 2012 saat membela Sumatera Utara itu mengaku telah 10 tahun membela Lampung. Terakhir, karyawan salah satu BUMN di Medan itu tampil pada PON XVII tahun 2008 di Kalimantan Timur.

Kepastian Pekerjaan Harapan untuk mendapat perhatian pemda juga dilontarkan dua atlet dari cabang atletik, Zakaria Malik dan Hendri Setiawan. Mereka berharap ada perhatian setelah tidak aktif sebagai atlet.

K

ami butuh perhatian. Mudahmudahan Gubernur yang sekarang lebih memperhatikan atlet.

“Saya berharap jika sudah tidak menjadi atlet, tidak terkatungkatung. Minimal ada pekerjaan untuk menghidupi keluarga,” kata Zakaria yang meraih perak di SEA Games 2013 itu. Di bidang pendidikan, Universitas Lampung memelopori kepedulian terhadap dunia olahraga melalui program penerimaan mahasiswa baru bagi atlet berprestasi. “Atlet berprestasi memiliki peluang lebih besar untuk diterima di Unila. Namun, persaingan tetap ada karena banyak siswa berprestasi di bidang lain yang ikut daftar,” ujar Wakil Rektor I Unila Hasriadi Mat Akin. (*7/*/O1)

iyarjarkasih@lampungpost.co.id

Rindu Pulang ke Lampung

Ahmad Suhaimi RINDU tanah kelahiran pasti dirasakan setiap perantau. Berkumpul bersama keluarga dan teman-teman seolah jadi momen langka. Hal ini pula yang dirasakan para atlet ketika memilih hijrah dari Lampung. “Sebenarnya, saya tidak ing­ in meninggalkan Lampung. Saya kangen pulang karena keluarga dan teman-teman. Tapi, mau bagaimana lagi, saya ke sini karena demi masa depan,” ujar Ahmad Suhaimi, atlet tenis meja asal Lampung yang kini membela tim Suma­ tera Utara. Suhaimi adalah salah satu dari banyak atlet Lampung yang terpaksa hijrah ke daerah lain untuk mencari kesejahte­

raan yang lebih baik. “Sebenarnya, kalau ada yang lebih baik di Lampung, saya ingin pulang,” ujarnya melalui telepon, Selasa (23/9). Prestasi Suhaimi selama menggeluti tenis meja di Lampung cukup membanggakan. Selain meraih predikat juara Porda se-Lampung, ia juga berhasil menembus jajaran delapan besar nasional. Suhaimi, yang kini menjadi pegawai PTPN 4 di Medan, bahkan menjadi salah satu andalan Sai Bumi Ruwa Jurai untuk meraih tiket lolos ke PON XVII Kaltim. Setelah hengkang dari Lampung pada 2009, dia membawa harum nama Sumut dengan menyabet juara se-Sumatera pada 2012. Kondisi yang sama juga di­ alami kompatriotnya, Dikot Hasibuan, yang kini memutuskan membela tuan rumah Riau pada PON XVIII/2012. “Saya terpaksa pindah dari Lampung karena tidak ada perhatian. Sebenarnya, saya pengin balik lagi ke Lampung,” kata peraih perunggu saat membela Riau di PON XVIII ini.(R4) n Iyar Jarkasih

i TAHUN XL

Rp3.000

Pilih Hengkang

Atlet berprestasi asal Lampung yang hengkang ke daerah lain berharap ada perhatian khusus dari pemerintah daerah. Mereka membutuhkan kepastian pekerjaan setelah tidak aktif sebagai atlet.

ENGKANGNYA sejumlah atlet berprestasi ke luar Lampung tidak lepas dari minimnya perhatian pemerintah daerah. Jaminan kesejahteraan mutlak diperlukan agar para olahragawan itu bertahan. Minimnya kepedulian pemerintah pada kesejahteraan atlet sangat dirasakan petenis meja Dikot Hasibuan. Atlet yang dua kali meloloskan Lampung ke Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2000 dan 2008 itu memilih hengkang ke Riau pada PON XVIII 2012. “Se­telah PON, sedikit pun tidak ada perhatian. Habis manis sepah dibuang,” kata Dikot, melalui telepon, Selasa (23/9). Mantan anggota tim Asian Games dan SEA Games pada 2006 itu menuturkan KONI Lampung sempat memintanya bertahan. Namun, karena tak ada jaminan, ia memutuskan tetap hengkang. “Saat itu saya tanya, ‘Apa jaminannya?’ Tapi tidak ada apresiasi. Itu yang membuat saya kecewa.” Dikot menuturkan Pemprov Riau menyediakan fasilitas lengkap dan kepastian nilai kontrak. Sebagai anak muda Lampung, Dikot mengaku sedih membela daerah lain. Apalagi, banyak rekannya dari cabang lain ikut pindah dari Lampung, seperti dari karate, panahan, dan senam. “Kami butuh perhatian. Mudah-mudahan Gubernur yang sekarang lebih memperhatikan atlet,” ujar pria kelahiran Bandar Lampung 30 tahun silam itu. Kekecewaan juga dirasakan petenis meja lainnya yang kini membela Sumatera Utara, Ahmad Suhaimi. “Jadi atlet itu

No. 13266

Terbit Sejak 1974

TA JUK

Jaminan Iyar Jarkasih

24 Hal.

n ANTARA/SAPTONO

BERKUDA ASIAN GAMES. Atlet berkuda Indonesia, Larasati Gading, mengendalikan kudanya pada nomor tunggang serasi Asian Games ke-17, di Dream Park Equestrian Veneu, Incheon, Korsel, Selasa (23/9). Larasati berhasil menyabet perunggu pada nomor ini. BERITA TERKAIT Hlm. 18

Gembong Begal Tewas Ditembak JAJARAN Polres Lampung ­Tengah menembak mati Murni alias Mursalin (35), gembong begal dan sejumlah kejahatan lainnya, Senin (22/9) petang, di kebun singkong tak jauh dari rumahnya. Warga Gunungbatin, Kecamatan Terusannunyai itu, selama ini terlibat dalam sejumlah kasus pencurian dengan kekerasan (curas), pencurian dengan pemberatan (curat), dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Murni selama ini menjadi daftar pencarian orang (DPO), baik aparat Polda Lampung, Polres Lamteng, maupun aparat Polsek Terusannunyai. Dia berkali-kali lolos dari penggerebekan dan terkenal sangat licin saat akan ditangkap. “Baru kemarin jajaran

kami berhasil meringkus Murni di rumahnya di Gunungbatin. Dia sempat melawan dan kabur ke kebun singkong sehingga kami melumpuhkannya,” kata Kasat Reskrim AKP Harto Agung Cahyono, Selasa (23/9) siang, saat ekspos di depan Mapolres Lamteng. Menurut Harto, berdasarkan pengakuan para korban, Murni sangat sadis dalam melakukan aksinya. Tersangka tak segansegan menembak korban menggunakan senjata api rakitan yang selalu dibawanya.

BACA.!

“Bisa disebut orang ini (Murni) adalah gembongnya. Sudah ada 12 temannya yang masuk penjara dalam sejumlah kasus kejahatan, yang paling banyak kasus pembegalan. Bahkan, dia dan komplotannya juga melakukan perampokan mobil dan pencurian sapi,” kata dia. Modus yang sering digunakan Murni dan komplotannya ialah dengan memepet kendaraan korban dan mengambil kontaknya. Murni biasa beroperasi di wilayah Gunungbatin, jalur lintas Sumatera (Jalinsum). (WAH/D1)

Tabloid Mingguan

Terbit hari ini

Pajak Ekspor Hambat Pertumbuhan PERTUMBUHAN ekonomi Lampung pada triwulan III 2014 diprediksi terhambat akibat kebijakan pajak ekspor dan penurunan harga komoditas. Ke p a l a Un i t A s s e s m e nt Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia Lampung Jarot Ureawan Widya Susanto menyebutkan pertumbuhan Lampung triwulan III 2014 diperkirakan melambat dari 5,7% year on year (yoy) menjadi 5,3%—5,8%. “Pajak ekspor dan penurunan harga komoditas menekan pertumbuhan ekonomi,” ujar Jarot, pada acara di­s eminasi kajian ekonomi dan keuangan regional (KEKR)

triwulan II, di Kantor BI Lampung, Selasa (23/9). Menurut dia, pada triwulan III harga beras mulai naik ka­ rena masa panen sudah selesai, sementara solar bersubsidi bagi nelayan dikurangi 20% dari kuota normal. Kenaikan harga emas dipicu peningkat­ an permintaan menjelang Idulfitri. Selain itu, juga ada potensi inflasi harga barang impor karena depresiasi nilai tukar rupiah, peningkatan ekspektasi inflasi, dan tahun ajaran baru pada Juni—Juli yang ikut memicu kenaikan harga perlengkapan sekolah dan tarif pendidikan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung M. Emil Akbar menambahkan kajian BI berisi informasi yang akan disampaikan kepada para pemangku kepentingan. Ia menjelaskan biasanya setiap tahun terjadi deflasi di satu triwulan, terutama saat usai Idulfitri. Namun, tahun ini di Lampung tidak terjadi deflasi usai Lebaran. “Biaya pendidikan menjadi faktor penyumbang terbesar inflasi Lampung bulan lalu. Kalau sampai akhir tahun, sepanjang BBM tidak naik, inflasi masih bisa dijaga dalam target Bank Indonesia,” kata dia. (CR6/E2)

OLAHRAGA menjadi bagian tak terpisahkan dalam kebudayaan modern. Olahraga tidak sekadar bergerak lebih cepat, lebih kuat, dan lebih tinggi. Olahraga telah menjadi simbol peradaban. Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem IKUTI BEDAH TAJUK Keolahragaan Nasional meSETIAP HARI, PUKUL 08.00 WIB negaskan salah satu tujuan olahraga adalah mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Negara maju bahkan membelanjakan puluhan miliar dolar untuk merebut peringkat teratas Olimpiade. Gengsi olahraga adalah gengsi peradaban. Pembinaan olahraga di negara maju juga menyertakan unsur teknologi untuk mendongkrak prestasi. Tentu saja, satu hal pokok yang tidak terlupakan adalah penyediaan fasilitas yang memadai bagi para atlet. Dalam hal terakhir inilah, pemerintah daerah di Lampung terlihat kedodoran. Lampung sebagai daerah penghasil atlet berprestasi, terutama angkat besi, belum mampu memberikan kehidupan yang lebih baik kepada para atlet. Terbukti, beberapa atlet memilih hengkang ke provinsi lain yang memberikan jaminan hidup lebih baik. Sebut saja Eko Yuli Irawan, atlet angkat besi yang merebut medali perunggu di Asian Games XVII Incheon, Korea Selatan. Eko yang lahir dan besar di Lampung memilih pindah bersama rekannya, Triyatno, dan pelatih Lukman ke Kalimantan Timur pada 2008 menjelang PON XVII di provinsi penghasil minyak itu. Atlet lain, Sepri Haryadi, yang menjadi andalan senam Lampung, juga memilih hijrah ke Kalimantan Timur. Begitu juga atlet panjat tebing yang pernah menjadi juara I di PON tahun 2000, Naomi Latumaerissa. Pilihan pindah provinsi juga dilakukan Dikot Hasibuan, atlet tenis meja yang pernah masuk tim SEA Games dan ASEAN Games. Dikot memilih pindah ke Riau. Satu atlet lagi, Ahmad Suhaimi, juara tenis meja se-Sumatera 2012, hengkang ke Jawa Barat kemudian membela Sumatera Utara. Ahmad kini diangkat sebagai pegawai badan usaha milik daerah di Sumut. Lampung pernah menjadi kekuatan olahraga terbesar di luar Jawa selama empat kali penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional dari 1989—2000. Selama 11 tahun itu, Sai Bumi Ruwa Jurai mampu bertahan di lima besar membayang-bayangi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Akan tetapi, kini semua tinggal kenangan. Sejak PON 2004 di Sumatera Selatan, Lampung terlempar ke posisi delapan, sedangkan Sumsel melesat ke peringkat empat. Prestasi Lampung kembali anjlok pada PON 2008 dan berada di peringkat 10. Kita berharap prestasi olahraga Lampung segera bangkit setelah 14 tahun terpental dari peringkat lima besar. Periode keemasan atlet maksimal hanya 15 tahun. Selama itu pula segenap komponen harus mendorong agar para atlet hanya terfokus untuk mengukir prestasi, tanpa dibayangi kekhawatiran pekerjaan pada masa mendatang. Dana pembinaan yang sepadan, bonus, hingga jaminan pekerjaan membuat atlet bersemangat mengharumkan nama Lampung. Tugas pembinaan olahraga hendaknya tidak dipikul sendiri oleh pemerintah daerah, tetapi juga didukung kalangan swasta. Kita berharap masa bulan madu atlet dan pengusaha seperti di era Jaka Utama FC kembali terulang. n

oasis

Kacang dan Alergi STUDI terbaru menemukan bahwa kacang yang dipanggang bisa lebih memicu alergi dibandingkan kacang mentah. Para peneliti mengatakan dalam kacang panggang yang garing ada perubahan protein yang disebabkan suhu tinggi dari proses pemanggangan. Alhasil, kacang panggang yang dimakan kemudian akan memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memicu alergi. Studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Oxford itu juga menjelaskan dampak alergi kacang di Negara Barat berbeda dengan Asia. Pasalnya, di Asia kacang lebih sering dimakan mentah, direbus, atau digoreng. Studi ini diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology. (MI/U1)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
:: LAMPUNG POST :: Rabu, 24 September 2014 by Lampung Post - Issuu